2.1. Komunikasi Organisasi Ilmu komunikasi mempertanyakan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Komunikasi Organisasi
Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang
berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan,
media apa yang digunakan, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang
menjadi penghambat, dan sebagainya. Everet M. Rogers dalam bukunya
Communication in Organization, mendefinisikan organisasi2 sebagai suatu
sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama unt uk mencapai tujuan
bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.
Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems
Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen
mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola
struktur formal dari tugas – tugas dan wewenang.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia – manusia yang terlibat dalam
mencapai tujuan orgnisasi itu. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
2
Romli Khomsahrial. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: PT. Grasindo 2011, Hal 1
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang
disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sirfatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara
sosial. Orientasinya bukan kepada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya
secara individual.
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.
3
Komunikasi juga dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran
pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi
tertentu. Komunikasi organisasi sering pula diartikan sebagai pelaku
pengorganisasian (organizing behavior) yakni bagaimana para karyawan
terlibat dalam proses bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang sedang
terjadi.
Komunikasi organisasi adalah pertunjukan atau penafsiran pesan
diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi
tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit tertentu dalam hubunganhubungan hierarchies antara yang satu dengan yang lainnya dalam suatu
lingkungan.
4
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
Arni, Muhammad. Komunikasi organisasi. Jakarta : Bumi Aksara 2007. Hal 29
R. Wayne Pace dan Done F. Faules. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Remaja Rosda Karya 2002.
Hal.31
3
4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Conrad mengidentifikasi tiga fungsi pada komunikasi organisasi6
sebagai berikut :
1. Fungsi Perintah berkenaan dengan anggota – anggota organisasi
mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan,
dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungi perintah adalah
koordinasi diantara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi
tersebut.
2. Fungsi Relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan anggota
–anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan
personal dengan anggota organisasi lain.
3. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi
organisasi sering dibuat
dalam keadaan yang sangat ambigu. Misal:
motivasi berganda muncul karena pilihan yang
diambil akan
mempengaruhi rekan kerja dan organisasi.
Berdasarkan ketiga fungsi komunikasi diatas maka dapat disimpulkan
bahwa komunikasi memiliki berbagai fungsi dalam yang melekat erat dengan
organisasi, dan dengan komunikasi berbagai hal dapat tersentuh dan
menyeluruh.
6
Romli Khomsahrial, Komunikasi Organisasi Lengkap, Jakarta : PT. Grasindo 2011, Hal 2 (dalam
buku Tubss dan Moss, 2005)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2.1.2. Pentingnya Komunikasi dalam Organisasi
Masalah komunikasi dalam organisasi menyangkut dua segi, yaitu
masalah komunikasi itu sendiri dan masalah organisasi, misalnya
masalah pengambilan keputusan, masalah pelimpahan wewenang,
masalah pengawasan, masalah susunan organisasi dan sebagainya.
Semua masalah yang timbul akan segera dapat diatasi apabila
komunikasi yang berlangsung dalam organisasi dapat berjalan denagn
baik, apabila arus informasi dalam organisasi tidak menghadapi
hambatan. 7Pentingnya komunikasi dalam organisasi secara terperinci
dapat dilihat dalam hal-hal berikut:8
1.
Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara :
a. Para bawahan dan atasn / pimpinan
b. Bawahan dengan bawahan
c. Atasan dengan atasan
d. Pegawai dengan organisasi atau lembaga yang bersangkutan
7
8
2.
Meningkatkan kegairahan kerja para pegawai
3.
Meningkatkan moral dan disiplin para pegawai
Wursanto, I.G. Dasar-dasar Ilmu Organisasi, Andi. Jogjakarta. Hal. 158
Wursanto, I.G. Dasar-dasar Ilmu Organisasi, Andi. Jogjakarta. Hal. 159
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
4.
Semua jajaran pimpinan dapat mengetahui keadaan bidang yang
menjadi tugasnya sehingga akan berlangsung pengendalian
operasional yang efesien
5.
Semua pegawai dapat mengetahui kebijaksanaan, peraturanperaturan, ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemimpin organisasi.
6.
Semua informasi, keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh
para pegawai dapat dengan cepat dan tepat diperoleh
7.
Meningkatkan rasa tanggung jawab semua pegawai
8.
Meningkatkan kerjasama team (team work) diantara para pegawai
9.
Meningkatkan semangat korp atau espirit de corp di kalangan para
pegawai
2.1.3. Arah Komunikasi
9
Menurut arahnya, komunikasi dalam organisasi dapat dibedakan
menjadi :
a. Komunikasi ke atas : pesan yang mengalir dari bawagan kepada
atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih
tinggi.
9
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, Yogyakarta : Kanisius 2003, Hal 84
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
b. Komunikasi ke bawah : adalah arus pesan yang mengalir dari para
atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan
komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan
tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan disiplin,
perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.
c. Komunikasi diagonal ke atas : komunikasi antara pejabat-pejabat
atau unit-unit yang berbeda tingkatan atau levelnya.
d. Komunikasi diagonal ke bawah : komunikasi yang berlangsung dari
seorang pemimpin dengan pejabat atau pimpinan yang lebih rendah.
e. Komunikasi horizontal : komunikasi antara pimpinan atau pejabat
yang sitingkat. Atau dapat juga diartikan sebagai pertukaran pesan
di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya didalam
organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisai
diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan
dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi,
pemechab masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan
informasi.
f. Komunikasi satu arah (one way communication) : adalah
komunikasi yang tidak ada respons dari pihak penerima informasi
(komunikan).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
g. Komunikasi dua arah (two way communication) : adalah
komunikasi yang berlangsung secara timbal bailk atau feedback dari
pihak komunikan sehingga muncul saling pengertian antara kedua
belah pihak.
2.1.4. Komunikasi Internal Komunikasi
1. Komunikasi dari atas ke bawah (Downward Communication)
Komunikasi yang mengalir dari satu tingkatan dalam
kelompok atau organisasi ke tingkatan yang lebih rendah disebut
komunikasi
ke
bawah.
Komunikasi
ini
digunakan
untuk
menetapkan tujuan, menyampaikan instruksi, menginformasikan
kebijakan perhatian, dan menawarkan umpan balik mengenai
kinerja.
Komunikasi kepada bawahan dapat diartikan dengan
komunikasi dari atasan seperti supervisor atau manajer kepada
bawahan dan biasanya dilakukan sebagai bentuk penyampaian
berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan karyawannya. Dari
hal ini dapat terlihat pentingnya peranan komunikasi dalam
manajemen sebagai penunjang keberhasilan dan sebagai acuan demi
mencapai tujuan bersama dalam organisasi. Karenanya butuh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
kesadaran yang tinggi dari para pemimpin akan sistem komunikasi
yang tidak satu arah (One Way Communication).
2. Komunikasi dari bawah ke atas (Upward Communication)
Komunikasi ke atas mengalir menuju tingkatan yang lebih
tinggi dalam suatu kelompok atau organisasi. Komunikasi ini
digunakan untuk memberikan umpan balik kepada orang-orang
yang memegang kekuasaan, memberi mereka informasi mengenai
proses pencapaian tujuan dan menyampaikan masalah-masalah
terkini.
Dan dapat disimpulkan bahwa komunikasi ke atas adalah
pesan yang disampaikan dari bawahan kepada atasan, tujuannya
untuk memberikan respon terhadap informasi yang disampaikan
oleh atasan sebelumnya kepada bawahan. Pentingnya komunikasi
ke atas sebagai sumber informasi sebaiknya ditanggapi serius oleh
perusahaan dengan membuatkan program atau aturan yang jelas.
2.2.
Komunikasi Interpersonal
10
Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antara dua
orang atau beberapa orang, dimana pengiriman dapat menyampaikan pesan
secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
langsung pula. Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal
diseratai ungkapan – ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan.
Komunikasi interpersonal dengan masing – masing orang berbeda
tingkat
kedalaman
komunikasinya,
tingkat
intensifnya,
dan
tingkat
ekstensifnya. Komunikasi interpersonal antara dua orang kenalan tentu berbeda
dari komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak, antar sahabat atau
pacar. Berkat komunikasi itu mereka yang terlibat dapat saling mengenal dalam
sifatnya. Berkat komunikasi interpersonal, seorang yang tadinya tidak saling
mengenal dapat saling mengenal satu dengan yang lainnya.
11
Menurut Hybels dan Weaver II (1992) ada beberapa cara
mempertahankan hubungan dalam komunikasi interpersonal, yang harus
diperhatikan dalam mempertahankan hubungan agar tetap baik, yakni :
a.
Komitmen
Semua hubungan membutuhkan komitmen yakni keinginan
yang kuat untuk tetap berhubungan dan kemauan dari kedua
belah pihak untuk bertanggung jawab terhadap masalah yang
terjadi dalam hubungan.
b.
Dialog
Dalam membina hubungan yang baik harus ada dialog yang
berkelanjutan tentang hubungan itu sendiri. Salah satunya
Yayu Sriwartini dan Dwi Kartikawati, Komunikasi Antar Pribadi, Jakarta : Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Komunikasi Mitra Sejati 2009, Hal 23
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
dengan duduk bersama mendiskusikan pemecahan konflik yang
terjadi.
Intinya
kedua
belah
pihak
sepakat
untuk
mengagendakan waktu untuk berbincang.
c.
Kritik dalam hubungan
Apa dan bagaimana pun bentuk hubungan antar pribadi, kritik
tetap dianggap penting untuk menciptakan hubungan yang lebih
baik lagi kualitasnya.
d.
Evaluasi hubungan
Sekali orang memiliki komitmen untuk merajut suatu hubungan,
maka mereka harus membangun komunikasi yang baik dan
efektif. Termasuk didalamnya adalah mengevaluasi kembali
hubungan. Pada saat hubungan mengalami konflik para
partisipan harus segera berubah dan beradaptasi.
12
Kita memahami anggapan orang yang mengatakan bahwa semakin
sering seseorang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, maka
semakin baik hubungan mereka. Namun asumsi seperti itu tidaklah benar.
Dalam hal ini bukan soal berapa kali komunikasi dilakukan tetapi lebih pada
bagaimana komunikasi tersebut dilakukan. Dalam hal ini ada beberapa faktor
yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu :
12
Widjaja.H.A.W, Komunikasi Hubungan Masyarakat, Jakarta : Bumi Aksara 2010, Hal 124
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
a.
Percaya (Trust)
Percaya merupakan faktor yang terpenting dalam hubungan
interpersonal. Kembali kita menggingat tahap – tahap dalam
pengembangan hubungan yang dinyatakan oleh Devito yaitu
pada tahap awal yakni tahap perkenalan sampai tahap kedua
yaitu peneguhan “percaya”, merupakan hal yang paling
menentukan efektifitas komunikasi.
13
Apabila dilihat dari
definisinya, percaya mengandalkan prilaku orang lain untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak
pasti dan dalam situasi yang penuh resiko. Berdasarkan definisi
tersebut kita dapat menyebutkan unsur – unsur dari percaya,
yakni :
1. Ada situasi yang menimbulkan resiko
2. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti
menyadari bahwa akibat – akibatnya bergantung pada perilaku
orang lain
3. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat
baik baginya. Keuntugan jelas dapat meningkatkan komunikasi
interpersonal
13
karena
membuka
saluran
komunikasi,
Joseph A Devito, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta : Karisma Publishing 2011, Hal 82
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta
memperluas peluang komunikasi untuk mencapai maksudnya.
b.
Sikap Mendukung
Adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam
komunikasi. Sikap defensive terjadi ketika pelaku komunikasi dalam
suatu hubungan tertentu berusaha mempertahankan diri.
c.
Sikap Menerima
Adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa
menilai dan tanpa berusaha mengendalikan.
14
Menerima adalah sikap
yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut
dihargai. Sikap menerima tidaklah semudah yang dikatakan. Kita selalu
cenderung menilai dan sukar menerima. Akibatnya hubungan
interpersonal kita berlangsung seperti yang kita harapkan. Bila kita
tidak bersikap menerima, kita akan mengeritik, mengecam atau menilai.
Sikap seperti ini akan menghancurkan kepercayaan.
Orang enggan menerima kita karena takut pada akibat – akibat
jelek yang akan timbul dari reaksi kita. Sikap menerima menggerakkan
sikap percaya, karena orang tahu kita tidak akan merugikan mereka.
Menerima tidaklah berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau
rela menanggung akibat – akibat perilakunya. Menerima berarti tidak
Koentjoro Nigrat, Metode – Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
1997
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
menilai pribadi orang berdasarkan perilakunya yang tidak kita senangi.
Betapa pun jeleknya prilaku dia menurut kita, kita tetap berkomunikasi
degan dia.
15
Agar komunikasi interpersonal berjalan dengan lancar dan
mendatangkan hasil yang diharapkan, baik pemberi maupun penerima pesan
perlu memiliki kemampuan dan kecakapan komunikasi interpersonal yang
diperlukan. Kompetensi komunikasi interpersonal adalah tingkat dimana
prilaku kita dalam komunikasi interpersonal sesuai dan cocok dengan situasi
dan dapat membantu kita mencapai tujuan komunikasi interpersonal yang kita
lakukan dengan orang lain. Tujuan itu mencakup tujuan personal : isi pesan
komunikasi yang kita sampaikan dan tujuan relasional. Dengan kompetensi
komunikasi interpersonal itu, pertama perilaku komunikasi kita, baik yang
verbal maupun nonverbal, dapat tepat sesuai dengan peraturan – peraturan
komunikasi interpersonal yang berlaku. Misalnya kita mengucapakan
“terimakasih” pada waktu diberi sesuatu, “maaf” bila kita merasa mengganggu
orang lain. Dalam komunikasi nonverbal “mengangguk” bila kita setuju,
“menggeleng” pada waktu kita tidak setuju atau tidak tahu. Kedua, kompetensi
komunikasi interpersonal membantu kita mencapai tujuan komunikasi kita. Ini
berarti komunikasi kita mendatangkan buah yang kita inginkan, misalnya bila
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Yogyakarta : Kanisius 2003, Hal
90
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
komunikasi berupa pemberitahuan, maka pemberitahuan tersebut akan
diberikan, dan jika menyuruh melakukan maka sesuatu akan melakukan. Agar
komunikasi interpersonal berhasil, kita perlu memiliki kecakapan komunikasi
interpersonal sosial dan behavioral.
Komunikasi interpersonal yang terjadi di PT Metrocom Global Solusi
merupakan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh manajemen yaitu
jajaran direksi (komisaris, direktur utama dan direktur) serta para manajer
disetiap divisinya. Komunikasi interpersonal antara manajemen kepada
karyawatinya pada PT Metrocom Global Solusi ini yang merupakan
komunikasi guna bagi disiplin kerja karyawati terutama di divisi finance dan
project. Pada kedua divisi inilah sebagian besar merupakan ibu – ibu yang
memiliki anak diusia balita.
2.2.1. Ciri – ciri Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang dinamis,
dengan
tetap
memperhatikan
kedinamisannya.
Komunikasi
interpersonal mempunya ciri – ciri yang tetap sebagai berikut :
1. Komunikasi Interpersonal adalah Verbal dan Nonverbal
Komunikasi
interpersonal
adalah
komunikasi
yang
pesannya dikemas dalam bentuk verbal dan nonverbal. Dalam
komunikasi itu, seperti pada komunikasi pada umumnya, selalu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
mencakup dua unsur pokok yaitu isi pesan dan bagaimana isi itu
dikaitkan atau dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal.
Untuk efektifnya, kedua unsur itu sebaiknya diperhatikan dan
dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan
penerima pesan.
2. Komunikasi Interpersonal Mencakup Prilaku Tertentu
Perilaku dalam komunikasi meliputi prilaku verbal dan
nonverbal. Ada tiga perilaku dalam komunikasi interpersonal :
a.
Perilaku
spontan
(spontaneous
behavior)
adalah
perilaku yang dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor
serta revisi secara kongnitif. Artinya, perilaku itu terjadi begitu
saja. Jika verbal perilaku spontan bernada asal bunyi. Misalnya,
“Hai”, “Aduh”, atau “Hore”. Perilaku spontan nonverbal,
misalnya meletakkan telapak tangan pada dahi waktu kita sadar
telah berbuat keliru atau lupa, melambaikan tangan pada waktu
berpapasan dengan teman, atau menggebrak meja dalam diskusi
ketika kita tidak setuju atas pendapat orang.
b.
Perilaku menurut kebiasaan (script behavior) adalah
perilaku yang kita pelajari dari kebiasaan kita. Perilaku itu khas,
dilakukan pada situasi tertentu, dan dimengerti orang. Misalnya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
ucapan “Selamat Datang”kepada teman yang datang, “Apa
kabar” pada waktu berjumpa dengan tema, “mencium
tanga”orang tua, “memeluk”kekasih. Perilaku semacam itu
sering kita lakukan tanpa terlalu mempertimbangkan artinya dan
terjadi secara spontan karena sudah mendarahdaging dalam diri
kita.
Perilaku sadar (contrived behavior) adalah perilaku yang
c.
dipilih karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada. Perilaku
itu dipikirkan dan dirancang sebelumnya, dan disesuaikan
dengan orang yang akan dihadapi, urusan yang harus
diselesaikan, dan situasi serta kondisi yang ada.
3. Komunikasi Interpersonal adalah Komunikasi yang Berproses
Pengembangan
Komunikasi
interpersonal
merupakan
komunikasi
yang
berproses pengembangan (developmental process) . Komunikasi
interpersonal berbeda – beda tergantung dari tingkatan hubungan
pihak – pihak yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi itu
berkembang berawal dari saling pengenalan yang dangkal, berlanjut
makin mandalam, dan berakhir dengan saling pengenalan yang amat
mendalam.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
4. Komunikasi Interpersonal Mengandung Umpan Balik, Interaksi,
dan Koherensi
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka
yang memungkinkan memperoleh umpan balik (feedback). Agar
komunikasi interpersonal berjalan secara teratur dalam komunikasi
pihak – pihak yang terlibat saling menanggapi sesuai dengan isi
pesan yang diterima. Dari sini terjadi koherasi dalam komunikasi
baik antara pesan yang disampaikan dan umpan balik yang
diberikan maupun dalam keseluruhan komunikasi.
5. Komunikasi Interpersonal adalah Kegiatan Aktif
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang aktif bukan
pasif. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian
rangsangan – tanggapan, stimulasi – respons tetapi serangkaian
proses saling penerimaan, penyerapan dan penyampaian tanggapan
yang sudah diolah oleh masing – masing pihak. Karena itu pihak –
pihak yang melakukan komunikasi interpersonal bertindak aktif,
baik waktu penyampaian pesan maupu pada waktu menerima pesan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
6. Komunikasi Interpersonal Saling Menggubah
Komunikasi interpersonal juga berperan untuk saling mengubah
dan mengembangkan. Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak –
pihak yang terlibat komunikasi dapat saling memberi inspirasi,
semangat, dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan dan sikap
yang sesuai dengan topik yang di bahas bersama. Karena itu
komunikasi interpersonal dapat merupakan wahana untuk saling
belajar
dan
mengembangkan
wawasan,
pengetahuan,
dan
kepribadian.
2.2.2. Tujuan Komunikasi Interpersonal
16
Komunikasi interpersonal merupakan suatu action oriented, ialah
suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan
komunikasi interpersonal itu bermacam – macam, beberapa diantaranya
adalah
a. Menggungkapan perhatian kepada orang lain
Dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa,
tersenyum,
melambaikan
tangan,
membungkukan
badan,
menanyakan kabar kesehatan partner komunikasinya dan lain
sebagainya. Apabila diamati lebih serius, orang yang berkomunikasi
16
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011, Hal 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
dengan tujuan sekedar menggungkapkan perhatian kepada orang
lain bahkan hanya basa basi.
b. Menemukan diri sendiri
Seseorang
melakukan
komunikasi
interpersonal
karena
mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan
informasi dari orang lain. Bila seseorang terlibat komunikasi
interpersonal dengan orang lain, maka terjadi proses belajar tentang
diri sendiri maupun orang lain.
c. Membangun dan memelihara hubungan harmonis
Sebagai makhluk sosial salah satu kebutuhan setiap orang yang
paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik
dengan orang lain. Oleh karena itu setiap orang telah menggunakan
banyak waktu untuk komunikasi interpersonal yang diabdikan
untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan orang
lain
d. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
Dalam prisip komunikasi ketika pihak komunikan menerima
pesanberarti komunikan telah mendapat pengaruh dari proses
komunikasi. Sebab pada dasarnya komunikasi adalah sebuah
fenomena dalam pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
makna pada situasi kehidupan manusia, termasuk memberi makna
tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sikap.
e. Memberikan bantuan (konseling)
Tanpa disadari bahwa setiap orang ternyata sering bertindak
sebagai konselor maupun konseli dalam interaksi interpersonal
sehari – hari. Konsultasi adalah kegiatan komunikasi interpersonal
yang memiliki nilai-nilai strategis. Tujuan dari konseling : (1)
membantu orang lain memecahkan masalah (2) membantu
menyelesaikan masalah (3) mengusahakan untuk adanya suatu
suasana yang menimbulkan keberanian untuk memecahkan masalah
yang mungkin ada.
17
De Vito (1995) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal
memiliki sedikitnya lima tujuan . Tujuan tersebut bukan berarti selalu kita
sadari, bisa juga tanpa kita sadari, ataupun disegaja. Kelima tujuan
komunikasi interpersonal tersebut yaitu :
a. Proses belajar
Setiap kita berkomunikasi secara interpersonal, kita belajar
mengenai sesuatu yang terjadi di lingkungan yang ada disekitar kita.
Kita belajar tentang orang lain dan diri sendiri. Komunikasi
Herdian Maulana Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan Persuasi, Jakarta Barat : Akademia
Permata 2013, Hal 77
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
interpersonal membantu kita untuk mengerti, memahami, dan
merespon lingkungan di sekitar kita, seperti peraturan, norma –
norma dan etika yang berlaku. Melalui komunikasi interpersonal,
kita juga mengetahui bagaimana pendapat orang lain mengenai
suatu hal ataupun pristiwa, dan kita juga mengetahui bagaimana
orang lain menilai atau merespon diri dan tingkah laku.
b. Untuk membangun hubungan
Setiap orang ingin membangun dan mempertahankan sebuah
hubungan. Kita menghabiskan banyak waktu untuk melakukan
komunikasi interpersonal untuk membangun dan mempertahankan
hubungan sosial. Hubungan sosial menghindarkan diri kita dari
kesendirian dan depresi.
c. Untuk mempengaruhi
Dalam
komunikasi
interpersonal
kita
sering
mencoba
memengaruhi sikap dan perilaku orang lain.
d. Untuk Bermain
Berdiskusi tentang hobi dan menceritakan lelucon merupakan
hal yang sangat penting. Hal itu dapat menyeimbangkan hidup dan
membuat pikiran kita beristirahat sejenak dari hal – hal yang serius.
Bermain meliputi segala hal yang dapat kita nikmati
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
e. Untuk menolong
Melalui komunikasi interpersonal kita dapat menenangkan,
menghibur dan memberi saran kepada teman. Secara professional
atau bukan. Keberhasilan untuk menolong seseorang tergantung
pada keterampilan komunikasi interpersonal seseorang.
2.3.
Disiplin Kerja
2.3.1 Pengertian Disiplin Kerja
18
Kata disiplin berasal dari Bahasa latin yaitu “discipline” yang berarti
latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat.
Hal ini menekankan pada bantuan kepada pegawai untuk mengembangkan
sikap yang layak terhadap pekerjaannya. Disiplin merupakan suatu kekuatan
yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri yang menyebabkan seseorang
dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan – keputusan,
peraturan – peraturan, dan nilai – nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku.19
Menurut Fathoni (2006) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma – norma social yang
berlaku. Kedisiplinan dapat diartikan bilamana karyawan selalu datang dan
pulang tepat pada waktunya, mengerjakan pekerjaan dengan baik, mematuhi
18
19
Siagian, Sondang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara 2008
Asmiarsih 2006 : 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
semua peraturan perusahaan dan norma – norma social yang berlaku.
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa
dukungan disiplin karyawan yang baik maka sulit bagi perusahaan untuk
mewujudkan tujuannya.
Kediplisan merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya
Manusia yang terpenting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan, karena
semakin baik disiplin karyawan, maka semakin baik pula kinerjanya. Tanpa
disiplin yang baik, sulit bagi suatu organisasi perusahaan mencapai hasil yang
optimal
Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang berlak, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak
menggelak sanksi – sanksiapabila melanggartugas dan wewenang yang
diberikan kepadanya20. Disiplin kerja merupakan sikap atau tingkah laku yang
menunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang
terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasi baik yang
tertulis maupun tidak tertulis, sehingga pekerjaan yang dilakukan efektif dan
efisien.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dikatakanbahwa disiplin kerja
adalah sikap para pegawai untuk berprilaku sesuai dengan peraturan yang telah
20
Sastrohadiwiryo. Disiplin Kerja. Jakarta : Kencana. 2001. Hal 291
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
ditetapkan dimana dia bekerja. Sedangkan tindak disiplin itu sendiri adalah
pengurangan yang dipaksakan oleh pimpinan terhadap imbalan yang diberikan
oleh organisasi karena adanya suatu suatu kasus tertentu. Tindakan disiplin
tidak termasuk pemberhentian sementara atau penurunan jumlah tenaga kerja
yang disebabkan oleh kejadian – kejadian perilaku khusus dari pegawai yang
menyebabkan rendahnya produktivitas atau pelanggaran – pelanggaran aturan
– aturan instansi.
Disiplin yang baik pada kehendaknya akan tumbuh dan terpancar dari
hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani
manusia akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama.
Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan pendidikan atau
penanaman kebiasaan dengan keteladanan – keteladanan tertentu, yang harus
dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak – kanak
dan terus bertumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang
semakin kuat. Umumnya disiplin kerja dapat terlihat apabila pegawai datang
kekantor teratur dan tepat waktu, jika mereka berpakaian rapi ditempat kerja,
jika mereka menggunakan perlengkapan kantor dengan hati – hati.
Disiplin mencakup berbagai bidang dan cara pandangannya, seperti
menurut Guntur ada beberapa sikap disiplin yang diperlukan dalam pekerjaan,
yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
1. Disiplin terhadap waktu
Disiplin waktu diartikan sebagai sikap atau tingkah laku yang
menunjukkan ketaatan terhadap jam kerja yang meliputi kehadiran
dan kepatuhan pegawai pada jam kerja serta pegawai dapat
melaksanakan tugas dengan tepat waktu dan benar.
2. Disiplin Peraturan
Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat
agar tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik. Untuk itu
dibutuhkan sikap setia dari pegawai terhadap komitmen yang telah
ditetapkan tersebut. Kesetiaan disini berarti taat dan patuh dalam
melaksanakan perintah dari atasan dan peraturan, tata tertib yang
telah
ditetapkan.
Ketaatan
pegawai
dalam
menggunakan
kelengkapan pakaian seragam yang telah ditentukan perusahaan.
3. Disiplin tanggung jawab
Salah satu wujud tanggung jawab pegawai adalah penggunakaan
dan pemeliharaan peralatan kantor sebaik – baiknya sehingga dapat
menunjang kegiatan kantor agar dapat berjalan dengan lancar.
Adanya
kesanggupan
dalam
menghadapi
menjaditanggung jawab sebagai seorang pegawai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pekerjaan
yang
35
2.3.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
21
Menurut Singodimejo faktor yang mempengaruhi disiplin karyawan :
a. Besar kecilnya pemberian kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin.
Para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila
ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih
payah yang telah dikontribusukan bagi perusahaan
b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan
Peranan keteladanan pimpinan sangat berpengaruh besar dalam
perusahaan karena pimpinan dalam suatu perusahaan masih menjadi
panutan para karyawannya. Para karyawan akan meniru yang
dilihatnya setiap hari yang dibuat pimpinannya. Oleh sebab itu bila
seorang pemimpin menginginkan tegaknya
disiplin dalam
perusahaan maka ia harus lebih dulu mempraktekkan supaya dapat
diikuti oleh para karyawannya.
c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
Para karyawan akan mau melakukan disiplin bila ada aturan yang
jelas dan diinformasikan kepada mereka. Bila aturan disiplin hanya
menurut selera pemimpin saja atau berlaku untuk orang tertentu
21
Fathoni, Abdurrahmat, Organisasi dan Management Sumber Daya Manusia. Jakarta : Asdi
Mahasatya 2006
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
saja, jangan diharap bahwa para karyawan akan mematuhi aturan
tersebut.
d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada
keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai
dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya
tindakan terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan saksi yang ada
maka semua karyawan akan merasa terlindungi dan dalam hatinya
berjanji akan berbuat hal yang serupa.
e. Ada tidaknya pengawasan pemimpin
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada
pengawasan yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat
melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Dengan adanya pengawasan seperti demikian, maka
sedikit banyak para karyawan akan terbiasa melakukan disiplin
kerja.
f. Ada tidaknya perhatian kepada kayawan
Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter
antara yang satu dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya
puas dengan penerimaan kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang
menantang tetapi juga mereka masih membutuhkan perhatian yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
besar dari pimpinannya sendiri. Keluhan dan kesulitan mereka ingin
didengar dan dicarikan jalan keluarnya dan sebagainya.
g. Diciptakan kebiasaan – kebiasaan yang mendukung tegaknya
disiplin
Kebiasaan – kebiasaan positif itu antara lain :
1. Saling menghormati saat berada dilingkungan pekerjaan
2. Melontarkan pujian yang sesuai dengan tepat waktu, sehingga
para karyawan akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut
3. Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan
kerja dengan menginformasikan kemana dan untuk urusan apa,
walaupun kepada bawahan sekalipun
2.3.3 Pelaksanaan Disiplin Kerja
22
Disiplin yang paling baik adalah disiplin diri. Kecenderungan orang
normal adalah melakukan apa yang menjadi kewajibannya dan menepati
aturan permainan. Organisasi atau perusahaan yang baik harus berupaya
menciptakan peraturan atau tata tertib yang akan menjadi rambu – rambu
yang harus dipenuhi oleh seluruh karyawan dalam organisasi. Peraturan –
peraturan yang akan berkaitan dengan disiplin antara lain :
a. Peraturan jam masuk, pulang dan jam istirahat
22
Hariandja, Marihot Tua Eendi. Manajemen Sumber Daya Manusia : Pengadaan Pengembangan,
Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Jakarta : Grasindo 2002
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
b. Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkahlaku dalam
pekerjaan
c. Peraturan cara – cara melakukan pekerjaan dan hubungan dengan
unit kerja lain
d. Peraturan tentang apa yang boleh dana pa yang tidak boleh
dilakukan oleh para karyawan selama dalam organisasi dan
sebagainya
2.3.4 Hambatan Yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja
Pada dasarnya pegawai dapat digolongkan dalam kriteria sebagai
berikut :
a. Pegawai yang berprestasi dan memiliki potensi, tidak terdapat
masalah yang berarti untuk meningkatkan disiplin kerja karena
pegawai yang bersangkutan memiliki motivasi yang baik untuk
berprestasi
b. Pegawai yang berprestasi tetapi mempunyai masalah, pegawai jenis
ini memiliki potensi untuk digali dari dalam dirinya tetapi
mempunyai masalah yang cukup berarti misalnya kurang disiplin
terhadap jam kerja.
c. Pegawai yang biasa – biasa saja dan sulit untuk mengembangkan
diri, pegawai jenis ini cenderung pasif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Hambatan – hambatan yang dihadapi oleh pimpinan dalam
meningkatkan disiplin kerja pegawai adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya motivasi kerja sehingga kedisiplinan akan waktu tidak
begitu diperhatikan
b. Kurangnya pemberian insentif terhadap pegawai yang memiliki
kedisiplinan tinggi dalam bekerja
2.4. Hipotesa Teori
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum menjawab yang empirik.23
Berdasarkan hipotesis tersebut, dapat diketahui bahwa Komunikasi
Interpersonal (Variabel X), merupakan variabel independen (bebas) artinya tidak
tergantung atau terpengaruhi oleh variabel lain, sedangkan Disiplin Kerja
(Variabel Y) merupakan variabel dependen yang dipengaruhi dan ditentukan oleh
variabel independen. Oleh karena itu, peningkatan dan penurunan disiplin kerja
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta 2007,
Hal 64
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
dapat ditentukan oleh komunikasi interpersonal seperti apa yang diterapkan oleh
manajemen PT Metrocom Global Solusi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Tipe Penelitian
Penelitian mengenai Pengaruh Komunikasi Interpersonal Manajemen
PT Metrocom Global Solusi Terhadap Disiplin Kerja Karyawati (Analisis
Karyawati Memiliki Anak Usia Dibawah Lima Tahun) menggunakan tipe
penelitian ekplanatif yang dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi
sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau
pengaruh saru variabel dengan variabel lain.24 Penelitian yang dilakukan pun
berdasar pada paradigma positivisme yang dalam penelitian sosial dimana
objek penelitian dilihat memiliki keberaturan yang naturalistik, empiris, dan
behavioristik, dimana semua objek penelitian harus dapat direduksi mejadi
fakta yang dapat diamati, tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna
namun mementingkan fenomena yang tampak, serta bebas nilai objektif dengan
menentang habisan-habisan sikap-sikap subjektif.25
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif, yaitu penelitian dengan
menggunakan angka dan bilangan serta simbol atau akuasi numberik. Teori
yang digunakan dalam penelitian kuantitatif juga dapat menuntun dalam
Koentjoro Ningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
1997. Hal 44
25
Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonom, dan Kebijakan Publik
serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media Group. 2009. Hal 37
24
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
penemuan masalah penelitian, hipotesis, konsep-konsep, metedologi dan
menemukan analisis data. Pendekatan kuantitatif menguji datanya dan hitungan
statistik, data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
nominal yang diperoleh dari hasil survei.26
Penelitian ini dilaksanakan dengan jagka waktu terhitung sejak 9 Maret
2015 sampai dengan 24 Desember 2015 yaitu selama ±9 bulan. Responden
yang akan menjadi sasaran peneliti yaitu karyawati yang bestatus ibu – ibu
memiliki anak usia dibawah lima tahun. Alasan peneliti melakukan penelitian
ini di PT Metrocom Global Solusi karena peneliti melihat karyawati yang
merupakan ibu – ibu memiliki anak usia balita sangat mudah meninggalkan
pekerjaannya dengan alasan anak – anak mereka sehingga pekerjaan yang
mereka kerjakan tertunda dan tujuan perusahaan kadang tidak maksimal.
3.2.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
metode kuantitatif - survei. Dimana dalam penelitian kuantitatif dengan cara
survei ini peneliti mengumpulkan data yang ada dengan melakukan penyebaran
kuesioner yang telah diisi oleh responden. Melalui penyebaran kuesioner
Koentjoro Ningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
1997. Hal 44
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download