Bab II Tinjauan Pustaka

advertisement
Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Sistem
Dalam buku Imam Soeharto, 1995 menjelaskan bahwa sistem merupakan suatu
kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh, disebabkan adanya saling
ketergantungan di antara bagian-bagiannya. Sebagai contoh, suatu organisasi
perusahaan yang utuh dan menyeluruh akan terdiri dari bagian-bagian yang saling
tergantung baik berupa fisik dan nonfisik. Seperti pimpinan, tenaga pelaksana, keahlian,
material, peralatan, dana, logistik, pemasaran, informasi dan lainnya (Iman Soeharto,
Manajemen Proyek, 1995, hlm. 33).
Sistem juga merupakan Sekelompok komponen yang terdiri dari manusia dan/
atau bukan manusia (nonhuman) yang diorganisir dan diatur sedemikian rupa sehingga
komponen-komponen tersebut dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapai
tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir (Iman Soeharto, Manajemen Proyek, 1995,
hlm. 33).
2.2
Definisi dan Fungsi Manajemen
2.2.1
Definisi Manajemen
Dalam buku Imam Soeharto, 1995 menjelaskan bahwa manajemen adalah
proses merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan kegiatan anggota
serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organsasi (perusahaan) yang telah
ditentukan (Iman Soeharto, Manajemen Proyek, 1995, hlm. 17).
Manajemen juga berasal dari bahasa Perancis kuno menagement yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan pengertian dasar dari manajemen itu
sendiri adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
pengendalian sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal (http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen, 2017).
2.2.2
Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen dapat dilihat di gambar 2.1 dibawah ini :
Gambar 2.1. Diagram fungsi manajemen.
(Sumber : Iman Soeharto, Manajemen Proyek, 1995, hlm. 18)
Fungsi manajemen menurut pengertian di atas dapat diuraikan lebih lanjut
sebagai berikut :
1.
Planning/Merencanakan, berarti memilih dan menentukan langkah-langkah
kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Ini berarti
langkah pertama adalah menentukan sasaran yang hendak dicapai, kemudian
menyusun urutan langkah kegiatan untuk mencapainya.
2.
Organizing/Mengorganisir, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan cara
bagaimana mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumber daya kepada para
organisasi agar dapat mecapai sasaran secara efisien.
3.
Actuating adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk mengarahkan dan
mempengaruhi sumber daya manusia dalam organisasi agar mau bekerja secara
sukarela untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
II-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
4.
Controlling/Mengendalikan, yaitu menuntun, memantau, mengkaji dan bila
perlu mengadakan koreksi agar hasil kegiatan sesuai dengan yang sudah
ditetapkan. Jadi dalam fungsi ini, hasil-hasil pelaksanaan kegiatan selalu diukur
dan dibandingkan dengan rencana. Oleh karena itu, umumnya telah dibuat tolak
ukur seperti anggaran, standar mutu, jadwal penyelesaian pekerjaan dan lainnya.
Bila terjadi penyimpangan, maka akan segera dilakukan pembetulan.
2.3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 48 Tahun 2016 tentang Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran, Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Menurut standar OHSAS 18001 : 2007 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, SMK3 ialah bagian dari sebuah sistem manajemen organisasi
(perusahaan) yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan Kebijakan K3
dan mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan) tersebut.
Sedangkan menurut Permen PU No. 05 Tahun 2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum, SMK3 ialah sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dalam rangka pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan
Umum.
II-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.4
Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.4.1
Definisi K3
Ada banyak sekali pengertian mengenai K3, seperti yang dituangkan dalam PP
No. 50 Tahun 2012, Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang diselanjutnya disingkat K3
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 kesehatan dan
keselamatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan
orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta
agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.
463/MEN/1993 keselamatan kesehatan dan kerja adalah upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam
keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara
aman dan efisien.
Dan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per-01/MEN/I/2007
menjelaskan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan,
kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja.
Secara filosofi K3 seperti yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Tenaga
Kerja R.I. No. Kep. 372/MEN/XI/2009 didefinisikan adalah melindungi keselamatan
dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya
pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanaya.
II-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja akan
mengurangi dan mencegah kecelakaan, cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja dan
menciptakan keamanan bagi pekerja serta guna memenuhi pencapaian produksi yang
dilaksanakan. Disamping itu, kesehatan kerja bertujuan agar pekerja sehat, selamat,
sejahtera dan produktif.
2.4.2
Dasar Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.4.2.1 Landasan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
Landasan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang K3 antara lain :
1.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, tentang keselamatan kerja yang berisi :
mewajibkan tersedianya tempat kerja yang sehat dan aman, komite kesehatan dan
keselamatan kerja, dan laporan perusahaan kepada lembaga dan pengawas
pemerintah.
2.
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012, tentang penerapan SMK3 dan K3.
3.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER.01/MEN/1980, tentang keselamatan dan
kesehatan kerja konstruksi.
4.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER.02/MEN/1980, tentang mewajibkan syaratsyarat untuk pemeriksaan medis bagi buruh.
5.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI PER.03/MEN/1978 tentang
Penunjukan dan Wewenang, Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan.
6.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja KEP.155/MEN/1984, menetapkan Dewan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Nasional.
7.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja KEP.19/M/BW/1997, tentang perbaikan
persyaratan utuk audit keselamatan kerja internal yang disebut pada UndangUndang No. 25.
8.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 05/MEN/1996 bab 3, tentang penerapan
SMK3 dan K3.
9.
PERMEN PU No. 05 Tahun 2014, tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3)
II-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.4.2.2 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dalam PP Nomor 50 Tahun 2012 menjelaskan bahwa harus ada kebijakan K3
yag dikeluarkan oleh manajemen puncak yang dengan jelas menyatakan seluruh sasaran
kesehatan, keselamatan dan komitmen untuk meningkatkan kinerja kesehatan dan
keselamatan. Kebijakan tersebut haruslah :
1.
Disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan.
2.
Tertulis, tertanggal dan ditanda tangani.
3.
Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3.
4.
Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu, kontraktor,
pemasok, dan pelanggan.
5.
Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik.
6.
Bersifat dinamik.
7.
Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih
sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan perundangundangan
2.5
Manfaat dan Tujuan Penerapan SMK3
2.5.1
Manfaat SMK3 Secara Umum
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2014 Manfaat
penerapan SMK3 antara lain :
1.
Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi.
2.
Dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
3.
Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk mendorong
produktifitas.
II-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.5.2
Tujuan Penerapan K3 di Bidang Konstruksi
Mulyadi, 2015 menerangkan tujuan penerapan K3 di bidang konstruksi antara
lain :
1.
Melindungi dan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja dalam
rangka peningkatan produktivitas dan kesejahteraannya.
2.
Melindungi dan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja orang lain selain
tenaga kerja, selama berada ditempat kerja.
3.
Melindungi dan menjamin setiap sumber produksi digunakan dan dipakai secara
aman dan efisien. Dalam hal ini berarti pula menghindarkan setiap pemborosan
yang mungkin terjadi dalam proses usaha dan menjamin terhindarnya
diskontiuitas proses usaha atau produksi.
2.6
Syarat – Syarat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (UU No. 1 Tahun 1970,
Bab III Pasal 3)
Berikut ini adalah syarat-syarat dari K3 :
1.
Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2.
Mencegah dan mengurangi serta memadamkan kebakaran.
3.
Mencegah dan mengurangi ledakan.
4.
Memberi kesempatan atau menyelamatkan diri dari keadaan bahaya.
5.
Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan.
6.
Memberi alat pelindung diri.
7.
Mencegah dan mengendalikan suhu kelembaban, debu kotoran, asap, uap, gas,
angin, cuaca, sinar dan suara getaran.
8.
Penerangan yang cukup.
9.
Memelihara kebersihan dan ketertiban.
II-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
10.
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
11.
Mengamankan dan memperlancar sistem pengangkutan baik manusia, hewan,
tanaman dan barang.
12.
Mengamankan segala jenis barang.
13.
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat dan penyimpanan
barang.
14.
Mencegah aliran listrik yang berbahaya.
15.
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya
kecelakaan tinggi.
2.7
Keselamatan Kerja Pada Proyek Konstruksi
Pada pembangunan Proyek Taman Anggrek Residence, Jakarta Barat, yang
dikerjakan oleh Kontraktor PT. Pulauintan Bajaperkasa Konstruksi menerapkan
pedoman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebagai berikut :
2.7.1
Memasuki Lokasi Proyek
Ada beberapa peraturan dalam memasuki lokasi proyek, antara lain :
1.
Lokasi proyek yang sedang dikerjakan dan disamping jalan raya harus diberi
pagar.
2.
Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
3.
Semua orang yang memasuki lingkungan proyek harus menggunakan tanda
pengenal yang dikeluarkan masing-masing perusahaan.
4.
Khusus untuk tamu harus menggunakan tanda pengenal tersendiri yang diberikan
oleh petugas keamanan dipos jaga dan meninggalkan tanda pengenal.
II-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
5.
Karyawan dari kantor pusat/wilayah sebagai tamu proyek harus menggunakan
tanda pengenal yang berlaku di kantor pusat/wilayah.
2.7.2
Safety Morning
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pertemuan pagi (Safety morning)
sebelum memulai bekerja, antara lain :
1.
Pertemuan singkat antara 10-15 menit.
2.
Pertemuan ini dihadiri semua orang yang akan bekerja atau melaksanakan
pengawasan di lapangan.
3.
Pengenalan singkat oleh petugas K3 tentang Keselamatan Kerja secara umum
maupun sesuai perkembangan di lapangan.
4.
Memeriksa kelengkapan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dari masingmasing staff dan pekerja serta kesiapan kerja.
2.7.3
Inspeksi K3
Maksud dan tujuan dari inspeksi ini adalah bukan untuk mencari kesalahan para
pekerja maupun staff, melainkan untuk meyakinkan apakah semua tata kerja yang
disepakati sudah dilaksanakan sesuai norma-norma K3 atau belum. Selain itu maksud
dan tujuan dari inspeksi ini juga antara lain untuk :
1.
Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin terjadi.
2.
Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pada peralatan.
3.
Mengidentifikasi tindakan tidak standar/tidak aman yang dilakukan pekerja.
4.
Mengidentifikasi dampak dari perubahan/pergantian suatu proses atau material.
5.
Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam suatu perbaikan.
Inspeksi K3 juga harus dilakukan secara periodik, yaitu bersifat harian,
mingguan, dan bulanan.
II-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
a.
Inspeksi harian
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh mandor, pelaksana, dan tenaga K3, dan
dilakukan secara rutin dalam tiga periode : pada saat pekerjaan akan dimulai, pekerjaan
berjalan (puncak pekerjaan) dan akhir pekerjaan atau sebelum pulang.
Gambar 2.2. Format Pemeriksaan Rutin Harian K-3.
(Sumber : Proyek, 2017)
II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
b.
Inspeksi mingguan
Inspeksi ini dilakukan oleh kepala proyek bersama-sama dengan sub-kontraktor
untuk melihat proses pelaksanaan program K3L di proyek secara acak. Hasil
pemeriksaan ini akan menjadi pembahasan utama dalam pertemuan mingguan K3L di
proyek.
Gambar 2.3. Format Pemeriksaan Rutin Mingguan K-3.
(Sumber : Proyek, 2017)
c.
Inspeksi bulanan
Inspeksi ini dilakukan oleh kepala proyek bersama semua subkontraktor, untuk
melihat implementasi K3L secara langsung dilapangan.
2.7.4
Safety Patrol
Safety Patrol adalah salah satu alat untuk mengontrol/mengawasi dan
memastikan apakah standar yang sudah ada terlaksana atau tidak. Biasanya team patrol
datang ke lapangan untuk mengecek kinerja K3. Team ini mencatat beberapa temuan
dan dilaporkan ke user. Tetapi itu kurang efektif karna tidak ada bukti nyatanya untuk
membuktikan suatu temuan karna hanya berupa tulisan.
II-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Beberapa tahap Safety Patrol yang efektif apabila penerapannya sudah
dilaksanakan:
1.
Melibatkan semua manajemen terutama kepala bagian.
2.
Membuat jadwal konsisten misalnya 1 bulan sekali.
3.
Jangan mencari kesalahan pada saat Safety Patrol.
4.
Lakukan komunikasi dua arah.
5.
Lakukan evaluasi dengan mereka pada saat pertemuan Safety Patrol (berikan
contoh pelaggaran).
6.
Beri sanksi bagi yang melanggar dan beri penghargaan bagi yang sudah
melaksanakan dengan baik dan disiplin.
7.
Siapkan peralatan visual dan kamera untuk mendukung kegiatan.
II-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.4. Format Safety Patrol.
(Sumber : Proyek, 2017)
2.7.5
Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri adalah peralatan yang digunakan oleh pekerja untuk
melindungi diri terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja. APD merupakan
II-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Dalam melaksanakan pekerjaan proyek konstruksi, para pekerja harus selalu
memakai APD setiap saat. APD yang digunakan antara lain :
1.
Topi pengaman / Safety Helmet, digunakan untuk melindungi kepala dari
kejatuhan benda yang bisa mengenai kepala secara langsung dan mengurangi
dampak dari benturan. Contoh Safety Helmet dapat dilihat di gambar 2.5 dibawah
ini :
Gambar 2.5 Safety Helmet.
(sumber : Proyek, 2017)
2.
Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berbentuk sepeti sepatu biasa hanya saja
terbuat dari bahan kulit yang tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah
kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat,
benda panas, cairan kimia, dan sebagainya. Selain itu juga dapat melindung
pekerja dari kemungkinan tersantung atau tergelincir. Sepatu ini harus tahan
terhadap tekanan dan pukulan. Contoh Safety Shoes dapat dilihat digambar 2.6
dibawah ini :
Gambar 2.6 Safety Shoes.
(sumber : Proyek, 2017)
II-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
3.
Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat utuk melindungi tangan pada saat bekerja
di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk
sarung tangan disesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan, ada yang
terbuat dari asbes, katun, wool untuk penahan panas ataupun dari karet alam atau
sintetik untuk kelembaban air, bahan kimia dan sebagainya. Contoh Sarung
tangan dapat dilihat di gambar 2.7 dibawah ini :
Gambar 2.7 Sarung tangan.
(sumber : Proyek, 2017)
4.
Sepatu Karet (Sepatu boot), Sepatu karet (sepatu boot) adalah sepatu yang
didesain khusus untuk pekerja yang berada di area basah (becek atau berlumpur).
Contoh Sepatu Boot dapat dilihat di gambar 2.8 dibawah ini :
Gambar 2.8 Sepatu Boot.
(sumber : Proyek, 2017)
5.
Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup pada saat
bekerja ditempat dengan kualitas udara buruk seperti pencemaran oleh partikelpartikel (debu, kabut, asap, uap logam dan bau yang kurang mengenakkan),
II-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
pencemaran oleh gas dan uap. Contoh masker dapat dilihat di gambar 2.9 dibawah
ini :
Gambar 2.9 Masker.
(sumber : Proyek, 2017)
6.
Alat Pelindung Wajah dan Mata (Face Shield & Safety Glasses), berfungsi
untuk melindungi wajah dan mata dari kemparan atau percikan benda-benda asing
pada saat bekerja, lemparan benda-benda panas, pengaruh cahaya, serta pengaruh
radiasi tertentu seperti pada saat melakukan pekerjaan pengelasan. Syarat-syarat
alat pelindung wajah dan mata adalah harus tahan terhadap api, radiasi dan
lemparan benda. Contoh pelindung mata dapat dilihat di gambar 2.10 dibawah ini
:
Gambar 2.10 Alat Pelindung Wajah.
(sumber :Proyek, 2017)
7.
Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga
pada saat bekerja di tempat yang bising. Alat pelindung telinga ada dua macam,
yaitu:
a.
Sumbat telinga (Ear Plug)
II-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Sumbat telinga bisa terbuat dari karet, plastik kertas, plastik lunak, lilin,
serta kapas. Sumbat telinga yang baik adalah yang mampu menahan
frekuensi tertentu saja, namun frekuensi untuk berbicara biasanya tidak
terganggu. Kemampuan atenuasi (daya dukung) kurang lebih 15dB.
b.
Tutup telinga (Ear Muff)
Untuk keadaan khusus dapat di kombinasikan antara tutup telinga dan
sumbat telinga sehingga mendapat daya dukung yang lebih tinggi, tetapi
daya dukung tersebut tidak lebih dari 50 dB, hal ini dikarenakan hantaran
suara melalui tulang masih ada. Contoh penutup telinga dapat dilihat di
gambar 2.11 dibawah ini :
Gambar 2.11 Penutup Telinga.
(sumber : proyek, 2017)
8.
Body Harness, diwajibkan untuk dipakai oleh pekerja yang bekerja di atas
ketinggian lebih dari 2 meter. Hal ini dimaksudkan untuk memberi keamanan
kepada para pekerja dan menghindari kecelakaan kerja yang memiliki risiko
bahaya sangat tinggi dan mungkin timbul seperti jatuh dari tempat ketinggian.
Contoh Body Harness dapat dilihat di gambar 2.12 dibawah ini :
II-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.12 Body Harness.
(sumber : proyek, 2017)
9.
Rompi kerja juga harus dianggap sebagai suatu alat pelindung diri. Berikut
merupakan syarat rompi kerja khusus untuk pekerjaan dengan sumber-sumber
bahaya tertentu:
-
Tahan terhadap radiasi panas, pakaian kerja terbuat dari abahn katun yang
mudah menyerap keringat dan agak longgar.
-
Tahan terhadap radiasi mengion. Pakaian kerja harus dilapisi dengan timbal
(timah hitam) dan biasanya berupa apron.
-
Tahan terhadap cairan dan bahan-bahan kimiawi. Pakaian kerja ini biasanya
terbuat dari plastik atau karet. Contoh rompi dapat dilihat di gambar 2.13.
Gambar 2.13 Rompi Kerja.
(sumber : proyek , 2017)
2.8
Elemen – Elemen OHSAS
Menurut OHSAS 18001, 2007 Elemen dari persyaratan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah Persyaratan Penilaian Kesehatan dan
II-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Keselamatan Kerja (OHSAS) ini menyatakan persyaratan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), agar organisasi mampu mengendalikan risikorisiko K3 dan meningkatkan kinerjanya.
Persyaratan OHSAS ini dapat diaplikasikan kepada organisasi yang berniat
untuk :
1.
Membuat suatu sistem manajemen K3 untuk menghilangkan atao meminimalkan
risiko kepada personel dan pihak-pihak terkait lain yang mungkin ditimbulkan
oleh risiko K3 yang terkait dengan aktivitas kerja organisasi.
2.
Menerapkan, memelihara dan menerapkan secara berkelanjutan meningkatkan
sistem manajemen K3.
3.
Menentukan persyaratan tersebut sesuai dengan kebijakan yang K3 yang
ditetapkan.
4.
Memperlihatkan kesesuaian dengan standar OHSAS :
a.
Menentukan sendiri ketentuan dan deklarasi kesesuaian, atau
b.
Mendapatkan konfirmasi kesesuaiannya oleh pihak lain yang mempunyai
hubungan, misalnya pelanggan, atau
c.
Mendapatkan pernyataan deklarasi sendiri oleh pihak luar, atau
d.
Mendapatkan sertifikat/registrasi atas system manajemen K3 oleh organisasi
eksternal.
2.9
Sistem Pembinaan K3
Dalam buku Mulyadi, 2015 menerangkan ada beberapa pola untuk melaksanakan
pembinaan K3, secara terpadu untuk dilaksanakan yaitu melalui :
1.
Pola Instruktif
II-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Dilaksanakan dengan usaha atau cara memberikan informasi tentang tujuan dan
manfaat K3 disertai petunjuk dan pedoman berdasarkan UU No. 1/1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2.
Persuasif
Dilaksanakan dengan usaha/cara penyuluhan, ajakan melalui :
a.
Ceramah, sarasehan dan paguyupan
b.
Poster, penataan/pertunjukan film, slid, media masa, majalah dan lain-lain
c.
Kampanye tentang K3 pameran yang dilakukan baik nasional maupun sektoral
d.
Program pencegahan terjadinya kecelakaan kerja misalnya penanggulangan
kecelakaan dan lain sebagainya.
3.
Indukatif
Dilaksanakan melalui kursus-kursus, penataan-penataan.
2.10
Sumber-Sumber Kecelakaan Kerja
Dalam buku Mulyadi, 2015 menjelaskan bahwa sumber-sumber kecelakaan
kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
a.
Faktor Manusia (80%)
1 Pengetahuan dan ketrampilan kurang memadai
2 Fisik kurang baik dan mental labil
3 Tingkah laku dan kebiasaan yang sembrono
4 Sikap pimpinan yang kurang mendukung
b.
Faktor Alat-alat Kerja
5 Tidak sesuai dengan postur tubuh
6 Tidak memakai alat pengaman
7 Alat yang ada sudah tidak laik lagi
II-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
8 Meletakkan/menyimpan alat tidak pernah pada tempatnya
9 Alat tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan
10 Alat sudah rusak
c.
Faktor Kondisi Kerja
11 Mesin, pesawat, alat, instalasi, bahan yang kurang dirawat
12 Lingkungan kerja yang kurang baik
13 Sifat pekerjaan yang monoton
14 Cara kerja yang kurang disiplin
2.11
Penyebab Terjadinya Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
2.11.1 Penyebab Kecelakaan Kerja
1.
Tidak terbiasa dengan lingkungan kerja yang tingkat kecalakaannya tinggi
2.
Kondisi tempat kerja yang tidak memenuhi persyaratan
3.
Lay out/sistim penerangan yang tidak memenuhi persyaratan
4.
Cara kerja yang bodoh
5.
Mencari kesempatan menggunakan barang/peralatan yang bukan haknya
6.
Peralatan yang sudah up to date, tetapi kurang lengkap peralatan yang tersedia
7.
Peralatan tidak tersedia untuk melaksanakan pekerjaan
8.
Peralatan tersedia tetapi tidak dipergunakan sebagai mana mestinya
9.
Kondisi peralatan yang tidak memenuhi persyaratan
10.
Terlalu percaya diri, terlalu berani menempuh risiko
11.
Tidak menggunakan alat pelindung diri, terlalu berani menempuh risiko, tidak
menggunakan alat keselamatan kerja
12.
Kondisi fisik pekerja sedang lemah
II-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.11.2 Penyakit Akibat Kerja
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja dapat
dikelompokkan menjadi beberapa golongan anatara lain :
a.
Golongan Fisik, misalnya :
1
Suara gaduh, bising dapat mengakibatkan pekak atau tuli
2
Tekan udara yang berubah-rubah dapat menyebabkan penyakit caisson
3
Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan penyakit, antara lain strok, head cramp
atau hyper pirexy
4
Suhu terlalu rendah dapat menimbulkan frostbite, white fingers disease, thrench
food dan lain sebagainya
5
Getaran terlalu gencang dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darahtepu dan
gangguan system syaraf, antara lain syndrom vibrasi, roynoud phinomen
6
Penerangan lampu yang kurang dapat merusak daya penglihatan mata
7
Sinar infra merah dapat menyebabkan kekeruhan lensa mata (katarak)
8
Sinar ultra violet dapat menyebabkan peradangan pada mata
9
Radiasi sinar radio aktif dapat menyebabkan tumor ganas pada kulit dan system
darah leukemia, aplastic, anemia
b.
Golongan kimia, misalnya :
1
Gas, seperti CO, H₂S, HCN, amoniak dapat menyebabkan keracunan pada tenaga
kerja
2
Uap, diantaranya uap dari logam yang dapat menyebabkan penyakit kulit
meradang, keracunan dan metal fume fever
3
Larutan/zat kimiadapat menyebabkan penyakit kulit, dermatitis, luka bakar
II-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
4
Debu, penimbunan debu dalam paru-paru, menyebabkan penyakit tertentu anatara
lain :
1.
Silicosi, disebabkan oleh SIO₂ bebas
2.
Bysinasis, disebabkan oleh debu kapas
3.
Asbestosis, disebabkan oleh debu asbes
4.
Stenosis, disebabkan oleh debu biji timah
5.
Siderosis, disebabkan oleh debu yang mengandung Fe₂O₂
c.
Golongan faal, misalnya :
1.
Sikap badan yang kurang baik maupun beban berat dapat menyebabkan keluhankeluhan dipinggang
2.
Kesalahan-kesalahan konstruksi mesin/peralatan menimbulkan kelelahan fisik,
bahkan dapat perubahan fisik tubuh
3.
Kerja yang berdiri terus menerus dapat menyebabkan varises pada tungkai bawah
atau platvoet pada kaki tenaga kerja
4.
Golongan Mental-psikologik, misalnya :
1.
Pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat dan pendidikan
2.
Beban tanggung jawab yang berat diluar batas kemampuannya (manajerial
illness)
3.
Keadaan/pekerjaan yang monoton
4.
Tidak dapat bekerja sama dengan kawan sekitar, atasan maupun bawahan
II-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.12
Kerangka Berpikir
(Variabel X)
(Analisis Data)
(Variabel Y)
Penyebab
Indikator dominan
Mitigasi K3
Kecelakaan
penyebab
Kerja
kecelakaan kerja
1. Faktor
Manusia
(SDM)
2. Faktor Alatalat Kerja
3. Faktor
M
Kondisi
Kerja
Faktor Manusia
(SDM)
1 Pengetahuan
ketrampilan
dan
kurang
memadai
Faktor Manusia (SDM)
1 Pengadaan pelatihan praktek
K3 terhadap tenaga kerja
2 Pemberian waktu istirahat
yang cukup bagi tenaga
2 Fisik kurang baik dan
mental labil
3 Tingkah
kebiasaan
laku
dan
kerja
3 Mentaati
dan memakai alat pelindung
sembrono
kurang mendukung
(Mulyadi, 2015)
semua
petunjuk keselamatan kerja
yang
4 Sikap pimpinan yang
semua
diri yang diwajibkan
4 Meminta
pada
pengurus
perusahaan
(Mulyadi, 2015)
agar
dilaksanakan semau kegiatan
K3
(Mulyadi, 2015)
5
II-24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Penyebab Kecelakaan Kerja Pada
Pembangunan Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Tinggi (Studi Kasus :
Pembangunan Proyek Taman Anggrek Residence, Jakarta Barat”), penulis akan
meninjau dari beberapa factor penyebab kecelakaan diantaranya :
1.
Faktor Manusia (SDM)
2.
Faktor Alat-alat Kerja
3.
Faktor Kondisi Kerja
Dari ketiga faktor tersebut, akan di analisis berdasarkan pengamatan langsung ke
lokasi proyek, wawancara, dan penyebaran kuesioner, sehingga akan didapatkan hasil
indikator dominan penyebab kecelakaan kerja.
Dari indikator dominan penyebab kecelakaan kerja tersebut, akan dilakukan
mitigasi terhadap indikator dominan penyebab kecelakaan kerja pada Pembangunan
Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Tinggi.
2.13
Literatur Terdahulu
Berikut adalah pengelompokan tema-tema tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) antara lain :
II-25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.1 Sumber referensi Jurnal Penelitian
No
1.
Nama
Febyana
Pangkey
2.
Gabby E. M.
Soputen
Tahun
Judul
2012 Penerapan Sistem
Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(SMK3) Pada Proyek
Konstruksi di
Indonesia
2014
Manajemen resiko
kesehatan dan
keselamatan kerja
(K3) (Studi kasus
pada pembangunan
gedung SMA Eben
Haezar)
Masalah
Proyek konstruksi
mempunyai sifat yang
khas, antara lain tempat
kerja di ruang terbuka
yang dipengaruhi
cuaca, jangka waktu
pelaksanaan terbatas,
menggunakan pekerja
yang belum terlatih,
menggunakan peralatan
kerja yang
membahayakan,
keselamatan dan
kesehatan kerja dan
pekerjaan yang banyak
mengeluarkan biaya.
Kecelakaan kerja sering
terjadi akibat kurang
dipenuhinya
persyaratan dalam
pelaksanaan
keselamatan dan
kesehatan kerja.
Tujuan
Untuk
mengevaluasi
penerapan sistem
manajemen
ksehatan dan
keselamatan kerja
terhadap (SMK3)
pada proyek
pembangunan
jembatan Dr. Ir.
Soekarno-manado
Hasil
Metode
Pengendalian
metode
setiap risiko mutu, penelitian
keselamatan dan
deskriptif
kesehatan kerja
dan lingkungan
sehingga akan
dihasikan proses
kerja dan produk
yang berkualitas,
sehat dan aman.
Mengidentifikasi
bahaya risiko K3
pada proyek
konstruksi gedung
sekolah Eben
Haezar.
hasil analisis
risiko Kesehatan
dan Keselamatan
Kerja (K3) pada
pembangunan
gedung SMA
Eben Haezar
II-26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
metode
penelitian
deskriptif
Bab II Tinjauan Pustaka
No
3.
Nama
Dian Palupi
Restu Putri,
Resti Prima
Dyan Sari
4.
Karina Zain
Suyono,
Erwin Dyah
Nawawinetu
Tabel 2.1 Sumber Referensi Jurnal Penelitian (Lanjutan)
Tahun
Judul
Masalah
Tujuan
2012
Analisis kecelakaan
Kecelakaan yang
Untuk
kerja dengan
dialami oleh karyawan mengidentifikasi
menggunakan metode khususnya pada proses potensi bahaya
Hazard dan
produksi
apa saja yang
operability studi
terdapat pada
(HAZOP)
proses produksi
2013
Hubungan antara
faktor pembentuk
budaya keselamatan
kerja dengan safety
behavior di pt dok dan
perkapalan surabaya
unit hull construction
Dampak yang bisa
timbul dari kegiatan
konstruksi berupa
rusaknya peralatan
yang digunakan,
rusaknya lingkungan
sekitar proyek, bahkan
dapat menghilangkan
nyawa pekerja.
Menganalisis
hubungan antara
faktor pembentuk
budaya
keselamatan kerja
(meliputi
komitmen
manajemen,
peraturan dan
prosedur,
komunikasi,
keterlibatan
pekerja,
kompetensi, dan
Hasil
Dapat mengetahui
risiko bahaya
yang ditimbulkan
pada area proses
produksi
Metode
Metode
Hazard dan
operability
studi
(HAZOP)
Mengetahui faktor metode skala
pembentuk
likert
budaya
keselamatan yang
termasuk dalam
kategori baik
yaitu komitmen,
peraturan dan
prosedur,
komunikasi, dan
lingkungan sosial
pekerja.
II-27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
No
5.
Nama
Ayuma
Ersamayori
Milen
Tahun
2016
Tabel 2.1 Sumber Referensi Jurnal Penelitian (Lanjutan)
Judul
Masalah
Tujuan
lingkungan sosial
pekerja) dengan
perilaku kesehatan
dan keselamatan
kerja di unit hull
construction PT
Dok dan
Perkapalan
Surabaya.
Analisis level
keselamatan dan
kesehatan kerja (k3)
proyek konstruksi
terhadap risiko dan
manajemen k3
Dalam kenyataannya
banyak faktor yang
menjadi penyebab
kecelakaan kerja dan
penerapan prosedur K3
masih belum maksimal.
Menganalisis
risiko kecelakaan
kerja yang terjadi
dalam proyek
konstruksi untuk
menentukan
variabel penelitian
dengan metode
fishbone
Hasil
Metode
proyek memiliki
Metode
sistem manajemen fishbone
dengan kategori
sedang dan faktor
kecelakaan yang
timbul
diakibatkan oleh
kelalaian pada
standar oprasional
dan prosedur yang
ada
II-28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
No
6.
Nama
Achmad
Danial, M.
Hamzah
hasyim,
Saifoe El
Unas
7.
Ni Luh Putu
Srijayanthi , I
Gusti Ketut
Sudipta ,
IGA.
Adnyana
Putera
Tabel 2.1 Sumber Referensi Jurnal Penelitian (Lanjutan)
Tahun
Judul
Masalah
Tujuan
2016 Analisis risiko
Faktor penyebab
Menganalisis
keselamatan dan
kecekaan kerja :
pekerjaan yang
kesehatan kerja (K3)
1. Manusia yang tidak berisiko yang
dengan metode hazard
memenuhi keselatan menimbulkan
analysis dan
kerja
bahaya pada
consequence2. Lingkungan yang
proyek
likelihood analysis
tidak aman
2015
Kecelakaan tenaga
kerja pada proyek
konstruksi di
kabupaten tabanan
Masalah kecelakaan
adalah karena kondisi
kimiawi, fisis atau
mekanis yang
membahayakan seperti
penjagaan mekanis
yang tidak cukup,
kondisi perlengkapan
atau alat – alat yang
kurang baik, bentuk
atau konstruksi yang
membahayakan,
atmosfir yang
untuk mengetahui
tingkat kecelakaan
te naga kerja,
hubungan
kelompok faktor
sistem
manajemen,
perbuatan be
rbahaya, dan
kondisi berbahaya
dengan
kecelakaan tenaga
kerja, mengetahui
kelompok faktor
Hasil
Untuk
mengindentifikasi
pekerjaan yang
berisiko yang
menimbulkan
bahaya pada
proyek
Penentuan
Tingkat
Kecelakaan dan
Penentuan
Hubungan
Kelompok Faktor
yang
Menyebabkan
Kecelakaan
Tenaga Kerja
Terhadap
Kecelakaan
Metode
Metode
hazard
analysis dan
consequencelikelihood
analysis
analisis
rentangan
nilai, regresi
ganda,
korelasi
ganda, dan
sumbangan
relatif
II-29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.1 Sumber Referensi Jurnal Penelitian (Lanjutan)
Judul
Masalah
Tujuan
berbahaya, peralatan
yang memberikan
pelindung pribadi yang pe ngaruh terbesar
tidak cukup.
terhadap
kecelakaan tenaga
kerja pada proyek
konstruksi di
Kabupaten
Tabanan.
No
Nama
Tahun
Hasil
Tenaga Kerja di
Kabupaten
Tabanan, dan
Besar
Hubungannya
Metode
8.
Adi
Purwanto,
Dwi Iryaning
Handayani,
Joko Hardiyo
2015
Mitigasi resiko
keselamatan dan
kesehatan kerja
Apa saja penyebab dari
risiko keselamatan dan
kesehatan kerja
Untuk mengetahui
penyebab dari
adanya risiko
keselamatan dan
kesehatan kerja
Dapat diketahui
tindakan mitigasi
tingkat risiko
ekstrim yang
terjadi pada
pekerja
Metode
fishbone
9.
Jula Nujhani,
Ika Juliantina
2013
Evaluasi penerapan
sistem manajemen
keselamatan dan
kesehatan kerja
(smk3) pada proyek
persiapan lahan pusri
iib pt. pupuk
sriwidjaja palembang
Bagaimana sistem
manajemen
keselamatan dan
kesehatan kerja
(SMK3) pada.
Untuk mengetahui
gambaran
penerapan sistem
manajemen
keselamatan dan
kesehatan kerja
(SMK3) pada
Untuk
mengevaluasi
sejauh mana
penerapan
program sistem
manajemen
metode skala
likert dan
metode
skoring
melalui
kuesioner
II-30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
No
10.
Nama
Johana Eka
Permanasari
Tahun
2014
Tabel 2.1 Sumber Referensi Jurnal Penelitian (Lanjutan)
Judul
Masalah
Tujuan
PT. Pupuk Sriwidjaja
PT. Pupuk
Palembang dan
Sriwidjaja
evaluasi sistem
Palembang.
manajemen
keselamatan dan
kesehatan kerja
(SMK3) pada proyek
persiapan lahan Pusri
IIB
dengan menggunakan
metode skoring melalui
kuesioner
analisis pengaruh
kesehatan dan
keselamatan kerja (k3)
terhadap kinerja
dengan kepuasan kerja
sebagai variabel
intervening
Kecelakaan kerja yang
terjadi di bagian
produksi disebabkan
oleh karyawan tidak
menghiraukan ramburambu K3 sehingga
dapat menurunkan
kinerja dan kepuasan
kerja karyawan,
Untuk
menganalisis
pengaruh
keselamatan kerja
terhadap kepuasan
kerja PT. Jamu
Air Mancur Palur,
Karanganyar.
Hasil
keselamatan dan
kesehatan kerja
(SMK3) pada
proyek persiapan
lahan pusri IIB
sesuai dengan
peraturan SMK3
yang diberlakukan
di PT. Pupuk
Sriwidjaja
Palembang.
Metode
memberi
perlindungan
keselamatan kerja
dan mencegah
kerugian besar
bagi perusahaan
serta memberikan
keselamatan
Metode
Variabel
Intervening
II-31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
No
11.
Nama
Bayu,
Widyawati,
Adnyana
Tahun
2015
Tabel 2.1 Sumber Referensi Jurnal Penelitian (Lanjutan)
Judul
Masalah
Tujuan
sementara itu sudah
ditetapkan zero
accident
Evaluasi Penerapan
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja,
Lingkungan, dan
Mutu (K3LM) Proyek
Konstruksi pada PT.
Waskita Karya (Studi
Kasus Pada Proyek
DSDP II ICB 1)
Bagaimana Penerapan
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja,
Lingkungan, dan Mutu
(K3LM) Proyek
Konstruksi pada PT.
Waskita Karya (Studi
Kasus Pada Proyek
DSDP II ICB 1)
Untuk mengetahui
penerapan standar
K3LM dalam
pelaksanaan
proyek konstruksi
pada PT. Waskita
Karya (Studi
Kasus Pada
Proyek DSDP II
ICB 1)
Hasil
dalam pekerjaan,
dan keselamatan
Kerja bisa
memberikan
dampak positif
bagi perusahan
dan karyawan
dalam lingkup
kerjanya
Dapat mengetahui
hasil dalam
penerapan system
manajemen
K3LM pada
Proyek
Konstruksi pada
PT. Waskita
Karya (Studi
Kasus Pada
Proyek DSDP II
ICB 1)
Metode
Skala likert
II-32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
No
12.
Nama
Yonathan,
Andreas,
Andi
13.
Herllon
Manulang,
Desi
Kusmindari,
Yanti
Pasmawati
14.
Karina Zain
Suyono,
Erwin Dyah
Nawawinetu
Tabel 2.1 Sumber Referensi Jurnal Penelitian (Lanjutan)
Tahun
Judul
Masalah
Tujuan
2012 Kecelakaan kerja dan Pekerjaan galian yang
Untuk
analisis penerapan
rawan terjadi
menganalisis dan
peraturan keselamatan kecelakaan kerja, maka mengevaluasi
kerja pekerjaan galian pihak kontraktor perlu
penerapan
tanah pada proyek
memberikan perhatian
peraturan
konstruksi di
khusus terhadap
keselamatan kerja
Surabaya
penerapan peraturan K3 oleh pihak
untuk menjamin
kontraktor di
keselamatan para
Surabaya
pekerja
2015 Analisis penyebab
Kecelakaan akibat kerja Untuk
kecelakaan kerja
mencakup 2
menentukan
dengan menggunakan permasalahan pokok :
identifikasi dan
metode fault tree
1. Kecelakaan akibat
analisis factoranalysis (Studi kasus :
langsung pekerjaan. faktor yang
PT. Wijaya Karya)
2. Kecelakaan terjadi
menyebabkan
pada saat pekerjaan kecelakaan kerja
sedang dilakukan
2013 Hubungan antara
Dampak yang bias
Untuk melihat
factor pembentukan
timbul dari kegiatan
hubungan antara
budaya keselamatan
konstruksi berupa
faktor pembentuk
kerja dengan safety
rusaknya peralatan,
budaya
behavior di PT DOK
rusaknya
Hasil
Mengetahui jenis
kecelakaan kerja
pada pekerjaan
galian tanah
Metode
Analisis Pie
Chart dan
analisis
frekuensi
Mengetahui
metode fault
kecelakaan kerja
tree analysis
yang paling sering
terjadi di bidang
konstruksi
Mengetahui factor
pembentuk
budaya
keselamatan
komitmen
Skala likert
II-33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
No
Nama
Tabel 2.1 Sumber Referensi Jurnal Penelitian (Lanjutan)
Tahun
Judul
Masalah
Tujuan
Dan perkapalan
Lingkungan sekitar
keselamatan
Surabaya unit hull
proyek, bahkan dapat
dengan safety
construction
menghilangkan nyawa
behavior
pekerja
15.
Fenny
Moniaga
2012
16.
Made Bayu
Sambira
Teja, I.N.
Sutarja, Gd.
Astawa
Diputra
2017
Analisis faktor yang
mempengaruhi
produktivitas dari
tinjauan keselamatan
dan kesehatan kerja
(K3) di perusahaan
kontraktor
Meningkatkan
produktivitas menjadi
perhatian utama
industri konstruksi
yang dapat menentukan
keuntungan
perusahaan, sehingga
berbagai indikator dan
faktor yang dapat
dipertimbangkan
diarahkan untuk
meningkatkan
produktivitas itu
Pengaruh pengetahuan Banyak pekerja yang
keselamatan dan
tidak mengikuti aturan
kesehatan kerja
aturan yang sudah
terhadap perilaku
menjadi kebijakan
pekerja konstruksi
mutu dan K3
pada proyek
perusahaan
Untuk
menganalisis
hubungan
keselamatan dan
kesehatan kerja
(K3) terhadap
produktivitas, dan
menganalisis
pengaruh
indikator
lingkungan kerja
Untuk mengetahui
hubungan antara
antara
pengetahuan K3
dan perilaku
pekerja
Hasil
manajemen
Dapat
menunjukkan
bahwa faktor
variabel
keselamatan kerja
berpengaruh
langsung terhadap
produktivitas
kerja, tetapi faktor
kesehatan kerja
sebaliknya tidak
berpengaruh
langsung
Menunjukkan
bahwa terdapat
hubungan antara
korelasi yang
positif dan rendah
antara pengatuan
Metode
Metode
survey dan
metode
structural
equation
modeling
Sampling
insedental
II-34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
No
Nama
17.
Baki Henong
Sebastianus
Tabel 2.1 Sumber Referensi Jurnal Penelitian (Lanjutan)
Tahun
Judul
Masalah
Tujuan
Jalan tol Nusa DuaAda pekerja yang tidak
Ngurah rai-Benoa
sadar bahwa dia tidak
kompeten dan
mempunyai kebiasaan
berperilaku tidak aman,
ada pekerja yang tahu
bagaimana melakukan
pekerjaannya dengan
aman dan selamat,
tetapi tidak dilakukan
2015
Manajemen
keselamatan dan
kesehatan kerja
sebagai peranan
pencegahan
kecelakaan kerja di
bidang konstruksi
Pembangunan proyek
kontruksi merupakan
Suatu kegiatan yang
banyak mengandung
unsur bahaya. Hal ini
dilihat dari berbagai
kegiatan proyek
konstruksi yang sangat
kompleks dan sulit
dilaksanakan
Adanya
manajemen
keselamatan dan
kesehatan kerja
yakni agar tenaga
kerja merasa aman
, nyaman dan
tenang dalam
melakukan
pekerjaannya
Hasil
K3 dengan
perilaku pekerja
Metode
Mengetahui
peranan
manajemen
keselamatan dan
kesehatan kerja
sebagai suatu alat
yang dipakai
untuk mencegah
terjadinya
kecelakaan kerja
di bidang
konstruksi,
Metode studi
kepustakaan
II-35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
No
Nama
Tahun
18.
Dzikry Aulia,
Mohammed
Ali Berawi,
Rosmariani
Arifuddin
2013
Tabel 2.1 Sumber Referensi Jurnal Penelitian (Lanjutan)
Judul
Masalah
Tujuan
Analisis penalti biaya
bagi kecelakaan kerja
di proyek konstruksi
indonesia
Yang menjadi masalah
utama kecelakaan kerja
Di Indonesia, secara
umum berasal dari
faktor manusia, factor
peralatan, dan faktor
lingkungan
Untuk
mendapatkan
besarnya penalti
biaya untuk
kecelakaan kerja
di proyek
konstruksi
Hasil
dan bagaimana
usaha untuk
mengendalikan
terjadinya
kecelakaan
khususnya di
Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Mendapatkan
rekomendasi
sistem penalti
untuk diterapkan
di Indonesia
Metode
Metode
analisis
kualitatif
Sumber : Olahan Penulis, 2017
II-36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II-37
Download