13 BAB II KOMUNIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DAN

advertisement
BAB II
KOMUNIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
DAN INTERPERSONAL SKILL
A. Komunikasi Bimbingan dan Konseling Islam
1.
Pengertian Komunikasi
Memahami makna komunikasi bimbingan dan konseling Islam
diawali dengan memahami setiap unsur yang membentuk komunikasi
bimbingan dan konseling Islam itu sendiri, yaitu komunikasi dan
bimbingan konseling Islam. makna dari komunikasi dan bimbingan
konseling Islam akan dijelaskan sebagai berikut:
a.
Pengertian komunikasi
Komunikasi berarti interaksi antar manusia baik perorangan
maupun kelompok, komunikasi merupakan bagian dari kehidupan
manusia sejak lahir manusia sudah dapat berkomunikasi dengan
bahasa non verbal berupa tangisan ketika dilahirkan.17
Dalam ilmu sosiologi komunikasi diartikan sebagai proses
memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap,
dan perilaku orang lain kemudian seseorang tersebut membuat reaksi
berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya.18
Suranto memberikan pengertian komunikasi secara sederhana
yaitu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung
17
A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
18
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 57.
hal. 1.
13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
arti dari seorang sumber atau komunikator kepada seorang penerima
atau komunikan dengan tujuan tertentu.19
Kamus
psikologi,
Dictionary
of
Behavioral
Science
menyebutkan enam pengertian komunikasi sebagai berikut:
Pertama, komunikasi merupakan penyampaian perubahan
energi dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem
saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara. Kedua,
Komunikasi adalah penyampaian atau penerimaan pesan atau sinyal
oleh organisme. Ketiga, Komunikasi merupakan pesan yang
disampaikan. Keempat, komunikasi adalah suatu proses yang
dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui
pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan. Kelima, pengaruh suatu
wilayah pesona pada wilayah pesona yang lain sehingga perubahan
dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada
wilayah yang lain. Keenam, komunikasi diartikan sebagai pesan
pasien kepada terapi dalam psikoterapi.20
Dari berbagai pengertian komunikasi diatas dapat kita ketahui
bahwa
komunikasi
dalam
konteks
psikologi
merupakan
penyampaian energi dari alat-alat indra ke otak, pada peristiwa
penerimaan
19
20
dan
pengolahan
informasi,
pada
proses
saling
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal.2.
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remadja Karya, 2013), hal. 4.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
mempengaruhi diantara berbagai sistem dalam interaksi antar
organisme.21
b.
Fungsi komunikasi
Rudolph F. Verderber menjelaskan bahwa komunikasi
memiliki
dua
fungsi.
Pertama,
fungsi
sosial
yaitu
untuk
menunjukkan ikatan dengan orang lain membangun dan memelihara
hubungan. Kedua, yakni sebagai pengambil keputusan pada saat
tertentu. Sedangkan Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson
mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum
yaitu pertama, untuk kelangsungan hidup pribadi. Kedua, untuk
kelangsungan hidup di masyarakat tepatnya untuk menjaga
hubungan sosial.22
c.
Unsur-unsur komunikasi
Komunikasi memiliki beberapa unsur yang harus ada dalam
proses komunikasi. Berikut adalah beberapa unsur komunikasi:
Pertama, Komunikator atau pemberi informasi dalam proses
komunikasi merupakan seseorang yang memberikan informasi
kepada orang lain melalui simbol-simbol tertentu. Kedua, Pesan atau
informasi merupakan isi dari apa yang disampaikan oleh
komunikator. Ketiga, media atau alat untuk menyampaikan pesan.
21
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remadja Karya, 2013), hal. 5.
Ali Nurdin Dkk, Pengantar Ilmu Komunikasi (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,
2013), hal. 86.
22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Keempat, komunikan yaitu penerima pesan yang disampaikan oleh
komunikator. 23
d.
Bentuk-bentuk komunikasi
Bentuk komunikasi dikelompokkan berdasarkan jumlah
pihak yang terlibat dalam komunikasi, sebagai berikut:
Pertama, komunikasi intrapersonal yaitu proses komunikasi
yang terjadi dalam diri sendiri, misalnya proses berfikir untuk
menemukan pemecahan masalah. Kedua, komunikasi interpersonal
yaitu komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain
yang terjadi secara tatap muka atau melalui bantuan media. Ketiga,
Komunikasi kelompok yakni komunikasi yang berlangsung dalam
suatu
kelompok.
Keempat,
komunikasi
massa
merupakan
komunikasi yang melibatkan banyak orang seperti kampanye,
demonstrasi dan lain-lain.24
e.
Sifat komunikasi
Komunikasi jika dilihat dari sifatnya diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut:
Pertama,
Komunikasi
tatap
muka
(face
to
face
communication) dalam komunikasi tatap muka terjadi pertemuan
antara komunikator dan komunikan. Kedua, Komunikasi media ialah
komunikasi yang memanfaatkan peran media seperti telepon, surat
23
Muhammad Ali, Makna Komunikasi Konseling dalam Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol.
13 No. 1 (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2015), hal. 123-125.
24
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 13.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
kabar, radio, televisi dan lain-lain.25 Ketiga, komunikasi verbal
merupakan komunikasi yang dilakukan melalui simbol-simbol yang
berupa kata dan bahasa sebagai media penyampaiannya. Keempat,
komunikasi
non
verbal
merupakan
komunikasi
yang tidak
menggunakan kata-kata atau bahasa melainkan menggunakan bahasa
tubuh yakni mimik wajah dan gestur tubuh. 26
f.
Faktor-faltor yang mempengaruhi komunikasi
Ada beberapa hal yang memengaruhi berjalannya proses
komunikasi yaitu: Pertama, Persepsi atau cara pandang seseorang
terhadap stimulus, objek, kejadian atau peristiwa. Persepsi dapat
dipengaruhi, dibentuk serta dirubah berdasarkan tingkat kebutuhan,
harapan , dan reinforcement. Kesamaan persepsi antara komuniktor
dan komunikan akan menghasilkan komunikasi yang positif dan
aktif, sebaliknya bila terjadi perbedaan persepsi antara komunikator
dan komunikan akan menyebabkan konflik. Kedua, Kredibilitas
komunikator akan sangat memengaruhi proses komunikasi, karena
hal ini menentukan tingkat kepercayaan komunikan kepada
komunikator terhadap pesan yang disampaikan. Ketiga, Isi pesan
yang
disampaikan
juga
memengaruhi
berjalannya
proses
komunikasi, bila pesan yang disampaikan jelas, lugas, dan
bermanfaat tentu komunikan akan lebih mudah menerima pesan
yang disampaikan komunikator. Keempat, jenis kelamin, perbedaan
25
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 14.
Agus Priyanto, Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Pelayanan untuk Perawat
dan Bidan (Jakarta: Salemba Medika, 2009), hal. 12.
26
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
dialek dalam berkomunikasi antara pria dan wanita cukup signifikan
perbedaan ini disebut genderleck. Kelima, faktor pengetahuan sangat
memengaruhi komunikasi, karena pengetahuan berdampak pada
daya tangkap (nalar), pemahaman, responsibilitas isi pesan, persepsi,
interpretasi dan lain-lain.27
g.
Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi
Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi merupakan landasan
ilmiah kedua setelah ilmu filsafat, psikologi sebagai akar ilmu
komunikasi merupakan ilmu yang berusaha untuk menguraikan,
meramalkan, dan mengendalikan peritiwa mental dan behavioral
dalam komunikasi. Dalam psikologi komunikasi, komunikator
melakukan proses komunikasi interpersonal dengan menggunakan
seluruh kemampuannya agar pesan yang disampaikan kepada
komunikan dapat diterima dengan baik dan dapat memberikan
timbal balik kepada komunikator.28 Dalam psikologi komunikasi,
proses komunikasi akan dikatakan berhasil bila dapat menunjukkan
yang dapat menjadi sumber kepercayaan komunikan, dengan
demikian maka komunikator dapat dengan mudah melakukan
persuasi kepada komunikan.29
27
Heri Zan Pieter, Pengantar Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan
(Jakarta: Kencana, 2012), hal. 24-27.
28
Nina W. Syam, Psikologi Sebagai Akar Komunikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2011), hal. 1-2.
29
Heri Zan Pieter, Pengantar Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan
(Jakarta: Kencana, 2012), hal.120.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
h.
Pemrosesan Informasi
Pemrosesan
informasi
adalah
bagaimana
seseorang
menerima, menelaah dan memahami informasi yang didapatkan dari
lingkungannya. Terdapat tiga proses dalam penerimaan informasi
yaitu: Pertama, encoding yaitu proses memasukan informasi
kedalam memori, Kedua, store yaitu menyimpan informasi yang
diterima dan mempertahankannya dari waktu ke waktu. Ketiga,
retrieve yaitu mengambil informasi yang telah disimpan untuk
digunakan kembali.30
Atkinson Shiffrin menyatakan terdapat tiga sistem daya ingat
yaitu:
1) Rekaman indra (sensory-register)
Merupakan komponen sistem daya ingat dimana
informasi diterima dalam jumlah besar melalui panca indera.
rekaman
indera
berperan
sebagai
tempat
penampungan
informasi yang dapat menahan informasi dalam akurasi yang
tinggi sehingga kita dapat memilih informasi yang ingin kita
perhatikan dari sekian banyak informasi yang diterima.
2) Memori jangka pendek (short term memory)
adalah sistem memori yang memiliki daya ingat yang
pendek yaitu hanya sekitar 30 detik, namun daya ingat dalam
30
Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013), hal. 80.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
memori jangka pendek akan dapat bertahan lebih lama jika
informasi yang diterima diulang terus menerus.
3) Memori jangka panjang (long term memory)
Merupakan memori yang menyimpan informasi dalam
jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif lama.31
2.
Bimbingan dan konseling Islam
a.
Pengertian bimbingan konseling Islam
Bimbingan dan konseling merupakan translasi dari kata
“guidance” dan “counseling” dalam bahasa inggris. Secara
etimolologi kata guid memiliki arti mengarahkan, memandu,
mengelola.32
Sedangkan dari segi terminologi terdapat berbagai macam
definisi yang dikemukakan para ahli tentang bimbingan yaitu
sebagai berikut: Menurut Syamsu Yusuf bimbingan merupakan
proses pemberian bantuan oleh konselor kepada individu secara
berkelanjutan
agar
mampu
memahami
potensi
diri
dan
lingkungannya, menerima diri, mengembangkan dirinya secara
optimal, dan menyesuaikan diri dengan tuntutan norma kehidupan
baik personal maupun sosial.33
31
Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013), hal.81-83.
32
Syamsu Yusuf L.N, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Rizqi
Press, 2009), hal. 37.
33
Syamsu Yusuf L.N, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Rizqi
Press, 2009), hal.38.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Frank Parson mengemukakan bimbingan sebagai bantuan
yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri,
menduduki suatu jabatan, serta mendapatkan kemajuan dalam
jabatan yang dipilihnya. Selain itu Chiskolm mendefinisikan
bimbingan sebagai suatu pertolongan untuk membantu individu lebih
mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.34
Winkel juga memberikan definisi tentang bimbingan yaitu
suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan,
pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri.35
Dari berbagai macam definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan oleh
konselor kepada individu agar dapat memahami dirinya dan
lingkungannya sehingga individu tersebut dapat hidup secara
mandiri dalam artian dapat menyesaikan masalahnya sendiri.
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti
merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu
yang sedang mengalami suatu masalah yang bertujuan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi konseli.36
Dalam buku bimbingan dan konseling disebutkan bahwa
konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan yang
merupakan teknik utama hal ini dikarenakan konseling dapat
34
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal.13.
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 14.
36
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 15.
35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
memberikan perubahan yang mendasar, yaitu mengubah sikap,
dimana sikap menentukan perbuatan, pemikiran, pandangan,
perasaan dan lain-lain.37
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan yang
menjadi teknik utama yang memanfaatkan komunikasi dua arah
antara konselor dengan konseli sebagai media untuk menggali dan
mengatasi permasalahan konseli.
Setelah mengetahui definisi bimbingan dan konseling
selanjutnya kita perlu untuk mengetahui hubungan atau keterkaitan
antara bimbingan dan konseling, Jones memandang konseling
sebagai salah satu teknik dalam bimbingan, oleh karena itu makna
bimbingan lebih luas dibandingkan konseling.
Blum dan Balinsky berpendapat bahwa istilah bimbingan dan
konseling sama, tidak terdapat perbedaan fundamental antara
keduanya hanya saja bimbingan merupakan istilah lama. Umar dan
Sartono mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling merupakan
dua istilah yang berbeda baik dasarnya maupun cara kerjanya,
menurut pandangan ini konseling lebih indentik dengan psikoterapi,
yaitu usaha untuk menolong individu yang berada dalam masalah
atau kesulitan, sedangkan bimbingan lebih identik dengan dunia
pendidikan.
37
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Bimo Walgito mengemukakan perbedaan dan persamaan
antara bimbingan dan konseling sebagai berikut: pertama, konseling
merupakan salah satu metode dari bimbingan, sehingga pengertian
bimbingan lebih luas dari konseling, oleh karena itu konseling
merupakan bimbingan namun tidak semua bimbingan merupakan
konseling. Kedua, Dalam konseling terdapat masalah tertentu yang
dihadapi oleh konseli sedangkan dalam bimbingan tidak demikian,
konseling bersifat kuratif sedangkan bimbingan bersifat preventif.
Ketiga, Konseling pada umumnya dilakukan secara individu antara
konselor dengan konseli secara face to face, sedangkan bimbingan
dilakukan secara kelompok.38
Bimbingan konseling Islam sendiri mempunyai pengertian
yang khusus, berikut pengertian bimbingan konseling Islam menurut
para ahli: Bimbingan konseling Islam pada dasarnya merupakan
implementasi dari metode dakwah “mau’izhah hasanah” yang
tertuang dalam firman Allah Qur’an surat An-Nahl: 12539:
          
             
 
38
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 16-17.
Ema Hidayanti, Komunikasi dalam Konseling , Konseling Religi Jurnal Bimbingan dan
Konseling Islam Vol. 2 No. 2 (Semarang: IAIN Wal.isongo, 2011), hal. 130.
39
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.40
Berdasarkan ayat diatas dapat kita ketahui bahwasanya Allah
swt memerintahkan kita untuk berdakwah dengan lemah lembut
bukan dengan kekerasan, bimbingan dan konseling Islam yang
merupakan implementasi dari dakwah juga menggunakan konsep
lemah lembut dalam memberikan bantuan kepada konseli.
Menurut
Musnamar
bimbingan
dan
konseling
Islam
merupakan suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari eksistensinya sebagai hamba Allah yang seharusnya
hidup dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.41
Aunur Rahim Faqih memberikan pengertian bimbingan dan
konseling Islam adalah pemberian bantuan kepada individu agar
mampu selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Lebih lanjut Hamdani
Bakran menyebutkan ciri khas dari konseling Islam sebagai berikut:
Pertama, berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits. Kedua, Hukum
konselor memberikan konseling kepada konseli dan konseli meminta
bimbingan konselor adalah merupakan suatu keharusan dan ibadah.
40
Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemah (Jakarta: CV Penerbit J-Art), Hal. 281.
Safrodin, Problematika Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Pada
Narapidana (Semarang: IAIN Walisongo, 2010), hal. 33.
41
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
Ketiga, konselor Islam adalah konselor yang memberikan konseling
berdasarkan perintah dan larangan Allah.42
Ema Hidayanti, menjelaskan bahwa bimbingan konseling
Islam adalah pemberian bantuan kepada individu agar dapat
mengembangkan segala fitrahnya untuk menghadapi masalahnya
sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.43
Selain itu Anwar Sutoyo memberikan pengertian mengenai
bimbingan konseling Islam yaitu usaha untuk membantu individu
adar dapat menyelesaikan masalahnya dan kembali kepada fitrahnya
yakni sebagai hamba Allah sehingga ia hidup di dunia selaras
dengan ketentuan Allah. 44
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bimbingan
konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu
agar dapat kembali kepada fitrahnya sebagai hamba Allah agar dapat
hidup sesuai dengan tuntunan Allah sehingga dapat hidup bahagia
didunia dan akhirat.
b.
Dasar bimbingan dan konseling Islam
Pada hakikatnya dasar dari bimbingan dan konseling Islam
adalah Al-Qur’an dan hadits, hal ini dikaitkan dengan sabda
Rasulullah saw “Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika
42
Safrodin, Problematika Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada Nara
Pidana (Semarang: IAIN Walisongo, 2010), hal. 34.
43
Ema Hidayanti, Komunikasi dalam Konseling , Konseling Religi Jurnal Bimbingan dan
Konseling Islam Vol. 2 No. 2 (Semarang: IAIN Wal.isongo, 2011), hal. 17.
44
Ema Hidayanti, Komunikasi dalam Konseling , Konseling Religi Jurnal Bimbingan dan
Konseling Islam Vol. 2 No. 2 (Semarang: IAIN Wal.isongo, 2011), hal. 122.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
kalian selalu berpegang teguh kepadanya niscaya selama-lamanya
kalian tidak akan pernah tersesat, sesuatu itu adalah Kitabullah dan
sunnah Rasul-Nya”, bimbingan konseling Islam juga didasarkan
pada Al-Qur’an dan sunnah Rasul sebagaimana hadits diatas.
Secara religius dapat dikemukakan bahwa alasan yang
mendasar mengapa bimbingan dan konseling Islam diperlukan
adalah karena Islam mempunyai pandangan yang jelas mengenai
manusia. Allah swt sebagai khaliq pencipta manusia telah
menjelaskan berbagai pengertian dan seluk beluk tentang makhluk
ciptaanya yakni manusia melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an. Oleh
karena itu Al-Qur’an merupakan sumber mutlak yang dijadikan
sebagai dasar bimbingan konseling Islam.
Sedangkan secara ilmiah kegiatan bimbingan dan konseling
Islam merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar
keilmuan yang ada didalam teori, dan dalam pelaksanaannya
terdapat pelayanan secara berkelanjutan.
Selain itu bila dilihat dari segi psikologis, bimbingan
konseling Islam memiliki keterkaitan dengan ilmu psikologi
khususnya dalam mengkaji perilaku individu, seorang konselor
diharuskan untuk menguasai aspek-aspek psikologis yang akan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
diperlukan dalam menggali permasalahan yang dihadapi oleh konseli
nantinya.45
c.
Tujuan bimbingan dan konseling Islam
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling Islam yaitu
untuk mengoptimalkan perkembangan diri konseli sehingga konseli
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan ini terdapat
didalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
Tahun 2003 (UU No. 20/2003) yaitu terwujudnya manusia Indonesia
seutuhnya yang cerdas, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.46
Menurut Hamrin dan Clifford tujuan bimbingan konseling
yaitu untuk membantu individu dalam menentukan keputusankeputusan mengenai suatu pilihan dan penyesuaian indiviu dengan
situasi tertentu. Sedangkan menurut Coleman tujuan bimbingan
konseling yaitu untuk memberikan pandangan, dukungan, membantu
mengambil keputusan, serta pemahaman dalam menghadapi masalah
tertentu.47
45
Safrodin, Problematika Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Pada Nara
Pidana (Semarang: IAIN Walisongo, 2010), hal.38-40.
46
Safrodin, Problematika Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Pada Nara
Pidana (Semarang: IAIN Walisongo, 2010), hal 41.
47
Safrodin, Problematika Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Pada Nara
Pidana (Semarang: IAIN Walisongo, 2010), hal 42.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
Selain itu Ema Hidayanti mengemukakan tujuan bimbingan
konseling Islam sebagai berikut:
1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan,
serta kebersihan jiwa dan mental individu.
2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan
tingkah laku yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang
lain dan lingkungannya.
3) Menghasilkan kecerdasan emosi sehingga terciptalah rasa
toleransi, empati, dan kasih sayang kepada sesama.
4) Membentuk kecerdasan spiritual sehingga individu dapat
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
5) Membentuk
potensi
ilahiyah
sehingga
individu
dapat
menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi dan dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya serta memberikan
kemaslahatan bagi lingkungannya.48
d.
Fungsi bimbingan dan konseling Islam
Fungsi bimbingan dan konseling Islam tidak jauh berbeda
dengan fungsi bimbingan konseling secara umum yaitu sebagai
berikut:
1) Fungsi preventif, yaitu fungsi pencegahan dengan kata lain
bimbingan dan konseling Islam berfungsi untuk mencegah
terjadinya permasalahan pada individu.
48
Ema Hidayanti, Komunikasi dalam Konseling , Konseling Religi Jurnal Bimbingan dan
Konseling Islam Vol. 2 No. 2 (Semarang: IAIN Wal.isongo, 2011), hal. 17-18.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
2) Fungsi kuratif, yakni fungsi penyembuhan yaitu bimbingan
konseling Islam berfungsi untuk mengatasi atau menanggulangi
masalah yang dihadapi oleh individu.
3) Fungsi developmental, adalah suatu fungsi dimana konseling
berfungsi sebagai media untuk mengembangkan pribadi
individu dari pribadi yang baik menjadi peribadi yang lebih baik
lagi serta mempertahankan kondisi kepribadian individu.49
e.
Asas-asas bimbingan dan konseling Islam
Asas dalam bimbingan dan konseling Islam tidak jauh
berbeda dengan asas dalam bimbingan konseling secara umum yaitu
sebagai berikut:
1) Asas kerahasiaan
Asas ini adalah asas yang berfungsi untuk menjaga
kerahasiaan data-data tentang konseli yang berupa identitas diri
konseli, identitas keluarga, dan masalah yang dihadapi oleh
konseli. Oleh karena itu konselor berkewajiban untuk menjaga
kerahasiaan data-data konseli sehingga hal apapun yang
berkaitan dengan konseli benar-benar terjamin kerahasiaannya.
2) Asas kesukarelaan
Asas kesukarelaan adalah asas yang menekankan pada
kesukarelaan antara kedua belah pihak yakni konselor dengan
konseli
dalam
proses
pelaksanaan
konseling,
asas
ini
49
Ema Hidayanti, Komunikasi dalam Konseling , Konseling Religi Jurnal Bimbingan dan
Konseling Islam Vol. 2 No. 2 (Semarang: IAIN Wal.isongo, 2011), hal. 21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
menekankan bahwa pelaksanaan proses konseling harus berjalan
tanpa adanya pemaksaan.
3) Asas keterbukaan
Asas ini mengharuskan adanya keterbukaan antara
konselor dengan konseli. Konseli diharapkan terbuka dan
sungguh-sungguh dalam memberikan informasi tentang dirinya
dan permasalahan yang dihadapi serta menerima informasi dari
konselor.
4) Asas kegiatan
Asas kegiatan adalah asas yang menghendaki agar
konseli ikut serta atau aktif dalam proses konseling, dengan kata
lain dalam proses konseling tidak hanya konselor yang aktif
dalam setiap proses namun konseli juga diharapkan turut
berperan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
5) Asas kemandirian
Berdasarkan tujuan bimbingan dan konseling yaitu untuk
membentuk kemandirian pada diri konseli maka asas ini
menginginkan konseli agar dapat bersikap mandiri sehingga
dapat
mengambil
keputusan
sendiri,
mengarahkan,
dan
mewujudkan perilakunya.
6) Asas kekinian
Dalam asas ini masalah yang ditangani oleh konselor
adalah masalah yang dihadapi “sekarang” dan “saat” ini oleh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
konseli sedangkan kejadian yang terjadi di masa lalu atau yang
akan terjadi di masa depan dijadikan sebagai penyebab atau
dampak yang menyebabkan konseli dihadapkan pada suatu
masalah.50
7) Asas kedinamisan
Tujuan
bimbingan
dan
konseling
mengharapkan
terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik pada diri konseli,
dalam hal ini perubahan yang diharapkan yaitu perubahan yang
lebih baik dari sebelumnya bukan hanya sekedar mengulangulang hal yang bersifat monoton.
8) Asas keterpaduan
Layanan
bimbingan
konseling
berusaha
untuk
memadukan berbagai aspek yang ada pada diri konseli dengan
jenis layanan yang diberikan.
9) Asas kenormatifan
Bimbingan konseling diharuskan agar sesuai dengan
norma-norma sosial maupun norma-norma yang ada didalam
masyarakat, bimbingan konseling tidak boleh bertentangan
dengan norma yang berlaku, konselor juga tidak diperbolehkan
untuk memaksakan norma yang dianutnya kepada konseli.
50
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal.40-41.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
10) Asas keahlian
Asas keahlian menekankan agar pelaksanaan bimbingan
dan konseling dilakukan oleh tenaga profesional atau tenaga ahli
dalam bidang konseling yang memahami kode etik konseling.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
“Jika suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya, maka tunggu sajalah saatnya (saat kehancurannya).
(H.R. Bukhari)”.
11) Asas alih tangan
Apabila konselor sudah berusaha dengan seluruh
kemampuannya dalam membantu menangani permasalahan
yang dihadapi oleh konseli namun masalah konseli belum
mengalami perubahan sesuai dengan yang diinginkan maka
konselor harus mengalih tangankan kasus konseli kepada pihak
lain yang lebih ahli, konselor berwenang untuk menangani
masalah yang sesuai dengan keahliannya dan kode etik yang
berlaku.
12) Asas tutwuri handayani
Tut wuri handayani memiliki arti “di belakang memberi
dorongan” maknanya konselor bertugas untuk selalu memotivasi
konseli agar dapat berubah menuju arah yang lebih baik dan
dapat mempertahankan perilaku baiknya tersebut. Asas ini juga
berperan sebagai media untuk mengevaluasi dan mengawasi
pelaksanaan bimbingan konseling serta membantu konselor
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
untuk menentukan tujuan, strategi, dan teknik dalam satuan
layanan dan pendukung yang diberikan pada konseli.51
f.
Syarat-syarat sebagai seorang konselor
Seorang konselor hendaknya berperan sebagai pembimbing
dan pengayom konseli, oleh karena itu berikut ini adalah syarat yang
harus dimiliki oleh konselor:
1) Memiliki akhlakul karimah atau sifat yang baik agar dapat
menjadi uswah hasanah bagi konseli.
2) Bertawakkal kepada Allah, yang dimaksud disini adalah
mendasarkan segala sesuatu dan aktivitas konselingnya atas
nama Allah.
3) Sabar, seorang konselor harus memiliki sifat sabar dalam
memberikan bantuan kepada konseli. Hal ini sebagaimana
firman Allah dalam Qur’an surat Al-Muzammil ayat 10:
  
     
Artinya: dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan
dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.52
4) Tidak emosional, tidak mudah terpancing emosinya ketika
membantu mengatasi masalah yang dihadapi konseli serta
mampu meredam emosi konseli.53
51
Sri Astutik, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Surabaya: UINSA Press, 2014), hal.
36-37.
52
Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemah (Jakarta: CV Penerbit J-Art), Hal. 574.
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 142.
53
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
g.
Fungsi konselor Islam
Konselor sebagai pelaksana bimbingan dan konseling
mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan
individu, membangun interaksi yang dinamis antar individu dan
lingkungannya, membimbing individu agar berubah ke arah yang
lebih baik dalam hal perilakunya.54
Sedangkan bimbingan konseling Islam merupakan salah satu
psikoterapi oleh karena itu konselor juga disebut sebagai seorang
terapis Islam, dalam psikoterapis Islam terapis berfungsi sebagai
pembimbing (mursyid) bagi konseli untuk mencapai fitrah sebagai
hamba Allah. Sebagai pemimbing konselor bertanggung jawab untuk
membimbing konseli agar terhindar dari penyakit rohani maupun
penyakit jasmani yang mengotori jasad manusia, yang sesuai dengan
maqasid al- syari’ah yaitu sebagai berikut:
1) Hifaz al-din (memelihara ketentuan ibadah dari agama)
2) Hifz al-nafsi (memelihara kebersihan jiwa)
3) Hifz al-nasl (memeliahara keturunan)
4) Hifz al-mal (memelihara harta)
5) Hifz al-aql (memelihara akal)55
54
Abkin, Standar Kompetensi Konselor Indonesia, Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia Periode 2005-2009, hal. 2.
55
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009),
hal. 41.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
h.
Sifat dan sikap konselor Islam
Sebagai seorang konselor Islam setiap aspek dalam diri
konselor menjadi faktor yang menentukan berjalannya proses
konseling, oleh karena itu konselor diharapkan bisa menjadi contoh
yang baik bagi konseli. Berikut ini diterangkan mengenai sifat dan
sikap konselor Islam. Tidak ada ketentuan yang baku mengenai sifat
yang harus dimiliki seorang konselor Islam, namun setidaknya
seorang konselor Islam harus memiliki sifat sebagai berikut: luwes,
hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, empati, mengenal
dirinya sendiri, tidak berpura-pura, menghargai orang lain, tidak mau
menang sendiri, dan objektif.56
Sedangkan sikap yang harus dimiliki seorang konselor Islam
akan dijabarkan sebagai berikut:
1) Penerimaan
Penerimaan seringkali disandingkan dengan penghargaan
positif (positive regard) penerimaan sebagai seorang konselor
diartikan sebagai kesediaan konselor untuk memberikan
penghargaan pada konseli tanpa menggunakan standar ukuran
atau syarat tertentu terhadap individu sebagai manusia. Hal ini
mengindikasikan bahwa konselor diharuskan untuk menerima
setiap konseli yang datang kepadanya tanpa memandang
keadaan pribadi, psikis, strata sosial, dan fisik konseli, konselor
56
E.A Munro, R.J. Manthei, J.J. Small, Penyuluhan (Counseling), diterjemahkan oleh
Erman Amti (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hal 29.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
juga diharuskan untuk memiliki penerimaan yang apa adanya
terhadap individu.
2) Pemahaman
pemahaman (understanding) erat kaitannya dengan
empati, dua hal ini merupakan sifat dasar yang digunakan
konselor untuk memahami tingkah laku, fikiran, dan perasaan
konseli sehingga konselor dapat memberikan bantuan sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh konseli.
3) Kesejatian dan keterbukaan
Kesejatian (authenticity) pada dasarnya menunjukkan
keselarasan (harmoni) yang harus ada didalam pikiran dan
perasaan
konselor
yang
tercermin
pada
perbuatannya.
Sedangkan keterbukaan (openess) memiliki arti konselor dapat
menerima konseli dengan apa adanya tanpa memandang
kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki konseli.57
Adaptasi
diperlukan
ketika
konselor
melakukan
percakapan untuk pertama kali dengan konseli, adaptasi
dilakukan agar konselor dapat memahami perasaan konseli dan
merasakan apa yang dirasakan konseli serta memposisikan diri
sebagai konseli dengan begitu konselor akan dengan mudah
57
Andi Mapiare A.T, Pengantar Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1992), hal. 98, 103, 105.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
menafsirkan
dengan
tepat
keterangan-keterangan
yang
diungkapkan oleh konseli.58
i.
Keterampilan yang harus dimiliki konselor
Sebagai seorang konselor Islam tentunya terdapat beberapa
keterapilan yang harus dimiliki untuk menjadi seorang konselor
profesional, keterampilan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Keretampilan mikro
Keterampilan mikro meliputi squarely (jujur, face to
face) terbuka, jarak antara konselor dengan konseli tidak boleh
terlalu jauh dan terlalu dekat (lean), saling melihat (eye contact).
Dari beberapa keterampilan tersebut maka konselor diharuskan
untuk bersikap jujur, adanya pertemuan dengan konseli,
menyesuaikan jarak yang tepat dengan konseli, serta menjaga
kontak mata dengan konseli.
2) Keterampilan non verbal
Beberapa keterampilan non verbal yang harus dimiliki
oleh konselor yaitu: dapat menangkap ekspresi wajah, mimik,
gerakan mata, tubuh, tangan, sehingga dapat memahami dengan
jelas masalah yang dihadapi oleh konseli.
3) Keterampilan emosional
Keterampilan emosional konselor akan memudahkan
konselor untuk dapat mendengarkan konseli dengan aktif. Hal
58
Koestoer Partowisastro, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah-Sekolah (Jakarta: Erlangga,
1982), hal. 28.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
ini akan membantu konselor dalam memahami reaksi konseli
sehingga dapat memberikan bantuan secara tepat kepada konseli
dan
juga
dapat
menghindarkan
dari
kesalahan
dalam
memberikan tanggapan terhadap apa yang disampaikan oleh
konseli.59
4) Keterampilan memberikan tanggapan
keterampilan ini membuktikan bahwa konselor benarbenar memberikan perhatian kepada konseli dan selalu berusaha
untuk memahami apa yang dialami oleh konseli. Keterampilan
memberikan tanggapan sangatlah efektif bila digunakan dalam
proses konseling karena konseli akan merasa diperhatikan oleh
konselor, namun disarankan bagi konselor pemula agar tidak
memberikan tanggapan secara berlebihan.60
5) Keterampilan mengembangkan keakraban
Keterampilan mengembangkan keakraban merupakan
salah
satu
keterampilan
yang
dapat
menumbuhkan
keharmonisan hubungan antara konselor dan konseli. Dengan
terciptanya harmoni akan menumbuhkan trust konseli kepada
konselor sehingga mempermudah berjalannya proses konseling.
59
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal.143-144.
60
E.A Munro, R.J. Manthei, J.J. Small, Penyuluhan (Counseling), diterjemahkan oleh
Erman Amti (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hal. 58-59.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
kata mengembangkan memiliki arti menciptakan, memantapkan,
dan melanggengkan keakraban selama proses konseling.61
6) Keterampilan mendengarkan
Keterampilan mendengarkan yang dapat mendukung
proses konseling yaitu mendengarkan dengan aktif (active
listening) mendengarkan dengan aktif berarti mendengarkan apa
yang diungkapkan oleh konseli kemudian meresponnya, dengan
adanya respon dari konselor maka konseli akan merasa dihargai
dan
diperhatikan.
Mendengarkan
dengan
aktif
akan
memudahkan konselor untuk mengenali dan memahami pribadi,
sikap, perasaan, dan dunia konseli.62
Keterampilan mendengarkan dengan aktif terdiri dari
tiga komponen yaitu:
(a) Attending
Attending merupakan suatu sikap dalam memberikan
perhatian
kepada
konseli,
keretampilan
ini
sangat
mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan norma yang
berlaku serta memerhatikan kontak mata dan jarak antara
konselor dengan konseli. Attending memiliki beberapa
komponen
yaitu:
Pertama,
kontak
melalui
mata,
memandang mata seseorang adalah suatu cara untuk
61
Andi Mapiare A.T, Pengantar Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1992), hal. 114.
62
Agus Priyanto, Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Pelayanan untuk Perawat
dan Bidan (Jakarta: Salemba Medika, 2009), hal. 87.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh, karena
kontak
mata
merupakan
salah
satu
media
untuk
berkomunikasi secara non verbal. Namun tidak disarankan
untuk melakukan kontak mata secara terus-menerus, kontak
mata cukup dilakukan bila diperlukan. Kedua, posisi tubuh
konselor menentukan suasana yang terjadi saat proses
konseling, kondisi tubuh konselor yang terlihat rileks akan
menimbulkan kenyamanan pada konseli, posisi yang
disarankan untuk konselor yaitu dengan mencondongkan
badan kedepan secara rileks. Ketiga, gestur atau gerak
tubuh konselor, dengan gerak tubuh tertentu konselor dapat
mengkomunikasikan maksud yang ingin disampaikan pada
konseli, contohnya dengan menganggukkan kepala berarti
konselor memahami apa yang disampaikan oleh konseli.
(b) Parafrase
Parafrase
merupakan
keterampilan
mengungkapkan
kembali pesan yang disampaikan oleh konseli dengan
kalimat yang berbeda dan lebih pendek. Parafrase bertujuan
untuk menyatakan pada konseli bahwa konselor mencoba
untuk memahami apa yang disampaikan oleh konseli.
Parafrase merupakan bentuk perhatian konselor kepada
konseli
dengan
mengungkapkan
kembali
apa
yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
disampaikan konseli melalui kalimat yang lebih singkat,
tepat serta menambahkan hal-hal baru.
(c) Konfrontasi
Merupakan suatu usaha untuk mengenal konseli secara
lebih mendalam, berusaha untuk mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi pada konseli. Konfrontasi dapat berupa
pengungkapan, tantangan, dan ancaman. Setelah melakukan
konfrontasi ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu
konseli akan enggan untuk terbuka kepada konselor dan
sebaliknya konseli akan menjadi terbuka pada konselor.63
j.
Konseli sebagai sasaran bimbingan dan konseling Islam
1) Jenis-jenis konseli
(a) Konseli sukarela
Konseli sukarela adalah konseli yang datang kepada
konselor atas kehendaknya sendiri tanpa ada paksaan dari
orang lain yang bertujuan untuk mencari informasi,
pemecahan atas masalahnya, dan meminta bantuan konselor
untuk mengatasi masalahnya.
(b) Konseli terpaksa
Jika konseli sukarela datang kepada konselor atas
kemauannya sendiri maka konseli terpaksa datang kepada
63
Agus Priyanto, Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Pelayanan untuk Perawat
dan Bidan (Jakarta: Salemba Medika, 2009), hal. 92-98.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
konselor karena dorongan atau kemauan orang lain seperti
keluarga, teman atau guru.
(c) Konseli yang enggan
Konseli yang enggan mendatangi konselor bukan dengan
tujuan
untuk
meminta
bantuan
atau
menyelesikan
masalahnya melainkan untuk sekedar berbincang-bincang
dengan konselor.
(d) Konseli yang menentang
Konseli yang menentang cenderung tidak menerima
pandangan dan saran yang disampaikan oleh konselor,
konseli jenis ini cenderung menentang konselor.
(e) Konseli krisis
Konseli krisis merupakan konseli yang memiliki masalah
yang harus ditangani dengan cepat seperti konseli yang
terkena bencana alam seperti banjir, longsor, dan lain-lain
dan
konseli
yang
mengalami
musibah
kehilangan
keluarganya karena kematian.64
2) Kepribadian konseli
Kepribadian merupakan keseluruhan aspek yang ada didalam
diri seseorang yang tidak dapat dipisah-pisah.65 Untuk
memudahkan konselor dalam menentukan bantuan yang akan
diberikan serta memahami konseli secara mendalam maka
64
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal. 48.
65
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama (Bandung: CV. Sinar Baru, 1988), hal. 104.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
konselor perlu untuk mengetahui jenis-jenis kepribadian konseli.
Ada beberapa macam tipe kepribadian yang dimiliki oleh
konseli yaitu sebagai berikut:
(a) Choleris
Tipe choleris identik dengan sifat yang cenderung
mengedepankan
emosi,
mudah
marah,
dan
mudah
tersinggung.
(b) Melancholis
Tipe kepribadian ini cenderung terutup, rendah diri, mudah
putus asa, dan mudah bersedih.
(c) Plegmatis
Orang yang memiliki tipe kepribadian ini cenderung
lamban, pasif, apatis, dan pemalas.
(d) Sanguinis
Orang yang memiliki tipe kepribadian ini adalah orang yang
periang, aktif, cekatan, dan supel.66
B. Interpersonal Skill
1.
Pengertian Interpersonal Skill
Interpersonal skill memiliki makna yang sama dengan kecerdasan
interpersonal, dua istilah yang memiliki makna yang sama ini memiliki
pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Secara sempit
66
Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 153.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
interpersonal skill memiliki makna “kecerdasan humanisasi yang tidak
hanya diberlakukan untuk diri sendiri namun juga kepada orang lain.
Sedangkan
secara
luas
terdapat
beberapa
definisi
dari
interpersonal skill. yaitu, interpersonal skill merupakan kemampuan
seseorang untuk berperilaku selaras sehingga tidak berperilaku kasar,
keras, dan menyakiti orang lain. Kemudian definisi yang lain
menyebutkan interpersonal skill sebagai kemampuan untuk mengolah
afeksi sehingga mampu memahami perasaan, suasana hati, dan keinginan
orang lain. Lebih lanjut lagi, interpersonal skill didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mengolah diri secara positif sehingga mampu
berkomunikasi secara positif dengan orang lain sehingga terbentuklah
hubungan yang harmonis dengan orang lain.67 Selain itu interpersonal
skill diartikan sebagai keseluruhan dari kemampuan seseorang untuk
berinteraksi secara efektif dengan orang lain, yaitu kemampuan untuk
memulai, mengembangkan dan memelihara hubungan yang penuh
perhatian dan produktif.
Interpersonal skill juga diartikan sebagai kemampuan yang harus
dimiliki individu dalam melakukan interaksi dengan individu lain atau
sekelompok individu.68
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
interpersonal skill merupakan keahlian yang harus dimiliki seseorang
67
Azam Syukur Rahmatullah, Kecerdasan Interpersonal dalam Al-Qur’an dalam Cendekia
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 11 No. 1 (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2013), hal. 2.
68
D.W. Johson, Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self-Actualization,
(Pennsylvania: Englewood Cliffs, 2014), hal. 54.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok agar dapat
berkomunikasi secara efektif.
2.
Ciri-ciri interpersonal skill
Muhammad Ali menyebutkan ada beberapa ciri-ciri interpersonal
skill yaitu sebagai berikut:
a.
Sadar akan perbedaan lintas budaya dan peka terhadap tradisi budaya
b.
Senang bergaul dengan orang-orang: memperlihatkan antusiame,
kehangatan, hubungan baik dan humor yang tepat.
c.
Menghargai pendapat dan kemampuan orang lain
d.
Bisa bekerja sama dengan baik dengan orang lain
e.
Mencari kesempatan untuk berbagi pendapat, dan gagasan dengan
teman sejawatnya.69
3.
Dimensi interpersonal skill
a.
Kepekaan Sosial
Kepekaan terhadap orang lain dapat dilihat dari sikap empati
seseorang yang tinggi, orang yang memiliki empati yang tinggi akan
menunjukkan kepedulian terhadap orang lain, tidak mementingkan
diri sendiri dan tidak egois. Menurut Kartini Kartono sikap
kepedulian diartikan sebagai perasaan terbuka terhadap orang lain,
ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain suka ataupun dukanya.
Menurut Kartini Kartono perasaan memiliki pengaruh yang besar
69
Mohammad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I. (Jakarta: PT Imperial Bhakti
Utama, 2007), hal. 108
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
terhadap pembentukan watak dan kemauan seseorang serta
pembentukan pribadinya.
b.
Keterampilan komunikasi sosial
Keterampilan komunikasi sosial menuntut seseorang untuk
berkomunikasi secara jujur dan lugas serta tidak bermaksud untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Mafri Amir menyatakan
bahwa seseorang yang memiliki interpersonal skill harus memiliki
kejujuran dalam komunikasi, kepatutan dalam komunikasi, dan
kesederhanaan dalam komunikasi.
c.
Pemahaman sosial
Dalam melakukan hubungan interpersonal memahami orang
lain bukanlah hal yang mudah, dikarenakan esensi dalam
pemahaman ini adalah seseorang berupaya untuk mengenal secara
mendalam bahkan masuk kedalam perspektif lawan bicaranya.
d.
Pola komunikasi
Orang yang memiliki keterampilan komunikasi akan mampu
mengarahkan orang-orang yang berada didekatnya, karena seseorang
yang memiliki keterampilan ini mempunyai pola komunikasi yang
membuat orang lain merasa nyaman dan mendamaikan jiwa dan
rasa.70
Keterampilan ini juga ditentutakan oleh efektif atau tidaknya
sebuah komunikasi, komunikasi interpersonal dikatakan efektif bila
70
Azam Syukur Rahmatullah, Kecerdasan Interpersonal dalam Al-Qur’an dalam Cendekia
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 11 No. 1 (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2013), hal. 4-5.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
komunikasi antar pribadi menghasilkan perubahan pandangan,
perasaan, dan perilaku.71
e.
Pendekatan Interpersonal
Keterampilan
ini
memandang
orang
yang
dapat
menyesuaikan diri adalah orang yang mampu menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain. Menurut pemahaman ini orang yang
dapat menyesuaikan diri adalah orang yang mampu menjalin relasi
dengan orang lain dan tidak menarik diri dari orang lain.72
4.
Interpersonal skill dalam kepribadian Qur’aniyyah
a.
I’tiqadiyyah
I’tiqadiyyah
merupakan
nilai-nilai
keimanan
yang
berhubungan dengan ayat-ayat interpersonal. Banyak ayat yang
menyatakan bahwa tidaklah dikatakan beriman apabila seorang
muslim tidak akur atau memusuhi muslim yang lain. ayat-ayat ini
jelas
mengandung
unsur
interpersonal
skill
dimana
Allah
memerintahkan agar tetap menjaga hubungan dengan sesama muslim
dan tidak saling memusuhi.
b.
Khuluqiyah
Khuluqiyah mengandung nilai-nilai etika dan norma yang
bertujuan untuk menghilangkan sifat-sifat tercela yang ada didalam
diri manusia sehingga dapat melihat kebenaran dan berjalan pada
pijakan yang syar’i. Ayat-ayat tentang kecerdasan interpersonal
71
Azam Syukur Rahmatullah, Kecerdasan Interpersonal dalam Al-Qur’an dalam Cendekia
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 11 No. 1 (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2013), hal. 127.
72
Mohamad Thohir, Pemahaman Individu (Surabaya: UINSA Press, 2014), hal. 36.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
keseluruhannya berlandaskan pada bentuk khuluqiyah (akhlak),
seseorang diharuskan memiliki akhlak yang baik dalam bergaul
dengan orang lain dalam kehidupan sosial dan masyarakat.
c.
Amaliyyah
Amaliyyah merupakan bentuk nilai-nilai dan perilaku atau
tingkah laku yang berhubungan dengan ibadah kepada Allah
(mahdloh) dan hubungannya dengan manusia (ghairu mahdloh).
Amaliyyah yang berhubungan dengan interpersonal skill yaitu
amaliyah yang berhubungan dengan manusia (muamalah). Semua
hubungan
muamalah
memerlukan
interpersonal
skill
untuk
mendapatkan keutuhan dalam hubungan, tidak saling melukai, tidak
saling mengotori jiwa dan perilaku diri.73
C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan berfungsi sebagai pembanding
antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya agar
dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan penelitian. Berikut
beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:
1.
Skripsi Rozita Nur Latifah
Pengaruh
Komunikasi
dan
Interpersonal
skill
Karyawan
Terhadap Minat Menjadi Anggota di Koperasi Syari’ah Muhammadiyah
73
Azam Syukur Rahmatullah, Kecerdasan Interpersonal dalam Al-Qur’an dalam Cendekia
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 11 No. 1 (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2013), hal. 12-13.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
Kota Blitar. Jurusan Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri Tulungagung 2015.
Penelitian
ini
berfokus
pada
pengaruh
komunikasi
dan
interpersonal skill yang dimiliki karyawan terhadap minat masyarakat
untuk menjadi anggota di koperasi Muhammadiyah kota Blitar.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian penulis, persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang
komunikasi dan interpersonal skill, sedangkan perbedaanya adalah
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh komunikasi dan
interpersonal skill terhadap minat masyarakat untuk menjadi anggota
koperasi, sedangkan penelitian penulis dilakukan dengan tujuan untuk
mengembangkan interpersonal skill melalui pelatihan komunikasi
konseling agar mahasiswa bimbingan dan konseling Islam dapat
melakukan proses konseling Dengan baik.
2.
Dyah Ayu Nuraini
Persepsi Pemustaka Terhadap Interpersonal Skill Pustakawan
Pelayanan Umum di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. Program Studi
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013.
Fokus penelitian ini yaitu pada persepsi pemustaka terhadap
interpersonal skill pustakawan pelayanan umum di Perpustakaan UIN
Sunan Kalijaga.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian penulis, persamaannya adalah sama meneliti tentang
interpersonal skill, sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini
meneliti tentang persepsi mahasiswa mengenai interpersonal skill
pustakawan di perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, berbeda dengan
penelitian
penulis
yang
berfokus
pada
usaha
mengembangkan
interpersonal skill mahasiswa bimbingan dan konseling Islam agar dapat
berkomunikasi dengan efektif sehingga dapat melakukan proses
konseling dengan baik.
3.
Skripsi Lisna Indrawati
Hubungan
antara
Keterampilan
Komunikasi
Interpersonal
perawat dengan Pasien dan Stres Kerja Perawat. Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2007.
Peneltian ini berfokus pada hubungan antara keterampilan
komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja pasien di
rumah sakit, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah stres kerja
perawat mempunyai
hubungan dengan keterampilan komunikasi
interpesonal perawat dengan pasien.
terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian penulis, persamaanya adalah sama-sama meneliti tentang
keterampilan komunikasi interpersonal sedangkan perbedaanya adalah
penelitian ini bertjuan untuk mengetahui hubungan keterampilan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
komunikasi interpersonal dengan stres kerja sedangkan penelitian penulis
bertujuan untuk mengembangkan keterampilan interpersonal mahasiswa
bimbingan dan konseling Islam agar dapat berkomunikasi secara efektif
dengan konseli.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Download