PERBANDINGAN EFEK PEMBERIAN JUS BUAH APEL HIJAU (Mallus sylvestris Mill.) DAN JUS BUAH APEL MERAH (Mallus domestica Borkh.) TERHADAP GANGGUAN TOLERANSI GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN AKIBAT EFEK SAMPING DEKSAMETASON ARTIKEL SKRIPSI Oleh LIA KUSNUL KHOTIMAH NIM. 050112a045 PROGRAM STUDI ILMU FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS, 2016 2 erbandingan Efek Pemberian Jus Buah Apel Hijau (Mallus sylvestris Mill.) dan Jus Buah Apel Merah (Mallus domestica Borkh.) Terhadap Gangguan Toleransi Glukosa Darah Pada Tikus Putih Jantan Akibat Efek Samping Deksametason Lia Kusnul Khotimah Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Latar Belakang : Deksametason merupakan obat penting dalam dunia pengobatan, karena memiliki efek farmakologis luas namun efek sampingnya pun luas, salah satunya menyebabkan kondisi hiperglikemia. Buah Apel diketahui memiliki kandungan flavonoid yang dapat mengatasi kondisi hiperglikemia. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas flavonoid buah apel hijau dan buah apel merah dalam menurunkan kandungan gula darah. Metode : Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan pre-post test control group design. Sampel terdiri dari 24 ekor tikus yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok negatif (aquadest), kelompok perlakuan (jus buah apel hijau dan apel merah). Pengukuran kadar gula darah dilakukan pada hari ke-0, ke7 dan ke-14 melalui vena perifer ekor. Data diperoleh dari selisih kadar gula darah hari ke-7 dan ke-14, kemudian dianalisis menggunakan SPSS versi 20. Hasil : Pada pemberian jus buah apel hijau dan apel merah masing-masing memiliki p-value < 0,05 dibandingkan dengan kontrol negatif, yang berarti ada perbedaan bermakna. Pada pemberian jus buah apel merah memiliki ̅ = 130 dan jus buah apel hijau memiliki ̅ = 108,71, berdasarkan uji statistik memiliki pvalue 0,005 (< 0,05) yang berarti ada perbedaan bermakna dalam menurunkan kadar gula darah. Hal ini menunjukkan bahwa buah apel hijau memiliki kandungan flavonoid lebih tinggi dibanding buah apel merah. Simpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian buah apel hijau lebih efektif menurunkan kadar gula darah dibandingkan dengan apel merah. Kata kunci : Flavonoid, Apel Merah, Apel Hijau, Antihiperglikemik, Deksametason Kepustakaan : 54 (1986 – 2016) 3 ABSTRACT Background: Dexamethasone is an important drug in the world of medicine, because it has a wide pharmacological effect but it also has many side effect, one of the side effect is hyperglycemia. Apples are known to have flavonoids which can cope with the condition of hyperglycemia. Objective : This study aims to compare the effectiveness of flavonoid in green apples and red apples in lowering blood sugar levels. Methods: This observation was a pure experimental by using pre and post test control group design. The sample consisted of 24 male mice divided into 3 groups: negative control (Aquadest), the treatment group (juice of green apple and red apple). Measurement of blood sugar levels was done on day 0, 7th and 14th through a peripheral vein in the tail. The data were got from the difference in blood sugar levels on day 7th and 14th, and then were analyzed by using SPSS version 20. Results: In giving the green apple juice and red apple juice each had a p-value <0.05 compared to the negative control, which means a significant difference. In giving a red apple juice had ̅ = 130 and green apple juice had ̅ = 108.71, based on statistical test had a p-value of 0.005 (<0.05), which means a significant difference in lowering blood sugar levels. It shows that the green apple had higher flavonoid content than red apples. Conclusion: The results show that the administration of green apple fruit is more effective in lowering blood sugar levels compared to red apples. Keywords : Flavonoids, Red Apples, Green Apples, Antihyperglycemic, Dexamethasone Bibliographies : 54 (1986 – 2016) 4 PENDAHULUAN Gangguan toleransi glukosa adalah keadaan dimana kadar gula darah di atas normal tetapi tidak terlalu tinggi untuk dikatakan sebagai penyakit diabetes melitus. Penyakit diabetes melitus yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau kencing manis yang terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik. Diabetes melitus merupakan suatu gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan adanya hiperglikemik kronik (Guyton dan Hall, 2000). Deksametason termasuk golongan obat penting dalam dunia pengobatan, karena memiliki aksi farmakologis yang luas, sehingga sering digunakan dalam berbagai penyakit. Tapi disisi lain, karena tempat aksinya luas, efek sampingnya pun luas dan tidak kurang berbahayanya, yaitu antara lain: dispepsia; peptic ulcer; retak atau patah pada vertebral; chusing sindrom; euforia; depresi; insomnia; meningkatkan tekanan intrakranial; schizoprenia; dan galukoma (BNF 57). Penggunaan deksametason juga diketahui memiliki efek metabolik, antara lain dapat menyebabkan retensi insulin, menyebabkan peningkatan glukoneogenesis hepar, meningkatkan lipolisis pada jaringan adiposa, meningkatkan katabolisme protein menjadi asam amino, penurunan uptake dan penggunaan glukosa pada jaringan perifer seperti otot rangka dan jaringan adiposit, menurunkan kemampuan insulin menstimulasi translokasi/perpindahan GLUT4 dari sitoplasma ke permukaan sel. Keadaan-keadaan tersebut dapat mempengaruhi kadar glukosa darah dan memicu terjadinya hiperglikemia (Neal, 2002). Buah Apel menurut penelitian di Institute Kanker Nasional Amerika Serikat apel memiliki kandungan flavonoid tertinggi dibandingkan dengan buah lainnya.Flavonoid memiliki aktivitas menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan sekresi insulin dan mmeningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin (Adeneye dan Agbaje, 2008). Dalam jurnal Hanshella (2005) dinyatakan bahwa flavonoid dapat berfungsi sebagai antihiperglikemik. Flavonoid juga merupakan antioksidan yang membantu menurunkan kadar glukosa dalam darah (Hernano dan Rahardjo, 2005). Berawal dari penelitian yang dikemukakan di atas dan banyaknya ragam jenis buah yang di konsumsi oleh masyarakat, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang perbandingan efektifitas flavonoid jus buah apel hijau (Mallus sylvestris Mill.) dan buah apel merah (Mallus domestica Borkh.) terhadap gangguan toleransi kadar gula darah akibat efek samping deksametason. METODE PENELITIAN A. Alat dan bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat glukotest dan strip glukotest, sonde lambung, spuit injeksi, labu takar, beker gelas, gelas ukur, mortir, stamper, kompor, timbangan analitik dan digital, blender, kain flanel, scapel, pengaduk, sendok tanduk. 5 Bahan-bahan yang digunakan antara lain CMC Na, deksametason, buah apel merah dan buah apel hijau, aquadest, HCl pekat, FeCl3, NaOH, alkohol. B. Prosedur penelitian 1. Determinasi tanaman Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang untuk mengetahui kebenaran dari buah apel hijau dan apel merah. 2. Pembuatan jus buah apel hijau dan apel merah Sebanyak masing-masing 101,36 gram buah apel diblender kemudian diperas menggunakan kain flanel. Hasil dimasukkan ke dalam labu takar di ad 100ml. 3. Identifikasi flavonoid dan polifenol a. Sebanyak 1 ml jus buah apel dalam alkohol ditambah 3 tetes NaOH 10 % lalu diamati perubahan warna yang terjadi. Flavonoid akan memberikan warna kuning muda. b. Sebanyak 1 ml jus buah apel dalam alkohol kemudian ditambah dengan 3 tetes H2SO4 pekat lalu diamati perubahan warnanya. Flavonoid akan memberikan warna coklat. c. Sebanyak 1 ml jus buah apel ditambah dengan 3 tetes FeCl3 10% lalu diamati perubahan warnanya. Polifenol akan memberikan warna hijau biru. 4. Alur penelitian 1. Tikus putih sebanyak 24 ekor ditimbang dan dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Kemudian semua kelompok diadaptasikan selama 7 hari dengan pemberian makanan dan minuman dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore. 2. Pada hari 1 setelah adaptasi dilakukan pengukuran gula darah puasa yang diambil melalui vena perifer ekor untuk diukur menggunakan alat glukotest. 3. Setelah itu masing-masing kelompok hewan uji diberi induksi deksametason secara peroral dengan dosis 0,6 mg/200gBB tikus yang dilarutkan dalam suspensi CMC Na 0,5% selama 5 hari. 4. Pada hari ke-7, dilakukan pengukuran darah yang kedua. Sebelumnya tikus telah dipuasakan 6-8 jam dengan tetap diberi air minum. 5. Pada hari ke-8 hingga ke-14, dilakukan pemberian jus apel hijau dosis 7,602 g/200 g BB pada kelompok Perlakuan 1 dan jus apel merah dosis 7,602 g/200g BB pada Perlakuan 2. Sedangkan kelompok kontrol diberi aquadest 2.5 ml. 6. Pada hari ke-14, dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran kadar gula darah tikus. Hal ini dilakukan setelah sebelumnya tikus dipuasakan 6-8 jam. 7. Langkah selanjutnya adalah analisis data yang telah diperoleh. 6 5. Analisis statistik Data selisih antara kadar gula darah setelah diberikan deksametason dengan kadar gula darah setelah perlakuan di uji homogenitanya dengan tes Levene dan normalitasnya dengan uji Saphiro Wilk, kemudian dianalisis dengan metode ANOVA (Analysis of variant) one-way. Untuk data kadar gula darah sebelum diberikan deksametason dengan sesudah diberikan deksametason dianalisis menggunakan t-berpasangan untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna pada data tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran identitas dari tanaman yang akan diteliti. Hasil determinasi tanaman adalah: Klasifikasi : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub Kelas :Ordo : Rosales Famili : Rosaceae Genus : Mallus Spesies : Mallus sylvestris Mill. (Apel Hijau) Mallus domestica Borkh. (Apel Merah) Dari hasil determinasi yang didapatkan maka didapatkan bahwa tanaman yang digunakan benar apel hijau dan apel merah yang akan diteliti. B. Identifikasi Flavonoid dan polifenol Tabel 1. Identifikasi flavonoid dan polifenol No tabung 1 2 3 4 Sampel Jus buah apel dalam alkohol Jus buah apel dalam alkohol Jus buah apel dalam alkohol Jus buah apel Pereaksi Hasil warna Keterangan Tanpa pereaksi Orange muda + flavonoid NaOH 10% Kuning muda + flavonoid H2SO4 pekat Coklat + flavonoid FeCl3 Hijau Biru + polifenol Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat perubahan warna yang terjadi menunjukkan adanya kandungan flavonoid dan polifenol dalam jus buah apel. C. Hasil pengukuran kadar glukosa darah Berdasarkan tabel 2. dapat terlihat bahwa kadar gula darah tikus mengalami kenaikan setelah pemberian suspensi deksametason dan 7 mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan dengan buah apel. Kadar gula darah setelah pemberian jus buah apel hijau memiliki rata-rata 108,71 mg/dl sedangkan pada jus buah apel merah memiliki rata-rata 130 mg/dl. Hal ini menunjkkan bahwa pemberian jus buah apel hijau lebih efektif daripada jus buah apel merah dalam menurunkan kadar gula darah akibat efek samping deksametason. Pada kelompok kontrol negatif terlihat bahwa kadar gula darah tikus tetap mengalami penurunan akibat dari recovery tubuh, hal ini membuktikan bahwa peningkatan kadar gula darah akibat efek samping deksametason bersifat reversibel yang berarti dapat kembali normal dengan sendirinya tanpa pemberian apapun. Namun, dengan bantuan flavonoid dalam buah apel maka recovery yang terjadi dapat dipercepat sehingga tubuh tidak dalam kondisi hiperglikemia dalam waktu yang lama. Pemberian jus buah apel pada penelitian ini belum mengembalikan kadar gula darah tikus kembali normal, hal ini dikarenakan proses blending yang kurang sempurna sehingga mengakibatkan buah apel mengalami oksidasi dan kadar flavonoid dalam buah mengalami penurunan. Tabel 2. Kadar Gula Darah Tikus (mg/dl) Kelompok Tikus nomor Kontrol negatif (aquadest 2,5 ml/200g BB) 1 2 3 4 5 6 7 Rata-rata ± SD Perlakuan 1 (Jus Buah Apel Hijau dosis 7,602 g/200g BB) 1 2 3 4 5 6 7 Rata-rata ± SD Perlakuan 2 (Jus Buah Apel Merah dosis 7,602 g/200g BB) Rata-rata ± SD 1 2 3 4 5 6 7 Kadar gula darah sebelum pemberian deksametason 89 89 70 106 77 81 108 88,57 ± 14,25 93 108 101 95 108 99 86 98,57 ± 8,02 108 71 90 88 90 99 99 92,14 ± 11,68 Kadar gula darah setelah pemberian deksametason 242 234 259 260 278 266 283 260,29 ± 17,75 298 280 295 279 300 291 278 288,71 ± 9,52 290 285 290 256 257 293 290 280,14 ± 16,32 Kadar gula darah setelah perlakuan 168 145 157 143 156 159 152 154,29± 8,56 113 109 112 115 108 98 106 108,71± 5,65 143 134 123 132 126 134 118 130± 8,31 8 D. Uji T berpasangan Tabel 3. Uji T-Test Berpasangan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Deksametason Kelompok pasangan Kadar gula darah sebelum pemberian deksametason vs setelah pemberian deksametason Mean SD Df Sig. -183,286 -46,597 20 0,000 Ket: sig < 0,05 = berbeda bermakna Sig > 0,05 = berbeda tidak bermakna Pada tabel 3. dapat dilihat bahwa signifikasinya sebesar 0,000, kurang dari 0,05 yang berarti ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Dimana kadar gula darah sebelum diberikan deksametason memiliki perbedaan yang bermakna dengan sesudah diberikan deksametason. E. Uji normalitas dan homogenitas a. Uji Normalitas Tabel 4. Uji Normalitas Selisih Kadar Gula Darah sesudah Pemberian Deksametason dengan Kadar Gula Darah setelah Perlakuan Kelompok Kontrol negatif Perlakuan 1 (Jus buah Apel Hijau) Perlakuan 2 (Jus Buah Apel Merah) Statistic 0,973 0,922 0,912 Df 7 7 7 Sig. 0,919 0,489 0,409 Ket.: Sig. <0,05 = tidak normal, Sig. >0,05 = normal b. Uji Homogenitas Tabel 5. Uji Homogenitas Selisih Kadar Gula Darah Sesudah Pemberian Deksametason Dengan Kadar Gula Darah Sesudah Perlakuan Kelompok Selisih kadar gula darah Levene statistic 0.976 Df1 2 Df2 18 Sig. 0,396 Ket.: Sig. <0,05 = tidak homogen Sig. >0,05 = homogen Uji homogenitas dan normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh telah terdistribusi normal atau tidak dan data tersebut homogen atau tidak. Uji ini dikatakan normal dan homogen jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Dan dari tabel 4. dan tabel 5. Dapat terlihat bahwa data telah homogen dan terdistribusi normal. F. Uji ANOVA Tabel 6. Uji ANOVA Variabel dependen Penurunan Kadar Gula Darah F 26,454 Sig. 0,000 Ket.: Sig. <0,05 = ada perbedaan bermakna Sig. >0,05 = tidak ada perbedaan bermakna Uji ANOVA menunjukkan signifikansi 0,000 (<0,05) yang berarti ada perbedaan bermakna dalam ketiga kelompok yang diujikan. 9 G. Uji Post Hoc LSD Tabel 7. Uji Post Hoc LSD Kelompok Pasangan Kontrol negatif vs perlakuan 1 Kontrol negatif vs perlakuan 2 Perlakuan 1 vs Perlakuan 2 p-value 0,000 0,001 0,005 Kesimpulan Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Keterangan : Perlakuan 1 : Pemberian Jus Buah Apel Hijau Perlakuan 2 : Pemberian Jus Buah Apel Merah p-value< 0,05 ada perbedaan bermakna p-value> 0,05 tidak ada perbedaan bermakna Uji ini dilakukan sebagai uji lanjutan dari uji ANOVA jika nilai signifikansinya menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Uji ini dilakukan untuk melihat perbedaan masing-masing kelompok perlakuan. Uji ini menunjukkan bahwa tiap kelompok memiliki perbedaan yang bermakna. Deksametason merupakan salah satu obat golongan kortikosteroid sintetik long action yang tersedia dalam bentuk oral, injeksi maupun suspensi. Deksametason adalah suatu golongan glukokortikoid sintetik yang dihasilkan dengan penggandengan gugus methyl pada karbon 16 dalam posisi alpha. Deksametason memiliki banyak manfaat, namun harus dipertimbangkan dengan hati-hati pada setiap penderita terhadap banyaknya efek pada bagian organ dalam tubuh, sehingga akan menimbulkan efek samping. Salah satu efek sampingnya adalah terjadinya hiperglikemia, peningkatan gula darah setelah pemberian obat dosis besar dan dalam waktu lama. Kortikosteroid dapat mempengaruhi sel-sel melalui reseptor-reseptor glukokortikoidnya dengan mekanisme kerja sebagai berikut: kortikosteroid berdifusi ke dalam sel melewati membran sel dan selanjutnya berikatan dengan reseptor. Kompleks kortikosteroid-reseptor masuk ke dalam nukleus dalam bentuk aktif, dan akan mengikat DNA serta meningkatkan sintesis messenger RNA (mRNA). Messenger RNA ini akan menimbulkan sintesis protein yang baru. Protein baru ini akan menghambat fungsi sel-sel limfoid dengan menghambat uptake glukosa (Goodman dan Hilman, 2006). Deksametason menyebabkan gangguan/penurunan uptake penggunaan glukosa pada jaringan perifer seperti otot rangka dan jaringan adiposit. Penurunan penggunaan glukosa disebabkan karena penurunan afinitas insulin terhadap reseptor insulin atau resistensi jaringan terhadap insulin seperti liver, jaringan otot rangka, dan jaringan adipose menyebabkan tidak banyak glukosa yang dapat dimanfaatkan oleh jaringan. Resistensi insulin pada jaringan otot menyebabkan penurunan ambilan glukosa ke dalam sel-sel otot sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi. Resistensi insulin pada jaringan lemak menyebabkan kerja insulin menurun untuk menekan lipolisis sehingga terjadi peningkatan asam lemak bebas. Kadar asam lemak bebas yang tinggi akan menstimulir konversi asam amino menjadi glukosa di hepar ( Desi, 2013). 10 Flavonoid merupakan senyawa fenil propanoid dengan kerangka karbon C6-C3-C6. Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuhan, khususnya dari golongan legiminoceae. Flavonoid pada umumnya dalam keadaan terikat/konjugasi dengan senyawa gula. Senyawa flavonoid memiliki banyak aktivitas, salah satunya sebagai antihiperglikemik. Flavonoid memiliki aktivitas menurunkan kadar gula darah dengan mampu meregenerasi sel beta pankreas dan meningkatkan sekresi insulin, juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin. Mekanisme lain dari flavonoid yang menunjukkan efek hipoglikemik yaitu mengurangi penyerapan glukosa dan mengatur aktivitas ekspresi enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat (Brahmachari, 2011). Tabel 8. Rata-rata Kadar Flavonoid Quercetin Masing-masing varietas Apel dengan pengolahan Blending Varian Apel Rome beauty Manalagi Fuji Red delicious Rata-rata Kadar Quercetin ± SD (mg/L) 136,66 ± 4,84 118,12 ± 6,09 86,12 ± 8,68 55,80 ± 1,69 (Cempaka dkk, 2014) Salah satu senyawa golongan flavonoid yang terdapat di dalam buah apel adalah quercetin. Quercetin berpengaruh terhadap metabolisme glukosa dan tubuh dan telah banyak bukti penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian quercetin secara kronik dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa pada tikus diabetes. Efek penurunan glukosa darah puasa terjadi melalui mekanisme yang beragam. Quercetin dapat memperbaiki uptake glukosa melalui stimulasi 3T3-L1 pada sel adiposit matur oleh insulin (Fang dkk, 2008). Quercetin juga dapat mensensitasi kerja insulin dengan cara meningkatkan fosforilasi tirosin pada reseptor insulin dan memperpanjang proses signaling. Kedua mekanisme ini mengindikasikan bahwa quercetin dapat memperbaiki resistensi insulin pada jaringan perifer (Kannapan dan Anuradha, 2009). Selain itu, senyawa ini memiliki efek penghambatan terhadap degradasi glikogen di hati. Hambatan degradasi glikogen secara langsung akan mengurangi pelepasan glukosa oleh hati sehingga menurunkan kadar glukosa darah (Nuraliev dan Avezov, 1992; Atsushi dkk, 2008). Pada tabel 8. terlihat bahwa kandungan quercetin pada buah apel varian rome beauty (hijau) dan red delicious (merah) memiliki jumlah yang berbeda. Dan pada penelitian ini pemberian jus buah apel hijau lebih efektif dari jus buah apel merah. Hal ini membuktikan bahwa jumlah kandungan flavonoid, dalam hal ini quercetin, memiliki pengaruh dalam menurunkan kadar gula darah. Dimana semakin besar jumlah kandungan flavonoid dalam buah apel maka semakin besar pula kemampuannya dalam menurunkan kadar gula darah. 11 Selain kandungan flavonoid dalam buah apel adapula polifenol yang membantu flavonoid dalam menurunkan kadar gula darah. Peran polifenol sebagai antioksidan diduga mampu melindungi sel β pankreas dari efek toksik radikal bebas yang diproduksi dibawah kondisi hiperglikemia kronis (Barbosa, 2007; Evans dkk., 2003; Sabu dkk., 2002). Menurut Kaneto dkk. (1999), pemberian antioksidan mampu meningkatkan massa sel β pankreas dan menjaga kandungan insulin didalamnya. KESIMPULAN 1. 2. Pemberian jus buah apel hijau (Mallus sylvestris Mill.) dan jus buah apel merah (Mallus dometica Borkh.) memberikan efek terhadap gangguan toleransi glukosa darah akibat efek samping deksametason. Pemberian jus buah apel hijau (Mallus sylvestris Mill.) lebih efektif dibanding dengan jus buah apel merah (Mallus dometica Borkh.) dikarenakan jus buah apel hijau berdasarkan literatur memiliki kandungan fitokimia lebih besar. SARAN 1. 2. 3. Penggunaan glukokortikoid yang lain, selain deksametason, untuk mengetahui efek glukokortikoid yang lain terhadap peningkatan kadar glukosa darah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek yang menyebabkan kadar gula darah kembali normal setelah injeksi deksametason dan pemberian apel. Perlu dilakukan penelitian untuk mencegah kerusakan hati dengan menggunakan parameter waktu dan dosis (profilaksis). UCAPAN TERIMA KASIH Seluruh civitas akademika STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Ketua Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Drs. Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes, Dosen Pembimbing I Dian Oktianti, S. Far., M. Sc., Apt. Dosen Pembimbing II Drs. Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes. DAFTAR PUSTAKA Adeneye, Agbaje, 2008, African Journal of Biomedical Research, Pharmacological Evaluation of Oral Hypoglycemic and Antidiabetic Effects of Fresh Leaves Ethanol Extract of Morinda Indica Benth. in Normal and Alloxan-Induced Diabetic Rats, (www.bioline.br/md, diakses 29 Maret 2016). Anggun R. Cempaka, Sanarto Santoso, Laksmi K. T., 2014, Pengaruh Metode Pengolahan (Juicing dan Blending) Terhadap Kandungan Quercetin 12 Berbagai Varietas Apel Lokal dan Impor (Mallus domestica), Indonesian Journal of Human Nutrition volume 1 Edisi 1: 14-2., Malang Atsushi K, Yuka M, Jo Y, Isao A, Allison AW, Robert JN, 2008, Protective Effect of Dietary Cammomile Tea on Diabetic Complication, J Agric Food Chem 56. Barbosa, D. S., 2007, Green Tea Polyphenolic Compounds and Human Health. Journal für Verbraucherschutz und Lebensmittelsicherheit, 2, 407-413. Brahmachari, G., 2011, Bio-Flavonoids with Promising Antidiabetic Potentioals: A Critical Survey, Research Signpost. British National Formulary (BNF 57), 2008, Published by BMJ Published Group Ltd. Desi AS, 2013, Efek Jus Buah Jambu Biji (Psidium guava Linn.) Terhadap Gangguan Toleransi Glukosa Darah Tikus Putuh Jantan (Rattus norvegicus) Akibat Efek Samping Deksametason. Calyptra Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vpl. 2 No. 1. Evans, J. L., I. D. Goldfine, B. A. Maddux, and G. M. Grodsky, 2003, Are Oxidative Stress - Activated Signaling Pathways Mediators of Insulin Resistance and -Cell Dysfunction ? Diabetes, 52:1, 1-8. Fang XK, Gao J, Zhu DN, 2008, Kaempferol and Quercetin Isolated from Euonymus alatus Improve Glucose Uptake of 3T3 –L1 Cells without Adipogenesis Activity, Life Sci, 82: 615-22 Goodman A. And Hilman L., 2006, The Pharmalogical Basicsof Therapeutics. The McGraw-Hill Company, New York. Guyton AC, Hall JE, 2000, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Terjemahan Irawati dkk, ed 9, Kedokteran EGC, Jakarta, 1221-1238. Kaneto, H., Y. Kajimoto, J. Miyagawa, T. Matsuoka, Y. Fujitani, Y. Umayahara, T. Hanafusa, Y. Matsuzawa, Y. Yamasaki, and M. Hori, 1999, Beneficial Effects of Antioxidants in Diabetes: Possible Protection of Pancreatic βCells Against Glucose Toxicity, Diabetes 48, 2398-2406. Kannapan S., Anuradha CV., 2009, Insulin Sensitizing Actions of Fenugreek seed Polyphenols, Quercetin And Metformin in Rat Model, Indian J Med Res, 129: 401-8 Neal MJ, 2002, Medical Pharmacology an Glance, 4th ed, Graphicraft Ltd, Hongkong. Nuraliev, I.N & Avezov,G.A.,1992, The Efficacy of Quercetin in Alloxan Diabetes, Eks Klin Farmakol. Sabu, M. C., K. Smitha, and K. Ramadasan, 2002, Anti-diabetic activity of green tea polyphenols and their role in reducing oxidative stress in experimental diabetes, J. Ethnopharmacol., 83, 109-116. 13