(Ananas comosus (L) Merr) DAN PERTUMBUHAN KEDELAI

advertisement
-
ISBN : 978-602-70313-2-6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN NANAS (Ananas comosus (L) Merr)
DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max L. Merril) DENGAN SISTEM
PENANAMAN TUMPANGSARI DAN MONOKULTUR
Rosdiana Megasari1, Agus Sutanto2, Rasuane Noor3
1,2,3
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro.
Alamat : Jl. Ki Hajar Dewantara 15A Metro Telp (0725) 42445-42454 fax. (0725) 42445
Email: 1)[email protected], 2)[email protected], 3)[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan terbaik antara tanaman nanas
(Ananas comosus (L) Merr) dan tanaman kedelai (Glycine max L. Merril) yang ditanam
secara tumpangsari dan monokultur. Jenis penelitian ini adalah eksperimen
perbandingan, yaitu menggunakan perbandingan dua sistem penanaman yaitu sistem
tumpangsari dan sistem monokultur. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman
(cm) dan jumlah daun (helai). Berdasarkan hasil analisis hipotesis jumlah daun
tanaman nanas yaitu thit -1,21<ttab 2,61 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan nyata terhadap jumlah daun nanas queen yang ditanam secara
tumpangsari dan nanas queen yang ditanam secara monokultur. Hasil analisis
hipotesis panjang daun tanaman nanas yaitu thit 0,25<ttab 2,61. Sehingga disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan nyata terhadap pertumbuhan panjang daun nanas queen
yang ditanam secara tumpangsari dan nanas queen yang ditanam secara monokultur.
Hasil analisis hipotesis jumlah daun dan panjang batang tanaman kedelai yaitu thit –
3,51<ttab 2,61 sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan nyata terhadap
pertumbuhan jumlah daun dan panjang batang kedelai tumpangsari dan kedelai
monokultur. Penanaman yang menghasilkan pertumbuhan paling baik yaitu
penanaman monokultur nanas dan monokultur kedelai.
Kata Kunci: kedelai, monokultur, nanas queen, tumpangsari.
Abstrak
This study aims to determine the best growth between pineapple plants (Ananas
comosus (L) Merr) and soybean (Glycine max L. Merril) grown intercropping and
monoculture. This type of research is the comparative experiment, that is using the
comparison of two planting system that is intercropping system and monoculture
system. The parameters observed were plant height (cm) and a number of leaves
(strands). Based on the result of hypothesis analysis, the number of pineapple plant
leaves is thit -1.21 <ttab 2.61 so it can be concluded that there is no real difference to the
number of queen leaf pineapple grown in intercropping and pineapple queen grown in
monoculture. The result of hypothesis analysis of pineapple leaf length is thit 0,25 <t tab
2,61. So it is concluded that there is no real difference to the growth of long-queen
pineapple leaves grown in intercropping and pineapple queen grown in monoculture.
The result of hypothesis analysis of leaf number and length of the stem of soybean
plant that is thit -3,51 <ttab 2,61 so it can be concluded there are the real difference to
the growth of leaf number and length of soybean crop of intercropping and monoculture
soybean. Cultivation that produces the best growth of pineapple monoculture
cultivasion and soybean monoculture.
Keywords: soybean, monoculture, queen pineapple, intercropping.
109
Seminar Nasional Pendidikan 2017
-
ISBN : 978-602-70313-2-6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian [1] bahwa: Produksi
nanas tahun 2014 diprediksi mencapai 1,93 juta ton dengan penyediaan sebesar 1,77
juta ton. Prediksi ekspor nanas tahun 2014 yaitu 162 ribu ton, jumlah ini lebih besar di
bandingkan tahun 2013. Demikian pula pada tahun berikutnya ekspor nanas
diprediksikan terus meningkat menjadi 164 ribu ton pada tahun 2015 dan 165 ribu ton
pada tahun 2016.
Produk nanas mengalami peningkatan sehingga, tanaman nanas ini dapat
dijadikan sebagai sumber penghasilan lain, selain menanam tanaman padi, jagung dan
singkong [1]. Tanaman nanas ini dapat tumbuh di daerah tropik dan tahan terhadap
keadaan kering maka apabila dilihat dari potensi tersebut tanaman nanas dapat
dikembangkan di lahan yang kering itu sesuai dengan keadaan tanah di Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No.19 [2] bahwa: Luas penguasaan
lahan petani semakin sempit sehingga menyulitkan upaya peningkatan kesejahteraan
petani. Pada tahun 2012, luas penguasaan lahan per petani yaitu 0,22 hektar dan
diperkirakan akan menjadi 0,18 hektar pada tahun 2050. Hal ini menyulitkan upaya
peningkatan kesejahteraan petani, penyempitan penguasaan lahan mengakibatkan
tidak efisien dalam berusaha tani. Diketahui dari Peraturan Menteri Pertanian RI No.19
tersebut bahwa kendala yang cukup sulit yaitu lahan yang digunakan para petani
nanas untuk membudidayakan tanaman nanas. Kendala lain dalam penanaman nanas
selain membutuhkan lahan yang cukup luas, tanaman nanas juga mempunyai umur
panen yang cukup lama yaitu sekitar satu tahun, maka kendala-kendala tersebut harus
dapat disiasati dengan salah satu sistem penanaman, yaitu menggunakan sistem
tumpangsari.
Sistem tumpangsari merupakan sistem penanaman ganda, maksud dari
penanaman ganda disini yaitu dalam satu lahan dapat ditanamani oleh dua tanaman.
Permasalahan yang ada dapat disiasati dengan penanaman sistem tumpangsari,
karena umur panen dari tanaman nanas tersebut terbilang lama, maka pada sela-sela
lahan yang tersisa dapat ditanami tanaman yang berumur pendek. Selain
mengefesienkan lahan, sistem tumpangsari juga dapat menekan resiko gagal panen
serta mendapatkan hasil panen lebih dari satu tanaman. Perlu diperhatikan juga dalam
pemilihan tanaman jika akan menggunakan sistem tumpangsari, karena tanaman satu
dengan tanaman lainnya tersebut diharapkan dapat mengalami persaingan seminimal
mungkin. Peneliti mencoba melihat pertumbuhan tanaman buah dan tanaman pangan
melalui sistem tumpangsari tersebut. Penanaman tumpangsari yang coba dilakukan
oleh peneliti adalah antara tanaman nanas dengan tanaman kedelai. Tanaman Kedelai
mempunyai umur panen yang pendek selain itu juga dapat dijadikan penambahan
penghasilan petani. Permintaan kedelai meningkat pesat seiring dengan laju
pertambahan penduduk, yakni sekitar 1,8% per tahun. Namun laju permintaan tersebut
ternyata belum dapat diimbangi oleh laju peningkatan produksi sehingga Indonesia
harus mengimpor kedelai [3]. Berdasarkan hal tersebut, oleh karena itu peneliti
mencoba melakukan teknik penanaman tumpangsari untuk memanfaatkan lahan
pertanian nanas dengan tumpangsari kedelai. Penanaman sistem tumpangsari antara
tanaman nanas dan kedelai ini diperlukan karena umur panen dari tanaman nanas
terbilang lama, jadi untuk menanggulangi hal tersebut agar petani tetap bisa
mendapatkan penghasilan maka perlu ditumpangsarikan dengan tanaman yang
berumur pendek seperti kedelai.
Penanaman secara tumpangsari antara kedelai dengan tanaman nanas
merupakan perpaduan yang sesuai, karena selain untuk memenuhi kebutuhan
pangan, protein, dan juga vitamin. Kedua tanaman juga memiliki periode pertumbuhan,
daerah penyebaran akar, kanopi dan jalur fiksasi karbon yang berbeda. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan nanas (Ananas
110
Seminar Nasional Pendidikan 2017
-
ISBN : 978-602-70313-2-6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan
comosus (L) Merr) dengan penanaman tumpangsari dan penanaman monokultur,
untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan kedelai (Glycine max L. Merrill) dengan
penanaman tumpangsari dan penanaman monokultur.
2. METODE
2.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini berupa eksperimen, yaitu dengan menggunakan perbandingan dua
sistem penanaman yaitu sistem penanaman tumpangsari dan sistem monokultur.
Penelitian ini menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan menggunakan
60 tananam nanas dan 60 kedelai yang ditanam dengan sistem tumpangsari. 60
tanaman nanas dan 60 tanaman kedelai ditaman dengan sistem monokultur, dengan
jarak tanam yang sama yaitu 30x100cm untuk penanaman nanas dan untuk jarak
tanaman kedelai juga menggunakan jarak yang sama antara tumpangsari dan
monokultur yaitu 25x50cm.
2.2 Alat dan Bahan
Alat Penelitian: Penggaris, Ember, Gayung, Cangkul, Alat penyemprot, Papan,
dan Alat tulis. Bahan Penelitian: Bibit nanas queen, Bibit Kedelai , dan Air.
2.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan
langsung terhadap pertumbuhan nanas queen dan kedelai. Data yang diperoleh dalam
melakukan pengamatan adalah panjang daun (cm) dan jumlah daun (helai) pada
tananam nanas, serta panjang batang (cm) dan jumlah daun (helai) pada tanaman
kedelai. Pengambilan data dilakukan pada umur tanaman nanas 30 hari 60 hari,dan 90
hari, untuk tanaman kedelai pengambilan data dilakukan pada tanaman umur 7 hari,
14 hari, 21 hari, 28 hari, 35 hari, 42 hari, 49 hari 57 hari, dan 64 hari dengan mengukur
tinggi (cm) menggunakan penggaris.
2.4 Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada perbandingan penanaman
tumpangsari dan monokultur tanaman nanas dan kedelai maka dilakukan uji hipotesis
(uji t). Ketika melakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu melakukan uji prasyarat
yaitu dengan uji normalitas (metode Kolmogorov-Smirnov) dan uji homogenitas (uji
Bartlett.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Rata-rata Panjang Daun Tanaman Nanas (Ananas comosus (L) Merr) pada
Penanaman Tumpangsari dan Monokultur.
Rata-rata panjang
daun tanaman nanas
(cm)
60
Panjang Daun
Penanaman
Monokultur
40
20
Panjang Daun
Penanaman
Tumpangsari
0
Bulan 1 Bulan 2
Bulan 3
Gambar 1. Diagram Rata-rata Pertumbuhan Panjang Daun Tanaman Nanas (Ananas
comosus (L) Merr) pada Penanaman Monokultur dan Tumpangsari.
111
Seminar Nasional Pendidikan 2017
-
ISBN : 978-602-70313-2-6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan
3.2 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Nanas (Ananas comosus (L) Merr) pada
Penanaman Tumpangsari dan Monokultur.
Rata-rata jumlah daun
tanaman nanas (Helai)
12
10
Jumlah Daun
Penanaman
Monokultur
8
6
4
Jumlah Daun
Penanaman
Tumpangsari
2
0
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Gambar 2. Diagram Rata-rata Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Nanas (Ananas
comosus (L) Merr) pada Penanaman Monokultur dan Tumpangsari.
Rata-rata panjang
batang tanaman
kedelai (cm)
3.3 Rata-rata Panjang Batang Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) pada
Penanaman Tumpangsari dan Monokultur.
25
20
15
10
5
0
Tinggi Batang
Penanaman
Monokultur
Tinggi Batang
Penanaman
Tumpangsari
Gambar 3. Diagram Rata-rata Pertumbuhan Panjang Batang Tanaman Kedelai max L.
Merril) pada Penanaman Monokultur dan Tumpangsari.
112
Seminar Nasional Pendidikan 2017
-
ISBN : 978-602-70313-2-6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan
Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai
Penanaman Monokultur dan Tumpangsari.
Rata-rata jumlah daun
tanaman kedelai (Helai)
3.4
(Glycine max L. Merril) pada
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Jumlah Daun
Penanaman
Monokultur
Jumlah Daun
Penanaman
Tumpangsari
Gambar 4. Rata-rata Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Glycine max L.
Merril) pada Penanaman Monokultur dan Tumpangsari.
Tabel 1. Tabulasi Data Uji Hipotesis Jumlah Daun Tanaman Nanas (Ananas comosus (L) Merr)
Tumpangsari dan Monokultur.
Perhitungan
n
Penanaman
Tumpangsari
Nanas
60
thit
ttab
1,02
-1,21
2,61
3
0,88
Monokultur
Nanas
Sg
1,10
60
3,21
Tabel 2. Tabulasi Data Uji Hipotesis Panjang Daun Tanaman Nanas (Ananas comosus (L)
Merr) Tumpangsari dan Monokultur
Penanaman
Tumpangsari Nanas
Monokultur Nanas
Perhitungan
n
15,8 28,60
60
60
16 13,77
Sg
thit
ttab
4,60
-0,25
2,61
Tabel 3. Tabulasi Data Uji Hipotesis Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril)
Tumpangsari dan Monokultur.
Perhitungan
Penanaman
Tumpangsari
Kedelai
Monokultur
Kedelai
nn
660
33,42
46,72
660
37,53
70,21
113
Sg
thit
ttab
7,68
-3,15
2,61
Seminar Nasional Pendidikan 2017
-
ISBN : 978-602-70313-2-6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan
Tabel 4. Tabulasi Data Uji Hipotesis Panjang Batang Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril)
Tumpangsari dan Monokultur.
Penanaman
Tumpangsari
Kedelai
Monokultur
Kedelai
Perhitungan
n
60
21,1
60
24
Sg
thit
ttab
5,65
-3,02
2,61
24,66
37,55
Penanaman dengan sistem tumpangsari yaitu salah satu usaha sistem tanam
dimana terdapat dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda ditanam secara
bersamaan dalam waktu relatif sama dengan penanaman berselangā€seling dan jarak
tanam teratur pada sebidang tanah yang sama (Warsana [4]). Keberhasilan sistem
tumpangsari sangat ditentukan oleh usaha pemilihan komponen tanaman yang
dikombinasikan. Oleh karena itu faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah
masalah terjadinya kompetisi di antara tanaman yang ditumpangsarikan.
Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis jumlah daun diketahui bahwa thitung
-1,21< ttabel 2,61, sehingga tidak ada perbedaan nyata antara jumlah daun nanas
queen tumpangsari dan nanas queen monokultur. Begitu juga dengan analisis
pengujian hipotesis panjang daun diketahui bahwa thitung -0,25< ttabel 2,61, sehingga
tidak ada perbedaan nyata antara panjang daun nanas queen tumpangsari dan nanas
queen monokultur, dari perhitungan analisis pengujian hipotesis kedua paramater
pertumbuhan jumlah daun dan panjang daun tidak ada perbedaan nyata antara
pertumbuhan nanas tumpangsari dan monokultur. Tetapi, jika dilihat pada rata-rata
pertumbuhan panjang daun dan jumlah daun nanas setiap bulannya, terlihat adanya
perbedaan antara penanaman tumpangsari dan monokultor. Penanaman nanas yang
mengalami bertumbuhan paling baik yaitu pada penanaman monokultur. Karena unsur
hara yang dibutuhkan oleh nanas masih dapat tercukupi, dengan penambahan pupuk
LCN (Limbah Cair Nanas). Penggunaan pupuk LCN ini hanya untuk memberikan
nutrisi kepada semua tanaman baik tumpangsari maupun monokultur. Penggunaan
pupuk LCN ini karena LCN memiliki kandungan unsur hara seperti C, N, P, K, Ca, Mg,
Na, Fe, Zn, Mn, S, No3, NH4, C/N yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tidak
berpengaruhnya sistem tumpangsari terhadap pertumbuhan nanas karena nanas juga
termasuk tanaman yang tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi.
Razzaque [5] menyatakan bahwa: “Tanaman nanas dalam pertumbuhannya
tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang tinggi dan dapat diusahakan di lahan
marjinal. Kebutuhan N tanaman nanas sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah,
iklim, verietas, pengelolaan pertanian dan beberapa faktor lain. Tercukupinya
kebutuhan N akan meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, luas
daun, berat kering, serta berpengaruh terhadap hasil dan kualitas buah nanas”.
Pendapat lainnya bahwasannya nanas tidak memiliki persyaratan hidup tinggi maka
dari itu, pertumbuhan nanas yang ditumpangsari tidak berbeda nyata dengan
pertumbuhan nanas yang ditaman monokultur [5].
Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis jumlah daun kedelai diketahui
bahwa thitung -3,51< ttabel 2,61, sehingga ada perbedaan nyata antara jumlah daun
kedelai tumpangsari dan kedelai monokultur. Begitu pula, dengan hasil analisis
hipotesis panjang batang kedelai diketahui bahwa thitung -3,02< ttabel 2,61, sehingga ada
perbedaan nyata antara panjang batang kedelai tumpangsari dan kedelai monokultur,
dari perhitungan analisis pengujian hipotesis kedua paramater pertumbuhan jumlah
daun dan panjang batang ada perbedaan nyata antara pertumbuhan kedelai
tumpangsari dan monokultur.
114
Seminar Nasional Pendidikan 2017
-
ISBN : 978-602-70313-2-6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan
Pemilihan tanaman yang akan ditumpangsari harus benar-benar diperhatikan
karena jika tidak sesuai maka pertumbuhan yang akan dihasilkan tidak akan sesuai.
Gomes [4] menyatakan bahwa: Pemilihan tanaman penyusun dalam tumpangsari
senantiasa mendasarkan pada perbedaan karakter morfologi dan fisiologi antara lain
kedalaman dan distribusi system perakaran, bentuk tajuk, lintasan fotosintesis, pola
serapan unsur hara sehingga diperoleh suatu karakteristik pertumbuhan,
perkembangan dan hasil tumpangsari yang bersifat sinergis.
Penjelasan dari Gomes [4] tersebut memperjelas jika tanaman kedelai yang
ditumpangsari pertumbuhannya tidak sinergis dengan tanaman nanas, jika
diperhatikan antara tanaman nanas dan kedelai memiliki morfologi dan fisiologi yang
berbeda, seharusnya pertumbuhan kedelai yang ditumpangsari dapat tumbuh dengan
baik. Selain kekurangan unsur hara pada tanaman kedelai faktor lain juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan kedelai. Jika dilihat dari rata-rata setiap minggunya
tanaman kedelai menunjukkan pertumbuhan lebih baik pada penanaman monokultur.
Sesuai dengan pernyataan bahwa Kedelai yang ditanam secara monokultur
mempunyai luas daun dan jumlah cabang produktif yang lebih besar dibandingkan
dengan yang ditumpangsarikan [4]. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan unsur hara,
air, dan cahaya matahari yang diserap oleh tanaman untuk pembentukan organ-organ
tanaman. Selain kekurangan nutrisi ada faktor-faktor lain juga yang mempengaruhi
tananam kedelai menjadi kerdil diantaranya yaitu tanah, iklim, distribusi curah hujan
dan hama.
a. Tanah
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun
demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai
harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Faktor
lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah
yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar [6].
b. Suhu
Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh
pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat
lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan
pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak
biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat. Disamping suhu
tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai.
Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan
rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang.
Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C [6].
c. Distribusi curah hujan
Penanaman biji kedelai yang telah dilakukan di lahan penelitian, pada proses
pertumbuhannya mengalami berbagai kendala selain iklim yang tidak menentu juga
curah hujan yang tinggi, sehingga membuat biji kedelai yang telah ditanam banyak
yang busuk. Karena pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar
350–450 mm selama masa pertumbuhan kedelai.
d. Hama
Proses pertumbuhan kedelai itu terhambat oleh adanya hama, hama yang
terdapat pada tanaman kedelai diantaranya yaitu:
1) Virus mosaik (virus)
Penyakit ini menyerang daun dan tunas. Penularan vektor penyebar virus ini
adalah Aphis glycine (sejenis kutu daun). Gejala: perkembangan dan pertumbuhan
lambat, tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya seharusnya dengan penanaman
varietas yang tahan terhadap virus. Pengendalian yang lain yaitu dengan
menyemprotkan Tokuthion 500 EC.
2) Ulat penghulung daun (Lamprosema indicata F)
115
Seminar Nasional Pendidikan 2017
-
ISBN : 978-602-70313-2-6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan
Tanaman kedelai mengalami penggulungan daun seitar umur 3-4 minggu, jika
dalam gulungngan daunnya di buka terdapat ulat dan kotoran-kotaran berwarna hitam.
Ulat penggulung daun dapat menyerang tanaman kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
buncis, kacang panjang dan tanaman leguminosae lainnya [7]. Dalam gulungan daun
itu ada ulat yang terlindungi oleh benang–benang sutera serta kotoran. Daun juga
tampak bekas gigitan ulat. Umur tanaman yang di serang sekitar 4-6 minggu.
Pengendalian hama ulat penggulung daun ini seharusnya daun yang menggulung
dipotong atau dibakar, setelah daun tergulung dimusnahkan, tanaman disemprot
dengan insektisida, misalnya Azodrin.
4. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tidak terdapat perbedaan nyata pertumbuhan tanaman nanas (Ananas comosus (L)
Merr) dengan penanaman tumpangsari dan monokultur, Penanaman yang
mengalami pertumbuhan paling baik yaitu pada penanaman monokultur.
2. Terdapat perbedaan nyata pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L. Merril)
dengan penanaman tumpangsari dan monokultur. Penanaman yang mengalami
pertumbuhan paling baik yaitu pada penanaman monokultur kedelai.
Beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti lain, dapat dilakukan penelitian tentang sistem penanaman
tumpangsari dalam jangka panjang atau dengan mengaplikasikan sistem
tumpangsari dengan tanaman yang berbeda.
2. Bagi masyarakat yang ingin membudidayakan kedelai harus mengetahui prosedur
penanaman kedelai dan cara mengendalian hama yang tepat.
3. Bagi guru, diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai Petunjuk
Praktikum
DAFTAR PUSTAKA
[1] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.2014. Buletin Konsumsi Pangan.
Jakarta: Kementrian Pertanian.
[2] Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.19/permentan/HK.140/ 4/2015
tentang rencana strategis kementrian pertanian tahun 2015-2019. Jakarta:
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
[3] Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai. Yogyakarta: Kanisius.
[4] Permanasari, I., dan D. Kastono. 2012. Pertumbuhan Tumpangsari Jagung dan
Kedelai pada Perbedaan Waktu Tanam dan Pemangkasan Jagung. Jurnal
Agroteknologi. 3(1): 13 – 20.
[5] Wulandari, A.K. 2008. Pengaruh Pertumbuhan Vegetatif Nanas terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar dalam Sistem Tumpangsari.Skripsi diterbitkan.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret
[6] Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merill).
Jatinangor.
[7] Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
116
Seminar Nasional Pendidikan 2017
Download