Kejang setelah Operasi, Tiga Meninggal Diduga karena Obat Anestesi JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengeluarkan surat edaran penghentian penggunaan obat anestesi Bupivacaine produksi Bemofarm. Penghentian itu dilakukan menyusul adanya kasus kematian tiga pasien pas-caoperasi dj Rumah Sakit (RS) Mitra Husada Pringsewu Lampung Senin lalu (4/4). Berdasar informasi yang dikumpulkan, kasus ketiganya memiliki kemiripan secara kronologi. Yakni, mereka mengalami kejang-kejang setelah menjalani operasi hingga akhirnya meninggal. Mereka sebelumnya diberi obat anestesi yang sama, yakni Bupivacaine produksi Bemofarm yang ber-pabrik di Buduran, Sidoarjo. Sekjen Kemenkes Untung Suseno menyatakan, tiga pasien tersebut diduga memang meninggal karena obat anestesi Bupivacaine. "Ada kejadian ndak diinginkan. Karena itu, ada surat (penghentian. Red) yang memang dikirim ke direktur rumah sakitnya," kata Untung kemarin (8/4). Selain pelarangan dan penghentian penggunaan Bupivacaine, surat tersebut berisi imbauan kepada manajemen RS Mitra Husada. Isinya, bila ada kejadian serupa, RS dapat segera melapor kepada Kemenkes sehingga kasusnya secepatnya bisa diatasi. BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) juga telah diminta melihat dari aspek produksinya,* ucap Untung. Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Bambang Wibowo menambahkan, tiga pasien tersebut meninggal karena operasi dengan sakit yang berbeda. Menurut Bambang, Kemenkes bergerak cepat menindaklanjuti kasus itu. Sehari setelah kejadian. Kemenkes mengeluarkan surat edaran penghentian dan pelarangan sementara penggunaanobat anestesi Bupivacaine. Dari berbagai kemungkinan, itu obat anestesi. Karena itu, kami hentikan untuk mencegah adanya kasus lain, jelasnya. Bambang menambahkan, pihaknya juga telah membentuk nm investi gasi. Tun tersebut terdiri atas organisasi profesi, organisasi RS, Kemenkes, dan BPOM. Rencananya, hari ini tim menuju lokasi kejadian untuk mengecek standard operating procedure (SOP) dan sebagainya. Tun akan ke rumah sakit dulu, ujar dia. Sementara itu. Wakil Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia Daeng M. Faqih meminta semua pihak tidak berspekulasi dulu. Terlebih menyangkut dugaan keteledoran tenaga kesehatan karena adanya rumor anestesi yang dilakukan satu orang. "Tetap harus menjaga asas praduga tak bersalah," tuturnya. (mla/c9/agm) Kategori : 5.1 Setjen , 5.3 BUK , 5.6 Binfar , Dirjen Yankes , Eselon I Farmalkes , Eselon I Yankes , Farmalkes , Kementerian Kesehatan , Sekretaris Jenderal , Sesjen , Setjen , Yankes