HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN HIPERTENSI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS KENDARI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo Oleh : Ahmad Chaer Darwis K1A1 12 075 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2017 i ii iii ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN HIPERTENSI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS KENDARI Oleh: Ahmad Chaer Drwis K1A1 12 075 Tingginya insidensi stres di Indonesia juga merupakan alasan mengapa stres harus diprioritaskan penanganannya sebab pada tahun 2008 tercatat sekitar 10 % dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan mental atau stress. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan stres dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan rancangan crosssectional. Populasi penelitian ini adalah perawat PNS/NonPNS di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari. sebanyak 148 orang. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah total sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) untuk menilai stresb dan pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter air raksa. Data dianalisis menggunakan uji statistic Chi-square. Data dikatakan bermakna jika p value ≤0,05. Hasil penelitian yang didapatkan adalah perawat yang mengalami stres sebanyak 63 orang (42,6%) dan perawat yang tidak mengalami stres sebanyak 85 orang (57,4%). Dan perawat yang mengalami hipertensi sebanyak 66 orang (44,6%) dan perawat yang tidak hipertensi sebanyak 82 orang (55,4%). Berdasarkan uji statistic ditemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna stres dan hipertensi pada perawat (p=0,004) Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan stres dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari. Kata Kunci: Hipertensi, Perawat, Stres. iv ABSTRACT THE CORRELATION OF STRESS WITH HYPERTENSION IN NURSE AT BAHTERAMAS GENERAL HOSPITAL KENDARI. By: Ahmad Chaer Darwis K1A1 12 075 The high incidence of stress in Indonesia is also the reason why stress should be prioritized handling because in 2008 recorded about 10% of the total population of Indonesia experiencing mental disorders or stress. The purpose of this study is to determining the correlation of stress with hypertension in nurse at Bahteramas General Hospital Kendari. This study is an observational analytic study with cross-sectional design. The population of this study are nurses of PNS (government employees) / NonPNS at Bahteramas General Hospital Kendari. As many as 148 people. The method used in sampling is total sampling. The instrument used in this study is Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) to assess stress and blood pressure measurements using tension meters of mercury. The data were analyzed by Chi-square statistic test. Data means to be significant if p value ≤0,05. The major of this study is nurses are getting stressed as many as 63 people (42,6%) and nurses are not getting stressed as many as 85 people (57,4%). And nurses are getting hypertension as many as 66 people (44.6%) and non-hypertension nurses as many as 82 people (55,4%). Based on statistic test it was found that there is a significant correlation of stress and hypertension in nurse (p = 0,004) The conclusion of this study is there is a correlation of stress with hypertension in nurse at Bahteramas General Hospital Kendari. Keywords: Hypertension, Nurse, Stress v KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “ Hubungan Stres Dengan Hipertensi Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari” Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana (S-1) pada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini banyak hambatan dan tantangan yang penulis dapatkan, namun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak serta motivasi yang tiada henti disertai harapan yang optimis dan tekad yang kuat sehingga dapat mengatasi semua ini. Terimakasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada dr.Junuda RAF, M.Kes Sp.KJ selaku pembimbing I dan dr. Ashaeryanto,M.MedED Selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran serta kesungguhan hati memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun hasil penelitian ini. Terkhusus penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Ayahanda Darwis S.Ali dan kedua ibunda tercinta Ir.Halimah mudjib S,Pi dan Dra.Hj.A.Rosmaria S.Ali, yang telah mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih sayang serta doa restunya kepada penulis. Tak lupa pula adik-adik ku tersayang Muhammad Yahya Darwis, Iva Nada Larasati,Iva Nabila Salsabila, Ahmad Ali Pahlevi yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa dan kebersamaannya, serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan banyak dorongan dan semangat dalam menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo. Penulis juga tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : vi 1. Dr.Muhammad Zamrun F,S.Si,.M.Sc selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 2. dr. Juminten Saiman, Sp.OG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo. 3. dr. I Putu Sudayasa, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo 4. dr.ZidaMaulina Aini M.ked.Trop selaku Ketua Program Studi Pend. Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo 5. dr. Amiruddin Eso,M.Kes, dr. Zida Maulina Aini, M.Ked,Trop , dr. Arimaswati,M.Sc selaku tim penguji yang telah memberikan banyak pengetahuan serta saran dan kritik kepada penulis. 6. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo yang telah mendidik dan membantu penulis selama perkuliahan dan dalam penyelesaian hasil penelitian penulis, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis. 7. Pihak dan staf Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari 8. Helmianti Busri, S.ked atas doa dan dukungannya. 9. Sahabat sejawat saya “Chaer’sFam” : Yahdiyani W.T Uleng, S.Ked, Yacoba Patandianan,S.Ked, Karina Fitrah Insani, S.Ked, Intan Triana, S.Ked, Widyanty Hamdany,S.Ked, Xena Poetri XR,S.Ked, Dwi Pascawitasari, S.Ked Ade Putra Saalino, S.Ked yang telah memberi saya bantuan, dorongan, semangat selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan penelitian.. 10. Seluruh teman-teman seperjuangan Costae Ve12a, Angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Halu atas persaudaraan, bantuan dan dorongannya selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan hasil penelitian. 11. Kakak-kakak angkatan 2009, 2010 dan 2011 sertaadik –adik angkatan 2013 dan 2014 atas semangat yang diberikan khususnya kepada kakak asuh saya dr.Andi Muh. Hidayat. vii 12. Seluruh saudara-saudaraku Tim Bantuan Medis Ischiadicus Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo. Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam rangka perbaikan hasil penelitian ini. Terlepas dari kekurangan yang ada, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin YaaRabbalAlamin. Kendari, 15Agustus 2017 Penulis viii DAFTAR ISI SAMPUL .............................................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii PERNYATAAN KEASLIAN.............................................................................iii ABSTRAK ...........................................................................................................iv ABSTRACT .........................................................................................................v KATA PENGANTAR.........................................................................................vi DAFTAR ISI........................................................................................................ix DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiv BAB I. PENDAHULUAN A. B. C. D. Latar Belakang................................................................................ 1 Rumusan Masalah ............................................................................4 Tujuan Penelitian..............................................................................5 Manfaat Penelitian............................................................................5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Umum Kepustakaan .............................................................7 1. Stres............................................................................. ................7 2. Hipertensi ....................................................................................18 3. Hubungan Stres dengan kejadian tingkat hipertensi ..................38 B. Kerangka Teori.................................................................................42 C. Kerangka Konsep .............................................................................43 D. Hipotesis Penelitian..........................................................................44 BAB III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G. Rancangan Penelitian .......................................................................45 Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................45 Populasi dan Sampel ........................................................................45 Tehnik Pengumpulan Data ...............................................................47 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .....49 Alur Penelitian..................................................................................51 Tehnik Analisis Data........................................................................51 ix x BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................53 B. Hasil Penelitian ..................................................................................55 C. Pembahasan........................................................................................58 D. Keterbatasan Penelitian ......................................................................62 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan.............................................................................................64 B. Saran...................................................................................................64 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................69 LAMPIRAN..........................................................................................................68 DAFTAR TABEL Nomor 1. Judul Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Halaman 21 3. Karakteristik responden berdasarkan usia 56 4. Distribusi Stres Pada Perawat 56 5. Distribusi Hipertensi pada Perawat 57 6. Hubungan stres dengan Hipertensi 57 2. xi 55 DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Gambar Halaman 1. The Canadian Recommendation for The 27 Management of Hypertension 2014. 2. Kerangka Teori 42 3. Kerangka Konsep 43 4. Alur Penelitian 51 5. Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari 53 xii DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN LambangDanSingkatan Arti ACE Angiotensin-Converting Enzyme ABPM Ambulatory Blood Pressure Monitorirng Depression Anxiety Stres Scale 42 DASS 42 Home Blood Pressure Monitoring HPBM Indeks Massa Tubuh IMT Joint National Committee JNC Millimeter Hydrargyrum (merkuri) mmHg The Third National Health and Nutrition NHANES III Examination Survey Renin Angiotensin Aldosteron RAA TekananDarahDiastolik TDD TekananDarahSistolik TDS Xiii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Lampiran Halaman Lampiran 1 Riwayat Hidup Penulis 68 Lampiran 2 Informed Consent 69 Lampiran3 Kuesioner Penelitian 70 Lampiran 4 Master Tabel Penelitian 72 Lampiran 5 Hasil Analisis Data 76 Lampiran 6 Dokumentasi 79 Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Oleh Badan 82 Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Oleh Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari xiv 83 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pengertian umum, stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidak seimbangan antara harapan dan kenyataan yang dinginkan oleh individu, baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah. Menurut McGrath dalam Weinberg dan Gould (2003), stress akan muncul pada individu bila ada ketidak seimbangan atau kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhannya baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Prevalensi stres di dunia cukup tinggi. Di Amerika, sekitar 75% orang dewasa mengalami stres berat dan jumlahnya cenderung meningkat dalam satu tahun terakhir. Sementara itu di Indonesia, sekitar 1,33 juta penduduk Prevalensi stres di dunia cukup tinggi. Di Amerika, sekitar 75% orang dewasa mengalami stres berat dan jumlahnya cenderung meningkat dalam satu tahun terakhir. Sementara itu di Indonesia, sekitar 1,33 juta penduduk. Tingginya insidensi stres di Indonesia juga merupakan alasan mengapa stres harus diprioritaskan penanganannya sebab pada tahun 2008 tercatat sekitar 10 % dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan mental atau stress. Tingginya tingkat stres ini umumnya 1 2 diakibatkan oleh tekanan ekonomi atau kemiskinan, Departemen statistika menyatakan bahwa 31 juta jiwa atau 13,33 % penduduk Indonesia berada pada garis kemiskinan dengan pengeluaran perbulan di bawah Rp 211.726,00 (Depkes, 2009). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal pada pemeriksaan tekanan darah.Penyakit ini dikategorikan sebagai The Silent Disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Berdasarkan kriteria Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,and Treatment on High Blood Presure VII (JNC-VII) yang diterapkan di Indonesia, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darahnya sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg (Girsang, 2013). Hipertensi adalah the silent killer, karena hipertensi merupakan si pembunuh diam-diam, Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya, penyakit ini menjadi muara beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian. Dalam hal ini dapat kita sebut terjadinya komplikasi kardiovaskular akut. Data yang dikumpulkan dari berbagai literatur menunjukkan jumlah penderita hipertensi dewasa seluruh dunia pada tahun 2005 adalah 975-978 juta orang. Prevalensi ini diduga akan semakin meningkat setiap tahunnya sampai mencapai angka 1,56 milyar atau 60% dari populasi orang dewasa 3 pada tahun 2025 (Bethesda, 2007). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 2015 penderita hipertensi adalah 19.743 orang (Dinas kesehatan, 2015). Faktor lingkungan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi diantaranya adalah stres. Stres dan aktivasinya pada sistem saraf simpatis, salah satu bagian dari sistem saraf otonom (tidak disadari), yang mendominasi saat stres, memegang peran penting dalam menciptakan tekanan darah tinggi. Telah menjadi semakin jelas bahwa perubahan gaya hidup bisa menurunkan kadar kotekolamin, bahan kimia yang berpotensi negatif yang meningkat saat stres. Kecemasan dan stres emosional meningkatkan tekanan darah pada banyak orang, namun tidak semua orang, dan walaupun ketegangan tidak selalu identik dengan hipertensi. Penelitian berulang-ulang menunjukkan bahwa kecemasan adalah salah satu emosi yang menyebabkan melonjaknya tekanan darah. Banyak penelitian telah diketahui hubungan antara stress dan hipertensi. Seperti misalnya pasien yang mengalami stress kecemasan sebelum dilakukan operasi dapat mengalami peningkatan tekanan darah secara mendadak. Tidak heran pula bila kita pernah mendengar seseorang mengalami serangan jantung maupun stroke pada saat orang tersebut tidak dapat mengontrol emosi negatif, seperti amarah (Braverman, 2008). Berdasarkan penelitian Mahmudi terdapat hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi pada tahun 2012. Oleh karena itu, penulis 4 tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan stres dengan kejadian hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada tanggal 2 maret sampai 3 maret 2017 dengan menggunakan sampel secara acak, dari 20 perawat 11 diantaranya mengalami Hipertensi. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan stres dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana angka kejadian stres pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara? 2. Bagaimana angka kejadian hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara? 3. Apakah terdapat hubungan antara stress dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara? 5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui apakah terdapat hubungan antara stress dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara? 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui angka kejadian stres pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari b. Mengetahui angka kejadian hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari c. Mengetahui hubungan antara stres dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bermanfaat, khususnya mengenai hubungan antara stress dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari. 2. Manfaat bagi pengelola Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari Memberikan informasi atau masukan tentang hubungan antara stress dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari sebagai bahan pertimbangan dalam intervensi 6 pelayanan terhadap pasien di Rumah Sakit Umum Bahteramas dan sebagai data kesehatan pegawai Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. 3. Manfaat institusi a. Sebagai masukan dalam bidang psikiatri dan interna dalam memberikan perhatian dan kenyamanan khususnya pada perawat yang mengalami stress dan hipertensi. b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi mahasiswa dan institusi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo. 4. Manfaat bagi peneliti berikutnya Sebagai salah satu referensi atau data pendukung untuk penelitian selanjutnya khususnya untuk menangani permasalahan stress dengan kejadian hipertensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Umum Kepustakaan 1. Stres a. Definisi Stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan diri dan lingkungan (Nevid et al., 2002). Stres adalah suatu tekanan fisik maupun psikis atau kejadian yang tidak menyenangkan yang terjadi pada diri dan lingkungan di sekitar berlangsung terus menerus sehingga kita tidak dapat mengatasinya secara efektif (Marliani, 2007). Stres dapat digambarkan sebagai suatu keadaan yang mengganggu, atau mungkin akan mengganggu fungsi normal psikologi seseorang, Pada tahun 1920, Walter Canon (1871-1945) melakukan studi sistematis pertama dari hubungan stres terhadap penyakit. Ia menunjukkan bahwa stimulasi dari sistem saraf otonom redied organisme untuk respon "fight -or-flight" ditandai oleh hipertensi, takikardi, dan meningkatkan curah jantungg. Ini berguna dalam hewan yang bisa fight or flee; tetapi pada orang yang bisa dilakukan tidak berdasarkan menjadi beradab, stres berikutnya mengakibatkan penyakit (Sadock dkk, 2015). 7 8 b. Epidemiologi Prevalensi stres di dunia cukup tinggi. Di Amerika, sekitar 75% jumlahnya orang cenderung dewasa mengalami stres berat dan meningkat dalam satu tahun terakhir. Sementara itu di Indonesia, sekitar 1,33 juta penduduk Prevalensi stres di dunia cukup tinggi. Di Amerika, sekitar 75% orang dewasa mengalami stres berat dan jumlahnya cenderung meningkat dalam satu tahun terakhir. Sementara itu di Indonesia, sekitar 1,33 juta penduduk. Tingginya insidensi stres di Indonesia juga merupakan alasan mengapa stres harus diprioritaskan penanganannya sebab pada tahun 2008 tercatat sekitar 10 % dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan mental atau stres. Tingginya tingkat stres ini umumnya diakibatkan oleh tekanan ekonomi atau kemiskinan, Departemen statistika menyatakan bahwa 31 juta jiwa atau 13,33 % penduduk Indonesia berada pada garis kemiskinan dengan pengeluaran perbulan dibawah Rp 211.726,00 (Depkes, 2009). 9 c. Sumber Stres Stres yang dialami manusia berasal dari tiga sumber stres, yaitu (Hidayat, 2007) : 1. Dalam diri Pada umumnya disebabkan oleh konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres. 2. Dalam keluarga Stres bersumber dari masalah keluarga yang ditandai dengana adanya perselisihan masalah keluarga (anggota keluarga sakit, putus sekolah), masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda antara keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres. 3. Dalam masyarakat dan lingkungan Sumber stres dapat terjadi dilingkungan atau masyarakat pada umumnya seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai stres pekerja karna lingkungan fisik, kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan dimasyarakat sehingga sulit untuk berkembang kearah yang lebih baik. 10 a. Klasifikasi & Etiologi ( Menurut Rice, 2008) 1. Stres kepribadian (personality stress) Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masyrakat dari dalam diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan kecil resiko terkena stres jenis yang satu ini. 2. Stres psikososial (psychosocial stress) Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan relasi dengan orang lain disekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres adaptasi lingkungan baru, masalah cinta, masalah keluarga, stres macet di jalan raya, dan lain-lain. 3. Stres bioekologi (bio-echological stress) Stres bio-ekologi adalah stres yang di picu oleh dua hal. Yang pertama yaitu ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca dan yang kedua akibat kondisi biologis seperti akibata datang bulan, demam, asma, jerawatan, tambah tua, dan banyak lagi akibat penyakit dan kondisi tubuh lainnya. 11 4. Stres pekerjaan (Job Stress) Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan jabatan, tekanan pekerjaan, deadline, terlalu banyak kerjaan, ancaman PHK, target tinggi, usaha gagal, persaingan bisnis, adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat karir pekerjaan. 5. Stres mahasiswa (student stress) Dipicu oleh dunia perkuliahan. Dalam dunia perkuliahan sendiri dikenal tiga kelompok stresor, yaitu stressor dari area personal dan sosial, stressor dari gaya hidup dan budaya, serta stressor yang datang dari faktor akademis kuliah itu sendiri b. Gejala klinis stress Stres dapat menyebabkan banyak perubahan pada tubuh. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fungsi tubuh, perasaan, dan tingkah laku. Efek yang ditimbulkan stres misalnya sakit kepala, mual, muntah, sulit tidur, sesak nafas, sulit berkonsentrasi, mudah marah, sering buang air kecil, dan lain-lain (AIS, 2010 & APA, 2007). Efek stres terhadap psikologis menurut The American Institute of Stress (2012): 12 1. Pengaruh pada psikologis a. Meningkatnya kecemasan, kekhawatiran, rasa bersalah, dan gugup b. Meningkatnya kemarahan, frustasi, permusuhan c. Depresi, suasana hati sering berubah d. Meningkat atau menurunnya rasa lapar e. Insomnia, mimpi buruk, mimpi yang mengganggu. f. Sulit berkonsentrasi, pikiran yang bercampur aduk g. Kesulitan mengolah informasi baru h. Pelupa, disorganisasi, kebingungan i. Kesulitan mengambil keputusan j. Sering menangis atau kepikiran bunuh diri k. Merasa kesepian dan tidak berharga l. Meningkatnya frustasi, mudah tersinggung, dan kegelisahan m. Perilaku obsesif dan kompulsif n. Menurunnya efikasi kerja atau produktivitas o. Gangguan dalam berkomunikasi dan berbagi p. Penarikan diri dari sosial dan isolasi q. Kelelahan, lemas, capek yang menetap r. Lebih sering menggunakan obat-obatan, dan lain-lain. 13 2. Pengaruh pada fisiologis tubuh a. Sistem saraf Ketika stres, fisik dan fisiologis akan mengubah suatu energi ke posisi persiapan menghadapi ancaman, dikenal dengan respon “fight or flight” (melawan atau lari). Saraf simpatis merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon ini akan menyebabkan jantung berdebar lebih kencang, meningkatkan tekanan darah, mengubah produksi pencernaan dan kadar glukosa dalam darah. b. Sistem muskuloskeletal Pada keadaan stres, tonus otot meningkat. Kontraksi otot dapat memicu sakit kepala, migrain, dan berbagai kondisi muskuloskeletal lainnya. c. Sistem pernafasan Stres dapat menyebabkan bernafas lebih berat dan lebih cepat atau hiperventilasi. Hal ini dapat memicu serangan panik lebih cepat pada beberapa orang. d. Sistem kardiovaskular Stres akut menyebabkan peningkatan denyut jantung dan kontraksi lebih kuat dari otot jantung. Pembuluh darah yang menuju otot besar dan jantung dilatasi untuk meningkatkan suplai darah. Episode berulangdari stres akut dapat 14 menyebabkan inflamasi pada arteri koroner sehingga menjadi serangan jantung. e. Sistem endokrin Kelenjar adrenal menghasilkan kortisol dan epinefrin yang sering disebut “hormon stress”. Ketika kortisol dan epinefrin dilepaskan, hepar menghasilkan lebih banyak glukosa untuk energi pada respon stres. f. Tahapan stres Menurut Yosep & Iyus (2009), gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan timbulnya dan seringkali kita tidak menyadari. Namun meskipun demikian dari pengalaman praktik psikiatrik, parah ahli mencoba membagi stres tersebut dalam enam tahapan. Setiap tahapan memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang di rasakan oleh yang bersangkutan, hal mana berguna bagi seseorang dalam rangka mengenali gejala stres sebelum memeriksakannya ke dokter. Petunjuk-petunjuk tahapan stres tersebut sebagai berikut : 1. Stres tingkat I Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan bisa disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut : a. Semangat besar. b. Penglihatan tajam tidak sebagai mana biasanya. 15 c. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya. Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lalu bertambah semangat, tapi tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis. 2. Stres tingkat II Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut a. Merasa letih sewaktu bangun pagi. b. Merasa lelah sesudah makan siang. c. Merasa lelah menjelang sore hari. d. Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebardebar. e. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher). f. Perasaan tidak bisa santai. 16 3. Stres tingkat III Pada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan gejala-gejala : a. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang) b. Otot-otot terasa lebih tegang. c. Perasaan tegang yang semakin meningkat. d. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun di malam hari dan sukar tidur kembali atau bangun terlalu pagi). e. Badan terasa goyang, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan) Pada tahap ini penderita sudah harus berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan harus di kurangi, dan tubuh dapat kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi, guna memulihkan suplai energi. 4. Stress tingkat IV Tahapan ini sudah menunjukan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit. b. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit. c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat. 17 d. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan, dan seringkali terbangun dini hari. e. Perasaan negativistik. f. Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam. g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengetahui mengapa. 5. Stress tingkat V Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV di atas, yaitu : a. Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaition ) b. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu. c. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan sering ke belakang. d. Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik. 6. Stress tingkat VI Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan : 18 a. Debar jantung terasa amat keras,hal ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena stress tersebut sangat tinggi dalam peredaran darah. b. Nafas sesak, megap-megap. c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran. d. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan, atau collaps 2. Hipertensi 1. Definisi Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh, kemampuan meregang dinding pembuluh darah. Tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri sewaktu darah disemprotkan ke dalam pembuluh tersebut selama sistol disebut tekanan sistolik. Tekanan minimal di dalam arteri ketika darah mengalir keluar menuju ke pembuluh yang lebih kecil di hilir sewaktu diastol disebut tekanan sistolik (Sherwood, 2011). 2. Epidemiologi Angka kejadian hipertensi masih sangat tinggi. Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi esensial dimana tidak diketahui penyebabnya (Smeltzer, 2002). Di Amerika Serikat dikatakan bahwa usia 50-60 tahun prevalensinya sekitar 35% yang 19 meningkat menjadi 50% pada usia diatas 69 tahun. Penelitian pada 300.000 populasi berusia 65-115 tahun (rata-rata 82,7 tahun) yang dirawat di institusi lanjut usia didapatkan prevalensi hipertensi pada saat mulai dirawat sebesar 32%. Dari penderita tersebut 70% diberikan obat anti hipertensi dan sudah mengalami komplikasi akibat penyakitnya, diantaranya, penyakit jantung koroner (26%), penyakit jantung kongestif (22%) dan penyakit serebrovaskuler (29%). Hasil analisa The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) blood pressure data, hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori: a. 26% pada populasi muda (umur ≤50 tahun), terutama pada lakilaki (63%) yang biasanya didapatkan lebih banyak IDH dibanding ISH. b. 74% pada populasi tua (umur > 50 tahun), utamanya pada wanita (58%) yang biasanya didapatkan lebih banyak ISH dibanding IDH (Setiati, 2015). 3. Etiologi & klasifikasi Menurut Hariwijaya (2007) Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu : a. Hipertensi primer atau esensial Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum di ketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut 20 berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, stres psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, kegemukan dan heriditas (keturunan). Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah kembali normal. Sekitar 90 % pasien hipertensi termasuk dalam kategori ini. b. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder yang penyebabnya telah di ketahui umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat di sebabkan oleh penyakit endokrin, penyakit jantung. Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon efinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Menurut The Seventh Report of The Join National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (tabel 1). 21 Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII Klasifikasi Hipertensi TDS (mmHg) TDD (mmHg) Normal < 120 Dan <80 Prehipertensi 120-139 Atau 80-89 Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99 Hipertensi derajat 2 ≥160 Atau ≥100 Sumber: JNC VII Keterangan: TDS = Tekanan Darah Sistolik TDD = Tekanan Darah Diastolik 4. Patofisiologi Menurut Setiati dkk,2015 Penyebab-penyebab hipertensi ternyata sangat banyak. Tidak bisa diterangkan hanya dengan satu faktor penyebab. Memang betul pada akhirnya kesemuanya itu akan mennyangkut kendali natrium (Na) di ginjal sehingga tekanan darah meningkat. Ada 4 faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi : a. Peran volume intravaskular b. Peran kendali saraf autonom c. Peran renin angiotensin aldosteron (RAA) d. Peran dinding vaskular pembuluh darah. 22 Peran volume intravaskular Menurut kaplan tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR (total perpiheral resistance, tahanan total perifer) yang masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor. Volume intravaskular merupakan determinan utama untuk kestabilan tekanan darah dari waktu ke waktu. Tergantung keadaan TPR apakah dalam posisi vasodilatasi atau vasokontriksi. Bila aspa NaCl meningkat, maka ginjal akan merespon agar eksresi garam keluar bersama urine ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya mengeksresi NaCl ini melebihi ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi h2O sehingga volume intravaskular meningkat. Pada gilirannya CO atau CJ juga akan meningkat, akibatnya terjadi ekspansi volume intravaskular, sehingga tekanan darah akan meningkat. Seiring dengan perjalanan waktu TPR juga akan meningkat, lalu secara berangsur CO atau CJ akan turun menjadi normal lagi akibat autoregulas. Bila TPR vasokontriksi tekanan darah akan meningkat. Peran kendali saraf autonom Persarafan autonom ada dua macam, yang pertama ialah sistem saraf simpatis, yang mana saraf ini yang akan menstimulasi 23 saraf viseral (termasuk ginjal) melalui neurotransmiter : katekolamin, epinefrin, maupun dopamin. Sedang saraf parasimpatis adalah yang menghambat stimulasi saraf simpatis. Regulasi simpatis dan parasimpatis berlangsung independen tidak dipengaruhi oleh kesadaran otak, akan tetapi terjadi secara automatis mengikuti siklus sikardian. Karena pengaruh-pengaruh lingkungan misalnya genetik, stres kejiwaan, rokok, dan sebagainya, akan terjadi aktivasi sistem saraf simpatis berupa kenaikan ketekolamin, nor epinefrin (NE) dan sebagainya. Selanjutnya neurotransmiter ini akan meningkatkan denyut jantung (heart rate) lalu diikuti kenaikan CO atau CJ, sehingga tekanan darah akan meningkat dan akhirnya akan mengalami agregasi platelet. Peningkatan neurotransmiter NE ini mempunyain efek negatif terhadap jantung, sebab dijantung ada reseptor α1, β1, β2, yang akan memicu terjadinya keruskan miokard, hipertrofi dana aritmia dengan akibat progresifitas dari hipertensi aterosklerosis. Peran sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA) Adapun proses pembentukan renin dimulai dari pembentukan angiotensinogen yang dibuat dihati. Selanjutnya angiotensinogen akan dirubah menjadi angiotensin I oleh renin 24 yang dihasilkan oleh makula densa apparat juxta glomerulus ginjal. Lalu angiotensin I akan dirubah menjadi angiotensin II oleh enzim ACE (angiotensin converting enzyme). Akhirnya angiotensin II ini akan bekerja pada reseptor-reseptor yang terkait dengan tugas proses fisiologinya ialah direseptor AT1, AT2, AT3, AT4. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan 25 aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ). 26 5. Tanda dan Gejala Jika hipertensi karena faktor genetik tidak dikendalikan dengan baik, maka dapat menyebabkan kelainan pada jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah tubuh berupa aterosklerosis kapiler. Karena ada hubungan antara hipertensi, penyakit jantung koroner, dengan gagal ginjal khususnya gagal ginjal kronis. Munculnya hipertensi, tidak hanya di sebabkan oleh tingginya tekanan darah. Akan tetapi, ternyata juga karena adanya faktor risiko lain seperti komplikasi penyakit dan kelainan pada organ target, yaitu jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah. Hipertensi memang jarang muncul sendiri, lebih sering muncul dengan faktor lain. Bila satu atau lebih faktor resiko tersebut ada pada penderita hipertensi tentu akan meningkat resiko akibat hipertensi. Adapun gejala hipertensi yang mungkin di alami antara lain (Hariwijaya, 2007) : a. Sering pusing kepala b. Gampang marah c. Sulit tidur dan sering gelisah d. Sesak nafas e. Leher belakang sering kaku f. Gangguan penglihatan g. Sulit berkomunikasi 27 6. Diagnosis Dalam menegakan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang akan diambil. Algoritme diagnosis ini diadaptasi Dari Canadian Hypertension Education Program. The Canadian Recommendation for The Management of Hypertension 2014. (Soenarta dkk, 2015) HBPM : Home Blood Pressure Monitoring ABPM : Ambulatory Blood Pressure Monitoring Gambar 1. The Canadian Recommendation for The Management of Hypertension 2014. 28 7. Faktor Risiko Hipertensi Faktor risiko hipertensi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi pada masyarakat. Faktor risiko hipertensi terbagi dua yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah adalah faktor risiko yang dapat dicegah atau dikendalikan, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah faktor risiko yang tidak dapat dicegah atau dikendalikan. A. Faktor risiko Hipertensi yang tidak dapat diubah 1. Genetika Dinyatakan bahwa pada 70-80% kasus hipertensi essensial, didapatkan riwayat hipertensi didalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan inilah yang menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi (Gunawan, 2001). . 29 2. Umur Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Gunawan, 2001). 3. Jenis Kelamin Prevalensi penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum pria daripada kaum wanita, hal ini disebabkan pada umumnya yang bekerja adalah pria, dan pada saat mengatasi masalah pria cenderung untuk emosi dan mencari jalan pintas seperti merokok, mabuk minum-minuman alkohol, dan pola makan yang tidak baik sehingga tekanan darahnya dapat meningkat. Sedangkan pada wanita dalam mengatasi, masih dapat mengatasinya dengan tenang dan lebih stabil. Tetapi tekanan darah cenderung meningkat pada wanita setelah menopause daripada sebelum menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologi dan adanya perubahan dalam diri wanita tersebut. Hipertensi lebih sering ditemukan 30 pada pria terjadi setelah usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 (setelah menopause). Di Jawa Barat prevalensi hipertensi pada laki-laki sekitar 23,1% sedangkan pada wanita sekitar 6,5%. Pada usia 50-59 tahun prevalensi hipertensi pada laki-laki sekitar 53,8% sedangakan pada wanita sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi hipertensi sekitar 64,5% (Gunawan, 2001). 4. Ras atau Suku Bangsa Banyak penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah berbeda pada tiap-tiap ras atau suku bangsa. Di Amerika Serikat, kaum negro mempunyai prevalensi hipertensi 2 kali lipat lebih tinggi daripada kelompok kulit putih. Prevalensi ini 3 kali lebih besar pada pria kulit hitam dan 5 kali lebih besar untuk wanita kulit hitam. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan genetik antara ras yang berbeda sehingga membedakan (Gunawan, 2001). kerentanan terhadap hipertensi 31 B. Faktor Risiko Hipertensi Yang Dapat Diubah Menurut (Kurnia, 2007). 1. Obesitas Mereka yang memiliki lemak yang bertumpuk didaerah sekitar pinggang dan perut lebih mudah terkena tekanan darah tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki kelebihan lemak dipanggul dan paha. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah kombinasi antara tinggi dan berat badan untuk mengukur kadar kegemukan yang melibatkan seluruh berat badan. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Berat Badan (Kg) Indeks Massa Tubuh (IMT) = ------------------------------------------------Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan ideal bila IMT 20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT ≥ 27. 2. Konsumsi Garam Garam merupakan hal yang sangat netral dalam patofisiologis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam 32 yang minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gr perhari prevalensi hipertensi akan beberapa persen saja, sedangkan asupan garam 5-15 g per hari, prevalensi hipertensi meningkat 15-20 %. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti ole peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga akan kembali pada keadaan hemodinamik yang normal. 3. Konsumsi Rokok dan Kopi Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovasculer dan non kardiovasculer pada penderita hipertensi. Merokok dapat menghapus efektifitas beberapa obat antihipertensi, misalnya pengobatan hipertensi yang menggunakan terapi beta blocker dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke hanya bila pemakainya tidak merokok. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak, dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal, juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung. Kopi juga berakibat buruk pada penderita hipertensi karena kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Minum kopi lebih dari 33 empat cangkir kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg. 4. Konsumsi Alkohol Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi. Orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit. Menurut Hendra Budiman dari FK-UNIKA Atmajaya, pada penelitian epidemiologi dengan pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat bila intake alkohol diatas tiga gelas per hari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi alkoholnya tinggi, tekanan darah akan menurun dengan menurunnya konsumsi alkohol. 5. Stres Stres bisa bersifat fisik maupun mental, yang menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan lebih cepat, kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi dengan meningkatkan pengeluaran hormon dan kebutuhan otak terhadap darah akan meningkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Hubungan antara stres dan penyakit bukanlah hal baru, selama ber abad-abad 34 para dokter telah menduga bahwa emosi dapat mempengaruhi kesehatan seseorang secara berarti. Diawal tahun 1970, ada dugaan bahwa semua penyakit kesakitan yang terjadi, 60% nya berkaitan dengan stres. Berdasarkan temuan terbaru tentang interaksi pikiran-tubuh, diperkirakan bahwa sebanyak 80% dari dari semua masalah yang berkaitan dengan kesehatan disebabkan atau diperburuk oleh stres. 6. Olahraga Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam, ketika berolah raga secara teratur anda akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada mereka yang tidak melakukan olah raga. Hal ini sebagian disebabkan karena mereka yang berolah raga makan secara lebih sehat, tidak merokok, dan tidak minum banyak alkohol, meskipun olah raga juga tampaknya memiliki pengaruh langsung terhadap menurunnya tekanan darah . Sebaiknya melakukan olah raga yang teratur dengan jumlah yang sedang daripada melakukan olah raga berat tetapi hanya sesekali. Dengan melakukan gerakan yang tepat selama 30-45 menit atau lebih dari 3-4 hari perminggu dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan sistolik maupun diastolik. Selain dapat menurunkan tekanan darah,olah raga juga dapat 35 menurunkan berat badan,membakar lebih banyak lemak dalam darah dan memperkuat otot (Kurnia, 2007). 6. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program di tentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas sehubungan dengan terapi. a. Modifikasi Gaya Hidup Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut : 1. Teknik-teknik mengurangi stres 2. Penurunan berat badan 3. Pembatasan alkohol, natrium dan tembakau. 4. Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi). 5. Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. 36 b. Pengobatan dengan obat-obatan , (Corwin,2001) Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter. 1. Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid. 2. Penghambat Simpatetik Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Contoh obatnya adalah Metildopa, Klonidin dan Reserpin. 3. Betabloker Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. 37 Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati. 4. Vasodilator Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah sakit kepala dan pusing. 5. Penghambat enzim konversi Angiotensin Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas. 6. Antagonis kalsium 38 Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah. 7. Penghambat Reseptor Angiotensin II Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan. 3. Hubungan stres dengan kejadian tingkat hipertensi Stres merupakan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor. Faktor utama yang lebih berperan terhadap timbulnya 39 hipertensi tidak di ketahui dengan pasti. Pencegahan penyakit hipertensi yang efektif antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat. Stres adalah rasa takut dan cemas dari perasaaan dan tubuh kita terhadap perubahan di lingkungan. Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar pituitary otak mengirimkan ”alarm” dan hormon kekelenjar endokrin, yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang muncul. Secara alamiah yang kita rasakan adalah degup jantung yang berpacu lebih cepat, dan keringat dingin yang biasanya mengalir di tengkuk (Braverman, 2008). Memang dalam kondisi stres tubuh langsung menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang. Inilah sebabnya banyak dikatakan bahwa stres yang melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh biasanya. Akan tetapi, penyesuaian tubuh ini dapat menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikis. Adanya hormon adrenalin dan hidrokortison yang di hasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stres bila berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan rangkaian reaksi dari organ tubuh yang lain. Peneliatian di AS menemukan, enam penyabab utama kematian yang erat hubungannya denggan stres adalah penyakit jantung koroner, kanker, 40 paru-paru, kecelakaan, pengerasan hati dan bunuh diri (Hariwijaya, 2007). Perubahan fungsional tekanan darah pada beberapa tempat dapat disebabkan oleh stres akut, bila berulang secara intermiten beberapa kali, dapat menyebabkan suatu adaptasi struktural hipertropi kardiovaskuler. Bila stress berkepanjangan akan mempengaruhi tekanan darah pada penderita hipertensi. Stress akan mempengaruhi peningkatan tekanan darah, jika penderita hipertensi mengalami stress, cenderung akan tetap tekanan darahnya bahkan bisa bertambah tinggi atau menjadi berat tingkat hipertensinya. Bila ini terjadi pada tingkat vaskuler akan ada peningkatan tahanan (resistensi), yang disebabkan peningkatan rasio dinding pembuluh dengan lumennya. Hal ini kemudian mempertinggi pengaruh homodinamik tekanan. Kemungkinan besar bahwa faktorfaktor tropik neurohormonal adalah penting dalam perkembangan hipertensi jangka panjang yang mengikuti perpanjangan stres penginduksi hipertensi. Misalnya, suatu penelitian yang baru-baru ini menunjukkan bahwa angiotensin II, suatu hormon yang sering meningkat dalam situasi-situasi yang penuh stres, menyebabkan peningkatan sintesis protein dalam sedian sel otot polos vaskuler (pembuluh darah). Efek ini dapat menyebabkan hipertropi endothelial dan agaknya menurunkan ukuran lumen, sehingga menyebabkan 41 peningkatan tekanan. Disamping itu peningkatan atheroslerosis sering kali tampak pada orang setelah stres kronik penginduksi hipertensi, yang juga mengurangi lumen dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang irreversibel. Dengan munculnya teknik-teknik baru dalam bidang biologi seluler dan molekuler, mungkin akan ditemukan beberapa faktorfaktor penginduksi tekanan darah yang merangsang hipertropi dinding pembuluh darah 42 B. Kerangka Teori Stress Hormon adrenalin Stress kerja jantung berdenyut cepat Hipertensi Kortisol Kelenjar pituitary di otak mengeluarkan alarm & hormon ke kelenjar endokrin Vasokontriksi pembuluh darah Mengeluarkan hormon adrenalin & kortisol Gambar 2. Kerangka Teori 43 C. Kerangka Konsep Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas, maka dalam kerangka konsep penelitian ini adalah stres sebagai variable independen yang akan mempengaruhi variable dependen yaitu hipertensi. Skema kerangka konsep adalah sebagai berikut : Hipertensi Stress Stimulan Lingkungan Penyakit fisik Gambar 3. Kerangka Konsep Keterangan: : Variabel independen : Variabel dependen : Variabel perancu 44 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis untuk menjawab penelitian ini adalah : Ho : Tidak terdapat hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Hα : Terdapat hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan penelitian Jenis dari penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan penelitian yaitu Cross sectional pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau pada satu periode tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan maret 2017, dengan lokasi atau tempat penelitian yaitu Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan alasan : 1. Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah rumah sakit umum daerah kota kendari. 2. Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai tenaga kerja perawat yang memadai. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah seluruh objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Riyanto, 2011). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. 45 46 2. Sampel Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Riyanto,2011). Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik total sampling. 3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum untuk setiap populasi suatu target dan terjangkau akan diteliti (Riyanto,2011). Adapun kriteria iklusi yang akan diteliti : 1) Perawat PNS/non-PNS di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 2) Bersedia menjadi responden b. Kriteria Ekslusi Kriteria ekslusi adalah keadaan yang menyebabkan seseorang memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat diikut sertakan dalam penelitian (Riyanto,2011). Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah : 1) Perawat yang tidak berada ditempat pada saat dilakukannya penelitian. 2) Perawat yang tidak bersedia menjadi responden 47 D. Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen dan alat Instrumen dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kuosioner stress, Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) b. Tensi meter air raksa untuk mengukur tekanan darah yang dilakukan secara auskultasi dengan stetoskop dalam satuan mmHg. 2. Sumber Data a. Data primer Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner dan berisikan data karakteristik responden serta data mengenai pengukuran tekanan darah dengan menggunakan stetoskop dan tensi meter air raksa (spigmomanometer). b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh instansi atau badan terkait yang berhubungan dengan penelitian ini untuk melaksanakan dan melengkapi penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 48 3. Cara Kerja Pada tahap awal permohonan izin pelaksanaan penelitian diajukan pada Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Setelah mendapat izin, peneliti melakukan pengumpulan data awal dan penelitian. Adapun cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Prosedur pengumpulan data di mulai dengan mendata nama-nama perawat yang ada di masing-masing ruangan. 2. Peneliti kemudian melakukan pengambilan data dengan berkunjung ke setiap ruangan. 3. Peneliti kemudian melakukan wawancara menggunakan kuosioner Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42). 4. Peneliti kemudian melakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan stetoskop dan tensi meter air raksa (spigmomanometer) . 5. Setelah responden selesai menjawab pertanyaan berdasarkan kuesioner DASS dan tekanan darahnya telah diukur, maka seluruh data dikumpul untuk dianalisi. 49 4. Etika Penelitian Setelah penelitian ini mendapatkan izin dari pihak Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara terlebih dahulu peneliti memberi lembar persetujuan pada responden dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. Setelah itu penelitian dapat dimulai bila responden bersedia menandatangani lembar persetujuan dan apabila responden tidak bersedia maka peneliti tidak boleh memaksa dan menghormati keputusannya. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dirahasiankan oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. E. Definisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif 1. Tekanan Darah 1) Definisi Operasional Hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan secara indirect menggunakan stetoskop dan tensi meter air raksa (spigmomanometer). 2) Kriteria Objektif Klasifikasi tekanan darah menurut The Seventh Report of The Join National Committee (JNC VII). Normal : TDS <120 mmHg dan/atau TDD <80 mmHg Hipertensi : TDS 140-159 mmHg dan/atau TDD 90-99 mmHg 50 2. Stress 2) Definisi Operasional Stres adalah suatu tekanan fisik maupun psikis atau kejadian yang tidak menyenangkan yang terjadi pada diri dan lingkungan di sekitar berlangsung terus menerus sehingga kita tidak dapat mengatasinya secara efektif. 3) Kriteria Objektif Menurut kuosioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). Tidak ada stres = < 14 Stres = > 14 3. Usia 1)Definisi Operasional Usia adalah data yang diambil dari responden berupa satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan responden sejak dia lahir hingga sekarang 2) Kriteria Objektif Usia tidak beresiko hipertensi: <35th Usia beresiko: > 35 th 51 F. Alur Penelitian Adapun alur dari penelitian ini dijelaskan sebagai berikut : Populasi perawat Sampel yang memenuhi kriteria inklusi Penandatanganan informed concent Melakukan pengisian kuosioner Melakukan pengukuran tekanan darah Analisis data Penarikan kesimpulan Gambar 4. Alur Penelitian Hubungan Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. G. Tehnik Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu analisis univariat dan analisis bivariat: 1. Analisis Univariat Analisis data dilakukan pada tiap tabel dari hasil penelitian dan pada umumnya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi dari 52 variabel-variabel yang diamati sehingga dapat mengetahui gambaran tiap variabel. 2. Analisis Bivariat Digunakan untuk mengetahui Hubungan Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Analisis Bivariat yang digunakan adalah square jika data tidak memenuhi syarat uji Chi Chi square maka digunakan uji Fisher sebagai alternatifnya. Interperetasi hasil : a) Ho ditolak jika p value< , berarti ada Hubungan Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. b) Ho diterima jika p value≥ , berarti tidak ada Hubungan Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Gambar 5. RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Sejak bulan Oktober 2012 RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara telah menempati lokasi baru di jalan P. Tendean Kecamatan Baruga Kendari dengan luas lahan mencapai 170.000 m2. Semua bangunan yang telah dioperasikan mempunyai tingkat aktivitas yang sangat tinggi. Disamping kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien, kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah kegiatan administrasi, pengelolaan makanan, pemeliharaan/perbaikan instalasi listrik dan air, kebersihan dan lain-lain, dengan batas-batas wilayah : 53 54 a. Sebelah utara : BTN Beringin b. Sebelah timur : Kantor Laboratorium Pertanian c. Sebelah selatan : Jalan Pierre Tendean d. Sebelah barat : Polsek Baruga 2. Sarana dan Prasarana Sarana kesehatan terdiri dari rawat jalan, rawat inap, instalasi dan pelayanan penunjang medik. Pelayanan rawat jalan terdiri dari: poli klinik penyakit dalam, poli klinik kesehatan anak, poli klinik bedah, poli klinik THT, poli klinik mata, poli klinik kulit dan kelamin, poli klinik kesehatan gigi dan mulut, poli klinik neurologi, poli klinik kandungan dan kebidanan, poli klinik jantung dan kardiovaskuler, dan poli klinik gizi. Sedangkan perawatan rawat inap terdiri dari: ruang perawatan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, THT, mata, kulit dan kelamin, gigi dan mulut, neurologi, penyakit kandungan, perawatan intensif, prenatologi, sedangkan instalasi terdiri dari instalasi gawat darurat dan instalasi rehabilitasi medik. Pelayanan penunjang antara lain terdiri dari: patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, farmasi, dan pelayanan lain seperti binatu, ambulans, dan perawatan serta pengaturan jenazah ( Profil RSUB Prov. Sultra, 2013). 55 B. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Bahteramas 9 Juni sampai dengan 19 Juni 2017. Responden dalam penelitian ini adalah semua perawat PNS/non PNS yang ada di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Responden yang didapatkan sebanyak 148 orang. 1. Analisis Univariat a. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari, karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Jumlah (n) 17 131 148 Persentase (%) 11.5 88,5 100.0 Sumber : Data Primer, Juni 2017 Dari tabel diatas dapat dikemukakan bahwa dari 148 responden di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari, responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 responden (11,5%) dan perempuan sebanyak 131 responden (88,5%). b. Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari, karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut: 56 Tabel 3.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Usia <35 tahun ≥35 tahun Total Jumlah (n) 89 59 148 Persentase (%) 60,1 39,9 100.0 Sumber : Data Primer, Juni 2017 Dari tabel diatas dapat dikemukakan bahwa dari 148 responden di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari, responden yang berusia <35 tahun sebanyak 89 responden (60,1%) dan responden yang berusia ≥35 tahun sebanyak 59 responden (39,9%). c. Distribusi stres pada perawat Berdasarkan kuisioner Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) dari 148 responden, didapatkan data gambaran stres pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.Distribusi Stres Pada Perawat Stres Stres Tidak ada stres Total Jumlah (n) 63 85 148 Persentase (%) 42,6 57,4 100.0 Sumber : Data Primer, Juni 2017 Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 148 responden di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari responden yang mengalami Stres sebanyak 63 orang (42,6%) dan responden yang tidak mengalami stres sebanyak 85 orang (57,4%). 57 d. Distribusi Tekanan Darah Pada Perawat Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter air raksa pada Perawat yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.Distribusi Hipertensi pada Perawat Fungsi Kognitif Jumlah (n) Hipertensi 66 Tidak Hipertensi 82 Total 148 Persentase (%) 44.6 55.4 100.0 Sumber : Data Primer, Juni 2017 Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 148 responden di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari responden yang mengalami hipertensi sebanyak 66 orang (44,6%), dan perawat yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 82 (55,4%). 2. Analisis Bivariat Pada analisis bivariat menguraikan tentang hubungan antara variabel independen dengan dependen yaitu stres dengan hipertensi pada pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari Tabel 6. Hubungan stres dengan Hipertensi Tekanan darah Variabel Total Tidak hipertensi hipertensi Stres N % N % n % 37 28.1 26 34,9 63 42,6 Stres 29 37.9 56 47.1 85 57,4 Tidak stres p value 0.004 Sumber: Data Primer, Juni 2017, nilai p menggunakan uji Chi Square Dari tabel di atas dapat dikemukakan dari 148 responden, responden yang mengalami stres dan hipertensi sebanyak 37 orang 58 (28.1%) , sedangkan responden yang mengalami stres dan tidak hipertensi sebanyak 26 orang (34,9%). Sedangkan responden yang tidak mengalami stres dan hipertensi sebanyak 29 orang (37.9%) dan responden yang tidak mengalami stres dan tidak hipertensi sebanyak 56 orang (47.1%) C. Pembahasan Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan stres dengan hipertensi pada Perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari. Responden dalam penelitian adalah perawat yang Perawat PNS/non-PNS . Dari 273 perawat, di dapatkan 148 responden yang masuk dalam kriteria inklusi dan 125 responden tidak ada di tempat pada saat dilakukan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan uji statistik Chi-square. Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) yang terdiri dari 14 item pertanyaan. Dari 148 responden di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari responden yang mengalami Stres sebanyak 63 orang dan responden yang tidak mengalami stres sebanyak 85 orang Stres yang terjadi pada perawat di akibatkan oleh beberapa faktor diantaranya : stress karena pekerjaan, masalah rumah tangga, hubungan interpersonal sesama perawat dan stress yang terjadi pada perawat berdasarkan kuosioner tergolong stress ringan-sedang. 59 Berdasarkan pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter air raksa dan spygmomanometer dari 148 responden di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari responden yang mengalami hipertensi sebanyak 66 orang dan perawat yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 82. Hipertensi yang terjadi pada perawat adalah hipertensi sekunder, Hipertensi sekunder yang penyebabnya telah di ketahui, umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. Stres merupakan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor. Faktor utama yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak di ketahui dengan pasti. Pencegahan penyakit hipertensi yang efektif antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat. Stres adalah rasa takut dan cemas dari perasaaan dan tubuh kita terhadap perubahan di lingkungan. Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar pituitary otak mengirimkan ”alarm” dan hormon kekelenjar endokrin, yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang muncul. Secara alamiah yang kita rasakan adalah degup jantung yang berpacu lebih cepat, dan keringat dingin yang biasanya mengalir di tengkuk 60 (Braverman, 2008). Memang dalam kondisi stres tubuh langsung menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang. Inilah sebabnya banyak dikatakan bahwa stres yang melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh biasanya. Akan tetapi, penyesuaian tubuh ini dapat menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikis. Adanya hormon adrenalin dan hidrokortison yang di hasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stres bila berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan rangkaian reaksi dari organ tubuh yang lain. Peneliatian di AS menemukan, enam penyabab utama kematian yang erat hubungannya denggan stres adalah penyakit jantung koroner, kanker, paru-paru, kecelakaan, pengerasan hati dan bunuh diri (Hariwijaya, 2007). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perempuan mengalami stress lebih besar daripada laki-laki. Karena perempuan memiliki emosi yang meledak-ledak daripada laki-laki, pada penelitian ini dapat menunjukkan bahwa perawat perempuan lebih stres daripada perawat laki-laki. Selain itu, perempuan yang telah menikah akan menghadapi konflik peran antara peranannya sebagai perawat bertugas merawat pasiennya sekaligus sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi keluarganya, perawat perempuan cenderung menggunakan perasaan dalam hubungan interpersonal sesama perawat. Variabel ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh syamsiar 2007. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perempuan mengalami hipertensi lebih besar daripada laki-laki. Karena 61 tekanan darah cenderung meningkat pada wanita setelah menopause daripada sebelum menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologi dan adanya perubahan dalam diri wanita tersebut. Variabel ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh syamsiar 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres pada perawat yang berumur dibawah <35 tahun lebih banyak mengalami stres daripada perawat yang berumur ≥35 tahun. Perawat yang berumur ≥35 tahun dapat dikatakan lebih memiliki kemampuan untuk mengendalikan stres. Perawat yang berumur lebih tua akan semakin menunjukkan kematangan jiwa lebih bijak dan lebih rasional dalam mengendalikan emosi. Semakin toleran terhadap pandangan dan perilaku yang berbeda darinya dan semakin dapat menunjukkan kematangan intelektual dan psikologinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sutarto wijono bahwa responden yang berumur ≥35 tahun mengalami tingkat stres lebih rendah daripada responden yang berumur <35 tahun. Variabel ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh syamsiar 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipertensi pada perawat yang berusia ≥35 tahun lebih banyak daripada perawat yang berusia <35 tahun. Karena Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Variabel ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh syamsiar 2007. 62 Hasil penelitian pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari yang dilakukan oleh peneliti bermakna dengan nilai p=0,004. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Berdasarkan penelitian Mahmudi terdapat hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi pada tahun 2012. D. Keterbatasan Penelitian Adapun kelemahan dan kekurangan yang di alami selama pelaksanaan penelitian: 1) beberapa responden tidak diteliti dikarenakan responden berada di luar rumah sakit. 2) Penelitian ini hanya menilai suatu keadaan dalam suatu saat tertentu saja. Ada kemungkinan terjadinya bias karena faktor kesalahan interpretasi responden dalam memahami maksud dari pertanyaan sebenarnya. 3) Jawaban responden tergantung pada pemahaman responden terhadap pertanyaan kuesioner. 4) Beberapa responden tidak bersedia karena kesibukan pekerjaan contohnya di IGD, peneliti tidak dapat melakukan penelitian karena tidak mendapatkan izin dari kepala ruangan. 5) Ada beberapa ruangan tidak terdapat perawat seperti di ruangan delima, NICU dan Laika Obgyn hanya terdapat bidan. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Angka kejadian stres pada perawat sebanyak (43,6%) dan yang tidak mengalami stres sebanyak (56,4%) di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari 2. Angka kejadian hipertensi pada perawat sebanyak (40,9 %), dan lanjut usia yang tidak mengalami hipertensi sebanyak (59,1%) di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari B. Saran Perlu tindak lanjut dari pengelola Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari untuk lebih memperhatikan psikologis perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari. Untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di masyarakat agar didapatkan hasil yang lebih presentatif. 63 64 DAFTAR PUSTAKA American Institute of Stress. 2010. Stress, Definition of Stressor, and What is Stress?. USA : American Institute of Stress. American Institute of Stress.2012. Stress Effect. Texas: The American Institute of Stress. American Psychological Association. 2013. Stress In America. Missing the Health Care Connection. American Psychological Association. 2007. Stress: A Major Health Problem. USA: American Psychological Association. Atkinson & Hilgard. 1996 . Hilgard ‘s Introductionto Psychology. Sandiego, New York. Bethesda, S. 2007. Data Hipertensi. Diakses dari http://www. Dethesdastoke. Pada Tanggal 12 Desember 2011. Braverman, E. R. 2008. Penyakit Jantung Dan Penyembuhannya Secara Alami. Jakarta: Gramedia. Bruner & Sudarth. 2002. Kedokteran Bedah Edisi VIII. Jakarta: EGC. Corwin, E. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. Diperoleh dari Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2015. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Kendari: Dinkes Provinsi Sultra. Girsang, D. 2013. Hipertensi. http://kardioipdrscm.com/5891/berita-dan- informasi/hari-kesehatan-dunia-2013-kampanye-papdi-melawanhipertensi/. 65 Gunawan. 2001. Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia. Hariwijaya, M. 2007. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Kronis. Jakarta: Edsa Mahkota. Hidayat, A. A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, B. A. 2012. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Kurnia, R. 2007. Karakteristik Penderita Hipertensi yang di Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang Sumatra Barat Tahun 2002-2006. Diakses dari http//Prepository.usu.ac.id. Pada Tgl 22 Januari 2012. Mahmudi, Ali. 2012. Hubungan Stres dengan Kejadian Tingkat Hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012.Bengkulu: STIKES Dehasen Bengkulu. Marliani, L. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: Elek Media Komputindo. Nevid, J. S., Rathus, S. A., Beverly, G. 2002. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. Rice, C. L. 2008. Reducing Anxiety in Middle School and High School Students : A Comparison of Cognitive-Behavioral Therapy and Relaxation Training Approach. Dissertation. The Faculty of Department Special Education, Rehabilitation, and School Psychology, University of Arizona. Sadock, B.J., Sadock, V.A., Ruiz, P., 2015. Kaplan & Sadock : Synopsis of Psychiatry. Philadelphia, Wolters Kluwer Health. Setiati, siti. Et al. 2015. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. 66 Sherwood, L. 2011. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC. Smeltzer, S,C. 2001, Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Soenarta, A,A. Et, al. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Sriati, A. 2008. Tinjauan Tentang Stres. Jatinagor: Universitas Padjajaran. Weinberg. Robert, S., Gould, Daniel. 2003. Foundations of Sport and Exercise Psychology, 3rd edition. Champaign, IL: Human Kinetics. Yosep & Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Rapika Aditama. 67 Lampiran 1. Riwayat Hidup RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Ahmad Chaer Darwis dilahirkan di Pinrang, 31 Maret 1994 dan merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Darwis S.Ali dan Halimah, S.Pi Penulis mengawali pendidikan formal pada SDN 5 Pinrang dan tamat pada tahun 2006, kemudian melanjutkan jenjang pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Kendari dan lulus pada tahun 2009. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN 4 Kendari dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, Penulis diterima di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo. Penulis masuk Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Halu Oleo (UHO) melalui jalur kemitraan pada tahun 2012. Selama menjalani pendidikan akademik, penulis pernah mengikuti organisasi, Anggota TIM Bantuan Medis (TBM) Fakultas kedokteran Universitas Halu Oleo. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran UHO, penulis melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Stres Dengan Hipertensi Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran. 68 Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Umur : Tanggal lahir : Alamat : Telp : Ruangan : Lama Kerja : Riwayat Kerja : Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran universitas Halu Oleo yang bernama : Ahmad Chaer Darwis (K1A1 12 075) dengan judul: Hubungan Antara Stres Dan Hipertensi Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Bahteramas”. Saya memahami penelitian ini dimaksudkan untuk kepentingan ilmah dalam rangka penyusunan skripsi bagi peneliti dan tidak merugikan saya serta jawaban yang saya berikan akan dijaga kerahasiaannya. Dengan demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Kendari, 2017 Mengetahui, yang menyatakan Peneliti Responden Ahmad Chaer Darwis (......................................) 69 LAMPIRAN 3. KUESIONER KUESIONER DEPRESSION ANXIETY STRESS SCALE Petunjuk Pengisian Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan No 1 PERNYATAAN Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele. 2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi. 3 Saya merasa sulit untuk bersantai. 4 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal. 5 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas. Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika 6 mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu). 7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung. 8 Saya merasa sulit untuk beristirahat. 9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah. 10 11 12 13 14 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal. Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan. Saya sedang merasa gelisah. Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan. Saya menemukan diri saya mudah gelisah. 0 1 2 3 70 pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu: 0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah. 1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang. 2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering. 3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali. Selanjutnya, Saudara/saudari diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Saudara/saudari selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Saudara/saudari yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Saudara/saudari. Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih. 71 Lampiran 4. Master Tabel Penelitian NO INISIAL JK USIA RUANGAN STRESS TEKANAN DARAH 1 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. Wb Syt Mrn Tr Hsn Snh Sh Spn Srw Smr Tsb Drm Rsm Bk Krr Sjd Snt Mr Ym Bl Shy Mn Skd Gsm Kni Nwj Imr Abh Gn Bhr Hsn Ajm Ndg Hwn Mnd Mmn Ktm Ki Hmn Mbl .Mra Jbr Spr Dm Tns Mdm Hrt Ln Nn Dwf Srp Mns Ndu 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU ICU/ICCU Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Asoka Anggrek 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 72 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 Dn Amt Gld Ldi Lmg Mj Nk Ar Fm Rr Vl Bh M Is It Fl Np Ro Iw Gn Fa Am Tk Tr Em Rr Aw Zy Fa Aa Dk Cd Kk Rj Fz Ma Tr Av Tu Wh Ap Tg Af Fd Ef De Am Gr Fr Nm Gl Je Aa Ab Ki Uh Be Rb 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.1 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 73 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 Ca Pu Ri Gc Ck Mb Pt Lm Nk An Dh Sy Nh Me Ee Bt Da Oa Pt Lc Cj At Ra Ns As Ma Cso Rs Hi Nn Yh Aw Bn Pap Pda Es Ss 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Mawar Lt.2 Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Laika A & B Keterangan: Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Usia 1. <35 tahun 2. ≥ 35 tahun Kecemasan 1. stress = ≥ 14 2. tidak ada stress = < 14 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 74 Tekanan Darah 1. Hipertensi: Tekanan darah ≥140 mmHg (tekanan sistolik) dan atau ≥90 mmHg (tekanan diastolik). 2. Tidak Hipertensi: Tekanan darah ≤ 140 mmHg (tekanan sistolik) danatau ≤ 90 mmHg (tekanan diastolik). 75 Lampiran 5. Hasil Analisis Data Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N stres * TD Missing Percent 148 100,0% N Total Percent 0 0,0% N Percent 148 100,0% stres * TD Crosstabulation TD hipertensi stres stres Count 26 63 28,1 34,9 63,0 % within stres 58,7% 41,3% 100,0% % within TD 56,1% 31,7% 42,6% % of Total 25,0% 17,6% 42,6% 29 56 85 37,9 47,1 85,0 % within stres 34,1% 65,9% 100,0% % within TD 43,9% 68,3% 57,4% % of Total 19,6% 37,8% 57,4% 66 82 148 66,0 82,0 148,0 44,6% 55,4% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 44,6% 55,4% 100,0% Count Expected Count Total Total 37 Expected Count tidak stres tidak hipertensi Count Expected Count % within stres % within TD % of Total 76 Chi-Square Tests Asymptotic Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) df a 1 ,003 7,903 1 ,005 8,924 1 ,003 8,871 b Significance (2- Fisher's Exact Test ,004 Linear-by-Linear Association 8,811 N of Valid Cases 1 ,003 148 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28,09. b. Computed only for a 2x2 table FREQUENCIES VARIABLES=TD stres JK usia /ORDER=ANALYSIS. Frequencies Statistics TD N Valid Missing stres JK usia 148 148 148 148 0 0 0 0 Frequency Table TD Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent hipertensi 66 44,6 44,6 44,6 tidak hipertensi 82 55,4 55,4 100,0 148 100,0 100,0 Total ,002 77 stres Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent stres 63 42,6 42,6 42,6 tidak stres 85 57,4 57,4 100,0 148 100,0 100,0 Total JK Cumulative Frequency Valid laki-laki Percent Valid Percent Percent 17 11,5 11,5 11,5 perempuan 131 88,5 88,5 100,0 Total 148 100,0 100,0 Usia Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent tidak berisiko 89 60,1 60,1 60,1 berisiko 59 39,9 39,9 100,0 148 100,0 100,0 Total 78 Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian Wawancara menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42). 79 Pengukuran Tekanan Darah menggunakan tensi meter air raksa 80 Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari 81 Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Oleh Badan Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara 82 Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Oleh Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari