Informasi laba dalam laporan keuangan pada umumnya penting

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia)
Rifqy Nur Fadlillah
[email protected]
Andayani
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out some factors which influence the disclosure of corporate social
responsibility in mining companies’ annual report. CSR is a transparent business practice which is based on
ethic values that is performed by giving attention to the employees, community, and environment, and it is
designed to be able to fulfill the stockholders’ desire as well as the community in general.
The data collection technique uses content analysis to the social disclosure in the company’s annual
report. Content analysis is carried out by using check list method to the social disclosure items in the companies’
annual report. This research is carried out to the mining companies in Indonesia which are listed in Indonesia
Stock Exchange in the year of 2009 – 2012 periods.
The result shows that the disclosure and practice of CSR as accounting scope field is positive influenced
by company size and company profitability. Other factors which are studied in this research such as leverage and
the size of Board of Directors do not influence the disclosure of CSR which has been done by the company.
Keywords:
Corporate Social Responsibility, Company Size, Profitability, Leverage, the size of Board of
Directors
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan pertambangan. CSR
merupakan praktik bisnis transparan, yang didasarkan pada nilai-nilai etika, dengan memberikan
perhatian pada karyawan, masyarakat dan lingkungan, serta dirancang untuk dapat memenuhi
keinginan para pemegang saham dan juga masyarakat secara umum.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis
terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. Content analysis dilakukan dengan
metode check list terhadap item-item pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan.
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan pertambangan di Indonesia yang terdaftar dalam Bursa
Efek Indonesia periode 2009-2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik dan pengungkapan CSR sebagai bidang
cakupan akuntansi dipengaruhi positif oleh ukuran perusahaan (size) dan profitabilitas perusahaan.
Faktor-faktor lain yang diteliti dalam penelitian ini seperti leverage dan ukuran dewan komisaris tidak
mempengaruhi pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan.
Kata-kata kunci:
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage, ukuran dewan komisaris.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
2
PENDAHULUAN
Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR), merupakan wacana yang
sedang mengemuka di dunia perusahaan multinational. Wacana ini digunakan oleh
perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar
bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan ekonomi dunia
dengan terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya, telah mendorong perusahaan dari
berbagai penjuru dunia untuk secara bersama melaksanakan aktivitasnya dalam rangka
mensejahterakan masyarakat di sekitarnya.
Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder tersebut yang memunculkan
istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah Corporate Social
Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasinya untuk senantiasa memberikan kontribusi positif terhadap
masyarakat sosial dan lingkungan. Penerapan Corporate Social Responsibility oleh perusahaan
dapat diwujudkan dengan pengungkapan CSR (Corporate Social Responsibility) yang
disosialisasikan ke publik dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan. Undangundang telah mengatur pelaksanaan CSR dengan menerbitkan Undang-undang No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-undang tersebut
menyebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan perusahaan berbeda-beda meskipun
memiliki jenis usaha yang sama sehingga berpengaruh terhadap CSR yang dilakukan
perusahaan. Terdapat perbedaan Corporate Social Responsibility (CSR) di tiap perusahaan.
Perbedaan tersebut dikarenakan karakteristik perusahaan yang berbeda-beda. Semakin kuat,
karakteristik yang dimiliki suatu perusahaan tersebut dalam menghasilkan dampak sosial
bagi publik tentunya akan semakin kuat pula pemenuhan tanggung jawab sosialnya kepada
publik (Veronica dalam Sari, 2012).
Pentingnya pengungkapan CSR telah membuat banyak peneliti untuk melakukan
penelitian dan diskusi mengenai praktik dan motivasi perusahaan untuk melakukan CSR.
Beberapa penelitian yang terkait dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
telah banyak dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Sembiring (2005) dan Anggraini (2006) yang meneliti mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi pengungkapan CSR. Diantara faktor-faktor yang menjadi variabel
dalam penelitian tersebut adalah ukuran perusahaan, tipe perusahaan, profitabilitas, leverage
dan ukuran dewan komisaris.
Ukuran perusahaan (size) yang berukuran lebih besar merupakan emiten yang banyak
disoroti dan cenderung memiliki keinginan masyarakat akan informasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. Hal ini berarti bahwa perusahaan
besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Penilitian
yang berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini antara lain Belkaoui dan Karpik
(1989), Hackston dan Milne (1996), dan Hasibuan (2001).
tipe industry (profile) dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan juga
terjadi ketidak konsistenan hasil. Donovan dan Gibson (2000) menyatakan bahwa
berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan
tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki
tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan halhal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya,
pada tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca
“good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dan dengan demikian
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
3
investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hackston dan Milne (1996), menemukan
hubungan yang positif dari kedua variabel tersebut. Bertolak belakang dengan hal tersebut
seperti dinyatakan dalam Hackston dan Milne (1996) tidak menemukan hubungan antara
kedua variabel tersebut.
Leverage memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan,
sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Scott (2000)
menyampaikan pendapat yang mengatakan bahwa semakin tinggi leverage kemungkinan
besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan
berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba dimasa depan.
Perusahaan yang memiliki rasio leverage tinggi akan lebih sedikit mengungkapkan CSR
supaya dapat melaporkan laba sekarang yag lebih tinggi.
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) menyatakan
bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk
mengendalikan CEO dan memonitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan
dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan
semakin besar untuk mengungkapkannya. Sehingga perusahaan yang memiliki ukuran
dewan komisaris yang lebih besar akan lebih banyak mengungkapkan CSR.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah karakteristik perusahaan yang
diproksikan dengan size, profitabilitas, leverage, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh
terhadap Corporate Social Responsibility (CSR). Penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya dalam hal jangka waktu pengambilan sampel yang lebih panjang yaitu antara
2009-2012. Penambahan periode pengamatan dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
lebih banyak dan hasil penelitian ini mempunyai daya komparabilitas yang lebih baik.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan bukanlah merupakan konsep baru dalam
masyarakat, tetapi semakin meluas bersamaan dengan konsep-konsep lain. Ide tanggung
jawab sosial pada dasarnya adalah bagaimana perusahaan memberi perhatian kepada
lingkungannya, terhadap dampak yang terjadi akibat kegiatan operasional perusahaan. Moir
(2001) menyatakan selain menghasilkan keuntungan, perusahan harus membantu
memecahkan masalah-masalah sosial terkait atau tidak perusahaan ikut menciptakan
masalah tersebut bahkan jika disana tidak mungkin ada potensi keuntungan jangka pendek
atau jangka panjang yang lain.
Pada saat yang sama perusahaan diharapkan untuk mematuhi hukum, karena
hukum adalah kodifikasi yang dapat diterima masyarakat atas perilaku yang dapat diterima
dan yang tidak dapat diterima. Perusahaan harus bertanggung jawab secara etis dan
perusahaan diharapkan untuk menjadi warga perusahaan yang baik (good corporate citizen).
CSR adalah perusahaan seharusnya mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan
dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder secara
sukarela. Ini berarti bahwa perusahaan harus dapat berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi beriringan dengan meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya
serta komunitas lokal dan masyarakat luas. Ini bisa dilakukan dengan cara mengerti aspirasi
dan kebutuhan stakeholder dan kemudian berkomunikasi dan berinteraksi dengan para
stakeholder.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
4
Mirza dan Imbuh (dalam Indira, 2005) mendefinisikan Corporate Social Responsibility
sebagi kewajiban organisasi yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa yang baik bagi
masyarakat, tetapi juga mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan juga
memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan komunitas dimana mereka berada.
Akibat banyaknya definisi CSR yang sangat beragam, lebih lanjut dalam penelitian
Dahlsrud (2006) meneliti komponen yang terdapat dalam definisi-definisi CSR yang telah
ada sebelumnya. Dahlsrud menemukan bahwa berbagai definisi CSR yang diteliti secara
konsisten mengandung lima komponen, yaitu : ekonomi, sosial, lingkungan, pemangku
kepentingan dan voluntarisme. Jika hasil analisis frekuensi diterapkan, maka urutan paling
konsisten dari lima komponen adalah pemangku kepentingan dan sosial (keduanya
memiliki rasio 88%), disusul ekonomi (86%), voluntarisme (80%) dan lingkungan (59%).
Konsep CSR pada umumnya menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak
hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders
yang terkait dan/atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Hal ini sesuai dengan
teori stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi
stakeholdernya.
Hal tersebut didukung oleh Gray et al. (dalam Chariri dan Ghozali, 2007) yang
menyatakan bahwa, kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder
dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari
dukungan tersebut. pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara
perusahaan dengan stakeholdernya. Listyorini dan Anggana (dalam Indira, 2005) menyatakan
bahwa pada dasarnya kemauan untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility (social
responsibility) tergantung pada tingkat kepekaan sosial (social sensiveness) manajemen
perusahaan, dimana tingkat kepekaan pengelola perusahaan adalah merupakan akumulasi
dari tingkat kepekaan masing-masing individu yang menduduki berbagai tingkatan jabatan
organisasi perusahaan yang bersangkutan.
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pengungkapan (disclosure) kaitannya dalam laporan keuangan, mengandung arti
bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup
mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus
lengkap, jelas, serta mampu menggambarkan secara tepat, mengenai kejadian-kejadian
ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha (Chariri dan Ghozali , 2007).
Pengungkapan (disclosure) dalam Hendriksen dan Breda (2002) didefinisikan sebagai
penyediaan atau penyampaian informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam
laporan keuangan, biasanya berupa laporan tahunan. Sedangkan mengenai informasi
apakah yang harus diungkapkan dalam suatu laporan keuangan, tercantum dalam SFAC
No.1 (Chariri dan Ghozali, 2007) pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan
keuangan, tetapi juga media pelaporan informasi lainnya yang terkait langsung maupun
tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh akuntansi, yaitu mengenai sumbersumber ekonomi, hutang, laba periodik, dan sebagainya.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi
pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure). Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan informasi
yang wajib diberitahukan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bapepam. Sedangkan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) yaitu pengungkapan informasi diluar
pengungkapan wajib yang diberikan dengan sukarela oleh perusahaan kepada para
pemakai (Yularto dan Chariri, 2003). Dimana dalam pengungkapan sukarela yang di
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
5
laporkan dalam laporan tahunan ini terdapat pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Pertimbangan aspek sosial ke dalam akuntansi telah dilakukan oleh Trueblood
Committee. Trueblood Committee (dalam Widyatmoko, 2011) menyatakan bahwa tujuan
sosial perusahaan tidak kalah penting daripada tujuan ekonomi.
Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai isi dari pengungkapan
CSR itu sendiri (Chariri dan Ghozali, 2007). Dalam survei yang dilakukan oleh Ernst dan
Ernst (dalam Chariri dan Ghozali, 2007) menemukan bahwa pengungkapan dikatakan
berkaitan dengan isu sosial (dan lingkungan) jika pengungkapan tersebut berisi informasi
yang dapat dikatagorikan ke dalam kelompok lingkungan, energi, praktik bisnis yang wajar
(fair), sumber daya manusia, keterlibatan masyarakat, produk yang dihasilkan, dan
pengungkapan lainnya (umum).
Ukuran Perusahaan (Size)
Salah satu variabel penduga yang paling menjelaskan variasi kuantitas
pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan adalah size perusahaan. Ukuran suatu
perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan
mereka. Perusahaan yang berukuran lebih besar merupakan emiten yang banyak disoroti
dan cenderung memiliki keinginan masyarakat akan informasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. Hal ini berarti bahwa perusahaan
besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Perusahaan
besar juga akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil, karena
perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan
kecil.
Size perusahaan dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki perusahaan, diharapkan
berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam laporan
tahunan perusahaan. Alasan yang mendasari pengharapan ini adalah umunya perusahaan
memiliki biaya competitif disadvantage lebih rendah dari perusahaan kecil, skill karyawan
yang lebih baik dan biaya pengungkapan yang rendah, sehingga memungkinkan dalam
melakukan pengungkapan lebih luas. Variabel merupakan variabel yang paling konsisten
dalam penelitian sebelumnya (Wallace et al. dalam Hadi dan Sabeni, 2002). Secara umum,
menurut Gray et al.(dalam Sembiring, 2003), kebanyakan penelitian yang dilakukan
mendukung hubungan antara size perusahaan dengan Corporate Social Responsibility
perusahaan.
Profitabilitas
Heinze (dalam Heckston dan Milne, 1996) menyatakan bahwa profitabilitas
merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan
informasi sosial yang dilakukan oleh perusahan.
Hubungan antara pengungkapan CSR dan profitabilitas perusahaan telah
dipostulasikan untuk merefleksikan pandangan bahwa kepekaan sosial membutuhkan gaya
managerial yang sama sebagaimana yang diperlukan untuk dapat membuat perusahaan
menguntungkan (profitable) (Bowman dan Haire dalam Heckston dan Milne, 1996).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
6
Leverage
Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang
saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal
yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.
Perjanjian terbatas seperti perjanjian hutang yang tergambar dalam tingkat leverage
dimaksudkan membatasi kemampuan manajemen untuk menciptakan transfer kekayaan
antar pemegang saham dan pemegang obligasi (Jensen dan Meckling; Smith dan Warner
dalam Belkaoul dan Karpik, 1989).
Menurut Belkaoui dan Karpik (dalam Sembiring, 2003) keputusan untuk
mengungkapkan informasi sosial akan mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan
yang menurunkan pendapatan. Sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan
dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi perngungkapan tanggung jawab sosial
yang dibuatnya agar tidak menjadi soratan debtholders. Hasil penelitiannya menunjukkan
leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility.
Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum
perseroan terbatas yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan
oleh manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen
memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan
pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002).
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) menyatakan
bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk
mengendalikan CEO dan memonitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan
dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen akan
semakin besar untuk mengungkapkannya. Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris
dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk
memonitor tindakan manajemen puncak. Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh
perusahaan, kebanyakan penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai
karakteristik dewan komisaris dengan tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR
Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk
menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Di samping itu
perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar
merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian yang berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini antara lain Belkaoui dan
Karpik (1989), Hackston dan Milne (1996), dan Hasibuan (2001). Secara umum, menurut
Gray et al. (dalam Sembiring, 2003), kebanyakan penelitian yang dilakukan mendukung
hubungan antara size perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.Berdasarkan
asumsi teori agensi, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Terdapat pengaruh positif size terhadap pengungkapan CSR.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
7
Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR
Penelitian ilmiah terhadap hubungan profitabilitas dan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan memperlihatkan hasil yang sangat beragam. Akan tetapi pendapat
yang diungkapkan oleh Heinze (dalam Anggraini, 2006) yang menyatakan bahwa
profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada
manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham.
Dengan memperoleh keuntungan, maka dapat memberikan keleluasaan kepada manejemen
perusahaan untuk melakukan CSR yang dianggap sebagai langkah strategis yang dapat
memberikan efek positif bagi perusahaan serta dapat pula menjaga hubungan baik dengan
para stakeholder lainnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Bowman dan Haire dalam Hackston dan Milne, 1996), maka hipotesis berikut ini
dikemukakan:
H2: Terdapat pengaruh positif profitabilitas terhadap pengungkapan CSR.
Pengaruh Leverage Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR
Perjanjian terbatas seperti perjanjian hutang yang tergambar dalam tingkat leverage
dimaksudkan membatasi kemampuan manajemen untuk menciptakan transfer kekayaan
antar pemegang saham dan pemegang obligasi (Jensen, Meckling, Smith, dan Warner dalam
Belkaoui dan Karpik, 1989). Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) keputusan untuk
mengungkapkan informasi sosial akan mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan
yang menurunkan pendapatan. Sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan
dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial
yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders. Hasil penelitiannya
menunjukkan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan. Konsisten dengan penelitian Belkaoui dan Karpik (1989) serta
Cormier dan Magnan (dalam Sembiring, 2003), variabel leverage akan diuji kembali
pengaruhnya terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat
perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis berikut ini dikemukakan:
H3: Terdapat pengaruh negatif leverage terhadap pengungkapan CSR.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Fahrizqi (2010) menjelaskan bahwa besar
kecilnya ukuran dewan komisaris tidak mempengaruhi pengungkapan CSR. Karena dewan
komisaris merupakan wakil shareholder dalam perusahaan yang berfungsi mengawasi
pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen. Sebagai wakil dari shareholder
dewan komisaris akan membuat kebijakan menggunakan laba perusahaan untuk aktivitas
operasional perusahaan yang lebih menguntungkan daripada melakukan aktivias sosial,
hipotesis berikut ini dikemukakan:
H4:
Terdapat pengaruh negatif ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
8
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan masih tercatat sebagai emiten sampai tanggal 31 Desember 2012 dan laporan keungan
telah audit, (2) Perusahaan pertambangan yang sahamnya masih aktif diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 sehingga dapat diketahui perkembangan laba, utang,
dan perputaran aset yang dibagikan perusahaan tersebut dari tahun ke tahun, (3)
Perusahaan pertambangan yang melaporkan laporan keuangan tahunan auditan per 31
desember secara berturut-turut untuk tahun 2009-2012, (4) Perusahaan pertambangan yang
tidak mengalami kerugian dan mengungkapkan CSR selama tahun 2009 sampai tahun 2012
untuk menghindari terjadinya anomali dalam analisis.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Independen
a. Size
Definisi dari size perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar
kecilnya perusahaan, dapat dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
meliputi aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva lain-lain. Size perusahaan diukur
dengan total aktiva/aset yang dimiliki perusahaan, kemudian akan ditransformasikan
dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai dengan variabel lain dikarenakan total
aktiva/aset perusahaan nilainya relative besar dibandingkan variabel-variabel lain dalam
penelitian ini :
SIZE = Total Aset Perusahaan
SIZE = log Total Aset Perusahaan
b. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Skala pengukuran untuk
profitabilitas perusahaan adalah rasio. Adapun pengukuran dalam penelitian ini dengan
menggunakan rumus:
Laba Bersih Setelah Pajak
ROA= --------------------------------------Total Asset
c. Leverage
Leverage dapat diartikan sebagai tingkat ketergantungan perusahaan terhadap hutang
dalam membiayai kegiatan operasinya, dengan demikian leverage juga mencerminkan
tingkat resiko keuangan perusahaan, (Sembiring, 2005). Dalam penelitian ini, indikator
yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage adalah Debt To Equity Ratio (DER).
Adapun pengukuruan dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus:
Total hutang
ROA= --------------------------------------Total Ekuitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
9
d. Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern yang bertanggung
jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak (Fama dan Jansen dalam
Sembiring, 2003). Ukuran dewan komisaris (UDK) yang dimaksud di sini adalah
banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan:
UDK = ∑Ukuran Dewan Komisaris
Variabel Dependen
Variabel Dependen pada penelitian ini adalah Pengungkapan Corporate Social
Responsibility. Pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah data yang diungkapkan
perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan (Hackston dan
Milne, 1996). Variabel pengungkapan sosial perusahaan diukur dengan metode content
analysis. Content analysis adalah suatu metode pengkodifikasian teks dari ciri-ciri yang sama
untuk ditulis dalam berbagai kelompok (kategori) tergantung pada kriteria yang ditentukan,
(Guthrie,et al., dalam Widyatmoko, 2011).
Skala pengukuran yang digunakan adalah dengan memberi skor 1 untuk perusahaan
yang mengungkapkan sesuai dengan elemen informasi yang diinginkan dan skor 0 bila
tidak mengungkapkan untuk setiap item pengungkapan yang selanjutnya akan
dijumlahkan.
Indikator dalam mengukur pengungkapan sosial perusahaan dengan menggunakan
check list yang kemudian disusun dalam sebuah daftar item pengungkapan. Pengukuran
kemudian dilakukan berdasarkan indeks pengungkapan masing-masing perusahaan yang
dihitung melalui pembagian antara jumlah item yang sesungguhnya diungkapkan
perusahaan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan. Perhitungan
indeks pengungkapan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Indonesia
seperti yang telah dilakukan oleh Sembiring (2003), yang dapat dinotasikan dalam rumus
sebagai berikut:
V
CSR = --------M
Keterangan:
CSR: indeks pengungkapan perusahaan
V : Jumlah item yang sesungguhnya diungkapkan oleh perusahaan
M : Jumlah item yang diharapkan diungkapkan oleh perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
10
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu
ukuran perusahaan (size), profitabilitas, leverage, ukuran dewan komisaris, dan Corporate
Social Responsibility.
Tabel 1
Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSR
60
,04
,13
,0803
,02802
SIZE
60
109355,00
66922560,00
10638172,8833
13344549,76465
ROA
60
,00
,46
,1209
,09985
DER
60
,04
3,94
1,1421
,83299
UDK
60
2,00
10,00
5,3333
1,86554
Valid N (listwise)
60
Tabel 1 menunjukkan bahwa mean dari ukuran perusahaan (size) yang diukur
dengan total aset menunjukkan rata-rata sebesar Rp10.638.172,88 juta. Nilai minimum
menunjukkan sebesar Rp109.355,00 juta dan nilai maksimum menunjukkan sebesar
Rp66.922.560,00 juta. Hal ini menunjukkan aset yang semakin besar menunjukkan lebih
banyaknya sumber-sumber aset yang dimiliki perusahaan, sehingga dimungkinkan akan
menambah sumber-sumber pengungkapan yang dapat diberikan perusahaan.
Proporsi profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukkan rata-rata sebesar
0,1209. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata mampu menghasilkan laba bersih
hingga 0,1209 atau 12,09% dari total aset yang dimiliki perusahaan. Nilai profitabilitas
minimum diperoleh sebesar 0,00 atau tidak terdapat kerugian dari seluruh nilai aset
perusahaan dan profitabilitas maksimum adalah sebesar 0,46. Hal ini berarti perusahaan
dapat menghasilkan laba bersih hingga 46% dari total aset yang dimiliki perusahaan.
leverage yang diukur dengan DER atau perbandingan antara total hutang dibanding
dengan total ekuitas menunjukkan rata-rata sebesar 1,1421. Hal ini berarti bahwa
perusahaan sampel rata-rata memiliki hutang sebesar 114,21% dari seluruh modal sendiri
perusahaan. Nilai Leverage minimum diperoleh sebesar 0,04atau terdapat hutang sebesar 4%
dari seluruh modal sendiri perusahaan dan Leverage terbesar adalah sebesar 3,94 atau
terdapat hutang yang lebih besar dari modal sendiri perusahaan.
Jumlah ukuran dewan komisaris dari perusahaan-perusahaan sampel diperoleh ratarata sebesar 5,3333. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata dewan komisaris perusahaan
sampel berjumlah 5 orang. Keberadaan dewan komisaris dapat mengontrol manajemen.
Jumlah ukuran dewan komisaris terkecil adalah sebanyak 2 orang dan terbesar adalah 10
orang.
Indeks pengungkapan sosial (CSR) yang diukur dengan 78 item pengungkapan
diperoleh rata-rata sebesar 0,0803 atau 8,03%. Hal ini berarti bahwa dalam satu periode
dalam annual report, perusahaan telah mengungkapkan sebanyak 8,03% atau sekitar 6 hingga
7 item dalam annual report mengenai pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan.
Indeks pengungkapan terkecil adalah hanya sebesar 0,04 atau 4% dan indeks pengungkapan
terbesar adalah sebesar 0,13 atau sebesar 13%.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
11
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10,
demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi adalah 1.517, hasil uji
autokolerasi menunjukkan nilai DW sebesar 1,517 terletak antar -2 sampai +2 maka tidak ada
autokolerasi
c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji Glejser. Hasil
menunjukkan keempat variabel independen lebih dari 0,05 dan diketahui bahwa tidak ada
hubungan antara variabel bebas dengan nilai mutlak residual sehingga menunjukkan tidak
adanya masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
d. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa dari semua
persamaan regresi bentuk ploting hampir, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal.
Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis
Persamaan regresi digunakan untuk menjawab hipotesis 1,2,3 dan 4, serta untuk mengetahui
apakah variabel independen (size, profitablitas, leverage, dan ukuran dewan komisaris)
berpengaruh terhadap variabel dependen (Corporate Social Responsibility).
Tabel 2
Analisis Regresi
CSR = -0,092 + 0,075 ROA + 0,012 SIZE + 0,06 LEV - 0,04 DK
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
1
Std. Error
-,092
,031
LN_size
,012
,002
ROA
,075
LEV
UDK
t
Sig.
Beta
-2,951
,005
,730
5,208
,000
,035
,266
2,137
,037
,006
,005
,191
1,395
,169
-,004
,002
-,249
-1,677
,099
a. Dependent Variable: CSR
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa Size dan profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap CSR dan memiliki hubungan yang positif. Leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap CSR dan memiliki hubungan positif. Ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh signifikan terhadap CSR dan memiliki hubungan negatif. Sehingga dengan
demikian hipotesis 1, dan 2 diterima, sedangkan hipotesis 3 dan 4 ditolak.
Nilai adjusted R2 sama dengan 0.332 yang berarti hanya 33.2% indeks pengungkapan
sosial dapat dijelaskan oleh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan ukuran dewan
komisaris perusahaan, sedangkan 66,8% indeks pengungkapan sosial dapat dijelaskan oleh
variabel lain diluar model regresi. Diketahui dari hasil uji F yang menunjukkan F hitung
sebesar 8,324 sedangkan sig 0,000 maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen(ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan ukuran dewan komisaris
perusahaan) secara model regresi fit terhadap variabel dependen (CSR).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
12
Pada pengujian ini, variabel ukuran perusahaan (size) mempunyai hubungan positif
signifikan dengan nilai signifikansi 0.000, oleh karena itu dapat dikatakan perusahaan besar
yang dinilai dengan tingkat aset yang besar akan mengungkapkan lebih banyak tanggung
jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan (CSR). Hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan Sembiring (2003) Ukuran perusahaan merupakan salah satu ukuran yang penting
yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan
perusahaan. Ukuran perusahaan dapat digambarkan dengan total asset yang dimiliki
dimiliki tiap perusahaan, apabila total asset yang dimiliki lebih besar akan mengungkapkan
informasi yang lebih luas dan sebaliknya.
Variabel profitabilitas mempunyai hubungan positif signifikan dengan nilai
signifikansi 0.037, peningkatan profitabilitas perusahaan akan meningkatkan dan
memperluas informasi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil mengenai
penelitian ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Heinze (dalam Anggraini,
2006) yang menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan
dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial
kepada pemegang saham. Dalam hal ini berarti semakin tinggi upaya manajemen dalam
memenuhi tanggung jawabnya sebagai pihak agen kepada principal yakni dengan
memperoleh keuntungan, maka dapat memberikan keleluasaan kepada manejemen
perusahaan untuk melakukan CSR yang dianggap sebagai langkah strategis yang dapat
memberikan efek positif bagi perusahaan serta dapat pula menjaga hubungan baik dengan
para stakeholder lainnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Bowman dan Haire dalam Hackston dan Milne, 1996).
Variabel leverage mempunyai hubungan positif tidak signifikan dengan nilai
signifikansi 0.169. Besar kecilnya leverage tidak mempengaruhi besar kecilnya pengungkapan
CSR. Hubungan yang sudah terjalin baik dengan debtholders dan kinerja perusahaan yang
baik bisa membuat debtholders tidak terlalu memperhatikan rasio leverage perusahaan,
sehingga menjadikan hubungan leverage dengan pengungkapan CSR menjadi tidak
signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sembiring (2006) dan Anggraini
(2006) yang tidak menemukan hasil terdapat hubungan antara tingkat leverage perusahaan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan.
Varibel ukuran dewan komisaris mempunyai hubungan negatif tidak signifikan
dengan nilai signifikansi 0.099, Hal ini menjelaskan bahwa besar kecilnya ukuran dewan
komisaris tidak mempengaruhi pengungkapan CSR. Dewan komisaris merupakan wakil
shareholder dalam perusahaan yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang
dilakukan oleh manajemen. Sebagai wakil dari shareholder dewan komisaris akan membuat
kebijakan menggunakan laba perusahaan untuk aktivitas operasional perusahaan yang lebih
menguntungkan daripada melakukan aktivias sosial.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
13
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) size
berpengaruh positif terhadap CSR, dengan demikian perusahaan besar akan
mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil; (2) profitablitas
berpengaruh positif terhadap CSR, sehingga perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi
cenderung memberikan pengungkapan sosial yang semakin besar; (3) leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap CSR, Sehingga besar kecilnya rasio leverage suatu
perusahaan tidak mempengaruhi luas pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Hal
ini diduga sudah terjadi hubungan yang baik antara perusahaan dengan debtholders, yang
mengakibatkan debtholders tidak terlalu memperhatikan rasio leverege perusahaan; (4) ukuran
dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR, Sehingga besar kecilnya
dewan komisaris perusahaan tidak menentukan luas pengungkapan CSR yang dilakukan
perusahaan. Sebagai wakil dari shareholder dewan komisaris akan lebih mengutamakan
kepentingan shareholder yang diwakilinya yaitu menggunakan laba perusahaan untuk
aktivitas operasional yang lebih menguntungkan daripada melakukan aktivitas sosial yang
tinggi.
Keterbatasan
Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah terdapat unsur
subjektivitas dalam menentukan indeks pengungkapan CSR. Hal ini dikarenakan tidak
adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan acuan sehingga penentuan indeks untuk
indikator dalam katagori yang sama dapat berbeda untuk setiap peneliti.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
14
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini. 2006. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tangung Jawab Sosial: Studi
empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Belkaoui, A. and P. G. Karpik. 1989. Determinants of the Corporate Decision to Disclose
Sosial Information. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 2, No. 1, p. 3651.
Chariri, A. dan I. Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Semarang.
Coller, P. dan A. Gregory. 1999. Audit committee activity and agency cost. Journal of
Accounting and Public Policy. 18(4-5): 311-332.
Commission of the European Communities. 2001. Promoting a European Framework for
Corporate Social Responsibility. European Community. Brussels.
Dahlsrud, A. 2006. How Corporate Social Responsibility is Defined: an Analysis of 37
Definitions. http://csr-norway.no/papers/2007_dahlsrud_CSR.pdf. diakses tanggal 20
November 2013 (10:35).
Donovan, A. dan K. Gibson. 2000. Environmental Disclosure in the Corporate Annual
Report: A Longitudinal Australian Study. Paper. for Presentation in the 6
Interdisciplinary Environmental Association Conference. Montreal. Canada.
th
Fahrizqi, A. 2010. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Coeporate Social
Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia).
Skripsi.Universitas Diponegoro. Semarang.
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Hackston, D. and M. J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and Environmental
Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and Accountability
Journal. Vol. 9, No. 1, p. 77-108.
Hadi, N. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu. Yogyakarta.
_______ dan A. Sabeni. 2002. Analysis of Factors Affecting the Extent of Voluntary
Disclosure in the Annual Report of Public Company Firm in Jakarta Stock Exchange.
Jurnal MAKSI. vol.1.
Hasibuan, M. R. 2001. Pengaruh Karakteristik PerusahaanTerhadap Pengungkapan Sosial
(Social Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Emiten di BEJ dan BES. Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Hendriksen, E. S. dan M. F. V. Breda. 2002. Teori Akunting. Edisi Ke 5. Penerbit Interaksara.
Batam.
Indira. 2005. Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan.
Jurnal MAKSI. Vol 5, No. 2 Agustus: 227-243.
Indrawan, D. C. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja
Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen.
BPFE.Yogyakarta.
Jogiyanto, H.M. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah kaprah dan pengalaman-pengalaman.
Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
15
Moir, L. 2001. What Do We Mean by Cororate Social responsibility, The Measurement of
Corpoate Social Behaviour. (ONLINE). http://proquest.umi.com. 19 November 2013
(10:40).
Mulyadi, 2002. Auditing. Edisi Ke Enam. PT. Salemba Empat Patria. Jakarta.
Rachmi, M. 2012. Pengaruh Karakteristi Perusahaan Terhadap Corporate Social
Responsibility Pada Laporan Tahunan Perusahaan (Studi empiris pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI). Skripsi. STIESIA. Surabaya.
Rizal, M. 2000. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial (sosial
disclosure) Perusahaan Go Publik di Indonesia. Balance. Vol.1 no.2.
Sari, R. A. 2012. Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Jurnal
Nominal. Volume 1 Nomor 1, Tahun 2012: 124-140.
Scott, W. R. 2000. Financial Accounting Theory. 2nd edition. Prentice Hall Canada Inc. Canada.
Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Buku 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Sembiring, E. R. 2003. Pengaruh karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Tanggungjawab sosial: Study Empiris Pad perusahaan Yang Tercatat (Go – Public) di
Bursa Efek Jakarta. Tesis. Program Studi Magister Sains Akutansi Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
___________. 2006. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial:
Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal MAKSI.
vol.6 no.1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas. Lembaran
Negara RI Tahun 2007 Nomor 115. Jakarta.
Widyatmoko, R. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Laporan
Tanggung jawab Sosial. Skripsi. Program Sarjana S1 Universitas Diponegoro.
Semarang.
Yularto, A. dan A. Chariri. 2003. Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela dalam
Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis
dan Pada Periode Krisis. Jurnal Maksi. vol. 2, Januari pp. 35-51.
●●●
Download