P e n g e l o l a a n Ta n a m a n Terpadu (PTT) Kedelai adalah pendekatan dalam p ro d u k s i ke d e l a i a g a r teknologi dan atau proses produksi diterapkan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Lingkungan setempat meliputi kondisi biofisik lahan, iklim, air, dan organisme pengganggu tumbuhan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat. Komponen PTT Kedelai untuk lahan sawah: 1. Varietas unggul yang sesuai untuk lahan sawah. 2. Benih berkualitas, karena menjamin pertumbuhan yang baik dan hasil yang tinggi. Syarat benih bermutu adalah murni dan diketahui nama va r i e t a s nya , d aya tumbuh tinggi (>85%), vigor baik, diperoleh dari tanaman yang telah masak fisiologis, sehat dan tidak terkontaminasi bibit penyakit, bernas, mengkilat, tidak keriput, bersih, tidak tercampur biji tanaman lain atau rerumputan. 3. Pengelolaan lahan dan penanaman, pada lahan sawah dengan tingkat kesuburan relatif lebih tinggi dibandingkan lahan kering, maka pengolahan tanah dilakukan secara minimal (minimum tillage) atau tanpa olah tanah (TOT). Jerami bekas padi dibabat sejajar dengan permukaan tanah segera setelah panen. Penanaman kedelai pada lahan sawah dilakukan segera setelah panen padi dengan tujuan mengejar ketersediaan air untuk proses perkecambahan benih dan pertumbuhan. Pembuatan lubang tanam menggunakan tugal, dengan kedalaman lubang tanam sekitar 2-3 cm. 4. Pengaturan populasi tanam, Jarak tanam pada lahan yang subur harus lebih lebar daripada lahan yang kurang subur. Jarak tanam pada penanaman kedelai di l a h a n s a w a h direkomendasikan 40 cm x 20 cm, sehingga populasi per hektar sebanyak 125.000 lubang tanam. Dengan penanaman 2 biji per lubang tanam, maka populasi per hektar adalah 250.000 tanaman. 5. Saluran air/drainase, berfungsi untuk membuang kelebihan air atau mengalirkan air pada saat tanaman memerlukan air supaya merata ke seluruh petakan pertanaman. Tanaman kedelai sangat memerlukan air untuk pertumbuhan dan berproduksi, namun tidak boleh tergenang. Saluran drainase sebaiknya dibuat dengan ukuran yang sesuai sehingga seluruh pertanaman dapat terairi. Rekomendasi ukuran saluran drainase adalah kedalaman 30 cm, lebar 30 cm, dengan jarak antar saluran 3 m x 5 m. 6. Pengendalian gulma. Gulma mampu menurunkan hasil kedelai sebesar 18% – 68%. Pengendalian gulma bisa dilakukan secara manual atau mekanis menggunakan alat. 7. Pengendalian hama dan penyakit, dilakukan dengan konsep PHT (Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu). Prinsip PHT adalah budidaya tanaman sehat, pelestarian musuh alami, pemantauan secara rutin, menyeluruh dan petani sebagai ahli PHT. Penggunaan pestisida berbahan aktif karbosulfan dapat diberikan sebagai perlakuan benih untuk mengendalikan lalat kacang/lalat bibit. Karbosulfan merupakan satusatunya bahan aktif pestisida yang dapat diaplikasikan bersama dengan aplikasi bakteri Rhizobium. 8. Pengelolaan hara/pemupukan. Kedelai mempunyai sifat tidak responsif terhadap pemupukan. Pemupukan pada kedelai disesuaikan dengan ketersediaan pupuk organik maupun an organik di wilayah setempat. Pada lahan sawah dapat menggunakan jerami sebagai mulsa, selain dapat berfungsi sebagai sumber unsur hara K (Kalium). Unsur hara K yang diserap oleh tanaman padi, sebesar 89% tersimpan dalam jerami. Sedangkan untuk menjamin ketersediaan hara N (Nitrogen) diperlukan inokulasi/ penambahan pupuk hayati yang mengandung bakteri Rhizobium. Bagi lahan yang sudah terbiasa ditanami kedelai, populasi bakteri Rhizobium sudah mampu menambat/mengikat hara N dari udara untuk keperluan tanaman, namun tidak ada salahnya populasi Rhizobium tersebut ditambah lagi dari pupuk hayati. Bakteri Rhizobium bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai sehingga bakteri dapat menambat/mengikat N dari udara. Kebutuhan N yang dapat dipenuhi dari hasil simbiosis ini adalah 40% - 70%. 9. Teknologi panen dan pasca panen. Biji kedelai mempunyai sifat cepat menurun mutu fisiologisnya setelah pemanenan, oleh karena itu tindakan yang tepat pada penyimpanan wajib diperhatikan. Penyimpanan biji kedelai yang ideal o adalah pada suhu 18 C dengan kelembaban 60%. Namun untuk mendapatkan biji yang bermutu baik, perlu juga diperhatikan proses pemanenan, yaitu a) panen dilakukan pada saat 95% polong sudah berwarna coklat dan sebagian besar daun sudah rontok, b) Pemanenan dengan memotong pangkal batang atau mencabut batang, c) Brangkasan hasil panen langsung dihamparkan untuk dijemur menggunakan sinar matahari setebal sekitar 2.5 – 3 cm, selama 2-3 hari menyesuaikan kondisi cuaca, dan diberi alas terpal atau lainnya. Pengeringan dilakukan sampai kadar air biji sekitar 14%. Brangkasan yang telah kering dirontok secara manual atau menggunakan threser dengan kecepatan tidak boleh lebih dari 400 putaran per menit. Biji hasil perontokan dibersihkan secara manual atau menggunakan blower. Selanjutnya biji disimpan dalam kemasan karung yang telah dilapisi plastik dan diusahakan supaya kedap udara. Penyimpanan karung berisi kedelai tidak boleh langsung bersentuhan dengan lantai, melainkan harus diberi alas kayu setinggi DILAHANSAWAH BPTP JAWA BARAT Jl. Kayuambon No. 80 Lembang 40391 Telp./Fax.: 022-2786238/2789846 Website : http://jabar litbang.pertanian.go.id E-mail : [email protected] SCIENCE . INNOVATION . NETWORKS KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Seri : Tanaman Pangan Nomor : 05/Leaflet/APBN/2015/Hendi, TH Cetakan Ke 2 / TA. 2015 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT 2015