18 FUNGSI PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA Oleh FISILIYA ARICKA YULIYARSIH, S.H., M.H. Abstract Protection against the procedure of confidential information and know-how (in the Franchise Disclosure Document) from the franchisor to the franchisee is under franchised agreement. Some important things that need to be done in the framework of juridical to regulate the franchise lawarefranchise registration, disclosure principle, franchise association, franchise code of ethics and guidelines of the franchise contract. Government Regulation No. 42/2007 stipulates that a franchise offering prospectus is the obligation of franchisor to the franchisee and the franchisor requires registering the franchise offering prospectus before making a franchise agreement with a franchisee. The registration of franchise offering prospectus is made to get the Certificate of Registration of Franchising (STPW). Provisions of fines and administrative sanctions apply to franchisees who do not register their prospectus. Keywords : Function, Prospectus, Franchise, Agreement JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 19 Sistem ini telah merambah ke bidang jasa BAB 1 PENDAHULUAN dan produk lain seperti jaringan hotel, supermarket dan restoran. Era globalisasi Latar Belakang Kosa kata franchise berasal dari menjadi momentum penting bagi ekspansi bahasa Perancis kuno yang artinya “Hak jaringan waralaba multinasional sebab batas Khusus” atau “kebebasan”. Saat itu “Hak Negara menjadi kabur, proteksi perdagangan Khusus” diberikan kepada seseorang oleh dalam bentuk tarif dan non tarif dicabut pemerintah secara bertahap dan adanya perdagangan atau pejabat tinggi untuk menyelenggarakan pasar atau pertunjukan bebas2. Dalam direktori franchise Indonesia keramaian atau melakukan operasi sebuah feri ataupun pemakaian jembatan. Konsep yang franchise itu kemudian diperluas raja saat itu Indonesia, disebutkan bahwa franchise di dalam segala bentuk kegiatan, antara lain Indonesia mulai dikenal sekitar 1970 dengan diberikannya hak khusus kepada seseorang masuknya Kentucky Fried Chicken, Ice untuk membangun jalan hingga mencampur Cream bir. Lalu praktik dan kebiasaan ini menjadi kemudian disusul oleh Burger King dan bagian dari sumber hukum common law di Seven Eropa1. Franchise mulai di kenal luas di sesungguhnya Amerika Serikat sejak tahun 1863, yaitu mengenal konsep franchise sebagaimana ketika Singer Sewing Machine Company yang diterapkan pada penyebaran toko menjadi yang sepatu Bata ataupun SPBU/pompa bensin. menerapkan system distribution franchise Sampai akhir decade 1990-an, waralaba dalam yang asing sangat mendominasi. Hanya beberapa perjanjian merek lokal semisal Es Teler 77 dan franchise modern. Konsep franchise ini California Fried Chicken yang mampu eksis kemudian diikuti oleh General Motor pada di tengah persaingan3. tahun 1898, Coca Cola Company pada tahun waralaba di Indonesia melatar belakangi 1899, serta McDonald’s pada tahun 1955. berdirinya Pada tahun 1959 sistem franchise/waralaba Indonesia). Organisasi ini didirikan oleh tidak hanya diterapkan dalam bidang industri beberapa perusahaan pemberi waralaba, AFI makanan siap saji, distribusi bahan bakar, juga didirikan atas prakarsa pemerintah dan perusahaan bentuk kemudian pertama perjanjian menjadi tertulis pelopor diprakarsai Swensen, Eleven. Asosiasi Shakey Namun Indonesia AFI Franchise Pizza, di luar sudah yang itu pula Maraknya bisnis (Asosiasi Franchise dan penjualan barang-barang elektronik. 2 1 P.Lindawaty S. Sewu, Franchise: Pola Bisnis Spektakuler dalam Perspektif Hukum dan Ekonomi, CV.Utomo, Bandung, 2004, hal.15 3 Lihat Lukman Hakim, Info Lengkap WARALABA, Media Pressindo, Yogyakarta, 2008, hal.35-38 Iman Sjahputra Tunggal, Franchising: Konsep dan Kasus, Harvarindo, Jakarta, 2005, hal.9-12 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 20 ILO (International Labour Organization) yang mempunyai tujuan antara lain4: kontrak innominaat yang belum ada undangundangnya di Indonesia.5 menjadi wadah bagi para pebisnis waralaba Tonggak kepastian hukum akan format untuk meningkatkan usaha, profesionalisme, waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal dan etika, menjadi pusat informasi waralaba, 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya memberi Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun masukan kepada pemerintah mengembangkan UKM menjadi usaha-usaha 1997 waralaba. dituangkan dalam SK Menperindag No. 259 Perjanjian franchise merupakan salah yang kemudian implementasinya tahun 1997. satu bentuk perjanjian yang terdapat di luar Peraturan Pemerintah No. 42 tahun KUH Perdata atau biasa disebut dengan 2007 tentang waralaba berlaku efektif mulai kontrak innominaat atau termasuk dalam tanggal 24 Juli 2008. Perusahaan yang telah bentuk perjanjian tak bernama. Timbulnya memenuhi kontrak ini karena adanya asas kebebasan waralaba dapat melakukan pendaftaran usaha berkontrak sebagaimana tercantum dalam waralabanya, pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Kontrak (franchisor) innominaat merupakan kontrak yang timbul, melakukan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat penawaran dan bersifat khusus. Artinya bahwa kontrak terwaralaba innominaat ini berlaku terhadap peraturan kewajiban melakukan pendaftaran perjanjian yang bersifat khusus sebagaimana yang waralabanya sesuai dengan Permendagri tercantum peraturan No.12 tahun 2006 tentang Ketentuan dan perundangan yang mengaturnya. Dari aspek Tata cara Penerbitan STPUW. Perjanjian atau segi pengaturannya, kontrak ini dapat waralaba berisi nama dan alamat para pihak, digolongkan menjadi 3 macam : kontrak jenis Hak Kekayaan Intelektual, kegiatan innominaat yang telah diatur secara khusus usaha, hak dan kewajiban, bantuan dan dan dituangkan dalam bentuk undang- fasilitas, wilayah usaha, jangka waktu, undang dan atau telah diatur dalam pasal- kepemilikan, penyelesaian sengketa dan tata pasal tersendiri, kontrak innominaat yang cara perpanjangan. Pewaralaba diharuskan telah diatur dalam peraturan pemerintah, untuk membuat prospektus berisi data dalam berbagai ketentuan bagi tentang pihak mempunyai pendaftaran waralaba, kriteria Pewaralaba kewajiban prospektus sedangkan (Franchisee) bagi mempunyai identitas, legalitas usaha, sejarah kegiatan usaha, struktur organisasi, laporan keuangan 5 4 Pietra Sarosa, Mewaralabakan Usaha Anda, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004,hal.9 Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal. 4 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 21 dua tahun terakhir, jumlah tempat usaha, tuangkan dalam daftar penerima waralaba, hak dan kewajiban penawaran waralaba. bentuk Prospektus Disclosure agreement yang tertuang pemberi waralaba dan penerima waralaba. Perkembangan hukum perjanjian saat dalam prospectus penawaran waralaba ini ini diwarnai oleh semakin tipisnya tabir tentunya membawa akibat hukum bagi para pemisah antara dua sistem hukum besar yaitu pihak dalam waralaba, baik bagi franchisor common law dan civil law. Dinamika maupun bagi Franchisee. Akibat hukum hubungan bisnis yang melibatkan para yang timbul berkaitan erat dengan aspek pelaku bisnis antar Negara telah membawa kerahasiaan dari pihak franchisor. Karena dampak harus disampaikan kepada calon investor, perkembangan perjanjian yang hukum mengadopsi kontrak asas-asas aspek kerahasiaan dari universal yang dikembangkan dalam praktek Penawaran kebiasaan6. Kebutuhan utama para pelaku dipertahankan. Itu sebabnya, Franchisor bisnis harus waralaba adalah perlindungan Waralaba Prospektus menjaga tentu keseimbangan sulit antara terhadap hak-hak para pemainnya. Di AS transparansi dan kerahasiaan. Keseimbangan misalnya, ada Uniform Franchising Offering yang dimaksud disini adalah keseimbangan Circular oleh pada proses dan mekanisme pertukaran hak Association. dan kewajiban yang berlangsung secara fair. UFOC berisi 23 item yang menyangkut Hakikat suatu perjanjian adalah mewujudkan keterbukaan, seperti sejarah dan pengalaman pertukaran hak dan kewajiban secara adil perusahaan, faktor finansial (biaya-biaya (fairness). yang diperlukan untuk menjadi Franchisee), seimbangan hasil dapat diterima sebagai hak dan kewajiban kedua belah pihak, sesuatu yang fair apabila proses pertukaran laporan keuangan yang telah diaudit, daftar hak dan kewajiban berlangsung secara Franchisee, bukti proporsional. Makna asas proporsionalitas lain adalah asas yang mengatur pertukaran hak diantaranya program pembiayaan, teritori, dan kewajiban para pihak sesuai dengan merek dagang dan provisi transfer, serta proporsi atau bagiannya, yang meliputi perpanjangan kerjasama. Substansi UFOC seluruh proses kontrak, baik pada tahapan ini kemudian menjadi acuan Franchise pra Disclosure Document di Indonesia yang di maupun pelaksanaan kontrak / perjanjian (UFOC) International yang disahkan Franchising dokumen kontrak, transaksi, serta informasi-informasi Dengan kontraktual, demikian pembentukan ketidak- kontrak tersebut. 6 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian – Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, LaksBang Mediatama Yogyakarta, 2008,hal. 7-8 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 22 Rumusan Masalah 1) Apakah BAB 2 PEMBAHASAN asas-asas yang terkandung dalam Prospektus Penawaran Waralaba? 2) Apakah Franchise pemaknaan Disclosure Document dalam peraturan tentang waralaba di Indonesia? 3) Apakah fungsi Prospektus Penawaran Waralaba dalam Perjanjian Waralaba di Indonesia? Dalam KUH Perdata terdapat rumusan mengenai perjanjian ini yang tercantum pada pasal 1313, yang menegaskan bahwa perjanjian sebagai suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan pihak menjadi sah harus dipenuhinya syarat ini menggunakan tipe penelitian hukum yuridis normatif.7 Adapun metode pendekatan masalah yang digunakan Pendekatan Perundang-undangan (statute approach), Pendekatan Historis approac, dan Pendekatan Konseptual (conceptual approach), 8 serta pendekatan perbandingan tentang substansi antara Franchise /UFOC dengan Disclosure Prospektus Document Penawaran Waralaba di Indonesia. Analisa bahan hukum didasarkan yang seorang berjanji untuk melakukan suatu hal. supaya perjanjian yang dibuat oleh para Penelitian (historical perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dirinya dengan satu orang atau lebih10. Agar Tipe Penelitian adalah Subekti mengemukakan bahwa suatu pada metode Preskriptif analitis9, metode pengambilan kesimpulan dengan metode deduktif-induktif. syarat yang ditentukan dalam pasal 1320 BW (KUH Perdata) yaitu sebagai berikut : Adanya kesepakatan dari para pihak yang membuat perjanjian, Para pihak harus cakap (wenang) bertindak dalam hukum, Sesuatu hal tertentu, Sebab yang halal. Waralaba adalah terjemahan bebas dari kata Franchise, kata “waralaba” pertama kali diperkenalkan oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM) sebagai padanan kata Franchise. Amir Karamoy menyatakan bahwa waralaba terjemahan langsung konsep bukan Franchise. Dalam konteks bisnis, Franchise berarti kebebasan untuk menjalankan usaha secara mandiri diwilayah tertentu. Secara harafiah, waralaba berarti hak untuk menjalankan usaha atau bisnis di daerah yang telah ditentukan. Secara historis, waralaba 7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hal.41 8 Jonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, PT. Bayu Media, Malang, 2005, hal. 10 9 ibid, hal.206 10 Juajir Sumardi, Aspek-aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 37-38 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 23 didefinisikan sebagai penjualan khusus suatu Pemakai waralaba membayar fee atau royalti produk di suatu daerah tertentu dimana atas penggunaan merek pemilik waralaba. produsen kepada Asas-asas perjanjian Franchise didasarkan menyediakan pada :14 Asas kebebasan berkontrak, Asas produk informasi dan iklan, sementara ia konsensualitas, Asas itikad baik, Asas mengontrol perwakilan yang menjual produk kerahasiaan, Asas persamaan hukum, Asas di daerah yang telah ditentukan. Macam keseimbangan memberikan perwakilan penjualan latihan dan waralaba yang umum saat ini adalah bisnis Waralaba merupakan salah satu bentuk format waralaba. Dalam transaksi semacam format bisnis dimana pihak pertama yang ini, telah disebut franchisor memberikan hak kepada mengembangkan produk atau jasa dan pihak kedua yang disebut Franchisee untuk keseluruhan atau mendistibusikan barang/jasa dalam lingkup pengantaran serta pemasaran produk atau area geografis dan periode waktu tertentu jasa tersebut11. mempergunakan merek, logo, dan sistem pemberi lisensi sistem waralaba distribusi Amir Karamoy menyatakan bahwa operasi yang dimiliki dan dikembangkan franchisor. secara hukum waralaba berarti persetujuan oleh Pemberian legal atas pemberian hak atau keistimewaan dituangkan untuk memasarkan suatu produk atau jasa waralaba (Franchise agreement).15 dalam hak bentuk ini perjanjian dari pemilik (pewaralaba) kepada pihak lain Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 42 (terwaralaba) yang diatur dalam suatu aturan tahun 2007 tentang Waralaba dan Pasal 2 permainan tertentu.12 Pada tahun 1991 Permendagri berdiri Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Penyelenggaraan sebagai wadah yang menaungi pewaralaba bahwa waralaba harus memenuhi kriteria dan terwaralaba.13 sebagai berikut : memiliki ciri khas usaha, Unsur-unsur 31/ Waralaba 2008 tentang menyebutkan (Franchise) terbukti sudah memberikan keuntungan, tersebut, ialah : Merupakan suatu perjanjian, memiliki standar atas pelayanan dan barang Penjualan produk/jasa dengan merek dagang atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara pemilik Pemilik tertulis, mudah diajarkan dan diaplikasikan , waralaba adanya dukungan yang berkesinambungan , waralaba waralaba No. waralaba (franchisor), membantu (Franchisee) pemakai dibidang pemasaran, manajemen dan bantuan tehnik lainnya, hak kekayaan intelektual yang telah terdaftarkan. 11 Tim Lindsey, Eddy Damian, dkk, Hak Kekayaan Intelektual, PT. Alumni, 2006, hal.339 12 Amir Karamoy, Sukses Usaha Lewat Waralaba, PT.Jurnalindo Aksara Grafika, Jakarta,2006,hal.3 13 www.afi.com akses 28 februari 2007 14 15 P.Lindawaty S. Sewu, Op. Cit. hal.31-35 www.smFranchise.com akses 07 Januari 2009 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 24 Prospektus Penawaran Waralaba adalah dokumen tertulis yang menurut PP waralaba, Hak dan kewajiban pemberi waralaba dan penerima waralaba Disclosure Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba merupakan suatu merupakan kewajiban pemberi waralaba kewajiban untuk menyajikan fakta berupa kepada penerima waralaba yang harus kondisi diberikan pada saat melakukan penawaran keuangan dari franshisor kepada calon waralaba. Prospektus Penawaran waralaba Franchisee. Fakta-fakta yang disajikan ini ini harus didaftarkan oleh pewaralaba (dalam merupakan dokumen yang sifatnya rahasia, bahasa hukum disebut Pemberi Waralaba) ke dan tidak boleh digunakan oleh calon pejabat yang akan menangani pendaftaran Franchisee untuk kepentingan pribadi, selain waralaba. Prospektus ini bukan sekedar semata-mata persyaratan legal untuk memperoleh Surat usaha Tanda memutuskan Pendaftaran Waralaba (STPW) penjualan, untuk dari personalia maupun mengetahui franchisor kondisi sebelum pembelian hak ia waralaba. sebagai Pemberi Waralaba. Dokumen ini Disclosure pada tahap awal pembelian hak harus mampu pula berperan sebagai sarana waralaba dikenal juga dengan sebutan FOC pendukung (Franchise Offering Circular).17. upaya pemasaran waralaba, karena harus diserahkan pula kepada calon FOC Disclosure merupakan penandatanganan document yang diberikan oleh franchisor Perjanjian Waralaba. Berkenaan dengan kepada kandidat Franchisee yang telah prospektus terkualifikasi, investor sebelum ini, pewaralaba juga wajib sebelum ia memutuskan memberi waktu yang cukup (masih dalam penandatanganan perjanjian waralaba. FOC tahap pembahasan juklak atau petunjuk berisi fakta-fakta finansial maupun non pelaksanaan, diperkirakan minimal sekitar 7 finansial berkaitan dengan franchisor dan atau 10 hari) bagi calon investor untuk para Franchisee yang ada saaat ini dan yang tersebut.16 telah berhenti. Di Amerika Serikat, untuk Prospectus Penawaran Waralaba, sesuai melindungi investor (calon Franchisee), Permendagri No. 31/ 2008 paling sedikit FOC harus dipelajari oleh calon Franchisee harus memuat data-data tentang : Data paling tidak selama 10 hari. Dalam waktu ini identitas pemberi waralaba, Legalitas usaha franchisor waralaba, Sejarah kegiatan usahanya, mempengaruhi dan calon Franchisee belum Struktur organisasi pemberi waralaba, diijinkan untuk menandatangani perjanjian mempelajari prospektus Laporan keuangan dua tahun terakhir, Jumlah tempat usaha, Daftar penerima 16 www.consultft.com akses 07 januari 2009 tidak diijinkan untuk waralabanya. 18 17 Lukman Hakim, Info Lengkap WARALABA, Media Pressindo, Yogyakarta, 2008, hal: 208 18 www.smFranchise.com akses 07 Januari 2009 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 25 Pemerintah AS pada tahun 1979 mengeluarkan Franchise Disclosure Act yang mewajibkan franchisor pihak barang dan jasa, Pembaharuan, pembatalan, membeli kembali, modifikasi serta pengalihan perjanjian dan informasi yang menerbitkan buku prospectus atas jasa dan terkait, produk yang diFranchisekan. Tujuannya terkenal, Penjualan, laba atau penghasilan agar pihak Franchisee dapat membaca actual, rata-rata atau yang diperkirakan, semua Informasi tentang waralaba dan pemberi dokumen sebelum mengadakan kontrak dengan franchisor19. Ketentuan ini kemudian di tuangkan dalam Uniform Pengaturan waralaba, Laporan dengan tokoh-tokoh keuangan, Kontrak, Tanda terima dari calon penerima waralaba Franchise Offering Circular (UFOC) yang disahkan oleh International Franchising Association. Beberapa hal pokok yang disyaratkan dalam format UFOC tersebut adalah :20 waralaba Informasi dan tentang pendahulunya, pemberi 2.1. Asas-Asas Yang Terkandung Dalam Prospektus Penawaran Waralaba Asas Konsensualitas dalam perjanjian waralaba Informasi Perjanjian terbentuk karena adanya tentang identitas dan pengalaman bisnis perjumpaan waralaba, Proses pihak-pihak. Perjanjian pada pokoknya dapat kepailitan, Biaya pembayaran Investasi awal awal, pengadilan, Sejarah kehendak (consensus) orang-orang yang berafiliasi dengan pemberi dari waralaba awal atau di buat bebas tidak terikat bentuk dan lainnya, Biaya lain, tercapai tidak secara formil, tetapi cukup Kewajiban penerima melalui consensus belaka21. Untuk waralaba untuk membeli atau mengontrak memenuhi tuntutan kepastian hukum dan dari sumber yang ditunjukkan, Kewajiban melindungi kepentingan umum, pembuat dari penerima waralaba untuk membeli atau undang-undang mengontrak, pendanaan, tindakan-tindakan hukum tertentu, yakni Kewajiban pemberi waralaba, Wilayah atau dengan mengaitkan pada tindakan hukum teritori eksklusif, Merek dagang, merek jasa, tersebut suatu bentuk tertentu sebagai syarat nama dagang, logo type dan symbol untuk menetapkan keabsahannya. Maksud komersial, Paten dan hak cipta, Kewajiban dan tujuannya adalah kepastian hukum atau penerima waralaba untuk ikut serta dalam memberikan perlindungan bagi kepentingan operasi actual dan bisnis, Pembatasan atas pihak Pengaturan ketiga bermaksud dan sekaligus membatasi menjaga 19 Iman Sjahputra Tunggal,Franchising : Konsep dan Kasus, Harvarindo, Jakarta, 2005, hal.5-8 20 Gunawan Widjaja, Waralaba, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,hal:64-74 21 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia – Hukum Perjanjian Berdasarkan Asas-asas Wigati Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 95 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 26 keseimbangan di antara para pihak.22. Suatu justru melalui kepercayaan (pengharapan) penawaran agar punya efek harus merupakan yang muncul pada pihak lawan sebagai pernyataan pada akibat pernyataan yang di ungkapkan24. Pada seseorang tertentu dan juga mencapai orang dasarnya bisnis dengan pola Franchise yang di tuju. Akibat hukum dari penawaran sangat mengandalkan ciri khas dari suatu adalah bahwa atas beban dari pihak yang produk barang/ jasa. Sehingga apabila unsur menawarkan untuk kerahasiaan dari trade secret know how tidak berkehendak pada pihak terhadap siapa dijaga dengan baik hal ini akan merugikan penawaran tertuju23. franchisor karena mengakibatkan ciri khas yang disampaikan menciptakan hak Antara pemberi waralaba dan penerima waralaba harus ada kesepakatan bersama dari Franchise yang ada diketahui oleh pihak ketiga. yang dituangkan dalam bentuk penandatanganan Letter of Intent (LOI) atau Memorandum of Understanding (MOU) atau Asas Proporsionalitas tentang hak dan kewajiban para pihak dalam waralaba heads of Agreement sebagai tanda terima Asas kebebasan berkontrak dari calon penerima waralaba yaitu halaman merupakan roh dan nafas sebuah kontrak terakhir edaran yang terdiri atas satu atau perjanjian, secara implisit memberikan dokumen yang dapat dilepas, yang harus panduan bahwa dalam berkontrak pihak- ditandatangani oleh calon penerima waralaba pihak diasumsikan mempunyai kedudukan sebagai tanda terima dari edaran penawaran. yang Asas Kerahasiaan agreement Schoordijk dalam berpendapat disclosure seimbang. Dengan di terimanya prinsip-prinsip universal seperti itikad baik dan transaksi yang adil atau jujur (good faith and fair dealing) dalam praktek bisnis, bahwa membuktikan bahwa diutamakan kekuatan mengikat perjanjian harus dicari adalah dalam kepercayaan yang dimunculkan atau perbedaan kepentingan di antara para pihak dibangkitkan pada pihak lawan. Kepercayaan telah diatur melalui mekanisme pembagian tersebut tertuju pada suatu perilaku factual beban tertentu. Suatu perjanjian terbentuk bukan terlepas berapa proporsi hasil akhir yang dalam pernyataan-pernyataan, baik yang diterima para pihak25. Pada dasarnya asas mengungkap kehendak para pihak maupun proporsionalitas di dalam kehendak itu sendiri, melainkan doktrin 22 24 23 Ibid, lihat hal. 444-448 Ibid, hal. 418 25 memberikan yang kewajiban jaminan secara merupakan “keadilan bahwa proporsional, perwujudan berkontrak” yang Herlien Budiono, Op. Cit., hal. 394 Lihat Agus Yudha Hernoko, Op. Cit.,hal. 2-6 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 27 mengoreksi dominasi asas kebebasan berkontrak yang dalam beberapa hal justru ketidakadilan26. menimbulkan Marzuki27 Mahmud Peter menyebut asas 2. proporsionalitas dengan istilah “equitability contract” dengan fairness. Asas unsure justice serta Proporsionalitas dalam kontrak atau perjanjian diartikan sebagai asas yang mendasari pertukaran hak 3. dan kewajiban para pihak sesuai proporsi atau bagiannya. Proporsionalitas pembagian hak 4. dan kewajiban ini yang diwujudkan dalam seluruh proses hubungan kontraktual, baik pada fase pra kontraktual, pembentukan kontrak maupun pelaksanaan kontrak. Asas proporsionalitas tidak mempermasalahkan keseimbangan/ kesamaan hasil, namun lebih 5. menekankan proporsi pembagian hak dan kewajiban diantara para pihak28. Dokumen penawaran harus (franchise disiapkan offering sesuai circular) dengan hukum setempat dan perjanjian waralaba harus menunjukkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antara pewaralaba dan terwaralaba. Penerapan Azas Proporsionalitas meliputi 29: 1. Dalam tahap pra kontrak, azas proporsionalitas membuka peluang negosiasi bagi para pihak untuk melakukan pertukaran hak dan 26 Ibid, hal. 73 Ibid, hal. 72-73, periksa juga Dewi Astuty Mochtar, Perjanjian Lisensi Alih Teknologi Dalam Pengembangan Teknologi Indonesia, Alumni, Bandung, 2001. hal. 79 28 Agus Yudha Hernoko, Op. Cit. hal. 29 29 www.wordpress.com, “Asas Proporsionalitas”, akses 1 oktober 2013 kewajiban secara fair. Oleh karena itu adalah tidak proporsional dan harus ditolak proses negosiasi dengan itikad buruk ; Dalam pembentukan kontrak, azas proporsional menjamin kesetaraan hak serta kebebasan dalam menentukan/mengatur proporsi hak dan kewajiban para pihak berlangsung secara fair. Dalam pelaksanaan kontrak, azas proporsional menjamin terwujudnya distribusi petukaran hak dan kewajiban menurut proporsi yang disepakati/dibebankan pada para pihak. Dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kontrak, maka harus dinilai secara proporsional apakah kegagalan tersebut bersifat fundamental sehingga mengganggu pelaksanaan sebagian besar kontrak atau sekedar hal-hal yang sederhana/kesalahan kecil (minor important). Bahkan dalam hal terjadi sengketa kontrak, azas proporsionalitas menentukan bahwa proporsi beban pembuktian kepada para pihak harus dibagi menurut pertimbangan yang fair. Proporsionalitas pertukaran hak dan kewajiban dapat dicermati dari substansi klausul-klausul kontrak yang disepakati para pihak. Klausul-klausul yang mengandung asas proporsionalitas dalam franchise agreement terdapat pada bagian30 : Klausul fee dan royalty, Klausul pengawasan (quality control product and management), Klausul penggunaan bahan atau produk franchisor (tie in clause), Klausul daerah pemasaran eksklusif, Klausul kerahasiaan. 27 Sehubungan dengan waralaba asing dan hukum perdagangan internasional, Huala 30 Agus Yudha Hernoko, Op. Cit. hal. 182-183 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 28 Adolf dalam bukunya menyatakan bahwa perjanjian waralaba adalah kontrak tertulis hukum antara franchisor dan Franchise. perdagangan internasional memberikan kebebasan dan peluang yang Perjanjian waralaba menjelaskan setiap cukup besar kepada para pihak untuk hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. menyelesaikan Perjanjian sengketanya. Dalam tersebut mencantumkan kebebasan memilih cara-cara penyelesaian kewajiban dan tanggungjawab setiap pihak sengketa termasuk pula kebebasan untuk serta memberikan detil yang penting tentang memilih hukum yang akan diterapkan untuk hubungan antara penerima waralaba dengan mnyelesaikan sengketa.31. pemberi waralaba.34 Pemaknaan 2.2. Pemaknaan Franchise Disclosure Document dalam peraturan tentang waralaba di Indonesia Franchise Disclosure Document dalam perjanjian waralaba Franchising merupakan perjanjian yang melibatkan dua pihak, pemegang hak atas standar serta system eksploitasi barangbarang dan jasa-jasa yang disebut franchisor, sedangkan pihak yang diberi hak untuk menggunakan standar serta system eksploitasi yang dinamakan franchisee32. Perlindungan pemberian terhadap serta confidential tata information cara tahun 2007 dan di Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2007 mengatur bahwa prospectus penawaran waralaba merupakan kewajiban pemberi waralaba terhadap penerima waralaba. Rumusannya terdapat pada Pasal 7. Franchise Disclosure Document sebagai tertib hukum Franchise dan Van Apeldoorn mengetengahkan dua franchisee dengan waralaba prasyarat utama dalam Perjanjian Waralaba pengertian Disini tentang Permendagri No. 31/ 2008 adalah sebagai Document) dari pihak franchisor kepada franchisenya. franchise Offering Circular/ FDD dalam PP No.42 know how (dalam Franchise Disclosure diatur Uniform kepastian hukum. Pertama, dalam perjanjian kepastian hukum berarti dapat ditentukan berarti berhadapan hukum apa yang berlaku untuk masalah- perlindungan atas dasar kontraktual33. Franchise Agreement atau masalah yang konkret. Kedua, kepastian hukum berarti perlindungan hukum.35. Menurut Soedikno Mertokusumo, hukum 31 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 225226 32 Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Penerbit Alumni, Bandung, 1992, hal. 152 33 ibid, hal. 170 pada dasarnya berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia agar 34 35 Iman Sjahputra Tunggal, Op. Cit. hal.55 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit. hal.59-60 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 29 kepentingan manusia terlindungi hukum, usaha, hak dan kewajiban, bantuan dan hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. fasilitas, wilayah usaha, jangka waktu, Dalam pelaksanaan dan penegakan hukum kepemilikan, penyelesaian sengketa dan tata ada tiga unsur yang harus diperhatikan yaitu cara perpanjangan. Pewaralaba diharuskan : untuk membuat prospektus berisi data kepastian hukum kemanfaatan (Rechtssicherheit), (Zweckmassigkeit), dan identitas, legalitas usaha, sejarah kegiatan keadilan (Gerechtikeit).36 usaha, struktur organisasi, laporan keuangan Hal-hal yang perlu dilakukan secara yuridis dua tahun terakhir, jumlah tempat usaha, dalam daftar penerima waralaba, hak dan kewajiban rangka tertib hukum tentang 37 : pemberi waralaba dan penerima waralaba. pendaftaran Franchise, prinsip Disclosure, PP yang baru ini mengatur denda dan sanksi Franchise adalah sebagai berikut yang administratif yang berlaku bagi pewaralaba tangguh, Kode Etik Franchise, Guidelines yang tidak mendaftarkan prospektusnya dan tentang Kontrak Franchise bagi terwaralaba yang tidak mendaftarkan dibutuhkan Asosiasi Franchise Peraturan Pemerintah No. 42 tahun perjanjian waralabanya38 memberikan Ada beberapa perbedaan pokok aturan Waralaba pengaturan bahwa perusahaan yang telah antara Permendag Lama dengan Permendag memenuhi kriteria baru39. Hal-hal baru yang diatur dalam PP waralaba dapat melakukan pendaftaran usaha 42/2007 dan Permendag 31/2008 namun waralabanya, belum diatur secara tegas dalam aturan lama 2007 tentang (franchisor) melakukan penawaran terwaralaba waralaba ketentuan bagi tentang pihak mempunyai pendaftaran waralaba, Pewaralaba kewajiban adalah meliputi ketentuan sebagai berikut 40: prospektus (a) Adanya enam syarat atau kriteria yang harus dimiliki suatu usaha agar dapat digolongkan sebagai sebuah usaha waralaba yang layak dan sesuai dengan aturan hukum. (lihat pasal 3 PP No. 42/2007 dan pasal 2 Permendag 31/2008) (b) Adanya kewajiban bagi pemberi waralaba untuk membuat prospectus penawaran waralaba dan menyerahkan prospectus tersebut kepada calon penerima waralaba paling lambat dua minggu sebelum penandatanganan perjanjian waralaba. sedangkan (Franchisee) bagi mempunyai kewajiban melakukan pendaftaran perjanjian waralabanya sesuai dengan Permendagri No.12 tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata cara Penerbitan STPUW. Perjanjian waralaba berisi nama dan alamat para pihak, jenis Hak Kekayaan Intelektual, kegiatan 38 36 37 Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 1-2 Munir Fuady, Pembiayaan Perusahaan Masa Kini Tinjauan Hukum Bisnis), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal.169-172 www.hukumonline.com, akses Sabtu 11 Agustus 2007 39 Iswi Hariyani, Serfianto, Membangun Gurita Bisnis Franchise-Panduan Hukum Bisnis Waralaba (franchise), Penerbit Pustaka Yustisia, 2011, hal. 20-23 40 ibid, hal.11-13 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 30 (c) Adanya kewajiban bagi pemberi waralaba dan penerima waralaba untuk mengurus dan memiliki Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW). Dalam pengurusan STPW, pemberi waralaba diwajibkan menyerahkan prospectus penawaran waralaba sedangkan penerima waralaba diwajibkan menyerahkan perjanjian waralaba. (d) Adanya prinsip otonomi daerah dalam hal penerbitan STPW dimana Menteri Perdagangan RI melimpahkan wewenang kepada para bupati / walikota dan gubernur DKI Jakarta untuk bertindak sebagai instansi penerbit STPW bagi pemberi / penerima waralaba lokal, sedangkan penerbitan STPW bagi pemberi / penerima waralaba asing tetap ditangani oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri cq Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan. (e) Adanya ketentuan tentang peran pembinaan waralaba lokal terutama dari kalangan UMKM yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam berbagai bentuk seperti : pendidikan dan pelatihan waralaba, rekomendasi untuk memanfaatkan sarana perpasaran, rekomendasi untuk mengikuti pameran waralaba di dalam negeri dan di luar negeri, bantuan konsultasi / klinik bisnis, penghargaan bagi pemberi waralaba lokal terbaik, dan bantuan untuk memperkuat permodalan. (f) Adanya ketentuan sanksi administrative yang lebih tegas serta adanya pemberian wewenang kepada pemerintah daerah untuk ikut mengawasi, memberikan sanksi, dan menerima setoran denda pelanggaran sebagai pemasukan kas daerah. dan Franchise Offering Circular (Prospektus Penawaran Waralaba) sebagai kewajiban pihak Franchisor kepada pihak Franchisee waralaba (franchisor) wajib memiliki STPW Bisnis waralaba yang melibatkan adanya dua pihak yaitu pemberi waralaba penerima waralaba mengakibatkan adanya hubungan hukum antara keduanya. Pihak franchisor dibebani kewajiban untuk menyampaikan semua informasi yang relevan tentang perusahaannya sehingga atas dasar bahan itu pihak franchisee dapat mempertimbangkan dengan sungguh- sungguh apakah ia akan terjun dalam usaha franchise itu ataukah tidak. Bahan-bahan informasi itulah yang dinamakan 41 disclosures . Di Indonesia, pengaturan tentang informasi disclosure diatur dalam PP No. 42 tahun 2007 (pasal 7), yang selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomer 31/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba. Permendag 31/2008 ini antara lain mengatur tentang kewajiban pemberi waralaba (franchisor) untuk menyerahkan Prospektus Penawaran Waralaba kepada calon penerima waralaba paling lambat 2 minggu sebelum perjanjian waralaba ditandatangani. Permendag 31/2008 juga mengatur tentang kewajiban pemberi waralaba dan penerima waralaba untuk mendapatkan surat ijin bernama Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW). Pemberi dengan mendaftarkan Prospektus Penawaran Waralaba. Sedangkan penerima waralaba (franchisee) wajib memiliki STPW dengan mendaftarkan perjanjian waralaba. STPW 41 Setiawan, Op. Cit. hal. 173 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 31 berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang selama 5 tahun42. bisnis antar Negara, khususnya kontrak komersial, Ketentuan pasal 11 PP No. 42/ 2007 telah perkembangan membawa hukum kontrak yang universal yang yang mewajibkan penerima waralaba untuk mengadopsi mendaftarkan dikembangkan dalam praktik kebiasaan44. perjanjian waralaba, dan asas-asas dampak bukannya mewajibkan pemberi waralaba, Peter De Cruz dalam bukunya tentang kemungkinan didasari pertimbangan untuk Perbandingan Sistem Hukum menuliskan membagi beban kewajiban antara kedua bahwa studi komparatif terhadap pendekatan pihak secara adil. Sebagaimana diketahui, civil law dan common law dalam penjualan pemberi waralaba selaku pemilik HAKI juga barang diwajibkan untuk mendaftarkan HAKI dan kesamaan, yang sebagian besar diakibatkan Perjanjian Lisensi HAKI kepada Ditjen HKI. oleh warisan hukum dagang yang sama (lex Pemberi waralaba mengungkapkan begitu banyak juga diwajibkan mercatoria) atau hukum perniagaan kuno, prospectus penawaran selain itu juga merupakan akibat dari waralaba kepada instansi yang berwenang. berbagai perubahan yang dicetuskan oleh Dengan demikian, jika pemberi waralaba revolusi industri, dampak nasionalisme dan masih ditambah lagi dengan kewajiban untuk kecenderungan untuk mengkodifikasi serta mendaftarkan perjanjian waralaba, maka hal terbitnya era teknologi45. mendaftarkan ini terasa kurang adil. Bagaimanapun juga, Ada tiga tehnik yaitu menerapkan dalam perjanjian waralaba, kedua belah hukum perdagangan internasional dalam pihak adalah mitra usaha yang mempunyai hukum nasionalnya, choice of laws, atau kedudukan hukum yang setara43. unifikasi dan harmonisasi hukum aturanaturan Eksistensi Prospektus Penawaran Waralaba di Indonesia Uniform Franchise Offering Circular ( UFOC) sebagai acuan Franchise Disclosure Document di Indonesia Perkembangan hukum kontrak saat ini diwarnai oleh semakin tipisnya tabir pemisah substansif hukum perjanjian internasional. Menurut Schmitthoff, dalam metode komparatif international perjanjian convention TRIPS/WTO), memberlakukan (contohnya uniform laws (contohnya UNCITRAL) dan uniform rules (contohnya ICC)46. antara dua system hukum besar yaitu common law dan civil law. Dinamika hubungan bisnis yang melibatkan pelaku 42 43 Iswi Hariyani, Serfianto, Op. Cit., hal. 6 Ibid., hal. 67-68 44 Agus Yudha Hernoko, Op. Cit.,hal. 7-8 Peter De Cruz, Perbandingan Sistem Hukum, Common Law, Civil Law dan Socialist Law, Nusa Media dan Diadit Media, Jakarta, 2010, hal. 638639 46 Huala Adolf, Op. Cit. hal.29-35 45 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 32 Pemerintah Amerika Serikat, tentang Waralaba pada pasal 3. Peraturan waralaba Pemerintah No. 42 tahun 2007 tentang statement waralaba mencabut ketentuan sebelumnya (Uniform franchise Offering Circular atau yaitu PP No. 16/ 1997, Peraturan Pemerintah Prospectus) yang diberikan oleh franchisor ini berlaku efektif mulai tanggal 24 Juli kepada Franchisee yang telah terkualifikasi, 2008. Dalam peraturan yang baru ini, sebelum ia memutuskan penandatanganan prospectus penawaran waralaba merupakan perjanjian waralaba. FOC berisi fakta-fakta kewajiban finansial maupun non finansial berkaitan penerima waralaba, rumusannya terdapat dengan franchisor dan para Franchisee. pada Pasal 7. mengharuskan menyiapkan pemberi Disclosure suatu Untuk melindungi calon Franchisee, FOC harus dipelajari oleh calon Franchisee paling tidak selama 10 hari waralaba harus 47 dimana menyajikan pemberi informasi tentang topic-topik disclosure statement48. Apa yang diterapkan di Amerika Serikat tersebut, juga dicoba Indonesia. Berdasarkan Waralaba (franchise) diterapkan Buku yang di Pedoman diterbitkan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1995), pemberi waralaba harus menyiapkan informasi yang cukup cermat sebagai bahan analisis untuk calon penerima waralaba. Pokok-pokok yang dokumen adalah : dicantumkan dalam Posisi usaha dan keuangan pemberi waralaba, Para pelaku waralaba, Penawaran waralaba, Anggota penerima waralaba, Proyeksi keuangan, dan Kontrak 49 Ketentuan tentang Disclosure document ini kemudian dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1997 pemberi waralaba terhadap Unsur-unsur substansial Franchise Disclosure Document a) Unsur-unsur substansial UFOC (Uniform Franchise Offering Circular) Beberapa hal pokok yang disyaratkan dalam format UFOC tersebut adalah :50 Informasi tentang pemberi waralaba dan pendahulunya, Informasi tentang identitas dan pengalaman bisnis orang-orang yang berafiliasi dengan pemberi waralaba, Proses pengadilan, Sejarah kepailitan, Biaya waralaba awal atau pembayaran Investasi awal awal, lainnya, Biaya Kewajiban lain, penerima waralaba untuk membeli atau mengontrak dari sumber yang ditunjukkan, Kewajiban dari penerima waralaba untuk membeli atau mengontrak, Pengaturan pendanaan, Kewajiban pemberi waralaba, Wilayah atau teritori eksklusif, Merek dagang, merek jasa, nama daganng, logo type dan symbol komersial, Paten dan hak cipta, Kewajiban penerima waralaba untuk ikut serta dalam 47 www.smFranchise.com akses 07 Januari 2009 Iman Sjahputra Tunggal, Franchising : Konsep dan kasus, Harvarindo, Jakarta 2005, hal. 26-28 49 Ibid, hal : 29 48 50 Gunawan Widjaja, Op. Cit ,hal:64-74 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 33 operasi actual dan bisnis, Pembatasan atas waralaba, Sejarah kegiatan usahanya, barang dan jasa, Pembaharuan, pembatalan, Struktur organisasi pemberi waralaba, membeli serta Laporan keuangan dua tahun terakhir, pengalihan perjanjian dan informasi yang Jumlah tempat usaha, Daftar penerima terkait, waralaba, Hak dan kewajiban pemberi kembali, Pengaturan modifikasi dengan tokoh-tokoh terkenal, Penjualan, laba atau penghasilan waralaba dan penerima waralaba51. actual, rata-rata atau yang diperkirakan, Informasi tentang waralaba dan pemberi waralaba, Laporan keuangan, 2.3. Kontrak, Tanda terima dari calon penerima waralaba b) Unsur-unsur substansial Prospektus Fungsi Waralaba Waralaba Prospektus dalam Penawaran Perjanjian Setiap kontrak pasti dimulai dengan Penawaran Waralaba adanya offer (penawaran) dan acceptance Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 (penerimaan). Penawaran adalah suatu janji tentang Waralaba, Pasal 7 menyebutkan untuk melakukan atau tidak melakukan tentang kewajiban pemberi waralaba yaitu : sesuatu secara khusus pada masa yang akan (1) pemberi waralaba harus memberikan datang. Penawaran ini ditujukan kepada prospektus penawaran waralaba kepada setiap orang. Yang berhak dan berwenang calon penerima waralaba pada saat mengajukan penawaran adalah setiap orang melakukan penawaran yang layak dan memahami apa yang (2) prospektus penawaran waralaba dimaksudkan. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penawaran memuat paling sedikit mengenai : data menghasilkan dua macam kontrak, yaitu : identitas pemberi waralaba, legalitas 1) kontrak bilateral, yaitu kontrak yang usaha sejarah diadakan antara dua orang. Dalam kontrak kegiatan usahanya, struktur organisasi itu kedua belah pihak harus memenuhi pemberi waralaba, laporan keuangan 2 janjinya. (dua) tahun terakhir, jumlah tempat 2) kontrak unilateral, yaitu penawaran yang usaha, daftar penerima waralaba, hak membutuhkan tindakan saja, karena berisi dan kewajiban pemberi waralaba dan satu janji dari satu pihak saja penerima waralaba Pada prinsipnya penawaran tetap terbuka pemberi waralaba, Prospectus Penawaran Waralaba, sesuai yang disampaikan akan sepanjang belum berakhirnya waktu atau Permendagri No. 31/ 2008 paling sedikit harus memuat data-data tentang : Data identitas pemberi waralaba, Legalitas usaha 51 Lihat lampiran Permendag 31 / 2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba. JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 34 belum dicabut. Suatu penawaran akan penawaran yang belum dapat diketahui tindakannya52. berakhir, apabila : 1) si pemberi tawaran (penawaran) atau penerima tawaran sakit ingatan atau Sesuai pasal 7 ayat (1) PP No. 42/ 2007, pemberi waralaba diharuskan meninggal dunia sebelum terjadi penerimaan memberikan prospectus penawaran waralaba penawaran, kepada calon penerima waralaba pada saat 2) penawaran dicabut, dalam hal ini pihak melakukan penawaran. Sedangkan sesuai penawar harus memberitahukan sebelum pasal 4 ayat (1) Permendag 31/ 2008, penawaran diterima. Jika suatu penawaran pemberi waralaba diharuskan memberikan ditentukan dalam waktu tertentu maka prospectus penawaran tersebut tidak dapat dicabut calon penerima waralaba paling singkat 2 sebelum waktunya berakhir (dua) minggu sebelum penandatanganan 3) penerima tawaran, tawaran tetapi tidak membuat menerima suatu penawaran waralaba kepada perjanjian waralaba. kontra Dalam Permendagri No. 31/ 2008 penawaran. tentang penyelenggaraan Waralaba diatur Acceptance adalah kesepakatan dari pihak untuk menunjukkan Prospektus penawaran penerima untuk sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian menerima persyaratan yang diajukan oleh (adanya kesepakatan para pihak). Namun penawar. Penerimaan ini harus disampaikan demikian, Prospektus merupakan kewajiban penerima tawaran kepada penawar tawaran. yang terpisah posisinya dengan perjanjian Penerimaan itu harus bersifat absolut dan karena tanpa syarat atas tawaran itu. Penerimaan menunjukkan (jika syarat subyektif ini tidak yang belum disampaikan kepada pemberi terpenuhi maka akibat hukumnya adalah tawaran, belum berlaku sebagai penerimaan “dapat dibatalkan”). tawaran. Akan tetapi, dalam perundingan Namun bagaimana apabila tidak tercapai yang korespondensi, konsensus atau penerimaan yang dikirim dengan media yang franchisor telah sama disampaikan. document dan ternyata calon franchisee Bilamana memungkinkan, baik tawaran hanya menginginkan data rahasia tersebut maupun sebaiknya untuk mengembangkan usahanya sendiri dan dinyatakan secara tertulis dan jelas. Suatu menimbulkan kerugian pada pihak franchisor penerimaan harus diterima sendiri, serta dalam hal pemasaran produknya? (Setelah dan penawar dilakukan dengan dianggap penerimaan sudah tawaran tawaran jangan sampai membuat atau memberikan 52 tidak ada sanksi bila kesepakatan memberikan tidak padahal disclosure ocw.usu.ac.id, “Syarat-Syarat Sahnya Dan Momentum Terjadinya Kontrak”, akses 1 Oktober 2013 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 35 mengetahui disclosure document kemudian pembagian hak dan kewajiban diantara dengan berbagai alasan tidak memberikan para pihak. yang diwujudkan dalam kata sepakat dalam negosiasi). Dalam hukum Klausul perdata, seseorang yang menderita kerugian pengawasan, Klausul penggunaan bahan yang atau produk franchisor, Klausul daerah ditimbulkan oleh orang lain fee mempunyai hak untuk mengajukan gugatan pemasaran ganti rugi. Mengenai gugatan ganti rugi ini kerahasiaan. royalty, dan eksklusif, Klausul dan Klausul dapat terjadi atas dasar ingkar janji atau 2. FDD dalam PP No.42 tahun 2007 wanprestasi maupun perbuatan melanggar tentang waralaba dan Permendagri No. hukum (on rechmatig daad). Apabila calon 31/ 2008 adalah sebagai prasyarat utama franchisor tidak dapat mengajukan gugatan dalam Perjanjian Waralaba di Indonesia. ganti rugi atas dasar wan prestasi maka Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2007 gugatan dapat diajukan atas dasar perbuatan mewajibkan pemberi waralaba untuk melanggar mendaftarkan hukum hukum. bagi Inilah calon perlindungan penawaran dengan waralaba sebelum membuat perjanjian batalnya negosiasi yang dilakukan oleh calon waralaba dengan penerima waralaba. franchisee Pendaftaran tersebut dilakukan untuk sebelum franchisor prospektus perjanjian waralaba terjadi (pra kontraktual). mendapatkan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW). Ketentuan denda dan sanksi administratif berlaku bagi pewaralaba yang tidak mendaftarkan prospektusnya. BAB 3 PENUTUP 3. Fungsi Prospektus penawaran waralaba adalah merupakan kewajiban yang harus Kesimpulan 1. Asas konsensualitas tampak pada diserahkan oleh pemberi waralaba perjumpaan kehendak (consensus) dari kepada pihak pemberi penawaran dan pihak Prospektus ini terpisah posisinya dengan penerima penawaran Asas perjanjian karena tidak ada sanksi bila dalam tidak menunjukkan (jika syarat subyektif kerahasiaan tersebut. diwujudkan calon penerima waralaba. Disclosure agreement dimana franchisee ini berkewajiban etik/ hukumnya adalah “dapat dibatalkan”). kerahasiaan HAKI atau ciri khas usaha Apabila tidak tercapai konsensus atau yang Asas kesepakatan padahal franchisor telah proporsionalitas menekankan proporsi memberikan disclosure document dan menjaga diberikan kode franchisor. tidak terpenuhi maka akibat JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 36 ternyata calon menginginkan franchisee hanya rahasia tersebut data untuk mengembangkan usahanya sendiri dan menimbulkan kerugian pada pihak franchisor dalam hal pemasaran produknya maka calon franchisor dapat mengajukan gugatan ganti rugi atas dasar wan prestasi atau gugatan dapat diajukan atas dasar perbuatan melanggar hukum. Inilah perlindungan hukum bagi calon franchisor dengan batalnya negosiasi yang dilakukan oleh calon franchisee sebelum perjanjian waralaba terjadi (pra kontraktual). Saran 1. Perlu dibentuk suatu UU khusus yang mengatur tentang waralaba. Di Indonesia pengaturan bisnis ini hanya lewat PP dan SK Menperindag RI. Agar waralaba di Indonesia ke depan berkembang seperti diharapkan perlu segera ada UU yang mengaturnya. 2. Perlu penyempurnaan waralaba yang franchise disclosure prospectus Indonesia peraturan mengatur penawaran dalam tentang document waralaba bentuk atau di Peraturan Menteri Perdagangan 3. Sebaiknya pemerintah melalui Undangundang yang baru tentang Waralaba memfasilitasi pendirian Badan Mediasi Waralaba di Indonesia dan atau Badan Arbitrase Waralaba Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian – Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, LaksBang Mediatama Yogyakarta, 2008 Amir Karamoy, Sukses Usaha Lewat Waralaba, PT.Jurnalindo Aksara Grafika, Jakarta,2006 Gunawan Widjaja, Waralaba, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia – Hukum Perjanjian Berdasarkan Asas-asas Wigati Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005 Iman Sjahputra Tunggal, Franchising: Konsep dan Kasus, Harvarindo, Jakarta, 2005 Iswi Hariyani, Serfianto, Membangun Gurita Bisnis Franchise-Panduan Hukum Bisnis Waralaba (franchise), Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011 Jonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, PT. Bayu Media, Malang, 2005. Juajir Sumardi, Aspek-aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995 Lukman Hakim, Info Lengkap WARALABA, Media Pressindo, Yogyakarta, 2008 Munir Fuady, Pembiayaan Perusahaan Masa Kini (Tinjauan Hukum Bisnis), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997 Peter De Cruz, Perbandingan Sistem Hukum, Common Law, Civil Law dan Socialist Law, Nusa Media dan Diadit Media, Jakarta, 2010 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 37 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005 Pietra Sarosa, Mewaralabakan Usaha Anda, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004 P.Lindawaty S. Sewu, Franchise: Pola Bisnis Spektakuler dalam Perspektif Hukum dan Ekonomi, CV.Utomo, Bandung, 2004 Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2005 Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Penerbit Alumni, Bandung, 1992 Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Babbab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993 Tim Lindsey, Eddy Damian, dkk, Hak Kekayaan Intelektual, PT. Alumni, 2006 www.wordpress.com, “Asas Proporsionalitas”, akses 1 oktober 2013 Biodata Singkat Penulis Fisiliya Aricka Yuliyarsih, S.H., M.H. adalah lulusan Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universita Jember tahun 2013 dengan nomor NIM. 050720101004. 2. Peraturan Perundang-undangan Burgerlijk Wetboek (BW) yang di Indonesia dikenal dengan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2007 Tentang Waralaba, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 90 Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba 3. Internet www.afi.com akses 28 februari 2007 www.consultft.com akses 07 januari 2009 www.hukumonline.com, akses Sabtu 11 Agustus 2007 ocw.usu.ac.id, “Syarat-Syarat Sahnya Dan Momentum Terjadinya Kontrak”, akses 1 Oktober 2013 www.smfranchise.com akses 07 Januari 2009 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013