BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis Paru 2.1.1. Definisi Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agens infeksius utama, Mycibacterium tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smeltzer, 2002). Dari ketiga paparan diatas, dapat sisimpulkan bahwa Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang terutama menyerang organ paru-paru sehingga disebut tuberkulosis paru dan dapat juga menyerang organ lainnya seperti meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe, dengan gejala khas yaitu batuk berkepanjangan dengan atau tanpa sputum. Tuberculosis (TBC) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi, diantaranya adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajad rendah, nyeri dada dan batuk darah (Mansjoer, 2001). TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru–paru. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui cairan dari tentgorokan dan paru-paru seseorang dengan penyakit pernafasan aktif (WHO, 2012). 7 Universitas Sumatera Utara 8 2.1.2. Etiologi Penyebabnya adalah kuman Mycobacterium Tuberculosis yaitu kuman batang aerobik dan tahan asam yang merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikobakteri patogen, tetapi hanya strain bovin yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil darpada sel darah merah (Wilson, 2006). Sebagian besar komponen Mycobacterium Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, Mycobacterium Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis (Somantri, 2007). Kuman ini dapat ditemukan dalam dahak atau sputum seseorang yang sedang sakit TB. Kuman ini bersifat tahan terhadap larutan asam sehingga mendapat julukan atau bahkan lebih terkenal dengan nama Basil Tahan Asam (BTA) (Putri, 2015). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa hari (Adelina, 2015). 2.1.3. Tanda dan Gejala Somantri (2009) menjelaskan keluhan yang dirasakan pasin tuberkulosis dapat bermacam-macam dan keluhan yang sering muncul adalah: Universitas Sumatera Utara 9 a. Demam Biasanya subferbris menyerupai dalam influenza tetapi kadang mencapai 40-41o C yang hilang timbul sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi mycobacterium tuberculosis yang masuk. b. Batuk Gejala ini banyak ditemukan. Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama (lebih dari 3 minggu). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah pada tuberkulosis karena terdapat pecahnya pembuluh darah. Kebanyakan batuk darah ini terjadi pada kavitas dan terjadi pada ulkus dinding bronkus. c. Sesak nafas Pada penyakit ringan belum ditemukan atau dirasakan. Sesak akan terjadi pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru. Universitas Sumatera Utara 10 d. Nyeri dada Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu klien menarik atau melepaskan nafasnya. e. Malaise Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala ini sering ditemukan seperti anoreksia tidak nafsu makan, badan semakin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur. f. Pada atelektasis terdapat gejala berupa : sianosis, sesak nafas, dan kolaps. Bagian dada klien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada rontgen dada tampak bayangan hitam pada sisi yang sakit dan diafragma menonjol ke atas. Gejala utama pasien TBC adalah batuk berdahak selama 2 sampai 3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun (anoreksia), berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan (Depkes, 2009). Werdhani (2007) menjelaskan, gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat: Gejala sistemik/umum: a. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah) Universitas Sumatera Utara 11 b. Demam yang tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. c. Penurunan nafsu makan dan berat badan d. Persaan tidak enak (malaise), lemah Gejala khusus: a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak. b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adalnya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. 2.1.4. Cara Penularan Penularan tuberkulosis paru terjadi karena terdapat Mycobacterium Tuberculosis pada dahak penderita TB Paru aktif, kemudian kuman tersebut keluar melalui batuk dan bersin sehingga menjadi droplet nuclei ke udara sekitar kitan dan pada saat itu individu yang lain menghirup udara yang telah Universitas Sumatera Utara 12 mengandung Mycobacterium Tuberculosis tersebut. Pada saat itu pula orang tersebut dikatakan kontak dengan penderita Tuberkulosis. Partikel infeksi ini juga adpat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi, dan kelembaban. Dalam suasana lembab and gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bla partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru dan membuar infeksi daerah paru (Misnadiarly, 2006). 2.1.5. Diagnosis TB Paru Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dan ditemukan kuman TB. Pada program TB nasional penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB Paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis (Depkes,2011). 2.1.6. Pengobatan Pengobatan TB terutama berupa pemberian obat anti mikroba yang diberikan dalam jangka waktu lama. Obat-obatan ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi (Adelina. 2015). Kementerian Kesehatan RI (2014) menjelaskan prinsip pengobatan TB adalah OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang merupakan komponen Universitas Sumatera Utara 13 terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan TB adalah salah satu upaya aling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip: 1. Pengobatan diberikan dalam bentuk OAT yang teoat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi 2. Diberikan dalam dosis yang tepat 3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pngawas Minum Obat) sampai selesai pengobatan 4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan. Selanjutnya Kemenkes RI (2014) menjabarkan tahapan dalam pengobatan TB dan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yaitu sebagai berikut: a. Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Panduan pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meinimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya pnularan suah sangat menurun setelah pengobatan selaa 2 minggu. b. Tahap Lanjutan: pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang paling penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh Universitas Sumatera Utara 14 khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. 2.1.7. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan baik perorangan maupun kelompok. Tujuan mendeteksi dini seseorang dengan infeksi TB adalah untuk mengidentifikasi siapa saja yang akan memperoleh keuntungan dari terapi pencegahan untuk menghentikan perkembangan TB yang aktif secara klinis (Adelina, 2015). Menurut Depkes RI (2001), hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularannya adalah: 1. Kebersihan ruangan dalam rumah terjaga terutama kamar tidur dan setiap ruangan dalam rumah dilengkapi jendela yang cukup untuk pencahayaan alami dan ventilasi untuk pertukaran udara serta usahakan agar sinar matahari dapat masuk ke setiap ruangan dalam rumah melalui jendela atau genting kaca, karena kuman TBC mati dengan sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet. 2. Menjemur kasur dan bantal secara teratur. 3. Pengidap TBC diminta menutupi hidung dan mulutnya apabila mereka batuk atau bersin. 4. Minum obat secara teratur sampai selesai, gunakan Pengawas Minum Obat (PMO) untuk menjaga keteraturan minum obat. Universitas Sumatera Utara 15 5. Jangan meludah disembarang tempat karena ludah yang mengandung Mycobacterium Tuberculosis akan terbawa udara dan dapat terhirup orang lain. 6. Apabila sedang dalam perjalanan maka penderita dianjurkan memakai penutup mulut atau masker, dan apabila akan membuang dahak maka harus di closet kemudian disiram atau di pembuangan air yang mengalir. 7. Gunakan tempat penampungan dahak seperti kaleng atau sejenisnya yang ditambahkan air sabun atau karbol/lysol. 8. Cuci dan bersihkan barang-barang yang digunakan oleh penderita. Seperti alat makan dan minum, atau perlengkapan lain. Naga (2012) berpendapat bahwa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah TBC yaitu: 1. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak di sembarangan tempat. 2. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan vaksinasi BCG. 3. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC, yang meliputi gejala, bahaya, dan akibat yang ditimbulkannya terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya. 4. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan memberikan pengobatan khusus kepada penderita TBC. Pengobatan dengan cara dirawat Universitas Sumatera Utara 16 dirumah sakit hanya dilakukan bagi penderita dengan kategori berat dan memerlukan pengembangan program pengobatannya, sehingga tidak dikehendaki pengobatan jalan. 5. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan desinfeksi, seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatian khusus terhadap muntahan atau ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit TBC (piring, tempat tidur, pakaian), dan menyediakan ventilasi dan sinar matahari yang cukup. 6. Melakukan imunisasi bagi orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan penderita, seperti keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan, dan orang lain yang terindikasi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular. 7. Melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang kontak dengan penderita TBC. Perlu dilakukan tes Tuberkulin bagi seluruh anggota keluarga. Apabila cara ini menunjukkan hasil negatif, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, dan perlu pemeriksaan intensif. 8. Dilakukan pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat, yaitu obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter dan diminum dengan tekun dan teratur, selama 6 bulan sampai 12 bulan. Perlu diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter. Francis (2011) menyatakan pencegahan penyakit tuberkulosis dapat dilakukan dengan cara penyediaan nutrisi yang baik, sanitasi yang adekuat, Universitas Sumatera Utara 17 perumahan yang tidak terlalu padat dan udara yang segar merupakan tindakan yang efektif dalam pencegahan TBC. Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), 2010 menjelaskan tentang pencegahan penularan penyakit TBC yaitu: a. Bagi masyarakat: 1. Makan makanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan tubuh meningkat untuk membunuh kuman TBC 2. Tidur dan istirahat yang cukup 3. Tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba 4. Lingkungan yang bersih baik tempat tinggal dan sekitarnya. 5. Membuka jendela agar masuk sinar matahari di semua ruangan rumah karena kuman TBC akan mati bila terkenan sinar matahari. 6. Imunisasi BCG bagi balita, yang tujuannya untuk mencegah agar kondisi balita tidak lebih parah bila terinfeksi TBC 7. Menyarankan apabila ada yang dicurigai TBC agar segera memeriksa diri dan berobat sesuai aturan sampai sembuh b. Bagi penderita: 1. Tidak meludah di sembarang tempat 2. Menutup mulut saat batuk atau bersin 3. Berperilaku hidup bersih dan sehat 4. Berobat sesuai aturan sampai sembuh 5. Memeriksa balita yang tinggal serumah agar segera diberikan pngobatan pencegahan Universitas Sumatera Utara 18 2.2. Pengetahuan 2.2.1. Pengertian Notoatmodjo (2010) menjelaskan, bahwa pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). 2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseroang semakin rendah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki. 2. Informasi/media massa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Universitas Sumatera Utara 19 3. Sosial, budaya, dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penularan sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 4. Lingkungan Lingkungan berpengaruh terhdap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timnal balik maupun tidak, yan akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. 6. Usia Usai mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Universitas Sumatera Utara 20 2.2.3. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Cara mengukur pengtahuan dapat dilakukan dengan menggunakan skala Guttman yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, dan seterusnya. Pada skala Guttman, hanaya ada dua interval, yaitu setuju dan tidak setuju. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun daftar check list. Untuk jawaban positif seperti benar, ya, tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1, sedangkan untuk jawaban negatif seperti salah, tidak, rendah, buruk dan semacamnya diberi skor 0 (Iskani, 2013). Untuk hasil pengukuran skor dikonversikan dalam presentase maka secara logika dapat dijabarkan untuk jawaban benar skor 1 = 1x100%, dan salah diberi skor 0= 0x0% = 0%. Namun hasil pengukuran sering ditemukan tidak 0% atau 100%, maka untuk memudahkan memberikan penilaian secara operasional maka digunakan rentang skala presentase antara 0% sampai 50%, dan 50% sampai 100% sebagai contoh hasil pengukuran 20%, maka ditepatkan pada rentang 0% sampai 50%, bila hasil pengukuran 50% maka ditempatkan pada 50% sampai 100% (Iskani, 2013). 2.2.4. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2011) adalah sebagai berikut: a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan: Universitas Sumatera Utara 21 1. Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara ini dipakai orang sebelum kebudayaan., bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini diakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. 2. Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengtahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menrima mempunai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. 3. Berdasarkan penglaman pribadi Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembail pengalaman yang pernah diperoleh dalam memceahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan. Cara ini disebut mode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodolgi pengetahuan. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Universitas Sumatera Utara 22 Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. 2.2.5. Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2011) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu baik dengan peresentase 76-100%, cukup dengan presentase 5675%, dan kurang dengan presentase < 56 %. 2.3. Sikap 2.3.1. Pengertian Notoatmodjo (2010) menjelaskan sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudahh melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2010) mendefinisikan sangat sederhana, yakni : “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Newcomb yang merupakan seorang ahli psikologi yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata Universitas Sumatera Utara 23 lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup. 2.3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah: 1. Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat memepunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosil yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, akan banyak mempengaruh pembentukan sikap kita terhadao sesuatu. 3. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan tekah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. 4. Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan irang. Pesan-pesan Universitas Sumatera Utara 24 sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari puast keagamaan serta ajaran-ajarannya. 6. Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang disadari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasu atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. 2.3.3. Fungsi Sikap Menrurut Khaz (Iih.Secord dan Backman, 1964) dalam Wawan dan Dewi (2011), sikap mempunyai 4 fungsi, yatitu: 1. Fungsi Instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana-tujuan. Disini sikap merupakan sarana mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana Universitas Sumatera Utara 25 obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek tersebut, demikian sebaliknya jika obyek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap yang bersangkutan. Fungsi ini juga disebut fungsi penyesuaian, karena dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang akan dapat menyesuaikan diri dengan secara baik terhadap sekitarnya. Misal orang yang mempunyai sikap anti kemewahan, karena dengan sikap tersebut orang yang bersangkutan mudah diterima oleh kelompoknya, karena ia bergabung dalam kelompok yang anti kemewahan. 2. Fungsi pertahanan ego Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya. Demi untuk mempertahankan egonya, orang yang berangkutan mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan egonya, dalam keadaan terdesak pada waktu diskusi dengan anaknya. 3. Fungsi ekspresi nilai Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat Universitas Sumatera Utara 26 menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu terhadap nilai tertentu, ini menggambarkankeadaan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan. Sistem nilai apa yang ada pada diri individu dapat dilihat dari nilai yang diambil oleh individu yang berangkutan terhadap nilai tertentu. 4. Fungsi pengetahuan Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan pengalaman-pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan. Elemenelemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan. 2.3.4. Komponen Sikap Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu: 1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. 2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam Universitas Sumatera Utara 27 sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. 3. Komponen konoatif (komponen perilaku, atau action component) merupakan aspek kecenderungan perperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/breaksi terhadap sesuatu dengan caracara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untukmengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku (Azwar, 2000 dalam Wawan dan Dewi, 2011). 2.3.5. Sifat Sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri Purwanto, 1998 dalam Wawan dan Dewi, 2011): 1. Sikap positif adalah kecenderungan mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Universitas Sumatera Utara 28 2.3.6. Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang unfavourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri dari atas pernyataan favourable dan unfavourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang diasjikan tidak semuapositif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali kepada objek sikap (Azwar, 2005 dalam Wawan dan Dewi, 2011). Wawan dan Dewi (2011) juga mengatakan, salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi sosial adalah bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengkukuran sikap, antara lain: a. Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals) Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel terhadap suati objek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajat favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang Universitas Sumatera Utara 29 mencerminkan derajat favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala. Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai (judges). Penilai in bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masingmasing pernyataan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalu titik skala rating yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju dengan skor 1 sampai 11 dengan Sangat Setuju. Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu. Median atau rerata perbedaan penilain antar penili terhadap item ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing item. Pembuat skala kemudian menyusun item mulai dari item yang memliki nilai skala terendah hingga tertinggi. Dari item tersebut, pembuat skala kemudian memilih item untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing item sikap tersebut. Teknik ini disusun oleh Thurstone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isue. Penilai melakukan rating terhadap item dakam tatanan yang sama terhadap isu tersebut. Universitas Sumatera Utara 30 b. Skala Likert (Methods of Summateds Rating) Likert (1932) mengajuka metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point disedrhanankan menjadi dua kelompok, yaitu yang favourabel dan unfavourabel. Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatsi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan agreement atau disagreement untuk masing-masing item dalam skala yang terdiri dari 5 point (Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju). Semua item yang favourabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan unuk yang Sangat Tidak Setuju nilainya 1. Sebaliknya untuk item yang unfavourabel nilai skala Sangat Setuju adalah 1 dan Sangat Tidak Setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal-interval scale). c. Multidimensional Scaling Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat multidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensial kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala item. Universitas Sumatera Utara