PSIKOLOGI KOGNITIF MODERN POSTED ON NOVEMBER 15, 2013 Porsi terbesar psikologi kognitif adalah berkaitan dengan persoalan bagaimana pengetahuan direpresentasikan di dalam pikiran. Isu mengenai representasi pengetahuan (sering juga disebut representasi internal), dalam beberapa abad telah memicu sejumlah pertanyaan mendasar: bagaimana pengetahuan diperoleh, disimpan, ditransformasikan, dan digunakan? Apakah sifat-sifat persepsi dan memori itu? Apakah berpikir itu, dan bagaiman kemampuan tersebut berkembang? Berikut ini adalah penelusuran kesan-kesan dari berberpa aliran psikologi dalam menjawab pertanyaan mengenai bagaimana peristiwa-peristiwa di luar diri seseorang menimbulkan reaksi internal. 1. Periode Awal Ketertarikan terhadap pengetahuan dapat dilacak dari Hiroglip Mesir Kuno. Tulisan tersebut menunjukkan bahwa penulisnya meyakini pengetahuan berpusat di dalam hati, merupakan pandangan yang juga disebarkan oleh filsuf Yunani, Aristoteles (384¬322 SM). Lain halnya Plato (427-347), ia berpandangan bahwa pikiran berpusat di otak. Isu mengenai representasi pengetahuan ini juga didiskusikan oleh para filsuf Yunani dengan konteks yang sekarang ini dikenal sebagai struktur dan proses. Namun kemudian terbengkalai hingga abad 17-an. Meskipun semula para para psikolog modern masih cenderung berdebat, masing-masing menekankan salah satu, struktur atau proses, namun akhirnya terdapat peningkatan kesadaran bahwa kedua hal tersebut saling berpelukan (merupakan sesuatu yang tak terpisahkan). o Struktur, yaitu organisasi system kognitif, sebagian besar bersifat metafora (pengumpamaan). Struktur yang dipostulatkan (dirumuskan sebagai dalil) ini merupakan “representatifl’ organisasi keberadaan mental, bukan merupakan suatu yang harafiah seperti yang digambarkan. Misalnya, struktur mengenai memori oleh para teoris dikonsepkan terdiri dari memori jangka pendek dan memori jangka panjang, direpresentasikan (digambarkan) dengan metafora “kotak penyimpanan”. o Istilah proses, menunjuk pada system operasi atau fungsi-fungsi kognisi seperti analisa, transformasi atau perubahan peristiwa-peristiwa mental. Misalnya, hal lupa, memory coding, perpikir, dll. Proses, bersifat aktif, sedangkan struktur bersifat pasif. Struktur dan proses bekerja bersama-sama dalam pemrosesan informasi. 2. Periode Pertengahan Para filsuf dan teolog renaissance nampaknya cukup puas dengan pengetahuan yang berpusat di otak. Dan bahwa pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui panca indera, namun juga melalui penyelaman. • Abad 18 Empiris Inggris (Berkeley, Hume, James Mill dan anaknya John Steward Mill) mengusulkan bahwa pengetahuan terdiri dari tiga tahap: (1) penginderaan secara langsung, (2) mengkopi hasil penginderaan, (3) transformasi dari pengkopian tersebut, berasosiasi dengan pikiran. • Abad 19 Para filsuf bergerak dari filsafat (yang bersifat spekulatif) ke bentuk disiplin yang berdasar hasil-hasil empirik (Fechner, Brentano, Helmholtz, Wundt, Muller, Kulpe, Ebbinghause, Gallon, Titchener, dan James). Pada akhir pertengahan abad 19 teori-teori representasi pengetahuan terpisah secara tegas: a. Wundt (Jerman) dan Edward Titchener (AS) menekankan struktur representasi mental. b. Franz Brentano (Austria) menekankan proses representasi mental. c. William James (AS): “baik struktur maupun mental sama-sama penting! Tidak seperti perdebatan para filsuf pada masa-masa awal, dalam periode ini para tokoh meguji adanya struktur atau proses tersebut secara eksperimental. 3. Awal Abad 20 Psikologi kognitif yang dikonsepkan pada akhir abad 19 tiba-tiba tenggelam, digantikan dengan Behaviorisme yang menggunakan kerangka kerja psikologi stimulus-respons (S-R). Studi-studi mengenai operasi-operasi mental dan struktur internal seperti perhatian, memori, dan berpikir beristirahat total selama 50 tahun. Bagi para behavioris, representasi internal merupakan variable pengantara (intervening variables) yang merupakan konstruk hipotetik yang diasumsikan mengantarai efek stimulus terhadap respon. Tokoh-tokoh behaviorisme pada masda itu, Woodworth, Hull, dan Tolman menikmati popularitas yang tinggi. 4. Kemunculan Kembali Psikologi Kognitif Pada tahun 1950-an, minat mulai berfokus kembali pada persoalan perhatian, memori, rekognisi pola imaginasi, organisasi semantic, proses-proses bbahasa, berpikir, dan topiktopik psikologi kognitif lainnya. Jurnal jurnal penelitian dan kelompok-kelompok professional baru menandai bahwa para psikolog mulai beralih kembali kepada psikologi kognitif. Kemunculan kembali psikologi kognitif ini dipicu oleh: a. Kegagalan Behaviorisme. Behaviorisme gagal memperhitungkan adanya perbedaan individual. Bagaimanapun juga nampak bahwa proses mental internal berhubungan erat dengan stimulus dan menentukan perilaku. b. Kemunculan teori-teori komunikasi. Teori komunikasi menyumbang eksperimen dalam deteksi sinyal, perhatian, cybernetics, dan teori informasi yang sangat relevan dengan psikologi kognitif. c. Linguistik modern. Cara pandang yang baru mengenai bahasa dan struktur gramatikal mempengaruhi sikap terhadap kognisi. d. Riset-riset mengenai memori. e. Ilmu komputer dan perkembangan teknologi. Ilmu komputer, khususnya sub-divisi Artificial Inteligence (AI) menyebabkan diuji kembali postulat dasar mengenai pemrosesan dan penyimpanan memori seperti halnya pemrosesan bahasa dan akuisisi (kemahiran). Penelitiaan-penelitian diperluas dengan menggunakan alat-alat eksperimen yang baru. Revolasi Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Kognitif Pada tahun 1962 Thomas Khun (filsuf, ahli fisika, dan sejarawan dari Universitas Chicago) menulis buku The Structure of Scientific Revolution. Karena buku ini berisi pandangan baru mengenai perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, dapat menjadi cermin akan adanya revolusi dalam sejarah ilmu pengetahuan. Revolusi ilmu pengetahuan menurut Thomas Khun ditandai oleh pergantian paradigma yang berhubungan dengan penemuan monumental dan/atau peralihan sejumlah besar ilmuwan dari metode-metode dan konsepkonsep tradisional. Peralihan di dalam psikologi Amerika antara tahun 1950-1960, menunjukkan adanya pergantian paradigma yang oleh beberapa kalangan disebut sebagai revolusi kognitif. Lebih tepatnya dapat dikatakan terjadi pada tahun 1956, yaitu saat dilaksanakannya symposium teori informasi di kampus MIT yang melibatkan pembicara seperti Naom Chomsky, Jerome Bruner, Allen Newell dan Herbert Simon, serta George Miller. Simposium tersebut telah memberikan efek pendekatan baru dalam psikologi: menerima proses-proses mental dan representasi pengetahuan sebagai kom nen yang perlu dan syah (legitimate) untuk memahami psikologi manusia. Tema utama revolusi kognitif (kadang-kadang menunjuk pada ” teori kotak putih”/ white-box theory) adalah bahwa proses-pmses internal merupakan pokok bahasan dalam psikologi. Hal ini berkebalikan dengan behaviorisme (kadang-kadang menunjuk pada ” teori kotak hitam”/ black-box tlreory) yang mengusulkan bahwa respon-respon atau perilaku merupakan pokok bahasan psikologi yang sebenarnya. Teori Perkembangan Kognitif Dikenbangkan oleh Jean Peaget, seorang psikolog Swis yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat mempresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya- dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget meembagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan semakin canggih seiring pertambahan usia, a. Periode sensorimotor ( usia 0-2 tahun) b. Periode praoperasional (usia 2-7) c. Periode operasional konkrit (usia 7-11) d. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)