Beberapa Kesalahan dalam Sholat - Just Shared on Tel-U

advertisement
Beberapa Kesalahan dalam Sholat - 08-06-2012
by Hilfan Soeltansyah - Just Shared on Tel-U - http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id
Beberapa Kesalahan dalam Sholat
by Hilfan Soeltansyah - Senin, Agustus 06, 2012
http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id/id/2012/08/beberapa-kesalahan-dalam-sholat-2/
At Tauhid edisi VII/48
Oleh: Rizki Amipon Dasa
Segala puji bagi Allah ta’ala , semoga shalawat dan salam terlimpahkan pada tauladan kita Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga beliau, sahabat beliau, dan orang-orang yang
mengikuti petunjuk beliau dengan baik. Amma ba’du.
Shalat merupakan ibadah yang agung. Di antara bukti keagungannya adalah Allah sendiri yang langsung
menyampaikan kewajiban shalat kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam peristiwa isra’
mi’raj. Shalat merupakan penyejuk hati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau senantiasa
berpesan pada umatnya untuk menjaga shalat. Karena agungnya ibadah ini, maka hendaknya seorang
muslim perhatian terhadapnya dan waspada terhadap praktek-praktek yang keliru dalam shalat, karena
praktek yang keliru dalam shalat bisa merusak kesempurnaan shalat atau bahkan membatalkannya. Dalam
pembahasan kali ini kami sampaikan beberapa kekeliruan yang sering dilakukan ketika shalat dalam
rangka saling menasihati dalam kebenaran.
Mengeraskan Bacaan Niat
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata, “Adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
membuka shalat dengan takbir (yaitu takbiratul ihram).” (HR. Muslim)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma beliau berkata, ”Aku melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam membuka dengan bacaan takbir dalam shalat, kemudian beliau mengangkat kedua
tangannya.” (HR. Bukhari)
Dalil di atas dan banyak dalil lainnya yang shahih dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
menunjukkan bahwa shalat dibuka dengan takbir (yaitu takbiratul ihram) dan sebelumnya beliau tidak
membaca apa pun.
Al Qadhi Abu Rabi’ Sulaiman bin Umar Asy Syafi’i berkata, ”Mengeraskan niat dan bacaan Al Qur’an
di belakang imam bukanlah termasuk sunnah, bahkan merupakan suatu hal yang makruh (dibenci), dan
jika sampai mengganggu orang lain yang sholat maka menjadi haram. Barangsiapa yang mengatakan
bahwa mengeraskan lafadz niat termasuk sunnah, maka dia telah keliru, dan tidak boleh baginya dan
orang selainnya untuk berbicara tentang agama Allah ta’ala dengan tanpa ilmu.”
Abu Abdillah Muhammad bin Al Qashim At Tunisi mengatakan, ”Niat merupakan amalan hati.
1/5
Beberapa Kesalahan dalam Sholat - 08-06-2012
by Hilfan Soeltansyah - Just Shared on Tel-U - http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id
Melafadzkannya dengan keras merupakan perbuatan yang mengada-ada yang tidak pernah diajarkan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, selain itu juga bisa mengganggu orang lain.”
Abu Abdillah Az Zubairi, salah seorang ulama dari kalangan madzhab Syafi’i telah melakukan
kekeliruan dimana beliau mengeluarkan statement bahwa diantara pendapat Imam Asy Syafi’i adalah
wajibnya melafadzkan niat dalam sholat. Sebab kekeliruan beliau adalah salah paham terhadap perkataan
Imam Asy Syafi’i. Perkataan Imam Asy Syafi’i yang dimaksud adalah ketika beliau berkata, “Ketika
seseorang berniat untuk haji dan umrah maka itu sah meski dia tidak melafadzkannya, dan ini tidak
sebagaimana shalat, maka shalat tidak sah kecuali dengan diucapkan.”
Imam An Nawawi berkata, ”Para ulama kami (yaitu ulama madzhab Syafi’i) mengatakan: “Orang yang
mengatakan bahwa wajib melafadzkan niat dalam shalat (yaitu Abu Abdillah Az Zubairi) telah
melakukan kekeliruan. Dan bukanlah yang dimaksudkan oleh Imam Syafi’i dengan perkataan beliau
“…maka shalat tidak sah kecuali dengan diucapkan” adalah wajibnya melafadzkan niat. Namun, yang
beliau maksudkan adalah takbir (yaitu takbiratul ihram).” (Al Majmu’ 3/243, karya An Nawawi)
Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi mengatakan, ”Tidak ada seorang pun dari kalangan imam madzhab yang empat,
tidak Asy Syafi’i, dan tidak pula yang lainnya yang mengatakan disyaratkannya melafadzkan niat.
Tempat niat adalah di hati berdasarkan kesepakatan mereka. Akan tetapi sebagian ulama belakangan
mewajibkan melafadzkan niat dan mengklaimnya sebagai salah satu pendapat imam Asy Syafi’i. Imam
An Nawawi mengatakan, ”Orang yang mewajibkan melafadzkan niat adalah keliru.” (Al Ittiba’ hal.62)
Tidak Membaca dengan Lisan ketika Takbir, Membaca Surat, dan Dzikir
Tidak membaca dengan lisan ketika takbir, membaca surat, dan dzikir-dzikir sholat yang lain dan
mencukupkan diri dengan membaca dalam hati merupakan sebuah kekeliruan. Orang yang melakukannya
seolah-olah menganggap bahwa shalat hanyalah perbuatan anggota badan yang tidak ada ucapan lisan
maupun dzikir sama sekali. Padahal membaca dengan lisan merupakan sebuah hal yang wajib dalam
shalat menurut para ulama dan para shahabat Nabi radhiallahu‘anhum.
Seandainya membaca dalam hati adalah sah dalam sholat, maka Nabi tidak mungkin akan bersabda
kepada seseorang yang praktek sholatnya belum benar, “… kemudian bacalah ayat Al Qur’an yang mudah
bagimu.” Karena yang namanya “al qira’ah” (bacaan) bukanlah bacaan dalam hati. Dan diantara
konsekuensi dari “al qira’ah” – ditinjau dari sisi bahasa Arab dan sisi syari’at- adalah menggerakkan
lisan sebagaimana yang telah diketahui. Diantara hal yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah
ta’ala, ”Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Al Qur’an karena hendak cepat-cepat
menguasainya.” (QS. Al Qiyamah 16)
Oleh karena itulah para ulama yang berpendapat bahwa orang yang junub dilarang membaca Al Qur’an,
mereka membolehkan membaca ayat dalam hati ketika junub, karena membaca dalam hati bukanlah “al
qira’ah” (bacaan).
Memejamkan Mata Ketika Shalat
Ibnul Qayyim mengatakan, ”Bukanlah termasuk petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
memejamkan kedua mata beliau ketika shalat. Dan telah berlalu penjelasan bahwa ketika tasyahud beliau
2/5
Beberapa Kesalahan dalam Sholat - 08-06-2012
by Hilfan Soeltansyah - Just Shared on Tel-U - http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id
mengarahkan pandangannya ke jari-jari beliau dalam doa, dan pandangan beliau tidak lepas dari isyarat
beliau (yaitu isyarat dengan telunjuk ketika tasyahud).”
Para ahli fiqih berbeda pendapat tentang status makruhnya memejamkan mata dalam shalat. Imam
Ahmad dan ulama yang lain menilainya sebagai suatu hal yag makruh, mereka mengatakan, ”Itu adalah
perbuatan orang Yahudi.” Sejumlah ulama yang lain menilainya sebagai hal yang mubah dan tidak
makruh, mereka mengatakan,” Terkadang hal tersebut lebih bisa membantu tercapainya kekhusyukan
yang merupakan ruh shalat dan inti shalat.”
Pendapat yang lebih tepat adalah jika membuka mata tidak menyebabkan terganggunya kekhusyukan
maka membuka mata lebih utama. Akan tetapi jika membuka mata bisa menghalangi antara orang
tersebut dengan kekhusyukan, semisal karena di arah kiblat terdapat hiasan dan lainnya yang
mengganggu konsentrasi hatinya maka dalam keadaan ini menutup mata dalam shalat tidaklah makruh.
Tidak Tuma’ninah dalam Shalat
Dari Zaid bin Wahb beliau mengatakan, “ Hudzaifah melihat seorang laki-laki yang tidak
menyempurnakan ruku’ dan sujudnya. Beliau berkata: “Engkau tidaklah shalat. Seandainya engkau mati,
maka engkau mati dalam keadaan tidak di atas fithrah yang Allah fithrahkan kepada Muhammad
shalallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari)
Atsar di atas menunjukkan wajibnya tuma’ninah dalam ruku’ dan sujud, dan cacat pada dua hal tersebut
merupakan pembatal shalat karena Hudzaifah mengatakan, “Engkau tidaklah shalat.” Hal ini semisal
dengan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada seseorang yang belum benar shalatnya
sebagaimana hadits berikut ini.
Dari Abu Hurairah radhiallahu‘anhu beliau mengatakan, ”Sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam masuk masjid kemudian masuklah seorang laki-laki kemudian shalat. Kemudian dia datang dan
mengucapkan salam pada Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam. Maka Nabi menjawab salamnya dan
bersabda: “Kembalilah, dan sholatlah, karena sesungguhnya engkau belum sholat.” Kejadian ini
berlangsung tiga kali. Maka laki-laki tersebut mengatakan: ” Demi Dzat yang mengutusmu dengan
kebenaran, aku tidak bisa shalat lebih baik dari shalatku ini. Maka ajarilah aku.” Nabi bersabda: “Jika
engkau hendak shalat, sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke arah kiblat, kemudian
bertakbirlah. Lalu bacalah ayat Al Qur’an yang mudah bagimu. Kemudian ruku’lah sampai engkau
tuma’ninah dalam ruku’mu. Kemudian bangkitlah sampai engkau i’tidal dalam keadaan berdiri.
Kemudian sujudlah sampai engkau tuma’ninah dalam sujudmu, kemudian bangkitlah sampai engkau
tuma’ninah dalam dudukmu. Kemudian sujudlah sampai engkau tuma’ninah dalam sujudmu. Kemudian
lakukanlah hal tadi dalam seluruh shalatmu.” (HR. Bukhari)
Hadits di atas merupakan dalil wajibnya tuma’ninah. Barangsiapa meninggalkannya maka ia tidak
melaksanakan apa yang diperintahkan padanya, dan statusnya masih sebagai orang yang dituntut untuk
melakukan perintah tersebut.
Para ulama mengatakan, ”Tidaklah sah ruku’, sujud, berdiri setelah ruku, tidak pula duduk antara dua
sujud sampai orang tersebut i’tidal (proporsional) dalam ruku’, berdiri setelah ruku’, sujud dan
duduknya.” Dan ini merupakan pendapat yang shahih yang terdapat dalam atsar, dan inilah pendapat
3/5
Beberapa Kesalahan dalam Sholat - 08-06-2012
by Hilfan Soeltansyah - Just Shared on Tel-U - http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id
jumhur ulama dan para ulama peneliti. (Tafsir Al Qurtubi 11/124-125)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang shalat dalam keadaan cepat sekali sehingga seperti
mematuk dalam gerakan shalatnya. Rasulullah shalallahu ‘alihi wa sallam bersabda, “Itu adalah
shalatnya orang munafik, (yaitu) seseorang duduk mengintai-intai matahari, sampai ketika matahari
berada diantara dua tanduk setan, maka dia berdiri kemudian mematuk (dalam shalatnya) sebanyak
empat rakaat, dia tidak berdzikir pada Allah kecuali sedikit.” (HR. Muslim)
Keadaan orang yang mematuk dalam shalatnya adalah sebagaimana yang bisa kita saksikan pada
sebagian orang yang shalat. Sebagian orang melakukan rukun-rukun shalat secepat anak panah, tidaklah
lebih dari ucapan “Allahu Akbar” dalam ruku’ dan sujudnya dan ia melakukannya dengan sangat cepat.
Hampir- hampir sujudnya mendahului ruku’nya, dan ruku’nya mendahului bacaan suratnya . Dan tidak
jarang ada orang yang menganggap bahwa bacaan tasbih dalam ruku’ dan sujud lebih utama dibaca
sekali daripada tiga kali. Dan ini merupakan sebuah hal yang keliru.
Demikian pembahasan kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Marilah kita senantiasa memperbaiki
amal ibadah kita dengan meninggalkan apa yang kita ketahui itu keliru dan mengamalkan apa yang
menjadi ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
[Diringkas dan diterjemahkan oleh Rizki Amipon Dasa dari Al Qaul Al Mubiin fi Akhtha’il Mushalliin
karya Syaikh Masyhur Hasan Salman]
Beberapa Kesalahan dalam Sholat, Sumber : http://url.stisitelkom.ac.id/37845
http://stisitelkom.ac.id/rss
Beberapa Kesalahan dalam Sholat
Berbagi ilmu walaupun sekedar meneruskan berita dari orang lain…
http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id/id/2012/08/beberapa-kesalahan-dalam-sholat-2/
Incoming search terms:
Abu Abdillah Az Zubairi mewajibkan niat sholat (1)
Share this:
Share on Tumblr
4/5
Beberapa Kesalahan dalam Sholat - 08-06-2012
by Hilfan Soeltansyah - Just Shared on Tel-U - http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id
Press This
Pocket
Print
Email
Like this:
Like Loading...
_______________________________________________
PDF generated by Kalin's PDF Creation Station
5/5
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Download