DAN JUS BUAH APEL MERAH - UPT Perpustakaan Universitas

advertisement
PERBANDINGAN EFEK PEMBERIAN JUS BUAH APEL
HIJAU (Mallus sylvestris Mill.) DAN JUS BUAH APEL MERAH
(Mallus domestica Borkh.) TERHADAP GANGGUAN
TOLERANSI GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH
JANTAN AKIBAT EFEK SAMPING DEKSAMETASON
ARTIKEL SKRIPSI
Oleh
LIA KUSNUL KHOTIMAH
NIM. 050112a045
PROGRAM STUDI ILMU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
AGUSTUS, 2016
2
erbandingan Efek Pemberian Jus Buah Apel Hijau (Mallus sylvestris Mill.)
dan Jus Buah Apel Merah (Mallus domestica Borkh.) Terhadap Gangguan
Toleransi Glukosa Darah Pada Tikus Putih Jantan Akibat Efek Samping
Deksametason
Lia Kusnul Khotimah
Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang : Deksametason merupakan obat penting dalam dunia
pengobatan, karena memiliki efek farmakologis luas namun efek sampingnya pun
luas, salah satunya menyebabkan kondisi hiperglikemia. Buah Apel diketahui
memiliki kandungan flavonoid yang dapat mengatasi kondisi hiperglikemia.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas
flavonoid buah apel hijau dan buah apel merah dalam menurunkan kandungan
gula darah.
Metode : Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan pre-post test
control group design. Sampel terdiri dari 24 ekor tikus yang dibagi menjadi 3
kelompok yaitu kelompok negatif (aquadest), kelompok perlakuan (jus buah apel
hijau dan apel merah). Pengukuran kadar gula darah dilakukan pada hari ke-0, ke7 dan ke-14 melalui vena perifer ekor. Data diperoleh dari selisih kadar gula darah
hari ke-7 dan ke-14, kemudian dianalisis menggunakan SPSS versi 20.
Hasil : Pada pemberian jus buah apel hijau dan apel merah masing-masing
memiliki p-value < 0,05 dibandingkan dengan kontrol negatif, yang berarti ada
perbedaan bermakna. Pada pemberian jus buah apel merah memiliki ̅ = 130 dan
jus buah apel hijau memiliki ̅ = 108,71, berdasarkan uji statistik memiliki pvalue 0,005 (< 0,05) yang berarti ada perbedaan bermakna dalam menurunkan
kadar gula darah. Hal ini menunjukkan bahwa buah apel hijau memiliki
kandungan flavonoid lebih tinggi dibanding buah apel merah.
Simpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian buah apel hijau lebih
efektif menurunkan kadar gula darah dibandingkan dengan apel merah.
Kata kunci : Flavonoid, Apel Merah, Apel Hijau, Antihiperglikemik,
Deksametason
Kepustakaan : 54 (1986 – 2016)
3
ABSTRACT
Background: Dexamethasone is an important drug in the world of medicine,
because it has a wide pharmacological effect but it also has many side effect, one
of the side effect is hyperglycemia. Apples are known to have flavonoids which
can cope with the condition of hyperglycemia. Objective : This study aims to
compare the effectiveness of flavonoid in green apples and red apples in lowering
blood sugar levels.
Methods: This observation was a pure experimental by using pre and post test
control group design. The sample consisted of 24 male mice divided into 3
groups: negative control (Aquadest), the treatment group (juice of green apple and
red apple). Measurement of blood sugar levels was done on day 0, 7th and 14th
through a peripheral vein in the tail. The data were got from the difference in
blood sugar levels on day 7th and 14th, and then were analyzed by using SPSS
version 20.
Results: In giving the green apple juice and red apple juice each had a p-value
<0.05 compared to the negative control, which means a significant difference. In
giving a red apple juice had ̅ = 130 and green apple juice had ̅ = 108.71, based
on statistical test had a p-value of 0.005 (<0.05), which means a significant
difference in lowering blood sugar levels. It shows that the green apple had higher
flavonoid content than red apples.
Conclusion: The results show that the administration of green apple fruit is more
effective in lowering blood sugar levels compared to red apples.
Keywords : Flavonoids, Red Apples, Green Apples, Antihyperglycemic,
Dexamethasone
Bibliographies : 54 (1986 – 2016)
4
PENDAHULUAN
Gangguan toleransi glukosa adalah keadaan dimana kadar gula darah di
atas normal tetapi tidak terlalu tinggi untuk dikatakan sebagai penyakit diabetes
melitus. Penyakit diabetes melitus yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula
atau kencing manis yang terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan
kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin
tidak berfungsi dengan baik. Diabetes melitus merupakan suatu gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai dengan adanya hiperglikemik kronik (Guyton
dan Hall, 2000).
Deksametason termasuk golongan obat penting dalam dunia pengobatan,
karena memiliki aksi farmakologis yang luas, sehingga sering digunakan dalam
berbagai penyakit. Tapi disisi lain, karena tempat aksinya luas, efek sampingnya
pun luas dan tidak kurang berbahayanya, yaitu antara lain: dispepsia; peptic ulcer;
retak atau patah pada vertebral; chusing sindrom; euforia; depresi; insomnia;
meningkatkan tekanan intrakranial; schizoprenia; dan galukoma (BNF 57).
Penggunaan deksametason juga diketahui memiliki efek metabolik, antara lain
dapat menyebabkan retensi insulin, menyebabkan peningkatan glukoneogenesis
hepar, meningkatkan lipolisis pada jaringan adiposa, meningkatkan katabolisme
protein menjadi asam amino, penurunan uptake dan penggunaan glukosa pada
jaringan perifer seperti otot rangka dan jaringan adiposit, menurunkan
kemampuan insulin menstimulasi translokasi/perpindahan GLUT4 dari sitoplasma
ke permukaan sel. Keadaan-keadaan tersebut dapat mempengaruhi kadar glukosa
darah dan memicu terjadinya hiperglikemia (Neal, 2002).
Buah Apel menurut penelitian di Institute Kanker Nasional Amerika
Serikat apel memiliki kandungan flavonoid tertinggi dibandingkan dengan buah
lainnya.Flavonoid memiliki aktivitas menurunkan kadar gula darah dengan
meningkatkan sekresi insulin dan mmeningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin
(Adeneye dan Agbaje, 2008). Dalam jurnal Hanshella (2005) dinyatakan bahwa
flavonoid dapat berfungsi sebagai antihiperglikemik. Flavonoid juga merupakan
antioksidan yang membantu menurunkan kadar glukosa dalam darah (Hernano
dan Rahardjo, 2005). Berawal dari penelitian yang dikemukakan di atas dan
banyaknya ragam jenis buah yang di konsumsi oleh masyarakat, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian tentang perbandingan efektifitas flavonoid
jus buah apel hijau (Mallus sylvestris Mill.) dan buah apel merah (Mallus
domestica Borkh.) terhadap gangguan toleransi kadar gula darah akibat efek
samping deksametason.
METODE PENELITIAN
A. Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat glukotest dan
strip glukotest, sonde lambung, spuit injeksi, labu takar, beker gelas, gelas
ukur, mortir, stamper, kompor, timbangan analitik dan digital, blender,
kain flanel, scapel, pengaduk, sendok tanduk.
5
Bahan-bahan yang digunakan antara lain CMC Na, deksametason,
buah apel merah dan buah apel hijau, aquadest, HCl pekat, FeCl3, NaOH,
alkohol.
B. Prosedur penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan
Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro Semarang untuk mengetahui kebenaran dari
buah apel hijau dan apel merah.
2. Pembuatan jus buah apel hijau dan apel merah
Sebanyak masing-masing 101,36 gram buah apel diblender kemudian
diperas menggunakan kain flanel. Hasil dimasukkan ke dalam labu
takar di ad 100ml.
3. Identifikasi flavonoid dan polifenol
a. Sebanyak 1 ml jus buah apel dalam alkohol ditambah 3 tetes
NaOH 10 % lalu diamati perubahan warna yang terjadi. Flavonoid
akan memberikan warna kuning muda.
b. Sebanyak 1 ml jus buah apel dalam alkohol kemudian ditambah
dengan 3 tetes H2SO4 pekat lalu diamati perubahan warnanya.
Flavonoid akan memberikan warna coklat.
c. Sebanyak 1 ml jus buah apel ditambah dengan 3 tetes FeCl3 10%
lalu diamati perubahan warnanya. Polifenol akan memberikan
warna hijau biru.
4. Alur penelitian
1. Tikus putih sebanyak 24 ekor ditimbang dan dikelompokkan
menjadi 3 kelompok. Kemudian semua kelompok diadaptasikan
selama 7 hari dengan pemberian makanan dan minuman dua kali
sehari yaitu pada pagi dan sore.
2. Pada hari 1 setelah adaptasi dilakukan pengukuran gula darah
puasa yang diambil melalui vena perifer ekor untuk diukur
menggunakan alat glukotest.
3. Setelah itu masing-masing kelompok hewan uji diberi induksi
deksametason secara peroral dengan dosis 0,6 mg/200gBB tikus
yang dilarutkan dalam suspensi CMC Na 0,5% selama 5 hari.
4. Pada hari ke-7, dilakukan pengukuran darah yang kedua.
Sebelumnya tikus telah dipuasakan 6-8 jam dengan tetap diberi air
minum.
5. Pada hari ke-8 hingga ke-14, dilakukan pemberian jus apel hijau
dosis 7,602 g/200 g BB pada kelompok Perlakuan 1 dan jus apel
merah dosis 7,602 g/200g BB pada Perlakuan 2. Sedangkan
kelompok kontrol diberi aquadest 2.5 ml.
6. Pada hari ke-14, dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran
kadar gula darah tikus. Hal ini dilakukan setelah sebelumnya tikus
dipuasakan 6-8 jam.
7. Langkah selanjutnya adalah analisis data yang telah diperoleh.
6
5. Analisis statistik
Data selisih antara kadar gula darah setelah diberikan
deksametason dengan kadar gula darah setelah perlakuan di uji
homogenitanya dengan tes Levene dan normalitasnya dengan uji
Saphiro Wilk, kemudian dianalisis dengan metode ANOVA (Analysis
of variant) one-way. Untuk data kadar gula darah sebelum diberikan
deksametason dengan sesudah diberikan deksametason dianalisis
menggunakan t-berpasangan untuk mengetahui adanya perbedaan
bermakna pada data tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Determinasi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran identitas dari
tanaman yang akan diteliti. Hasil determinasi tanaman adalah:
Klasifikasi :
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas
:Ordo
: Rosales
Famili
: Rosaceae
Genus
: Mallus
Spesies
: Mallus sylvestris Mill. (Apel Hijau)
Mallus domestica Borkh. (Apel Merah)
Dari hasil determinasi yang didapatkan maka didapatkan bahwa
tanaman yang digunakan benar apel hijau dan apel merah yang akan
diteliti.
B. Identifikasi Flavonoid dan polifenol
Tabel 1. Identifikasi flavonoid dan polifenol
No
tabung
1
2
3
4
Sampel
Jus buah apel dalam
alkohol
Jus buah apel dalam
alkohol
Jus buah apel dalam
alkohol
Jus buah apel
Pereaksi
Hasil warna
Keterangan
Tanpa pereaksi
Orange muda
+ flavonoid
NaOH 10%
Kuning muda
+ flavonoid
H2SO4 pekat
Coklat
+ flavonoid
FeCl3
Hijau Biru
+ polifenol
Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat perubahan warna yang terjadi
menunjukkan adanya kandungan flavonoid dan polifenol dalam jus buah
apel.
C. Hasil pengukuran kadar glukosa darah
Berdasarkan tabel 2. dapat terlihat bahwa kadar gula darah tikus
mengalami kenaikan setelah pemberian suspensi deksametason dan
7
mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan dengan buah apel.
Kadar gula darah setelah pemberian jus buah apel hijau memiliki rata-rata
108,71 mg/dl sedangkan pada jus buah apel merah memiliki rata-rata 130
mg/dl. Hal ini menunjkkan bahwa pemberian jus buah apel hijau lebih
efektif daripada jus buah apel merah dalam menurunkan kadar gula darah
akibat efek samping deksametason.
Pada kelompok kontrol negatif terlihat bahwa kadar gula darah
tikus tetap mengalami penurunan akibat dari recovery tubuh, hal ini
membuktikan bahwa peningkatan kadar gula darah akibat efek samping
deksametason bersifat reversibel yang berarti dapat kembali normal
dengan sendirinya tanpa pemberian apapun. Namun, dengan bantuan
flavonoid dalam buah apel maka recovery yang terjadi dapat dipercepat
sehingga tubuh tidak dalam kondisi hiperglikemia dalam waktu yang lama.
Pemberian jus buah apel pada penelitian ini belum mengembalikan kadar
gula darah tikus kembali normal, hal ini dikarenakan proses blending yang
kurang sempurna sehingga mengakibatkan buah apel mengalami oksidasi
dan kadar flavonoid dalam buah mengalami penurunan.
Tabel 2. Kadar Gula Darah Tikus (mg/dl)
Kelompok
Tikus
nomor
Kontrol negatif
(aquadest 2,5
ml/200g BB)
1
2
3
4
5
6
7
Rata-rata ± SD
Perlakuan 1 (Jus
Buah Apel Hijau
dosis 7,602
g/200g BB)
1
2
3
4
5
6
7
Rata-rata ± SD
Perlakuan 2 (Jus
Buah Apel Merah
dosis 7,602
g/200g BB)
Rata-rata ± SD
1
2
3
4
5
6
7
Kadar gula darah
sebelum pemberian
deksametason
89
89
70
106
77
81
108
88,57 ± 14,25
93
108
101
95
108
99
86
98,57 ± 8,02
108
71
90
88
90
99
99
92,14 ± 11,68
Kadar gula darah
setelah pemberian
deksametason
242
234
259
260
278
266
283
260,29 ± 17,75
298
280
295
279
300
291
278
288,71 ± 9,52
290
285
290
256
257
293
290
280,14 ± 16,32
Kadar gula darah
setelah perlakuan
168
145
157
143
156
159
152
154,29± 8,56
113
109
112
115
108
98
106
108,71± 5,65
143
134
123
132
126
134
118
130± 8,31
8
D. Uji T berpasangan
Tabel 3. Uji T-Test Berpasangan Kadar Gula Darah Sebelum dan
Sesudah Pemberian Deksametason
Kelompok pasangan
Kadar gula darah sebelum pemberian
deksametason vs setelah pemberian
deksametason
Mean
SD
Df
Sig.
-183,286
-46,597
20
0,000
Ket: sig < 0,05 = berbeda bermakna
Sig > 0,05 = berbeda tidak bermakna
Pada tabel 3. dapat dilihat bahwa signifikasinya sebesar 0,000,
kurang dari 0,05 yang berarti ada perbedaan bermakna antara kedua
kelompok. Dimana kadar gula darah sebelum diberikan deksametason
memiliki perbedaan yang bermakna dengan sesudah diberikan
deksametason.
E. Uji normalitas dan homogenitas
a. Uji Normalitas
Tabel 4. Uji Normalitas Selisih Kadar Gula Darah sesudah
Pemberian Deksametason dengan Kadar Gula Darah setelah
Perlakuan
Kelompok
Kontrol negatif
Perlakuan 1 (Jus buah Apel Hijau)
Perlakuan 2 (Jus Buah Apel Merah)
Statistic
0,973
0,922
0,912
Df
7
7
7
Sig.
0,919
0,489
0,409
Ket.: Sig. <0,05 = tidak normal, Sig. >0,05 = normal
b. Uji Homogenitas
Tabel 5. Uji Homogenitas Selisih Kadar Gula Darah Sesudah
Pemberian Deksametason Dengan Kadar Gula Darah Sesudah
Perlakuan
Kelompok
Selisih kadar gula darah
Levene statistic
0.976
Df1
2
Df2
18
Sig.
0,396
Ket.: Sig. <0,05 = tidak homogen
Sig. >0,05 = homogen
Uji homogenitas dan normalitas digunakan untuk mengetahui
bahwa data yang diperoleh telah terdistribusi normal atau tidak dan data
tersebut homogen atau tidak. Uji ini dikatakan normal dan homogen jika
nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Dan dari tabel 4. dan tabel 5. Dapat
terlihat bahwa data telah homogen dan terdistribusi normal.
F. Uji ANOVA
Tabel 6. Uji ANOVA
Variabel dependen
Penurunan Kadar Gula Darah
F
26,454
Sig.
0,000
Ket.: Sig. <0,05 = ada perbedaan bermakna
Sig. >0,05 = tidak ada perbedaan bermakna
Uji ANOVA menunjukkan signifikansi 0,000 (<0,05) yang berarti
ada perbedaan bermakna dalam ketiga kelompok yang diujikan.
9
G. Uji Post Hoc LSD
Tabel 7. Uji Post Hoc LSD
Kelompok Pasangan
Kontrol negatif vs perlakuan 1
Kontrol negatif vs perlakuan 2
Perlakuan 1 vs Perlakuan 2
p-value
0,000
0,001
0,005
Kesimpulan
Berbeda bermakna
Berbeda bermakna
Berbeda bermakna
Keterangan :
Perlakuan 1 : Pemberian Jus Buah Apel Hijau
Perlakuan 2 : Pemberian Jus Buah Apel Merah
p-value< 0,05 ada perbedaan bermakna
p-value> 0,05 tidak ada perbedaan bermakna
Uji ini dilakukan sebagai uji lanjutan dari uji ANOVA jika nilai
signifikansinya menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Uji ini
dilakukan untuk melihat perbedaan masing-masing kelompok perlakuan.
Uji ini menunjukkan bahwa tiap kelompok memiliki perbedaan yang
bermakna.
Deksametason merupakan salah satu obat golongan kortikosteroid sintetik
long action yang tersedia dalam bentuk oral, injeksi maupun suspensi.
Deksametason adalah suatu golongan glukokortikoid sintetik yang dihasilkan
dengan penggandengan gugus methyl pada karbon 16 dalam posisi alpha.
Deksametason memiliki banyak manfaat, namun harus dipertimbangkan
dengan hati-hati pada setiap penderita terhadap banyaknya efek pada bagian
organ dalam tubuh, sehingga akan menimbulkan efek samping. Salah satu
efek sampingnya adalah terjadinya hiperglikemia, peningkatan gula darah
setelah pemberian obat dosis besar dan dalam waktu lama. Kortikosteroid
dapat mempengaruhi sel-sel melalui reseptor-reseptor glukokortikoidnya
dengan mekanisme kerja sebagai berikut: kortikosteroid berdifusi ke dalam
sel melewati membran sel dan selanjutnya berikatan dengan reseptor.
Kompleks kortikosteroid-reseptor masuk ke dalam nukleus dalam bentuk
aktif, dan akan mengikat DNA serta meningkatkan sintesis messenger RNA
(mRNA). Messenger RNA ini akan menimbulkan sintesis protein yang baru.
Protein baru ini akan menghambat fungsi sel-sel limfoid dengan menghambat
uptake glukosa (Goodman dan Hilman, 2006).
Deksametason menyebabkan gangguan/penurunan uptake penggunaan
glukosa pada jaringan perifer seperti otot rangka dan jaringan adiposit.
Penurunan penggunaan glukosa disebabkan karena penurunan afinitas insulin
terhadap reseptor insulin atau resistensi jaringan terhadap insulin seperti liver,
jaringan otot rangka, dan jaringan adipose menyebabkan tidak banyak
glukosa yang dapat dimanfaatkan oleh jaringan. Resistensi insulin pada
jaringan otot menyebabkan penurunan ambilan glukosa ke dalam sel-sel otot
sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi. Resistensi insulin pada
jaringan lemak menyebabkan kerja insulin menurun untuk menekan lipolisis
sehingga terjadi peningkatan asam lemak bebas. Kadar asam lemak bebas
yang tinggi akan menstimulir konversi asam amino menjadi glukosa di hepar
( Desi, 2013).
10
Flavonoid merupakan senyawa fenil propanoid dengan kerangka karbon
C6-C3-C6. Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa metabolit
sekunder yang banyak terdapat pada tumbuhan, khususnya dari golongan
legiminoceae. Flavonoid pada umumnya dalam keadaan terikat/konjugasi
dengan senyawa gula. Senyawa flavonoid memiliki banyak aktivitas, salah
satunya sebagai antihiperglikemik. Flavonoid memiliki aktivitas menurunkan
kadar gula darah dengan mampu meregenerasi sel beta pankreas dan
meningkatkan sekresi insulin, juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap
insulin. Mekanisme lain dari flavonoid yang menunjukkan efek hipoglikemik
yaitu mengurangi penyerapan glukosa dan mengatur aktivitas ekspresi enzim
yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat (Brahmachari, 2011).
Tabel 8. Rata-rata Kadar Flavonoid Quercetin Masing-masing
varietas Apel dengan pengolahan Blending
Varian Apel
Rome beauty
Manalagi
Fuji
Red delicious
Rata-rata Kadar Quercetin ± SD
(mg/L)
136,66 ± 4,84
118,12 ± 6,09
86,12 ± 8,68
55,80 ± 1,69
(Cempaka dkk, 2014)
Salah satu senyawa golongan flavonoid yang terdapat di dalam buah apel
adalah quercetin. Quercetin berpengaruh terhadap metabolisme glukosa dan
tubuh dan telah banyak bukti penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian
quercetin secara kronik dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa pada
tikus diabetes. Efek penurunan glukosa darah puasa terjadi melalui
mekanisme yang beragam. Quercetin dapat memperbaiki uptake glukosa
melalui stimulasi 3T3-L1 pada sel adiposit matur oleh insulin (Fang dkk,
2008). Quercetin juga dapat mensensitasi kerja insulin dengan cara
meningkatkan fosforilasi tirosin pada reseptor insulin dan memperpanjang
proses signaling. Kedua mekanisme ini mengindikasikan bahwa quercetin
dapat memperbaiki resistensi insulin pada jaringan perifer (Kannapan dan
Anuradha, 2009). Selain itu, senyawa ini memiliki efek penghambatan
terhadap degradasi glikogen di hati. Hambatan degradasi glikogen secara
langsung akan mengurangi pelepasan glukosa oleh hati sehingga menurunkan
kadar glukosa darah (Nuraliev dan Avezov, 1992; Atsushi dkk, 2008).
Pada tabel 8. terlihat bahwa kandungan quercetin pada buah apel varian
rome beauty (hijau) dan red delicious (merah) memiliki jumlah yang berbeda.
Dan pada penelitian ini pemberian jus buah apel hijau lebih efektif dari jus
buah apel merah. Hal ini membuktikan bahwa jumlah kandungan flavonoid,
dalam hal ini quercetin, memiliki pengaruh dalam menurunkan kadar gula
darah. Dimana semakin besar jumlah kandungan flavonoid dalam buah apel
maka semakin besar pula kemampuannya dalam menurunkan kadar gula
darah.
11
Selain kandungan flavonoid dalam buah apel adapula polifenol yang
membantu flavonoid dalam menurunkan kadar gula darah. Peran polifenol
sebagai antioksidan diduga mampu melindungi sel β pankreas dari efek toksik
radikal bebas yang diproduksi dibawah kondisi hiperglikemia kronis
(Barbosa, 2007; Evans dkk., 2003; Sabu dkk., 2002). Menurut Kaneto dkk.
(1999), pemberian antioksidan mampu meningkatkan massa sel β pankreas
dan menjaga kandungan insulin didalamnya.
KESIMPULAN
1.
2.
Pemberian jus buah apel hijau (Mallus sylvestris Mill.) dan jus buah apel
merah (Mallus dometica Borkh.) memberikan efek terhadap gangguan
toleransi glukosa darah akibat efek samping deksametason.
Pemberian jus buah apel hijau (Mallus sylvestris Mill.) lebih efektif
dibanding dengan jus buah apel merah (Mallus dometica Borkh.)
dikarenakan jus buah apel hijau berdasarkan literatur memiliki kandungan
fitokimia lebih besar.
SARAN
1.
2.
3.
Penggunaan glukokortikoid yang lain, selain deksametason, untuk
mengetahui efek glukokortikoid yang lain terhadap peningkatan kadar
glukosa darah.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek yang menyebabkan
kadar gula darah kembali normal setelah injeksi deksametason dan
pemberian apel.
Perlu dilakukan penelitian untuk mencegah kerusakan hati dengan
menggunakan parameter waktu dan dosis (profilaksis).
UCAPAN TERIMA KASIH
Seluruh civitas akademika STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Ketua
Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Drs. Jatmiko Susilo,
Apt., M.Kes, Dosen Pembimbing I Dian Oktianti, S. Far., M. Sc., Apt. Dosen
Pembimbing II Drs. Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes.
DAFTAR PUSTAKA
Adeneye, Agbaje, 2008, African Journal of Biomedical Research,
Pharmacological Evaluation of Oral Hypoglycemic and Antidiabetic
Effects of Fresh Leaves Ethanol Extract of Morinda Indica Benth. in
Normal and Alloxan-Induced Diabetic Rats, (www.bioline.br/md, diakses
29 Maret 2016).
Anggun R. Cempaka, Sanarto Santoso, Laksmi K. T., 2014, Pengaruh Metode
Pengolahan (Juicing dan Blending) Terhadap Kandungan Quercetin
12
Berbagai Varietas Apel Lokal dan Impor (Mallus domestica), Indonesian
Journal of Human Nutrition volume 1 Edisi 1: 14-2., Malang
Atsushi K, Yuka M, Jo Y, Isao A, Allison AW, Robert JN, 2008, Protective Effect
of Dietary Cammomile Tea on Diabetic Complication, J Agric Food Chem
56.
Barbosa, D. S., 2007, Green Tea Polyphenolic Compounds and Human Health.
Journal für Verbraucherschutz und Lebensmittelsicherheit, 2, 407-413.
Brahmachari, G., 2011, Bio-Flavonoids with Promising Antidiabetic Potentioals:
A Critical Survey, Research Signpost.
British National Formulary (BNF 57), 2008, Published by BMJ Published Group
Ltd.
Desi AS, 2013, Efek Jus Buah Jambu Biji (Psidium guava Linn.) Terhadap
Gangguan Toleransi Glukosa Darah Tikus Putuh Jantan (Rattus
norvegicus) Akibat Efek Samping Deksametason. Calyptra Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya Vpl. 2 No. 1.
Evans, J. L., I. D. Goldfine, B. A. Maddux, and G. M. Grodsky, 2003, Are
Oxidative Stress - Activated Signaling Pathways Mediators of Insulin
Resistance and -Cell Dysfunction ? Diabetes, 52:1, 1-8.
Fang XK, Gao J, Zhu DN, 2008, Kaempferol and Quercetin Isolated from
Euonymus alatus Improve Glucose Uptake of 3T3 –L1 Cells without
Adipogenesis Activity, Life Sci, 82: 615-22
Goodman A. And Hilman L., 2006, The Pharmalogical Basicsof Therapeutics.
The McGraw-Hill Company, New York.
Guyton AC, Hall JE, 2000, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Terjemahan Irawati
dkk, ed 9, Kedokteran EGC, Jakarta, 1221-1238.
Kaneto, H., Y. Kajimoto, J. Miyagawa, T. Matsuoka, Y. Fujitani, Y. Umayahara,
T. Hanafusa, Y. Matsuzawa, Y. Yamasaki, and M. Hori, 1999, Beneficial
Effects of Antioxidants in Diabetes: Possible Protection of Pancreatic βCells Against Glucose Toxicity, Diabetes 48, 2398-2406.
Kannapan S., Anuradha CV., 2009, Insulin Sensitizing Actions of Fenugreek seed
Polyphenols, Quercetin And Metformin in Rat Model, Indian J Med Res,
129: 401-8
Neal MJ, 2002, Medical Pharmacology an Glance, 4th ed, Graphicraft Ltd,
Hongkong.
Nuraliev, I.N & Avezov,G.A.,1992, The Efficacy of Quercetin in Alloxan
Diabetes, Eks Klin Farmakol.
Sabu, M. C., K. Smitha, and K. Ramadasan, 2002, Anti-diabetic activity of green
tea polyphenols and their role in reducing oxidative stress in experimental
diabetes, J. Ethnopharmacol., 83, 109-116.
13
Download