MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi Massa Fakultas Program Studi FIKOM MARCOM & ADVERTISING Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh MELLY RIDARYANTHI S.S., M.Soc.Sc. Abstract Kompetensi Modul ini berisi materi Komunikasi Massa Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami perspektif individual, perspektif sosial dan perspektif hubungan dalam komunikasi massa KOMUNIKASI MASSA Apa yang dapat Anda pikirkan ketika topic ‘Komunikasi Massa’ muncul? Terdapat banyak definisi komunikasi massa yang digagas oleh sarjana Komunikasi, seperti berikut ini: Mass communication is the messages communicated through a mass medium to a larg number of people – (Bittner 1980: 10) Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies – (Gerbner 1967) Komunikasi massa adalah suatu proses di mana para komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas dan secara terus-menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara – (De Fleur & Dennis 1985) Komunikasi massa adalah ilmu publisistik-ilmu kemasyarakatan yang mempelajari gejala komunikasi massa dalam seginya – (Lee 1965) ‘13 2 Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Psikologi Komunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Komunikasi massa sebagai proses komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film dan televisi – (Pool 1973) This new form can be distinguished from older types by the following major characteristics: it is directed toward relatively large, heterogenous, and anonymous audiences; messages are transmitted publicy, often-times to reach most audiences members simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization that may involve great expense – (Wright 1960). The communicator is a social organization capable of reproducing the message and sending it simultaneously to large number of people who are spatially separated – (Alexis S. Tan 1981) Dari beberapa definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pesan yang secara serentak ditujukan untuk sejumlah kahlayak yang terebar, heterogen dan anonim melalui media, baik itu cetak maupun elektronik. Secara sederhana, komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Terdapat empat tanda yang menjadi ciri komunikasi massa sebagai berikut: 1. Bersifat tidak langsung, karena harus menggunakan media teknis 2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta komunikasi 3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas jumlahnya dan anonim atau tidak dikenal secara satu per satu 4. Mempunyai khalayak dengan skala besar dan tersebar luas secara geografis. (Jalaluddin Rakhmat 2011: 187) Dari 4 (empat) poin di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan teknis antara komunikasi massa dan jenis komunikasi lainnya; komunikai interpersonal, oleh karena itu sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologis yang khas berbanding sistem komunikasi interpersonal. Hal ini dapat dilihat dari pengendalian arus informasi, umpan balik, stimulasi alat indera, dan proporsi unsur isi dan hubungan. Unsur-unsur yang disebutkan tadi akan dibahas pada pokok pembahasan selanjutnya pada modul ini. ‘13 3 Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Psikologi Komunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pengendalian Arus Informasi Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan diterima. Khalayak tidak dapat dengan tiba-tiba menghentikan anchor yang sedang menyampaikan berita di televisi atau khalayak tidak bisa mengubah isi koran yang dibacanya ketika isinya tidak dipahaminya. Berbeda dengan komunikasi interpersonal, Anda bisa meminta komunikator mengulang perkataannya pada saat proses komunikasi berlangsung. Pada komunikasi massa, informasi hanya berlangsung satu arah, sehingga dapat memengaruhi efek psikologis dalam proses tersebut kaena bila proses komunikasi hanya dikendalikan oleh komunikator, situasi tersebut dapat menunjang persuasi yang efektif. Namun, dalam proses komunikasi massa, komunikator sukar menyesuaikan pesannya dengan reaksi yang akan muncul dari para komunikan. Umpan Balik Umpan balik adalah metode mengontrol sistem. Dalam sibernetika dinyatakan bahwa umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberi tahu kepada sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan kepada sumber untuk menentukan perilaku selanjutnya. Dalam komunikasi, umpan balik diartikn sebagai respon, peneguhan dan servo mekanisme internal (Fisher 1978 dalam Jalaluddin Rakhmat 2011: 189). Sebagai respon, umpan balik adalah pesan yang dikirimkan kembali oleh komunikan kepada komunikator yang bertujuan untuk memberikan landasan kepada komunikator untuk menentukan perilaku selanjutnya dalam interaksi yang sedang berlangsung. Dalam setiap situasi, terdapat berbagai umpan balik yang terjadi, bisa banyak atau pun bahkan tidak ada umpan balik sama sekali (free feedback dan zero feedback) Umpan balik dapat disampaikan melalui satu saluran saja atau lewat berbagai saluran; surat balasan, bunyi, mata, telinga dan indera lainnya. Umpan balik sebagai peneguhan (reinforcement) berawal dari psikologi behaviorisme, yang akan mendorong orang untuk mengulangi respon tersebut. Sebaliknya, respon yang tidak diteguhkan akan hilang. Dalam hal ini, umpan balik adalah respon yang berfungsi mendorong atau merintangi kelanjutan perilaku. Umpan balik sebagai servomekanisme berasal dari mekanika. Dalam setiap sistem, selalu ada aparat yang memberikan respon pada jalannya sistem. Belajar menimbulkan servomekanisme dalam diri individu, sikap yang dipelajari kemudian diinternalisasikan dalam individu sebagai mekanisme yang menstabilkan perilaku individu. Dari penjelasan di atas, kita dapat merumuskan perbedaan sistem komunikasi interpersonal dan komunikasi massa. Dalam komunikasi interpersonal, volume respon tidak terbatas dan ‘13 4 Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Psikologi Komunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dapat dilakukan melalui berbagai saluran. Sementara dalam komunikasi massa, umpan balik bisa bersifat zero feedback karena setiap penyampai pesan dalam komunikasi massa hampir tidak pernah bisa tahu apa reaksi dari khalayaknya. Mungkin ada khalayak yang mengirim surat ke redaksi, menelepon, mengirim e-mail dan lain sebagainya, namun umpan balik yang demikian terbatas volumenya. Dapat dilihat bahwa dalam komunikasi massa, arus komunikasinya satu arah. Ya, walau pun terlihat bahwa khalayak bisa mengirimkan feedback-nya namun wujudnya berbeda dengan apa yang terjadi pada komunikasi interpersonal. Stimulasi Alat Indera Dalam komunikasi interpersonal, individu menerima stimulus melalui seluruh alat inderanya; mendengar, melihat, mencium, meraba dan merasa (bila perlu). Dalam komunikasi massa, stimulus alat indera bergandung pada jenis media massa. Pada media cetak yang mengandung tulisan, khalayak hanya dapat melihat. Sementara pada radio, khalayak hanya dapat mendengar. Lain lagi dengan alat komunikasi massa berupa televisi dan film, khalayak dapat menggunakan indera penglihatan dan pendengaran. Marshall McLuhan pada tahun 1964 menguraikan bagaimana perkembangan sejarah berdasarkan penggunaan media yaitu (1) masa tribal ketika alat indera manusia bebas menangkap berbagai stimulus tanpa dibatasi teknologi, (2) masa Gutenberg ketika mesin cetak menyebabkan orang berkomunikasi secara tertulis dan membaca dari kiri ke kanan. Karena indera mata yang paling sering digunakan untuk menangkap stimulus, maka manusia mulai memiliki kecenderungan berpikir linear, (3) masa Neotribal ketika alat-alat elektronik memungkinkan manusia menggunakan bebeerapa macam alat indera dalam komunikasi. Begitulah perkembangan manusia dan teknologi komunikasi yang membawa manusia dalam perkembangan dunia global. Proporsi Unsur Isi dan Hubungan Setiap komunikasi akan melibatkan unsur isi dan hubungan, sekaligus. Pada komunikasi interpersonal, unsur hubungan sangat penting untuk diperhatikan selain mengenai bagaimana suatu pesan bisa sampai kepada komunikan. Sebaliknya, dalam komunikasi massa unsur isilah yang paling penting dalam proses terjadinya komunikasi ini. Berita dalam komunikasi massa disusun berdasarkan sistem tertentu dan ditulis dengan menggunakan tanda-tanda baca dan pembagian paragraf yang tertib. Pesan dari media massa juga dapat dilihat, didengar dan dibaca kembali, hal ini berbeda dengan interaksi dalam komunikasi ‘13 5 Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Psikologi Komunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id interpersonal. Anda tidak dapat mengulangi kejadian yang sudah pernah terjadi, walau pun wujudnya reka ulang, tapi tidak akan sama. Berbeda dengan pesan pada media massa, Anda dapat merekam, menyimpan salinan atau fisik majalah atau koran untuk di kemudian hari didengar, ditonton dan dibaca kembali dengan isi yang tetap sama. REAKSI KHALAYAK TERHADAP KOMUNIKASI MASSA Dari penjelasan sebelumnya mengenai perbedaan antara komunikasi inerpersonal dan komunikasi massa, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa perbedaan yang sangat mencolok. Perbedaan ini akan berdampak pada reaksi yang timbul dalam masyarakat, dalam hal ini khalayak media massa. Biasanya setiap individu bisa memberikan feedback dengan mudah kepada lawan bicaranya, namun ketika berbicara mengenai komunikasi massa, kemudahan itu tidak wujud. Media yang menyampaikan pesannya secara satu arah menimbulkan banyak pertanyaan dan konflik di antara khalayak penerimanya. Sejak awal tahun 1900an telah banyak pemerhatian dan penelitian dilakukan terhadap media massa ini. Pada awal tahun 1910an hingga awal tahun 1940, media massa memiliki efek yang sangat besar terhadap khalayak. Pada massa itu, media dianggap memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan yang sifatnya persuasif sehingga media dianggap perkasa. Pada tahun 1940an, kekuatan media massa mulai melemah karena munculnya ketakutan akan propaganda sehingga efek dari media massa tidak sekuat sebelumnya. Seiring perkembangan dunia dan media (massa), individu cenderung mencari media massa untuk keperluan kesenangan dan memilih informasi yang cenderung memperkokoh keyakinan mereka yang sudah terbentuk. Setiap proses komunikasi akan menimbulkan reaksi dari setiap komunikannya, bahkan diam sekalipun. Begitu juga komunikasi massa, proses ini memberikan efek. McQuail (dalam Jalaluddin Rakhmat 2011 1996-1997) mengemukakan beberapa hal tentang efek media massa, sebagai berikut: 1. Ada kesepakatan bahwa bila efek terjadi, efek itu sering kali berbentuk peneguhan dari sikap dan pendapat yang sudah ada 2. Efek yang berbeda-beda bergantung pada penilaian terhadap sumber komunikasi ‘13 6 Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Psikologi Komunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Makin sempurna monopoli komunikasi massa, makin besar kemungkinan perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki 4. Sejauh mana persoalan dianggap penting oleh khalayak akan memengaruhi kemungkinan pengaruh media 5. Pemilihan dan penafsiran isi oleh khalayak dipengaruhi oleh pendapat dan kepentingan yang ada dan oleh norma kelompok 6. Struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai arus komunikasi, membatasi dan menentukan efek yang akan terjadi (McQuail 1975: 47-48) Semakin hari, semakin sukar untuk melihat efek media massa pada khalayak, kemudian banyak penelitian yang bergeser untuk melihat apa yang dilakukan masyarakat terhadap media. Komunikan dilihat telah aktif menentukan media apa yang digunakan dan jenis informasi apa yang diperlukan. Dari banyaknya penelitian-penelitian dilakukan, banyak pula teori-teori komunikasi massa mengenai efek media dan khalayak media dirumuskan. Berbicara mengenai reaksi khalayak atas penggunaan internet, terdapat banyak faktor yang memengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa. Teori hypodermic-needle menunjukkan bahwa kekuatan media massa dapat mengarahkan dan membentuk perilaku khalayaknya. Dalam kerangka behaviorisme, media massa adalah faktor lingkungan yang dapat mengubah perilaku khlayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan, atau proses pembelajaran sosial. Khalayak dianggap sebagai agen yang siap menampung seluruh isi pesan yang diarahkan kepadanya (Dervin 1981 dalam Jalaluddin Rakhmat 2011: 200). Realitas tidaklah sesederhana dunia kaum behavioris. Efek lingkungan akan berlainan pada orang yang berbeda. Kemudian muncul psikologi kognitif yang memandang manusia sebagai organisme yang aktif mengorganisasikan stimulus, perkembangan teori kepribadian dan meluasnya penelitian sikap. Kemudian penelitian semakin berkembang dan pemahaman para sarjana mengenai komunikasi massa juga semakin berkembang. Komunikasi bukanlah bersifat linier, tetapi berupa transaksi. Media massa memang berpengaruh, tetapi pengaruh ini disaring, diseleksi dan bahkan ditolak sesuai dengan faktor-faktor personal yang memengaruhi reaksi mereka. Teori DeFleur dan Ball Rokeach tentang pertemuan dengan media Dua sarjana DeFleur dan Ball Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoretis: perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial dan perspektif hubungan sosial. Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personal psikologis individu akan menetukan bagaimana individu ‘13 7 Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Psikologi Komunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id memilih stimulus dari lingkungan dan bagaimana ia memberi makna pada stimulus tersebut. Sementara perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang reaksinya cenderung sama pada suatu stimulus. Golongan sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, tempat tinggal dan keyakinan beragama menampilkan kategori respon. Oleh karena itu, anggota akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respon dengan cara yang hampir sama. Yang terakhir adalah perspektif hubungan sosial yang menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam memengaruhi reaksi orang terhadap media massa yang disebut ‘pengaruh personal’ oleh Lazarfeld. Berbagai faktor akan memengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Faktor-faktor ini meliputi organisasi personal-psikologis individu seperti potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan dan bidang pengalaman. Pendekatan motivasi dan uses and gratification Apa yang mendorong Anda menggunakan media? Dalam kondisi apa Anda memutuskan untuk membaca, mendengarkan radio atau menonton televisi? Apakah media massa memenuhi kebutuhan Anda? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terkait dengan teori uses and gratifiction. Uses and gratification memandang khalayak sebagai makhluk suprarasional dan sangat selektif. Di sini terlihat adanya pergeseran pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan. Teori yang digagas oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch ini meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau pun submer lainnya. Berikut ini beberapa asumsi dasar teori Uses and gratification menurut ketiga sarjana tersebut: 1. Khalayak dianggap aktif 2. Banyak inisiatif untuk menggantikan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak 3. Media massa harus bersaing dengan organisasi media lainnya 4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan khalayak yang artinya khalayak dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu 5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayaknya (Blumler & Katz 1974 dalam Jalaluddin Rakhmat 2011: 203) ‘13 8 Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Psikologi Komunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id DAFTAR PUSTAKA Aw, S. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi. Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Dani Vardiansyah. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia Fudyartanta, K. (2011). Psikologi Umum 1&2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Haryanto, D., & Nugrohadi, E. (2011). Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Pearce, B. W. (1989). Communication and the Human Condition. Illinois: Southern Illinois University Press. Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Vivian, J. (2007). The Mass of Media Communication. Boston: Allyn and Bacon ‘13 9 Melly Ridaryanthi S.S., M.Soc.Sc. Psikologi Komunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id