05_Leaflet PTT Kedelai.cdr - BPTP Jawa Barat

advertisement
P e n g e l o l a a n Ta n a m a n
Terpadu (PTT) Kedelai
adalah pendekatan dalam
p ro d u k s i ke d e l a i a g a r
teknologi dan atau proses
produksi diterapkan sesuai
dengan kondisi lingkungan setempat.
Lingkungan setempat meliputi kondisi biofisik
lahan, iklim, air, dan organisme pengganggu
tumbuhan serta kondisi sosial ekonomi
masyarakat.
Komponen PTT Kedelai untuk lahan sawah:
1. Varietas unggul yang sesuai untuk
lahan sawah.
2. Benih berkualitas, karena
menjamin pertumbuhan yang baik
dan hasil yang tinggi.
Syarat benih bermutu
adalah murni dan
diketahui nama
va r i e t a s nya , d aya
tumbuh tinggi
(>85%), vigor baik,
diperoleh dari tanaman yang telah masak
fisiologis, sehat dan tidak terkontaminasi bibit
penyakit, bernas, mengkilat, tidak keriput, bersih,
tidak tercampur biji tanaman lain atau
rerumputan.
3. Pengelolaan lahan dan penanaman, pada
lahan sawah dengan tingkat kesuburan relatif
lebih tinggi dibandingkan lahan kering, maka
pengolahan tanah dilakukan secara minimal
(minimum tillage) atau tanpa olah tanah (TOT).
Jerami bekas padi
dibabat sejajar
dengan permukaan
tanah segera setelah
panen. Penanaman
kedelai pada lahan
sawah dilakukan
segera setelah panen padi dengan tujuan
mengejar ketersediaan air untuk proses
perkecambahan benih dan pertumbuhan.
Pembuatan lubang tanam menggunakan tugal,
dengan kedalaman lubang tanam sekitar 2-3 cm.
4. Pengaturan populasi tanam, Jarak tanam
pada lahan yang subur harus
lebih lebar daripada lahan yang
kurang subur. Jarak tanam
pada penanaman kedelai di
l a h a n
s a w a h
direkomendasikan
40 cm x 20 cm,
sehingga populasi
per hektar
sebanyak 125.000
lubang tanam. Dengan penanaman 2 biji per
lubang tanam, maka populasi per hektar adalah
250.000 tanaman.
5. Saluran air/drainase, berfungsi untuk
membuang kelebihan air atau mengalirkan air
pada saat tanaman memerlukan air supaya
merata ke seluruh
petakan pertanaman.
Tanaman kedelai sangat
memerlukan air untuk
pertumbuhan dan
berproduksi, namun tidak
boleh tergenang. Saluran drainase sebaiknya
dibuat dengan ukuran yang sesuai sehingga
seluruh pertanaman dapat terairi. Rekomendasi
ukuran saluran drainase adalah kedalaman 30 cm,
lebar 30 cm, dengan jarak antar saluran 3 m x 5 m.
6. Pengendalian gulma.
Gulma mampu menurunkan
hasil kedelai sebesar 18% –
68%. Pengendalian gulma
bisa dilakukan secara manual
atau mekanis menggunakan
alat.
7. Pengendalian hama dan penyakit, dilakukan
dengan konsep PHT (Pengendalian Hama dan
Penyakit Terpadu). Prinsip PHT adalah budidaya
tanaman sehat, pelestarian musuh alami,
pemantauan secara rutin, menyeluruh dan petani
sebagai ahli PHT. Penggunaan pestisida berbahan
aktif karbosulfan dapat diberikan sebagai
perlakuan benih untuk mengendalikan lalat
kacang/lalat bibit. Karbosulfan merupakan satusatunya bahan aktif pestisida yang dapat
diaplikasikan bersama dengan aplikasi bakteri
Rhizobium.
8. Pengelolaan hara/pemupukan. Kedelai
mempunyai sifat tidak responsif terhadap
pemupukan. Pemupukan pada kedelai disesuaikan
dengan ketersediaan pupuk organik maupun an
organik di wilayah setempat. Pada lahan sawah
dapat menggunakan jerami sebagai mulsa, selain
dapat berfungsi sebagai sumber unsur hara K
(Kalium). Unsur hara K yang diserap oleh tanaman
padi, sebesar 89% tersimpan dalam jerami.
Sedangkan untuk menjamin ketersediaan hara N
(Nitrogen) diperlukan inokulasi/ penambahan
pupuk hayati yang mengandung bakteri
Rhizobium. Bagi lahan yang sudah terbiasa
ditanami kedelai, populasi bakteri Rhizobium
sudah mampu menambat/mengikat hara N dari
udara untuk keperluan tanaman, namun tidak ada
salahnya populasi Rhizobium tersebut ditambah
lagi dari pupuk hayati. Bakteri Rhizobium
bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai
sehingga bakteri dapat menambat/mengikat N
dari udara. Kebutuhan N yang dapat dipenuhi dari
hasil simbiosis ini adalah 40% - 70%.
9. Teknologi panen dan pasca panen. Biji kedelai
mempunyai sifat cepat menurun mutu
fisiologisnya setelah pemanenan, oleh karena itu
tindakan yang tepat pada penyimpanan wajib
diperhatikan. Penyimpanan biji kedelai yang ideal
o
adalah pada suhu 18 C dengan kelembaban 60%.
Namun untuk mendapatkan biji yang bermutu
baik, perlu juga diperhatikan proses pemanenan,
yaitu a) panen dilakukan pada saat 95% polong
sudah berwarna coklat dan sebagian besar daun
sudah rontok, b) Pemanenan dengan memotong
pangkal batang atau mencabut batang, c)
Brangkasan hasil panen langsung dihamparkan
untuk dijemur menggunakan sinar matahari
setebal sekitar 2.5 – 3 cm, selama 2-3 hari
menyesuaikan kondisi cuaca, dan diberi alas terpal
atau lainnya. Pengeringan dilakukan sampai kadar
air biji sekitar 14%. Brangkasan yang telah kering
dirontok secara manual atau menggunakan
threser dengan kecepatan tidak boleh lebih dari
400 putaran per menit. Biji hasil perontokan
dibersihkan secara manual atau menggunakan
blower. Selanjutnya biji disimpan dalam kemasan
karung yang telah dilapisi plastik dan diusahakan
supaya kedap udara. Penyimpanan karung berisi
kedelai tidak boleh langsung bersentuhan dengan
lantai, melainkan harus diberi alas kayu setinggi
DILAHANSAWAH
BPTP JAWA BARAT
Jl. Kayuambon No. 80 Lembang 40391
Telp./Fax.: 022-2786238/2789846
Website : http://jabar litbang.pertanian.go.id
E-mail : [email protected]
SCIENCE . INNOVATION . NETWORKS
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Seri
: Tanaman Pangan
Nomor : 05/Leaflet/APBN/2015/Hendi, TH
Cetakan Ke 2 / TA. 2015
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
JAWA BARAT
2015
Download