BAB 2 DATA DAN ANALISA

advertisement
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Data Umum Kasus
2.1.1 Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK
antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan
belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak
cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan
bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan
dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi
teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah
di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.
SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C
untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk
tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
2.1.2 Tuna Rungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen.
Berdasarkan penyebabnya, tuna rungu dalam kedokteran dibagi atas 3 jenis:
1. Tuna Rungu/Gangguan Dengar Konduktif yaitu gangguan dengar
yang disebabkan kelainan di telinga bagian luar dan/atau telinga bagian
tengah, sedangkan saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada
orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya
serumen di liang telinga.
2. Tuna Rungu/Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu
gangguan dengar akibat kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak
ada gangguan di telinga bagian luar atau tengah.
3. Tuna Rungu/Gangguan Dengar Campuran yaitu gangguan yang
merupakan campuran kedua jenis gangguan dengar di atas, selain
mengalami kelainan di telinga bagian luar dan tengah juga mengalami
gangguan pada saraf pendengaran.
Orang normal dapat menangkap suara atau bunyi pada kisaran 0-25 dB. Di
atas ukuran tersebut dapat dikategorikan mempunyai gangguan pendengaran.
Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1. Gangguan pendengaran sangat ringan / Mild hearing lost (27-40dB),
2. Gangguan pendengaran ringan / Moderate hearing lost (41-55dB),
3. Gangguan pendengaran sedang / Moderate/Severe hearing lost (56-70dB),
4. Gangguan pendengaran berat / Severe hearing lost (71-90dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrim /tuli / Profound hearing lost (di atas 91dB).
2
3
Berikut ini adalah diagram Tingkatan Gangguan Pendengaran:
Gambar 2.1 Tingkat Gangguan Pendengaran
2.1.3 Penyebab Ketulian
a. Penyebab Sebelum kelahiran (pre-natal)
Ada kenyataan bahwa ketidakdengaran disebabkan karena suatu hal yang
bersifat genetik (keturunan ). Ketulian dapat menurun di dalam keluargakeluarga meskipun ayah ibunya tersebut tidak tuli. Bisa saja hal ini muncul
dari asal keturunan kakek nenek atau moyang kita sebelumnya.
Ketulian dapat juga disebabkan oleh masalah selama kehamilan. Berbagai
macam penyakit seperti rubella, cytomegalovirus (CMV), toksoplasmosis
dan herpes dapat menyebabkan seorang anak yang dilahirkan menjadi tuli.
Ada juga pengaruh obat, yang dikenal sebagai ototoxic drugs, yang dapat
merusak sistem pendengaran bayi sebelum dilahirkan.
b. Penyebab setelah kelahiran (post natal)
Sebagaimana penyebab tuna rungu sebelum kelahiran, ada sejumlah alasan
mengapa seorang anak mungkin menjadi yang tuli setelah mereka
dilahirkan. Dilahirkan secara prematur dapat meningkatkan resiko menjadi
4
tuli atau akan menjadi tuli. Bayi-bayi prematur lebih cenderung rentan
terhadap infeksi yang dapat menyebabkan ketulian.
Infeksi/peradangan seperti meningitis, measles-mumps, radang selaput
otak,sumsum belakang, campak dan penyakit gondok dapat menyebabkan
ketulian. Ototoxic drugs, obat yang digunakan untuk mengatasi jenis-jenis
lain infeksi/peradangan pada bayi, juga dapat menjadi penyebabnya.
Adakalanya ketulian dapat juga disebabkan oleh satu luka/benturan di
kepala atau karena efek suara yang nyaring/keras yang terjadi satu kali atau
terus menerus. Hal itu semua dapat menyebabkan kerusakan pada sistim
pendengaran.
2.1.4 Deteksi Tuna Rungu
Deteksi dini gangguan pendengaran pada bayi sudah dimulai sejak usia 2 hari (
sebelum keluar dari RS), bila hasilnya refer (gagal) atau ada faktor risiko
(misalnya lahir kuning, berat badan kurang dari 1500 gr, waktu hamil ibu
mengalami infeksi toksoplasma atau Rubela) perlu pemeriksaan pendengaran
lanjutan .
Pada usia 3 bulan sudah harus dipastikan ada tidaknya gangguan pendengaran
sehingga habilitasi sudah dimulai sebelum usia 6 bulan. Dengan habilitasi yang
baik diharapkan kemampuan wicara pada saat usia 3 tahun bisa mendekati anak
normal.
Pemeriksaan pendengaran harus menggunakan cara cara yang obyektif (
sensitivitas mendekati 100%) yaitu Oto Acoustic Emission (OAE) dan BERA (
Brainstem Evoked response Audiometry) . OAE untuk menentukan fungsi sensor
bunyi rumah siput pada ( usia 2 hari , 1 dan 3 bulan). BERA untuk mengukur
aktifitas potensial listrik pada jalur saraf pendengaran sampai batang otak terhadap
bunyi ( diperiksa saat usia 1- 3 bulan).
Keterlambatan deteksi tuna rungu
Kebanyakan anak usia 3-10 tahun baru diperiksakan ke pelayanan kesehatan, itu
pun karena orangtua/keluarganya mengamati adanya kelambatan kemampuan
bicara pada anaknya. Hal ini seringkali diakibatkan:
1) orangtua anak kurang menyadari/mengerti adanya ketulian pada anaknya
2) perasaan malu/takut apabila ternyata anak menderita ketulian
3) masalah biaya pada orangtua
4) orangtua/keluarga belum atau tidak mengerti ke mana anak tersebut harus
diperiksakan.
Kadang kala kelambatan deteksi tuna rungu pada anak justru disebabkan oleh
kurang seriusnya petugas kesehatan menanggapi keluhan orangtua anak. Hal ini
dapat pula diakibatkan petugas kesehatan kurang memahami/mengenali gejala
awal ketulian pada anak.
5
2.1.5 Alat Bantu Dengar
Untuk membantu meningkatkan kemampuan pendengaran, penderita tuna rungu
dapat dibantu dengan menggunakan alat bantu dengar. Alat bantu dengar
merupakan suatu alat akustik listrik yang dapat digunakan oleh manusia dengan
gangguan fungsi pendengaran pada telinga. Biasanya alat ini dapat dipasang pada
bagian dalam telinga manusia ataupun pada bagian sekitar telinga. Alat bantu
dengar tersebut dibuat untuk memperkuat rangsangan bahagian sel-sel sensorik
telinga bagian dalam yang rusak terhadap rangsangan suara dan bunyi-bunyian
dari luar. Alat Bantu dengar tersebut merupakan sebuah alat elektronik yang
menggunakan batere dimana dalam pemakaiannya terdapat mikrofon yang
mengubah gelombang dari suara tersebut menjadi energi listrik yang kemudian
diterima amplifier yang dapat memperbesar volume suara dan mengirimkannya
pada speaker yang ada pada bagian dalam telinga. Jika ingin menggunakan alat
Bantu dengar ini maka terlebih dahulu harus memeriksakan ambang pendengaran
dengan alat yang dinamakan audiogram. Setelah itu barulah dapat ditentukan jenis
dan model apa yang cocok digunakan untuk kasus kerusakan pendengaran yang
dialami.
Bentuk Dasar Alat Bantu Dengar
Model dalam telinga ( ITE ) Alat
bantu dengan Model dalam telinga
(In the ear aids (ITC) dapat
digunakan untuk penderita
gangguan pendengaran kategori
ringan sampai dengan kategori
sedang. Alat ini memberikan
kenyamanan yang lebih kepada
pemakainya karena terletak pada
bagian dalam dan tidak tampak dari
luar. Didalam komponen alat ini
terpasang telecoil yang merupakan
suatu kumparan magnet kecil yang
dapat memungkinkan pengguna alat
bantu dengar tersebut untuk lebih
nyaman dalam bertelpon.
Model belakang telinga (BTE)
Jenis ini dipasang pada bagian
belakang telinga.dapat digunakan
pada kondisi gambar kerusakan
telinga kategori ringan sampai berat.
alat ini menggunakan komponen
cetakan teliga yang berfungsi
sebagai penjernih suara.
Gambar 2.2 Alat Bantu Dengar
6
Bentuk canal
Bentuk Canal tersebut terdiri atas dua jenis yaitu ITC dan ICC. Alat Bantu dengar
jenis ITC bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan dengan penggunanya. Alat
bantu jenis ini relatif berukuran kecil. Jenis lain adalah ICC. Alat ini terletak di
dalam saluran telinga. Kedua alat ini memang sangat nyaman digunakan karena
ukurannya yang kecil. Namun untuk kedua macam lat bantu ini hanya memiliki
ruang sedikit yang dapat digunakan untuk menyimpan cadangan batere dan
mikrofon yang terpasang di dalamnya. Alat ini kurang dianjurkan untuk penderita
dengan gangguan pendengaran yang cukup berat dan juga kurang disarankan
untuk dipakai oleh anak anak.
Alat bantu dengar untuk bayi
Body Aids
Merupakan alat bantu dengar yang dipergunakan untuk anak dalam usia balita.
Cenderung lebih ekonomis dibandingkan model sekelasnya. Mudah untuk
digunakan karena mempunyai kemampuan penggeseran pada mikrofon yang
digunakan, jadi tidak harus mendekatkan telinga ke sumber suara. alat ini tidak
mudah hilang, pasalnya penggunaan mirip dengan radio ukuran kecil atau
walkman. Alat ini memiliki kekurangan pada penerimaan suara yang sama antara
telinga kiri dan kanan. Anak yang menggunakan alat ini juga tidak mampu
mengetahui sumber suara karena hanya memiliki satu pengeras suara dan
penerima. Kemungkinan adanya feedback terhadap suara dapat terjadi jika
cetakan telinga tidak sesuai dengan ukuran.
OTE
Memiliki kemampuan untuk memebedakan arah suara karena memiliki alat
pengolah suara yang cukup baik. Memiliki pengaturan yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dengar balita yang menggunakannya. Alat ini dapat
memebedakan arah sumber suara baik kanan, kiri, depan, dan belakang,
kenyamanan alat ini juga sudah diakui.
2.1.6 Cara Kerja Alat Bantu Dengar
Pernahkah anda mendengar seseorang berbicara menggunakan mikrofon dan suara
tersebut keluar dari speaker? Pada dasarnya begitulah cara kerja Alat Bantu
Dengar. Perbedaannya pada ukuran yang disesuaikan dengan bentuk telinga.
Dapat dikatakan bahwa Alat Bantu Dengar adalah barang elektronik yang paling
kecil dan berteknologi tinggi.
7
Gambar 2.3 Cara Kerja Alat Bantu Dengar
Komponen dasar Alat Bantu Dengar:
1. Microphone, merubah suara menjadi signal elektronik, signal elektronik ini
kemudian diperkeras oleh amplifier.
2. Amplifier, berfungsi untuk memperkeras elektronik signal dari mikrofon
menjadi signal yang lebih besar.
3. Receiver atau loudspeaker, merubah elektronik signal yang sudah diperkeras
menjadi suara.
Gambar 2.4 Cara Kerja Suara Pada Alat Bantu Dengar
2.1.7 Akibat ketunarunguan:
Tuna rungu dapat menyebabkan gangguan sekunder yaitu gangguan bahasa dan aspek
pribadi lainnya, seperti:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Reaksi orang tua dan masyarakat
hambatan bahasa dan komukasi
hambatan pengetahuan dan intelektual
hambatan interaksi sosial
hambatan emosi
mempersempit kesempatan untuk pendidikan dan kerja
8
Menurut Helen Keller, tuna rungu mempunyai lebih banyak hambatan daripada tuna
netra karena menghambat interaksi dengan orang lain, sedangkan tuna rungu hanya
konsep ruangnya saja yang terhambat
Tuna rungu bukan diakibatkan karena tidak bisa mendengar, tetapi tidak
mempunyai bahasa. Alat bantu dengar bukan untuk menyembuhkan tetapi
mengoptimalkan perolehan bahasa.
.Bahasa itu apa?
Bahasa merupakan suatu kode dimana gagasan / ide tentang dunia / lingkungan
diwakili oleh seperangkat simbol yang telah disepakati bersama guna mengadakan
komunikasi (Bloom & Lahay 1978)
Anak tuna rungu tidak mengenal bahasa sehingga:
ƒ
ƒ
ƒ
tidak mengenal lambang bahasa yang digunakan lingkungan (tidak mengerti
kode / nama guna mewakili suatu benda / peristiwa / kegiatan)
tidak memahami aturan / sistem bahasa yang berlaku di lingkungan. Anak tuna
rungu sering kali berbicara dengan kalimat yang terbalik – balik susunannya.
Tidak menguasai media komunikasi dalam bahasa tersebut yaitu tidak bisa
bicara / menyimak, belum bisa menulis atau membaca.
2.1.8 Metode Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunarungu
Terdapat tiga metode utama individu tunarungu belajar bahasa, yaitu dengan
membaca ujaran, melalui pendengaran, dan dengan komunikasi manual, atau
dengan kombinasi ketiga cara tersebut.
1) Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)
Orang dapat memahami pembicaraan orang lain dengan “membaca”
ujarannya melalui gerakan bibirnya. Akan tetapi, hanya sekitar 50% bunyi
ujaran yang dapat terlihat pada bibir (Berger, 1972). Di antara 50% lainnya,
sebagian dibuat di belakang bibir yang tertutup atau jauh di bagian belakang
mulut sehingga tidak kelihatan, atau ada juga bunyi ujaran yang pada bibir
tampak sama sehingga pembaca bibir tidak dapat memastikan bunyi apa yang
dilihatnya. Hal ini sangat menyulitkan bagi mereka yang ketunarunguannya
terjadi pada masa prabahasa. Seseorang dapat menjadi pembaca ujaran yang
baik bila ditopang oleh pengetahuan yang baik tentang struktur bahasa
sehingga dapat membuat dugaan yang tepat mengenai bunyi-bunyi yang
“tersembunyi” itu. Jadi, orang tunarungu yang bahasanya normal biasanya
merupakan pembaca ujaran yang lebih baik daripada tunarungu prabahasa,
dan bahkan terdapat bukti bahwa orang non-tunarungu tanpa latihan dapat
membaca bibir lebih baik daripada orang tunarungu yang terpaksa harus
bergantung
pada
cara
ini
(Ashman
&
Elkins,
1994).
Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila digabung dengan sistem
cued speech (isyarat ujaran). Cued Speech adalah isyarat gerakan tangan
untuk melengkapi membaca ujaran (speechreading).
9
Delapan bentuk tangan yang menggambarkan kelompok-kelompok konsonan
diletakkan pada empat posisi di sekitar wajah yang menunjukkan kelompokkelompok bunyi vokal. Digabungkan dengan gerakan alami bibir pada saat
berbicara, isyarat-isyarat ini membuat bahasa lisan menjadi lebih tampak
(Caldwell, 1997). Cued Speech dikembangkan oleh R. Orin Cornett, Ph.D. di
Gallaudet University pada tahun 1965 66. Isyarat ini dikembangkan sebagai
respon terhadap laporan penelitian pemerintah federal AS yang tidak puas
dengan tingkat melek huruf di kalangan tunarungu lulusan sekolah
menengah. Tujuan dari pengembangan komunikasi isyarat ini adalah untuk
meningkatkan perkembangan bahasa anak tunarungu dan memberi mereka
fondasi untuk keterampilan membaca dan menulis dengan bahasa yang baik
dan benar. Cued Speech telah diadaptasikan ke sekitar 60 bahasa dan dialek.
Keuntungan dari sistem isyarat ini adalah mudah dipelajari (hanya dalam
waktu 18 jam), dapat dipergunakan untuk mengisyaratkan segala macam kata
(termasuk kata-kata prokem) maupun bunyi-bunyi non-bahasa. Anak
tunarungu yang tumbuh dengan menggunakan cued speech ini mampu
membaca dan menulis setara dengan teman-teman sekelasnya yang nontunarungu (Wandel, 1989 dalam Caldwell, 1997).
2) Belajar Bahasa Melalui Pendengaran
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa individu tunarungu dari
semua tingkat ketunarunguan dapat memperoleh manfaat dari alat bantu
dengar tertentu. Alat bantu dengar yang telah terbukti efektif bagi jenis
ketunarunguan sensorineural dengan tingkat yang berat sekali adalah
cochlear implant. Cochlear implant adalah prostesis alat pendengaran yang
terdiri dari dua komponen, yaitu komponen eksternal (mikropon dan speech
processor) yang dipakai oleh pengguna, dan komponen internal (rangkaian
elektroda yang melalui pembedahan dimasukkan ke dalam cochlea (ujung
organ pendengaran) di telinga bagian dalam. Komponen eksternal dan
internal tersebut dihubungkan secara elektrik. Prostesis cochlear implant
dirancang untuk menciptakan rangsangan pendengaran dengan langsung
memberikan stimulasi elektrik pada syaraf pendengaran (Laughton, 1997).
Akan tetapi, meskipun dalam lingkungan auditer terbaik, jumlah bunyi ujaran
yang dapat dikenali secara cukup baik oleh orang dengan klasifikasi
ketunarunguan berat untuk memungkinkannya memperoleh gambaran yang
lengkap tentang struktur sintaksis dan fonologi bahasa itu terbatas. Tetapi ini
tidak berarti bahwa penyandang ketunarunguan yang berat sekali tidak dapat
memperoleh manfaat dari bunyi yang diamplifikasi dengan alat bantu dengar.
Yang menjadi masalah besar dalam hal ini adalah bahwa individu tunarungu
jarang dapat mendengarkan bunyi ujaran dalam kondisi optimal. Faktorfaktor tersebut mengakibatkan individu tunarungu tidak dapat memperoleh
manfaat yang maksimal dari alat bantu dengar yang dipergunakannya. Di
samping itu, banyak penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar alat bantu
dengar yang dipergunakan individu tunarungu itu tidak berfungsi dengan
baik akibat kehabisan batrai dan earmould yang tidak cocok.
10
3) Belajar Bahasa secara Manual
Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara
komunikasi manual atau bahasa isyarat. Untuk tujuan universalitas, berbagai
negara telah mengembangkan bahasa isyarat yang dibakukan secara nasional.
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa komunikasi manual dengan
bahasa isyarat yang baku memberikan gambaran lengkap tentang bahasa
kepada tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan baik.
Kerugian penggunaan bahasa isyarat ini adalah bahwa para penggunanya
cenderung membentuk masyarakat yang eksklusif.
2.1.9 Metode Komunikasi Tuna Rungu
1. Oral
ƒ Pendidikan anak gangguan pendengaran harus membawa dan mengarahkan
mereka kepada kehidupan yang mendekati kehidupan normal atau kehidupan
seperti layaknya orang-orang pada umumnya di komunitasnya.
ƒ Oralisme sangat meyakini cara komunikasi oral dapat mengantar anak
gangguan pendengaran kedalam kehidupan yang normal.
ƒ dalam pelaksanaannya menitik beratkan kepada pengucapan dalam
penyampaian pesan (mengekspresikan gagasan/pikiran/perasaan) dan membaca
ujaran (speech reading) dalam menerima pesan
Tujuan
ƒ agar anak yang mengalami gangguan pendengaran baik dalam menerima pesan
atau mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya diharapkan melalui
cara-cara yang lazim digunakan oleh anak-anak yang mendengar pada
umumnya, dan juga diharapkan anak yang memiliki gangguan pendengaran
dapat menerima akses kebahasaan yang lebih besar dari lingkungannya
Jenis metode oral
ƒ Pendekatan Oral Kinestetik
suatu pendekatan oral yang mengandalkan membaca ujaran, peniruan melalui
penglihatan, serta rangsangan perabaan, dan kinestetik tanpa memanfaatkan
sisa pendengaran
ƒ Pendekatan Unisensory
suatu pendekatan yang memberikan penekanan terhadap penggunaan ABM
yang bermutu tinggi serta latihan mendengar. Dalam pendekatan ini membaca
ujaran dinomorduakan.
ƒ Pendekatan Oral Grafik
pendekatan oral yang menggunakan tulisan sebagai sarana dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi oral.
Kelebihan metode oral
ƒ Metode komunikasi oral lebih fleksibel, baik pembicara maupun lawan bicara,
lebih bebas
ƒ Metode komunikasi oral lebih berdifrensiasi, dapat mengungkapkan nuansa
perasaan dan hal-hal yang abstrak
ƒ Menggembirakan, karena dapat digunakan untuk melakukan komunikasi lebih
luas dengan masyarakat pada umumnya
11
Kekurangan metode oral
ƒ Sulit dilaksanakan bagi anak yang mengalami gangguan pendengaran yang
mengalami gangguan lain, seperti: gangguan penglihatan, gangguan kecerdasan
ƒ Terdapat beberapa konsonan yang dasar pengucapannya tidak dapat diamati
secara kasat mata, karena dibentuk di bagian belakang mulut, seperti: k, g, serta
yang tidak dapat dibedakan pada waktu diucapkan, seperti pada kata ”babi –
papi, palu – malu, baju – maju”
ƒ Sulit diamati pada jarak panjang yang agak jauh
ƒ Banyak kata-kata dalam gerak bentuk bibir sama tetapi memiliki makna yang
berbeda.
2. Isyarat
adalah bahasa dengan menggunakan tangan, walaupun dalam kenyataan, ekpresi
muka dan lengan juga digunakan atau berperan (Bunawan, 1997)
Jenis metode isyarat
ƒ Dactylology atau bahasa jari, ejaan jari
ƒ Bahasa Tubuh (body language).
ƒ Bahasa Isyarat asli/alami.
ƒ Bahasa Isyarat formal
Keunggulan metode isyarat
ƒ cepat dapat difahami sesama anak yang memiliki gangguan pendengaran
ƒ pembelajaran dapat berjalan secara aktif
ƒ membantu mengisyaratkan pengucapanpengucapan konsonan yang tidak
teramati dalam bentuk bibir (konsonan yang diproduksi di belakang mulut)
Kekurangan metode isyarat
ƒ Orang lain (masyarakat pada umumnya) terbatas memiliki isyarat
ƒ Banyak gerakan-gerakan isyarat, banyak variasi sehingga sulit difahami oleh
masyaraka
ƒ Tidak semua kata-kata dapat diisyaratkan
ƒ Memerlukan cahaya yang cukup
ƒ Sulit dilakukan bagi yang sedang membawa sesuatu
ƒ Anggota tubuh untuk mengisyaratkan terbatas
3. Komunikasi Total
Pengertian komunikasi total
Suatu cara komunikasi yang memanfaatkan segala media komunikasi ( berbicara,
membaca ujaran, menulis, membaca, mendengarkan, isyarat alamiah, isyarat
baku, abjad jari, gerak tubuh, mimik dll yang dilakukan secara terpadu).
Tujuan
Tercapai komunikasi yang efektif antara sesama tunarungu ataupun dengan
masyarakat luas dengan menggunakan media berbicara, membaca bibir,
mendengar dan berisyarat Pengertian Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
12
Faktor yang mendorong metode komunikasi total
ƒ Ketidakpuasan dengan hasil pendidikan yang diperoleh melalui metode oral.
ƒ Penggunaan komponen manual tidak merugikan perkembangan anak.
ƒ Penghargaan terhadap bahasa isyarat
ƒ Kesadaran akan kebutuhan kelompok minoritas
ƒ Bertambahnya pengetahuan tentang fase – fase perkembangan anak dan ATR
Permasalahan Kebahasaan Anak Tunarungu
• Anak Tunarungu tidak dapat atau kurang mampu berbicara dengan baik.
Berbicara bukan satu-satunya cara untuk berkomunikasi, karena bicara
merupakan salah satu cara dari sekian cara berkomunikasi
• Permasalahan utama Anak Tunarungu bukan pada ketidak-mampuannya dalam
berkomunikasi melainkan akibat dari hal tersebut terhadap perkembangan
kemampuan berbahasanya, yaitu ketidakmampuan untuk memahami lambang
dan aturan bahasa.
2.1.10 Deaf Culture
Deaf culture pertama kali didirikan pada tahun 1965
American Sign Language (ASL) dianggap sebagai aset yang paling bernilai dalam
Deaf Culture. Berbicara bahasa Inggris hampir sepenuhnya sia – sia bagi kaum tuna
rungu. Bahkan jika mereka bisa membaca gerak bibir, percakapan bahasa Inggris
sama sekali tidak mendekati ASL. Jika telinga mereka tidak berfungsi, mengapa Anda
memaksa mereka untuk berbicara normal?
Tidak berbicara sangat dihargai dalam budaya ini. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, berbicara biasanya dipaksakan kepada anak tuna rungu dan mewakili
pembatasan dan perampasan kepada tuna rungu dewasa. Ketika berbicara dipaksakan,
anak tuna rungu kehilangan salah satu kebutuhan mendasar mereka, yaitu bahasa.
Satu – satunya bahasa yang memungkinkan dan paling efektif adalah ASL.
www.start-american-sign-language.com
2.1.11 Pemilihan Media
Permainan video (bahasa Inggris: video game) adalah permainan yang menggunakan
interaksi dengan antarmuka pengguna melalui gambar yang dihasilkan oleh piranti
video. Permainan video umumnya menyediakan sistem penghargaan – misalnya skor
– yang dihitung berdasarkan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang ada di dalam permainan. Video games dibagi menjadi 2 jenis,
Console games (Playstation, Nintendo, Xbox, Sega) dan Computer games.
Permainan komputer (bahasa Inggris: computer game) adalah permainan video yang
dimainkan pada komputer pribadi, dan bukan pada konsol permainan, maupun mesin
ding-dong. Permainan komputer telah berevolusi dari sistem grafis sederhana sampai
menjadi kompleks dan mutakhir.
2.1.11.1 Manfaat games
Menurut Kemp dan Dayton (1985), mengidentifikasikan tidak dari delapan
manfaat media dalam kegiatan pembelajaran. Bila media game dimasukkan ke
13
dalam kedelapan manfaat media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton, maka
media game dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk media pembelajaran.
Kedelapan manfaat itu adalah :
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
Dengan menggunakan media game dalam kegiatan belajar, maka akan ada
penyeragaman penafsiran dari guru mata pelajaran terhadap mata pelajaran
yang akan disampaikan kepada para siswa.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
Media game terdiri dari unsur visual (dapat dilihat), audio (dapat didengar) dan
gerak (dapat berinteraksi). Jadi media game ini dapat membangkitkan
keingintahuan siswa, merangsang reaksi mereka terhadap penjelasan guru,
memungkinkan siswa menyentuh objek kajian pelajaran, membantu mereka
mengkonkretkan sesuatu yang abstrak dan sebagainya.
3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
Adanya unsur AI (artificial Inteligence) atau kecerdasan buatan pada media
game, maka akan terjadi komunikasi dua arah dimana pertanyaan muncul
secara acak pada layar komputer dan siswa menjawab pertanyaan tersebut.
Dengan semakin tingginya pemrograman komputer pada AI, maka game yang
dibuat dapat semakin komplek disesuaikan dengan tingkat kemampuan dari
siswa itu sendiri. Contohnya adalah game simulasi.
4. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
Dengan media game, maka guru tidak perlu menghabiskan waktu banyak untuk
menjelaskan materi. Dengan media game, siswa dapat melatih dirinya dengan
cara berinteraksi dengan media game mengenai suatu materi yang mereka ingin
pelajari. Seperti yang terjadi pada beberapa sekolah – sekolah setingkat kursus,
dimana waktu yang diperlukan untuk belajar cukup sedikit tetapi dituntut untuk
memahami materi dengan sesegera mungkin. Biasanya mereka menggunakan
media game dalam bentuk simulasi ataupun quiz untuk memudahkan dan
mempercepat penyerapan materi yang digunakan.
5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
Selain lebih efisien dalam proses belajar-mengajar seperti diuraikan diatas,
media game dapat membantu siswa menyerap materi pelajaran secara lebih
mendalam dan utuh. Hal ini disebabkan media game lebih menarik karena ada
unsur visual dan audio tetapi juga interaktif yang membuat siswa bisa berinteraksi dengan program game tentang suatu mata pelajaran. Contohnya adalah
Quiz game.
6. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memungkinkan siswa saat ini
dapat memiliki laptop dengan harga yang murah. Perangkat ini mempunyai
kelebihan dapat dibawa kemana – mana dan dapat digunakan kapan saja. Media
game biasanya berbentuk CD interaktif yang dapat dipergunakan kapan saja.
Sehingga media game sebagai media pembelajaran dapat dipergunakan kapan
saja dan dimana saja.
14
7. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses
belajar itu sendiri dapat ditingkatkan
Dengan media, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Hal ini dapat
meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan
proses pencarian ilmu itu sendiri.
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif
Pertama, guru tidak perlu mengulang – ulang penjelasan mereka bila media
digunakan dalam pembelajaran. Kedua, dengan mengurangi uraian verbal
(lisan), guru dapat memberi perhatian lebih banyak kepada aspek – aspek lain
dalam pembelajaran. Ketiga, peran guru tidak lagi sekedar “pengajar”, tetapi
juga konsultan, penasihat, atau manajer pembelajaran.
2.1.11.2 Jenis – jenis games
Aksi
Genre ini merupakan macam game yang paling populer. Game jenis ini
membutuhkan kemampuan refleks pemain dan timing yang tepat. Salah satu
subgenre action yang populer adalah First Person Shooter (FPS).
First Person Shooter
Banyak sekali game sukses di pasaran yang termasuk dalam genre ini. Game
jenis ini memerlukan kecepatan berpikir. Game ini dibuat seolah-olah pemain
yang berada dalam suasana tersebut. Contoh game genre ini, misalnya Half
Life, Crysis, Call of Duty: Modern Warfare, dan lain sebagainya.
Aksi-Petualangan
Genre ini memadukan gameplay aksi dan petualangan. Pemain diajak untuk
menelusuri gua bawah tanah sambil mengalahkan musuh, mencari artefak kuno,
menyeberangi sungai dan sebagainya. Saat ini kebanyakan genre ini sudah
mengadopsi 3D. Tom Clancy’s Splinter Cell, Hitman, Tomb Tider dan Prince of
Persia termasuk dalam game ini.
Simulasi, Konstruksi, dan Manajemen
Pemain dalam game ini diberi keleluasaan untuk membangun, berekspansi, dan
mengatur komunitas fiksi atau proyek tertentu dengan bahan baku yang terbatas.
Contohnya adalah SimCity, The Sims, dan Spore.
Role Playing Games (RPG)
Dalam RPG pemain dapat memilih satu karakter untuk dimainkan. Seiring dengan
naiknya level game, karakter tersebut dapat berubah, bertambah skill-nya,
bertambah senjatanya, bertambah hewan peliharaannya dan lain sebagainya. Final
Fantasy, World of Warcraft, Fallout, dan Dragon Quest termasuk dalam genre ini.
Strategi
Cikal bakal genre ini adalah board game. Genre strategi menitikberatkan pada
kemampun berpikir dan organisasi. Game strategi dibedakan menjadi dua, yaitu
Turn Based Strategy dan Real Time Strategy.
15
Real Time Strategy
Genre ini mengharuskan pemain membuat keputusan dan secara bersamaan
pihak lawan juga beraksi hingga menimbulkan serangkaian kejadian dalam
waktu yang sebenarnya. Contohnya adalah Age of Empires, Starcraft, Rise of
Nation dan Command and Conquer.
Turn Based Strategy
Dalam game ini pemain bergantian menjalankan taktiknya. Saat pemain
mengambil langkah, pihak lawan menunggu. Demikian juga sebaliknya.
Termasuk dalam genre ini adalah Heroes of Might and Magic, Front Mission
dan Master of Orion.
Balapan
Pemain dapat memilih kendaraan, mendandani lalu melaju di arena balap.
Tujuannya hanya satu, yaitu mencapai garis finish tercepat. Misalnya Need For
Speed, Grand Turismo, Top Gear, Daytona dan lain sebagainya.
Olahraga
Genre ini membawa olahraga ke dalam komputer atau konsol. Biasanya gameplay
dibuat semirip mungkin dengan kondisi olahraga yang sebenarnya. Termasuk
dalam genre ini adalah FIFA, Winning Eleven, PES, NBA, Tony Hawk Pro
Skater, dan lain-lain.
Puzzle
Genre puzzle menyajikan teka-teki, menyamakan warna bola, perhitungan
matematika, menyusun balok, dan sebagainya. Misalnya Tetris, Bejeweled,
Minesweeper, dan Bomberman.
Dance/Rhythm
Dance Dance Revolution mungkin adalah satu – satunya franchise terbesar dalam
genre ini. Dari sekian banyak jenis game ini, banyak yang memerlukan konsol
spesial, seperti DDR, namun ada beberapa tidak. Genre ini dibedakan dengan
musik yang digabungkan dengan waktu. Contoh lainnya adalah Parappa the
Rapper, Bust a Groove, Gitaroo Man, Space Channel 5, Frequency, Beatmania,
Para Para Paradise, Donkey Konga, and Eyetoy Groove.
Hybrid
Penting untuk diketahui banyak games yang tidak hanya terbatas pada satu genre
saja. Beberapa merupakan gabungan dari dua atau lebih genre. Bahkan pada
kenyataannya, games selalu berkembang, batas pembeda antara genre menjadi
semakin kabur. Salah satu contoh dr jenis hybrid adalah Myst. Game ini
merupakan gabungan antara petualangan dan puzzle.
2.2 Data Khusus Kasus
2.2.1 Situasi Permasalahan
Kerurangan tuna rungu dalam pendengarannya menyebabkan komunikasi
menjadi terhambat karena mereka kesulitan untuk berbicara. Hal ini bukan
disebabkan karena tidak mampu berbicara namun karena mereka tidak memiliki
bahasa. Solusinya adalah dengan mengajarkan mereka tentang pengucapan
16
bahasa seperti menirukan gerak bibir dan membaca ujaran. Namun pada
kenyataannya, berbicara tetaplah hal yang sulit untuk dilakukan. Meskipun sudah
dilatih bertahun – tahun ucapan mereka tentunya tidak akan sejelas orang pada
umumnya. Selain itu, berbicara juga bukanlah hal yang mudah bagi kaum tuna
rungu, mereka harus mengeluarkan energi ekstra untuk mengeluarkan suara dan
mengatur pernafasan. Ditambah lagi apabila anak tersebut mengalami kerusakan
pada pita suara atau mempunyai cacat ganda, seperti autis. Karenanya diperlukan
suatu bahasa yang dikhususkan untuk membantu mereka yang berkekurangan
itu, yaitu bahasa isyarat.
2.2.2 Tujuan
ƒ Membantu anak tuna rungu untuk mengenal dan menghafal bahasa isyarat
dengan cara yang lebih menyenangkan
ƒ Memasok kosakata – kosakata baru pada anak dengan cara yang mudah diingat
ƒ Meningkatkan atusiasme mereka akan bahasa isyarat
ƒ Meningkatkan minat mereka pada proses pembelajaran, sehingga belajar tidak
dipandang sebagai proses yang membosankan.
ƒ Menjadi sebuah sarana hiburan bagi anak tuna rungu
2.2.3 Sasaran
Anak Usia Dini
Setelah kelahiran sampai dengan usia sekitar 6 tahun, banyak terjadi perubahan
yang luar biasa. Perubahan ini, misalnya, sebutan yang pada awalnya adalah bayi
kemudia menjai anak – anak; munculnya refleks – refleks yang merupakan dasar
kepekaan terhadap stimulus, munculnya celoteh yang akan berkembang menjadi
kemampuan berkomunikasi.
Adapun usia setelah itu (lebih dari 6 tahun) sering disebut sebagai usia sekolah
dimana anak sudah berkembang fisiknya sehingga membentuk tubuh yang
proporsional, mampu berjalan, meloncat, berlari, mampu memegang pensil
dengan baik, mampu berkomunikasi dengan orang lain mengguankan bahasa
verbal, mampu memahami emosi yang dirasakan oleh orang lain berdasarkan
bahas tubuh yang ditujukan. Oleh karena itu batasan perngertian anak usia dini
adalah 0-6 tahun.
Golden Age
Usia dini pada anak kadang –kadang disebut sebagi usia emas atau golden age.
Masa-masa tersebut merupakan masa kritis dimana seorang anak membutuhkan
rangsangan-rangsangan yang tepat untuk ’mencapai’ kematangan yang
sempurna. Arti kritis adalah sangat mempengarhui keberhasilan pada masa
berikutnya. Apabila masa kritis ini tidak memperoleh rangsangan yang tepat
dalam bentuk latihan atau proses belajar maka diperkirakan anak akan
mengalami kesulitan pada masa – masa perkembangan berikutnya. Misalnya,
secara fisiologis anak sudah cukup berkembang dan mampu dilatih bicara,
namaun demikian rangsangan yang diperoleh dari lingkungan sangat kurang,
akibatnya anak mengalami kesulitan untuk berbicara.
Usia dini juga merupakan masa yang penting sebagai landasan untuk
perkembangan pada masa – masa berikutnya. Menurut Freud, pencetus teori
17
psikoanalisis (1856-1939), masa usia dini harus diberi landasan yang kuat agar
terhindar dari gangguan kepribadian ataupun emosi. Lebih lanjut Freud
menyatakan bahwa gangguan – gangguan yang dialami pada masa dewasa dapat
ditelusuri penyebabnya dengan melihat kehidupan pasa masa kanak-kanaknya.
Misalnya orang yang agresif secara verbal, sering marah –marah, mengumpat,
ternyata pada usia – usia awalnya tidak memperoleh kepuasan terhadap
kebutuhannya.
Erik Erikson (1902-1994) menambahkan bahwa anak yang tidak mengalami dan
memperoleh kasih sayang serta tidak memperoleh kepuasan dari kebutuhannya
akan mengalami kegagalan utnuk mengembangkan rasa percaya pada orang lain.
Berbeda dengan Freud dan Erikson yang lebih berorientasi pada patologis, Piaget
menyatakan bahwa tahun – tahun awal perkembangan manusia merupakan saat
yang tepat untuk mengenalkan berbagai konsep sederhana sebagai landasan
untuk mengembangkan cara berpikir yang lebih kompleks pada tahap – tahap
perkembangan berikutnya.
Sejumlah ahli psikologi menyatakan bahwa tahun – tahun awal perkembangan
dapat dikatakan sebagi dasar pembentuk kepribadian seseorang. Apabila masa ini
sudah memperoleh rangsangan yang tepat untuk mengembangkan dan
mengaktualisasi potensi, maka masa – masa berikutnya tinggal memodifikasi
struktur dan fungsi dari kepribadian itu sehingga terbentuk kepribadian yang
sesuai dengan harapan.
Life Span Development
Perkembangan manusia terjadi sepanjang rentang kehidupannya, yang terbagi –
bagi ke dalam beberapa periode perkembangan. Masing – masing periode
perkembangan tersebut akan mempengaruhi periode perkembangan yang lain.
Salah satu teori tentang perkembangan sepanjang rentag kehidupan dikemukakan
oleh Papalia & Olds (1986), yang intinya bahwa kehidupan manusia dapat
dibedakan berdasarkan kelompok kronologisnya, yaitu sebagai berikut:
1. Periode prenatal (saat konsepsi sampai dengan sesaat sebelum kelahiran)
Tahan prenatal ditandai oleh perkembangan fisik yang paling besar sepanjang
rentang kehidupan, karena manusia berawal dari sebuah sel yang kemudian
berkembang menjadi bermilyar sel. Masa ini juga ditangdai oleh
terbentuknya struktur tubuh dan organ , yang membuatnya sering disebut
dengan waktu yang luar biasa terutama pada tiga bulan pertama masa
kehamilan.
2. Periode bawah 3 tahun (mulai kelahiran sampai dengan usia 3 tahun)
Sejak lahir sampai dengan usia sekitar 2 tahun sering disebut sebagi masa
bayi. Meskipun mereka masih tergantung pada orang dewasa, namun
sesungguhnya mereka memiliki kemampuan atau kompetensi yang luar
biasa. Bayi akan mengembangkan kemampuan indera dan mulai belajar hal –
hal sederhana. Mereka akan membentuk kelekatan pada orang tuanya, kakak
laki laki atau perempuan, serta pengasuhnya. Mulai usia 18 bulan sampai
dengan 3 tahun, sering disebut dengan batita (toddler), anak akan terampil
berbahasa dan menggunakan kemampuan motoriknya serta mampu
mengembangkan sikap mandiri. Meskipun sebagian besar waktunya masih
18
tergantung pada orang dewasa, namun demikian mereka mulai
mengembangkan kepedulian terhadap anak lain.
3. Periode anak – anak awal ( usia 3 – 6 tahun)
Masa ini sering disebut sebagai masa prasekolah, meskipun istilah tersebut
saat ini menjadi kurang tepat karena sudah banyak dikembangkan model –
model sekolah untuk anak pada masa ini. Anak yang berada pada masa ini
mulai peduli terhadap kehadiran anak lain. Demikian juga tentang bahasa
yang digunakan, karena dengan bahasa tersebut mereka dapat berkomunikasi
dengan teman sepermainan maupun orang dewasa. Mereka juga mulai
mengembangkan cara meminta dan memperoleh yang diinginkan dengan
lebih baik dari sebelumnya, lebih peduli terhadap diri mereka sendiri, serta
mulai melatih kendali diri.
4. Periode anak – anak madya (usia 6 – 12 tahun)
Masa ini ditandai oleh sebagian besar waktu yang ada digunakan untuk
sekolah. Anak – anak pada masa ini mengalami perkembangan cara berpikir
logic sebagai hasil dari sekolah formal yang dijalaninya. Namun demikian,
faktor keluarga masih tetap harus dipertimbangan andilnya dalama
perkembangan anak yang bersangkutan.
5. Periode remaja ( usia 12 – 20 tahun)
Kunci utama pada periode ini adalah pencarian identitas diri, yang sangat
diperlukan sepanjang hidup manusia. Selain itu, terjadi juga perubahan fisik
yang menunjukan perubahan menuju kedewasaan, perubahan kognitif
menuju cara berpikir yang abstrak, sehingga cakrawala intelektual merek
semakin meluas, perubahan ,keterlibatan dari orang tua menuju teman
sebaya. Pada budaya barat, tidak ada tanda – tanda pasti tentang berakhirnya
masa remaja ini.
6. Periode dewasa awal ( usia 20 – 40 tahun)
Masa ini merupakan masa yang menjadi dasar untuk rasa cinta dan
pekerjaan, karena orang – orang pada masa ini mulai menjalin hubungan
yang intim dan mulai memilih serta menentukan pekerjaan. Meskipun terjadi
perubahan pasangan maupun pekerjaan, setidak-tidaknya masa ini menjadi
dasar untuk mengembangkan kemampuan memilih pasangan dan pekerjaan
yang lebih tepat.
7. Periode tengah baya ( usia 40 -65 tahun)
Periode ini sering disebut dengan generasi sandwich (roti lapis daging)
karena berada diantara anak – anaknya yang sudah menginjak remaja dan
orang tuanya yang sudah memasuki usia tua. Karena berada diantara duan
generasi, maka kadang – kadang timbul krisis yang sering disebut dengan
krisis tengah baya. Selain itu, orang yan berada pada periode ini sudah mulai
menikmati puncak karir dari pekerjaan yang dipilihnya, serta mulai
memikirkan tentang kematian sehingga berusaha introspeksi tentang apa
yang masih dapat dilakukan pada sisa hidupnya.
8. Periode dewasa akhir ( usia 65 tahun keatas)
Sebagian besar orang pada periode ini mulai mempersiapkan diri secara
mental tentang kemungkinan berpisah dengan keluarga, pasangan hidup,
komunitas, teman – teman sebaya ataupun aktivitas yang digeluti. Selain itu,
19
mereka juga menyadari berkurangnya kemampuan indera, kekuatan tubuh
ataupun stamina.
Berdasarkan teori – teori diatas, dapat disimpulkan kisaran umur yang paling tepat
untuk belajar adalah masa anak – anak awal yaitu usia 3-6 tahun. Periode ini dipilih
karena merupakan masa kritis bagi anak untuk memperoleh pengetahuan yang
menjadi landasan periode – periode setelahnya. Dalam periode ini anak juga mulai
mengembangkan kemampuan berbahasanya dan berinteraksi dengan teman sebaya.
2.3 Analisa Kasus
a) Strenght
ƒ Pendekatan yang dilakukan lebih relevan dengan target, yaitu anak –
anak.
ƒ Mengajarkan tentang bahasa isyarat yang baku, bukan isyarat lokal.
b) Weakness
ƒ Kosakata yang disediakan tidak mencakup semua kosakata yang ada..
c) Opportunity
ƒ Media pembelajaran yang masih berkesan kuno dan membosankan
bagi anak.
ƒ Seiring dengan perkembangan teknologi, semakin banyak anak yang
menggemari games.
ƒ Masih banyak tuna rungu yang belum mengenal isyarat baku
d) Threat
ƒ Masyarakat yang masih malu untuk menerima kekurangan dari anak
tuna rungu, sehingga mereka cenderung ‘memaksakan’ anak untuk
berkomunikasi secara oral.
ƒ Belum banyak orang tua yang mengerti cara menangani anak tuna
rungu.
Download