- ISBN : 978-602-70313-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan PERBANDINGAN PERTUMBUHAN NANAS (Ananas comosus (L) Merr) DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max L. Merril) DENGAN SISTEM PENANAMAN TUMPANGSARI DAN MONOKULTUR Rosdiana Megasari1, Agus Sutanto2, Rasuane Noor3 1,2,3 Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro. Alamat : Jl. Ki Hajar Dewantara 15A Metro Telp (0725) 42445-42454 fax. (0725) 42445 Email: 1)[email protected], 2)[email protected], 3)[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan terbaik antara tanaman nanas (Ananas comosus (L) Merr) dan tanaman kedelai (Glycine max L. Merril) yang ditanam secara tumpangsari dan monokultur. Jenis penelitian ini adalah eksperimen perbandingan, yaitu menggunakan perbandingan dua sistem penanaman yaitu sistem tumpangsari dan sistem monokultur. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun (helai). Berdasarkan hasil analisis hipotesis jumlah daun tanaman nanas yaitu thit -1,21<ttab 2,61 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan nyata terhadap jumlah daun nanas queen yang ditanam secara tumpangsari dan nanas queen yang ditanam secara monokultur. Hasil analisis hipotesis panjang daun tanaman nanas yaitu thit 0,25<ttab 2,61. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan nyata terhadap pertumbuhan panjang daun nanas queen yang ditanam secara tumpangsari dan nanas queen yang ditanam secara monokultur. Hasil analisis hipotesis jumlah daun dan panjang batang tanaman kedelai yaitu thit – 3,51<ttab 2,61 sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun dan panjang batang kedelai tumpangsari dan kedelai monokultur. Penanaman yang menghasilkan pertumbuhan paling baik yaitu penanaman monokultur nanas dan monokultur kedelai. Kata Kunci: kedelai, monokultur, nanas queen, tumpangsari. Abstrak This study aims to determine the best growth between pineapple plants (Ananas comosus (L) Merr) and soybean (Glycine max L. Merril) grown intercropping and monoculture. This type of research is the comparative experiment, that is using the comparison of two planting system that is intercropping system and monoculture system. The parameters observed were plant height (cm) and a number of leaves (strands). Based on the result of hypothesis analysis, the number of pineapple plant leaves is thit -1.21 <ttab 2.61 so it can be concluded that there is no real difference to the number of queen leaf pineapple grown in intercropping and pineapple queen grown in monoculture. The result of hypothesis analysis of pineapple leaf length is thit 0,25 <t tab 2,61. So it is concluded that there is no real difference to the growth of long-queen pineapple leaves grown in intercropping and pineapple queen grown in monoculture. The result of hypothesis analysis of leaf number and length of the stem of soybean plant that is thit -3,51 <ttab 2,61 so it can be concluded there are the real difference to the growth of leaf number and length of soybean crop of intercropping and monoculture soybean. Cultivation that produces the best growth of pineapple monoculture cultivasion and soybean monoculture. Keywords: soybean, monoculture, queen pineapple, intercropping. 109 Seminar Nasional Pendidikan 2017 - ISBN : 978-602-70313-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan 1. PENDAHULUAN Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian [1] bahwa: Produksi nanas tahun 2014 diprediksi mencapai 1,93 juta ton dengan penyediaan sebesar 1,77 juta ton. Prediksi ekspor nanas tahun 2014 yaitu 162 ribu ton, jumlah ini lebih besar di bandingkan tahun 2013. Demikian pula pada tahun berikutnya ekspor nanas diprediksikan terus meningkat menjadi 164 ribu ton pada tahun 2015 dan 165 ribu ton pada tahun 2016. Produk nanas mengalami peningkatan sehingga, tanaman nanas ini dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan lain, selain menanam tanaman padi, jagung dan singkong [1]. Tanaman nanas ini dapat tumbuh di daerah tropik dan tahan terhadap keadaan kering maka apabila dilihat dari potensi tersebut tanaman nanas dapat dikembangkan di lahan yang kering itu sesuai dengan keadaan tanah di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No.19 [2] bahwa: Luas penguasaan lahan petani semakin sempit sehingga menyulitkan upaya peningkatan kesejahteraan petani. Pada tahun 2012, luas penguasaan lahan per petani yaitu 0,22 hektar dan diperkirakan akan menjadi 0,18 hektar pada tahun 2050. Hal ini menyulitkan upaya peningkatan kesejahteraan petani, penyempitan penguasaan lahan mengakibatkan tidak efisien dalam berusaha tani. Diketahui dari Peraturan Menteri Pertanian RI No.19 tersebut bahwa kendala yang cukup sulit yaitu lahan yang digunakan para petani nanas untuk membudidayakan tanaman nanas. Kendala lain dalam penanaman nanas selain membutuhkan lahan yang cukup luas, tanaman nanas juga mempunyai umur panen yang cukup lama yaitu sekitar satu tahun, maka kendala-kendala tersebut harus dapat disiasati dengan salah satu sistem penanaman, yaitu menggunakan sistem tumpangsari. Sistem tumpangsari merupakan sistem penanaman ganda, maksud dari penanaman ganda disini yaitu dalam satu lahan dapat ditanamani oleh dua tanaman. Permasalahan yang ada dapat disiasati dengan penanaman sistem tumpangsari, karena umur panen dari tanaman nanas tersebut terbilang lama, maka pada sela-sela lahan yang tersisa dapat ditanami tanaman yang berumur pendek. Selain mengefesienkan lahan, sistem tumpangsari juga dapat menekan resiko gagal panen serta mendapatkan hasil panen lebih dari satu tanaman. Perlu diperhatikan juga dalam pemilihan tanaman jika akan menggunakan sistem tumpangsari, karena tanaman satu dengan tanaman lainnya tersebut diharapkan dapat mengalami persaingan seminimal mungkin. Peneliti mencoba melihat pertumbuhan tanaman buah dan tanaman pangan melalui sistem tumpangsari tersebut. Penanaman tumpangsari yang coba dilakukan oleh peneliti adalah antara tanaman nanas dengan tanaman kedelai. Tanaman Kedelai mempunyai umur panen yang pendek selain itu juga dapat dijadikan penambahan penghasilan petani. Permintaan kedelai meningkat pesat seiring dengan laju pertambahan penduduk, yakni sekitar 1,8% per tahun. Namun laju permintaan tersebut ternyata belum dapat diimbangi oleh laju peningkatan produksi sehingga Indonesia harus mengimpor kedelai [3]. Berdasarkan hal tersebut, oleh karena itu peneliti mencoba melakukan teknik penanaman tumpangsari untuk memanfaatkan lahan pertanian nanas dengan tumpangsari kedelai. Penanaman sistem tumpangsari antara tanaman nanas dan kedelai ini diperlukan karena umur panen dari tanaman nanas terbilang lama, jadi untuk menanggulangi hal tersebut agar petani tetap bisa mendapatkan penghasilan maka perlu ditumpangsarikan dengan tanaman yang berumur pendek seperti kedelai. Penanaman secara tumpangsari antara kedelai dengan tanaman nanas merupakan perpaduan yang sesuai, karena selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, protein, dan juga vitamin. Kedua tanaman juga memiliki periode pertumbuhan, daerah penyebaran akar, kanopi dan jalur fiksasi karbon yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan nanas (Ananas 110 Seminar Nasional Pendidikan 2017 - ISBN : 978-602-70313-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan comosus (L) Merr) dengan penanaman tumpangsari dan penanaman monokultur, untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan kedelai (Glycine max L. Merrill) dengan penanaman tumpangsari dan penanaman monokultur. 2. METODE 2.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini berupa eksperimen, yaitu dengan menggunakan perbandingan dua sistem penanaman yaitu sistem penanaman tumpangsari dan sistem monokultur. Penelitian ini menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan menggunakan 60 tananam nanas dan 60 kedelai yang ditanam dengan sistem tumpangsari. 60 tanaman nanas dan 60 tanaman kedelai ditaman dengan sistem monokultur, dengan jarak tanam yang sama yaitu 30x100cm untuk penanaman nanas dan untuk jarak tanaman kedelai juga menggunakan jarak yang sama antara tumpangsari dan monokultur yaitu 25x50cm. 2.2 Alat dan Bahan Alat Penelitian: Penggaris, Ember, Gayung, Cangkul, Alat penyemprot, Papan, dan Alat tulis. Bahan Penelitian: Bibit nanas queen, Bibit Kedelai , dan Air. 2.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap pertumbuhan nanas queen dan kedelai. Data yang diperoleh dalam melakukan pengamatan adalah panjang daun (cm) dan jumlah daun (helai) pada tananam nanas, serta panjang batang (cm) dan jumlah daun (helai) pada tanaman kedelai. Pengambilan data dilakukan pada umur tanaman nanas 30 hari 60 hari,dan 90 hari, untuk tanaman kedelai pengambilan data dilakukan pada tanaman umur 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, 35 hari, 42 hari, 49 hari 57 hari, dan 64 hari dengan mengukur tinggi (cm) menggunakan penggaris. 2.4 Teknik Analisis Data Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada perbandingan penanaman tumpangsari dan monokultur tanaman nanas dan kedelai maka dilakukan uji hipotesis (uji t). Ketika melakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu melakukan uji prasyarat yaitu dengan uji normalitas (metode Kolmogorov-Smirnov) dan uji homogenitas (uji Bartlett. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Rata-rata Panjang Daun Tanaman Nanas (Ananas comosus (L) Merr) pada Penanaman Tumpangsari dan Monokultur. Rata-rata panjang daun tanaman nanas (cm) 60 Panjang Daun Penanaman Monokultur 40 20 Panjang Daun Penanaman Tumpangsari 0 Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Gambar 1. Diagram Rata-rata Pertumbuhan Panjang Daun Tanaman Nanas (Ananas comosus (L) Merr) pada Penanaman Monokultur dan Tumpangsari. 111 Seminar Nasional Pendidikan 2017 - ISBN : 978-602-70313-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan 3.2 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Nanas (Ananas comosus (L) Merr) pada Penanaman Tumpangsari dan Monokultur. Rata-rata jumlah daun tanaman nanas (Helai) 12 10 Jumlah Daun Penanaman Monokultur 8 6 4 Jumlah Daun Penanaman Tumpangsari 2 0 Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Gambar 2. Diagram Rata-rata Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Nanas (Ananas comosus (L) Merr) pada Penanaman Monokultur dan Tumpangsari. Rata-rata panjang batang tanaman kedelai (cm) 3.3 Rata-rata Panjang Batang Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) pada Penanaman Tumpangsari dan Monokultur. 25 20 15 10 5 0 Tinggi Batang Penanaman Monokultur Tinggi Batang Penanaman Tumpangsari Gambar 3. Diagram Rata-rata Pertumbuhan Panjang Batang Tanaman Kedelai max L. Merril) pada Penanaman Monokultur dan Tumpangsari. 112 Seminar Nasional Pendidikan 2017 - ISBN : 978-602-70313-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai Penanaman Monokultur dan Tumpangsari. Rata-rata jumlah daun tanaman kedelai (Helai) 3.4 (Glycine max L. Merril) pada 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Jumlah Daun Penanaman Monokultur Jumlah Daun Penanaman Tumpangsari Gambar 4. Rata-rata Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) pada Penanaman Monokultur dan Tumpangsari. Tabel 1. Tabulasi Data Uji Hipotesis Jumlah Daun Tanaman Nanas (Ananas comosus (L) Merr) Tumpangsari dan Monokultur. Perhitungan n Penanaman Tumpangsari Nanas 60 thit ttab 1,02 -1,21 2,61 3 0,88 Monokultur Nanas Sg 1,10 60 3,21 Tabel 2. Tabulasi Data Uji Hipotesis Panjang Daun Tanaman Nanas (Ananas comosus (L) Merr) Tumpangsari dan Monokultur Penanaman Tumpangsari Nanas Monokultur Nanas Perhitungan n 15,8 28,60 60 60 16 13,77 Sg thit ttab 4,60 -0,25 2,61 Tabel 3. Tabulasi Data Uji Hipotesis Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril) Tumpangsari dan Monokultur. Perhitungan Penanaman Tumpangsari Kedelai Monokultur Kedelai nn 660 33,42 46,72 660 37,53 70,21 113 Sg thit ttab 7,68 -3,15 2,61 Seminar Nasional Pendidikan 2017 - ISBN : 978-602-70313-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan Tabel 4. Tabulasi Data Uji Hipotesis Panjang Batang Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril) Tumpangsari dan Monokultur. Penanaman Tumpangsari Kedelai Monokultur Kedelai Perhitungan n 60 21,1 60 24 Sg thit ttab 5,65 -3,02 2,61 24,66 37,55 Penanaman dengan sistem tumpangsari yaitu salah satu usaha sistem tanam dimana terdapat dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda ditanam secara bersamaan dalam waktu relatif sama dengan penanaman berselangāseling dan jarak tanam teratur pada sebidang tanah yang sama (Warsana [4]). Keberhasilan sistem tumpangsari sangat ditentukan oleh usaha pemilihan komponen tanaman yang dikombinasikan. Oleh karena itu faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah masalah terjadinya kompetisi di antara tanaman yang ditumpangsarikan. Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis jumlah daun diketahui bahwa thitung -1,21< ttabel 2,61, sehingga tidak ada perbedaan nyata antara jumlah daun nanas queen tumpangsari dan nanas queen monokultur. Begitu juga dengan analisis pengujian hipotesis panjang daun diketahui bahwa thitung -0,25< ttabel 2,61, sehingga tidak ada perbedaan nyata antara panjang daun nanas queen tumpangsari dan nanas queen monokultur, dari perhitungan analisis pengujian hipotesis kedua paramater pertumbuhan jumlah daun dan panjang daun tidak ada perbedaan nyata antara pertumbuhan nanas tumpangsari dan monokultur. Tetapi, jika dilihat pada rata-rata pertumbuhan panjang daun dan jumlah daun nanas setiap bulannya, terlihat adanya perbedaan antara penanaman tumpangsari dan monokultor. Penanaman nanas yang mengalami bertumbuhan paling baik yaitu pada penanaman monokultur. Karena unsur hara yang dibutuhkan oleh nanas masih dapat tercukupi, dengan penambahan pupuk LCN (Limbah Cair Nanas). Penggunaan pupuk LCN ini hanya untuk memberikan nutrisi kepada semua tanaman baik tumpangsari maupun monokultur. Penggunaan pupuk LCN ini karena LCN memiliki kandungan unsur hara seperti C, N, P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Zn, Mn, S, No3, NH4, C/N yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tidak berpengaruhnya sistem tumpangsari terhadap pertumbuhan nanas karena nanas juga termasuk tanaman yang tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi. Razzaque [5] menyatakan bahwa: “Tanaman nanas dalam pertumbuhannya tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang tinggi dan dapat diusahakan di lahan marjinal. Kebutuhan N tanaman nanas sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah, iklim, verietas, pengelolaan pertanian dan beberapa faktor lain. Tercukupinya kebutuhan N akan meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, luas daun, berat kering, serta berpengaruh terhadap hasil dan kualitas buah nanas”. Pendapat lainnya bahwasannya nanas tidak memiliki persyaratan hidup tinggi maka dari itu, pertumbuhan nanas yang ditumpangsari tidak berbeda nyata dengan pertumbuhan nanas yang ditaman monokultur [5]. Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis jumlah daun kedelai diketahui bahwa thitung -3,51< ttabel 2,61, sehingga ada perbedaan nyata antara jumlah daun kedelai tumpangsari dan kedelai monokultur. Begitu pula, dengan hasil analisis hipotesis panjang batang kedelai diketahui bahwa thitung -3,02< ttabel 2,61, sehingga ada perbedaan nyata antara panjang batang kedelai tumpangsari dan kedelai monokultur, dari perhitungan analisis pengujian hipotesis kedua paramater pertumbuhan jumlah daun dan panjang batang ada perbedaan nyata antara pertumbuhan kedelai tumpangsari dan monokultur. 114 Seminar Nasional Pendidikan 2017 - ISBN : 978-602-70313-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan Pemilihan tanaman yang akan ditumpangsari harus benar-benar diperhatikan karena jika tidak sesuai maka pertumbuhan yang akan dihasilkan tidak akan sesuai. Gomes [4] menyatakan bahwa: Pemilihan tanaman penyusun dalam tumpangsari senantiasa mendasarkan pada perbedaan karakter morfologi dan fisiologi antara lain kedalaman dan distribusi system perakaran, bentuk tajuk, lintasan fotosintesis, pola serapan unsur hara sehingga diperoleh suatu karakteristik pertumbuhan, perkembangan dan hasil tumpangsari yang bersifat sinergis. Penjelasan dari Gomes [4] tersebut memperjelas jika tanaman kedelai yang ditumpangsari pertumbuhannya tidak sinergis dengan tanaman nanas, jika diperhatikan antara tanaman nanas dan kedelai memiliki morfologi dan fisiologi yang berbeda, seharusnya pertumbuhan kedelai yang ditumpangsari dapat tumbuh dengan baik. Selain kekurangan unsur hara pada tanaman kedelai faktor lain juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kedelai. Jika dilihat dari rata-rata setiap minggunya tanaman kedelai menunjukkan pertumbuhan lebih baik pada penanaman monokultur. Sesuai dengan pernyataan bahwa Kedelai yang ditanam secara monokultur mempunyai luas daun dan jumlah cabang produktif yang lebih besar dibandingkan dengan yang ditumpangsarikan [4]. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, air, dan cahaya matahari yang diserap oleh tanaman untuk pembentukan organ-organ tanaman. Selain kekurangan nutrisi ada faktor-faktor lain juga yang mempengaruhi tananam kedelai menjadi kerdil diantaranya yaitu tanah, iklim, distribusi curah hujan dan hama. a. Tanah Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar [6]. b. Suhu Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat. Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C [6]. c. Distribusi curah hujan Penanaman biji kedelai yang telah dilakukan di lahan penelitian, pada proses pertumbuhannya mengalami berbagai kendala selain iklim yang tidak menentu juga curah hujan yang tinggi, sehingga membuat biji kedelai yang telah ditanam banyak yang busuk. Karena pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350–450 mm selama masa pertumbuhan kedelai. d. Hama Proses pertumbuhan kedelai itu terhambat oleh adanya hama, hama yang terdapat pada tanaman kedelai diantaranya yaitu: 1) Virus mosaik (virus) Penyakit ini menyerang daun dan tunas. Penularan vektor penyebar virus ini adalah Aphis glycine (sejenis kutu daun). Gejala: perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya seharusnya dengan penanaman varietas yang tahan terhadap virus. Pengendalian yang lain yaitu dengan menyemprotkan Tokuthion 500 EC. 2) Ulat penghulung daun (Lamprosema indicata F) 115 Seminar Nasional Pendidikan 2017 - ISBN : 978-602-70313-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Membangun Generasi Berpendidikan dan Religius Menuju Indonesia Berkemajuan Tanaman kedelai mengalami penggulungan daun seitar umur 3-4 minggu, jika dalam gulungngan daunnya di buka terdapat ulat dan kotoran-kotaran berwarna hitam. Ulat penggulung daun dapat menyerang tanaman kedelai, kacang tanah, kacang hijau, buncis, kacang panjang dan tanaman leguminosae lainnya [7]. Dalam gulungan daun itu ada ulat yang terlindungi oleh benang–benang sutera serta kotoran. Daun juga tampak bekas gigitan ulat. Umur tanaman yang di serang sekitar 4-6 minggu. Pengendalian hama ulat penggulung daun ini seharusnya daun yang menggulung dipotong atau dibakar, setelah daun tergulung dimusnahkan, tanaman disemprot dengan insektisida, misalnya Azodrin. 4. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak terdapat perbedaan nyata pertumbuhan tanaman nanas (Ananas comosus (L) Merr) dengan penanaman tumpangsari dan monokultur, Penanaman yang mengalami pertumbuhan paling baik yaitu pada penanaman monokultur. 2. Terdapat perbedaan nyata pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L. Merril) dengan penanaman tumpangsari dan monokultur. Penanaman yang mengalami pertumbuhan paling baik yaitu pada penanaman monokultur kedelai. Beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti lain, dapat dilakukan penelitian tentang sistem penanaman tumpangsari dalam jangka panjang atau dengan mengaplikasikan sistem tumpangsari dengan tanaman yang berbeda. 2. Bagi masyarakat yang ingin membudidayakan kedelai harus mengetahui prosedur penanaman kedelai dan cara mengendalian hama yang tepat. 3. Bagi guru, diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai Petunjuk Praktikum DAFTAR PUSTAKA [1] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.2014. Buletin Konsumsi Pangan. Jakarta: Kementrian Pertanian. [2] Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.19/permentan/HK.140/ 4/2015 tentang rencana strategis kementrian pertanian tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia. [3] Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai. Yogyakarta: Kanisius. [4] Permanasari, I., dan D. Kastono. 2012. Pertumbuhan Tumpangsari Jagung dan Kedelai pada Perbedaan Waktu Tanam dan Pemangkasan Jagung. Jurnal Agroteknologi. 3(1): 13 – 20. [5] Wulandari, A.K. 2008. Pengaruh Pertumbuhan Vegetatif Nanas terhadap Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar dalam Sistem Tumpangsari.Skripsi diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret [6] Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merill). Jatinangor. [7] Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya. 116 Seminar Nasional Pendidikan 2017