BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis Paru 2.1.1. Definisi

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tuberkulosis Paru
2.1.1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk
meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agens infeksius utama, Mycibacterium
tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan
sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smeltzer, 2002). Dari ketiga paparan
diatas, dapat sisimpulkan bahwa Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular
yang terutama menyerang organ paru-paru sehingga disebut tuberkulosis paru dan
dapat juga menyerang organ lainnya seperti meningens, ginjal, tulang, dan nodus
limfe, dengan gejala khas yaitu batuk berkepanjangan dengan atau tanpa sputum.
Tuberculosis (TBC) paru adalah penyakit
yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi, diantaranya
adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu,
demam derajad rendah, nyeri dada dan batuk darah (Mansjoer, 2001). TBC adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis,
yang paling umum mempengaruhi paru–paru. Penyakit ini ditularkan dari orang
ke orang melalui cairan dari tentgorokan dan paru-paru seseorang dengan
penyakit pernafasan aktif (WHO, 2012).
7
Universitas Sumatera Utara
8
2.1.2.
Etiologi
Penyebabnya adalah kuman Mycobacterium Tuberculosis yaitu kuman
batang aerobik dan tahan asam yang merupakan organisme patogen maupun
saprofit. Ada beberapa mikobakteri patogen, tetapi hanya strain bovin yang
patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 mm,
ukuran ini lebih kecil darpada sel darah merah (Wilson, 2006). Sebagian besar
komponen Mycobacterium Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga
kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan
faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah
yang banyak oksigen.
Oleh karena itu, Mycobacterium Tuberculosis senang tinggal di daerah
apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi
tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis (Somantri, 2007). Kuman ini
dapat ditemukan dalam dahak atau sputum seseorang yang sedang sakit TB. Kuman
ini bersifat tahan terhadap larutan asam sehingga mendapat julukan atau bahkan lebih
terkenal dengan nama Basil Tahan Asam (BTA) (Putri, 2015). Kuman TBC cepat
mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
selama beberapa hari (Adelina, 2015).
2.1.3.
Tanda dan Gejala
Somantri (2009) menjelaskan keluhan yang dirasakan pasin tuberkulosis
dapat bermacam-macam dan keluhan yang sering muncul adalah:
Universitas Sumatera Utara
9
a.
Demam
Biasanya subferbris menyerupai dalam influenza tetapi kadang mencapai
40-41o C yang hilang timbul sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas
dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi mycobacterium tuberculosis
yang masuk.
b.
Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus,
sebagai reaksi tubuh untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang.
Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat
batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam
jangka waktu lama (lebih dari 3 minggu). Keadaan yang lanjut adalah
berupa batuk darah pada tuberkulosis karena terdapat pecahnya pembuluh
darah. Kebanyakan batuk darah ini terjadi pada kavitas dan terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
c.
Sesak nafas
Pada penyakit ringan belum ditemukan atau dirasakan. Sesak akan terjadi
pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
Universitas Sumatera Utara
10
d.
Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua
pleura sewaktu klien menarik atau melepaskan nafasnya.
e.
Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala ini sering
ditemukan seperti anoreksia tidak nafsu makan, badan semakin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
f.
Pada atelektasis terdapat gejala berupa : sianosis, sesak nafas, dan kolaps.
Bagian dada klien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong
ke sisi yang sakit. Pada rontgen dada tampak bayangan hitam pada sisi yang
sakit dan diafragma menonjol ke atas.
Gejala utama pasien TBC adalah batuk berdahak selama 2 sampai 3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun (anoreksia),
berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari 1 bulan (Depkes, 2009).
Werdhani (2007) menjelaskan, gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi
gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat:
Gejala sistemik/umum:
a.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
Universitas Sumatera Utara
11
b.
Demam yang tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
c.
Penurunan nafsu makan dan berat badan
d.
Persaan tidak enak (malaise), lemah
Gejala khusus:
a.
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak.
b.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
c.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adalnya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
2.1.4.
Cara Penularan
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena terdapat Mycobacterium
Tuberculosis pada dahak penderita TB Paru aktif, kemudian kuman tersebut
keluar melalui batuk dan bersin sehingga menjadi droplet nuclei ke udara sekitar
kitan dan pada saat itu individu yang lain menghirup udara yang telah
Universitas Sumatera Utara
12
mengandung Mycobacterium Tuberculosis tersebut. Pada saat itu pula orang
tersebut dikatakan kontak dengan penderita Tuberkulosis. Partikel infeksi ini juga
adpat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada atau
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi, dan kelembaban. Dalam suasana lembab and
gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bla partikel infeksi
ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan
paru dan membuar infeksi daerah paru (Misnadiarly, 2006).
2.1.5.
Diagnosis TB Paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan
dan ditemukan kuman TB. Pada program TB nasional penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain
seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis
TB hanya berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB Paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis
(Depkes,2011).
2.1.6.
Pengobatan
Pengobatan TB terutama berupa pemberian obat anti mikroba yang
diberikan dalam jangka waktu lama. Obat-obatan ini juga dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi
(Adelina. 2015). Kementerian Kesehatan RI (2014) menjelaskan prinsip
pengobatan TB adalah OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang merupakan komponen
Universitas Sumatera Utara
13
terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan TB adalah salah satu upaya aling
efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB.
Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:
1.
Pengobatan diberikan dalam bentuk OAT yang teoat mengandung minimal
4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
2.
Diberikan dalam dosis yang tepat
3.
Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pngawas
Minum Obat) sampai selesai pengobatan
4.
Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
Selanjutnya Kemenkes RI (2014) menjabarkan tahapan dalam pengobatan
TB dan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yaitu sebagai berikut:
a.
Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Panduan pengobatan pada
tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah
kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meinimalisir pengaruh dari
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien
mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru,
harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara
teratur dan tanpa adanya penyulit, daya pnularan suah sangat menurun
setelah pengobatan selaa 2 minggu.
b.
Tahap Lanjutan: pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang paling
penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh
Universitas Sumatera Utara
14
khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah
terjadinya kekambuhan.
2.1.7.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan baik perorangan maupun kelompok. Tujuan
mendeteksi dini seseorang dengan infeksi TB adalah untuk mengidentifikasi siapa
saja yang akan memperoleh keuntungan dari terapi pencegahan untuk
menghentikan perkembangan TB yang aktif secara klinis (Adelina, 2015).
Menurut Depkes RI (2001), hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
penularannya adalah:
1.
Kebersihan ruangan dalam rumah terjaga terutama kamar tidur dan setiap
ruangan dalam rumah dilengkapi jendela yang cukup untuk pencahayaan
alami dan ventilasi untuk pertukaran udara serta usahakan agar sinar
matahari dapat masuk ke setiap ruangan dalam rumah melalui jendela atau
genting kaca, karena kuman TBC mati dengan sinar matahari yang
mengandung sinar ultraviolet.
2.
Menjemur kasur dan bantal secara teratur.
3.
Pengidap TBC diminta menutupi hidung dan mulutnya apabila mereka
batuk atau bersin.
4.
Minum obat secara teratur sampai selesai, gunakan Pengawas Minum Obat
(PMO) untuk menjaga keteraturan minum obat.
Universitas Sumatera Utara
15
5.
Jangan meludah disembarang tempat karena ludah yang mengandung
Mycobacterium Tuberculosis akan terbawa udara dan dapat terhirup orang
lain.
6.
Apabila sedang dalam perjalanan maka penderita dianjurkan memakai
penutup mulut atau masker, dan apabila akan membuang dahak maka harus
di closet kemudian disiram atau di pembuangan air yang mengalir.
7.
Gunakan tempat penampungan dahak seperti kaleng atau sejenisnya yang
ditambahkan air sabun atau karbol/lysol.
8.
Cuci dan bersihkan barang-barang yang digunakan oleh penderita. Seperti
alat makan dan minum, atau perlengkapan lain.
Naga (2012) berpendapat bahwa tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencegah TBC yaitu:
1.
Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup
mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak di sembarangan tempat.
2.
Bagi
masyarakat,
pencegahan
penularan
dapat
dilakukan
dengan
meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan vaksinasi
BCG.
3.
Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan
penyuluhan tentang penyakit TBC, yang meliputi gejala, bahaya, dan akibat
yang ditimbulkannya terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya.
4.
Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan
pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan memberikan
pengobatan khusus kepada penderita TBC. Pengobatan dengan cara dirawat
Universitas Sumatera Utara
16
dirumah sakit hanya dilakukan bagi penderita dengan kategori berat dan
memerlukan pengembangan program pengobatannya, sehingga tidak
dikehendaki pengobatan jalan.
5.
Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan desinfeksi,
seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatian khusus terhadap
muntahan atau ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit TBC
(piring, tempat tidur, pakaian), dan menyediakan ventilasi dan sinar
matahari yang cukup.
6.
Melakukan imunisasi bagi orang-orang yang melakukan kontak langsung
dengan penderita, seperti keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan, dan
orang lain yang terindikasi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang
positif tertular.
7.
Melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang kontak dengan
penderita TBC. Perlu dilakukan tes Tuberkulin bagi seluruh anggota
keluarga. Apabila cara ini menunjukkan hasil negatif, perlu diulang
pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, dan perlu pemeriksaan intensif.
8.
Dilakukan pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu
pengobatan yang tepat, yaitu obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan
oleh dokter dan diminum dengan tekun dan teratur, selama 6 bulan sampai
12 bulan. Perlu diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan
pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.
Francis (2011) menyatakan pencegahan penyakit tuberkulosis dapat
dilakukan dengan cara penyediaan nutrisi yang baik, sanitasi yang adekuat,
Universitas Sumatera Utara
17
perumahan yang tidak terlalu padat dan udara yang segar merupakan tindakan
yang efektif dalam pencegahan TBC.
Perkumpulan
Pemberantasan
Tuberkulosis
Indonesia
(PPTI),
2010
menjelaskan tentang pencegahan penularan penyakit TBC yaitu:
a.
Bagi masyarakat:
1.
Makan makanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan tubuh
meningkat untuk membunuh kuman TBC
2.
Tidur dan istirahat yang cukup
3.
Tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba
4.
Lingkungan yang bersih baik tempat tinggal dan sekitarnya.
5.
Membuka jendela agar masuk sinar matahari di semua ruangan rumah
karena kuman TBC akan mati bila terkenan sinar matahari.
6.
Imunisasi BCG bagi balita, yang tujuannya untuk mencegah agar
kondisi balita tidak lebih parah bila terinfeksi TBC
7.
Menyarankan apabila ada yang dicurigai TBC agar segera memeriksa
diri dan berobat sesuai aturan sampai sembuh
b.
Bagi penderita:
1.
Tidak meludah di sembarang tempat
2.
Menutup mulut saat batuk atau bersin
3.
Berperilaku hidup bersih dan sehat
4.
Berobat sesuai aturan sampai sembuh
5.
Memeriksa balita yang tinggal serumah agar segera diberikan
pngobatan pencegahan
Universitas Sumatera Utara
18
2.2. Pengetahuan
2.2.1.
Pengertian
Notoatmodjo (2010) menjelaskan, bahwa pengetahuan adalah hasil
pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada
waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra
penglihatan (mata).
2.2.2.
Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseroang semakin rendah menerima
informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
2. Informasi/media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
19
3. Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penularan
sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhdap proses masuknya pengetahuan ke
dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timnal balik maupun tidak, yan akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu.
6. Usia
Usai mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Universitas Sumatera Utara
20
2.2.3.
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Cara mengukur pengtahuan dapat dilakukan dengan menggunakan
skala Guttman yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban
benar-salah, ya-tidak, dan seterusnya. Pada skala Guttman, hanaya ada dua
interval, yaitu setuju dan tidak setuju. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk
pilihan ganda maupun daftar check list. Untuk jawaban positif seperti benar, ya,
tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1, sedangkan untuk jawaban negatif
seperti salah, tidak, rendah, buruk dan semacamnya diberi skor 0 (Iskani, 2013).
Untuk hasil pengukuran skor dikonversikan dalam presentase maka secara
logika dapat dijabarkan untuk jawaban benar skor 1 = 1x100%, dan salah diberi
skor 0= 0x0% = 0%. Namun hasil pengukuran sering ditemukan tidak 0% atau
100%, maka untuk memudahkan memberikan penilaian secara operasional maka
digunakan rentang skala presentase antara 0% sampai 50%, dan 50% sampai
100% sebagai contoh hasil pengukuran 20%, maka ditepatkan pada rentang 0%
sampai 50%, bila hasil pengukuran 50% maka ditempatkan pada 50% sampai
100% (Iskani, 2013).
2.2.4.
Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo (2003) dalam
Wawan dan Dewi (2011) adalah sebagai berikut:
a.
Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan:
Universitas Sumatera Utara
21
1.
Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum kebudayaan., bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Cara coba salah ini diakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan
itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai
masalah tersebut dapat dipecahkan.
2.
Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengtahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menrima mempunai
yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
3.
Berdasarkan penglaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembail pengalaman yang
pernah diperoleh dalam memceahkan permasalahan yang dihadapi
masa lalu.
b.
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan.
Cara ini disebut mode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut
metodolgi pengetahuan. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold
Universitas Sumatera Utara
22
Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian
yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
2.2.5.
Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2011) pengetahuan
seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat
kualitatif yaitu baik dengan peresentase 76-100%, cukup dengan presentase 5675%, dan kurang dengan presentase < 56 %.
2.3. Sikap
2.3.1.
Pengertian
Notoatmodjo (2010) menjelaskan sikap adalah juga respon tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudahh melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,
baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2010)
mendefinisikan sangat sederhana, yakni : “An individual’s attitude is syndrome of
response consistency with regard to object”. Jadi jelas disini dikatakan bahwa
sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau
objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala
kejiwaan yang lain.
Newcomb yang merupakan seorang ahli psikologi yang dikutip dalam
Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata
Universitas Sumatera Utara
23
lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan
tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup.
2.3.2.
Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah:
1.
Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat memepunyai
pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
2.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosil
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap
penting, akan banyak mempengaruh pembentukan sikap kita terhadao
sesuatu.
3.
Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan
tekah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai
masalah.
4.
Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan irang. Pesan-pesan
Universitas Sumatera Utara
24
sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah
arah sikap tertentu.
5.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral diri individu,
pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan
dari puast keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6.
Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang disadari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasu atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
2.3.3.
Fungsi Sikap
Menrurut Khaz (Iih.Secord dan Backman, 1964) dalam Wawan dan Dewi
(2011), sikap mempunyai 4 fungsi, yatitu:
1.
Fungsi Instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat
Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana-tujuan. Disini sikap
merupakan sarana mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana
Universitas Sumatera Utara
25
obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam
rangka mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang
dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap
objek tersebut, demikian sebaliknya jika obyek sikap menghambat
dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap
objek sikap yang bersangkutan. Fungsi ini juga disebut fungsi
penyesuaian, karena dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang
akan dapat menyesuaikan diri dengan secara baik terhadap sekitarnya.
Misal orang yang mempunyai sikap anti kemewahan, karena dengan
sikap tersebut orang yang bersangkutan mudah diterima oleh
kelompoknya, karena ia bergabung dalam kelompok yang anti
kemewahan.
2.
Fungsi pertahanan ego
Ini
merupakan
sikap
yang
diambil
oleh
seseorang
demi
mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang
pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau
egonya. Demi untuk mempertahankan egonya, orang yang berangkutan
mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan egonya, dalam
keadaan terdesak pada waktu diskusi dengan anaknya.
3.
Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu
untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan
mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat
Universitas Sumatera Utara
26
menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap
tertentu terhadap nilai tertentu, ini menggambarkankeadaan sistem nilai
yang ada pada individu yang bersangkutan. Sistem nilai apa yang ada
pada diri individu dapat dilihat dari nilai yang diambil oleh individu
yang berangkutan terhadap nilai tertentu.
4.
Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai
dorongan untuk ingin
mengerti, dengan
pengalaman-pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan. Elemenelemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang
diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian
rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai
sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan
orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan.
2.3.4.
Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:
1.
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau
problem yang kontroversial.
2.
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
Universitas Sumatera Utara
27
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu.
3.
Komponen konoatif (komponen perilaku, atau action component)
merupakan aspek kecenderungan perperilaku tertentu sesuai dengan
sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak/breaksi terhadap sesuatu dengan caracara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah
logis untukmengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan
dalam bentuk tendensi perilaku (Azwar, 2000 dalam Wawan dan Dewi,
2011).
2.3.5.
Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri
Purwanto, 1998 dalam Wawan dan Dewi, 2011):
1.
Sikap
positif
adalah
kecenderungan
mendekati,
menyenangi,
mengharapkan objek tertentu.
2.
Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
Universitas Sumatera Utara
28
2.3.6.
Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi
atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya
bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut
dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan mungkin pula berisi
hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun
kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan
yang unfavourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri
dari atas pernyataan favourable dan unfavourable dalam jumlah yang seimbang.
Dengan demikian pernyataan yang diasjikan tidak semuapositif dan tidak semua
negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali
kepada objek sikap (Azwar, 2005 dalam Wawan dan Dewi, 2011).
Wawan dan Dewi (2011) juga mengatakan, salah satu problem metodologi
dasar dalam psikologi sosial adalah bagaimana mengukur sikap seseorang.
Beberapa teknik pengkukuran sikap, antara lain:
a.
Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan
kontinum yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel terhadap suati objek
sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah
ditentukan derajat favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat
ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang
Universitas Sumatera Utara
29
mencerminkan derajat favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat
(ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.
Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala
perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih.
Pernyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai
(judges). Penilai in bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masingmasing pernyataan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalu titik skala rating
yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju dengan skor 1 sampai 11 dengan
Sangat Setuju. Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya
mereka terhadap pernyataan itu. Median atau rerata perbedaan penilain antar
penili terhadap item ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing
item. Pembuat skala kemudian menyusun item mulai dari item yang memliki nilai
skala terendah hingga tertinggi. Dari item tersebut, pembuat skala kemudian
memilih item untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian,
skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden
diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya
pada masing-masing item sikap tersebut.
Teknik ini disusun oleh Thurstone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran
sikap seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan
yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam
sikapnya. Asumsi kedua adalah nilai skala yang berasal dari rating para penilai
tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isue. Penilai melakukan rating
terhadap item dakam tatanan yang sama terhadap isu tersebut.
Universitas Sumatera Utara
30
b.
Skala Likert (Methods of Summateds Rating)
Likert (1932) mengajuka metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana
dibandingkan dengan skala thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point
disedrhanankan menjadi dua kelompok, yaitu yang favourabel dan unfavourabel.
Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatsi hilangnya netral
tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing
responden diminta melakukan agreement atau disagreement untuk masing-masing
item dalam skala yang terdiri dari 5 point (Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu,
Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju). Semua item yang favourabel kemudian
diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan unuk
yang Sangat Tidak Setuju nilainya 1. Sebaliknya untuk item yang unfavourabel
nilai skala Sangat Setuju adalah 1 dan Sangat Tidak Setuju nilainya 5. Seperti
halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala
interval sama (equal-interval scale).
c.
Multidimensional Scaling
Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan
dengan pengukuran sikap yang bersifat multidimensional. Namun demikian,
pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas
struktur dimensial kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain orang, lain
isu, dan lain skala item.
Universitas Sumatera Utara
Download