BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasanya ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 1998). Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain akan terisolasi dari masyarakat. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa (Cangara, 1998). Oleh sebab itu menurut Everett Kleinjan (Cangara, 1998) komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernapas. Sepanjang manusia ingin hidup, ia perlu berkomunikasi. Banyak ahli yang menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Cangara (1998) menyatakan bahwa komunikasi berusaha menjembatani antara pikiran, perasaan dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap dan perilaku orang lain. Komunikasi membuat cakrawala seseorang menjadi makin luas. 1 Komunikasi juga dapat mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (Devito, 1997). Komunikasi juga bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi menurut (Shannon dan Weaver, 1949, dalam Wiryanto, 2004). Menurut Cangara (1998) komunikasi memiliki empat macam tipe, yakni : 1. Komunikasi dengan Diri Sendiri (intrapersonal), komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. 2. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal), komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. 3. Komunikasi Publik, komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. 4. Komunikasi Massa, komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. Tipe komunikasi yang paling efektif dilakukan adalah komunikasi antarpribadi (interpersonal). Komunikasi antarpribadi atau interpersonal merupakan tipe komunikasi yang paling efektif dalam mengubah dan memahami sikap dan perilaku berkomunikasi dibandingkan tipe-tipe komunikasi yang lain. Komunikasi antarpribadi berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka (Cangara, 1998), seperti yang dinyatakan (R. Wayne Pace, 1979, dalam Cangara, 1998) bahwa “interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to 2 face setting” (komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka). Menurut Devito (1997) komunikasi antarpribadi yakni penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Effendi yang dikutip Liliweri, 1991 (dalam Galih, 2013) komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dan seorang komunikan yang sangat efektif dalam upaya mengubah sifat, pendapat dan perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan dan arus balik yang bersifat langsung dimana komunikan pada saat itu juga yaitu pada saat komunikasi berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMP Negeri 1 Dukuhseti Pati bahwa terdapat siswa yang memiliki kasus kemampuan komunikasi antarpribadi yang rendah di kelas VII C. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi yang rendah sering berperilaku pasif dan mengalami kesulitan bergaul dengan teman sebaya, selain itu siswa yang komunikasi antarpribadinya rendah merupakan siswa yang kurang terbuka terhadap orang lain atau bersikap tertutup dan rasa empatinya kurang. Hal ini diketahui oleh guru BK ketika memberikan layanan BK saat di dalam kelas, konseling individu dan saat jam istirahat. Dari kenyataan yang ada di lapangan, sebesar 38% siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Dukuhseti Pati dari 21 siswa yang masuk dalam kategori sangat 3 rendah dan rendah dalam kemampuan komunikasi antarpribadi yang dimilikinya. Data tersebut diperoleh dari skala sikap komunikasi antarpribadi dengan jumlah 41 item. Data tersebut dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 1.1 Hasil Pra-Penelitian NO KATEGORI JUMLAH PROSENTASE 1. Sangat rendah 4 19 % 2. Rendah 4 19 % 3. Sedang 5 24 % 4. Tinggi 4 19 % 5. Sangat tinggi 4 19 % Jumlah 21 100% Berdasarkan data tersebut, kemampuan komunikasi antarpribadi yang tinggi sangatlah dibutuhkan agar individu mampu dan trampil bergaul dengan teman sebayanya. Kemampuan komunikasi antarpribadi ini tidak muncul dengan sendirinya atau dibawa sejak lahir, namun diperoleh melalui proses pembelajaran. Individu membutuhkan bimbingan untuk dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi antarpribadi. Bimbingan kelompok merupakan suatu satu layanan BK yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi. Dalam kegiatan bimbingan kelompok terdapat beberapa teknik permainan yang dapat digunakan yaitu salah satunya adalah teknik permainan sosiodrama. 4 Menurut Romlah (2001) teknik permainan sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antarmanusia. Metode sosiodrama yaitu cara mengajar yang memberikan kesempatan anak untuk melalukan kegiatan memainkan peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat/kehidupan sosial (Djamarah, dalam Widayat, 2013). Seorang siswa dalam komunikasi antarpribadi sangatlah dibutuhkan dalam membina hubungan sosial baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Komunikasi antarpribadi yang rendah akan membuat siswa itu terisolir dari teman sebayanya di sekolah atau di lingkungan masyarakat sekitar. Cangara (1998) menekankan bahwa dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolir dari masyarakat. Dalam membantu siswa dalam mengatasi masalahnya mengenai kemampuan komunikasi antarpribadi salah satu cara dengan menggunakan bimbingan kelompok. Ratnawati (2013) yang judul penelitian “Keefektifan teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Interpersonal pada Peserta Didik SMP N 1 Poncol Tahun Ajaran 2012/2013” yang hasil analisis ada menunjukkan ada perbedaan rata-rata skor angket komunikasi interpersonal antara sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama. Hal tersebut ditunjukkan dengan t hitung > t tabel (26,70 >1,695) yang berarti signifikan yaitu ada perbedaan rata-rata skor angket komunikasi interpersonal antara sebelum dengan sesudah perlakuan. 5 Artinya layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi interpersonal peserta didik. Widayat (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Sosiodrama untuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 3 Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2013/2014”. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung = 11,431. Selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel pada taraf signifikan 5% dengan db = 29 yaitu sebesar 2,045, maka thitung > ttabel. Dengan demikian koefisien thitung sebesar 11,431 adalah signifikan pada taraf signifikan 5%. Atas dasar perhitungan tersebut maka hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama untuk meningkatkan komunikasi antar pribadi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2013/2014” diterima pada taraf signifikan 5%. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa teknik permainan sosiodrama perlu diberikan agar siswa yang memiliki kemampuan komunikasi antarpribadi yang rendah mendapatkan bantuan dengan seringnya berinteraksi dalam proses permainan sosiodrama yang diberikan, sehingga siswa semakin meningkat kemampuan komunikasi antarpribadinya. Dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti adakah peningkatan kemampuan komunikasi antarpribadi dengan menggunakan teknik permainan sosiodrama pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Dukuhseti Pati. 6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibuatkan rumusan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Adakah peningkatan yang signifikan kemampuan komunikasi antarpribadi pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Dukuhseti Pati dengan menggunakan teknik permainan sosiodrama?”. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan komunikasi antarpribadi pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Dukuhseti Pati dengan menggunakan teknik permainan sosiodrama. 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Manfaat teoritis Bila dalam penelitian ini ditemukan bahwa teknik permainan sosiodrama dapat meningkatkan secara signifikan kemampuan komunikasi antarpribadi siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Dukuhseti Pati, maka temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Ratnawati (2013) dan Widayat (2013). Bila dalam penelitian ini ditemukan bahwa teknik permainan sosiodrama tidak dapat meningkat secara signifikan kemampuan komunikasi antarpribadi siswa kelas VIIC SMP Negeri 1 Dukuhseti Pati, berarti menolak penelitian Ratnawati (2013) dan Widayat (2013). 7 2. Manfaat praktis Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman praktis dalam menyelenggarakan penelitian sebagai wujud upaya peningkatan kompetensi dalam bidang bimbingan dan konseling khususnya dalam teknik permainan sosiodrama. b. Bagi Guru BK Memberikan informasi bisa tidaknya teknik permainan sosiodrama meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi, bagi instansi pendidikan dan pendidik agar mampu mengembangkan kemampuan komunikasi antarpribadi dengan baik pada peserta didiknya sehingga dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan baik. c. Bagi Sekolah Dengan diberikannya layanan bimbingan kelompok terkhusus dalam teknik permainan sosiodrama, maka menjadi masukan bagi sekolah untuk menyusun program dalam pemberian layanan bimbingan dan kelompok khususnya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi kepada siswa. 8 d. Bagi Siswa Memahami masalah dalam kemampuan komunikasi antarpribadi dan siswa dapat mengatasinya dengan permainan sosiodrama, sehingga kemampuan komunikasi antarpribadi siswa dapat meningkat dan siswa tidak mengalami kesulitan lagi dalam bergaul serta siswa dapat berperilaku aktif dalam jam pelajaran. 1.5 Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian dibagi menjadi 5 bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, berisi tentang teori yang melandasi yaitu berisi tentang komunikasi antarpribadi, permainan sosiodrama, penelitian yang terkait, kerangka berpikir dan hipotesis. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen, uji homogen, teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian. Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran. 9