pengawasan implementasi corporate social responsibility (csr)

advertisement
PENGAWASAN IMPLEMENTASI CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT.INALUM
TERHADAP MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
SEKITAR PERUSAHAAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
MUHAMMAD IQBAL
NIM : 050200076
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
PENGAWASAN IMPLEMENTASI CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT.INALUM
TERHADAP MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
SEKITAR PERUSAHAAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
MUHAMMAD IQBAL
NIM : 050200076
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH
NIP. 131 570 45
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH
Dr. Sunarmi,SH, M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
PENGAWASAN IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PT. INALUM TERHADAP MASYARAKAT DAN
LINGKUNGAN SEKITAR PERUSAHAAN
(Studi Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), Kuala Tanjung,
Batubara)
*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.H
**) Dr. Sunarmi, SH. M.Hum
***) Muhammad Iqbal
ABSTRAKSI
Corporate social Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitiberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan. Kompleksitas permasalahan sosial (social problem) yang
semakin rumit dalam dekade terakhir dari implementasi desentralisasi telah
menempatkan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai suatu konsep yang
diharapkan mampu memberikan alternatif terobosan baru dalam pemberdayaan
masyarakat miskin. Yang jadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana
bentuk-bentuk CSR yang dilakukan PT.INALUM, pengawasan implementasi
CSR baik secara internal maupun eksternal, dan sanksi terhadap dari tidak
direalisasikannya CSR
Metode penelitian yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah
penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan bahanbahan dari buku, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil
tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan dari pada
penyusunan karya ilmiah ini serta penelitian lapangan (field research), untuk
melihat implementasi dari peraturan perundang-undangan tersebut dengan
mengambil lokasi penelitian pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM),
Kuala Tanjung Kabupaten Batubara Sumatera Utara.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa CSR perlu pengawasan yang
efektif dan intensif dari pemerintah dan stakeholder. Banyaknya program CSR
yang tidak efektif dan sinkron dengan kebijakan Pemerintah Daerah dalam
pemberdayaan masyarakat perlu mendapat perhatian yang serius. Pemberian
sanksi yang belum ditegakkan oleh aparat penegak hukum yang terkait dengan
tidak dilaksanakannya CSR. Walaupun banyak hambatan dalam pengawasan dan
pemberian sanksi, namun diperlukan sebuah lembaga yang dibentuk oleh
pemerintah dalam hal menangani CSR ini.
Kata kunci: Corporate Social Responsibility (CSR)
*) Dosen Pembimbing I
**) Dosen Pembimbing II
***) Mahasiswa Fakultas Hukum USU
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamiin, segala puji hanya bagi Allah SWT.
Semoga Allah Yang Maha Bijaksana senatiasa menggolongkan kita menjadi
hamba yang banyak bermanfaat bagi hamba Allah yang lain karena “sebaikbaiknya manusia adalh manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya”. (AlHadits). Shalawat dan Salam semoga senatiasa tercurah kepada Rasulullah SAW
beserta keluarga, sahabat dan ummatnya.
Khalifah Umar bin khatab mengatakan “semakin bertambah ilmuku
semakin bodoh pulalah aku”. Penulis menyadari segala kelemahan dan
kekurangan yang masih terdapat didalam skripsi ini, semoga dengan adanya
penyempurnaan berupa kritik, saran dan pendapat yang konstruktif dari para
pembaca dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian.
Untuk hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setingitingginya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, SpAk sebagai Rektor Universitas
Sumatera Utara, karena kebijakan beliau dengan memberikan kesempatan
yang besar terhadap jalur penerimaaan mahasiswa melalui PMDK
walaupun USU berstatus PT BHMN. Penulis merupakan salah satu
mahasiswa yang lulus melalui jalur PMDK
2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum sebagai Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, karena sudah berusaha untuk
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
memberikan perubahan yang maksimalkan kepada fakultas dengan
meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan kampus
Fakultas Hukum USU.
3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH sebagai Pembantu Dekan I yang telah
membantu para mahasiswa memenuhi segala kebutuhan akademik dan
administrasi. Bapak Pembantu Dekan II Safrudin Hasibuan, SH, M.Hum,
Dfm yang telah membantu mahasiswa di pembayaran SPP dan
sumbangan-sumbangan kegiatan kampus. Bapak Pembantu Dekan III
Muhammad Husni, SH, M.Hum yang telah banyak membantu mahasiswa
di bidang kemahasiswaan, beasiswa.
4. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH sebagai Ketua Departemen
Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, mengkritisi,
memberikan saran-saran dan mengarahkan penulis sehingga dapat
menyelesaikan penelitian ini menjadi sebuah skripsi.
5. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
meneyetujui judul, outline skripsi, membimbing, mengkritisi
dan
memberikan saran-saran yang konstruktif serta mengarahkan penulis
sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini menjadi sebuah skripsi.
6. Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya, SH, MLI sebagai Dosen Wali Penulis
yang selama delapan semester telah membimbing dan memotivasi penulis
untuk meraih hasil maksimal disetiap semesternya.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
7. Para staf dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis selama delapan semester.
8. Bapak Pimpinan PT.INALUM Kuala Tanjung yang telah memberikan izin
penulis melaksanakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk bang Ismail yang telah membantu penulis dalam melakukan
penelitian terutam pengumpulan data.
10. Untuk teman-teman seperjuangan di BTM, HMI, PERMAHI, MMF,
PEMA Fakultas Hukum USU, yang telah mendukung secara moril penulis
selama beraktifitas di kampus maupun di luar kampus.
11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i Fakultas Hukum USU st kiambuk 2005
yang telah banyak membantu penulis selama kuliah di moga apa yang FH
USU.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita
lakukan mendapat Rahmat dan Ridho Allah SWT.
Jazakallah Khairan Katshirah
Medan, 1 Februari 2009
Penulis,
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja,
setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dunia usaha berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangan pula faktor
lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan
keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi aspek
keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut triple bottom line.
Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Seiring dengan pesatnya perkembangan
sektor dunia usaha sebagai akibat liberalisasi ekonomi, berbagai kalangan swasta,
organisasi masyarakat, dan dunia pendidikan berupaya merumuskan dan
mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya dengan
masyarakat dan lingkungan. 1
Namun saat ini, kalangan usaha juga tengah dihimpit oleh berbagai
tekanan, mulai dari kepentingan untuk meningkatkan daya saing, tuntutan untuk
menerapkan corporate governance, hingga masalah kepentingan stakeholder yang
makin meningkat. Oleh karena itu, dunia usaha perlu mencari pola-pola kemitraan
(partnership)
dengan
seluruh
stakeholder
agar
dapat
berperan
dalam
pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan
1
Thimotius Lesmana, “Program Corporate Social Responsibility Yang Berkelanjutan”,
http://wordpress.com/, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Januari 2009.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing. Upaya tersebut
secara umum dapat disebut sebagai corporate social responsibility atau corporate
citizenship dan dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam
menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada
masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan
dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang
menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. 2
Mudah diucapkan, tapi tidak mudah untuk dilaksanakan. Begitulah praktek
Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia. Begitu banyak orang bicara
tentang CSR, tetapi belum banyak hasil nyata yang biasa diungkapkan. Apalagi
dihubungkan dengan pengawasan pelaksanaan CSR di Indonesia dimana regulasi
dan sanksi hukum yang belum jelas dan tidak ada kepastian. 3
Memang dibandingkan beberapa tahun lalu, istilah CSR kini sudah
semakin populer di kalangan masyarakat dan para pelaku bisnis. Seperti angin
semilir yang kemudian bertiup semakin kencang, begitulah gambaran hembusan
wacana tanggung jawab sosial korporasi atau CSR di tingkat regional maupun
global. Kendatipun geliatnya tidak serta merta membangun dan menyadarkan
pelaku-pelaku bisnis, namun hari demi hari semangat dan gaungnya semakin
terasa. 4
Tampaknya wacana CSR ini akan menjadi trend global. Tidak sedikit
perusahaan-perusahaan raksasa maupun menengah, baik yang multinasional,
2
3
Thimotius Lesmana, loc. cit
Hendrik Budi Untung, Corporate Social responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),
hal. V.
4
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, (Gresik: Fascho Publishing,
2007), hal. xxiii
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
nasional maupun domestik, telah mengklaim bahwa CSR ini telah dilaksanakan
dengan baik. 5 Hal ini dapat di lihat di iklan-iklan di media cetak,elektronik seperti
perusahaan Uniliver dan PT. ADARO
yang telah melaksanakan CSR. Ini
digunakan sebagai marketing tool dan strategi branding perusahaan untuk
menambah nilai plus perusahaan di mata eksternal stakeholder, khususnya
konsumen. 6
Banyak perusahaan telah menggeser paradigma sempit yang menyatakan
bahwa orientasi seluruh kegiatan perusahaan hanyalah profit, dimana aktivitas
apapun harus ditakar dari sudut menambah keuntungan finansial secara langsung
atau tidak. Dengan begitu perusahaan diharapkan memberikan kontribusi yang
optimal untuk masyarakat di sekitarnya, sehingga tercipta sinergi yang paling
diharapkan adalah, adanya kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan
komunitas atau masyarakat di sekitarnya. 7
Kesadaran tentang pentingnya mempraktekan CSR ini menjadi tren seiring
dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk
yang ramah lingkungan. Di samping itu terjadinya berbagai bencana yang massif
dan beruntun di Indonesia yang membawa dampak negatif terhadap tingkat
kesejahteraan maupun kesenjangan sosial ekonomi masyarakat. Hal ini menuntut
perusahaan-perusahaan untuk berperan serta berkontribusi untuk membantu
5
Yusuf Wibisono, loc. cit
Andi Syafrani, “Iklan Corporate Social Responsibility”, http://Legalitas.org/, terakhir
kali diakses pada tanggal 1 Januari 2009.
7
Yusuf Wibisono, Op. cit. hal. xxiv
6
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
menjawab semua kebutuhan atau permasalahan masyarakat yang tidak bisa hanya
dilakukan oleh pemerintah saja. 8
Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpihak single bottom line, yaitu nilai perusahaan
(Corporate Value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja, namun
memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Dunia usaha bukan lagi sekedar
kegiatan ekonomi yang menciptakan profit demi kelangsungan usahanya,
melainkan juga tanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan. Keberlanjutan
perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait
lainnya, termasuk dimensi sosial dan lingkungan. Fakta telah menunjukan
bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul ke permukaan terhadap
perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan faktor sosial dan lingkungan. 9
Kini, saatnya perusahaan memberikan perhatian yang semakin serius
terhadap masalah tersebut. Perusahaan tidak bisa bertindak egois dalam
menjalankan roda usahanya dengan hanya mengejar profit semata. Karena sebagai
entititas bisnis perusahaan tidak bisa tidak memperdulikan masyarakat dan
lingkungannya. Perusahaan memang mesti bertindak sebagai good citizen yang
merupakan tuntutan dari good business ethics. Memang profit merupakan tujuan
utama bagi perusahaan, sebagaimana gagasan Milton Friedmen: the business of
business is business. Namun masyarakat dan lingkungan juga merupakan aspek
penting bagi keberlanjutan usahanya. 10
8
http://www.arthagrahapeduli.org/, terakhir kali diakses tanggal 1 Januari 2009.
Ibid
10
Ibid
9
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Masih banyak perusahaan tidak mau menjalankan program-program CSR
karena melihat hal tersebut hanya sebagai pengeluaran biaya (cost center). CSR
memang tidak memberikan hasil secara keuangan dalam jangka pendek. Namun
CSR akan memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan
perusahaan di masa mendatang. Dengan demikian apabila perusahaan melakukan
program-program CSR diharapkan keberlanjutan perusahaan akan terjamin
dengan baik. Oleh karena itu, program-program CSR lebih tepat apabila
digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu
perusahaan.
Hasil Program Penilaan Peringkat Perusahaan (PROPER) 2004-2005
Kementrian Negara Lingkungan Hidup menunjukan bahwa dari 456 perusahaan
dipantau ada 72 perusahaan mendapat rapor hitam, 150 merah, 221 biru, 23 hijau,
dan tidak ada yang berperingkat emas. Dengan begitu banyaknya perusahaan yang
mendapatkan rapor hitam dan merah, menunjukan bahwa mereka tidak
menerapkan tanggung jawab lingkungan. Di samping itu dalam prakteknya tidak
semua perusahaan menerapkan CSR. Bagi kebanyakan perusahaan CSR
merupakan parasit yang dapat membebani biaya “capital maintenance”. Kalaupun
ada yang melakukan CSR, itupun dilakukan untuk adu gengsi. Jadi, CSR ini bukan
saja dapat dilihat dari pelaksanaannya saja namun juga sangat diperlukan
pengawasan agar CSR ini tidak hanya jadi wacana dan pelaksanaannya yang tidak
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
berkelanjutan
sehingga
dapat
merugikan
perusahaan,
pemerintah
dan
masyarakat. 11
Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility (CSR) yang
sering dianggap sebagai inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak
hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal (artinya kepada
pemegang saham atau shareholder) tapi juga kewajiban-kewajiban terhadap
pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi
kewajiban-kewajiban di atas.
Berdasarkan uraian di atas banyak perusahaan lebih menonjolkan pada
pelaksanaan/implementasi
CSR,
tidak
pada
bagaimana
pengawasan
pelaksanaan/implementasi CSR tersebut. Hal ini sering dihubungkan dengan etika
bisnis serta sanksinya bagaimana kalau tidak dilaksanakan? Untuk itu maka perlu
kiranya Penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang program CSR yang dilihat dari
sudut pengawasan implementasinya yang dilaksanakan oleh PT.INALUM.
Berdasarkan itupulalah Penulis melakukan studi dalam rangka penyusunan
skripsi
dengan
judul
“
Pengawasan
Implementasi
Corporate
Social
Responsibility (CSR) PT.INALUM Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Sekitar Perusahaan”.
B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana bentuk-bentuk CSR yang dilakukan PT.INALUM?
11
Andi Syafrani, “Corporate Social Responsibility dan Iklim Penanaman Modal di
Indonesia”, http://legalitas.org/, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Januari 2009.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
2. Bagaimana bentuk pengawasan implementasi CSR yang dilakukan internal
PT.INALUM serta secara eksternal yang dilakukan oleh Pemerintah dan
masyarakat?
3. Bagaimana sanksi terhadap tidak terealisasikan impementasi CSR
dikaitkan dengan good corporate governanace?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk CSR yang dilakukan PT.INALUM
terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan perusahaan.
2. Untuk mengetahui bentuk pengawasan pelaksanaan CSR yang dilakukan
secara internal oleh PT.INALUM dan secara eksternal oleh Pemerintah
dan Masyarakat.
3. Untuk
mengetahui
dan
memahami
bentuk
sanksi
dari
tidak
terealisasikannya implementasi CSR dan keterkaitan dengan konsep Good
Corporate governanace.
Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Pembahasan terhadap masalah yang akan dibahas dalam skripsi tentu akan
menambah
pemahaman
dan
pandangan
baru
dalam
kegiatan
Industrialisasi, dimana hal ini akan menjadi masukan bagi pengusaha,
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Pemerintah dan masyarakat untuk mempertimbangkan pengawasan
implementasi Corporate Social Responsibility dengan membuat suatu
peraturan tentang hal ini sehingga realisasinya lebih terjamin untuk masa
yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan pedoman dan rujukan bagi rekan mahasiswa, masyarakat,
praktisi hukum, pemerintah dan pengusaha terutama yang bergerak
dibidang industri sehingga produksinya di Indonesia berkelanjutan sesuai
dengan tujuan didirikannya usaha tersebut.
D. Keaslian Penulisan
Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang Pengawasan
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. INALUM Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, belum pernah ditulis
sebelumnya. Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan skripsi ini,maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini adalah
merupakan karya penulis yang asli.
D. Tinjauan Kepustakaan
The Word Business Council For Sustainable Development (WBCSD)
mendefinisikan CSR sebagai
Continuing commitment by business to behave
ethically and contribute to economic development while improving the quality of
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
life the workforce and their families as well as of the local community and society
at large. 12
Dalam terjemahan bebas maksudnya adalah, komitmen dunia usaha untuk
terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi
untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup
karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal
dan masyarakat secara lebih luas.
CSR sangat berhubungan erat dengan prinsip Suistainable Development
(Pembangunan Berkelanjutan), yang diartikan bahwa perusahaan harus membuat
keputusan berdasarkan tidak saja pada faktor finansial seperti keuntungan atas
saham, tetapi juga berdasarkan pada konsekuensi sosial dan lingkungan baik
jangka pendek dan jangka panjang dari aktivitas-aktivitas mereka.
CSR
adalah
suatu
sebuah
pendekatan
dimana
perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam
interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) berdasarkan
prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan
atau bahkan sering diidentikan dengan CSR ini antara lain Pemberian/amal
Perusahaan (Corporate Giving/Charity), Kedermawanan Perusahaan (Corporate
Philanthropy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan (Corporate Community/Public
Relations), dan Pengembangan Masyarakat (Community Development). Keempat
nama itu bias dilihat sebagai dimensi atau pendekatan CSR dalam konteks
12
Yusuf Wibisono, Op. cit., hal.7.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Investasi Sosial Perusahaan (Corporate Sosial Investment/investing) yang
didukung spectrum motif yang terentang dari motif
“amal” hingga
“pemberdayaan”. 13
E. Metode penulisan
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan
dalam skripsi ini adalah menggunakan metode yuridis – normatif dan
yuridis – empiris. Penelitian yuridis – normatif merupakan penelitian yang
dilakukan dan ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis dan/atau bahanbahan tertulis lain yang merupakan data-data sekunder yang berkaitan
dengan permasalahan yang diuraikan dalam skripsi ini. Penelitian yuridis –
empiris merupakan penelitian yang dilakukan dan/atau di tujukan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang
diajukan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. INALUM di kawasan Pabrik Peleburannya
di Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batubara, dengan pertimbangan tempat
penelitian itu adalah yang menjadi sorotan dalam penulisan skripsi ini
sehingga didapat data-data dan bahan tertulis mengenai masalah yang akan
diteliti.
13
Briliant dan Rice, Influencing Corporate Philanthropy dalam Cary M.Gould dan
Michael L. Smith (eds), Social Work in the Workplace (New York: Springer Publishing Co.) hal.
299 ( dalam Sunarmi, Implementasi CSR dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar
Toba Samosir, (Medan:Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2007), hal. 7.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
3. Metode Pengumpulan data
Penulisan skripsi ini menggunakan metode sebagai berikut:
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yakni melakukan penelitian dengan berbagai sumber bacaan seperti :
buku, majalah, internet, pendapat sarjana dan bahan-bahan kuliah lainnya.
b. Penelitian lapangan (Field Reseaarch)
Yakni dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan, dalam hal ini
dilakukan penelitian di PT.INALUM pabrik peleburan di Kecamatan Sei
Suka, Kabupaten Batubara.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memepermudah penulisan dan penjabaran penulisan, penelitian ini
akan dibagi menjadi lima bab dengan sistematiak sebagai berikut :
BAB I
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lai memuat
latar
belakang, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat
penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
Bab ini akan menjabarkan pengertian dan perkembangan CSR
secara umum serta tentang Community Development, bentuk dan
realisasi CSR PT.INALUM
serta manfaat CSR terhadap
perusahaan, pemerintah, masyarakat.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
BAB III
Bab ini akan menjabarkan tentang gambaran umum PT.INALUM ,
model pengawasan dan peraturan pengawasan implementasi serta
hambatan pengawasan implementasi CSR.
BAB IV
Bab
ini
menjabarkan
tentang
sanksi
dari
tidak
terimplementasikannya CSR dan hubungannya antara CSR dengan
Good Corporate Governance.
BAB V
Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang
berisi kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan yang
telah dibahas.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
BAB II
BENTUK-BENTUK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITI (CSR)
YANG DILAKUKAN OLEH PT.INALUM
A.
Pengertian dan Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR)
1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Yang menarik, sebagai sebuah konsep yang makin populer, CSR ternyata
belum memiliki defenisi tunggal. The Word Council For Sustainable
Development (WBCSD) misalnya, lembaga internasional yang berdiri tahun 1995
dan beranggotakan lebih dari 120 multinasional company yang berasal lebih dari
30 negara itu, dalam publikasinya Making Good Bisiness Sense mendefenisikan
CSR atau tanggung jawab social perusahaan, sebagai “Continuing commitment by
business to behave ethically and contribute to economic development while
improving the quality of life the workforce and their families as well as of the
local community and society at large”. Dalam bahasa bebas kurang lebih
maksudnya adalah, komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara
etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya
sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih
luas. 14
Dari sisi etimologis CSR kerap diterjemahkan sebagai ”Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan”. Dalam konteks lain, CSR kadang juga disebut sebagai
“Tanggung Jawab Sosial Korporasi” atau “tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha
(Tansodus). Dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan
14
Yusuf wibisono, Op. cit., hal. 7
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Terbatas Bab V Pasal 74, Corporate Social Responsibility (CSR) disebut dengan
istilah “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”, walaupun tidak dijelaskan lebih
lanjut pengertian Tanggung jawab dan Lingkungan tersebut. Namun menurut A.B
Susanto dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
defenisi dari tanggung jawab sosial dan lingkungan lebih menitikberatkan kepada
pengembangan komunitas (Community Development). 15
Versi lain mengenai defenisi CSR dilontarkan oleh World Bank. Lembaga
keungan global ini memandang CSR sebagai “the commitment of business to
contribute to sustainable economic development working with amployees and
their representatives the local community and society at large to improve quality
of life,in ways that are both good for business and good for development”.
Sementara itu sejumlah Negara juga mempunyai defenisi tersendiri mengenai
CSR. Uni Eropa (EU green Paper on CSR) mengemukakan bahwa”CSR is a
concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their
interaction with their stakeholders on a voluntary basic”. 16 Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah komitment perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggung jawab soaial dan perusahaan dan menitiberatkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi,soaial,dan lingkungan.
CSR Forum memberikan defenisi, “CSR mean open and transparent business
practices that are based an ethical values and respect for employees, communities
and environment”.
15
A.B. Susanto, “Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility”,
(Jakarta: The Jakarta Consulting Group, 2007), hal. vii
16
Yusuf Wibisono, Op. cit., hal. 7
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Para pakar pun memberikan defenisi tentang Corporate Social
Responsibility (CSR). Di antaranya dalah defenisi yang dikemukakan oleh Magna
& Ferrel (2004) yang mendefenisikan Corporate Social Responsibility (CSR)
sebagai: “ A business acts in socially responsible manner when its decision and
account for and balance diverse stakeholders interest”. Defenisi ini menekankan
kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan
stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil
para pelaku bisnis melalui prilaku yang secara sosial bertanggung jawab.
Sedangkan
Elkington
mengemukakan
bahwa
sebuah
perusahaan
yang
menunjukan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada
peningkatan kualitas perusahaan (profit); masyarakat, khususnya komunitas
sekitar (people); serta lingkungan hidup (planet earth). 17 Joel Makower dalam
Business for Social Responsibility berpendapat bahwa CSR atau bisnis yang
mengutamakan
tanggung
jawab
sosial
disajikan
sebagai
cara
untuk
menyeimbangkan kepentingan bisnis dan kepentingan masyarakat tanpa
melibatkan intervensi pemerintah lebih jauh kedalam ruang pasar global lebih
dalam. Artinya, CSR diharapkan mampu mencapai sukses komersil dimana
penghormatan atas nilai-nilai etik dan penghargaan akan martabat manusia,
komunitas dan lingkungan hidup dijunjung tinggi. 18
Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan sering
diidentikan dengan Corporate Social Responsibility (CSR) antara lain:
Pemberian/amal
Perusahaan
(Corporate
Giving/Charity),
Kedermawanan
17
A.B. Susanto, Op. cit., hal. 21-22
Naidee, “CSR Untuk Rakyat: Bukan Politik Etis Korporasi”,
http://www.indonesiamandiri.com/, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Januari 2009.
18
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Perusahaan (Corporate Philanthropy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan
(Corporate Community/Public Relations), dan Pengembangan Masyarakat
(Community Development). Keempat nama itu bisa pula dilihat sebagai dimensi
atau pendekatan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam konteks Investasi
Sosial Perusahaan (Corporate Social Investment/Investing) yang didorong oleh
spectrum motif yang terentang dari motif “amal”hingga “pemberdayaan”. 19
Tidak hanya sampai di situ, dalam berbagai tulisan penggunaan istilah
corporate social responsibility juga tidak dapat diterima secara keseluruhan. Ada
yang mempergunakan istilah Business Social Responsibility, dan Corporate
Citizenship. Dalam peristilahan terakhir, perseroan dipersamakan sebagaimana
layaknya manusia yang memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam
menjalani kehidupannya sehari-hari. Abstraksi nilai-nilai inilah yang kemudian
diangkat pada tingkat korporasi. 20
Memang diperlukan kajian tersendiri untuk mencari padanan yang tepat
dalam bahasa Indonesia. Namun umumnya, bila disebut salah satu darinya,
konotasinya pastilah kembali pada CSR. Selanjutnya, dari sisi defenisi, saat ini
juga belum ditemukan kesepakatan bakunya, karena umumnya, defenisi itu masih
merujuk pada defenisi yang umum digunakan di Negara lain. Namun demikian,
kendatipun tidak mempunyai defenisi tunggal, konsep ini menawarkan sebuah
kesamaan, yaitu keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan
perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan. 21
19
Briliant dan Rice, Op. cit., hal. 7.
Gunawan Wijdaja & Yeremia Ardi Pratama, “Risiko Hukum & Bisnis Perusahaan
Tanpa CSR”, (Forum Sahabat, Jakarta), 2008, hal. 8.
21
Yusuf Wibisono, Op. ci.t, hal 8.
20
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
2.
Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung jawab sosial korporasi (Corporate Social Responsibility) telah
menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Bahkan di dalam Kode
Hammurabi (1700-an SM) yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para
pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan
kematian bagi pelanggannya. Dalam kode Hammurabi disebutkan bahwa
hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan izin
penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung
di bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain. 22
Pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri,
kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang
mencari keuntungan belaka. Mereka memandang bahwa sumbangan kepada
masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan
kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada Negara.
Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan
untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan dituntut untuk
bertanggung jawab secara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi di
antara pelaku usaha dengan masyarakat di sekitarnya, kegiatan operasional
perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi
sumber daya dan rusaknya lingkungan disekitar operasi perusahaan.23
22
Hangga Surya Prayoga, “CSR: Sekilas Sejarah dan Konsep”,
http://www.donhangga.com/, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Januari 2009.
23
Yusuf Wibisono, Op. cit., hal 3.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Itulah yang kemudian melatarbelakangi munculnya konsep Corporate
Social Responsibility (CSR) yang paling primitif : kedermawanan yang bersifat
karitatif. 24 Gema Corporate Social Responsibility (CSR) semakin terasa pada
tahun 1960-an saat dimana secara global, masyarakat dunia telah pulih dari
Perang Dunia II, dan mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan. Pada waktu itu,
persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan
mulai mendapat perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Persoalan ini telah
mendorongnya
berkembangnya
beragam
aktivitas
yang
terkait
dengan
pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan dengan mendorong berkembangnya
sektor produktif dari masyarakat. 25
Konsep hubungan antara perusahaan dengan masyarakat ini dapat juga
ditelusuri dari zaman Yunani kuno, sebagaimana disarankan Nicholas Eberstadt.
Beberapa pengamat menyatakan CSR berhutang sangat besar pada konsep etika
perusahaan yang dikembangkan gereja Kristen maupun fiqh muamalah dalam
Islam. Tetapi istilah CSR sendiri baru menjadi populer setelah Howard Bowen
menerbitkan buku Social Responsibility of Businessmen pada 1953. Sejak itu
perdebatan tentang tanggung jawab sosial perusahaan dimulai. Tetapi baru pada
dekade 1980-an dunia Barat menyetujui penuh adanya tanggung jawab sosial itu.
Tentu dengan perwujudan berbeda di masing-masing tempat, sesuai pemahaman
perusahaan terhadap apa yang disebut tanggung jawab sosial. 26
24
Kegiatan karikatif merupakan suatu kegiatan keagamaan, tardisi., adapt-istiadat.
Maksudnya suatu kegiatan yang hanya ditujukan untuk membangun, memajukan dan mendukung
kegiatan keagamaan, tradisi dan adapt-istiadat masyarakat sekitar.
25
Yusuf Wibisono, Loc.cit
26
http://www.csrindonesia.com/, terakhir kali diakses tanggal 1 Januari 2009.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Buku karangan Howard Bowen yang berjudul Social Responsibility of
Businessmen
dapat
dianggap
sebagai
tonggak
bagi
Corporate
Social
Responsibility (CSR) modern. Dalam buku itu Bowen memberikan defenisi awal
dari Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai: “…obligatioan of
businessman to pursue those policies, to make those decision or to follow those
line of action wich are diserable in term of the objectives and values of our
society”. Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu menjadi buku terlaris di
kalangan dunia usaha pada era 1950-1960. pengakuan public terhadap prinsipprinsip tanggung jawab sosial yang ia kemukakan membuat dirinya dinobatkan
secara aklamasi sebagai bapak Corporate Social Responsibility (CSR). Sejak itu
sudah banyak referensi ilmiah lain yang diterbitkan di berbagai Negara mengacu
pada prinsip-prinsip tanggung jawab dunia usaha kepada masyarakat yang telah
dijabarkan dalam buku Bowen. Ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah
mengenai “kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai
dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut
beroperasi. Ia menggunakan istilah sejalan dalam konteks itu demi meyakinkan
dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang melampaui urusan
kinerja finansial perusahaan. 27
Dalam dekade 1960-an pemikiran Bowen terus dikembangkan oleh
berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Devis yang memperkenalkan
konsep Iron law of social responsibility. Dalam konsepnya Davis berpendapat
bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi
27
Hendrik Budi Untung, Op.cit., hal. 37.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
positif dengan size atau besarnya perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis
menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin
besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar
pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada
masyarakat. Dalam periode 1970-1980 defenisi Corporate Social Responsibility
(CSR) lebih diperluas lagi oleh Archi Carrol yang sebelumnya telah merilis
bukunya tentang perlunya dunia usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat
agar menjadi penunjang eksistensi perusahaan. 28
Sejak tahun 1971 literatur yang dikenalkan berisi diskursus bahwa dunia
usaha memiliki multiplisitas kepentingan termasuk stakeholder, supplier,
karyawan, komunitas lokal dan masyarakat suatu bangsa secara keseluruhan. Dari
konsep ini kemudian berkembang apa yang dikenal sebagai stakeholder theory,
yaitu sebagai teori yang mengatakan bahwa tanggung jawab korporasi sebetulnya
melampaui kepentingan berbagi kelompok yang hanya berpikir tentang urusan
finansial, tanggung jawab tersebut berkaitan erat dengan masyarakat secara
keseluruhan yang menentukan hidup matinya suatu perusahaan. 29 Dalam dekade
ini pula Committee for economic development (CED) menerbitkan panduan
berjudul Social responsibility of business Corporation. Panduan ini berisi tiga
prinsip penting. Pertama, perusahaan harus memberi perhatian penuh pada
pengembangan fungsi-fungsi ekonomi masyarakat. Kedua, perlu menyadari dunia
usaha tentang perubahan nilai-nilai dalam masyrakat tempat mereka eksis. Ketiga,
28
29
Ibid.
http://www.bismarnasty.com/, terakhir kali diakses pada tanggal 20 Februari 2009.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
perlu menyadarkan dunia usaha tentang keprihatinan pada lingkungan hidup dan
upah kerja yang wajar, pengentasan kemiskinan, pembangunan daerah pedesaan. 30
Dalam dekade 1980 berbagai lembaga riset mulai melakukan penelitian
tentang manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) bagi perusahaan yang
melakukan tanggung jawab sosialnya, sampai di sinipun defenisi Corporate
Social Responsibility (CSR) masih kabur dan sulit diseragamkan. Pakar ekonomi
Amerika bernama Thomas Jones adalah tokoh yang banyak menulis tentang
Corporate Social Responsibility (CSR) di berbagai media masa sejak 1980 dan
pemikirannya kemudian menjadi acuan di berbagai negara. Intinya adalah ada
korelasi positif antara peran perusahaan dalam merealisasikan tanggung jawab
sosial dan peningkatan keuangan perusahaan tersebut. 31
Dekade 1990 adalah periode dimana
Corporate Social Responsibility
(CSR) mendapat pengembangan makna dan jangkauan. Sejak itu banyak model
CSR diperkenalkan termasuk Coporate Social Performance (CSP), Business
Ethics Theory (BET), dan Corporate Citizenship, sejak saat itu CSR menjadi
tradisi baru dalam dunia usaha di banyak Negara. Sejak itu, ada dua metode yang
diberlakukan dalam CSR, yaitu Cause Branding dan Venture Philanthropy. Yang
dimaksud Cause Branding adalah pendekatan Top Down, dalam hal ini
perusahaan menentukan masalah sosial dan lingkungan seperti apa yang perlu
dibenahi. Kebalikannya adalah venture Philanthropy yang merupakan pendekatan
Bottom up, di sini perusahaan membantu berbagai pihak non-profit dalam
masyarakat sesuai apa yang dikehendaki masyarakat. Dalam metode Causa
30
31
Ibid.
Ibid, hal. 39
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Branding, perusahaan biasanya mendesain program sosial yang ada kaitannya
dengan Brending produk atau lainnya, tujuannya membuat masyarakat lebih akrab
dengan merek dagang perusahaan itu, tetapi untuk jangka panjang model ini
bermanfaat untuk perusahaan, sebab tujuan Cause Branding adalah mendekatkan
perusahaan kepada masalah yang ada dalam masyarakat lalu membenahi
lingkungan sosial itu agar mendukung eksistensi perusahaan untuk jangka
panjang. Dalam model Venture Philanthropy perusahaan membantu masyarakat
untuk menciptakan sendiri sumber-sumber penghidupan baru dan tidak sekedar
menyalurkan bantuan sosial atau finansial kepada masyarakat.32
Perkembangan CSR saat ini, semakin menuju ke arah lebih baik, dan perlu
dicermati tentunya perkembangan ini dipengaruhi oleh standar-standar CSR
sebelumnya. Menurut Kathryn Gordon (2001), ada 7 (tujuh) standar yang
mempengaruhi pelaksanaan CSR: 33
1. Caux Principles for Business
Caux Principles merupakan sekumpulan rekomendasi yang mencakup banyak
wilayah dari corporate behavior.
Rekomendasi-rekomendasi tersebut
“berupaya untuk mengekspresikan standar umum corporate behavior yang
etis dan bertanggung jawab dan ditawarkan sebagai dasar untuk dibicarakan
dan diimplementasikan oleh kalangan bisnis dan pemimpin di seluruh dunia.
Dikeluarkan pada tahun 1994, Principles disponsori oleh Caux Roundtable
(yang terdiri dari pemimpin bisnis senior dari Eropa, Jepang dan Amerika).
32
33
Hendrik Budi Untung, Op.cit., hal. 38.
http://www.csrindonesia.com/, terakhir kali diakses tanggal 1 januari 2009.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Tidak ada mekanisme formal bagi perusahaan untuk berkomitmen terhadap
prinsip-prinsip ini.
2. Global Reporting Initiatives (GRI)
Dikeluarkan pada tahun 1999, tetapi saat ini masih terus berkembang. GRI
merupakan standar pelaporan internasional yang dapat digunakan secara
sukarela oleh organisasi. Pelaporan tersebut mencakup dimensi ekonomi,
lingkungan dan sosial dalam kegiatan organisasi, baik produksi barang
maupun jasa. Dengan menggunakan masukan dari para pelapor dan pengguna
laporan, GRI berupaya menyusun daftar indikator yang spesifik untuk
pelaporan kinerja di bidang sosial, lingkungan dan ekonomi. Penting untuk
dicatat bahwa karena GRI adalah kerangka pelaporan non keuangan, GRI
tidak memberikan rekomendasi atas business conduct, namun kerangka
pelaporan sangat dipertegas oleh norma-norma dalam business conduct. GRI
dipelopori oleh Coalition of Environmentally Responsible Economies
(CERES) yang di dalamnya adalah organisasi non pemerintah, perusahaan,
konsultan, firma akunting, asosiasi bisnis, akademik, dan berbagai pihak
lainnya. UNEP menyumbang sebagian dana. GRI tidak menilai kesesuaian
kinerja perusahaan dengan petunjuk pelaporannya.
3. Global Sullivan Principles
Merupakan standar yang dibangun dari masukan beberapa perusahaan
multinasional. Standar ini dikeluarkan pada tahun 1999. Global Sullivan
Principles merupakan standar yang dibangun dari masukan beberapa
perusahaan multinasional. Ada delapan prinsip yang memberikan arahan
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
secara umum di bidang perburuhan, etika bisnis dan praktik-praktik
lingkungan dari perusahaan multinasional dan para mitra bisnis mereka.
Prinsip-prinsip tersebut ditulis oleh Pendeta Leon Sullivan, dimana versi awal
Sullivan Principles memberikan arahan bagi perusahaan-perusahaan yang
menjalankan bisnis di Afrika Selatan pada masa apartheid. Perusahaanperusahaan menyetujui prinsip-prinsip tersebut dengan berikrar secara publik
untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam pelaksanaan bisnis mereka.
Untuk tetap mendukung prinsip-prinsip ini, perusahaan wajib mengirimkan
surat tahunan kepada Pendeta Sullivan yang menyatakan perusahaan tetap
berkomitmen dan menguraikan perkembangan terakhir. Ada delapan prinsip
yang memberikan arahan secara umum di bidang perburuhan, etika bisnis dan
praktik-praktik lingkungan dari perusahaan multinasional dan para mitra
bisnis mereka. Prinsip-prinsip tersebut ditulis oleh Pendeta Leon Sullivan,
dimana versi awal Sullivan Principles memberikan arahan bagi perusahaanperusahaan yang menjalankan bisnis di Afrika Selatan pada masa apartheid.
Perusahaan-perusahaan menyetujui prinsip-prinsip tersebut dengan berikrar
secara publik untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam pelaksanaan
bisnis mereka. Untuk tetap mendukung prinsip-prinsip ini, perusahaan wajib
mengirimkan surat tahunan kepada Pendeta Sullivan yang menyatakan
perusahaan tetap berkomitmen dan menguraikan perkembangan terakhir.
4. OECD Guidelines for Multinational Enterprises
Direvisi pada tahun 2000. Panduan OECD merupakan rekomendasi yang
mencakup sembilan bidang dari business conduct yang diharapkan pemerintah
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
dari perusahaan multinasional. Meskipun pelaksanaannya oleh perusahaan
bersifat sukarela, pemerintah negara-negara yang menyatakan mengikuti
standar ini mengikatkan diri untuk berpartisipasi dalam implementasinya serta
meningkatkan pengawasan mereka terhadap operasi perusahaan di dalam
wilayahnya atau yang berasal dari wilayahnya.
5. Principles for Global Corporate Responsibility-Benchmarks
"Benchmarks" didesain untuk memberikan suatu "kerangka model" dimana
para pemangku kepentingan dapat menilai codes of conduct, kebijakan dan
praktik-praktik yang dijalankan perusahaan terkait dengan harapan pemangku
kepentingan terhadap CSR. Prinsip-prinsip ini telah direvisi pada tahun 1998
untuk menyertakan masukan dari kelompok-kelompok HAM, lingkungan dan
buruh, organisasi agama, serta perusahaan. Terdapat hampir 60 prinsip dalam
standar yang dipandang "fundamental bagi tindakan perusahaan yang
bertanggung jawab". Standar ini juga memiliki "benchmarks" yang dapat
digunakan oleh pihak eksternal untuk menilai kinerja perusahaan terkait
dengan kebijakan dan praktik-praktik yang direkomendasikan. Pemrakarsa
Benchmarks (beberapa organisasi non pemerintah agama berbasis Inggris dan
Amerika) ini tidak meminta persetujuan dari perusahaan.
6. SA 8000
Adalah standar sertifikasi sukarela dan berbasis pengawasan untuk menilai
kondisi buruh pada operasi manufaktur global.
SA 8000 dibangun
berdasarkan proses audit kualitas dan lingkungan yang dibentuk International
Standards Organization melalui standar ISO 9000 dan ISO 14000. SA 8000
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
bergantung pada para pengawas yang bersertifikasi untuk memferifikasi
kepatuhan pabrik dengan standar. Pemrakarsa standar, Social Accountability
International mempelajari standar-standar tersebut kemudian versi revisinya
dikeluarkan pada musim semi 2001.
7. United Nation Global Compact
Diumumkan pada Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) di Davos,
Switzerland pada Januari 1999 dan secara resmi diluncurkan pada September
2000. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan mengimbau para pemimpin dunia
untuk ”merangkul dan menetapkan” sembilan prinsip dalam praktik-praktik
perusahaan masing-masing dan mendukung inisiatif kebijakan publik lainnya.
Standar ini mencakup praktik-praktik spesifik yang diterapkan oleh
perusahaan yang berkomitmen terhadap Global Impact.
B. Community Development ( Pengembangan Masyarakat)
Masyarakat adalah arena dimana praktek pekerja sosial makro beroperasi.
Berbagai defenisi mengenai masyarakat biasanya diterapkan berdasarkan konsep
ruang, orang, interaksi dan identitas. Masyarakat dalam arti sempit biasanya
disebut komunitas atau community. Pendefenisian masyarakat akan membedakan
pendekatan pengembangan masyarakat. Bila masyarakat didefenisikan seperti
pengertian pertama, yakni sebagai komunitas, maka pengembangan masyarakat
biasanya difokuskan pada pengembangan kegiatan-kegiatan pembangunan lokal
(locality development) pada pemukiman atau wilayah yang relatif kecil. Program-
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
program pengembangan masyarakat biasanya berbentuk usaha ekonomi produktif
atau pelayaan kesehatan, pendidikan dasar yag bersifat langsung dirasakan oleh
penduduk setempat. Bila masyarakat didefenisikan secara lebih luas lagi, maka
pengembangan masyarakat seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan advokasi atau
aksi sosial yang menuntut adanya perubahan kebijakan publik yang umumnya
menyentuh konteks politik. 34
Meskipun defenisi masyarakat memiliki perbedaan, namun pada umunya
tidak mengubah fungsi masyarakat. Ada lima fungsi masyarakat: 35
1. Fungsi produksi, distribusi dan konsumsi. Kegiatan-kegiatan masyarakat
dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan dan sejenisnya.
2. Fungsi sosialisasi. Meneruskan atau mewariskan norma-norma, tradisitradisi dan nilai-nilai yang selama ini dianut oleh orang-orang yang
berinteraksi di dalam masyarakat.
3. Fungsi
pengawasan
sosial.
Masyarakat
senantiasa
mengharapkan
warganya untuk mentaati norma-norma dan nilai-nilai yang dianut melalui
penetapan hokum, peraturan dan system-sistem penegakannya.
4. Fungsi partisipasi sosial. Masyarakat menyediakan wahana bagi para
anggotanya untuk mengekspresikan aspirasi-aspirasi dan kepentingankepentingannya guna terbangunnya jaringan dukungan dan pertolongan
34
Edi Suharto, “Pengembangan Masyarakat Dalam Praktek Pekerja Sosial”,
Disampaikan pada pelatihan pengorganisasian dan pengembangan masyarakat, Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Jember, Jember 28 September 2006.
35
Ibid.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
melalui interaksi dengan warga masyarakat yang tergabung dalam
kelompok-kelompok, asosiasi-asosiasi dan organisasi-organisasi.
5. Fungsi gotong royong. Keluarga-keluaraga, teman-teman, para tetangga,
kelompok sukarela dan asosiasi-asosiasi professional yang tergabung
dalam sebuah masyarakat biasnya saling membantu satu sama lain.
Pengembangan
Masyarakat
(community
development)
merupakan
wawasan dasar bersistem tentang asumsi perubahan sosial terancang yang tepat
dalam kurung waktu tertentu. Sedangkan teori dasar pengembangan masyarakat
yang menonjol pada saat ini adalah teori ekologi dan teori Sumber Daya Manusia.
Teori ekologik mengemukakan tentang “batas pertumbuhan”. Untuk sumbersumber yang tidak dapat diperbaruhi perlu dikendalikan pertumbuhannya. Teori
ekologik menyarankan kebijaksanaan pertumbuhan diarahkan sedemikian rupa
sehingga dapat membekukan proses pertumbuhan (zero growth) untuk produksi
dan penduduk. Teori Sumber daya manusia memandang mutu penduduk sebagai
kunci pembangunan dan pengembangan masyarakat. Banyak penduduk bukan
beban pembangunan bila mutunya tinggi. Pengembangan hakikat manusiawi
hendaknya menjadi arah pembangunan. Perbaikan mutu sumber daya manusia
akan menumbuhkan inisiatif dan kewirausahaan. Teori sumber daya manusia
diklasifikasikan
ke
dalam
teori
yang
menggunakan
pendekatan
yang
fundamental.36
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah konsep moral dan etis yang
berciri umum, oleh karena itu pada tataran praktisnya harus dialirkan ke dalam
36
http://islamkuno.wordpress.com/, terakhir kali diakses tanggal 1 Januari 2009.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
program-program konkrit. Salah satu bentuk aktualisasi Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah Pengembangan Masyarakat atau Community
development. 37 Pengembangan masyarakat pada dasarnya juga merupakan strategi
perubahan sosial terencana yang secara professional didesain untuk mengatasi
masalah atau memenuhi kebutuhan pada tingkat komunitas.38
Community development juga bisa didefinisikan sebagai pertumbuhan,
perkembangan dan kemajuan masyarakat lingkungan dalam aspek material dan
spiritual tanpa merombak keutuhan komunitas dalam proses perubahannya.
Keutuhan komunitas dipandang sebagai persekutuan hidup atas sekelompok
manusia dengan karakteristik: terikat pada interaksi sosial, mempunyai rasa
kebersaman berdasarkan genealogis dan kepentingan bersama, bergabung dalam
satu identitas tertentu, taat pada norma-norma kebersamaan, menghormati hak dan
tanggung jawab berdasarkan kepentingan bersama, memiliki kohesi sosial yang
kuat, dan menempati lingkungan hidup yang terbatas. 39
Istilah Pengembangan Masyarakat sering kali digunakan sebagai salah satu
pendekatan atau strategi dalam Tanggung Jawab Perusahaan (Corporate Social
Responsibility). Di dunia industri, istilah ini identik dengan makna Corporate
Social Responsibility itu sendiri. Pekerjaan sosial di dunia industri memiliki peran
ganda. Secara internal, pekerjaan sosial berusaha dengan penanganan masalah
Psikososial yang dialami secara personal oleh para pegawai perusahaan. Secara
37
B. Tamam Achda, “Konteks Sosiologis Perkembangan Corporate Social Responsibility
(CSR) dan Implementasinya di Indonesia”, Disampaikan Pada Seminar Nasional: A Promise of
Gold rating: Sustainable CSR, di Hotel Hilton, Jakarta, tanggal 23 Agustus 2006, hal. 6.
38
Edi Suharto, Op. cit., hal. 2.
39
. islamkuno. Loc. cit.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
internal, Pekerjaan Sosial juga memiliki peran dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat disekitar lokasi perusahaan. Pelayanan kesehatan, pemberian beasiswa
atau bantuan pendidikan, penyediaan atau perbaikan perumahan, penyediaan pusat
perawatan anak, penguatan kegiatan social budaya bagi Pengembangan
Masyarakat atau corporate social responsibility yang dapat dilakukan oleh
perusahaan. 40
Kegiatan Community development (CD) untuk lingkungan industri pada
dasarnya dapat dipergunakan sebagai media peningkatan komitmen masyarakat
untuk dapat hidup berdampingan secara simbiotik dengan entitas bisnis
perusahaan beserta operasinya. Dalam kenyataannya juga komunitas lokal tidak
hanya berdiri pada sisi lingkungan sosial suatu perusahaan atau berada diluar
perusahaan yang bersangkutan, akan tetapi juga berada didalam perusahaan
sebagai karyawan atau pegawai. Sehingga dengan demikian anggota dari
komunitas lokal, juga anggota dari komunitas perusahaan yang setiap individunya
akan dapat bermain dalam status dan peran yang berbeda sekaligus. Kedudukan
komunitas dalam konsep community development pada lingkungan industrial
adalah sebagai bagian dari stakeholder yang secara strategis memang diharapkan
memberikan dukungannya bagi eksistensi perusahaan. 41
Apabila ditelaah secara seksama, maka tujuan utama pendekatan
Community development adalah bukan sekedar membantu atau memberi barang
kepada si penerima. Melainkan berusaha agar si penerima memiliki kemampuan
40
41
Edi Suharto, Loc. cit.
B. Tamam Achda, Op. cit., hal. 7.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
atas kapasitas untuk mampu menolong dirinya sendiri. Dengan kata lain,
semangat utama Community Development adalah pemberdayaan masyarakat. Oleh
karena itu, kegiatan Community development biasanya diarahkan pada proses
pemberkuasaan, peningkatan kekuasaan, atau penguatan kemampuan para
penerima pelayanan. Pemberdayaan masyarakat ini pada dasarnya merupakan
kegiatan terancana dan kolektif dalam memperbaiki kehidupan masyarakat yang
dilakukan melalui program peningkatan kapasitas orang, terutama kelompok
lemah atau kurang beruntung (disadvantaged groups) agar mereka memiliki
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, mengemukakan gagasan;
melakukan pilihan-pilihan hidup; melaksanakan tugas ekonomi; menjangkau dan
memobilisasi sumber; berpartisipasi dalam kegiatan sosial. 42
Kegiatan-kegiatan pemberdayaan biasanya dilakukan secara berkelompok
dan terorganisasi dengan melibatkan beberapa strategi seperti pendidikan dan
pelatihan keterampilan hidup (life skills), ekonomi produktif, perawatan sosial,
penyadaran dan perubahan sikap dan prilaku, advokasi, pendampingan dan
pembelaan hak-hak klien; aksi sosial; kampanye, demonstrasi, kolaborasi, kontes;
atau pengubahan kebijakan publik agar lebih responsive terhadap kebutuhan
kelompok sasaran. Berbeda dengan kegiatan bantuan sosial karitatif yang
dicirikan oleh adanya hubungan “patron-klien” yang tidak seimbang, maka
pemberdayaan masyarakat dalam program community development didasari oleh
42
Edi Suharto, Op. cit., hal. 10.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
pendekatan yang partisipatoris, humanis dan emansipatoris yang berpijak pada
beberapa prinsip sebagai berikut: 43
a. Bekerja bersama dan berperan setara.
b. Membantu rakyat agar mereka bisa membantu dirinya sendiri dan orang lain.
c. Pemberdayaan bukan kegiatan satu malam.
d. Kegiatan diarahkan bukan saja untuk mencapai hasil, melainkan juga agar
menguasai prosesnya.
e. Agar berkelanjutan, pemberdayaan jangan hanya berpusat pada komunitas
lokal, melainkan pula pada sistem sosial yang lebih luas termasuk kebijakan
sosial.
Pengembangan masyarakat (community development) sebagai salah satu
model pendekatan pembangunan (bottoming up approach) merupakan upaya
melibatkan peran aktif masyarakat beserta sumber daya lokal yang ada. Dalam
pengembangan masyarakat hendaknya diperhatikan bahwa masyarakat punya
tradisi, dan punya adat-istiadat, yang kemungkinan sebagai potensi yang dapat
dikembangkan sebagai modal sosial. Adapun pertimbangan dasar dari
pengembangan masyarakat adalah yang pertama, melaksanakan perintah agama
untuk membantu sesamanya dalam hal kebaikan. Kedua, adalah pertimbangan
kemanusiaan, karena pada dasarnya
manusia itu bersaudara. Sehingga
pengembangan masyarakat mempunyai tujuan untuk membantu meningkatkan
43
Edi Suharto, “Pekerjaan Sosial Industri, CSR dan ComDev”, Disampaikan pada
Workshop tentang Corporate Social Responsibility (CSR), (Lembaga Studi Pembangunan(LPS)
STKS, Bandung), 29 November 2006.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
kemampuan masyarakat, agar mereka dapat hidup lebih baik dalam arti mutu atau
kualitas hidupnya. 44
Secara umum ada beberapa pendekatan dalam pengembangan masyarakat,
diantaranya adalah: 45
1. Pendekatan potensi lingkungan, hal ini berkaitan dengan daya dukung
lingkungan yang ada pada masyarakat setempat.
2. Pendekatan Kewilayahan, hal ini berkaitan dengan pengembangan
terhadap wilayah dalam arti kesesuaian dengan wilayahnya (desa/kota)
terhadap hal yang akan dikembangkan.
3. Pendekatan kondisi fisik, lebih pada kondisi fisik manusianya.
4. Pendekatan ekonomi, hal ini berkaitan dengan peningkatan pendapatan
masyarakat.
5. Pendekatan politik.
6. Pendekatan Manajemen, Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan
pndataan terhadap potensi, kekuatan dan kelemahan yang ada dalam
masyarakat kemudian dilakukan dengan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, bugeting dan controlling. Model pendekatan ini sebenarnya
dapat
dilakukan
dalam
masyarakat
yang
bermacam-macam
(pedesaan,perkotaan, marjinal, dan lain-lain).
7. Pendekatan sistem, Pendekatan ini melibatkan semua unsur dalam
masyarakat.
44
45
http://islamkuno.wordpress.com/, terakhir kali diakses tanggal 1 Januari 2009.
Ibid.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Secara umum ruang lingkup program-program Community development
dapat dibagi berdasarkan tiga kategori yang secara keseluruhan akan bergerak
bersama-sama, ketiga kategori tersebut dapat digamarkan sebagai berikut: 46
1. Community Relations
Yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman
melalui komunikasi dan informasi kepada pihak yang terkait. Seperti
seringnya pihak perusahaan dengan anggota komunitas lokal bertukar
pikiran dalam suatu hal, atau membangun pertemuan-pertemuan yang
kerap dilakuka dalam kedermawanan (charity) perusahaan. Kegiatan yang
menyangkut hubungan social antara perusahaan dan komunitas local pada
dasarnya merupakan kegiatan yang harus dilakukan pertama kali dalam
kaitannya hubungan antara peruasahaan dan komunitas lokal. Dari
hubungan ini maka dapat dirancang pengembangan hubungan yang lebiih
mendalam yang terkait dengan bagaiman mengetahui kebutuhankebutuhan dan masalah-masalah yang ada dikomunitas lokal sehingga
perusahaan dapat menerapkan program selanjutnya.
2. Community Service
Merupakan
pelayanan
perusahaan
untuk
memenuhi
kepentingan
komunitas ataupun kepentingan umum. Ini dapat ditunjukan dengan
adanya pembangunan secara fisik sektor-sektor kesehatan, keagamaan,
pendidikan, transportasi dan sebagainya yang berupa puskesmas, rumag
ibadah, sekolah, jalan raya, sumber air minum dan sebaginya. Inti dari
46
Bambang Rudito dan Melia Famiola,” Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di Indonesia”, (Bandung: Rekayasa Sains, 2007), hal. 236-237.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
kategori ini adalah meberikan kebutuhan yang ada di komunitas dan
pemecahan tentang masalah yang ada di komunitas dilakuka oleh
komunitas sendiri sedangkan perusahan hanyalah sebagi fasilitator dari
pemecahan masalah yang ada di komunitas. Kebutuhan-kebutuhan yang
ada di komunitas di analisis oleh para community development officer,
dengan menggunakan metode yang bersifat kualitatif. Hal ini berkaitan
untuk menggali kebutuhan yang muncul di komunias dapat digali dengan
cara mengidentifikasi sifat-sifat dari komunitas itu sendiri secara
fungsional yang bersumber dari komunitas itu sendiri.
3. Community Empowering
Adalah program-program yang berkaitan dengan memberikan akses yang
lebih luas kepada komunitas untuk menunjang kemandiriannya, seperti
pembentukan koperasi, usaha industri kecil lainnya yang secara natural
anggota komunitas sudah mempunyai pranata sosial yang ada tersebut agar
dapat berlanjut. Kategori ini dasarnya lebih mendalam dari pada
Community services, hal ini menyangkut keberlanjutan dari kegiatan yang
di tanamkan pada pranata-pranata sosial yang ada di komunitasnya.
Sehingga dalam kategori ini, kemandirian komunitas adalah sasaran utama
dari program pembangunan komunitas. Selain komunitas dapat menjaring
permasalahannya serta pemecahan masalah sendiri, komunitas dapat
melaksanakan program secara mandiri dengan pancingan akses yang
diberkan oleh perusahaan dalam program pembangunan komunitas.
Kategori ini pada dasarnya melalui tahapan-tahapan kategori lain seperti
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
melakukan
community
relations
pada
awalnya,
yang
kemudian
berkembang pada community services dengan segala metodologi
penggalian data dan kemudian diperdalm melalui ketersediaan pranata
sosial yang sudah lahir dan muncul di komuitas melalui program kategori
ini.
Indikator keberhasilan suatu program pembangunan komunitas dapat
dilihat dari bentuk-bentuk kebersamaan yang terjalin antara pihak-pihak
pemerintah, perusahaan, dan komunitas lokal yang tergambar dalam partisipasi
dan keberlanjutan (sustainability). Partisipasi dapat dilihat sebagai keterlibatan
para pihak didalam mengelola program-program community development (CD).
Secara mendasar, partisipasi bukanlah milik dari komunitas lokal, dalam arti yang
diminta untuk berpartisipasi bukan hanya komunitas lokal atau rakyat atau
komunitas,aan tetapi semua pihak harus berpartisipasi. Program Community
Development (CD) direkomendasikan untuk didedikasikan pada peningkatan
pendapatan
(ekonomi)
pekerjaan,
peningkatan
atau
kesejahteraan
pendidikan,
masyarakat,
kesehatan
masalah-masalah
masyarakat,
penguatan
kelembagaan lokal sera tersedianya basic infrastruktur yang memadai. 47
Partisipasi sebagai hasil sebuah program penerapan baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun perusahaan dalam bentuk ini menyangkut: 48
1. Pasif
Yaitu bentuk partisipasi yang tidak menuntut respon partisipasi untuk terlbat
banyak. Biasanya perusahaan akan meminta seseorang dari anggota komunitas
47
48
B. Tamam Achda, Op. cit., Hal. 8.
Bambang Rudito dan Melia Famiola, Op. cit., hal. 242.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
(misalnya ketua RT, atau orang yang berpengaruh) untuk mengumpulkan
tanda tangan dari berbagai orang yang dikenala oleh orang yang dihubungi
oleh perusahaan ini, tanda tangan tersebut biasanya menyatakan kesediaan
penduduk dan dukungan penduduk terhadap perusahaan. Orang suruhan
perusahaan tersebut biasanya diberi biaya cukup berikut juga dengan orangorang yang menandatangani kertas persetujuan yang bersangkutan.
2. Terapi (therapy)
partisipasi yang melibatkan anggota komunitas lokal, dan anggota komunitas
local memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan tetapi jawaban atas
anggota komunitas tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan tidak
ada pengaruh dalam usaha mempengaruhi keadaan. Bentuk ini seperti sebuah
dengar pendapat dengan mengumpulkan beberapa penduduk local untuk
saling Tanya jawab dengan perusahaan sedangkan pendapat dari penduduk
local sama sekali tidak dapat dipengaruhi kedudukan program perusahaan
yang sedang berjalan.
3. Konsultasi (consultation)
Bentuk partisipasi dimana anggota komunitas diberikan pendampingan dan
konsultasi oleh semua pihak (pemerintah dan perusahaan) sehingga
pandangan-pandanagan
diperhitungkan
dan
tetap
dilibatkan
dalam
menentukan keputusan. Dalam model ini wakil dari penduduk local, biasanya
adalah para pemuka adapt, agama, dan pemerintahan kampong diberikan hak
untuk menjelaskan pandangannya terhadap kondidi wilayahnya sendiri.
4. Penenangan (placation)
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Suatu bentuk partisipasi dngan materi, artinya anggota komunitas diberikan
insentif tertentu. Atau beberpa tokoh komunitas deberikan insentif tertentu
untuk kepentingan perusahaan atau pemerintah sehinnga tidak mewakilkan
komunitas secara keseluruhan. Dalam konteks ini para wakil penduduk lokal,
seperti para pemuka adat, agama, dan pemerintahan kampung diberikan
benda-benda materi sebagai hadiah dari perusahaan sehinnga para pemuka ini
segan berbicara untuk menentang program perusahaan.
5. Kerja sama (partnership)
Partisipasi fungsional dimana semua pihak mewujudkan keputusan bersama
(antara perusahaan, pemerintah, dan komunitas). Suatau bentuk partisipasi
yang melibatkan para pemuka komunitas dan atau ditambah dengan orangorang lainnya sebagai penduduk local, duduk berdampingan dengan wakil dari
pemerintah daerah, dalam hal ini bisa dari pihak kabupaten, kecamatan, dan
bahkan dinas terkait serta perusahaan secara bersama-sama merancang sebuah
program yang akan diterapkan pada komunitas.
6. Pendelegasian wewenang (delegated power)
Suatu bentuk partisipasi yang aktif, dimana anggota komunitas melakukan
perencanaan, implementasi dan monitoring. Dalam hal ini anggota komunitas
lokal diberikan keleluasaan untuk melaksanakan sebuah program dengan caa
ikut
memberikan
proposal
bagi
pelaksanaan
program
dan
bahkan
pengutamaan pembutan proposal adalah pada penduduk local sekitar
perusahaan tersebut berdiri, atau proyek, atau program yang akan diterapkan
tersebut ada.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
7. Pengawasan oleh komunitas (citizen control)
Dalam model ini sudah terbentuk independensi dari monitoring oleh
komunitas lokal terhadap perusahaan dan juga pemerintah. Monitoring yang
dilakukan oleh komunitas local biasanya adalah berupa pendapat yang biasa
diletakkan di pusat informasi bagi perusahaan, seperti public hearing center.
Telah terjadi pergesaran paradigma dalam mengembangkan komunitas
atau Community Development (CD) yang dilakukan sebuah perusahaan. Dahulu
program ini bersifat ad hoc, artinya hanya dilaksanakan pada waktu-waktu
tertentu dengan tujuan yang juga terbatas. Programnya pun bersifat charity,
memberikan pertolongan bagi yang membutuhkan yang dampaknya hanya terasa
dalam jangka waktu yang lebih pendek. Kesadaran untuk melakukan Community
Development (CD) pun masih kurang karena perusahaan menganggap program ini
semata-mata sebagai beban biaya. Pelaksanaan aktivitas lebih didasarkan karena
adanya
dorongan
factor-faktor
eksternal,
seperti
program
Community
Development (CD) karena memperingati peristiwa sejarah tertentu atau karena
telah terjadi bencana di suatu wilayah. 49
Tujuan pelaksanaan Community Development (CD) menurut B. Tamam
Achda, antara lain adalah: 50
1. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menemukan alternatif ekonomi
dalam jangka panjang;
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik dalam dimensi ekonomi,
sosial, maupun budaya;
49
50
A. B. Susanto, Op. cit., hal. 66.
B. Tamam Achda, Op. cit., hal. 8.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
3. Memperkuat kelembagaan lokal yang mampu mempelopori tumbuhnya
prakarsa-prakarsa lokal;
4. Meningkatkan kemandirian masyrakat, baik dalam bidang politik, ekonomi
maupun budaya.
B. Bentuk dan Realisasi CSR PT. INALUM Terhadap Masyarakat dan
Lingkungan Sekitar Perusahaan.
Salah satu misi PT. INALUM adalah “Menciptakan manfaat bagi semua
pihak berkepentingan (stakeholders) melalui produk aluminium ingot yang
berkualitas tinggi dan produk-produk terkait serta mampu bersaing di pasar
global”. PT. INALUM mempunyai nilai yaitu: ”Dengan mengoperasikan pabrik
peleburan aluminium dan pembangkit listrik tenaga air untuk menciptakan
manfaat bagi semua pihak berkepentingan (stakeholders), kami bekerja keras
untuk melestarikan lingkungan dan yakin bahwa komitmen kami kepada
Masyarakat dan ekonomi sekitar adalah hal yang paling mendasar untuk mencapai
misi kami”. 51
Bentuk-bentuk dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT. INALUM
terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan berupa bidang: 52
1. Pendidikan
2. Pemberdayaan Mayarakat
3. Agama
51
52
Materi PKL/Riset Di PT.INALUM
Summary Budget For CSR Program, Inalum smelting Plant (ISP) PT. INALUM
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
4. Olah Raga dan Budaya
Berikut
program-program
yang
direalisasikan
oleh
bidang-bidang
Corporate Social Responsibility (CSR) PT.INALUM: 53
1. Bidang Pendidikan, berupa program-program:
a. Bantuan Pendidikan
Bantuan ini berupa mendirikan dan memberikan bangunan sekolah
ditingkat TK, Sekolah Dasar (SD), SMP, SMA di sekitar lingkungan
perusahaan.
b. Bea Siswa
Pemberian bantuan keuangan keuangan kepada siswa/i dan mahasiswa/I
yang berprestasi berupa uang sebesar Rp. 750.000,00 / semester bagi yang
mendapat ranking 1 s/d 3 dan IP >3,25. beasiswa ini di berikan kepada
anak karyawan dan non karyawan yang sekolahnya berada disekitar
perusahaan.
c. Tabanas
Program ini hampir sama dengan program bea siswa, namun tabanas ini di
berikan kepada siswa/i dan mahasiswa/i yang tidak mampu ekonominya.
d. Bantuan ke Universitas
Berupa bantuan seperti computer, laptop, in focus, dan alat-alat elektronika
serta teknik kepada beberapa universitas di Sumatera Utara.
e. Praktek Kerja Lapangan
53
Ibid.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Program menerima mahasiswa/i yang akan melakukan studi berupa PKL di
pabrik peleburan aluminium.
f. Pelatihan Guru
g. Alat Bantu Sekolah
h. Bantuan Ensiklopedia
2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat, berupa program-program:
a.
Fasilitas Umum
Berupa bantuan kepada pemerintah dan masyarakat yang akan
menggunakan fasiliats perusahaan seperti gedung serba guna dan sarana
transportasi.
b.
Industri RT
Program ini sama seperti home industry dimana perusahaan memberikan
bantuan pelatihan dan keterampilan kepada masyarakat untuk berusaha.
c.
Bantuan Irigasi
Program yang juga bekerjasama dengan dinas Pengerjaan Umum(PU)
berupa membangun dan memperbaiki sarana irigasi persawahan.
d.
Bantuan perikanan
Program memberikan bantuan penyuluhan dan pembibitan kepada
masyarkat yang memiliki usaha pembudidayaan perikanan.
e.
Pengobatan Gratis
f.
Pelatihan Keterampilan
Program ini diberikan kepada ibu-ibu rumah tangga yang ditangani oleh
RIKA (Rukun Ibu Karyawan INALUM).
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
g.
Bantuan Modal Bergilir
Program yang diberikan perusahaan untuk modal usaha dan ketika bantuan
ini dikembalikan maka akan disalurkan kembali kepada orang yang
embutuhkan modal.
3. Bidang Agama, berupa program-program:
a.
Donasi Bulanan
Berupa bantuan keuangan yang diberikan oleh perusahaan kepada mesjid
dan gereja setiap bulannya.
b. Idul Fitri dan Idul Adha
c.
Natal dan Paskah
d.
Pembangunan Mesjid dan Gereja
e.
Kegiatan Ramadhan
f.
Bantuan kepada anak Yatim Piatu
g.
Donasi ke Sekolah Agama
h.
Perbaikan Rumah Ibadah
4. Bidang Olah Raga dan Budaya, berupa program-program:
a.
Turnamen Sepak Bola Piala INALUM
b. Arung Jeram di Asahan
c.
Lomba Balap Sampan di Danau Toba
d.
Festival Budaya Melayu
e.
Sponsor Olah Raga
f.
Perlengkepan Olah Raga dan Bantuan Sekolah Sepak Bola
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Adapun realisasi kucuran dana yang dikeluarkam oleh PT. INALUM
untuk program-program Corporate Social Responsibility(CSR) setiap tahunnya
sebesar Rp.8 s/d 10 miliar. Dan persentase dari dana CSR itu untuk tiap bidang
CSR berbeda satu bidang dengan bidang yang lain serta dibidang tersebut dibagi
lagi ke program-programnya. Berikut persentase dari dana CSR PT. INALUM
setiap tahunnya: 54
1. Bidang pendidikan mendapatkan 45%.
2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat mendapatkan 25%.
3. Bidang Agama mendapatkan 20%.
4. Bidang Olah Raga dan Budaya 10%.
Agar lebih fokus pada sasaran, PT. INALUM dalam merealisasikan
program-program
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)-Nya
membuat
pembagian wilayah. Dasar pembagian wilayah ini berdasarkan kedekatan kegiatan
perusahaan dengan wilayah di sekitarnya. Dalam pembagian wilayah dibagi
kedalam dua kategori yaitu daerah dan pemerintah. Masing-masing kategori
dibagi kedalam empat ring. Berikut penjelasan dari kategori dan ring: 55
1. Kategori Daerah
a.
Ring I : Desa Kuala Tanjung, Perk. Sipare-pare, Kuala Indah,
Pematang Kuing, Pematang Jering, Sei Suka Deras, Simodong,
Lalang’ Pakam, Pakam Raya, Tanjung Harapan, Sipare-pare,
Kecamatan Sei Suka, Medang Deras, Air Putih. Daerah dimana
perusahaan berada dan bersebelahan.
54
55
Ibid.
Ibid.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
b. Ring II : Desa Sei Semujur, Tanjung Seri, Perk. Tanjung Kasau, Tanjung
Kasau, Laut Tador, Tanjung Parapat, Medang, Pamatang
Cengkring, Tanjung Sigoni, Sei Rakyat, Durian, Suka Ramai,
Aras, Tanjung Kubah, Indrapura, Pasar Lapan, Gambus Laut,
Kecamatan Sei Suka, Medang Deras, Air Putih, Lima Puluh.
Daerah ini berada diantara Kecamatan di Ring I.
c. Ring III : 37 desa, di Kecamatan Medang Deras, Air Putih, Lima Puluh.
Daerah ini penyebaran desanya diantara Kecamatan di Ring II.
d. Ring IV : Semua desa, Kecamatan Talawi, Sei Balai, Tanjung Tiram.
Daerah yang tidak termasuk di Ring I, II, III.
2. Kategori Pemerintah
a. Ring I : Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara. Lokasi dimana
PT.INALUM berada.
b. Ring II
: Kecamatan Medang Deras, Air Putih, Lima Puluh, Kabupaten
Batu Bara. Kecamatan yang berbatasan langsung dengan
Kecamatan di Ring I.
c. Ring III : Kecamatan Talawi, Sei Balai, Tanjung Tiram, Kabupaten Batu
Bara. Kecamatan lain yang sama berada di Kabupaten Batu
Bara. Dan Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Batu Bara.
d. Ring IV : 25 Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara.
Pelaksanaan dari program-program CSR PT. INALUM dilakukan oleh
departemen Public Relation(PR) Inalum Smelting Plant (ISP).
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
D. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
1. Terhadap Peusahaan
Community development merupakan bentuk perwujudan tanggung jawab
perusahaan (CSR). Keberadaan perusahaan idealnya bermanfaat untuk masyarakat
sekitar. Bahwa prinsip dasar CSR adalah pemberdayaan masyarakat setempat
yang notabene miskin agar terbebas dari kemiskinan. Selain pemberdayaan
masyarakat, dari sisi perusahaan, jelas agar operasional berjalan lancar tanpa
gannguan. Jika hubungan antara perusahaan dan masyarakat tidak mesra, bisa
dipastikan ada masalah. Pelaksanaan program CSR belum sepenuhnya diterima
oleh masyarakat. Itu sebabnya oleh minimnya perhatian perusahaan terhadap
pelaksanaan CSR. 56
Kontribusi
CSR
adalah
kontribusi
berkesinambungan
terhadap
pembangunan ekonomi berkelanjutan, yaitu bekerjasama dengan karyawan,
keluarga mereka, komunitas lokal, dan masyarakat luas untuk memperbaiki
kualitas hidup dengan cara-cara yang dapat diterima oleh bisnis dan juga
pembangunan itu sendiri adalah nilai dasar CSR. Kemiskinan yang sudah
menggelobal saat ini adalah masalah sosial yang menjadi target seluruh negara di
dunia untuk ditekan, bahkan dihapuskan dan tentunya dalam implementasi CSR
kontemporer yang dilakukan dunia usaha, dan sudah seharusnya dunia usaha
menyadari posisi mereka bagian dari masyarakat. 57
56
57
Hendrik Budi Untung, Op. cit., hal. 3.
Ibid., hal. 5.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Dalam abad informasi dan teknologi serta adanya desakan globalisasi,
maka tuntutan terhadap perusahaan untuk menjalankan CSR akan semakin besar.
Tidak menutup kemungkinan bahwa CSR menjadi kewajiban baru standar bisnis
yang harus dipenuhi seperti layaknya standar ISO. Diperkirakan pada akhir tahun
2008 mendatang akan diluncurkan ISO 26000 on Social Responsibility, sehingga
tuntutan dunia usaha menjadi semakin jelas akan pentingnya program CSR
dijalankan oleh perusahaan apabila menginginkan keberlanjutan dari perusahaan
tersebut. 58
Keuntungan yang dipetik perusahaan yang melakukan program CSR masih
berlangsung perdebatan antara yang menyatakan CSR hanya menambah beban
perusahaan dan yang meyakini kinerja sosial penting dan berhubungan positif
dengan keuntungan finansial. Pendapat tidak menguntungkan biasanya mengikuti
pendirian Milton Friedman atau, David Henderson, yang melabel CSR sebagai
misguided virtue atau kebaikan yang salah alamat. Friedman dan Henderson
berpendirian bahwa tanggung jawab berada di pundak individu, bukan
perusahaan. Sebaliknya kalangan yang melihat kekuasaan bisnis kini sudah sangat
besar, tidak setuju perusahaan tak dapat dimintai pertanggungjawaban terhadap
tindakan organisasinya. Kebijaksanaan universal menyetujui bahwa tanggung
jawab membesar bersamaan dengan kekuasaannya, sebab itu perusahaan tidak
lagi dapat mengelak. 59
58
Thimotius Lesmana, “Program Corporate Social Responsibility Yang Berkelanjutan”,
http://wordpress.com/, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Januari 2009.
59
http://www.csrindonesia.com/, terakhir kali diakses tanggal 1 Januari 2009.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Sejumlah besar penelitian telah membuktikan kinerja sosial dan kinerja
finansial perusahaan sungguh berkorelasi positif. Karenanya perdebatan mengenai
keuntungan menjalankan CSR sesungguhnya dapat dianggap sudah berakhir.
Penelitian Marc Orlitzky, Frank Schmidt, dan Sara Rynes pada 2003,
menggunakan data 52 penelitian sebelumnya dengan jumlah kasus 33.878
perusahaan yang merentang selama 30 tahun, merupakan bukti terkuat hingga saat
ini.Lembaga seperti World economic Forum (WEF) dan IMD menyusun Indeks
Daya Saing Internasional memang tidak memasukan kinerja korporat terkait
tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam kriteria penilaian daya saing suatu
negara. Faktor ini mungkin hanya dianggap sebagai unsur pendukung (back up
element). Namun beberapa kajian termasuk oleh ekonom terkemuka Michael
Porter menunjukan adanya korelasi positif antara profit dan CSR, atau tujuan
financial dan tujuan sosial perusahaan. Perusahaan yang mencatat laba tertinggi
adalah para pionir dalam CSR. Kalau pun ada yang membuktikan sebaliknya,
bahwa tidak ada kaitan erat antara kinerja sosial dengan kinerja financial
perusahaan, kesimpulannya hanya didasarkan pada kasus-kasus anekdotal
berskala kecil. 60
Konsumen sekarang juga tidak lagi bodoh dan semakin melek serta
bertanggung jawab dalam menentukan pilihan konsumsi mereka. Pertimbangan
teknis bukan lagi faktor terpenting dalam mengkonsumsi barang atau jasa,
tergusur oleh faktor kualitas “sosial”. Sebagai gambaran di Inggris tahun 2004,
nilai konsumsi masyarakat yang keputusannya didasarkan pada pertimbangan
60
Ibid.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
etika sosial perusahaan tak kurang dari $ 44 miliar dollar. Dua pertiga dari 25.000
konsumen di 23 negara yang disurvei The Mellenium Pol on Corporate Social
Responsibility
juga menyebutkan tanggung jawab perusahaan sebagai faktor
penting keputusan konsumen mereka. Dalam dunia di mana kesadaran konsumen
semakin tinggi perusahaan-perusahaan dipaksa untuk membenahi citra sosial
mereka. Namun sebagian lainnya muncul bukan karena dipaksa tapi karena
kesadaran. 61
Manfaat bagi perusahaan yang melakukan Corporate Social Responsibility
(CSR) dengan baik dan sepenuh hati menurut Yusuf Wibisono adalah: 62
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan
Perbuatan destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan. Begitupun
sebaliknya, kontribusi positif pasti akan menurunkan reputasi dan image
positif perusahaan untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan.
2. Layak mendapatkan social lincence to operate
Masyarakat sekitar perusahaan merupakan komunitas utama perusahaan.
Ketika mereka mendapatkan benefit dari keberadaan perusahaan, maka pasti
dengan sendirinya mereka ikut merasa memiliki perusahaan. Sehingga
imbalan yang diberikan perusahaan paling tidak adalah keleluasaan
perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya di wilayah tersebut. Jadi
program (CSR) diharapkan menjadi bagian dari asuransi sosial yang akan
menghasilkan harmoni dan tanggapan positif dari masyarakat terhadap
eksistensi perusahaan.
61
62
Hendrik Budi Untung, Op. cit., hal. 29.
Ibid.., hal. 6-7.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan
Mengelola
resiko
di
tengah
kompleksnya
permasalahan
perusahaan
merupakan hal yang esensial untuk suksesnya usaha. Perusahaan mesti
menyadari bahwa kegagalan untuk memenuhi ekspetasi stakeholder pasti akan
menjadi bom waktu yang dapat memicu resiko yang tidak diharapkan.
Misalnya,
disharmoni
dengan
stakeholder
hingga
pembatalan
atau
pemberhentian operasi, yang ujungnya akan merusak dan menurunkan
reputasi bahkan kinerja perusahaan. Bila hal itu terjadi, maka di samping
menanggung oportunity loss, perusahaan juga mesti mengeluarkan biaya yang
mungkin
justru
berlipat
besarnya
dibanding
biaya
untuk
mengimplementasikan Corporate Social Responsibility (CSR). Karena itu,
menempuh langkah antisipasif dan preventif melalui penerapan Corporate
Social Responsibility (CSR) merupakan upaya investasi yang dapat
menurunkan risiko bisnis perusahaan.
4. Melebarkan akses sumber daya.
Track record yang baik dalam pengelolaan Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu
untuk memuluskan jalan melaju sumber daya yang diperlukan perusahaan.
5. Membentangkan akses menuju market (pasar)
Investasi yang ditanamkan untuk program Corporate Social Responsibility
(CSR) ini dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang pasar yang
terbuka lebar. Termasuk di dalamnya akan memupuk loyalitas konsumen dan
menembus pangsa pasar yang baru. Sudah banyak bukti akan resistensi
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
konsumen terhadap produk-produk yang tidak complay (peduli) pada aturan
dan tidak tanggap terhadap isu sosial dan lingkungan.
6. Mereduksi biaya
Banyak contoh yang dapat menggambarkan keuntungan perusahaan yang
didapat dari penghematan biaya yang merupakan buah dari implementasi dari
enerapan program tanggung jawab sosialnya. Yang mudah dipahami adalah
upaya untuk mereduksi limbah melalui proses recycle (daur ulang) kedalam
siklus produksi. Di samping mereduksi biaya, proses ini tentu juga mereduksi
buangan ke luar sehinnga menjadi lebih aman.
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder
Implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) tentu akan
menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholders. Nuansa seperti itu
dapat membentangkan karpet merah bagi terbentuknya trust kepada
perusahaan.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator
Perusahaan yang menerapkan program Corporate social Responsibility (CSR)
pada dasarnya merupakan upaya untuk meringankan beban pemerintah
sebagai regulator. Sebab pemerintahlah yang menjadi penanggung jawab
utama untuk mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa
bantuan dari perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk
menangung beban tersebut.
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Kesejahteraan yang diberikan para pelaku Corporate social Responsibility
(CSR) umumnya sudah jauh melebihi standar normatif kewajiban yang
dibebankan kepada perusahaan. Oleh karenaya wajar bila karyawan menjadi
terpacu untuk meningkatkan kinerjanya. Di samping itu reputasi perusahaan
yang baik dimata stakeholders juga merupakan vitamin tersendiri bagi
karyawan untuk meningkatkan motivasi dalam berkarya.
10. Peluang mendapatkan penghargaan
Banyak
reward
yang
ditawarkan
bagi
penggiat
Corporate
Social
Responsibility (CSR). Sehinnga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan
mempunyai kans yang cukup tinggi.
Menurut A.B.Susanto, manfaat aktivitas Corporate Social Responsibility
(CSR) bagi perusahaan adalah: 63
a. Mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima
perusahaan.
b. Corporate Social Responsibility (CSR) dapat berfungsi sebagai pelindung dan
membantu perrusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu
krisis.
c. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan.
d. Corporate social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan secara konsisten
akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dan
stakeholdernya.
e. Meningkatkan penjualan.
63
A. B. Susanto, Op. cit., hal. 27-28.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
f. Mendapatkan insentif-insentif dan perlakuan khusus dari pemerintah, seperti
insentif pajak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Business for Social
Responsibility, adapun manfaat yang akan didapatkan oleh sutau perusahaan yang
mengimplementasikan CSR antara lain: 64
1. Peningkatan penjualan dan pangsa pasar (Increased sales and market share)
2. Memperkuat posisi nama atau merek dagang (Strenghened brand positioning).
3. Meningkatkan citra perusahaan (Enhanced corporate image clout)
4. Meningkatkan lemampuan untuk menarik, memotivasi, dan mempertahankan
pegawai (Increased ability to attract, motivate, and retain employees).
5. Menurunkan biaya operasi (decreasing operating cost).
6. Meningkatkan daya tarik bagi investor dan analisis keuangan (Increased
appeal to investors and financial analysts).
Manfaat perusahaan mempraktikan Corporate Social Responsibility(CSR)
yang baik yaitu manfaat yang pertama adalah merajut dan membangun reputasi
perusahaan (corporate reputation). Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi
para pelaku bisnis selain mendapati kenyataan bahwa perusahaannya memiliki
reputasi yang positif di mata masyarakat dan para pelanggannya. Manfaat yang
kedua yang dapat dipetik dari praktik Corporate Social Responsibility(CSR)
adalah tumbuhnya rasa kebanggaan (sense of pride) dari segenap karyawan
perusahaan tersebut. Sebuah kebanggaan bahwa perusahaan tempatnya bekerja
64
Bismar Nasution, “Aspek Hukum Tanggung Jawab Sosial”, Disampaikan pada
Semiloka Peran dan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Masyarakat Lokal Wilayah Operasional
Perusahaan Perspektif Hak Asasi Manusia, diselenggarakan oleh Komisi Hak Asasi Manusia,
diselengarakan oleh Komisi Hak Asasi Manusia, Riau:Pekanbaru tanggal 23 Februari 2008, hal. 8.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
tidak hanya digerakan oleh profit motif semata, namun juga didorong oleh
keinginan untuk mempersembahkan something beyond just money. Sebuah
kebanggaan bahwa perusahaannya juga ikut berikhtiar untuk meringankan beban
saudara-saudaranya yang diderita kemalangan. Dan rasa bangga akan kiprah
perusahaan ini dalam jangka panjang akan mampu melentikkan spirit dan dedikasi
para karyawan untuk juga mempersembahkan yang terbaik. 65
CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk
menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek
produk (loyalitas) atau citra perusahaan.
Kedua hal tersebut akan menjadi
keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing.
Di
lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk
berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku
konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses
yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu
ekosistem yang menguntungkan semua pihak (true win win situation) - konsumen
mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan
profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat
secara tidak langsung. 66
Bagi PT.INALUM sendiri manfaat dari program-program Corporate
Social Responsibility (CSR) sangat terasa, karena selama lebih dari 30 (tiga puluh)
tahun beroperasi, perusahaan telah mampu bertahan dan menciptakan harmonisasi
antara perusahaan dengan lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan. Hal ini
65
66
http://www.strategimanajemen.net/ terakhir kali diakses pada tanggal 1 Januari 2009.
Timothius Lesmana, Loc. cit.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
dapat dilihat dari tetap bertahannya perusahaan dan terjaganya lingkungan di
sekitar perusahaan sehingga tidak terjadi gejolak di masyarakat.
Bertambahnya produksi aluminium PT.INALUM yang pada tahun 2008
mencapai 5 (lima) juta ton menunjukan produktifitas perusahaan yang sebelumnya
pada tahun 2003 produksi aluminium baru mencapai 4 (empat) juta ton. Hal ini
dikarenakan berfungsi maksimalnya tungku pot produksi aluminium perusahaan
yang berjumlah 510 pot. 67
Lingkungan yang terjaga dari aktivitas perusahaan dimana dari lingkungan
yang sehat, masyarakat dan perusahaan menjadi baik sehinnga tidak terganggunya
kehidupan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari
keberhasilan PT.INALUM memperoleh sertifikat Sistem Lingkungan (ISO –
14001) pada tahun 1996 dan 2004 serta memperoleh Hasil Program Penilaan
Peringkat Perusahaan (PROPER) 2004-2005 Kementrian Negara Lingkungan
Hidup mendapat bendera biru yang berarti, perusahaan menilai praktik menjaga
lingkungan akan membawa dampak positif terhadap usahanya karena merupakan
bukan investasi, bukan biaya. 68
Tidak adanya gejolak di masyarakat sekitar perusahaan selama ini
menunjukan bahwa PT.INALUM telah mampu berkontribusi bagi masyrakat
melalui program-program CSR-Nya dan image perusahaan dimata masyarakat
baik di daerah Kabupaten Batubara serta Sumatera Utara secara keseluruhan
positif.
67
68
Inalum Public Relations (IPR)
Ibid
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
2. Terhadap Pemerintah
Pembangunan suatu Negara bukan tanggung jawab pemerintah semata,
namun komponen-komponen yang lain di Negara tersebut harus memberikan
kontribusi yang maksimal bagi kesejahteraan masyarakat dan menjaga
kesinambungan lingkungan hidup. Berikut manfaat CSR bagi pemerintah:
a. membantu Pemerintah dalam pembangunan.
b. Membantu pemerintah dalam hal peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat.
c. Membantu pemerintah menjaga stabilitas keamanan Negara dan investasi.
d. Membantu pemerintah dalam menjaga lingkungan yang berkelanjutan.
3. Terhadap Masyarakat
Masyarakat yang juga merupakan salah satu stakeholders perusahaan juga
mempunyai hak dan kewajiban didalam suatu perusahaan. Salah satunya ialah
kelangsungan hidup dari beroperasinya suatu perusahaan di lingkungannya.
Berikut manfaat CSR terhadap masyarakat:
a. meningkatkan kesejahteraan dan menjauhkan dari kemiskinan.
b. memberdayakan masyarakat kearah yang lebih tinggi kualitas hidupnya.
c. Mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan yang baru.
d. Terjadinya harmonisasi antara masyarakat dan perusahaan.
e. Berlanjutanya kelangsungan hidup masyarakat akibat lingkungan yang sehat.
Adapun manfaat program-program Corporate Social Responsibility (CSR)
PT. INALUM bagi Pemerintah dan masyarakat di sekitar perusahaan adalah:
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
1. membantu Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam proses pembangunan
daerah, seperti yang dilakukan oleh PT.INALUM berupa bantuan pembuatan
irigasi pertanian di Kuala Tanjung.
2. meningkatnya kekhusukan masyarakat di sekitar perusahaan dalam beribadah
karena PT.INALUM membantu membangun sarana dan prasarana tempat
ibadah mesjid dan gereja.
3. meningkatnya kualitas hidup masyarakat berupa kesehatan diri dan
lingkungan karena PT.INALUM memberi bantuan pengobatan gratis dan
bantuan sarana air bersih berupa sumur bor artesis.
4. meningkatnya sarana dan prasarana perekonomian daerah dan masyarakat
karena PT.INALUM memberikan bantuan rehabilitasi sarana jalan dan Pasar
Kebon Kopi.
BAB III
PENGAWASAN IMLEMENTASI CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) DI PT. INALUM
A. Gambaran Umum PT. INALUM
Pada tahun 1908 timbul gagasan untuk memanfaatkan Danau Toba sebagai
salah satu pengelolahan tenaga air, karena Danau Toba merupakan danau yang
terbesar di Indonesia diman letak dan tinggi dan ruang akumulasinya yang besar,
maka ideal sekali kemungkinan pengolahan tenaga air. Selanjutnya pada tahun
1919 pemerintah Hindia Belanda mengadakan studi kelayakan mengenai proyek
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
ini. Pada tahu 1939, perusahaan Belanda Maatschappij Tot Exploitatie Van de
Waterkracht in de Asahan River (MEWA) memulai pembangunan PLTA
Siguragura, tetapi dengan pecahnya Perang Dunia II usaha tersebut tidak dapat
diteruskan. 69
Usaha untuk mendayagunakan Sungai Asahan, satu-satunya sungai yang
mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka sudah dilakukan berulang-ulang,
selama dan sesudah pendudukan Jepang. 70
Pada tahun 1962 Pemerintah Indonesia dan Rusia (USSR) menandatangani
suatu perjanjian kerjasama untuk mengadakan studi kelayakan tentang
pembangunan proyek Asahan. Tetapi kondisi politik serta situasi ekonomi yang
kurang menguntungkan pada tahun 1966 telah menyebabkan proyek ini gagal. 71
Selanjutnya pada tahun 1968, Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan
Jepang menyerhakan laporan kelayakan interim tentang proyek aluminium
Asahan di Sumatera Utara dan disusul dengan laporan mengenai “Power
Development project” serta tahun 1970 dilanjutkan penandatanganan perjanjian
antara Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) dengan Nippoi
Koei untuk engineering service tentang perencanaan dan penyelidikan secara
terperinci untuk proyek PLTA nomor 2 dari Pengembangan Pembangunan
Asahan, laporan akhir diserahkan pada tahun 1972. Laporan tersebut menyatakan
bahwa PLTA Asahan layak dibangun dengan sebuah peleburan aluminium
sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan. Bersamaan dengan penelitian
Nippoi Koei, kelompok peleburan aluminium Jepang yang bekerjasama dengan
69
Buku 25 Tahun PT.INALUM
Ibid
71
Ibid
70
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Tokyo Electric Power Company mengadakan studi mereka sendiri tentang
kemungkinan
pembangunan
sebuah
pabrik
peleburan
aluminium
yang
menggunakan tenaga listrik tenaga air asahan. 72
Dalam tahun 1972, pemerintah Indonesia menyelenggarakan suatu
pelelangan untuk pembangunan pabrik peleburan aluminium dan PLTA sebagai
satu paket penanaman modal asing. Perusahaan-perusahaan aluminium dari
Jepang, USA, Kanada, Jerman Barat, Prancis, Italy, Swiss, Belanda dan Australia
diundang untuk ikut tender. Namun, ketika tender tersebut ditutup pada tahun
1973, tidak satupun diantara mereka yang menyerhakan penawarannya karena
proyek ini membutuhkan suatu investasi yang besar sekali, dimana mereka
menemui kesulitan dalam mengumpulkan dana. Setelah melalui perundinganperundingan yang panjang, kelompok perusahaan Jepang yang terdiri dari 12
perusahaan yang dipimpin oleh Sumitomo Chemical akhirnya mencapai suatu
kesepakatan dengan pemerintah Indonesia untuk membangun proyek raksasa ini.
Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, di tandatanaganilah “Perjanjian Induk”
antara Pemerintah Republik Indonesia dan para penanam modal Jepang tersebut
untuk membangun PLTA dan pabrik peleburan aluminium asahan. Ke 12
perusahaan penanam modal Jepang ini membentuk sebuah wadah perusahaan
permodalan di Tokyo dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co.,Ltd.,pada
bulan Nopember 1975. 73
Untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian Proyek Asahan ini,
maka pada tanggal 6 Januari 1976 di Jakarta didirikanlah PT. Indonesia Asahan
72
73
Ibid
Ibid
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Aluminium (INALUM), suatu perusahaan patungan antara pemerintah Republik
Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co.,Ltd. 74
Untuk menyelanggarakan pembinaan, perluasan dan pengawasan atas
pelaksanaan
pembangunan
proyek
ini,
pemerintah
Republik
Indonesia
mengeluarkan KEPPRES No. 5 Tahun 1976 tentang Pembentukan Badan
Pembina Proyek Asahan dan Otorita Pengembangan Proyek Asahan. 75
Pada tanggal 20 Januari 1982, Presiden Soeharto yang datang bersama
pejabat tinggi pemerintahan, meresmikan operasi tahap pertama pabrik peleburan
aluminium PT.INALUM di Kuala Tanjung dan menyebutkan proyek ini sebagai
“impian menjadi kenyataan”. Pada tanggal 14 Oktober 1982 dilakukan ekspor
perdana produksi PT. INALUM ke Jepang dan Indonesia pun menjadi salah satu
negara pengekspor aluminium batangan di dunia. 76
PT Indonesia Asahan Aluminium dalam masa pembangunan lebih dikenal
dengan nama proyek Asahan pada garis besarnya terdiri dari Pembangkit Listrik
Tenaga air (PLTA) sepanjang hulu sungai Asahan dan Pabrik Peleburan
Aluminium di Kuala Tanjung beserta prasarana yang di perlukan untuk ke daerah
proyek seperti, jalan, perumahan karyawan, sekolah, dan lain-lain. 77
Pabrik peleburan Aluminium yang dibangun diatas areal seluas 200 ha,
berlokasi menghadap Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung, Kabupaten
74
Ibid
Ibid
76
Ibid
77
Ibid
75
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Batubara. Pabrik peleburan aluminium terdiri dari bagian-bagian sebagai
berikut: 78
1. Bagian Tungku Reduksi
Unit tungku reduksi terdiri dari 3 gedung, masing-masing berukuran panjang
640 meter dan lebar 50 meter. Dalam masing-masing gedung dipasang 170
tungku tipe anoda panggang 175.000 amp dengan kapasitas produksi 75.000
ton aluminium tiap tahun, 510 tungku terpasang denagan kapasitas produksi
keseluruhan 225.000 ton aluminium setiap tahun.
2. Gedung karbon
Gedung karbon yang memproduksi blok-blok karbon anoda yang akan
digunakan pada tungku-tungku reduksi terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian
karbon mentah, bagian pemanggang anoda dan bagian penangkaian.
3. Bagian Penuangan
Aluminium cair yang diisap daritungku reduksi diangkat bagian penuangan
dimana aluminium cair setelah dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku
penampungan, dibentuk menjadi ingot-ingot aluminium yang berat masingmasing 50 LB (22,7kg), yang merupakan produksi PT. INALUM yang siap
untuk diekspor kesejumlah Negara.
Perusahaan PT. INALUM ini merupakan perusahaan Perseroan Terbatas
yang bergerak dalam bidang industri aluminium dan tenaga listrik, yang
berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta. Pabrik peleburan aluminiumnya di
78
Ibid
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Kuala Tanjung Kabupaten Batubara dan PLTA-nya berada di Paritohan
Kabupaten Toba Samosir. 79
Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT.INALUM
79
Materi PKL/Riset PT.INALUM.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
B. Model Pengawasan Implementasi CSR PT. INALUM
1. Secara Internal Oleh Perusahaan
Kegiatan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) di
PT. INALUM dilaksanakan oleh Departeman Public Relation (PR) yang berada di
Inalum Smelting Plant (ISP). Hasil dari setiap pelaksanaan program-program
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan oleh Departemen
Public Relation (PR) dilaporkan ke divisi Inalum General Affairs and Human
Resources (IGH) yang dipimpin oleh Deputy General Manager (DGM). 80
Deputy General Manager IGH kemudian membuat laporan kepada
Direktur General Affairs & Human Resources tentang pelaksanaan programprogram Corporate Social Responsibility (CSR). Laporan tersebut oleh direktur
dibawa ke pada President Direktur untuk menjadi salah satu laporan tahunan yang
akan disampaikan Dewan Direksi di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pengawasan kegiatan perusahaan dilakukan oleh Dewan Komisaris,
dimana hal ini sudah diatur didalam UU No. 40 tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas Pasal 108 ayat (1):”Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai
Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi”.
Jadi, pengawasan pelaksanaan Corporate social responsibility (CSR) di
PT. INALUM dilakukan oleh divisi terkait yang membawahi departemen yang
melaksanakan CSR yaitu divisi General Affairs & Human Resources dan juga
Dewan Direksi yang mengawasi kebijakan pengurusan dan jalannya pengurusan.
80
Inalum Smelting Plant(ISP), Divisi General Affairs & Human Resources PT.INALUM
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Serta Dewan Komisaris juga menelaah laporan tahunan yang dibuat oleh Dewan
Direksi yang salah satu laporan tahunannya berisi tentang pelaksanaan CSR.
2. Secara Eksternal Oleh Pemerintah dan Masyarakat
Pengawasan terhadap kegiatan CSR yang dilakukan oleh Pemerintah
terutama pemerintah setempat dimana perusahaan PT. INALUM beroperasi tidak
ada. Hal ini diakui oleh Camat Sei suka yaitu Zulhendri, SH. Dimana beliau
mengatakan “bahwa PT. INALUM dalam melaksanakan program-program CSRnya hanya memberitahukan kepada Lurah dimana program tersebut dilaksanakan
dan lurah tersebut melaporkan ke Kecamatan, dan ini dikarenakan tidak adanya
aturan hukum yang jelas”. 81
Masyarakat yang merupakan salah satu stakeholder sudah melakukan
pengawasan secara tidak langsung, dimana dari penelitian penulis di lapangan
bahwa setiap kegiatan CSR masyarakat dilibatkan didalamnya. Jadi, secara tidak
langsung masyarakat bisa mengawasi kegiatan program-progaram CSR yang
dilakukan oleh PT. INALUM.
C. Peraturan Pengawasan Implementasi CSR
Program Coorporate Social Responsibility (CSR) perusahaan di Indonesia
belum efektif atau tepat sasaran karena program yang dijalankan tidak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Selain itu, program juga tidak sinkron
dengan kebijakan pemerintah daerah. Akibatnya dana CSR perusahaan yang
81
Hasil wawancara dengan Zulhendri, SH (Camat Sei Suka) di kantor Camat Sei Suka
pada tanggal 21 Januari 2009.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
dialokasikan untuk pengembangan masyarakat tidak berjalan dengan baik. Tidak
efektifnya program CSR karena tidak adanya pengawasan dan evaluasi yang
dilakukan oleh pemerintah dan stake holder. Selain itu, juga karena ketidaktahuan
suatu perusahaan terhadap kebutuhan sosial masyarakat setempat. Padahal,
anggaran yang dialokasikan cukup besar. 82
PT. INALUM sebagai salah satu perusahaan besar di Propinsi Sumatera
Utara yang sudah menerapkan Good Corporate Governance melakukan
pengawasan secara internal terhadap kegiatan CSR yang dilakukan oleh divisi
General Affairs & Human Resources yang kemudian membuat laporan ke
President Direktur dan kemudian dilaporkan kepada Dewan Komisaris Di Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
Padahal menurut Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas pada Bab IV bagian kedua tentang Laporan Tahunan tepatnya di Pasal
66 ayat (2) huruf A, dimana Direksi dalam menyampaikan Laporan Tahunan ke
RUPS harus memuat tentang:” laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan”. Dan pada Pasal 66 ayat (1):” Direksi menyampaikan laporan
tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka
waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir”.
Adapun tugas dari Dewan Komisaris menurut Pasal 108 ayat (1) UU No.40
tentang PT: “Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurus,
jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha
Perseroan memberikan nasihat kepada direksi”.
82
http://www.mediaindonesia.com, terakhir kali diakses pada tanggal 20 Januari 2009.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Lingkungan
Hidup, Pasal 22 ayat:
(1) Menteri melakukan pengawasan terhadap penaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.
(2) Untuk melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri
dapat menetapkan pejabat yang berwenang melakukan pengawasan.
(3) Dalam hal wewenang pengawasan diserahkan kepada Pemerintah Daerah,
Kepala Daerah menetapkan pejabat yang berwenang melakukan pengawasan.
Jadi, dari uraian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya pengawasan
implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) sudah ada aturan hukumnya,
yaitu Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup. Namun belum
memberikan kepastian, karena diperlukan peraturan pelaksananya seperti
Peraturan Pemerintah (PP) atau Peraturan Menteri (Permen) terkait. Baik
pengawasan yang dilakukan secara internal perusahaan yang dilakukan oleh
pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi dimana hal ini merupakan
penerapan dari prinsip-prinsip good corporate governance yaitu prinsip
akuntabilitas dan responsibility. Dan juga pengawasan secara eksternal yang
dilakukan oleh pemerintah yang dilaksanakan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup yang juga dapat di delegasikan kepada Pemerintah Daerah.
D. Hambatan Pengawasan implementasi CSR Pada PT. INALUM
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Hambatan
terhadap
pengawasan
implementasi
Corporate
Social
Responsibility (CSR) PT. INALUM yang dilakukan secara internal oleh
perusahaan sendiri menurut penulis yang telah melakukan penelitian langsung di
PT. INALUM tidak ada masalah, sebab perusahaan telah melakukan program ini
dan pengawasannya sebelum ada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yang melegalitaskan CSR. PT. INALUM sendiri ternyata
sudah siap dengan diadopsinya CSR di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007, dan merupakan salah satu wujud dari Good Corporate Governance.
Sedangkan bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah, melakukan
pengawasan sangat sulit sebab tidak ada aturan hukum yang jelas bagaimana
pemerintah daerah harus mengawasi dan teknisnya bagaimana juga tidak tahu.
Bagi masyrakat sendiri tidak ada masalah sepanjang masyarakat selalu dilibatkan
dalam program-program CSR.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
BAB IV
SANKSI AKIBAT TIDAK DIIMPLEMENTASIKAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
A. Sanksi dan Hubungannya CSR Dengan Good Corporate Governance
Dalam melakukan usahanya perusahaan tidak hanya mempunyai
kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun juga kewajiban yang bersifat
etis. Etika bisnis juga merupakan tuntunan prilaku bagi dunia usaha untuk bisa
membedaakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana
yang tidak boleh. Untuk itulah diperlikan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance) agar prilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang
bisa dirujuk. 83
Komite Cadburu 84 mendefenisikan corporate governance sebagai: 85
Sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan,
agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang
diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya
dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaita dengan
peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemeganga saham, dan
sebagainya.
83
Yusuf Wibisono, Op. cit., hal. 9.
Lembaga yang dibentuk oleh Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun
1992 yang bertugas untuk menyusun corporate governance code yang menjadi acuan di banyak
Negara.
85
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, “Penerapan Good Corporate Governance”,
(Depok: LKPMK FH UI, 2006), hal. 24-25.
84
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Menurut keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP117/M-MBU/2002, corporate governance adalah: 86
Suatau proses dari strukturyang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningktkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan nilai-nilai estetika.
Kendatipun sampai dengan sampai saat ini belum ada kata sepakat tentang
defenisi GCG. Intinya, GCG merupakan suatu system, dan seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama
dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan korporasi. Dalam arti luas mengatur hubungan seluruh
kepentingan stakeholders dapat dipenuhi secara proporsional. GCG dimaksud
untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut dan mencegah terjadinya kesalahankesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. 87
Penerapan GCG dalam jangka panjang mempunyai relevansi terhadap
kinerja atau performance suatu perusahaan karena prinsip-prinsip GCG
merupakan landasan bagi penyelenggaraan perusahaan. Prinsip-prinsip GCG
sangat
diperlukan
untuk
penyelenggaraan
perusahaan
yang
harus
mempertanggungjawabakan tindakan dan pekerjaannya kepada publik dan
perusahaannya. Akuntabilitas seagai persyaratan yang mendasar untuk mencegah
penyalahgunaan wewenang yang didelegasikan dan menjamin kewenangan
diarahkan pada pencapaian tujuantujuan perusahaa dengan yang diharapkan
86
87
Ibid.
Yusuf Wibisono, Op. cit., hal. 10.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
sehingga nilai akhir (ultimate value) dan penerapan GCG adalah meningkatkan
kinerja
(high
performance)
serta
membaiknya
citra
perusahaan
(good
corporateimage). 88
Adapun tujuan penerapan Good Corporate Governance(GCG) adalah: 89
1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip
transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan keadilan
agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun
internasional.
2. Mendorong pengelolaan perusahaan secara professional, transparan dan
efisien,
serta memberdayakan fungsi dan kemandirian pengelola perusahaan.
3. Mendorong agar pengelolaan perusahaan dalam membuat keputusan dan
menjalani tindakan dilandasi nilai moral yang tinngi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya
tanggung jawab social perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian
linkungan disekitar perusahaan.
4. Meningatkan kontribusi perusahaan dalam perekonomian nasional.
5. Meningkatkan iklim investasi.
Terdapat lima prinsip GCG yang dapat dijadikan pedoman bagi para
pelaku bisnis, yaitu: 90
1. Transparancy (keterbukaan informasi)
88
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Op. cit., hal. 83.
Ibid.
90
Yusuf Wibisono, Op. cit., hal. 11-12.
89
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Daam
mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi
yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholdernya.
2. Accountability (Akuntabilitas)
Yang dimaksud akuntabilitas dalah adnya kejelasan fungsi, sturuktur, system,
dan pertanggung jawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan
secara efektif, maka aka ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban, dan
wewenang serat tanggungjawab antara pemegang saham, dewan komisaris dab
dewan direksi.
3. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Bentuk pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya adalah masalah pajak, hubungan
industrial, kesehatan da keselamatan kerja, perlindungan linkungan hidup,
memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan
sebagainya. Dengan menerapakan prinsip ini, diharapakan akan lenyadarkan
perusahaan
bahwa
dalam
kegiatan
operasionalnya,
perusahaan
juga
mempunyai peran untuk bertanngung jawab selain keada ahareholder juga
kepada stakeholders-nya.
4. Independency (Kemandirian)
Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara propesional
tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak
stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan
fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan
memberikan jaminan perlakuan yang adil diantara beragam kepentingan
dalam perusahaan.
Dalam menerapkan prinsip GCG ini maka organ perusahaan memiliki
peranan yang sangat menentukan yaitu: 91
1. Pemegang Saham/Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
2. Dewan Komisaris, dan
3. Dewan Direksi.
Sedangkan organ pendukung perusahaan terdiri dari: 92
1. Satuan Pengawas Intern (SPI),
2. Auditor Ekstern.
Selanjutnya stakeholders perusahaan terdiri dari: 93
1. Konsumen,
2. Mitra Kerja,
3. Karyawan,
4. Pemerintah,
5. Masyarakat sekitar,
6. Pedoman dan Acuan.
Mencermati prinsip-prinsip GCG diatas, rasanaya tidak sulit mencari
benang merah hubungan antara GCG dengan CSR. Prinsip responsibility
91
Ibid.
Ibid.
93
Ibid.
92
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
merupakan prinsip yang mempunyai kekerabatan paling dekat dengan CSR.
Dalam penerapan prinsip ini, penekanan yang signifikan diberikan kepada
stakeholders perusahaan. Melalai penerapan prinsip ini diharapakn perusahaan
dapat menyadari bahwa dalam kegiatan operasinalnya serinkali dia menghasilkan
dampak eksternal yang harus ditanngung aleh stakeholders. Karena itu, wajar bila
perusahaan juga memperhatikan kepentingan dan nilai tambah bagi stakeholdernya. 94
Prinsip responsibility ini mengarahkan perusahaan untuk senantiasa taat
terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang ada di suatu negara.
Faktor ini menunjukan bahwa di masa kini perusahaan merupakan suatu badan
hukum, sanksi yang sering diberikan kapada perusahaan yang melanggar hukum
berupa sanksi administrasi dan sanksi denda. Itupun belum termasuk
kemungkinan adanya tuntutan ganti rugi akibat perbuatan melawan hukum atau
torts. 95
Pengenaan sanksi tersebut dapat memiliki berbagai implikasi buruk, antara
lain: 96
1. Menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi keadaan financial perusahaan,
terutama jika dikenai sanksi denda ataupun kalah dalam gugatan perbuatan
melawan hukum, mengingat besarnya denda ataupun tuntutan sudah mencapai
angka yang sangat besar.
2. Merusak nama baik perusahaan, sehingga perusahaan tersebut akan
ditinngalkan oleh para konsumennya. Padahal dalam bisnis, kepercayaan
94
Yusuf Wibisono, Loc. cit.
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Op.cit., hal. 89.
96
Ibid.
95
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
konsumen dan mitra bisnis merupakan hal utama yang harus dipertahankan
oleh perusahaan.
3. Belum lagi kemungkinan bahwa perusahaan dapat dicabut izin usahanya, yang
mana berarti bahwa perusahaan tidak dapat beroperasi lagi, dan akan banyak
pihak yang dirugikan akibat hal tersebut.
Untuk mencegah semua kemungkinan buruk tersebut, implementasi
prinsip responsibility harus secepatnya dijalankan. Perusahaan yang baik tidak
sekedar menjalankan kegiataanya dengan efektif dan efisien, tetapi juga taat
hukum.
Jika
perusahaan
mencari
keuntungan
sebesar-besarnya
dengan
menghalalkan berbagai cara, tentunya hal itu akan menimbulkan masalah.
Sebagaimana dikatakan oleh Robert Monks dalam bukunya The Emperor’s
Nightingale, perusahaan-perusahaan yang ada mulai menunjukan bahaya pada
saat ia tidak lagi menjalankan prinsip responsibilits tersebut itu. Hal ini
digambarkan dengan pernyataan bahwa perusahaan memiliki 4 bahaya: 97
1. The quest for unlimited life
2. The quest for unlimited size
3. The quest for unlimited power
4. The quest for unlimited license
Empat bahaya di atas menunjukan bagaimana perusahaan berubah menjadi
badan yang eksis sekedar untuk mengeruk keuntungan tanpa memedulikan
bagaiman efek kegiatannya terhadap masyarakat dan pihak-pihak lain yang
terkait. Jika prinsip responsibilitas tidak juga dikembangkan, yang terjadi adalah
97
Ibid., hal. 90.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
kerugian di mana-mana. Kini, dengan adanay berbagai peratuaran perundangundanagan, tentunya gerak gerik perusahaan menjadi lebih terbatas, sehingga
tidaka dapat berjalan dengan semaunya. 98
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa penerapan CSR merupakan
salah satu bentuk implementasi dari konsep GCG. Sebagai entitas bisnis yang
bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungannnya, perusahaan memang
mesti bertindak sebagai good citizen yang merupakan tuntutan dari good business
ethics. 99
B. Sanksi Dari Pemerintah
Di dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tantang Perseroan Terbatas
di Bab V tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, Pasal 74 Ayat (3) yang
berbunyi: “Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan”. Dan di penjelasannya mengenai Pasal 74 ayat (3) ini adalah: ”yang
dimaksud dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang terkait”. 100
Di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal Pasal 15 huruf b:”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan”. Sanksi dari tidak dilaksanakannya tanggung
98
Ibid.
Yusuf Wibisono, Op. cit., hal. 13.
100
Sentosa Sembiring, “Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas Disertai dengan Pembahasan Singkat”, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), hal. 16-17.
99
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
jawab sosial perusahaan ini juga diatur di Pasal 34 ayat (1): ”Badan usaha atau
usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
Ayat (2):”sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
instansi atau lembaga yang berwenang sesuai denagan ketentuan peraturan
perundang-undangan”. Ayat (3):”selain dikenai sanksi administratif, badan usaha
atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan”.
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, Pasal 5
ayat (1):”Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat”. Dengan diaturnya hak atas lingkungan dalam perundangundangan nasional maka sebagai konsekuensinya adalah hak tersebut memberikan
kepada yang mempunyai suatu tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya
akan suatu lingkungan hidup yang baik dan sehat dihormati,suatu tuntutan yag
dapat didukung oleh prosedur hokum oleh pengadilan dan perangkat lainnya.
Menurut Heinhard Steiger C.S tuntutan itu mempunyai dua fungsi. Pertama, The
Function of Defense, adalah hak membela diri terhadap gannguan luar yang
merugikan lingkungan terdapat dalam UU No.23 tahun 1997 Pasal 20 ayat
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
(1):”Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan
limbah ke media lingkungan hidup”. Kedua, The Function of performance adalah
hak menuntut dilakukannya suatu tindakan agar lingkungan dapat dilestarikan,
dipulihkan atau diperbaiki, terdapat dalam Pasal 20 ayat (3):”Kewenangan
menerbitkan atau menolak permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berada pada Menteri”. Kedua fungsi tersebut kemudian diakomodasi dalam Pasal
34 ayat (1):” Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau
lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu”, dan ayat (2):”Selain
pembebanan untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas setiap hari
keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu tersebut”. Dari uraian ini, tampak
undang-undang mengamanatkan untuk perusahaan dapat mengimplementasikan
tanggung jawab sosialnya. 101
Jadi,
penyelesaian masalah lingkungan melalui instrument hukum
administrasi bertujuan agar perbuatan atau pengabaian yang melanngar hukum
atau tidak memenuhi persyaratan, berhenti atau mengembalikan kepada keadaan
semula. Oleh karena itu fokus dari sanksi administrasi adalah perbuatannya,
sedangkan sanksi dari hukum pidana adalah orangnya. Selain itu, sanksi hukum
101
Hendrik Budi Untung, Op. cit., hal 20-21.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
pidana tidak hanya di tujukan kepada pembuat, tetapi juga kepada mereka yang
potensial menjadi pembuat pelanggaran. 102
Namun demikian dalam konsep hukum administrasi, terdiri atas (4)empat
sanksi hukum administrasi yang terdiri atas: 103
1. Paksaan pemerintah(Administratif)
Sebelum diaturnya paksaan Pemerintah (administratif) secara limitative dalam
hokum lingkungan UU Nomor 23 Tahun 1997, maka paksaan pemerintah ini
telah diatur dalam Pasal 14 Hinder Ordonantie yang mennyatakan bahwa
“…,pejabat yang tersebut pada awal pasal ini (dewan harian atau dewan
otonomi, walikota, kepala pemerintahan setempat) berkuasa akan hal itu, …”.
Berangkat dari ketentuan dalam Pasal 14 Hinder Ordonantie di atas. A.
Hamzah mengatakan bahwa:
Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik mengenai sanksi berupa paksaan
administratif atau yang dikenal di dalam undang-undang pemerintahan di
daerah sebagai “paksaan pemeliharaan hukum” ini ialah, bahwa sanksi ini
tidak melalui pengadilan. Paksaan pemeliharaan hukum ini adalah tindakan
pemerintah yang bersifat polisionel.
Sejalan dengan sanksi paksaan pemerintah atau administrasi terhadap
pelanngaran lingkungan yang diatur dalam Hinder Ordonansi di atas, maka UU
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, telah mengatur dengan
tegas mengenai sanksi paksaan pemerintah atau administratif. Hal ini sesuai
Pasal 25 UU Nomor 23 Tahun 1997, dinyatakan bahwa:
102
103
Supriadi, “Hukum Lingkungan Di Indonesia” (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 270.
Ibid., hal. 273.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
“Gubernur
Kepala
Daerah
Provinsi
berwenang
melakukan
paksaan
pemerintahan terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanngaran, serta menanggulangi akibat
yang
ditimbulkan
oleh
sesuatu
pelanggaran,
melakukan
tindakan
penyelamatan, penanggulangan, dan/atau pemulihan atas beban biaya
penanggung jawab usaha dan/atau kerugian, kecuali ditentukan lain oleh
undang-undang”.
Menelaah dengan cermat ketentuan di atas, terdapat gambaran bahwa masalah
lingkungan yang timbul di daerah merupakan tanggung jawab Gubernur, dan
Gubernur mempunyai kewenangan secara hukum memberikan sanksi berupa
paksaaan pemerintahan terhadap pelanngaran tersebut. Oleh karena itu, apabila
pelanggaran terhadap lingkungan terjadi di daerah Kabupaten, maka paksaan
pemerintah dapat diserahkan oleh Gubernur kepada Bupati/Walikota berupa
peraturan daerah provinsi.
2. Penutupan Usaha
Penutupan usaha merupakan salah satu sanksi yang diberikan berdasarkan
instrument administrasi. Dalam UU Nomor 23 Tahun 1997 tidak dicantumkan
secara detail mengenai sanksi berupa penutupan usaha.
3. Uang Paksaan (Dwangsom)
Satu hal tidak dapat dipungkiri bahwa UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, belum lengkap mengatur secara detail
terhadapa tata cara penarikan uang paksaan terhadap pelanggaran lingkungan
hidup. Namun demikian, tata cara pemungutan uang paksaan tersebut tetap
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
mengacu kepada ketentuan hukum perdata yang berlaku, tetapi sebelum
pemungutan uang paksaan tersebut dilakukan, terlebih dahulu harus ada
perintah pembayaran yang harus dikeluarkan oleh pejabat administrasi
Negara. Filosofis yang melatarbelakangi pengenaan uang paksa ini adalah
sebagai
alternatif
(pengganti)
dari
paksaan
pemerintah
(bestuurdwang/coercive action) yang apabila secara sungguh-sungguh
dilaksanakan akan menimbulkan akibat yang serius dan tidak mudah dalam
menanggung bebannya bagi regulated community maupun pemerintah sendiri.
Apabila melihat filosofis dari dwangsom ini, pnerapan dwangsom tidak dapat
dilakukan secara bersamaan dengan paksaan pemerintah. Dwangsom hanya
pengganti (alternatif) dari paksaan pemerintah.
4. Penarikan Izin
Penarikan izin terhadap usaaha yang telah
melanggar izin yang telah
diberikan terhadap usahanya, dalam UU No 23 Tahun 1997 Pasal 27 ayat (1):
“Pelanggaran tertentu dapat dijatuhi sanksi berupa pencabutan izin usaha
dan/atau kegiatan”.
Gambar II:
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Sumber: Supriadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia Sebuah Pengantar, Jakarta:
Sinar Grafika, 1996.
Selain hal di atas, jika dipandang bahwa penerapan instrumen administrasi
akan melalui suatu prosedur yang sangat panjang., lebih baik untuk menerapkan
hukum pidana. Sebaliknya jika penerapan hukum pidana sangat sulit, maka
instrument administrasiflah yang diterapkan. Kecendrungan untuk memilih
penerapan hukum pidana juga jika mass media sudah mengupas secara luas,
apabila dalam berita itu ada tendensi pejabat administrasi terlibat. Sebaliknya jika
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
dikhawatirkan jaksa akan mengenyampingkan perkara tersebut berdasarkan asas
oportunitas, maka instrument administratiflah yang diterapkan. 104
Menurut de Bunt, tedapat beberapa rambu dalam memilih penerapan
instrument administratif atau instrumen hukum pidana atau kedua-duanya
sekaligus. kriteria itu adalah: 105
a. Kriteria Normatif
Kriteria normatif berdasarkan atas pandangan bahwa hukum pidana hanya
diterapkan terhadap pelanggaran yang empunyai nilai etis nebatif yang sangat
tinggi (high ethical negative value). Pelanggaran dipandang sebagai sangat
tercela secara social (socially most reprehensible).
b. Kriteria Instrumental
Kriteria instrumental bersifat pragmatis, jika menjerakan tersangka yang
menjadi tujuan maka hukum pidana yang sebaiknya diterapkan, sedangkan jika
yang menjadi tujuan ialah pemulihan keadaan atau perbaikan kerusakan, maka
instrument hukum pidana yang lebih baik diterapkan.
c. Kriteria Oportunistis
Kriteria oportunistis termasuk jika penerapan instrument administratif tidak
dapat berjalan, misalnya tidak dapat dilakukan paksaan administrative atau
uang paksaan (dwangsom) karena pembuat telah pailit atau bangkrut, maka
lebih baik untuk menerapkan instrument hukum pidana. Sebaliknya, jika
penegakan hukum lingkungan tidak menjadi prioritas jaksa, maka lebih baik
menerapkan instrument hukum pidana.
104
105
Ibid., hal. 280.
Ibid., hal. 279.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Mas Ahmad Sentosa mengatakan bahwa penegakan hukum administrasi di
bidang lingkungan hidup memiliki babarapa manfaat strategis dibandingkan
dengan pendekatan hukum lainnya (perdata dan pidana) sebagai berikut: 106
1. Penegakan hukum administrasi di bidang lingkungan hidup dapat dioptimalkan
sebagai perangkat pencegahan (preventif).
2. Penegakan hukum administrasi (yang bersifat pencegahan) dapat lebih efisien
dari sudut pembiayaan dibandingkan penegakan hukum pidana dan perdata.
Pembiayaan untuk penegakan hukum administrasi meliputi biaya pengawasan
lapangan yang dilakukan secara rutin dan pengujian laboratium, lebih murah
dibandinkan
dengan
pengumpulan
bukti,
investigasi
lapangan,
memperkerjakan saksi ahli untuk membuktikan aspek kualitas (sebab akibat)
dalam kasus pidana dan perdata.
C. Sanksi dari Masyarakat
Sebuah perusahaan dapat bekerja dan mencapai keuntungan bila mendapat
tempat tertentu dalam lingkungan bisnis maupun lingkungan lainnya. Lingkungan
bisnis dan lingkungan-lingkungan lain ini saling tumpang tindih sehingga tidak
mungkin suatu perusahaan mencapai kerja yang efektif bila mengabaikan
lingkungan sosialnya. Artinya, perusahaan yang hanya memperhatikan lingkungan
yang langsung terkait dengan bisnisnya tapi mengabaikan lingkungan
masyarakatnya akan mengalami kesulitan nonbisnis yang berakibat langsung pada
106
Ibid., hal. 281.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
performance bisnisnya. Dengan demikian, fungsi sosial ini perlu diperhatikan
karena: 107
1. Pertimbangan kelancaran bisnis
2. Tanggung jawab semua lembaga-lembaga untuk membangun masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, semestinya pengeluaran dana dan energi
untuk pos-pos kemasyarakatan secara bisnis harus dilihat sebagai investasi jangka
panjang, terutama untuk investasi citra perusahaan dan bukan sebagai
pengeluaran. Dari sudut tanggung jawab sosial, bagaimanapun juga trend-trend
yang terjadi menimbulkan pelbagai peluang dan ancaman dalam lingkungan
masyarakat dimana mereka berada . hal ini perlu senantiasa disimak, karena
sebagian terbesar masalah sosial berkaitan dengan etika bisnis. 108
Berbicara tentang etika bisnis, sepertinya akan masuk pada sesuatu yang
sifatnya abstrak. Karena atika bisnis merupakan seperangkat kesepakatan umum
yang mengatur relasi antarpelaku bisnis dan antara pelaku bisnis dengan
masyarakat, agar hubungan tersebut terjalin dengan baik dan fair. Yang dimaksud
dengan etika ada dua, yaitu etika karakter dan etika kepribadian. Yang dimaksud
dengan etika karakter (character etic) sebagai dasar keberhasilan, yaitu seperti
integritas, kerendahan hati, kesetiaan, keberanian, keadilan, kesabaran, kerajinan,
kesederhanaan, kesopanan dan hukum utama, yaitu berbuatlah kepada orang lain
seperti apa yang kamu kehendaki mereka berbuat kepadamu. Sedang etika
kehidupan (personality etic), yaitu keberhasilan lebih merupakan suatu fungsi
107
108
Robby I. Chandra, “Etika Dunia Bisnis”, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 32.
Ibid.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
kepribadian, citra masyarakat, sikap dan prilaku, keterampilan dan teknik,
melicinkan interaksi manusia. 109
Etika bisnis yang kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis, lahirlah
kebijakan yang berupa: Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keppres, dan
sebagainya, yang mengatur bagaimana melakukan bisnis yang benar dan sah
secara hukum. Dari segi makro ekonomi, praktik bisnis yang tidak beretika
menimbulkan distorsi sistem dan mekanisme pasar yang mengakibatkan alokasi
sumber-sumber secara tidak efisien. Dari segi mikro, perusahaan yang tidak
beretika akan kehilangan kepercayaan masyarakat, dan demikian akan kehilangan
konsumen sehingga lama kelamaan akan mati dengan sendirinya. 110
Etika juga bersinggungan dengan moralitas umum, dimana moralitas
umum itu adalah peraturan moral utama yang mengatur masalah etika sehari-hari.
Ada peraturan yang kita jalani seumur hidup kita, dan yang kita pakai untuk
memahami masalah manejerial dalam arti etika. Berikut beberaapa prinsip-prinsip
dasar moralitas umum: 111
a. Menepati janji.
b. Tidak suka dengki.
c. Saling membantu.
d. Menghargai orang.
e. Menghargai milik.
109
Hendrik Budi Untung, Op. cit., hal. 23-24.
Ibid.
111
Amin Widjaja Tunggal, “Business Ethics dan Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep dan kasus” (Jakarta: Harvarindo, 2008), hal. 11.
110
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Dalam CSR, perusahaan tidak di harapakan pada tanggung jawab yang
hanya berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value)
yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan
harus berpijak pada triple bottom lines, selain aspek finansial juga sosial dan
lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan
tumbuh secara berkelanjutan (sustainable), tetapi juga harus memperhatikan
dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi
masyarakat sekitar terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan
lingkungan hidup. 112
CSR juga merupakan sarana untuk menjembatani dan memperkecil jurang
antara lapisan masyarakat kaya dan miskin di berbagai pelosok dunia. Teorinya
sederhana, bahwa tidak ada perusahaan yang dapat maju apabila berada di tengah
masyarakat miskin atau lingkungan yang tidak menunjang eksistensinya.
Perusahaan membutuhkan masyarakat yang semakin meningkat kualitas
hidupnya, potensi kewirausahaan serta lingkungannya demi menunjang eksistensi
usaha di masa depan. Dengan demikian maka pelaku bisnis yang visioner akan
memberikan perhatian besar pada perlunya memberdayakan berbagai potensi
masyarakat sebagai unsur penting yang menunjang survival perusahaan sejak
sekarang. 113
112
113
Ibid., hal. 25.
Ibid., hal. 40.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. CSR merupakan suatu konsep dimana perusahan menyatukan nilai nilai sosial
dan lingkungan hidup dengan kepentingan utama sebuah perusahaan, yakni
mencari laba. PT. INALUM yang merupakan satu-satunya perusahaan industri
dalam bidang aluminium di Indonesia tidak lupa bahwa keberlanjutan
perusahaan sampai saat ini merupakan kontribusi dari komitmen perusahaan
untuk terus menjaga harmonisasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar
perusahaan. Hal ini diwujudkan dengan program-program Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. INALUM dalam berbagai bidang seperti pendidikan,
pemberdayaan masyarakat, keagamaan, olahraga dan kebudayaan serta
lingkungan. Untuk merealisasikan program-program Corporate Social
Responsibility (CSR) tersebut perusahaan tiap tahunnya menganggarkan dana
milyaran rupiah dan pelaksanaannya dilaksanakan oleh salah satu departemen
yang berada dibawah divisi General Affairs & Human Resources yaitu Public
Relation (PR) yang berada di Inalum Smelting Plant (ISP). Adapaun teknis
dari pelaksanaan program-program Corporate Social Responsibility(CSR) ini
dibuat dalam bentuk Ring yang terdiri dari 4 (empat) ring yang mana acuan
dari ring-ring tersebut diambil dari wilayah yang terdekat dengan perusahaan,
serta ring ini juga dibagi dalam 2 (dua) kategori yaitu daerah dan
pemerintahan. Dari pelaksanaan program-program CSR ini PT. INALUM
telah memperoleh penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup RI yaitu
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
PROPER (Program Penilaian Perusahaan) tentang kinerja lingkungan
perusahaan dimana PT. INALUM mendapatkan bendera biru yang berarti
bahwa perusahaan mampu mengendalikan lingkungan dari ancaman operasi
prusahaan. Penghargaaan ini didapat pada Agustus 2005.
2. Pelaksanaan program-program Corporate Social Responsibility (CSR) tanpa
adanya pengawasan sama saja dengan membuka peluang terjadinya tidak tepat
sasaran dalam pelaksanaannya. Untuk meminimalisir tidak tepatnya sasaran
program-program CSR PT. INALUM maka diperlukan pengawasan secara
internal di perusahaan dan secara eksternal di Pemerintah khususnya
pemerintah daerah dan masyarakat. Pengawasan secara internal dilakukan
berdasarakan acuan di dalam struktur organisasi perusahaan yang sesuai
dengan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pengawasan tersebut dilakukan oleh Dewan Komisaris yang mengawasi
jalannya perusahaan dan mengevaluasi laporan tahunan perusahaan yang
dibuat oleh Dewan Direksi dan dibawa di Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Secara eksternal yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah
khususnya pemerintah daerah dan masyarakat, namun menurut hasil penelitian
dilapangan, penulis mendapatkan tidak adanya pengawasan dari pelaksanaan
program-program CSR oleh pemerintah daerah dan masyarakat. PT. INALUM
hanya memberitahukan saja apabila mereka akan melaksanakan program CSR.
3. Sanksi merupakan alat yang diperlukan oleh para penegak hukum agar
peraturan-peraturan yang dibuat dapat dilaksanakan. Adapun tentang
Corporate Social Responsibility (CSR) ini apabila tidak dilaksanakan maka
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
akan diberikan sanksi oleh undang-undang. Hal ini juga telah ada di UU No.
40 Tahun 2007 Pasal 74 ayat (3) yang pelaksanaannya dikaitkan dengan
Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undangundang No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup. Sanksi itu berupa
yaitu sanksi administratif. Sanksi tersebut tidak hanya datang dari pemerintah
yang pegangannya adalah undang-undang, tetapi juga ada sanksi dari
masyarakat yang mana hal ini dapat menetukan keberlanjutan dari operasi
perusahaan tersebut. Dan hal ini berhubungan dengan etika bisnis yang yang
sanksinya berupa sanksi moral dari masyarakat. Jika sanksi ini dikaitkan
dengan Good Corporate Governance (GCG) maka akan bersentuhan dengan
salah satu prinsip GCG yaitu responsibility (pertanggung jawaban).
B. Saran
1. Bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan PT.
INALUM sudah baik dimana program-programnya terealisasi dan terlaksana
dengan baik serta tepat sasaran. PT. INALUM perlu mempertahankan dan
meningkatkan serta mencari program-program CSR yang baru agar
masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan dapat meningkat kualitas
hidupanya.
2. Pengawasan pelaksanaan CSR yang dilakukan secara internal oleh PT.
INALUM sudah berjalan dengan baik. Yang diperlukan adalah pengawasan
dari pihak eksternal yaitu pemerintah khususnya pemerintah daerah dan
masyarakat, dimana tidak adanya aturan hukum yang jelas tentang peranan
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
pemerintah daerah untuk mengawasi pelaksanaan CSR agar terjadi chek and
balanced sehingga tercipta good governance. Seandainya pengawasan
pemerintah daerah tidak ada, ada baiknya pemerintah pusat melalui
kementrian atau departemen terkait untuk membentuk lembaga pengawasan
pelaksanaan CSR sehingga tercipta tranparansi agar publik mengetahui. Untuk
itu diperlukan peraturan pelaksanaan dari segi pengawasan berupa Peraturan
Pemerintah (PP) atau Peraturan Menteri (Permen) terkait.
3. Mengenai sanksi dari tidak terlaksananya CSR oleh perusahaan memang
sudah diakomodir oleh undang-undang terkait namun belum jelas ukuran
perusahaan yang tidak melaksanakan CSR dan lembaga mana yang berhak
menilai dari pelaksanaan CSR. Untuk itu diperlukan lembaga yang menilai
sekaligus mengawasi pelaksanaan CSR ini dan hasil dari laporan tersebut
dapat ditindak lanjuti oleh kementrian atau departemen terkait untuk ditindak
lanjuti apakah dalam bentuk sanksi apabila tidak melaksanakan dan
pengharagaan berupa insntif pajak bagi perusahaan yang melaksanakan CSR
dengan baik.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
Amirudin & Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003.
Wibisono, Yusuf , Membedah Konsep & Aplikasi Corporate Social Responsibility,
Gresik: Fascho Publishing, 2007.
Untung, Hendrik. B, Corporate Social Responsibility, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Susanto, A. B, A Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility,
Jakarta: The Jakarta Consulting Group, 2007.
Tunggal, Amin. W, Business Ethics dan Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep dan Kasus, Jakarta: Harvarindo, 2008.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Widjaja, Gunawan dan Pratama, Yeremia. A, Risiko Hukum & Bisnis Perusahaan
Tanpa CSR, Jakarta: Forum Sahabat, 2008.
Supriadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar
Grafika, 2005.
Soemartono, Gatot. P, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
1996.
Surya, Indra & Yustiavandana, Ivan, Penerapan Good Corporate Governance:
Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, Jakarta:
Kencana, 2006.
Rudito, Bambang dan Melia Famiola, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di Indonesia, Bandung: Piramedia, 2004.
Chandra, Robby. I, Etika Dunia Bisnis, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Simorangkir, O. P, Etika: Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003.
Briliant, Eleanor L dan Kimberlee A. Rice, Influencing Corporate Philanthropy
dalam Cary M. Gould dan Michael L.Smith (eds), Social Work in the
Workplace, New York: Springer Publishing Corporation, 1998.
Sembiring, Sentosa, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas Disertai dengan Pembahasan Singkat, Bandung: Nuansa Aulia,
2007.
II. Surat kabar, Majalah, Makalah
Achda, B. Tamam “Konteks Sosiologis Perkembangan Corporate Social
Responsibility (CSR) dan Implementasinya di Indonesia”, Disampaikan
Pada Seminar Nasional: A Promise of Gold rating: Sustainable CSR, di
Hotel Hilton, Jakarta, tanggal 23 Agustus 2006.
Edi Suharto, “Pengembangan Masyarakat Dalam Praktek Pekerja Sosial”,
Disampaikan pada pelatihan pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat, Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Jember,
Jember 28 September 2006.
Edi Suharto, “Pekerjaan Sosial Industri, CSR dan ComDev”, Disampaikan pada
Workshop tentang Corporate Social Responsibility (CSR), (Lembaga
Studi Pembangunan(LPS) STKS, Bandung), 29 November 2006.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Sunarmi,“Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Dalam Perkembangan
Pengelolaan Perusahaan Masa Kini”, Disampaikan pada kuliah di
Fakultas Hukum USU, November 2008.
Bismar Nasution, “Aspek Hukum Tanggung Jawab Sosial”, Disampaikan pada
Semiloka Peran dan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Masyarakat Lokal
Wilayah Operasional Perusahaan Perspektif Hak Asasi Manusia,
diselenggarakan oleh Komisi Hak Asasi Manusia, diselengarakan oleh
Komisi Hak Asasi Manusia, Riau:Pekanbaru tanggal 23 Februari 2008.
III. Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan
Hidup.
IV. Internet
http://www.csrindonesia.com/, terakhir kali diakses tanggal 1 Januari 2009.
http://islamkuno.wordpress.com/, terakhir kali diakses tanggal 1 Januari 2009.
http://Legalitas.org/, terakhir kali diakses tanggal 1 Januari 2009.
Hangga
Surya
Prayoga,
“CSR:
Sekilas
Sejarah
dan
Konsep”,
http://www.donhangga.com/, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Januari
2009
http://www.indonesiamandiri.com/, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Januari
2009.
http://www.arthagrahapeduli.org/, terakhir kali diakses tanggal 1 Januari 2009.
Thimotius Lesmana, “Program Corporate Social Responsibility Yang
Berkelanjutan”, http://wordpress.com/, terakhir kali diakses pada tanggal 1
Januari 2009.
http://www.strategimanajemen.net/ terakhir kali diakses pada tanggal 1 Januari
2009.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
http://www.mediaindonesia.com, terakhir kali diakses pada tanggal 20 Januari
2009.
http://www.bismarnasty.com, terakhir kali diakses pada tanggal 20 Februari 2009.
Muhammad Iqbal : Pengawasan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Inalum Terhadap
Masyarakat Dan Lingkungan Sekitar Perusahaan, 2009
USU Repository © 2008
Download