leasing, sumber pembelanjaan, penambahan sarana

advertisement
LEASING SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PEMBELANJAAN DALAM PENAMBAHAN
SARANA ANGKUT
(studi kasus Perusahaan Tenun El Resas Lamongan)
Abid Muhtarom
Dosen Unisla
ABTRAKSI
Persaingan yang semakin ketat ini perusahaan dituntut untuk lebih mengutamakan kepuasan
pelayanan bagi konsumen, dengan tidak mengabaikan tujuan perusahaan. Dengan semakin pesatnya
pertumbuhan ekonomi yang baik ditimbulkan oleh perusahaan yang berskala besar maupun yang
berskala kecil sangatlah membutuhkan adanya sumber pembelanjaan yang tepat agar menunjang
kelancaran produksi.
Adapun masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan leasing
merupakan alternatif sumber pembelanjaan terbaik dari pada membeli melalui kredit bank dalam
penambhan sarana angkut sedangkan tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah leasing merupakan
alternatif sumber pembelanjaan terbaik dari pada membeli melalui kredit bank dalam penambahan
sarana angkut pada perusahaan tenun. Sehubungan dengan masalah tersebut dan hipotesis penelitian ini
adalah diduga dengan menggunakan cara leasing ( sewa guna usaha) merupakan alternatif yang terbaik
dan lebih efesien mendapat sarana angkut dibandingkan dengan melalui kredit bank pada Perusahaan
Tenun Elresa Lamongan.
Sejalan dengan masalah tersebut dan hipotesis, maka untuk menganalisa Leasing (X) terhadap
sumber pembelanjaan maka metode yang digunakan yaitu NPV,CF,IRR, hasil yang diperoleh adalah
Dengan melakukan perhitungan angsuran pembayaran antara kredit bank dan leasing menggunakan
metode NVP perbandingan antara kredit bank sebesar Rp. 838.235.963,2 sedangkan Leasing sebesar
795.501.506, maka usulan investasi diterima dan layak. Perhitungan IRR kredit bank 74,48% sedangkan
Leasing 72,01%, maka IRR diterima karena IRR lebih besar dari Cost of Capital.
Dari perhitungan analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan melalui leasing
lebih efesien dibandingkan dengan pembiayaan melalui kredit bank untuk pembelanjaan sarana angkut
pada perusahaan Elresas.
Kata kunci : leasing, sumber pembelanjaan, penambahan sarana
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada dewasa ini tumbuh dengan pesatnya.
Pertumbuhan dan perkembangan ini meliputi segala bentuk badan usaha, baik yang bergerak di
bidang industri, jasa, perdagangan dan lainnya. Hal ini merupakan salah satu wujud nyata dari alam
kebebasan atau kemerdekaan yang diraih oleh para pendiri bangsa dengan pengorbanan baik harta,
nyawa, dan lainnya.
Beberapa alternatif sumber pembelanjaan dalam penambahan sarana angkut yaitu
menggunakan dana yang dimiliki perusahaan itu sendiri, dana yang diperoleh melalui kredit bank,
atau dengan sewa guna usaha (leasing). Perusahaan harus mengambil suatu tindakan bijaksana dalam
menetapkan alternatif yang ada.
B. Perumusan Masalah
“Apakah dengan menggunakan leasing merupakan alternatif sumber pembelanjaan terbaik dari pada
membeli melalui kredit Bank dalam penambahan sarana angkut Perusahaan Tenun Elresas?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah leasing merupakan alternatif sumber
pembelanjaan terbaik dari pada membeli melalui kredit Bank dalam penambahan sarana angkut pada
Perusahaan Tenun.
1
2
D.
Landasan teori
Pengertian Manajemen Pembelanjaan
Menurut Bambang Riyanto pengertian Pembelanjaan adalah sebagai berikut :
Pembelanjaan dalam arti sempit adalah aktivitas perusahaan yang hanya bersangkutan
dengan usaha mendapatkan dana saja yang sering dinamakan pembelanjaan pasif. Sedangkan arti
pembelanjaan secara luas yaitu meliputi semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan
usaha mendapatkan dana tersebut seefisien mungkin.
Jenis-jenis Pembelanjaan Dalam Perusahaan
Ditinjau dari sudut pemberi dana manapun dari pihak penerima dana, masalah pembelanjaan
dapat dikatagorikan atas 2 jenis pembelanjaan, yakni :
a. Pembelanjaan Aktif
Pembelanjaan aktif adalah usaha menanamkan dana yang ada dalam perusahaan lain atau
menanamkan dalam usaha sendiri dengan memilih alternatif’ cara yang paling efisien dan
menguntungkan.
b. Pembelanjaan Pasif
Pembelanjaan pasif adalah usaha memperoleh dana dari berbagai sumber dana yang paling
menguntungkan.
Sumber Pembelanjaan perusahaan
Jika ditinjau dari sumber modal atau dana yang diperoleh perusahaan, maka sumber
pembelanjaan dapat dikategorikan atas :
1. Pembelanjaan yang bersumber dari dalam perusahaan
Pembelanjaan dari dalam perusahaan adalah bentuk pembelanjaan dimana pemenuhan
kebutuhan dana tidak diambil dari luar perusahaan, melainkan diambil dari dana yang
dibentuk atau dikategorikan atas :
a. Pembelanjaan intern (Interne finazierung)
Adalah bentuk pembelanjaan dengan menggunakan dana dari laba cadangan.
b. Pembelanjaan intensive (Intensive finazierung)
Pembelanjaan intensive adalah bentuk pembelanjaan dengan menggunakan dana dari
penyusutan aktiva tetap.
2. Pembelanjaan dari luar perusahaan (Aussenfina zierung)
Pembelanjaan dari luar perusahaan adalah bentuk pembelanjaan dimana pemenuhan
kebutuhan modal adalah diambil dari sumber-sumber modal di luar perusahaan.
Sumber-sumber modal diluar perusahaan dapat dibedakan menjadi 3 tipe pembelanjaan
yaitu :
1) Hutang jangka pendek (short term debt) yang meliputi periode kurang dari satu tahun,
dapat berupa :
- Kredit dari penjual (trade credit)
Perusahaan dapat meminta kepada supplier untuk menjual barangnya dengan
pembayaran di belakang biasanya tidak perlu ada jaminan atas hutang dagang
tersebut.
- Commercial paper
Biasanya tingkat bunga kurang dari “prima rate” yang diperhitungkan dalam bank.
- Bank
Untuk mendapatkan pinjaman dari Bank, perlu memiliki posisi keuangan yang
lebih baik dan modal yang cukup. Kredit dari bank dapat berupa fasilitas over draff
dan lain-lain.
2) Hutang jangka menengah (intermediate term) yang meliputi jangka waktu antara l
tahun sampai dengan 5 tahun dapat berupa :
- Inventory financing
Inventory ini harus berupa barang yang mempunyai nilai pasar atau harus dapat
dipasarkan (marketable)
- Leasing
3
Leasing dapat berupa “Leasing Property” dengan membuat persetujuan
menyangkut purchase option dapat dilaksanakan dengan cara “Sates and lease
back”, ataupun “financial lease” dan “Operating lease”.
- Lembaga keuangan
Salah satu alternatif selain Bank, yang kadang kala menawarkan tingkat bunga
yang relatif lebih tinggi dan menghendaki jaminan yang cukup besar.
3) Hutang jangka panjang (long term) yang meliputi jangka waktu lebih dari 5 tahun dapat
berupa :
- Bonds
Merupakan kewajiban jangka panjang dan salah satu alternatif yang cukup menarik
karena stock deviden, bisa berupa pinjaman obligasi.
- Mortgages
Mempunyai tingkat bunga yang menguntungkan, skedul pembayarannya dalam
waktu yang cukup lama, dan selalu bersedia.
- Kredit investasi kecil
Pinjaman Bank Berjangka
Menurut Karta Dinata, pinjaman melalui bank memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Si peminjam wajib membayar bunga.
b. Wajib membayar administrasi yang harus dikeluarkan untuk membuat perjanjian
tersebut.
c. Selain itu bank juga memperhitungkan untuk jumlah kredit yang belum
dipergunakan.
d. Suatu bentuk persyaratan lain yang mungkin diminta bank adalah yang disebut
Compensating Balance yaitu jumlah uang yang harus ada dalam rekening biro
peminjam.
Pengertian Leasing
Leasing berasal dan bahasa Inggris “to lease“ yang berarti menyewakan, namun
berbeda dengan istilah rent/rental yang masing-masing mempunyai arti dan hakekat yang
berlainan.
Definisi leasing menurut IAI dalam Pedoman SAK dituangkan dalam pasal Surat
Keputusan Bersama Tiga Menteri dengan No. Kep-122/MK/1974, No. 32/MSK/2/1974 dan
No. 30/Kpb/I/1974 menyatakan bahwa
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang
modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (Pile) bagi perusahaan
tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
Adapun pihak yang bersangkut dalam perjanjian kontrak (lease) atau juga subyek
perjanjian lease, terdiri dan beberapa pihak yaitu :
1) Lessor
Adalah pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari beberapa perusahaan.
2) Lessee
Adalah pihak yang menikmati barang tersebut dengan membayar sewa dan yang
mempunyai hak opsi.
3) Kreditur
Dalam transaksi leasing umumnya terdiri dari beberapa bank, insurance company, trust,
yayasan.
4) Supplier
Adalah penjual dan pemilik barang yang disewakan, dapat terdiri dari perusahaan yang
berada di dalam negeri atau yang mempunyai kantor pusat di luar negeri.
4
Jenis-jenis Leasing
Berdasarkan Pernyataan SAK Nomor 30 jenis-jenis leasing adalah :
1) Finance Lease (sewa guna usaha pembiayaan)
Dalam sewa guna usaha ini lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang
modal. Lessee memilih barang modal yang dibutuhkan, dan atas nama perusahaan
leasing melakukan pemesanan. Pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang
menjadi obyek transaksi lease. Selama masa lease, lessee melakukan pembayaran
secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah pembayaran nilai sisa (kalau ada)
akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai beserta
bunganya yang merupakan pendapatan lessor.
2) Operating Lease (sewa menyewa biasa)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan
selanjutnva disewakan kepada penyewa guna usaha. Jumlah pembayaran sewa guna
usaha tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal
tersebut berikut bunganya.
3) Sales Type Lease (Sewa guna usaha penjualan)
Merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha secara langsung (direct finance
lease) dimana jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh pabrikan atau
penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa guna usaha. Sewa guna usaha ini
seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan tertentu.
4) Levarage Lease
Transaksi sewa guna usaha ini melibatkan minimal tiga pihak yaitu penyewa guna
usaha, perusahaan sewa guna usaha dan kreditur jangka panjang yang membiayai
bagian terbesar dari transaksi ini. Biasanya metode ini dipergunakan untuk pembiayaan
barang modal yang nilainya sangat besar sehingga tidak mungkin dipikul sendiri oleh
pihak lessor.
Mekanisme Leasing
Menurut Achmad Anwari prosedur dan mekanisme yang berkaitan dalam kontrak
leasing, secara garis besarnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Pemilihan barang modal oleh lessee
Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan
penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang di maksud.
2) Permohonan lease
Setelah lessee mengisi formulir permohonan lease, menyerahkan kepada lessor disertai
dokumen pelengkap.
3) Evaluasi oleh lessor
Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas
lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lease (lama kontrak pembayaran sewa
lease), maka kontrak lease dapat ditandatangani.
4) Penandatangan kontrak leasing
Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan
yang dilease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum
dalam kontrak utama.
5) Kontrak pembelian
Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan.
6) Penyerahan barang modal
Supplier dapat mengirim peralatan yang dilease ke lokasi untuk mempertahankan dan
memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian
pelayanan purna jual.
7) Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.
8) Supplier menyerahkan surat tanda terima (yang diterima dari lessee). Bukti pemilikan
dan pemindahan pemilikan kepada lessor.
9) Pembayaran harga barang modal.
5
Lessor membayar harga peralatan yang di lease kepada supplier
10) Pembayaran sewa
Lessee membayar sewa secara periodik sesuai jadwal pembayaran yang telah
ditentukan dalam kontrak lease.
11) Lease dapat menggunakan hak opsi diakhir kontrak lease. Diakhir masa kontrak lessee
mempunyai hak untuk membeli barang modal tersebut atau tidak membelinya.
12) Pengembalian barang modal kepada lessor jika lessee tidak menggunakan haknya maka
ia harus mengembalikan barang modal tersebut. Kepada lessor dan berakhirlah kontrak
leasing tersebut
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, berikut ini disertakan.
Gambar 2.1
Sumber : Ahmad Anwari (Leasing di Indonesia, 1987 : 50)
Cost of Capital / Biaya Modal
- Pengertian Cost of Capital
Menurut Drs. Agus Sartono pengertian Cost Of Capital (biaya modal) adalah :
Biaya yang harus dikeluarkan atau yang harus dibayar untuk mendapatkan modal baik
yang berasal dari utang, saham preferen, saham biasa maupun laba ditahan untuk
membiayai investasi perusahaan.
Menurut Bambang Riyanto, pengertian biaya modal adalah :
Biaya yang bersifat “Explicit” dari suatu sumber dana adalah sama dengan ”Discount
Rate” yang dapat menjadikan nilai sekarang dari dana netto yang diterima perusahaan
dari suatu sumber dana sama dengan nilai sekarang dari semua dana yang harus
dibayarkan, karena penggunaan dana tersebut beserta pelunasannya.
Cash Flows (arus kas)
Arus kas suatu perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
a. Initial cash flow atau arus kas permulaan
Adalah arus kas yang terjadi pada waktu investasi yang dilakukan (T=0). Arus kas ini
biasanya terdiri : harga beli suatu aktiva ditambah biaya transportasi dan pemasangan,
perubahan pada net working capital, dan lain-lain. Jumlah bersih semua item pada (T=0)
merupakan pengeluaran investasi dan bertanda negatif.
b. Operational cash flow atau arus kas operasi
Adalah arus kas yang dihasilkan dari operasi proyek. Mula-mula kita melihat efek baru
terhadap biaya dan penghasilan. Penghasilan incremental merupakan arus kas masuk, biaya
6
incremental merupakan kas keluar. Kemudian biaya-biaya depresiasi setiap tahun dihitung
dan disesuaikan dengan pajak yang bertanda positif.
c. Terminal cash flow atau arus kas terminal
Adalah arus kas yang terjadi pada akhir proyek misalnya :
1) Nilai sisa pada tahun terakhir, dampak pajak harus diperhitungkan.
2) Net working capital yang terjadi pada awal proyek harus dikembalikan (off set)
Penilaian Investasi
Dalam penilaian investasi ada beberapa metode yang dapat digunakan, tetapi penulis
hanya membatasi pada metode penilaian investasi Net Present Value Internal Rate of Return
yang akan dibahas sebagai berikut :
a. Net Present Value
Menurut metode ini, penerimaan kas (cash inflows) pada masa yang akan datang selama
investasi berlangsung, dihitung berdasarkan nilai sekarang. Penilaian atas usulan investasi
nilai sekarang. Penilaian atas usulan investasi berdasarkan metode ini adalah dengan cara
membandingkan nilai sekarang atau nilai tunai dari penerimaan kas (cash inflows) dengan
nilai sekarang dari pengeluaran kas (cash outflows) selama investasi modal berlangsung.
Kriteria penilaiannya adalah suatu usulan investasi dinilai layak untuk dilaksanakan jika
nilai sekarang aliran kas bersihnya positif.
b. Internal Rate of Return
Metode ini didefinisikan sebagai suku bunga yang akan menyamakan present value cash
inflows dengan present value cash outflows atau suatu tingkat diskonto yang menyamakan
NPV = 0 r atau IRR dapat dicari dengan bantuan tabel PVIF, untuk itu kita harus
menggunakan teknik coba-coba atau “Trial and Error”, dapat dilakukan dengan :
- Menghitung nilai sekarang arus kas dari suatu investasi, dengan menggunakan suku
bunga yang wajar kemudian membandingkan nilai sekarang yang didapat dengan biaya
investasi, jika nilai bersih yang didapat lebih besar dari biaya investasi, maka coba lagi
dengan suku bunga yang lebih tinggi dan seterusnya. Sebaliknya jika nilai sekarang dari
arus kas lebih kecil dari biaya investasi, maka menggunakan suku bunga yang lebih
rendah.
E. Kerangka Berpikir
Alternatif Sumber
Pembelanjaan
Leasing
1.
Discounted Cash Flow
Methods
2. Metode leas square
F. Hipotesis
diduga dengan menggunakan cara leasing (sewa guna usaha) merupakan alternatif yang
terbaik dan lebih efisien mendapatkan sarana angkut dibandingkan dengan melalui kredit bank pada
Perusahaan Tenun Elresas Lamongan.
G. Operasional Variabel
Arikunto (1993) bahwa “Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.”
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yang terdiri dari :
1. Leasing / Sewa guna usaha
Cara pembiayaan yang digunakan untuk memperoleh sumber pembelanjaan dalam
penambahan sarana angkut tanpa harus membeli aktiva tersebut, dengan sistem sewa guna
7
2.
usaha. Pembiayaan dilakukan dengan secara berkala sesuai dengan jangka waktu yang
disepakati. Indikator yang digunakan adalah Net Present Value aliran kas keluar yang
dinyatakan dalam bentuk satuan rupiah.
Alternatif Sumber Pembelanjaan
Cara yang harus ditempuh oleh perusahaan dalam merencanakan dan penentuan sumber
dana yang akan digunakan dalam melaksanakan kegiatannya.
H. Metode Analisis Data
. Model analisis yang dipergunakan antara membeli yang dananya melalui kredit Bank atau
dengan cara leasing (menyewa) adalah Discounted Cash Flow Methods (dengan menggunakan
perbandingan Net Present Value)
1. Untuk menentukan nilai sekarang, bersih atas pembelian digunakan :
n
NPV
= - Ao +
At
 (1  r)
t 0
2.
3.
t
Dimana :
A0
= Initial investment
At
= Cash flow atau arus kas pada waktu t
r
= Biaya modal proyek (project cost of capital)
t
= Periode waktu
n
= Usia proyek
Untuk menentukan besarnya arus kas setiap tahunnya dapat digunakan rumus sebagai berikut :
CF
= Angsuran – T (Bunga + DEP)
Dimana :
CF
= Perubahan cash flow
T
= Pajak
DEP = Depresiasi
Untuk menentukan besarnya Discount rate (IRR) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
n
NPV
=
At
 (1  r)
t 0
t
= 0 atau IRR = IR2 -
NPV1
x IR2 - IR1
NPV2  NPV1
Dimana :
r
= IRR atau Tingkat Diskonto
Sesuai dengan hipotesis yang telah dikemukakan dimuka, maka :
- Kriteria penerimaan : NPV nol atau positif, yang berarti present value dari arus kas masuk
sama dengan atau lebih besar dari presen value dari arus kas keluar.
- Dengan demikian, jika NPV proyek negatif, proyek tersebut harus ditolak.
- Jika 2 proyek bersifat “Mutually Exclusive” (artinya hanya 1 yang dipilih), maka proyek
yang memiliki NPV positif yang tersebar yang dipilih.
1.
Hasil penelitian
Analisa Aspek Keuangan
Dalam hal ini akan dilakukan proyeksi pendapatan perusahaan selama
5 tahun
mendatang setelah adanya penambahan sarana angkut :
a. Estimasi penjualan
Dalam hal ini penulis menggunakan rumus Leas Square dengan perhitungan sebagai berikut
Y
= a + bx
a
=
b
Y
n
 XY
=
 X2
8
Keterangan :
Y
= Estimasi yang akan diperoleh
a
= Rata-rata estimasi yang akan diperoleh pada tahun sebelumnya
b
= Rata-rata selisih dari tahun sebelumnya
X
= Jumlah sampel
Tabel 4.1
Trend Penjualan Tahun 2004-2008
Tahun
Penjualan (Y)
X
2004
2.193.051.000
-2
- 4.386.102.000
4
2005
4.126.050.000
-1
- 4.126.050.000
1
2006
6.098.520.000
0
0
0
2007
7.829.640.000
1
7.829.640.000
1
2008
9.759.858.000
2
19.519.716.000
4
30.007.119.000
0
18.837.204.000
10
Sumber data : diolah oleh penulis
Y
a
= a + bx
= Y
n
=
b
Y2009
30.007.119.000
5
= 6.001.423.800
=  XY
 X2
=
18.837.204.000
10
= 1.883.720.400
= a + bx
= 6.001.423.800 + 1.883.720.400 (3)
= 11.652.585.000
Tabel 4.2
Estimasi Penjualan Tahun 2009-2013
Tahun
Penjualan
2009
11.652.585.000
2010
13.536.305.400
2011
15.420.025.800
2012
17.303.746.200
2013
19.187.466.600
Sumber data : diolah oleh penulis
b.
X2
XY
Estimasi Harga Pokok Produksi
9
Tabel 4.3
Trend Harga Pokok Produksi Tahun 2004-2008
Tahun
HPP (Y)
X
X2
XY
2004
1.063.900.000
-2
-2.127.800.000
4
2005
2.346.890.500
-1
-2.346.890.500
1
2006
3.823.052.000
0
0
0
2007
5.580.748.000
1
5.580.748.000
1
2008
6.804.302.000
2
13.608.604.000
4
14.714.661.500
10
19.618.892.500
Sumber data : diolah oleh penulis
Y
= a + bx
Y
n
19.618.892.500
=
5
a
=
= 3.923.778.500
 XY
 X2
14.714.661.500
=
10
b
=
Y2009
= 1.471.466.150
= a + bx
= 3.923.778.500 + 1.471.466.150 (3)
= 8.338.176.950
Tabel 4.4
Estimasi HPP Tahun 2009-2013
Tahun
Harga Pokok Produksi
2009
8.338.176.950
2010
9.809.643.100
2011
11.281.109.250
2012
12.752.575.400
2013
14.224.041.550
Sumber data : diolah oleh penulis
c.
Estimasi Biaya Penjualan
Tabel 4.5
Trend Biaya Penjualan Tahun 2004-2008
Tahun
Biaya Penjualan (Y)
X
X2
XY
2004
324.105.000
-2
-648.210.000
4
2005
459.869.775
-1
-459.869.775
1
2006
614.495.000
0
0
0
10
2007
892.710.342
1
892.710.342
1
2008
875.630.433
2
1.751.260.866
4
3.166.810.550
0
1.535.891.433
10
Sumber data : diolah oleh penulis
Y
= a + bx
a
=
Y
n
3.166.810.550
=
5
= 633.362.110
 XY
 X2
1.535.891.433
=
10
b
=
Y2009
= 153.589.143
= a + bx
= 633.362.110 + 153.589.143 (3)
= 1.094.129.539
Tabel 4.6
Estimasi Biaya Penjualan Tahun 2009-2013
Tahun
Biaya Penjualan
2009
1.094.129.539
2010
1.247.718.682
2011
1.401.307.825
2012
1.554.896.968
2013
Sumber data : diolah oleh penulis
d.
1.708.486.111
Estimasi Biaya Administrasi dan Umum
Tabel 4.7
Trend Biaya Administrasi dan Umum Tahun 2004-2008
Tahun
Biaya Adm & Umum (Y)
XY
X2
2004
675.337.000
-2
-1.350.674.000
4
2005
898.790.000
-1
-898.790.000
1
2006
918.870.000
0
0
0
2007
1.232.210.500
1
1.232.210.500
1
2008
1.410.750.000
5.135.957.500
2
2.821.500.000
1.804.246.500
4
10
Sumber data : diolah oleh penulis
Y
X
= a + bx
0
11
a
Y
n
5.135.957.500
=
5
=
= 1.027.191.500
b
Y2009
 XY
 X2
1.804.246.500
=
10
=
= 180.424.650
= a + bx
= 1.027.191.500 + 180.424.650 (3)
= 1.568.465.450
Tabel 4.8
Estimasi Biaya Administrasi dan Umum Tahun 2009-2013
Tahun
Biaya Adm & Umum
2009
1.568.465.450
2010
1.748.890.100
2011
1.929.314.750
2012
2.109.739.400
2013
2.290.164.050
Sumber data : diolah oleh penulis
e.
Perhitungan Depresiasi
Harga 2 unit kendaraan jenis Colt Diesel @ Rp 800.000.000
Harga 3 unit kendaraan jenis Truck Fuso @ Rp 150.000.000
Harga Perolehan
Umur ekonomis masing-masing kendaraan 5 tahun
Depreasi per tahun adalah :
Rp
Rp
Rp
160.000.000
450.000.000
610.000.000
Rp 610.000.000
= Rp 122.000.000,5
2.
Analisa Penilaian Alternatif Sumber Pembelanjaan
a. Alternatif Kredit Bank
Data yang diperlukan jika perusahaan mengambil alternatif kredit bank dalam penambahan
sarana angkut adalah :
- Dana yang diperlukan perusahaan dalam penambahan sarana angkut sebesar Rp
610.000.000,- Bank memperhitungkan bunga atas pinjaman sebesar 20%.
- Umur ekonomis masing-masing kendaraan diperkirakan 5 tahun.
- Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus.
- Jangka waktu kredit 5 tahun.
- Besarnya tarif pajak 30%.
- Biaya bunga bebas resiko sebesar 14% dengan dasar perhitungannya dengan rumus :
Ki = Kb (1-T)
Dimana :
Kb = Besarnya bunga pinjaman
12
Ki
T
= Biaya Modal
= Tarif pajak yang dikenakan
Jadi Ki
= Kb (1-T)
= 20% (1-30%)
= 0,14 atau 14%
Setelah mengetahui data-data diatas maka dapat diketahui besarnya angsuran yang
harus dibayar setiap tahunnya dengan perhitungan sebagai berikut :
Pan = A (P VIFA i, n)
610.000.000 = A (P VIFA 20%, 5)
610.000.000 = A (2,9906)
A = 203.972.447
Tabel 4.9
Skedul Pembayaran Angsuran dan Bunga Pinjaman
Alternatif Kredit Bank Tahun 2009-2013
Tahun
Angsuran per th
(1)
Bunga per th
(2)
Pokok Pinjaman
(3)
Hutang Pokok
(4)
1
203.972.447
122.000.000
81.972.447
610.000.000
2
203.972.447
105.605.510,6
98.366.936,4
528.027.553
3
203.972.447
85.932.123,3
118.040.323,7
429.660.616,6
4
203.972.447
62.324.058,6
141.648.388,5
311.620.292,9
5
203.972.447
33.994.380,9
169.978.066,2
169.971.904,4
Sumber data : diolah oleh penulis
Keterangan tabel :
Bunga
= 20% x 610.000.000
= 122.000.000
Pokok Pinjaman
= (1) – (2)
Hutang Pokok
= Hutang pokok tahun sebelumnya – (3)
Tabel 4.10
Skedul Aliran Kas Keluar Alternatif Kredit Bank
Th
(1)
Pembayaran
Hutang
(2)
Bunga
(3)
Penyusutan
(4)
Perlindungan Pajak
(2+3) 0,3
(5)
Aliran kas keluar
(1-4)
1
203.972.447
122.000.000
122.000.000
73.200.000
130.772.447
2
203.972.447
105.605.510,6
122.000.000
68.281.653,2
135.690.793,8
3
203.972.447
85.932.123,3
122.000.000
62.379.636
141.592.810
4
203.972.447
62.324.058,6
122.000.000
55.297.217,6
148.675.229,4
5
203.972.447
33.994.380,9
122.000.000
46.798.314,3
157.174.132,7
871.580.641,8
Sumber data : diolah oleh penulis
Tabel 4.11
Present Value Aliran Kas Keluar Alternatif Kredit Bank
Th
Aliran Kas Keluar
DF 14%
PV Aliran Kas Keluar
1
130.772.447
0,877
114.687.436
2
135.690.793,8
0,769
104.346.220,4
3
141.592.810
0,675
95.575.146,7
4
148.675.229,4
0,592
88.015.735,8
13
5
157.174.132,7
0,519
81.573.374,9
871.580.641,8
484.197.913,8
Sumber data : diolah oleh penulis
b.
Alternatif Leasing
Ketentuan yang disepakati dalam penambahan sarana angkut alternatif leasing adalah
sebagai berikut :
- Dana yang dibutuhkan untuk pengadaan 5 unit sarana angkut sebesar
Rp
610.000.000,- Perusahaan leasing mengharapkan tingkat keuntungan sebesar 17%
- Umur ekonomis kendaraan diperkirakan 5 tahun.
- Metode penyusutan yang digunakan perusahaan yaitu metode garis lurus.
- Jangka waktu periode leasing 5 tahun.
- Besarnya tarif pajak yang dikenakan diasumsikan sebesar 30%.
- Karena leasing dibandingkan dengan pinjaman maka tingkat bunga yang digunakan
adalah biaya hutang maka biaya bunga bebas resiko sebesar 14% dihitung dengan
rumus :
Ki = Kb (1-T)
= 20% (1-30%)
= 14%
Sedangkan untuk mengetahui berapa pembayaran sewa yang harus dibayar setiap tahunnya
adalah :
PV = R (PVIFA n-1, i+1) + A (PVIF n.1)
610.000.000 = R (PVIFA 5-1, 17%+1) + A (PVIF 17%,5)
610.000.000 = R (3.743) + 0(0,456)
R (3.743) = 162.970.879
Tabel 4.12
Skedul Aliran Kas Keluar Alternatif Leasing
Th
(1)
Pembayaran sewa
(2)
Perlindungan pajak
(3)
Kas keluar setelah pajak
(1-2)
0
162.970.879
-
162.970.879
1
162.970.879
48.894.263,7
114.079.615,3
2
162.970.879
48.894.263,7
114.079.615,3
3
162.970.879
48.894.263,7
114.079.615,3
4
162.970.879
48.894.263,7
114.079.615,3
5
-
48.894.263,7
- 48.891.263,7
Sumber data : diolah oleh penulis
Tabel 4.13
Present Value Aliran Kas Keluar Alternatif Leasing
Th
(3)
Kas keluar setelah pajak
DF 14 %
PV Aliran Kas Keluar
0
162.970.879
0,877
162.970.879
1
114.079.615,3
0,769
100.047.822,6
2
114.079.615,3
0,675
87.727.224,2
3
114.079.615,3
0,592
77.003.740,3
4
114.079.615,3
0,519
5
- 48.891.263,7
67.535.132,3
- 25.374.565,8
14
469.910.232,6
Sumber data : diolah oleh penulis
Dari perhitungan tabel 4.11 dan tabel 4.12 diatas maka dapat diketahui bahwa leasing
memberikan total biaya yang lebih rendah bila dibandingkan dengan alternatif sumber
pembelanjaan melalui kredit Bank, mengingat demikian alternatif yang tepat digunakan dalam
pengadaan sarana angkut adalah dengan cara leasing.
Sedangkan penilaian terhadap usulan investasi perusahaan tersebut layak atau tidaknya
dapat digunakan beberapa metode penilaian investasi untuk masing-masing alternatif sumber
pembelanjaan yaitu dengan menggunakan metode sebagai berikut :
a. Metode Net Present Value
Metode ini menghitung beberapa nilai uang pada saat ini untuk nilai tertentu di masa yang
akan datang yaitu dengan membandingkan biaya hutang dan biaya leasing pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.14
Perbandingan Total Biaya dari Kredit dan Leasing
Pembayaran per tahun
NPV dari Biaya
Kredit Bank
Leasing
Kredit Bank
Leasing
203.972.447
162.970.879
484.197.913,8
469.910.232,6
Sumber data : diolah oleh penulis
Dari tabel 4.14 diatas dapat dinyatakan bahwa leasing memberikan aliran kas keluar (total
biaya) yang lebih rendah daripada kredit bank.
Penilaian terhadap usulan investasi metode Net Present Value dapat dilihat
dibawah ini :
1) Alternatif Kredit Bank
Penilaian terhadap investasi metode Net Present Value dengan cara kredit bank adalah
sebagai berikut :
NPV = PV of Proceeds – PV initial Investment
 1 
= PMT  

r 1 1  r 
n
PV Proceeds
b.
1
= PMT (PVIFA r.n)
= 484.197.913,8 (PVIFA, 20%.5)
= 484.197.913,8 (2.991)
= 1.448.235.960,2
NPV
= PV of Proceeds – PV Initial Investment
= 1.448.235.960,2 – 610.000.000
= 838.235.960,2
2) Alternatif Leasing
Penilaian terhadap usulan investasi metode Net Present Value dengan cara
Leasing dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :
PV Proceeds
= PMT (PVIFA, r.n)
= 469.910.232,6 (2.991)
= 1.405.501.506
Maka dapat diketahui Net Present Value alternatif Leasing adalah sebesar :
NPV
= PV Proceeds – PV Initial Investment
= 1.405.510.506 – 610.000.000
= 795.501.506
Dari perhitungan kedua alternatif diatas dapat diketahui bahwa dengan
menggunakan metode penilaian Net Present Value usulan investasi kendaraan dapat
diterima dan layak untuk dijalankan karena usulan investasi tersebut dapat
menghasilkan Total Present Value yang lebih besar dari pada Net Investment, sehingga
valuenya positif
(NPV > 0)
Metode Internal Rate of Return
15
Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi
dengan penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan membandingkan biaya
hutang dan biaya leasing dapat dilihat pada tabel 4.14, maka dilakukan perhitungan sebagai
berikut :
1) Alternatif Kredit Bank
Penilaian terhadap usulan investasi Internal Rate of Return cara kredit bank,
dengan menggunakan tingkat bunga 74% dan 75%.
r atau IRR yang sesungguhnya dapat dicari dengan menggunakan tabel PVIFA untuk
itu digunakan teknik coba-coba atau Trial Error :
PV Proceeds
= PMT (PVIFA, 74%.5)
= 484.197.913,8 (1.267)
= 613.478.756,8
NPV1
= PV Proceeds – PV Initial Investment
= 613.478.756,8 – 610.000.000
= 3.478.756,8
PV Proceeds
= PMT (PVIFA, 75%.5)
= 484.197.913,8 (1.252)
= 606.262.920,1
NPV1
= PV Proceeds – PV Initial Investment
= 606.262.920,1 – 610.000.000
= - 3.737.079,9
Maka dapat diketahui :
r = 74%, NPV = 3.478.756,8
r = 75%, NPV = - 3.737.079,9
artinya r atau IRR yang membuat NPV = 0 ada diantara 74% dan 75% maka untuk
menemukan IRR yang sesungguhnya penulis menggunakan teknik interpolasi sebagai
berikut :
NPV1
IRR = IR1 x IR2 – IR1
NPV2  NPV1
= 75% -
3.478.756,7
x 75% - 74%
 3.737.079,9  3.478.756,8
= 75% + 0,482%
= 75,48%
2) Alternatif Leasing
Penilaian terhadap usulan investasi Internal Rate of Return dengan cara
leasing dengan menggunakan tingkat bunga 72% dan 73%.
r atau IRR yang sesungguhnya dapat dicari dengan bantuan tabel PVIFA untuk itu
digunakan tehnik coba-coba atau Trial Error :
PV Proceeds
= PMT (PVIFA r.n)
= 469.910.232,6 (PVIFA 72%.5)
= 616.052.314,9
NPV1
= PV Proceeds – PV Initial Investment
= 616.052.314,9 – 610.000.000
= 6.052.314,9
PV Proceeds
= PMT (PVIFA r.n)
= 469.910.232,6 (PVIFA 73%.5)
= 469.910.232,6 (1.296)
= 609.003.661,5
NPV2
= PV Proceeds – PV Initial Investment
= 609.003.661,5 – 610.000.000
= - 996.338,5
Jadi dapat diketahui :
r = 72%, NPV = 6.052.314,9
16
r = 73%, NPV = - 996.338,5
artinya r atau IRR yang membuat NPV = 0 ada diantara 72% sampai 73%, untuk
menemukan IRR yang sesungguhnya maka penulis menggunakan tehnik interpolasi
sebagai berikut :
IRR
NPV1
x IR2 – IR1
NPV2  NPV1
6.052.314,9
= 72% x 73% - 72%
 996.338,5  6.052.314,9
= IR1 -
= 72% + 0,001%
= 72,01%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa investasi penambahan sarana
angkut yang baru layak untuk dijalankan karena IRR lebih besar dari pada tingkat
bunga yang diisyaratkan oleh perusahaan (20%) yaitu IRR alternatif kredit bank sebesar
74,48% dan 72,01% untuk alternatif leasing.
3.
Analisa Penilaian Investasi Terhadap Laporan Rugi Laba
Adapun perhitungan penilaian investasi laporan rugi laba untuk 5 tahun yang akan
datang masing-masing alternatif sumber pembelanjaan adalah :
a. Laporan rugi laba alternatif kredit bank
Perhitungan penilaian investasi alternatif kredit bank adalah sebagai berikut :
Tabel 4.15
Perusahaan Tenun Elresas
Proyeksi Laporan Rugi Laba Tahun 2009-2011
Uraian
2009
Penjualan
2010
2011
11.652.584.200
13.536.304.600
15.536.304.600
Harga pokok produksi
8.338.176.750
9.809.643.000
11.281.109.250
Laba kotor
3.314.407.450
3.726.661.600
4.255.195.350
Biaya penjualan
1.094.129.539
1.247.718.683
1.401.307.826
Biaya adm & umum
1.568.465.450
1.748.890.100
1.929.314.826
Biaya depresiasi
122.000.000
122.000.000
122.000.000
Laba sblm bunga & pajak
529.812.461
608.052.817
802.572.774
96.839.582,8
96.839.582,8
96.839.582,8
432.972.878,2
511.213.234,2
705.733.191,2
129.891.863,5
153.363.970,3
211.719.957,4
303.081.014,7
357.849.263,9
494.013.233,8
Biaya operasional :
Biaya bunga
Laba sebelum pajak
Pajak 30%
Laba setelah pajak
Sumber data : Perusahaan Tenun Elresas
Sedangkan untuk perhitungan laporan rugi laba alternatif kredit bank untuk tahun
2012-2013 :
Tabel 4.16
Perusahaan Tenun Elresas
Proyeksi Laporan Rugi Laba Tahun 2012-2013
Uraian
2012
2013
Penjualan
Harga pokok produksi
17.303.745.400
12.752.575.500
19.187.463.800
14.224.041.750
Laba kotor
4.551.169.900
4.963.422.050
17
Biaya operasional :
Biaya penjualan
1.504.896.969
1.708.486.133
Biaya adm & umum
Biaya depresiasi
2.109.739.400
122.000.000
2.290.164.050
122.000.000
Laba sblm bunga & pajak
Biaya bunga
814.533.531
96.839.582,8
842.771.987
96.839.582,8
Laba sebelum pajak
717.693.948,2
745.932.404
215.308.184,5
502.285.763,7
223.779.721,3
522.152.682,9
Pajak 30%
Laba setelah pajak
Sumber data : Perusahaan Tenun Elresas
b.
Alternatif Leasing
Adapun perhitungan penilaian laporan rugi laba dengan cara leasing untuk tahun 2009-2011
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.17
Perusahaan Tenun Elresas
Laporan Rugi Laba Tahun 2009-2011
Uraian
Penjualan
Harga pokok produksi
Laba kotor
Biaya operasional :
Biaya penjualan
Biaya adm & umum
Biaya depresiasi
Laba sblm bunga & pajak
Biaya bunga
Laba sebelum pajak
Pajak 30%
Laba setelah pajak
Sumber data : Perusahaan Tenun Elresas
2009
11.652.584.200
8.338.176.750
3.314.407.450
2010
13.536.304.600
9.809.643.000
3.726.661.600
2011
15.536.304.600
11.281.109.250
4.255.195.350
1.094.129.539
1.568.465.450
122.000.000
529.812.461
93.982.046,5
435.830.414,5
130.749.124,3
305.081.290,2
1.247.718.683
1.748.890.100
122.000.000
608.052.817
93.982.046,5
514.070.770,5
154.221.232,2
359.849.539,5
1.401.307.826
1.929.314.826
122.000.000
802.572.774
93.982.046,5
708.590.727,5
212.577.218,3
496.013.509,3
Sedangkan untuk perhitungan laporan rugi laba alternatif leasing untuk tahun
2012-2013 :
Tabel 4.18
Perusahaan Tenun Elresas
Laporan Rugi Laba Tahun 2012-2013
Uraian
Penjualan
Harga pokok produksi
Laba kotor
Biaya operasional :
Biaya penjualan
Biaya adm & umum
Biaya depresiasi
Laba sblm bunga & pajak
Biaya bunga
Laba sebelum pajak
Pajak 30%
Laba setelah pajak
2012
17.303.745.400
12.752.575.500
4.551.169.900
2013
19.187.463.800
14.224.041.750
4.963.422.050
1.504.896.969
2.109.739.400
122.000.000
814.533.531
93.982.046,5
720.551.484,5
216.165.445,4
504.386.039,2
1.708.486.133
2.290.164.050
122.000.000
842.771.987
93.982.046,5
748.789.940,5
224.636.982,2
524.152.958,4
Sumber data : Perusahaan Tenun Elresas
Dari laporan rugi laba diatas maka dapat diketahui bahwa alternatif leasing lebih
menguntungkan dibandingkan dengan kredit bank, karena leasing menghasilkan total laba
yang lebih baik.
18
J.
Kesimpulan
1.
2.
Perusahaan menambah sarana angkut dengan memilih atas 2 alternatif sumber pembelanjaan
yaitu alternatif kredit dan leasing dengan melakukan penilaian perbandingan Present Value
aliran kas keluar (total biaya) masing-masing alternatif dengan asumsi memilih alternatif yang
memberikan pengeluaran bersih yang lebih rendah.
Melakukan perbandingan perhitungan angsuran pembayaran antara kredit dan leasing dengan
menggunakan metode Net Present Value (NPV) untuk menentukan apakah usulan investasi
tersebut dapat diterima dan layak untuk dijalankan.
Angsuran pembayaran per tahun
Net Present Value
Kredit Bank
Leasing
Kredit Bank
Leasing
203.972.447
162.970.879
838.235.963,2
795.501.506
Diterima
Diterima
Keputusan Investasi
3.
Melakukan perhitungan Internal Rate of Return dengan menggunakan alternatif kredit dan
leasing yang menentukan apakah usulan investasi dapat diterima dan layak untuk dijalankan.
Internal Rate of Return
(IRR)
Keputusan Investasi
Kredit Bank
74,48%
Diterima
Leasing
72,01%
Diterima
Sumber data : diolah oleh penulis
4.
Melakukan perhitungan penilaian investasi terhadap laporan rugi laba masing-masing alternatif
sumber pembelanjaan dengan perbandingan alternatif manakah yang memberikan total laba yang
lebih besar pada periode 5 tahun yang akan datang.
Tahun
Laba Setelah Pajak (EAT)
Kredit Bank
Leasing
2009
303.081.014,7
305.081.290,2
2010
357.849.263,9
359.849.539,4
2011
494.013.233,8
496.013.509,3
2012
502.285.763,7
504.386.039,2
2013
522.152.682,9
2.179.381.959,0
524.152.958,4
2.189.483.336,5
Dari perbandingan laporan rugi laba tersebut maka alternatif leasing lebih menguntungkan
dibandingkan dengan alternatif kredit bank, karena leasing lebih menghasilkan total laba yang lebih
besar daripada kredit bank
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Anwari, Leasing Indonesia, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta 1987.
Agus Sartono, Manajemen Keuangan, Edisi 3, Cetakan ke empat, UGM, Yogyakarta 1997.
Amin Wijaya Tunggal dan Arief Johan Tunggal, Akuntansi Leasing, Cetakan ke satu, PT. Reneke Cipta,
Jakarta 1994.
19
Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Penelitian, edisi refisi, Rineka Cipta : Yogyakarta.
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Empat, UGM Yogyakarta, 1995.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standart Akuntansi Keuangan, PSAK No. 30, PT. Salemba Empat, Jakarta
1999.
James C. Van Horne, John, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Edisi Indonesia, Jilid 2 Jakarta 1999.
Jay Smith dan Freds Skolnsen, Akuntansi Intermedite, Jilid satu Airlangga, Jakarta 1996.
Kartadinata, Analisa Belanja Dasar dan Perhitungan Dalam Keputusan Keuangan, Cetakan ke empat,
Jakarta 1995.
Marcel Go, Manajemen Group Bisnis, Cetakan Kesatu, Jakarta, 1992.
Mas’ud Mahfoeds, Akuntansi Manajemen, Edisi Revisi ,UGM Yogyakarta 1995.
Mulyadi, Akuntansi Biaya Untuk Manajemen, Cetakan Kedua, Edisi 4, Penerbit BPFE, Yogyakarta 1992.
Mulyadi Riyanto Pudjosunarto, Evaluasi Proyek, Edisi 2, Cetakan Kedua, Liberty Yogyakarta 1995.
Suad Husnan, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Cetakan kesatu, Liberty Yogyakarta 1993.
Syamsudin Alwi, Alat-alat Analisa Dalam Pembelanjaan, Edisi Revisi, Jakarta 1992.
Download