Untitled - Research Report - Universitas Muhammadiyah Malang

advertisement
i
Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang
i
ii
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
PIGMEN ANTOSIANIN:
IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Hak Cipta © Elfi Anis Saati, Rokhmatul Asiyah, M. Ariesandy, 2016
Hak Terbit pada UMM Press
Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144
Telepon (0341) 464318 Psw. 140, (0341) 7059981
Fax. (0341) 460435
E-mail: [email protected]
http://ummpress.umm.ac.id
Anggota APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia)
Cetakan Pertama, Agustus 2016
ISBN : 978-979-796-128-2
xii; 89 hlm.; 16 x 23 cm
Setting Layout: Septian R.
Cover: A.H. Riyantono
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak
karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk
fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harap
menyebutkan sumbernya.
iii
Sanksi Pelanggaran pasal 72: Undang-undang No. 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta:
1.
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (Satu Juta Rupiah),
atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00
(Lima Miliar Rupiah).
2.
Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
iv
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
v
KATA PENGANTAR
Pewarna non-pangan yang masih banyak (11,31%) digunakan dan
beredar di pasaran seperti Rhodamin B, Methanyl yellow dan
Amaranth, serta sebanyak 44% makanan jajanan di sekolah dinyatakan
tidak aman konsumsi, dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatan
dan kecerdasan generasi bangsa. Gerakan back to nature kian merambah
penggunaan bahan alam sebagai bahan aditif termasuk zat pewarna
alami. Kepentingan industri pewarna alami makanan menggantikan
pewarna sintetis telah meningkat secara signifikan selama tahun-tahun
terakhir, terutama disebabkan oleh masalah keamanan pangan. Jenis
pewarna yang potensial untuk dikembangkan adalah pigmen sebagai
sumber zat pewarna alami. Pentingnya akseptabilitas warna produk
dan kebutuhan untuk menarik lebih banyak konsumen telah
menghasilkan perkembangan pigmen baru untuk diaplikasikan pada
produk industri.
Pigmen seringkali dapat diperoleh dari semua bagian/organ tanaman
diantaranya bunga, buah, umbi, daun dan akar. Pigmen yang seringkali
ditemukan dalam bunga (floral) antara lain flavonoid, karotenoid dan
betalain, dan jenis pigmen flavonoid (termasuk antosianin) merupakan
pigmen yang paling banyak ditemukan dan tersebar luas di alam,
padahal negara Indonesia mempunyai kekayaan hayati yang amat
melimpah oleh karenanya punya potensi besar menggantikan pewarna
berbahaya tersebut.
Antosianin adalah senyawa pigmen yang bersifat amfoter, penyumbang
warna merah, merah muda, ungu dan biru. Sifat mudah larutnya
v
vi
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
kedalam air menjadikan pigmen antosianin sebagai bahan alam yang
banyak digunakan untuk dikonsumsi karena mudah diserap oleh tubuh,
dan memiliki kemampuan menangkap radikal bebas dan aktivitas
antioksidan yang tinggi serta menunjukkan efek penghambatan terhadap
pertumbuhan beberapa sel kanker.
Di luar negeri produk perwarna alami yang memiliki stabilitas
tinggi dapat digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk minuman,
makanan, obat-obatan, suplemen diet, kosmetik, barang kerajinan
maupun pakan ternak. Oleh karena hayati lokal kita amatlah beragam,
maka buku ini bermaksud memberi gambaran tentang eksplorasi pigmen
antosianin yang menggembirakan. Diantaraya bunga turi, mawar, kana
merah terbukti aman dikonsumsi dan efektif menyumbang warna alami
produk pangan seperti sari buah, sirup, saos (Saati dkk., 2007,2008)
serta dapat berperan menjadi protektor hati dan ginjal (Saati, 2012).
Lebih detail dijelaskan bagaimana metode isolasi dan identifikasi
yang tepat guna memperoleh informasi jenis pigmen antosianin.
Mengenalkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
keamanan pangan serta mengetahui kekayaan hayati potensial agar
dapat digunakan sebagai bahan aditif alami. Sesuai target kedaulatan
Pangan dari UU Pangan no 18 tahun 2012 adalah memberikan hak bagi
masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan
potensi sumber daya lokal. Sekaligus ingin mengetahui lebih dalam
tentang khasiat madu pada surat An Nahl ayat 69. "Kemudian makanlah
dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu
yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman
yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang yang
memikirkan." [QS. An-Nahl : 69]. Di situ dijelaskan bahwa madu
(merupakan minuman yang bermacam warnanya) adalah merupakan
kumpulan pigmen.
Ucapan terimakasih kepada DPPM DIKTI, DPPM-UMM dan semua
pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian terkait identifikasi
pigmen antosianin dan mafaatnya. Semoga tulisan ini dapat memberikan
manfaat yang luas.
Malang, April 2016
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................
v
DAFTAR ISI ...............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xi
BAB 1 FUNGSI PIGMEN SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAMI
PLUS .............................................................................................
1
A. Fungsi Pigmen sebagai Zat Pewarna dan Antioksidan
Alami pada Produk Industri ............................................
3
BAB 2 POTENSI BAHAN ALAM SEBAGAI SUMBER ZAT
PEWARNA DAN ANTIOKSIDAN ALAMI .........................
7
A. Prospektif Penggunaan Bahan Alam ..............................
9
B.
Pigmen Antosianin dan Kegunaannya ..........................
10
C. Fungsi Pigmen sebagai Zat Pewarna dan Antioksidan
Alami .....................................................................................
14
BAB 3 TEKNIK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PIGMEN
ANTOSIANIN ............................................................................
17
A. Metode Spektrofotometri ...................................................
18
B.
Metode Kromatografi dan KLT (Kormatografi Lapis
Tipis) .....................................................................................
vii
19
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
viii
C. Metode Fourier Transform Infrared (FTIR) .......................
21
D. Metode HPLC (High performance liquid chromatography) ...
22
E.
Metode LCMS (Liquid chromatography-mass spectrometry) ...
24
F.
Metode NMR (Nuclear magnetic resonance) ....................
25
BAB 4 HASIL IDENTIFIKASI PIGMEN ANTOSIANIN BUNGA
MAWAR .......................................................................................
29
A. Pelarut Ekstraksi .................................................................
31
B.
Hasil Isolasi dan Identifikasi Pigmen Antosianin .......
37
C. Pengujian Pigmen Antosianin sebagai Pewarna Alami
Produk...................................................................................
67
D. Pengujian Fungsional Pigmen sebagai Antioksidan Alami,
Melalui SGOT dan SGPT ..................................................
69
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
75
LAMPIRAN ................................................................................................
87
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Perubahan pH dan Warna Antosianin ................................
13
Tabel 2
Harga Rf Antosianidin dengan Beberapa Fase Gerak/
Mobil ...........................................................................................
20
Nilai Waktu Retensi HPLC dan Bobot Massa Antosianin
dalam Ekstrak ...........................................................................
23
Bobot Massa dari Beberapa Antosianidin, Gula dan Gugus
Asilasi pada Antosianin ..........................................................
26
Nilai Rerata Kadar Air, Kadar Gula Total, Vitamin C dan
Minyak Atsiri MBM Merah ...................................................
37
Nilai Rerata Kadar Air, pH, Absorbansi, Total Padatan
Terlarut Pigmen Bubuk dari Ekstrak MBM .......................
39
Nilai Rerata Intensitas Warna (Kecerahan, Kemerahan,
Kekuningan) Bubuk Pigmen Lokal Batu, Hibrid Holand ..
40
Peak Absorbansi Pita I - II Filtrat Pigmen Bunga Mawar
Lokal Batu Hasil Ektraksi dengan Beragam Pelarut ........
43
Rerata Kadar dan Rendemen Pigmen Bunga Mawar Lokal
Batu Akibat Beragam Pelarut Ekstraksi ..............................
44
Tabel 10 Nilai Absorbansi, Rf, Perubahan Warna Akibat Respon
Pemanasan serta Penambahan NaOH Terhadap Ekstrak
Pigmen Antosianin dalam MBM Lokal Batu .....................
46
Tabel 11a Penentuan Jenis Pigmen Antosianin Berdasarkan Nilai
Rf Analisa KLT .........................................................................
51
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
ix
x
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Tabel 11b Nilai Rf Analisa KLT (F 254) Glikon Hasil Fraksinasi
Kolom C18. .................................................................................
52
Tabel 12 Gugus Fungsi di Daerah Peak (Pita) Spektrum Infra Merah
pada Pigmen MBM Lokal Batu ............................................
54
Tabel 13 Sebaran Ion Bobot Molekul Pigmen Antosianin MBM
Lokal Batu Analisa LCMS ......................................................
60
Tabel 14 Penentuan Jenis Pigmen Antosianin MBM Lokal Batu
Metode NMR 1H .....................................................................
64
Tabel 15 Rerata Tingkat Kecerahan (L) dan Kemerahan (a+) Bubuk
Ekstrak Mawar Merah pada Perlakuan Potong Bunga
Mawar ........................................................................................
67
Tabel 16 Nilai pH Beberapa Produk Industri Tang Berpotensi
untuk Disumbang Warna Alami dari Pigmen Antosianin
Bunga Mawar Merah ..............................................................
68
Tabel 17 Nilai Intensitas Warna Beberapa Produk Industri Hasil
Aplikasi Pigmen Antiosianin 3,5% .......................................
69
Tabel 18 Daya Antioksidan Pigmen MBM Hasil Beragam Pelarut
Ekstraksi .....................................................................................
70
Tabel 19 Hasil Analisa Statistik Uji SGPT dan SGOT Tiga Dosis
Pemberian Tablet Dibandingkan dengan Kontrol dan
Pemberian CCl4. .......................................................................
71
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Struktur Molekul Antosianin ..........................................
11
Gambar 2
Beberapa Jenis Glikon yang Lepas Ikatan Aglikon ...
11
Gambar 3
Contoh Struktur Molekul Antosianin yang Lengkap ..
11
Gambar 4
Contoh Hasil Analisa Antosianin (Sorghum Hitam)
Berdasarkan Masa Tenggatnya (Ritention Time) .........
24
Penentuan Struktur Molekul Sianidin Berdasarkan
Analisa NMR1H .................................................................
27
Gambar 5b Struktur Molekul Pigmen Antosianin dengan Asilasi ...
27
Gambar 5a
Gambar 6
Gambar 7
Perbedaan Mahkota dan Warna Bunga Lokal Batu dan
Hibrid ..................................................................................
41
Grafik Sebaran Nilai Absorbansi Glikon (P1) Aglikon
(P2) Mawar Akibat Beragam Pelarut Ekstraksi ..........
43
o
Pemanasan pada suhu 80-100 C 5 menit, dengan 2M
HCl .......................................................................................
47
Gambar 8b Penambahan 2M NaOH ..................................................
47
Gambar 9a
Nilai Rf Hasil Pengamatan KLT Antosianin ...............
50
Gambar 9b Nilai Rf Hasil Pengamatan KLT Glikon, Jenis Gula
yang Diikat Antosianidin .................................................
50
Gambar 8a
Gambar 10
Pigmen Hasil Evaporasi Pigmen dan Isolat Hasil
Fraksinasi dengan Kolom C18 Bunga Mawar Lokal
Batu ......................................................................................
xi
50
xii
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Struktur Molekul Antosinidin yang Berbeda Gugus
Fungsi pada Cincin B .......................................................
55
Analisa FTIR Bahan Sample Hasil Ekstrak Kasar
Pigmen MBM .....................................................................
55
Sebaran Waktu Tambat Pigmen Standar dan Pigmen
MBM Lokal Batu ...............................................................
57
Waktu Tenggat Munculnya Pigmen Antosianin Fraksi
I (3,4 menit) dan II (3,9 menit) Hasil Fraksinasi C18. ...
59
Sebaran Peak Dominan Bobot Molekul Pigmen Sianidin
Hasil Analisa LCMS .........................................................
61
Gambar 16a Malvidin-glukosida (M1, M2a-b-c) dan PelargonidinGlukosida ............................................................................
62
Gambar 16b Analisa LCMS Antosianin ...............................................
62
Gambar 15
Gambar 17a Sebaran Signal Molekul Aglikon (Antosianidin) Jenis
Malvidin ..............................................................................
63
Gambar 17b Sebaran Signal Molekul Glikon ......................................
63
Gambar 18
Komponen Penyusun Malvidin-3-p-coumarilrutino
sida-5-glukosida .................................................................
66
Grafik Efek Pemberian Tablet Effervescent pada Tikus
Terhadap Nilai SGPT dan SGOT ..................................
73
Aplikasi Pigmen Antosianin pada Beberapa Produk
Pangan .................................................................................
87
Bubuk Pigmen (A) dan Tablet Effervescent (B) dari
Pigmen MBM Lokal Batu ................................................
87
Gambar 22
Tahapan Pengujian SGPT & SGOT pada Tikus .........
88
Gambar 23
Pengamatan Frekuensi Gelombang Gugus Fungsi
Pigmen MBM (fraksi I, II, ekstrak, & bubuk pigmen)
Analisa FTIR ......................................................................
89
Gambar 19
Gambar 20
Gambar 21
Fungsi Pigmen Sebagai Zat Pewarna Alami Plus
1
Bab 1
FUNGSI PIGMEN SEBAGAI ZAT
PEWARNA ALAMI PLUS
K
epentingan industri pewarna alami menggantikan pewarna sintetis
telah meningkat secara signifikan selama beberapa tahun terakhir,
terutama disebabkan oleh masalah keamanan pangan. Zat pewarna
alami dapat dikembangkan dari pigmen flavonoid khususnya antosianin,
yang diperoleh dari jaringan-jaringan tanaman yang ada di sekitar kita.
Ada yang terdapat dalam jaringan buah, bunga, daun, batang maupun
akar dari kelompok tanaman buah, sayuran maupun bunga (Nollet,
1996). Negara kita mempunyai kekayaan hayati melimpah, oleh karena
itu amat diperlukan upaya penggalian potensinya (Taslan, 2005).
Mawar (Rosa sp.) merupakan salah satu bunga potong yang banyak
diminati masyarakat, yang seringkali digunakan pada acara formal
maupun non formal. Dibalik keelokan warna bunga mawar, pigmen
antosianin yang dikandungnya diharapkan dapat memberikan harapan
sebagai zat pewarna alami yang menyumbangkan pengganti pewarna
berbahaya tersebut. Apabila jenis pigmen yang terkandung dalam
mahkota bunga mawar merah ini dapat diketahui, maka dapat
ditemukan sumber pigmen alternatif yang ketersediaannya banyak di
sekitar kita.
Secara konseptual, metode ekstraksi, isolasi dan identifikasi yang
tepat akan dapat menghasilkan kualitas pigmen yang maksimal dan
stabil serta informasi yang lebih lengkap terkait komponen penyusun
pigmen antosianin tersebut. Pigmen antosianin lebih stabil diekstraksi
1
2
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
menggunakan pelarut air atau alkohol yang diasamkan (Li, 2009; Barzack,
2005; Gizir, 2007). Beberapa jenis asam yang dapat digunakan antara
lain HCl, asam sitrat, asam laktat, asam sulfat, namun belum dilaporkan
jenis asam manakah yang paling efektif digunakan untuk mengekstraksi
pigmen antosianin, khususnya pigmen dalam MBM lokal Batu.
Metode ekstraksi, isolasi dan purifikasi yang tepat guna memperoleh
informasi jenis pigmen antosianin MBM lokal Batu, yaitu dengan
melaksanakan uji kualitatif dan uji kuantitatif meliputi analisa
Kromatografi (KLT, FT-IR dan HPLC) serta guna menunjang kevalidan
penentuan massa molekul senyawa dilaksanakan juga analisa LC-MS
dan menentukan struktur molekul jenis pigmen antosianin yang
dikandungnya menggunakan analisa NMR.
Permasalahan yang seringkali timbul dalam melakukan aplikasi
pigmen khususnya pigmen antosianin ini adalah stabilitasnya terhadap
pengaruh aspek suhu, cahaya, nilai pH, oksidasi, enzim dan keberadaan
logam serta senyawa lainnya. Stabilitas warna antosianin dapat
dipertahankan atau ditingkatkan dengan reaksi kopigmentasi. Antosianin
umumnya lebih stabil pada larutan asam, dan stuktur dominan
antosianin berada dalam bentuk inti kation flavium yang terprotonisasi
dan kekurangan elektron. Dalam upaya meningkatkan stabilitasnya
tersebut pigmen antosianin MBM lokal Batu dilakukan optimasi pH,
sebelum dilakukan penambahan kopigmen. Kopigmen yang diujikan
adalah komponen anion (pembawa gugus nitrat, sulfit, posfat dan
fenol) dan aditif alami, yang seringkali digunakan dalam pengolahan
pangan (sukrosa, garam NaCl dana asam sitrat) agar diketahui
kemanfaatan penggunaannya menjadi lebih luas.
Sifat mudah larutnya ke dalam air menjadikan pigmen antosianin
sebagai senyawa kimia yang banyak digunakan untuk dikonsumsi.
Dalam upaya meningkatkan potensi pigmen antosianin bunga mawar
perlu dilakukan uji efektivitas / aplikasinya pada produk pangan maupun
suplemen. Hal ini disebabkan karena mudah diserapnya pigmen
antosianin oleh tubuh, juga ditemukan bersifat sinergis dengan asam
sitrat (Saati dkk, 2009, didukung pendaftaran Paten di DIRJEN HAKI
No. P0000700579) dan gula (sebagai kesesuaian komponen glikon pada
antosianin) (Eskin, 1979; Rein, 2005), serta sebagai antioksidan dan
berpotensi digunakan sebagai bahan baku pangan fungsional seperti
tablet effervescent (Saati, 2009; Pendaftaran Paten No P00200900698). Ke
Fungsi Pigmen Sebagai Zat Pewarna Alami Plus
3
depan diharapkan dapat diaplikasikan untuk produk kesehatan, misalnya
untuk obat mengurangi resiko penyakit jantung, kanker, hyperlipidemias
dan penyakit kronis lainnya seperti penyakit diabetes dan stroke. Dalam
buku ini ditampilkan hasil pengujian SGPT-SGOT ekstrak, isolat pigmen
dan tablet effervescent pada tikus.
Di negara maju penggunaan zat pewarna alami pada produk
makanan sudah digalakkan, produk perwarna alami yang dapat
digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk minuman, makanan, obatobatan, suplemen diet, kosmetik, barang kerajinan maupun pakan ternak
(US Patent No. 20090246343, Wu et. al, 2008). Dengan demikian hasil
penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi pengembangan
potensi bunga mawar sebagai zat pewarna alami dan bioaktif
(antioksidan) pada beberapa produk industri, agar meningkatkan
dayagunanya serta turut mendukung pemberdayaan kekayaan hayati
lokal untuk memperbanyak persediaan pangan sehat dan menambah
pendapatan masyarakat.
A. Fungsi Pigmen sebagai Zat Pewarna dan Antioksidan Alami pada
Produk Industri
Menurut Henry dan Houghton (1996), bahwa warna yang
ditambahkan pada makanan karena mempunyai tujuan antara lain:
mempertegas warna yang telah ada pada produk makanan, meyakinkan
keseragaman warna makanan dari tahap ke tahap, mempertahankan
penampakan asli makanan dan untuk memberi warna dengan sengaja
pada makanan. Menurut Fardiaz, dkk (1987), bila dibandingkan dengan
pewarna-pewarna sintetis, penggunaan warna alami mempunyai
keterbatasan antara lain: (1) seringkali memberikan rasa dan flavor khas
yang diinginkan, (2) konsentrasi yang rendah, (3) stabilitas pigmen yang
rendah, (4) keseragaman warna yang kurang baik, dan (5) spektrum
warna yang tidak seluas seperti pewarna sintetis.
Pigmen antosianin adalah pewarna alami penyebab warna merah,
oranye, ungu dan biru, banyak terdapat pada bunga seperti bunga
krisan, pelargonium, aster cina (Lewis et al., 1997) dan buah-buahan
(buah apel, chery, anggur, strawberi (Harborne, 1987, De Man, 1989,
Nollet, 1996), juga terdapat pada buah mangsi (Irawati, 2002).
Menurut Henry dan Houghton (1996), ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan aplikasi pewarna terhadap produk, harus
4
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
dipertimbangkan dalam proses pembuatannya, yaitu antara lain: (i)
Kelarutan pigmen, yaitu antosianin larut dalam air, sedangkan kurkumin,
klorofil dan xantofil larut dalam minyak atau lemak, (ii) Bentuk kimia,
yaitu pewarna tersedia dalam bentuk antara lain ekstrak, bubuk, pasta,
dan konsentrat. Penentuan pemakaian bentuk pewarna sangat penting
untuk mengetahui bahwa warna akan berubah jika pigmen rusak selama
prossesing. Peningkatan suhu sering sekali menyebabkan rusaknya
struktur pigmen yang menyebabkan perubahan warna. (iii) Tingkat
kesamaan (pH), pewarna makanan yang dalam air (terutama yang
berbentuk cairan) dibuat dengan pH maksimum. Penambahan larutan
buffer ke dalam produk akan berubah pH larutan, dan (iv) Bahan
tambahan lain.
Sebagai acuan syarat kesehatan digunakan syarat mutu air untuk
industri hasil pertanian pangan atau air minum, di antaranya kandungan
Cl (cloride) maksimum 250 mg/l, dengan kandungan phenol (phenolik)
maksimal 0,002 mg/l, kandungan maksimal untuk unsur berbahaya
seperti Fe, Mn, Pb, dan Cu, masing - masing sebesar 0,2; 0,1; 0,5 dan
3,0 mg/l (Susanto dan Saneto, 1994).
Radikal bebas yaitu suatu molekul beroksigen (mengandung O)
dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak
berpasangan. Karena tidak berpasangan tersebut maka molekul tersebut
menjadi tidak stabil. Senyawa bioaktif seperti pigmen flavonoid, atau
antosianin merupakan suatu molekul yang bersifat sebagai antioksidan,
yaitu merupakan zat yang anti terhadap zat lain yang bekerja sebagai
oksidan. Antioksidan mempunyai peran yang penting dalam membantu
mencegah kerusakan sel-sel sehat akibat adanya radikal bebas tersebut.
Pigmen flavonoid, khususnya antosianin tidak hanya berperan dalam
menyumbangkan warna alami pada makanan, minuman, obat-obatan
dan kosmetik, bahkan menurut Soni and Maria (2007), bahwa sejumlah
penelitian menunjukkan dampak potensial kelompok flavonoid antara
lain mengurangi resiko penyakit jantung, kanker, hyperlipidemias dan
penyakit kronis lainnya melalui asupan makanan kaya antosianin. Pada
penelitian dan paten yang terdahulu, senyawa antioksidan yang telah
diketahui diperoleh dari ekstrak / juice nanas, dari Paten USPTO No.
6224926 ( 23 Agustus 1999) oleh Ronald E. Wrolslad and Ling Wen
digunakan sebagai anti-browning. Berbagai metode pengujian aktivitas
antioksidan telah digunakan untuk meneliti dan membandingkan
Fungsi Pigmen Sebagai Zat Pewarna Alami Plus
5
aktivitas antioksidan dalam makanan. Aktivitas antioksidan
menggunakan metode penangkapan radikal bebas dapat dilakukan
dengan cepat, mudah dan sederhana. Metode DPPH (2,2-Diphrnyl-2picrylhydrazyl) digunakan untuk mengetahui kemampuan zat antioksidan
untuk menangkap radikal bebas (Hatano et al, 1998). Radikal 2,2Diphrnyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) adalah radikal bebas stabil yang
menerima sebuah elektron atau hidrogen untuk diubah menjadi molekul
diamagnetik. DPPH banyak digunakan pada sistem penelitian aktivitas
penangkapan radikal pada senyawa alami tumbuhan. Aktivitas
antiradikal ditandai dengan perubahan warna larutan dari ungu menjadi
kuning bening dengan penurunan absorbansi pada panjang gelombang
517 nm (Soares et al, 1997).
6
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Potensi Bahan Alam Sebagai Sumber Zat Pewarna dan Antioksidan Alami
7
Bab 2
POTENSI BAHAN ALAM SEBAGAI SUMBER
ZAT PEWARNA DAN ANTIOKSIDAN ALAMI
W
arna di dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor yang
penting dalam kualitas bahan pangan tersebut, disamping tekstur, rasa
dan atribut sensori lainnya (Joshi dan Brimelow, 2002). Pewarna dalam
produk pangan umumnya bertujuan: (1) memperbaiki penampakan
makanan yang memudar akibat pengolahan; (2) memperoleh warna
yang seragam pada komoditi yang warna alamiahnya tidak seragam; (3)
memperoleh warna yang lebih baik daripada warna aslinya; (4)
melindungi vitamin dan flavor yang peka terhadap cahaya selama
penyimpanan; (5) sebagai identitas produk dan (6) indikator visual dari
kualitas (Hendry, 1996; Francis, 2002).
Warna yang tampak pada makanan dikarenakan dua hal, yaitu
penambahan pewarna sintetis dan karena adanya pigmen alami atau
tanpa tambahan bahan dari luar. Dalam Undang-undang Pangan RI
Nomor 7 Tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi
dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Keamanan pangan
ini berkaitan erat dengan sanitasi pangan, bahan tambahan makanan,
rekayasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan mutu
pangan dan pemeriksaaan laboratorium serta pangan tercemar (Depkes
RI, 2000).
7
8
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Padahal kenyataan di Indonesia, dalam melakukan bisnisnya
produsen makanan masih banyak menggunakan bahan tambahan
makanan (food additive) yang kurang terpantau baik dalam ketepatan
bahan yang digunakan maupun dosis yang digunakan, diantaranya
adalah zat pewarna seperti laporan hasil survey BPOM Tahun 2006.
Padahal produk perwarna alami yang memiliki kestabilan sangat baik
dapat digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk minuman, makanan,
obat-obatan, suplemen diet, kosmetik, barang kerajinan maupun pakan
ternak (US Patent No. 20090246343, Wu et. al, 2009).
Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan banyak komoditas
hortikultura (buah-buahan, sayuran dan bunga) selain sarat mengandung
vitamin dan mineral juga mengandung senyawa non-gizi yang ternyata
manfaatnya besar bagi kesehatan. Komponen non-gizi yang dimaksud
adalah serat, bioaktif, dan lain-lain. Dari penelitian yang telah dilakukan
terungkap bahwa komponen bioaktif dapat menetralkan racun obat dan
zat karsinogen dengan jalan menetralkan radikal bebas, menghambat
enzim yang mengaktifkan karsinogen sekaligus merangsang enzim
yang menetralkan zat karsinogen.
Di negara maju penggunaan zat pewarna makanan dilakukan
dengan sangat hati-hati, sedangkan di negara berkembang termasuk
negara kita, pengawasan pewarna makanan sintetis yang berbahaya
masih sulit dilakukan (Nugrahaningsih, 2002). Zat pewarna sintetis ada
kecenderungan disalah- gunakan pemakaiannya, misalnya akhir-akhir
ini disinyalir (diberitakan dalam media massa, cetak) banyak makanan
dan minuman yang beredar mengandung pewarna yang bukan pewarna
makanan (tetapi untuk tekstil dan kulit) dan mengandung pewarna
makanan yang sudah dilarang digunakan dan dinyatakan sebagai bahan
berbahaya. Apalagi Badan Pengkajian Pengawas Obat dan Makanan
MUI mengindikasikan bahwa masih banyak produk makanan, obat dan
kosmetik yang beredar di negara kita, diproduksi dengan proses yang
dikategorikan haram. Residu penggunaan alkohol pada suatu proses
produksi disarankan POM MUI tidak boleh melebihi kadar 1%. Menurut
fatwa MUI terbaru dinyatakan bahwa minuman olahan dengan kadar
etanol kurang dari 1 % bukanlah khomr tetapi haram dikonsumsi
(Yaqin, BP-POM MUI Jatim, 2006).
Hasil penelitian Ghorpade dalam Maga (1994) menunjukkan bahwa
warna hijau dari F.D dan C. Green Indigocarmine (contoh pewarna sintetis)
Potensi Bahan Alam Sebagai Sumber Zat Pewarna dan Antioksidan Alami
9
dapat meracuni sel sumsum tulang. Tartarin, pewarna kuning sintetis
dapat menimbulkan reaksi gatal-gatal, asma dan sebagainya (Darmansjah,
1995). Penggunaan antioksidan sintetik dalam waktu lama dan dosis
yang berlebihan dapat menyebabkan karsinogenik maupun kanker, maka
diperlukan pemanfaatan bahan alami dengan harapan lebih aman untuk
digunakan pada berbagai produk makanan (Giese, 1996).
A. Prospektif Penggunaan Bahan Alam
Menurut Jenie et al. (1994), penggunaan pewarna sintetik sebagai
pewarna makanan atau minuman dapat berdampak negatif yaitu
menyebabkan toksik dan karsiogenik. Untuk itu perlu pengembangan
alternatif zat warna yang aman, yaitu dengan meningkatkan pemakaian
pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan (Lauro dalam Wroldstard, 1998).
Oleh karena itu sekarang ini sudah saatnya kita memasyarakatkan
kembali penggunaan senyawa bioaktif, diantaranya sosialisasi pentingnya
zat pewarna dan antioksidan alami pada makanan, dan mencari metode
bagaimana penggunaannya agar mudah dan praktis (applicable) ( Susanto,
2002; Saati, 2012; Taslam, 2005).
Zat pewarna alami yang bersifat lebih aman, dapat digunakan dari
pigmen karotenoid, kurkumin, antosianin dan pigmen lainnya, yang
terdapat dalam jaringan buah, bunga, daun, batang maupun akar
tanaman. Menurut Hudson (2007), antioksidan alami yang terdapat
dalam makanan berasal dari kelompok bahan tambahan makanan yang
khusus diisolasi dari sumber-sumber alam dan ditambahkan ke dalam
bahan pangan.
Dengan hasil penelitian-penelitian yang menunjukkan efek samping
dari penggunaan bahan kimia/sintetis terhadap kesehatan manusia,
pada akhirnya menyadarkan kita akan pentingnya menjaga kesehatan
dengan menggunakan bahan alami (back to nature). Zat pewarna alami
merupakan senyawa pewarna yang berasal dari sumber-sumber makhluk
hidup seperti hewan dan tanaman. Zat pewarna sintetik merupakan
senyawa pewarna yang dihasilkan melalui proses sintetik kimia. Oleh
karena itu sudah sangat diperlukan upaya penggalian potensi kekayaan
hayati negeri kita, yang terkenal begitu melimpah (Taslan, 2005).
Flavonoid adalah jenis pigmen yang bersifat larut dalam air, yang
termasuk didalamnya adalah antosianin dan antosantin, kedua-duanya
merupakan pigmen yang dapat dihasilkan dari mahkota bunga, sesuai
10
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
dengan asal namanya “anthos” (bahasa Latin) yang berarti bunga.
Melalui Uji LD50 terbukti dalam penelitian Saati, dkk. (2007), bahwa
pigmen bunga kana merah dan kana kuning terbukti tidak toksik,
berarti aman dikonsumsi manusia.
Zat pewarna alami ini dapat digunakan dalam berbagai aplikasi
makanan dan minuman, seperti pada sereal, produk roti, pasta / mie,
gula, produk susu, es krim, olahan daging, olahan unggas, dan produk
makanan laut, acar, kerupuk, dan sebagainya (Wu et. al, 2008 : Patent
No. 20090246343). Di luar negeri, sudah banyak digunakan pada
produk daging dan unggas, susu, tepung, roti, minuman, obat-obatan
dan kosmetik (Borzelleca and Hallagan, 1992). Bahkan menurut Soni et.
al. (2009), bahwa sejumlah penelitian menunjukkan dampak potensial
kelompok flavonoid antara lain mengurangi resiko penyakit jantung,
kanker, hyperlipidemias dan menurut Garz’on et al. (2009), bahwa
penyakit kronis seperti diabetes melitus dan stroke dapat dicegah melalui
asupan makanan kaya antosianin.
B. Pigmen Antosianin dan Kegunaannya
Antosianin merupakan pigmen yang tergolong senyawa flavonoid,
mengandung dua cincin benzena yang dihubungkan oleh tiga atom
karbon dan dirapatkan oleh satu atom oksigen sehingga terbentuk
cincin di antara dua benzena. Senyawa antosianin merupakan senyawa
kation flavium, yang tergolong ke dalam turunan benzopiran. Stuktur
utama turunan benzopiran ditandai dengan adanya dua cincin aromatik
benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan tiga atom karbon dan satu
atom O yang membentuk cincin. Antosianin merupakan pigmen alami
yang dapat menghasilkan warna biru, ungu, violet, magenta dan kuning.
Pigmen ini larut dalam air yang terdapat pada bunga, buah dan daun
tumbuhan (Moss, 2002).
Pigmen antosianin adalah pigmen yang bersifat larut air, terdapat
dalam bentuk aglikon sebagai antosianidin dan glikon sebagai gula
yang diikat secara glikosidik (seperti pada Gambar 1). Bersifat stabil
pada pH asam, yaitu sekitar 1-4, dan menampakkan warna oranye,
merah muda, merah, ungu hingga biru.
Potensi Bahan Alam Sebagai Sumber Zat Pewarna dan Antioksidan Alami
11
Gambar 1. Struktur Molekul Antosianin (Sumber : Li, 2009)
Glikon yang seringkali diikat oleh antosianidin (sebagai aglikon)
dalam pigmen antosianin antara lain:
Gambar 2. Beberapa Jenis Glikon yang Lepas Ikatan dari Aglikonnya
Beberapa contoh ikatan antara antosianidin (aglikon) dengan glikon:
Gambar 3. Contoh Struktur Molekul Antosianin yang Lengkap (Rein, 2005)
12
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Antosianin terdapat dalam vakuola sel bagian tanaman. Vakuola
adalah organel sitoplasmik yang berisikan air, serta dibatasi oleh
membran yang identik dengan membran tanaman (Kimbal, 1993). Secara
kimia antosianin merupakan turunan garam flavilum atau benziflavilum.
Antosianin merupakan satuan gugus glikosida yang terbentuk dari
gugus aglikon dan glikon (Markakis, 1982). Terdapat lima jenis gula
yang ditemui pada molekul antosianin, yaitu: glukosa, rhamnosa,
galaktosa, xilosa dan arabinosa. Sedangkan senyawa-senyawa bentuk
lainnya sangat jarang ditemui (Francis, 1985).
Pigmen antosianin tersebut banyak ditemukan dari mahkota bunga,
seperti bunga mawar, kana, kembang sepatu, rosella, gladiol, turi dan
lain-lain yang menampilkan warna merah muda - tua, keunguan hingga
biru. Namun pigmen ini juga dapat diambil dari beberapa organ tanaman
dari umbi, daun hingga buah, seperti ubi jalar ungu, lobak, beet, kol
meah/ungu, daun bayam merah keunguan, buah arbei, strobbery, anggur,
duwet dan kulit buah naga.
Pigmen ini mempunyai absorbansi maksimal pada kisaran panjang
gelombang 480-528 nm, dan menurut Henry (1996), antosianin
ditampakkan oleh panjang gelombang dari absorbsi maksimal spektrum
pada 525 nm. Masing-masing jenis antosianin memiliki absorbansi
maksimal pada panjang gelombang tertentu. Dengan pelarut etanol,
jenis pelargonidin berkisar antara 498-513 nm, sianidin pada 514-523
nm, delfinidin 534 nm, dan malvidin 543 nm. Senyawa antosianin
ditemukan dalam ekstrak air tumbuhan, bahkan senyawa yang hanya
larut sedikit dalam air ini, kepolarannya memadai untuk diekstraksi
oleh metanol, etanol atau aseton, yang juga sering digunakan untuk
ekstraksi flavonoid.
Sifat dan warna antosianin di dalam jaringan tanaman dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti: jumlah pigmen, letak dan jumlah gugus
hidroksi dan metoksi, kopigmentasi, dan sebagainya (Markakis, 1982).
Warna antosianin berubah dengan berubahnya pH. Pada pH tinggi
antosianin akan berwarna biru, kemudian berwarna violet dan akhirnya
berwarna merah pada pH rendah (DeMan, 1997). Konsentrasi pigmen
yang tinggi di dalam jaringan akan menyebabkan warna merah,
konsentrasi sedang menyebabkan warna jingga hingga ungu, sedangkan
konsentrasi rendah menyebabkan warna biru (Winarno, 2002). Jumlah
gugus hidroksi yang dominan menyebabkan warna cendrung biru dan
Potensi Bahan Alam Sebagai Sumber Zat Pewarna dan Antioksidan Alami
13
relatif tidak stabil. Sedangkan jumlah gugus metoksi yang dominan
dibandingkan gugus hidroksi pada stuktur antosianidin, menyebabkan
warna cendrung merah dan relatif lebih stabil.
Antosianin adalah senyawa yang bersifat amfoter, yaitu memiliki
kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam maupun dengan basa.
Dalam media asam, antosianin berwarna merah seperti halnya saat
dalam vakuola sel dan berubah menjadi ungu dan biru jika media
bertambah basa. Perubahan warna karena perubahan kondisi lingkungan
ini tergantung dari gugus yang terikat pada stuktur dasar dari posisi
ikatannya (Charley, 1970). Perubahan pH mengakibatkan perubahan warna
antosianin seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
Antosianin adalah pigmen penyumbang warna merah, merah muda,
ungu dan biru (Lewis et al., 1997), dapat diperoleh dari mahkota bunga
yang berwarna merah, pink, ungu dan biru, Pigmen antosianin yang
umumnya diinginkan pada beberapa produk pangan seperti sirup, sari
buah, jelly, yoghurt (Saati dan Asmi Abbas, 2003), tepung, susu, makanan
bayi, aneka kue, cake dan lain-lain. Hasil penelitian ekstraksi buah arbei
menunjukkan bahwa penggunaan pelarut etanol dan asam sitrat (90 : 10)
menghasilkan pigmen antosianin yang lebih baik, dibandingkan pelarut
asam sitrat saja atau dengan aquades dan asam sitrat serta terbukti efektif
menyumbangkan warna kue bolu kukus (Mulyanto, 2006).
Tabel 1. Perubahan pH dan Warna Antosianin
Sumber: Rein (2005)
14
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Ekstrak arbei tersebut juga terbukti mempunyai kemampuan
menangkap radikal bebas tertinggi pada suhu 100oC pada pemanasan
selama 10 menit (Pramono, 2007), sesuai pendapat Hudson (2007)
bahwa antioksidan alami dapat diperoleh dari sumber-sumber alam
dan dapat ditambahkan ke dalam bahan pangan. Studi baru-baru
menunjukkan bahwa antosianin memiliki kemampuan menangkap
radikal bebas dan aktivitas antioksidan yang tinggi serta menunjukkan
efek penghambatan terhadap pertumbuhan beberapa sel kanker. Hewan
percobaan menunjukkan bahwa asupan oral antosianin dari ungu ubi
jalar (Ipomea batatas L.) dan kubis merah (Brassica oleracea L.) menekan
tikus karsinogenesis kolon akibat diinduksi 1,2-dimethylhydrazine dan 2
- amino-1-metil-6-phenylimidazo-[4,5-b] piridin ( Hui et. al., 2004).
C. Fungsi Pigmen sebagai Zat Pewarna dan Antioksidan Alami
Menurut Henry dan Houghton (1996), bahwa warna yang
ditambahkan pada makanan karena mempunyai tujuan antara lain:
mempertegas warna yang telah ada pada produk makanan, meyakinkan
keseragaman warna makanan dari tahap ke tahap, mempertahankan
penampakan asli makanan dan untuk memberi warna dengan sengaja
pada makanan. Menurut Fardiaz, dkk (1987), bila dibandingkan dengan
pewarna-pewarna sintetis, penggunaan warna alami mempunyai
keterbatasan antara lain: (1) seringkali memberikan rasa dan flavor khas
yang diinginkan, (2) konsentrasi yang rendah, (3) stabilitas pigmen yang
rendah, (4) keseragaman warna yang kurang baik, dan (5) spektrum
warna yang tidak seluas seperti pewarna sintetis.
Pigmen antosianin adalah pewarna alami penyebab warna merah,
oranye, ungu dan biru, banyak terdapat pada bunga seperti bunga
krisan, pelargonium, aster cina (Lewis et al., 1997) dan buah-buahan
(buah apel, chery, anggur, strawberi (Harborne, 1987, De Man, 1989,
Nollet, 1996), juga terdapat pada buah mangsi (Irawati, 2002).
Menurut Henry dan Houghton (1996), ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan aplikasi pewarna terhadap produk, harus
dipertimbangkan dalam proses pembuatannya, yaitu antara lain: (i)
Kelarutan pigmen, yaitu antosianin larut dalam air, sedangkan kurkumin,
klorofil dan xantofil larut dalam minyak atau lemak, (ii) Bentuk kimia,
yaitu pewarna tersedia dalam bentuk antara lain ekstrak, bubuk, pasta,
dan konsentrat. Penentuan pemakaian bentuk pewarna sangat penting
Potensi Bahan Alam Sebagai Sumber Zat Pewarna dan Antioksidan Alami
15
untuk mengetahui bahwa warna akan berubah jika pigmen rusak selama
prossesing. Peningkatan suhu sering sekali menyebabkan rusaknya
struktur pigmen yang menyebabkan perubahan warna. (iii) Tingkat
kesamaan (pH), pewarna makanan yang dalam air (terutama yang
berbentuk cairan) dibuat dengan pH maksimum. Penambahan larutan
buffer ke dalam produk akan berubah pH larutan, dan (iv) Bahan
tambahan lain.
Sebagai acuan syarat kesehatan digunakan syarat mutu air untuk
industri hasil pertanian pangan atau air minum, di antaranya kandungan
Cl (cloride) maksimum 250 mg/l, dengan kandungan phenol (phenolik)
maksimal 0,002 mg/l, kandungan maksimal untuk unsur berbahaya
seperti Fe, Mn, Pb, dan Cu, masing - masing sebesar 0,2; 0,1; 0,5 dan
3,0 mg/l (Susanto dan Saneto, 1994).
Radikal bebas yaitu suatu molekul beroksigen (mengandung O)
dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak
berpasangan. Karena tidak berpasangan tersebut maka molekul tersebut
menjadi tidak stabil. Senyawa bioaktif seperti pigmen flavonoid, atau
antosianin merupakan suatu molekul yang bersifat sebagai antioksidan,
yaitu merupakan zat yang anti terhadap zat lain yang bekerja sebagai
oksidan. Antioksidan mempunyai peran yang penting dalam membantu
mencegah kerusakan sel-sel sehat akibat adanya radikal bebas tersebut.
Pigmen flavonoid, khususnya antosianin tidak hanya berperan dalam
menyumbangkan warna alami pada makanan, minuman, obat-obatan
dan kosmetik, bahkan menurut Soni and Maria (2007), bahwa sejumlah
penelitian menunjukkan dampak potensial kelompok flavonoid antara
lain mengurangi resiko penyakit jantung, kanker, hyperlipidemias dan
penyakit kronis lainnya melalui asupan makanan kaya antosianin. Pada
penelitian dan paten yang terdahulu, senyawa antioksidan yang telah
diketahui diperoleh dari ekstrak / juice nanas, dari Paten USPTO No.
6224926 ( 23 Agustus 1999) oleh Ronald E. Wrolslad and Ling Wen
digunakan sebagai anti-browning. Berbagai metode pengujian aktivitas
antioksidan telah digunakan untuk meneliti dan membandingkan
aktivitas antioksidan dalam makanan. Aktivitas antioksidan
menggunakan metode penangkapan radikal bebas dapat dilakukan
dengan cepat, mudah dan sederhana. Metode DPPH (2,2-Diphrnyl-2picrylhydrazyl) digunakan untuk mengetahui kemampuan zat antioksidan
untuk menangkap radikal bebas (Hatano et al, 1998). Radikal 2,2-
16
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Diphrnyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) adalah radikal bebas stabil yang
menerima sebuah elektron atau hidrogen untuk diubah menjadi molekul
diamagnetik. DPPH banyak digunakan pada sistem penelitian aktivitas
penangkapan radikal pada senyawa alami tumbuhan. Aktivitas
antiradikal ditandai dengan perubahan warna larutan dari ungu menjadi
kuning bening dengan penurunan absorbansi pada panjang gelombang
517 nm (Soares et al, 1997).
Teknik Isolasi dan Identifikasi Pigmen Antosianin
17
Bab 3
TEKNIK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI
PIGMEN ANTOSIANIN
E
kstraksi merupakan suatu cara untuk memisahkan campuran
beberapa zat menjadi komponen terpisah (Winarno et al., 1973). Waktu
ekstraksi zat pewarna alami harus diketahui secara optimal dan juga
harus dipertimbangkan dari segi efektifitasnya. Efektifitas ekstraksi
tidak dapat dilepaskan dari kemampuan bahan pengekstrak untuk
melarutkan senyawa yang diekstrak. Peristiwa pembentukan larutan
dikatakan sebagai interaksi antara pelarut dengan zat yang dilarutkan
(Winarno et al., 1973). Bila dikaitkan dengan energi, maka defenisi
pelarutan adalah: (1) Peristiwa pemutusan ikatan solut-solut yang
membutuhkan energi; (2) Peristiwa pemutusan ikatan solven-solven
yang membutuhkan energi; (3) Peristiwa pembentukan ikatan solutsolven yang melepaskan energi. Jadi, apabila energi yang dilepaskan
pada tahap 3 dapat menutup energi yang dibutuhkan pada tahap 1 dan
2 maka zat dapat terlarut (Petrucci, 1987).
Ekstraksi adalah proses pengeluaran sesuatu zat dari campuran
bahan dengan jalan menambahkan bahan ekstraksi tepat pada
waktunya. Hanya zat yang diekstrak yang dapat larut dalam bahan
ekstraksi. Pemisahan yang diinginkan dapat terjadi karena adanya
perbedaan dalam sifat yaitu dapat larutnya antara bahan-bahan
campuran dari suatu campuran zat dalam bahan pelarut. Untuk
mendapatkan senyawa pengekstrak yang baik, diperlukan bahan
pengekstrak yang memiliki kepolaran yang sama dengan zat yang
17
18
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
diekstrak. Senyawa non polar hanya dapat larut dengan baik dalam
senyawa non polar seperti eter, kloroform, benzen, etanol dan metanol.
Hal serupa juga berlaku pada senyawa polar yang hanya dapat larut
dengan baik dalam senyawa polar seperti air. Senyawa bioaktif yang
diekstrak tersebut akan larut dalam pelarut karena kesesuaian/
kesamaan polaritas yang disebut like disolves like (Chan et al., 2009).
Berbagai senyawa organik, pada umumnya termasuk dalam senyawa
non polar. Senyawa-senyawa organik menggabungkan atomnya dengan
membagi secara bersama elektron-elektron dari atomnya. Ikatan yang
terjadi dikenal sebagai ikatan kovalen (Hart, 1990).
Antosanin dapat diekstrak dengan pelarut agak polar dan jenis pelarut
yang digunakan mempunyai kesesuaian kelarutan dengan antosianin, baik
dari segi polaritasnya maupun tingkat kelarutannya dalam air atau dapat
bercampur dengan air dalam berbagai proporsi. Menurut Markakis (1982),
metode ekstraksi yang baik untuk bahan hayati (yang berasal dari tanaman)
adalah dengan melarutkan bahan ke dalam 1% HCl dalam metanol.
Aamun untuk penerapan dalam pangan, metode ekstraksinya menggunakan
1% HCl dalam etanol. Hal ini dikarenakan sifat toksik dari metanol.
Berbagai contoh ekstraksi antosianin misalnya ekstraksi dengan
menggunakan etanol dengan HCl 1,5N pada kulit buah rambutan (Wijaya
et al. 2001), ekstraksi dengan menggunakan etanol pada kulit buah duwet
(Sari, 2005). Guillotin et al., (2009) telah memastikan bahwa deglikosilasi
antosianin menyebabkan hilangnya stabilitas warna dan molekul. Oleh
karennya jika menggunakan enzim untuk ekstraksi jus buah maka
dianjurkan tanpa glikosidase.
A. Metode Spektrofotometri
Sudah lama sekali ahli kimia menggunakan warna sebagai suatu
pembantu dalam mengidentifikasi zat kimia. Spektrofotometer adalah
suatu alat atau instrumen untuk mengukur trasmisi atau absorben suatu
contoh sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri dapat
dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari penilikan visual dimana
studi yang lebih terinci mengenai pengabsorpsian energi cahaya oleh
spesies kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian
pula pengabsorpsian yang menyendiri pada suatu panjang gelombang
tertentu, memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam pencirian
dan pengukuran kuantitatif.
Teknik Isolasi dan Identifikasi Pigmen Antosianin
19
Kebanyakan penerapan spektrofotometri ultraviolet dan cahaya
tampak pada senyawa organik yang didasarkan pada transisi n-Π* atau
pun Π-Π* dan karenanya memerlukan hadirnya gugus kromoforat
dalam molekul itu. Transisi ini terjadi pada daerah spektrum sekitar 200
hingga 700 nm yang praktis untuk digunakan dalam eksperiment.
Spektrofotometer UV - V15 yang komersial biasanya beroperasi dari
sekitar 175 atau 200 hingga 1000 nm. Identifikasi kualitatif senyawa
organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas daripada daerah inframerah,
ini karena pita absorbsi terlalu lebar dan kurang terperinci (....., tahun..).
Untuk antosianin diperlukan pelarut HCl 0,4 M dalam methanol
dalam ekstraksinya. Spektrum khas flavonoid terdiri atas dua maksimal
pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 (pita I). Rentangan
serapan spektrum untuk antosianin dan antosianidin adalah 270-280
nm (pita II) dan 465-560 nm pada pita I (Markham, 1988), sedangkan
menurut Harborne (1996) jangka spektrum tampak dari antosianin
adalah 475 sampai 550 nm.
B. Metode Kromatografi dan KLT (Kormatografi Lapis Tipis)
Kromatografi adalah proses pemisahan yang didasarkan pada
perbedaan distribusi komponen diantara fase gerak dan fase diam
(Vogel, 1987). Pemisahan komponen pigmen antosianin dari ekstrak
kulit anggur dapat dilakukan dengan cara kromatografi kertas atau KKt
dengan menggunakan kertas Whatman no.1 atau no.3 (Anderson et al.,
1970). Adapun pengembang yang digunakan Harbone (1987) adalah
campuran n-butanol : asam asetat : air (4:1:5 v/v), campuran n-butanol:
HCl 2 M (1:1 v/v) atau 1% HCl yang dipakai sebagai lapisan atas.
Dengan metode ekstraksi menurut Nyman and Kumpulainen (2001)
pigmen bunga kana merah tua dapat terdeteksi yaitu pigmen antosianin
dari jenis antosianidin (didominasi delfinidin, kemudian malvinidin
gilkosida), melalui metode kromatografi kertas (KKt) dan
Spketrofotometri UV-Vis. Bunga kana merah muda diketahui
mengandung pigmen antosianin berjenis sianidin glikosida, kemudian
identifikasi pigmennya dilengkapi dengan metode HPLC (High Pressure
Liquid Cromatografi) (Saati, 2006).
Kromatografi Lapisan Tipis (KLT) adalah suatu teknik kromatografi
yang berguna untuk memisahkan senyawa organik. Oleh karena
kesederhanaan dan kecepatan KLT, sering digunakan untuk membantu
20
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
kemajuan reaksi organik dan untuk memeriksa kemurnian produk
(Bryan, 2001). Lapisan penyerap dari KLT dapat berupa aluminium
oksida, kalsium hidroksida, magnesium fosfat, poliamida, sephadex,
selulosa, silika gel, dan campuran dua bahan tersebut atau lebih.
Antosianin dapat dipisahkan dengan KLT pada selulosa atau pada
campuran selulosa dan silika gel (Harborne, 1996).
Pemisahan dalam KLT melibatkan pembagian campuran dua atau
lebih zat antara fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam adalah lapisan tipis
dari penyerap (biasanya silika atau alumina) yang dilapiskan di atas
pelet. Fasa gerak adalah cairan pengembang yang berjalan di atas fasa
diam, membawa sampel guna tahapan elusi. Komponen dari sampel
akan dipisahkan di atas fasa diam disesuaikan berapa banyak penyerap
pada fasa diam yang larut dalam fasa gerak (Madison, 1995). Pada
tahap identifikasi atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna
dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf-nya. Besaran Rf ini
menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fasa diam. Rf juga
disebut faktor retardasi atau faktor retensi. Harga Rf dihitung sebagai
jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh
oleh eluen (fasa gerak) (Soebagio, dkk, 2005).
Beberapa acuan standar dalam penentuan jenis pigmen antosianin,
seperti nilai Rf dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Harga Rf Antosianidin dengan Beberapa Fase Gerak/Mobil
Teknik Isolasi dan Identifikasi Pigmen Antosianin
21
Wagner dan Bladt (2001) telah mengidentifikasi senyawa antosianin
dari Malvae silvestris flos dan Cyani flos menggunakan plat silika gel 60
F254 menggunakan eluen etil asetat-asam asetat glasial-asam format-air
(100:11:11:26) dan n-Butanol-asam asetat glasial-air (50:10:20). Dalam
kedua sampel ini menunjukkan kemiripan pola kromatografi lapis tipis
dengan satu daerah merah menyolok dengan Rf 0,05-0,1.
C. Metode Fourier Transform Infrared (FTIR)
Fourier Transform Infrared (FTIR) adalah metode analisa persenyawaan
menggunakan deteksi frekuensi gelombang dari atom-atom yang
dikandung komponen penyusun dari suatu zat. Jumlah energi yang
diperlukan untuk meregangkan suatu ikatan tergantung pada tegangan
ikatan dan massa atom yang terikat. Bilangan gelombang suatu serapan
dapat dihitung menggunakan persamaan yang diturunkan dari Hukum
Hooke, yaitu? Bilangan gelombang dari vibrasi regangan (v) tersebut
merupakan hubungan antara konstanta gaya ikatan (f) dan massa atom
(dalam gram) yang digabungkan oleh ikatan (m1 dan m2). Konstanta
gaya merupakan ukuran tegangan dari suatu ikatan. Persaman tersebut
menunjukkan bahwa ikatan yang lebih kuat dan atom yang lebih ringan
menghasilkan frekuensi yang lebih tinggi. Semakin kuat suatu ikatan,
makin besar energi yang dibutuhkan untuk meregangkan ikatan tersebut.
Frekuensi vibrasi berbanding terbalik dengan massa atom sehingga
vibrasi atom yang lebih berat terjadi pada frekuensi yang lebih rendah
(Bruice, 2001).
Pancaran infra merah pada umumnya mengacu pada bagian
spektrum elektromagnetik yang terletak di antara daerah tampak dan
daerah gelombang mikro. Penggunaan spektroskopi inframerah pada
bidang kimia organik hampir selalu menggunakan daerah di 650 - 4000
cm-1. (Silverstain, 1967). Spektrofotometer FTIR merupakan alat untuk
mendeteksi gugus fungsional, mengidentifikasi senyawa dan
menganalisis campuran. Banyak pita absorpsi yang terdapat dalam
daerah yang disebut daerah "sidik jari" spektrum. Spektrum FTIR suatu
sampel dapat diketahui letak pita serapan yang dikaitkan dengan adanya
suatu gugus fungsional tertentu (Day dan Underwood, 1999).
Jasmina et al. (2001) telah melaporkan dapat menentukan interaksi
kopigmentasi antosianin jenis malvidin 3,5-diglukosida dengan beberapa
jenis asam organik antara lain asam tannat dan asam ferulat (pada pH
22
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
2,5 dan 3,65) menggunakan metode analisa FTIR, ditandai munculnya
gugus hidroksi pada pita 3500 cm-1 dan gugus ion oxonium (antosianin)
pada pita 3000 cm-1.
Puspitasari (2003) telah mengidentifikasi flavonoid menggunakan
spektroskopi infra merah dan didapatkan pola-pola serapan -OH pada
daerah 3500-3400 cm-1, serapan C=O pada 1700-1600 cm-1, rentangan CO pada 1100-1000 cm-1, dan serapan asimetri dan simetri C=O aromatis
pada 1600-1400 cm-1.
D. Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
HPLC (High performance liquid chromatography) adalah merupakan
teknik analisa yang tepat untuk memisahkan ion atau molekul yang
terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi dengan
fase stasioner, maka molekul-molekul di dalamnya berinteraksi dengan
fase stasioner; namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan
daya serap (adsorption), pertukaran ion (ion exchange), partisi
(partitioning), atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah
satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya
waktu transit komponen tersebut melewati kolom. HPLC mempunyai
prinsip yang mirip dengan reverse phase. Hanya saja dalam
metode ini, digunakan tekanan dan kecepatan yang tinggi. Kolom yang
digunakan dalam HPLC lebih pendek dan berdiameter kecil,
namun dapat menghasilkan beberapa tingkatan equilibrium dalam
jumlah besar
Beberapa acuan standar dalam penentuan jenis pigmen antosianin,
seperti nilai waktu tambat (retention time) dan bobot molekul (m/z) dan
struktur molekul yang perlu diketahui, dapat dilihat pada Tabel 3.
Analisa HPLC terhadap pigmen antosianin pada kulit buah berry
oleh Kuwayama et al (2005) dengan detektor spektrofotometri L-7420;
Teknik Isolasi dan Identifikasi Pigmen Antosianin
23
HITACHI, Japan) menggunakan kolom ODS (Wakosil-II 5C18 AR, 4.6
mm i.d. 250 mm; Wako Pure Chemical, Japan), pelarut elusinya 7%
yaitu larutan B (50% CH3CN, 40% CH3COOH and 0.5% CF3COOH
dalam H2O), dilanjutkan elusi dengan pelarut 7-35% larutan B dalam
pelarut A (0.5% CF3COOH dalam H2O) menemukan kandungan jenis
antosianin antara lain sianidin, pelargonidin, delphinidin, petunidin
dan malvidin, pada λ 530 nm. Sedangkan Lee et al. (2008) menganalisa
pigmen antosianin menggunakan HPLC tipe A HP1100 system equipped
dengan DAD (Agilent Technologies Inc., Palo Alto, CA), menggunakan
pelarut A yaitu 100% acetonitrile dan pelarut B (10% (v/v) asam asetat
dan 1% (v/v) asam posfat dalam air/aquades, pada 280 and 520 nm.
Tabel 3 Nilai Waktu Retensi HPLC dan Bobot Massa Antosianin dalam
Ekstrak
Sumber : Mullen et.al. (2010)
24
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Hasil analisa pigmen antosianin dari ekstrak dedak sorghum hitam
(dengan C-18 Sephadex) menggunakan metode spektrofotometri dan
HPLC menunjukkan bahwa terdapat jenis luteolinidin dan apigeninidin
dalam 50% kandungan antosianin (Awika et. al., 2004), dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Contoh Profil Hasil Analisa Antosianin (Sorghum Hitam)
Berdasarkan Masa Tenggatnya (Ritention Time) (Awika et. al., 2004)
Keterangan peak standar : a) Sianidin 3-5-diglukosida, b) pelargonidin 3-5,
diglukosida, c) sianidin 3-glukosida, d) sianidin 3-rutinosa, e) sianidin (cloride), f)
luteolinidin, g) apigenidin, h) peonidin. Peak 1) dan 4-7) memungkinkan sebagai
luteolinidin, dan 2-3) sebagai apigeninidin
E. Metode Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LCMS)
LCMS (Liquid chromatography-mass spectrometry) adalah kromatografi
cair-spektrometri massa, dimana secara kimia analitik teknik yang
menggabungkan kemampuan pemisahan fisik kromatografi cair (atau
HPLC) dengan kemampuan analisis spektrometri massa. LCMS adalah
Teknik Isolasi dan Identifikasi Pigmen Antosianin
25
teknik yang kuat digunakan untuk banyak aplikasi yang memiliki
sensitivitas yang sangat tinggi dan selektivitas. Metode ini umumnya
digunakan pada analisa deteksi dan identifikasi bahan kimia yang
berorientasi terhadap potensi bahan kimia lainnya (dalam campuran
kompleks). Perbedaan utama antara tradisional HPLC dan kromatografi
yang digunakan dalam LC-MS adalah bahwa dalam kasus terakhir
skala biasanya jauh lebih kecil, baik sehubungan dengan diameter
dalam kolom dan bahkan lebih lagi sehubungan dengan tingkat mengalir
karena skala sebagai kuadrat dari diameter.
Penelitian Lopes et al. (2010), menggunakan metode HPLC-ESIMS/MS mendeteksi jenis pigmen antosianin antara lain delpinidin 3glukosida, sianidin 3-glukosida dan sianidin 3-(6"-malonil)glukosida
dalam kulit buah anggur, dengan total antosianin sekitar 420.26 ± 3.07
mg/kg berat basah, dengan mendeteksi jenis antosianin malvidin 3glukosida pada rite time 15,03 menit dengan bobot molekul 493/ 331,
dan jenis sianidin 3-(6"-malonil)glukosida pada Rt 16.01 dengan m/z
535/449/287. Beberapa acuan standar dalam penentuan jenis pigmen
antosianin, seperti nilai rite time dan bobot molekul (m/z) dan struktur
molekul yang perlu diketahui, dapat dilihat pada Tabel 4.
F.
Metode Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
NMR (Nuclear magnetic resonance) adalah metode analisa
menggunakan resonansi magnet inti yang memberikan keterangan
jumlah setiap tipe hidrogen, yang menunjukkan keterangan tentang
sifat lingkungan dari setiap tipe atom hidrogen tersebut. Dalam
percobaan/penelitian ini akan dilengkapi dengan analisa NMR
menggunakan metode Hartati dan Hanafi (2001), agar dapat diketahui
dengan lebih pasti bagaimana molekul pigmen antosianin (antosianidin
dan glikon yang mengikatnya) mahkota bunga mawar, seperti contoh
gambar hasil uji NMR Rein (2005).
Penelitian Hillebrand et al. (2009) dengan menggunakan analisa
kombinasi HPLC-DAD-ESI-MS dan NMR dapat menentukan jenis
dan struktur molekul pigmen antosianin yang dikandung ubi jalar
ungu (Solanum tuberosum L.) dari empat cultivar yaitu 3-p-coumaril
rutinosa-5-glukosida pada antosianidin petunidin, malvidin dan
petunidin. Contoh penelitian NMR1H yang lain dapat dilihat pada
Gambar 5a dan 5b.
26
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Tabel 4 Bobot Massa dari Beberapa Antosianidin, Gula dan Gugus
Asilasi pada Antosianin
(Sumber : Mullen et al., 2010)
Teknik Isolasi dan Identifikasi Pigmen Antosianin
27
Gambar 5a. Penentuan Struktur Molekul Sianidin Berdasarkan Analisa
NMR1H (Andersen and Fossen, 2003)
Gambar 5b. Struktur Molekul Pigmen Antosianin dengan Asilasinya
Sumber : Mullen et.al. (2010)
28
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Hasil Identifikasi Pigmen Antosianin Bunga Mawar
29
Bab 4
HASIL IDENTIFIKASI PIGMEN
ANTOSIANIN BUNGA MAWAR
D
alam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonea
Ordo
: Rosanales
Famili
: Rosaceae
Genus
: Rosa
Species
: Rosa damascena Mill, Rosa multiflora Thunb (Hidayah,
2006).
Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang
berduri. Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga"
merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban
manusia. Mawar berasal dari dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa
Timur. Dalam perkembangannya, menyebar luas di daerah-daerah
beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis) (Hidayah, 2006). Menurut
Hembing dkk. (1996), mahkota bunga mawar dapat menyembuhkan
berbagai penyakit seperti batuk darah, TBC, disentri, campak, nyeri
haid dan lain-lain.
29
30
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Tanaman mawar bisa tumbuh baik di daerah yang mempunyai
ketinggian 700-1000 di atas permukaan laut, berudara sejuk dan lembab.
Daerah di Jawa Timur yang sesuai untuk ditanami tumbuhan ini adalah
daerah Malang Raya (termasuk Batu), Lumajang, Pasuruan, Probolinggo,
Mojokerto, dan Magetan. Tanaman mawar tidak mengakibatkan
terjadinya erosi seperti tanaman sayur-mayur (Noertjahyo, 2006).
Berdasarkan kebiasaan pemeliharannya, dikenal 3 kelompok mawar,
yaitu:
-
Mawar perdu, merupakan sosok tanaman mawar yang seringkali
dipangkas cabang, ranting dan akar, sehingga bentuknya menyerupai
semak-semak kecil (rendah).
-
Mawar pohon, merupakan sosok tanaman mawar yang selalu
dipangkas sepanjang hidup di pertanamannya.
-
Mawar mini, merupakan tanaman mawar yang umumnya dibentuk
menjadi bonsai, sehingga disebut bonsai mawar (Rukmana, 1995).
Di Indonesia banyak dikembangkan jenis mawar hibrida, terutama
jenis dan varietas mawar yang berasal dari Belanda. Kelompok mawar
yang banyak peminatnya adalah tipe hibrida dan lokal batu. Kelebihan
kedua varietas ini adalah memiliki variasi bunga mawar yang cukup
banyak, antara lain warna putih, merah muda, merah tua dan kuning.
Mawar tipe hibrida tea memiliki tangkai bunga sepanjang 80-120 cm,
sedangkan tipe lokal batu antara 40-60 cm. Selain itu tingkat produktivitas
mawar tersebut termasuk tinggi, berkisar antara 120-280 kuntum/m2/
tahun (Rukmana, 1995).
Keunggulan varietas mawar yang banyak ditanam di daerah Batu
adalah berwarna merah tua, bagian pingir petal sedikit kehitaman, memiliki
petal bunga yang kompak, sedikit kaku, agak tebal, sedikit mengkilat,
jumlah petal sekitar 27-40, bermahkota bunga indah, lama peragaan bunga
(fase life) sekitar 7-8 hari, tahan rontok, tahan pengiriman jarak jauh,
produksi bunga per tanaman/bulan sekitar 3-6 tangkai dan dapat ditanam
tanpa naungan (Purbiyati dkk., 2006).
Sentra produksi bunga mawar potong di Indonesia terdapat di beberapa
daerah produsen bunga-bungaan seperti Cipanas, Lembang (Jawa Barat),
Brastagi (Sumatera Utara), Bandungan (Jawa Tengah), Kecamatan Bumiaji
di wilayah Batu dan Kecamatan Pujon (Malang - Jawa Timur). Sementara
bunga mawar tabur banyak diusahakan di daerah Ambarawa, Boyolali
Hasil Identifikasi Pigmen Antosianin Bunga Mawar
31
(Jawa Tengah), Bangil (Jawa Timur), Kebun Jeruk (Jakarta), Tangerang dan
Bogor (Jawa Barat). Mawar pot banyak dikembangkan dan dibudidayakan
di Bandung (Jawa Barat) dan Kecamatan Batu serta Kecamatan Pujon
(Malang-Jawa Timur). Dari daerah-daerah sentra produksi bunga potong
mawar kemudian menular dan ditiru oleh daerah-daerah lain yang cocok
kondisi alamnya serta turut pula mengusahakan bisnis bunga potong.
Sasaran pemasarannya terutama adalah kota-kota besar dan juga daerahdaerah wisata di Indonesia.
Petani mawar khususnya di wilayah Batu banyak yang mengusahakan
bunga mawar potong hasil introduksi sejak tahun 1990 terutama di daerah
Gunungsari, Punten dan Pujon dengan luas pertanaman kurang lebih 30
Ha. Luas areal ini terlihat bertambah dibandingkan sebelumnya yang
hanya mencapai sekitar 10 sampai 15 ha. Pertambahan areal tersebut
sebagai akibat banyaknya petani sayur yang beralih komoditi untuk
menanam bunga mawar potong setelah krisis moneter pada tahun 1999,
disamping itu permintaan pasar untuk bunga mawar potong yang stabil.
Luas panen bunga mawar potong tahun 2000 di Kabupaten Malang
dengan luasan 1,7 Ha produksi bunga sekitar 94.149 tangkai selama musim
kemarau. Saat ini di Jawa Timur tanaman bunga mawar potong juga
berkembang di daerah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
(Purbiyati dkk., 2006).
Wangi bunga mawar disebabkan karena adanya kandungan minyak
atsiri di dalamnya. Minyak atsiri ini mengandung zat sitrat, sitronelol,
geraniol, linalol, nerol, eugenol, feniletil alkohol, farnesol, dan non alildehida. Berkhasiat untuk mengobati gigitan serangga berbisa, "gabag"
(morbili) dan jerawat. Pada beberapa spesies seperti Rosa canina dan Rosa
rugosa menghasilkan buah rose hips yang sangat kaya dengan vitamin C
bahkan termasuk diantara sumber vitamin C alami yang paling kaya
(Anonim, 2006). Komponen terbanyak dalam mahkota bunga mawar
segar antara lain air (83-85%), vitamin C, β-karoten, cyanins (antosianin),
gula total 8-12%, minyak atsiri sekitar 0,06-1,0% (citronellol, eugenol, asam
galat dan linalool) (Saati, dkk., 2003, 2007; Blake, 2004).
A. Pelarut Ekstraksi
Larutan adalah campuran dua atau lebih yang homogen. Komponen
larutan tersebut terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pelarut merupakan komponen zat dalam jumlah besar dalam suatu
32
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
larutan dan sifat fisiknya dominan dalam larutan. Pelarut yang baik
untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkan
yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi berhubungan dengan kepolaran dari senyawa yang diekstraksi.
Adanya kecenderungan kuat bagi senyawa yang polar larut ke dalam
pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut non polar
(Vogel, 1987). Salah satu ciri penting dari pelarut yang akan digunakan
untuk mengekstraksi suatu zat atau senyawa adalah tetapan
dielektriknya. Tetapan dielektrik adalah nisbah gaya yang bekerja
pada muatan/kutub dalam ruang hampa dengan gaya yang bekerja
pada dua muatan tersebut dalam pelarut. Jadi, umumnya pelarutpelarut yang berkutub (polar) dapat melarutkan zat-zat yang berkutub
dan pelarut-pelarut yang tidak berkutub (nonpolar) dapat melarutkan
zat-zat yang tidak berkutub (Sudarmadji, 1997).
Pelarut yang seringkali digunakan untuk mengekstrak antosianin
adalah alkohol: etanol dan metanol (Budiarto, 1991), amil alkohol
(Robinson, 1991), isopropanol (Saati, 2002), aseton (Eksin, 1990 ), atau
dengan air/aquades (Nollet, 1996 ), yang dikombinasi dengan asam,
seperti asam khlorida (Nollet, 1996), asam asetat, asam format (Gao
and Mazza, 1996), atau asam askorbat (Robinson, 1991). Ekstraksi
flavonoid menggunakan pelarut etanol menghasilkan daya antioksidatif
lebih tinggi, dibandingkan dengan air dan metanol (Jung et al., 2006).
Contoh Paten pada Oktober 2004 oleh Golc Wondra No. SI2004000016
dari Institut Hajdrihova 19,1000 Ljubljana SI, bahan ekstrak tiga macam
buah yaitu anggur, blackcurrant dan redcurrant (masing-masing 2 kg)
yang diekstrak dengan etanol : air = 70 : 30 (4 liter), mengandung
antosianin yang sekaligus dapat difungsikan sebagai antioksidan pada
produk makanan.
Fox, Gregory J. (2009) dalam patennya United States Patent 6132791
menemukan bahwa pigmen antosianin dari ruby merah dapat
diekstraksi menggunakan larutan diasamkan dapat stabil dalam range
pH cukup luas dan suhu relatif tinggi. Beberapa jenis asam yang dapat
digunakan antara lain asam asetat, asam sitrat, asam malat, asam
laktat dan asam karboksilat. Yokoyama and Ono (2006, US Patent. No
4302200) menggunakan ion sulfit 1-1,5% pada suhu 85 oC selama 30
menit dalam mengekstraksi pigmen antosianin untuk jus buah (anggur,
cherry), dengan suhu evaporasi 30-35oC.
Hasil Identifikasi Pigmen Antosianin Bunga Mawar
33
Menurut Strack dan Wray (1993), penambahan asam sebagai pelarut
tidak selalu diperlukan. Metode ekstraksi yang digunakan untuk analisis
kuantitatif harus diperiksa secara menyeluruh pada tanaman dan jenis
pigmen tertentu. Jika terdapat gugus asil pada antosianin misalnya di
dalam kubis ungu, maka penggunaan asam sebagai campuran pelarut
harus dihindarkan. Hal ini disebabkan ikatan asil ini mudah terhidrolisis
(Markakis 1982).
Produksi jus wortel hitam menggunakan pelarut asam yang hangat,
karena menurut Gizir (2007), ketika asam organik digunakan untuk
mengasamkan air, efisiensi ekstraksi antosianin lebih tinggi, disertai
dengan polimerisasi yang relatif rendah, dengan asam laktat memberikan
hasil yang terbaik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan atau efisiensi ekstraksi
adalah: 1) luas permukaan singgung zat pelarut dengan bahan yang
diekstrak; 2) lama proses ekstraksi; 3) jumlah tingkat ekstraksi yang
dilakukan; 4) suhu ekstraksi dan 5) sifat zat pelarut maupun bahan
(Chan et.al, 2009). Polaritas berbanding lurus dengan konstanta dielektrik,
sedangkan konstanta dielektrik berbanding terbalik dengan suhu,
misalnya pada suhu 25oC konstanta dielektrik air adalah 78,30, pada
suhu 100oC menjadi 55,33 (Ricter et al. (2007).
1.
Pelarut Air dan Alkohol
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga
merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat
mempengaruhi penampakan tekstur, dan citarasa dari makanan.
Dibandingkan dengan cairan lain, air adalah pelarut yang paling baik. Air
melarutkan atau mendispersi berbagai zat berdasarkan sifat dwi kutub
yang dimilikinya. Berbagai zat berupa kristal mudah larut dalam air tetapi
tidak larut dalam pelarut non polar seperti kloroform atau benzena (Aisjah,
1986). Karena pemisahan daya tarik antara molekul air lebih tinggi dari
molekul normal lainnya yang memiliki gaya van der Waals. Air dapat
mempengaruhi konformasi makromolekul, yang memiliki efek pada setiap
ikatan nonkovalen yang menstabilkan konformasi molekul besar tersebut.
Ada tiga macam kemungkinan ikatan nonkovalen yaitu ikatan hidrogen,
ikatan ionik atau ikatan apolar (deMan, 1999).
34
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Beberapa contoh ekstraksi yang tidak menggunakan asam adalah
pada ekstraksi capulin (Prunus serotina Ehrn), sirup blueberry, sorgum
hitam, dan kacang polong ungu (Pisum spp). Pelarut yang digunakan
pada ekstraksi Capulin adalah aseton, pada ekstraksi sirup blueberry
pelarut yang digunakan adalah etanol, pada sorgum hitam pelarut yang
digunakan adalah air:aseton (70:30) dan pada kacang polong ungu pelarut
yang digunakan adalah 15% aseton (Galindo et al. 1999; Terahara et al.
2000). Salinas et al (2005) menemukan ekstraksi maserasi anggur pada
suhu 15oC menghasilkan kualitas anggur yang terbaik yang ditandai
dengan tingginya nilai C sebagai indikasi intensitas warna minuman
anggur, dengan pigmen antosianin berjenis Malvidin 3-Glikosida.
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar,
tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai
tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia
merupakan isomer fungsional dari dimetil eter. Etanol banyak digunakan
sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk
konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa,
pewarna makanan, dan obat-obatan.
2.
Pelarut Asam Organik
Asam sitrat adalah asam organik yang banyak ditemukan pada
buah-buahan dan sayuran. Konsentrasi tertinggi terdapat pada buah
lemon dan jeruk nipis yaitu sekitar 8 % dari berat kering buah. Keasaman
asam sitrat disebabkan karena tiga gugus karboksil (COOH) yang dapat
melepaskan proton ke dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan
disebut ion sitrat. Industri makanan dan minuman banyak menggunakan
asam sitrat. Pemilihan jenis asam ini dikarenakan mampu memberikan
penggabungan khas dari sifat-sifat yang diinginkan dan di pasaran
tersedia dalam jumlah besar. Asam sitrat merupakan bahan tambahan
pangan yang mempunyai fungsi bervariasi. Industri makanan dan
minuman kebanyakan mengkonsumsinya untuk mempertegas flavor dan
warna. Fungsi lainnya adalah mengontrol keasaman. pH yang tepat akan
mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan bertindak sebagai pengawet
dan membantu mencegah terjadinya reaksi pencoklatan (Hui, 1992).
Asam laktat (Nama IUPAC: asam 2-hidroksipropanoat (CH3-CHOHCOOH), dikenal juga sebagai asam susu) adalah senyawa kimia penting
Hasil Identifikasi Pigmen Antosianin Bunga Mawar
35
dalam beberapa proses biokimia. Menurut Krisno (2002), asam laktat
didefinisikan sebagai campuran dari asam laktat dan hibrida asam laktat
yang mengandung tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 92% asam
laktat, prinsip utama pembuatan asam laktat dengan proses fermentasi
adalah pemecahan laktosa menjadi bentuk monosakaridanya dan dari
monosakarida tersebut dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh
Lactobacillus sp, akan diubah menjadi asam laktat.
Asam laktat (2-hydroxypropanoic acid) adalah asam hidroksi organik
yang tersebar secara luas di alam, merupakan asam karboksilat dengan
satu gugus hidroksil yang menempel pada rantai karbonnya. Dalam air,
ia terlarut lemah dan melepas proton (H+), membentuk ion laktat. Asam
ini juga larut dalam alkohol dan bersifat menyerap air (higroskopik).
Asam ini memiliki simetri cermin (kiralitas), dengan dua isomer: asam L(+)-laktat atau asam (S)-laktat dan, cerminannya, asam D-(-)-laktat atau
asam (R)-laktat. Hanya isomer yang pertama (S) aktif secara biologi.
Asam laktat (lactic acid) adalah salah satu asam organik yang penting di
industri, terutama di industri makanan.
Asam laktat memiliki tingkat keasaman yang sederhana
dibandingkan bahan pengasam makanan yang lain, rasa dan baunya
tidak tajam dan dinyatakan sebagai bahan pengawet yang aman (GRAS,
generally regarded as safe) oleh FDA di US (Vickroy, 1985). Karakteristik
tersebut menyebabkan asam laktat sesuai untuk mengawetkan susu,
daging, telur dan makanan laut. Industri makanan ternak menggunakan
ammonium laktat sebagai supplement nitrogen karena terbukti lebih
baik dibandingkan dengan sumber nitrogen non-protein lain (Dominguez
et al., 2005). Penggunaan asam laktat sekarang lebih luas karena bisa
dipakai sebagai bahan baku pembuatan polylactic acid, biodegradable
plastics yang merupakan polimer dari asam laktat (Datta et al., 1995;
Hofvendahl dan Hahn-Hagerdal 2000).
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat.
Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai
banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri
kimia misalnya sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan
minyak.
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan
secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. H2SO4
anhidrat adalah cairan yang sangat polar. Ia memiliki tetapan dielektrik
36
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
sekitar 100. Konduktivitas listriknya juga tinggi. Hal ini diakibatkan oleh
disosiasi yang disebabkan oleh swa-protonasi, disebut sebagai
autopirolisis. Walaupun asam ini memiliki viskositas yang cukup tinggi,
konduktivitas efektif ion H 3SO4+ dan HSO 4- tinggi dikarenakan
mekanisme bolak-balik proton intra molekul, menjadikan asam sulfat
sebagai konduktor yang baik. Ia juga merupakan pelarut yang baik
untuk banyak reaksi. Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik,
sehingga apabila air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, ia akan
dapat mendidih dan bereaksi dengan keras. Reaksi yang terjadi adalah
pembentukan ion hidronium:
H2SO4 + H2O
H3O+ + HSO4-
HSO4- + H2O
H3O+ + SO42-
Karena hidrasi asam sulfat secara termodinamika difavoritkan,
asam sulfat adalah zat pendehidrasi yang sangat baik dan digunakan
untuk mengeringkan buah-buahan. Afinitas asam sulfat terhadap air
sedemikian kuatnya sehingga dapat memisahkan atom hidrogen dan
oksigen dari suatu senyawa.
3.
Asam Klorida (HCl)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida
(HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam
asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri.
Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat
karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti
bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam
larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk
ion hidronium, H3O+
HCl + H2O
H3O+ + Cl-
Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl-. Asam klorida oleh
karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti
natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena dapat terdisosiasi
penuh dalam air. Asam klorida sebagai campuran dua bahan antara
HCl dan H2O mempunyai titik didih-konstan azeotrop pada 20,2% HCl
dan 108,6°C.
Dari tujuh asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan
asam monoprotik yang paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga
Hasil Identifikasi Pigmen Antosianin Bunga Mawar
37
merupakan asam kuat yang paling tidak berbahaya untuk ditangani
dibandingkan dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia
mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Asam
klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan dan
terus mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam
klorida merupakan reagen pengasam yang sangat baik.
B. Hasil Isolasi dan Identifikasi Pigmen Antosianin
1.
Kandungan Kimia Mahkota bunga mawar (MBM)
Mahkota bunga mawar (MBM) merah sebelum diekstrak dilakukan
analisa kandungan kimia yang dominan terlebih dahulu. Secara lebih
rinci analisa bahan baku mahkota bunga mawar varietas lokal dan
hibrida meliputi analisa kadar air, kadar gula total, kadar vitamin C dan
kadar minyak atsiri. Nilai reratanya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai Rerata Kadar Air, Kadar Gula Total, Vitamin C dan
Minyak Atsiri MBM Merah
Kadar air yang terkandung dalam mahkota bunga mawar merah
varietas lokal dan hibrida relatif sama yaitu masing-masing sebesar
83,32% dan 83,51%, sedangkan mahkota bunga mawar (MBM) Rosa
chinensis mengandung air berkisar 65.21±0.66 (Ramamoorthy et al., 2010).
Kandungan gula total yang dikandung MBM dua varietas sekitar
9,73-12,45%, sesuai pengamatan Saati dan Walyono, gula total MBM
Hibrid Belanda sebesar 9,71-12,50 % sedangkan menurut Saat dan
Mustofa (2008) gula total MBM Hibrid Belanda sebesar 8,3-8,9%.
Terdapatnya kadar gula dalam pengamatan tersebut menunjukkan
adanya indikasi ikatan glikosidik, yang menjadi salah satu karakter dari
pigmen antosianin yaitu terdiri dari aglikon (sebagai antosianidin) dan
38
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
glikon sebagai senyawa gula yang diikatnya (Li, 2009; Hendry and
Houghton, 1996). Hasil tersebut mendekati kandungan gula
boysenberry berkisar antara 8,5-14,0%, yang terikat pigmen antosianin
juga (Oregon, 2007; Jettanapornsumran, 2009). Varietas lokal Batu
memiliki kandungan gula total yang lebih banyak yaitu 12,45±0,63 %,
jauh lebih banyak dibanding dengan kadar gula total mahota bunga
kana sebesar 3,2% (Saati dan Ragil, 2007), bunga pacar air hanya sebesar
2,75% (Saati, 2002), dan mahkota bunga mawar Rosa chinensis yang
diteliti Ramamoorthy et al. (2010) mengandung karbohidrat
(mengandung gula total) 6.5±0.22. Berarti mahkota bunga mawar lokal
Batu mempunyai indikasi kandungan glikosida dan sumbangan rasa
manis lebih banyak dibandingkan mahkota bunga lain tersebut.
Kandungan vitamin C pada mahkota bunga mawar varietas hibrida
mengandung 17,23 mg dan varietas lokal sebesar 015,69 mg/100g,
sesuai dengan hasil pengamatan Blake (2004) bahwa bunga mawar
mengandung vitamin C (0,5-2 mg/100g). Pada beberapa spesies seperti
Rosa canina dan Rosa rugosa menghasilkan buah Rose hips yang sangat
kaya dengan vitamin C (Anonim, 2006)a.
Bau harum pada bunga mawar dikarenakan kandungan minyak
atsirinya, yang mudah menguap/volatil (Lavid et al., 2002). Minyak
atsiri tersebut mengandung zat sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol,
eugenol, feniletil alkohol, farnesol dan nonil aldehid. Pada penelitian ini
diketahui bahwa kandungan minyak atsiri dari mahkota bunga mawar
lokal Batu adalah sekitar 0,802 (%), sedangkan varietas Hibrid belanda
0,803 (%). Kandungan minyak sebesar 0,4-1% dari mawar varietas Rosa
damascena Mill yang diperoleh dari kebun bunga di Iran (Loghmani et
al., 2007). Blake (2004) juga menyatakan bahwa minyak atsiri yang
terkandung pada bunga mawar sekitar 0,06-1,0% (citronellol, eugenol,
asam galat dan linalool).
Hasil analisa kimia tersebut sesuai pendapat Blake (2004) dan Saati
(2010), bahwa komponen terbanyak dalam mahkota bunga mawar segar
adalah kadar air (83-85%), vitamin C (0,5-2 mg), karoten, cyanins
(antosianin), gula total 8-12 %, citronellol, eugenol, asam galat dan
linalool. Perbedaan kandungan air, gula total, vitamin dan minyak atsiri
tersebut disebabkan karena perbedaan jenis mawar, umur panen, kondisi/
umur bunga dan lingkungan/ekosistem, seperti yang dinyatakan Bkaton
(2008), Joy et al. (1998) dan deMan (1999).
Hasil Identifikasi Pigmen Antosianin Bunga Mawar
2.
39
Kualitas Pigmen Bubuk
Analisa bubuk pigmen antara lain kadar air, pH, absorbansi, total
padatan terlarut dan intensitas warna. Nilai rerata dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6 Nilai Rerata Kadar Air, pH, Absorbansi dan Total Padatan
Terlarut Pigmen Bubuk dari Ekstrak MBM
Kadar air bubuk pigmen mawar varietas hibrida memiliki nilai
rerata yang lebih tinggi yaitu sebesar 4,74% dibandingkan nilai rerata
bubuk pigmen mawar varietas lokal sebesar 4,43%. Hal ini disebabkan
bunga mawar varietas hibrida mempunyai struktur bunga yang lebih
tebal dari pada bunga mawar varietas lokal sehingga penguapan kadar
air relatif lebih terhambat. Sesuai dengan hasil penelitian (Markakis,
1982; deMan,1999 dan Laleh et al., 2006), yang menyatakan bahwa
kandungan air maksimal jaringan tertentu dapat berbeda cukup besar
karena adanya perbedaan struktural/molekuler dan kondisi tumbuhan.
Penelitian Saati dan Mustofa (2008) menunjukkan bahwa jenis varietas
mawar hibrida Belanda memiliki nilai rerata kadar air yang cukup
tinggi yaitu 8,931% sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan
jenis varietas lokal dengan nilai sebesar 8,389%, disebabkan karena
perbedaan penggunaan prosentase filler (20-30%) sehingga kadar airnya
lebih banyak.
Pengamatan pH bubuk pigmen mawar varietas lokal memilki nilai
rerata pH yang lebih tinggi yaitu sebesar 2,98 dibandingkan nilai rerata
pH bubuk pigmen mawar varietas hibrida sebesar 2,73. Nilai pH tersebut
lebih asam dibandingkan pengamatan Saati dan Mustofa (2008), yaitu
sekitar 3,32. Biolley dan Jay (1993) menyatakan bahwa pH mahkota
bunga mawar (bagian epidermis luar) berkisar antara 3,6-5,4. Hal ini
40
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
disebabkan karena adanya penambahan asam sitrat pada saat ekstraksi,
yang merupakan asam organik kuat (Mulyono, 2005) dengan konstanta
disosiasi pKa 3,14 sehingga mampu mempengaruhi kondisi pelarut air
menjadi asam.
Pengamatan absorbansi dilakukan untuk mengetahui indikasi
keberadaan komponen pigmen antosianin. Rerata absorbansi bubuk
pigmen mawar Hibrid Belanda lebih tinggi yaitu sebesar 0,123
dibandingkan bubuk pigmen varietas lokal Batu sebesar 0,084 (pengenceran
100x). Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kemerahan MBM bunga mawar
Hibrid berwarna merah kehitaman (lebih pekat merahnya) dan lokal Batu
berwarna merah. Perbedaan nilai absorbansi tersebut disebabkan adanya
perbedaan faktor genetik dari varietas bunga mawar, seperti pendapat
Henry dan Houghton (1996) serta Anonim (2006)b. Hal ini juga
dipengaruhi nilai pH produk pigmen, semakin rendah nilai pH maka
pigmen makin stabil (Nollet, 1996; Rein, 2005), sehingga nilai absorbansi
bubuk pigmen varietas Hibrid Holand (Belanda) relatif lebih tinggi.
Tabel 7 Nilai Rerata Intensitas Warna (Tingkat Kecerahan, Kemerahan,
Kekuningan) Bubuk Pigmen Lokal Batu dan Hibrid Holand
Total padatan terlarut (TPT) bubuk pigmen mawar varietas lokal
memiliki nilai rerata yang lebih tinggi yaitu sebesar 8,33°Brix
dibandingkan mawar varietas hibrida sebesar 7,67°Brix. Hasil analisa
tersebut sesuai nilai TPT MBM varietas hibrid (bahan baku) lebih kecil
(7,67°Brix) dari pada mawar varietas lokal (8,33°Brix), mendekati total
padatan terlarut pada boysenberry yang berkisar antara 8,82-11,2°Brix
(Oregon, 2007; Jettanapornsumran, 2009), lebih rendah dari wortel hitam
yaitu sebesar 11,9±0,14°Brix (Ersus dan Yurdagel, 2006). Hal ini
disebabkan karena perbedaan varietas dan perbedaan tempat tumbuh
(Joy et al., 1998; Tranggono, 1990), dan dipengaruhi perbedaan total
padatan terlarut (Budiarto, 1991). Sebagaimana hasil penelitian dari
Walyono (2007), bahwa kandungan gula total bunga mawar segar varietas
hibrid sebesar 9,71%, mawar lokal sebesar 10,99%.
Daftar Pustaka
75
DAFTAR PUSTAKA
Andersen, Ø. M. , T. Fossen.2003. Characterization of Anthocyanins by
NMR Current Protocols in Food Analytical Chemistry. F1. 4.1-F1.4.23
Anonim. 1996. Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.
PT. Sinar Grafika. Jakarta.
Anonymous. Anthocyanin www.charlies.web.com
AOAC - Association Of Official Analytical Chemists. Official Methods of
Analysis. 65 ed. Washington, 1998. 1070 p Charley, H. 1970. Food
Science. New York: John Willey and Sons Inc.
__________. Where Does the Color Come from in Purple Cabbage?
www.howstuffworks.com
Barczak, Anna B. 2005. Acylated anthocyanins as stable, natural food
colorants- A Riview. Pol. J. Food Nutr. Sci. Vol. 14/55, No 2 : 107-116
Barnes, Jeremy S, H.P. Nguyen, S. Shen, K.A. Schug. 2009. General
method for extraction of blueberry anthocyanins and identification using
high performance liquid chromatography–electrospray ionization-ion
trap-time of flight-mass spectrometry. Journal of Chromatography A,
1216: 4728–4735
Biolley, J.P.,M. Jay. 1993. Anthocyanins in Modern Roses: Chemical and
Colorimetric Features in Relation to the Colour Range. Journal of
Experimental Botany. Volume 44 (11) : 1725-1734
75
76
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Blake, Steve. 2004. Medicinal Plant names, Sample expert, Artikel, http:
www.NaturalHealthWizardCom./MedicinalPlantNames,
Sample.html.pdf tanggal akses 12 Agustus 2010.
Borzelleca, J.F. and Hallagan, J.B.1992. Safety and Regulatory Status of Food,
Drug, and Cosmetic Color Additives. American Chemical Society.
Chan, S.W., C.Y. Lee, C.F. Yap, W.M. Wan Aida, and C.W. Ho, 2009.
Optimation of Extraction Condition for Phenolic Compounds from
Limau Purut (Citrus hystrix) Peels. International Food Research
Journal 16 : 203-213.
Dangles, O. and Brouillard, R.1992. Polyphenol interactions. The
copigmentation case: thermodynamic data from temperature
variation and relaxation kinetics. Medium effect. Can. J. Chem.
Vol. 70 : 2174-2190
De Man, J.M. 1997. Kimia Makanan (terjemahan Kosasih). ITB. Bandung.
Depkes Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 2006. Laporan
Survey Tahun 2002-2005. DEPKES RI. Jakarta
Dewanti, T., Widya D.R., Imelda, Yunanto. 2003. Potensi Antosianin Pada
Ubi Ungu Jepang Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Pangan
Fungsional. Proseding Seminar Nasional PATPI di Yogyakarta,
pada 22-23 Juli 2003.
Dewanti. 2006. Pangan Fungsional. Diktat Jurusan THP-FTP Universitas
Brawijaya Malang.
Dimitri, J.M.Markovi, U.B.Mio, J.Baranac, Z.P. Nedi. 2001. A study of the
IR spectra of the copigments of malvin chloride with organic acids.
J.Serb.Chem.Soc. 66(7) : 451–462
Duh, P.D. 1998. Antioxidant activity of Burdock (Artium lappa Linne): Its
scavenging effect on free-radical and active oxygen. JAOCS Vol 75 (4):
455-461.
Eskin, N. A. M. 1979. Plant Pigments, Flavours and Textures. Academic
Press. New York
Fabre CE, Santerre AL, Loret MO, Baberian RA., Goma G, Blanc PJ.
1993. Production and food application of the red pigments of Monascus
rubber. J Food Science;58:1099-1102.
Fazeelat. T., W. Afzal, M. Asif, M. Zamer, H. Saleem. 2007. HPLC analysis
of strawberry anthocyanins of partially ripe and ripe levels. J Chem soc
Park (29) 3 : 243-246.
Daftar Pustaka
77
Fox, Gregory J. 2009. United States Patent 6132791: Natural red sunflower
anthocyanin colorant with naturally stabilized color qualities, and the
process of making.
Frank T, Netzel M, Strass G, Bitsch R, Bitsch I. 2003. Bioavailability of
anthocyanidin-3-glucosides following consumption of red wine and red
grape juice. Can J Physiol Pharmacol.(81):423–35.
Freedman, L. & F. J. Francis. 1984. Effect of Ascorbic Acid pada Color of
jellies Departemen Ilmu Pangan & Gizi, Univ. Massachusetts,
Amherst, MA Heublein Inc, Hartford, CT 06101. Kontribusi No
2646 dari University of Massachusetts Agricultural Experiment
Station.Institute of Food Technologists
Francis, F.J. 1982. Analysis of Anthocyanins. Di dalam Markakis, P., (ed).
Anthocyanin as Food Colors. Academic Press. New York.
Francis, F. J. 1999. Analysis of Anthocyanins. Academic Press. New York,
pp 67.
Harborne, J.B. 1994. The Flavonoids: Advances in Research Since 1986.
London: Chapman and Hall.
Harborne, J.B. and Williams, C.A. 2000. Advances in flavonoid research
since 1992. Phytochemistry, 55, 481–504.
Garcia, J.A.O., Wall, M.M., and Waddell, C.A., 1997. Natural Antioxidant
of Preventing Color Loos in Stored Paprika. J. Food Sci. 62. 1917-1021.
Garrote,G., J.M. Cruz, A. Moure, H. Domý´ nguez and J.C. Parajo.
2004. Antioxidant activity of byproducts from the hydrolytic
processing of selected lignocellulosic. materials. Int.. J. Food Sci. &
Tech. 15 : 191-200
Garz’on, G.A. K.M. Riedi, and S.J. Schwartz. 2009. Determination of Anthocyanins, Total Phenolic Content, and Antioxidant Activity in Andes
Berry (Rubus glaucus Benth). J. Food Sci. Vol. 74, Nr. 3, 2009: 227-232
Gizir, A.M., N. Turker, E. Artuvan.2007. Pressurized acidified water
extraction of black carrot [Daucus carota ssp. sativus var. atrorubens
Alef.] anthocyanins European Food Research and Technology, Volume
226 (3) : 363-370. Published online: 16 January 2007, Springer-Verlag.
Guillotin,S, P. Sanoner, C.M.G. C. Renard. 2009. Stabilisation of the colour
of anthocyanins in solutions by admixture with phytocomponents from
apple. Journal of Horticultural Science & Biotechnology (ISAFRUIT
Special Issue): 96-99
78
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Gulcin, Ilham. 2005. The antioxidant and radical scavenging activities of
black pepper (Piper nigrum) seeds. Faculty of Science and Arts,
Department of Chemistry, Atatu¨rk University, TR-25240, Erzurum,
Turkey. International J. Food Sci. and Nutrition, November 2005;
56(7): 491-499
Hatano T., H. Kagawa, Yasuhara, and T. Okuda. 1998. Two new flavonoids
and other contituents in licorice root: their relative astringency and
radical scavenging effects. Chem Pharm Bull 36:2090-7.
Harborne, J.B., and Swain, T., 1969. Perspective in Phytochemistry.
Academic Press., London.
Hartati, S., Hanafi, M. 2001. Reduksi, Esterifikasi Kalanon dan Uji Aktivitas
Biologinya. Proseding Seminar Nasional X “ Kimia dalam Industri dan
Lingkungan”. Hotel Santika Yogyakarta, 6-7 November 2001
Hasler, Clare M. 2000. Journal of the American College of Nutrition, Vol.
19, No. 90005, 499S-506S: The Changing Face of Functional Foods.
Functional Foods for Health Program, University of Illinois,
Urbana, Illinois
Henry, G.A.F., and J.D. Houghton. (1996) Natural Food Colorants. Two
Edition. Blackie Academic and Profesional. London.
Hou, D.X, Fujii, M., Terahara, N., Yoshimoto, M. 2004. Do Anthocyanins
Contribute to Cancer Prevention?- Introduction to Molecular Evidence.
Proceedings Third International Workshop on Anthocyanins - IWA2004,
27-29 January 2004, Sydney, Australia : Anthocyanins - more than
nature's colours. Cooperative Research Centre for Bioproducts.
Food Science Australia.
Hudson, T.S., D.K.Hartle, S.D Hursting, N.P Nunez, T.T.Y
Wang,.H.A.Young, P. Arany, and J.E. Green 2007. Inhibition of
prostate cancer growth by muscadine grape skin extract and resveratrol
through distinct mechanisms. Cancer Res. 67: 8396-8405.
Hui. 2006. Food Biochemistry and Food Processing. Australia: Blackwell
Publishing.
Hwa Jung, Chang, Ho-Moon Seog,_In-Wook Choi, Mee-Weon Park,
Hong-Yon Cho. 2005. Antioxidant properties of various solvent
extracts from wild ginseng leaves. LWT 39 (2006) 266–274. html:
www.elsevier.com/locate/lwt.pdf
Daftar Pustaka
79
Intelisano, J. (USA) Patent No. 6440448. I Additives, Supplements, Antioxidants
and Phytochemicals : Food supplement/herbal composition for health
enhancement then be combined with an oil-slurried mineral. New
Patents /Trends in Food Science & Technology 13 2002:188–189
Ito,D., Y. Shinkai, Y. Kato, T. Kondo, K. Yoshida. 2009. Chemical Studies
on Different Color Development in Blie- and Red- Colored Sepal Cells
of Hydrangea macrophylla. Biosci. Biotechnol. Biochem 73(5):
1054-1059.
Jin-Ming Konga, Lian-Sai Chiaa, Ngoh-Khang Goha, Tet-Fatt Chiaa, R.
Brouillard. 2003. Analysis and biological activities of anthocyanins.
Phytochemistry 64 : 923–933
Jenie, B.S.L., Helianti dan S. Fardiaz. (1994) Pemanfaatan Ampas Tahu,
Onggok dan Dedak untuk Produksi Pigmen Merah oleh Monascus
purpureus. Buletin Teknologi dan Industri Pangan (5) : 22-29.
Joshi P, CJB Brimelow. 2002. Colour Measurement of Foods by Colour
Reflectance. Di dalam: D.B. MacDougall (ed). Colour in Food:
Improving Quality. Washington: CRC Press.
Karoui, Romdhane & C.Blecker.2010. Fluorescence Spectroscopy
Measurement for Quality Assessment of Food Systems-a Review. Food
Bioprocess Technol.DOI 10.1007/s11947-010-0370-0.Pp23
Kim, Min-Kyoung, Han-ah K., K.Koh, Hee-Seon K., Y.S.Lee,Yong H. K.
2008. Identification and quantification of anthocyanin pigments
in colored rice. Nutrition Research and Practice 2(1) : 46-49
King, J.W., R.D. Grabiel, J.D.Wightman. 2003. Subcritical Water Extraction
of Anthocyanins from Fruit Berry Substrates. Supercritical Fluid
Facility, Los Alamos National Laboratory, C-ACT Group,
Chemistry Division, Mail Stop E-537, Los Alamos, NM 87545
USA. 2Artemis International, Inc. 93 18 Airport Drive, Fort Wayne,
IN 46809 USA.pp 10.
Kowska-Barczak, A.B. 2005. Acylated Anthocyanins as Stable, Natural Food
Colorants-A Review. Pol. J. Food Nutr. Sci. Vol. 14/55, ( 2) : 107–116
Laleh. G.H., H. Frydoonfar, R. Heidary, R. Jameei and S. Zare. 2006. The
Effect of Light, Temperature, pH and Species on Stability of Anthocyanin Pigments in Four Berberies Species. Pakistan Journal of Nutrition
5 (1) : 90-92, ISSN 1680-5194.
80
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Lestario, L.N., Suparmo, Sri Raharjo, Tranggono. 2006. Perubahan Aktivitas
Antioksidan, kadar Antosianin dan Polifenol pada beberapa Tingkat
Kemasakan Buah Duwet (Syzygium cumini). Agritech Vol.25. No.4:
169-172.
Lewis, C.E., Walker, J.R.L., dan Lancaster, and J.E. 1997. In Bridle, P. and
Timberlake, C.F. Anthocyanin as Natural Food colours - Selected
Aspects. Food Chemistry. Vol. 58, pp 103 - 109.
Loghmani, H. Khouzani, O. Sabzi Fini1, J. Safari. 2007. i1 Essential Oil
Composition of Rosa damascena Mill Cultivated in Central Iran. Scientia
Iranica, Vol. 14, No. 4, pp 316-319.
Lopes da Silva, Fatima, Mar?´a T.E.B., Jose´ J.P.A.,Julia´,C. R.Gonzalo,
C.S. Buelga. 2007. Anthocyanin pigments in strawberry. LWT 40 :
374–382.
Lopes, Daise.L., J. Dettmann, C. Nimalaratne, A.Schieber. 2010.
Characterization and Quantification of Polyphenols in Amazon Grape
(Pourouma cecropiifolia Martius). Molecules (15) : 8543-8552.
Li, J. 2009. Total anthocyanin content in blue corn cookies as affected by
ingredients and oven types. Disertation. Department of Grain
Science and Industry College of Agriculture. Kansas University.
Manhattan, Kansas.
Maga and Anthony. 1994. Food Additive Toxicology. Universitas Fort
Collen Colorado.
Maier, Thorsten, M. Fromm, A. Schieber, D.R. Kammerer, R.Carle. 2009.
Process and storage stability of anthocyanins and non-anthocyanin
phenolics in pectin and gelatin gels enriched with grape pomace extracts.
Eur Food Res Technol : 229:949–960. DOI 10.1007/s00217-009-1134-9
Markakis P. 1982. Anthocyanin as Food Colors. New York: Academis
Press.
Markakis,P.1982. Stability of anthocyanin in foods. In P Markakis (Editor).
Anthocyanin as food color. New York: Academic Press. pp. 163-18)
Miyake, Y., Yamamoto, K. Tsujihara, N., and Osawa, T., 1998. Protective
Effect of Lemon Flavonoids on Oxidative Stress in Diabetic Rats. Lipid,
33 : 689– 695.
Mortensen, Alan.2006. Carotenoids and other pigments as natural Colorants.
Pure Appl. Chem., Vol. 78, No. 8 : 1477–1491.
Daftar Pustaka
81
Moss, B.W. 2002. The Chemistry of Food Colour. Di dalam: D.B. MacDougall
(ed). Colour in Food: Improving Quality. Washington: CRC Press.
Mulyanto, E. 2006. Ekstraksi, Identifikasi dan Aplikasi Pigmen Arbei (Fragaria
vesca) pada Bolu Kukus. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang
Mullen, William, S. Larcombe, K. Arnold, H. Welchmanm A. Cozier.
2010. Use of Accurate Mass Full Scan Spectrometry for the Analysis of
Anthocyanins in Berries and Berry-Fed Tissues. J.Agric.Food Chen
(58) : 3910-3915.
Nollet, L.M.L. 1996. Hand Book of Food Analysis. Two Edition. Marcel
Dekker, Inc. New York.
Nuance. All rights reserved. 2009. What is FT-IR? Northwestern University,
2220 Campus Drive #2036, Evanston, IL 60208-3108 Phone: 847-4672318, Fax: 847-467-6573. Email questions to: [email protected].
tanggal akses 16 September 2010.
Nugrahaningsih. 2002. Ekstraksi Pigmen Klorofil dari Daun Suji. Tesis.
Program Studi THP Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya. Malang
Nyman and Kumpulainen. 2001. Extraction Pigment Anthocyanins. J.Agric.
Food Chem., Vol.49, No.9.
Pramono, B. 2007. Ekstraksi Pigmen Buah Arbei (Fragaria vesca) dan Uji
Stabilitasnya Antioksidannya terhadap Pemanasan. Skripsi. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang
Prior RL, Cao G, Martin A, Sofic E, McEwen J, O’Brien C, Lischner N,
Ehlenfeldt M, Kalt W, Krewer G, Mainland CM. 1998. Antioxidant
capacity as influenced by total phenolic and anthocyanin content,
maturity, and variety of Vaccinium Species. J Agric Food Chem
46:2686-2693.
Prior RL, Cao G.2000. Antioxidant phitochemicals in fruit and vegetables :
diet and health implications. Hort Science. 35 (4) ; 588-592.
Pryzybiyski R., Lee, Y.C., Eskin, and Nia, M., 1998. Antioxidant and
Radical Scavenging Activities of Buckwheat Seed Component. JAOCS.
75 : 1595 – 1601.
Raminez-Tortosa, C., Yvind M. A., Peter T. Gardner, Philip C. M.;
Sharon G. W., Susan J. D., Andrew R. C., and Garry G. D. 2001.
Anthocyanin_Rich Extract decreases indices of lipid peroxidation and
82
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
DNA damage vitamin E-depleted rats. Antioxidants and DNA
Damage Group. Jurnal Biology & Medicine, Vol. 31, No. 9 (2001),
pp. 1033–1037
Ramamoorthy, K.. S. Bhuvaneswari, G. Sankar and K. Sakkaravarthi.
2010. Proximate Composition and Carotenoid Content of Natural
Carotenoid Sources and its Colour Enhancement on Marine Ornamental
Fish Amphiprion ocellaris (Cuveir 1880). World Journal of Fish and
Marine Sciences 2 (6): 545-550.
Rein, Maarit. 2005. Copigmentation reactions and color stability of berry
anthocyanins. Food Chemistry Division. Department of Applied
Chemistry and Microbiology . University of Helsinki. Helsinki
Ricter, P., M.I. Toral, and C. Roledo, 2006. Subcritical Water Extraction and
Determination of Nifedipine in Pharmaceutical Formulation.
Drugs, Cosmetics, Forensic Sciences. J. Of AOAC Internadtional.
Vol. 89, No.2.
Rukmana, R. 1995. Mawar. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Saati, E.S. 2005. Pemanfaatan Kekayaan Hayati/Bunga lokal (mawar, kana
dan pacar air) sebagai Zat pewarna dan Antioksidan alami pada
Makanan. Proseding. Disampaikan pada Seminar Kimia Nasional
3 Pebruari 2005 di Universitas Surabaya (Unesa).
Saati, E.S., Moch. Wachid. 2006. Penggunaan Pigmen Antosianin Bunga
Mawar Sortiran untuk Pewarna dan Penghambat Kerusakan Lemak
pada Pangan Fermentasi. Disampaikan pada Seminar Nasional
PATPI 2-3 Agustus 2006, di FTP UGM, Yogyakarta.
Saati, E. S., Mujianto, Susestyarini, R.E. 2006; 2007. Optimalisasi Fungsi
Ekstrak Bunga Kana (Canna sp) sebagai Zat Pewarna dan Antioksidan
Alami melalui Isolasi dan Karakterisasi. Laporan Fundamental
Research. DP3M-DIKTI.
Saati, E.S. 2006. Pendaftaran Paten No. P00200700089 : Bahan Pewarna
Alami dari Bunga Kana Merah Untuk Produk Minuman. Oleh
DIKTI –DP2M.
Saati, E.A., Ragil. 2007. Uji Stabilitas Antioksidan Pigmen Bunga Kana
Merah dan Kuning (Canna coccinea. Makalah dimuat dalam
Proseding Semnas Pigmen) “Back to Nature dengan Pigmen Alami”
di Salatiga 24 Agustus 2007.
Daftar Pustaka
83
Saati, E.A. 2010. The test powder quality of anthocyanins pigments Red
Roses (Rosa sp.) from three varieties. Proc. International Seminar
"Biotechnology" and Conggres. 20 Agustus 2010. UMM. Malang
________ dan I. R. Agustin. 2010. A study on Making Effervescent
Tablets Using The Pigment Exatract of Red Roses (Rosa sp) : A Study
on flower colors and Types of Sugars). Proseding : Natural Pigments
Conference for South-East Asia (NP-SEA) di Machung University
Malang, 20- 22 March 2010.
________, Theovilla, Simon BW., Aulanni'am, Yunianta. Optimali Fungsi
Pigmen Bunga Mawar Sortiran sebagai Zat pewarna alami dan Bioaktif
pada beberepa Produk Industri. Jurnal Terakreditasi Teknologi Industri
UMM. Volume 12 nomor 2 tahun 2011.
________dan R. Aisyah. 2011. Laporan PHB Lanjutan : Formulasi Tablet
Effervescent Pigmen Mawar Merah (Rosa sp) Kaya Antioksidan dari
Tiga Varietas Bunga. DP2M DIKTI tahun 2011-2012.
________, Simon BW., Yunianta. 2011. Isolation of Red Rose Anthocyanin
Pigment and Its Application to inhibit Lipid Oxidation in Yoghurt.
Journal of Agricultural Science and Technology A 1: ISSN 1939-1250
________. 2012. Potensi pigmen antosianin bunga mawar (Rosa sp.) lokal
Batu sebagai pewarna alami dan komponen bioaktif produk pangan.
Disertasi. Program pasca sarjana/Doktor PPS UB. Ilmu Pertanian,
Minat Teknologi Hasil Pertanian. Malang
Saati, E.S., Granted Sertifikat No IDP000034662. Invensi: Bahan Pewarna
Alami dari Bunga Mawar Merah Untuk Produk Minuman, DP2MDIKTI, 2013.
Saati, E.S, Moch.Wachid, Sri WinarsihLaporan Hasil Penelitian PUPT
(Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi) Universitas Muhammadiyah
Malang, bekerjasama dengan DP2M DIKTI RI,. 2012.
Saati, E. S dan R.E. Susestyarini, Peningkatan Stabilitas Pigmen antosianin
Bunga Mawar merah lokal Batu melalui Kogmentasi guna mendukung
penyediaan Food aditif alami dan pangan fungsional, Laporan Hibah
Kompetensi (HIKOM), DP2M-DIKTI, 2014.
________, M. Wachid.. 2012. Laporan PUPT : Identifikasi dan Karakterisasi
Pigmen Hasil Eksplorasi Kekayaan Hayati Lokal sebagai Pengganti
Pewarna Berbahaya Rodhamin B guna Menunjang Ketersediaan Pangan
yang Sehat dan Aman. DP2M DIKTI tahun 2012-2015.
84
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Sari Puspita, A Fitriyah, K Mukhamad, Unus, F Mukhamad, L
Triana. 2005. Ekstraksi dan stabilitas antosianin dari kulit buah duwet
(Syzigium cumini). Jurnal Teknol dan Industri Pangan Vol.XVI No.
2 Th 2005.
Satyatama, D.I. 2008. Pengaruh Kopigmentasi Terhadap Stabilitas Warna
Antosianin Buah Duwet (Syzygium cumini). Tesis. Pascasarjana.
IPB. Bogor.
Silverstein, R.M dan Bassaker, G.C. 1967. Spectromtric identification of
organic coumpounds. 2nd Ed. John Wiley & Sons, Inc.
Soni, A.,V. Kumar Dwivedi.Kailash Malik, and M. Chaudhary. 2009.
Comparative Antioxidant Level in Renal and Liver Tissues of
Mice Treated with Fixed Dose Combination of Cefepime-Amikacin
Reconstituted in Solvent vs Water for Injection. J Current Drug
Therapy 4:174-178
Stanciu, Gabriela, S. Lupsora, C. Sava. 2009. Spectrophotometric
characterizations of anthocyans extracted from black grapes skin.
Ovidius University Annals of Chemistry Volume 20 (2) : 205-208.
Department of Chemistry, Pharmacy, Ovidius University of
Constantza, Romania
Susanto, T. 2002. Peran perguruan Tinggi dalam Meningkatkan Ketangguhan
Industri Pangan Di Era Pasar bebas. Proseding Seminar Nasional
dan Konggres PATPI di Batu, Malang 30-31 Juli 2002
S.W. Wu, C. Ford, G. Horn, Patent application number: 20090246343: Stable
Natural Color Process, Products and Use Thereof, 2009, p. 58.
Taslam, H. 2005. Mengenal Keanekaragaman Hayati. Proseding Seminar
Nasional dan Konggres PATPI di FTP Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Tanaka, Yoshikazu, N. Sasaki, A. Ohmiya. 2008. Harnessing plant
biomass for biofuels and biomaterials : Biosynthesis of plant pigments:
anthocyanins, betalains and Carotenoids. The Plant Journal (54):
733-749
Tanaka, Yoshikazu, Filippa Brugliera and Steve Chandler. 2009. Recent
Progress of Flower Colour Modification by Biotechnology. Int. J. Mol.
Sci. 2009, 10, 5350-5369; doi:10.3390/ijms10125350 html:
www.mdpi.com/journal/ijms. International Journal of Molecular
Sciences. ISSN 1422-0067.
Daftar Pustaka
85
Thermo Nicolet Corp. 2001. Introduction to Fourier Transform Infrared
Spectrometry. 5225 Verona Road • Madison, WI 53711-4495 • U.S.A.
TEL: 800-201-8132, 608-276-6100. html: www.thermonicolet.com.
Tanggal akses 16 September 2010
Tiwari B.K., C.P. O’Donnell and P.J. Cullen. 2009. Effect of non thermal
Processing technologies on the anthocyanin content of fruit juices.
Biosystems Engineering, UCD School of Agriculture. School of
Food Science and Environmental Health, College Dublin Institute
of Technology, Dublin 1, Ireland. Food Science and Veterinary
Medicine, University. Food Science & Technology 20 (2009) 137e145
Ueyama, Yukiko, Y. Katsumoto, Y. Fukui, M. Fukuchi-Mizutani, H.
Ohkawa, T. Kusumi, T. Iwashita, Y. Tanaka. 2006. Molecular
characterization of the flavonoid biosynthetic pathway and flower color
modification of Nierembergia sp. Plant Biotechnology 23, 19–24
Vankar, P.S., D. Bajpai. 2010. Rose anthocyanins as acid base indicator.
Electronic Journal of Environmental, Agricultural and Food Chemistry/
EJEAFChe, 9(5):875-884.
Veigas, J.M, M.S. Narayan, P.M. Laxman,B.Neelwarne.2007. Chemical
nature, stability and bioefficacies of anthocyanins from fruit peel of
syzygium cumini Skeels. J. Food Chemistry 105 (2007) 619–627
Williams,M. and G. Hrazdina. (1979) Anthocyanin as Food Colorants:
Effect of pH on The Formation of Anthocyanin-Rutin Complexes. J.
Food Sci. 44 (1): 66-58.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Wu, Shaowen, C. Ford and G. Horn. 2009. Patent application number:
20090246343: Stable Natural Color Process, Products and Use Thereof
Wu, X., Prior, R.L. 2005. Identification and characterization of anthocyanins
by high performance liquid chromatography-electrospray ionizationtandem mass spectrometry in common foods in the United States:
vegetables, nuts and grains. J. Agr. Food Chem. (53) : 3101-3113.
Wrolstada, R. E., R. W. Dursta, J. Leeb. 2005. Tracking color and pigment
changes in anthocyanin products. Department of Food Science and
Technology, Oregon State University, Corvallis, USA, and USDAARS, HCRL, Parma Research and Extension Center of I Lane,
Parma, USA. Food Science & Technology (16) : 423-428.
86
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
Yokoyama, Isao and Ono, Takeshi. 2006. United States Patent 4302200:
Process for extracting anthocyanin-type colors from natural products.
Yu, Liping. 1998. Osmotic-Air Dehydration of Chermes Am Blueberries.
Thesis. Department of Biosystems Engineering University of Manitoba
Winnipeg, Manitoba. Na tional Library ofCanada. pp 124
Yue X. and Z. Xu. 2008. Changes of Anthocyanins, Anthocyanidins, and
Antioxidant Activity in Bilberry Extract during Dry Heating. Jurnal:
Food Chemistry, Vol. 73, Nr. 6, 2008
Zhang,W., F. Han, J. He and C. Duan. 2008. HPLC-DAD-ESI-MS/MS
Analysis and Antioxidant Activities of Nonanthocyanin Phenolics in
Mulberry (Morus alba L.). J. Food Sci.Vol. 73, Nr. 6, 2008 : 512-518
Yang, Zhendong, W. Zhai.2010. Identification and antioxidant activity of
anthocyanins extracted from the seed and cob of purple corn (Zea mays
L.). Innovative Food Science and Emerging Technologies 11: 169-176
Lampiran
87
LAMPIRAN
Yogurt
Permen Jelly
Sari dan Sirup Bunga
Mawar
Gambar 20. Aplikasi Pigmen Antosianin pada Beberapa Produk Pangan
A
B ( 2 Ulangan)
Gambar 21. Bubuk Pigmen (A) dan Tablet Effervescent (B) dari Pigmen
MBM Lokal Batu
a. Tablet Effervescent: 3 level dosis (1/4, ½ dan 1 tablet /hari),
1 tablet=5 g
88
PIGMEN ANTOSIANIN: IDENTIFIKASI DAN MANFAATNYA BAGI
INDUSTRI MAKANAN DAN FARMASI
b. Pigmen Siap
Injeksi
c. Penandaan Tikus
d. Pembedahan Tikus
Gambar 22. Tahapan Pengujian SGPT & SGOT pada Tikus
Lampiran
89
Gambar 23. Pengamatan Frekuensi Gelombang Gugus Fungsi dalam Pigmen
MBM (fraksi I, II, ekstrak, & bubuk pigmen) Analisa FTIR
Download