BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA 3.1. Kajian Teori 3.1.1. Pengertian kompetensi Dalam bahasa Inggris kompetensi berasal kata dari kata”competence” yang berarti kemampuan. Definisi kamus besar bahasa Indonesia kompetensi adalah kewenangan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu. Menurut R.M Guion dalam Uno (2014:78) mendefinisikan kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berfikir, dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. Spencer and Spencer memandang bahwa kompetensi sebagai karakeristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan atau superior dalam suatu pekerjaan ( Underlying Charakteristic of an individual related to criterion –referenced effective and or superior performance in a Job or situation). Kompetensi bagian dari kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Menurut Spencer & spencer (1993) dalam Uno (2014: 78) kompetensi terdiri dari 5 karakteristik : 1. Motif, adalah sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan, yang menyebabkan sesuatu 2. Sifat adalah karakteistik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi. 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 3. Konsep diri adalah sikap dan nilai image diri seseorang 4. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu 5. Ketrampilan adalah kemampuan untuk melakukan tugas- tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Sedangkan Guru merupakan profesi, karena ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi guru sebagai seorang profesionalisme yaitu: Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahaun yang mendalam, menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai, adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan dan memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Usman, 2008:15). Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan). Karena itu, kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Profesionalisme tidak hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas. Salah satu upaya untuk meningkatkan professionalisme guru adalah melalui sertifikasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 sebagai sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggung jawaban moral dan akademis. Dalam sertifikasi tercermin adanya suatu uji kelayakan dan kepatutan yang harus dijalani seseorang terhadap kriteria-kriteria yang secara ideal telah ditetapkan. Sertifikasi bagi para Guru dan Dosen merupakan amanah dari UU Sistem Pendidikan Nasional kita (pasal 42) yang mewajibkan setiap tenaga pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar yang dimilikinya. Singkatnya adalah sertifikasi dibutuhkan untuk mempertegas standar kompetensi yang harus dimiliki para guru dan dosen sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing. Menurut faktor lain yang harus dilakukan dalam mencapai profesionalisme guru adalah perlunya perubahan paradigma dalam proses belajar mengajar. Anak didik tidak lagi ditempatkan sekedar sebagai obyek pembelajaran tetapi harus berperan dan diperankan sebagai subyek. Sang guru tidak lagi sebagai instruktur yang harus memposisikan dirinya lebih tinggi dari anak didik, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator atau konsultator yang bersifat saling melengkapi. Dalam konteks ini,guru dituntut untuk mampu melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, kreatif dan inovatif secara dinamis dalam suasana yang demokratis. Dengan demikian proses belajar mengajar akan dilihat sebagai proses pembebasan dan pemberdayaan, sehingga tidak terpaku pada aspek-aspek yang bersifat formal, ideal maupun verbal. Menurut Charles (1994) dalam Mulyasa (2008: 25) “Competency as rational performance which satisfactorily meets the objective for a desired http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 condition”. Kompetensi guru merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang di harapkan. Menurut Lefrancois dalam Asmani (2009 : 50) kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar, stimulus akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Apabila individu sukses mempelajari cara melakukan sesuatu pekerjaan yang kompleks dari sebelumnya maka pada diri individu tersebut pasti sudah terjadi perubahan kompetensi. Dengan demikian bisa diartikan kompetensi proses yang berlangsung lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu. Kompetensi diartikan Cowell dalam Asmani (2009 : 52 ) sebagai suatu keterampilan atau kemahiran yang bersifat aktif. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompotensi merupakan suatu, dan kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan sikap yang dinilai yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tertentu. Kompetensi guru merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti, perilaku bukan hanya pada perilaku nyata, tetapi juga meliputi hal-hal yang tidak tampak. Cooper dalam Sujana dalam Uno (2014 :80) mengemukakan empat kompetensi guru, yakni: (a) Menguasai pengetahuan tetang belajar dan tingkah laku manusia. (b) Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 (c) Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang di binanya. (d) Mempunyai keterampilan tehnik mengajar. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (10), kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu; (1) kompetensi pedagogik; (2) kompetensi kepribadian; (3) kompetensi profesional; (4) kompetensi sosial. Keempat bidang kompetensi di atas tidak berdiri sendirisendiri, melainkan saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dan mempunyai hubungan hierarkis, artinya saling mendasari satu sama lainnya, kompetensi yang satu mendasari kompetensi yang lainnya. 3.1.2. Kompetensi Pedagogik Pedagogik secara etimologis berasal dari bahas Yunani “paedos” yang berarti anak laki-laki dan “agogos” berarti membimbing. jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan pedagogik ialah seorang ahli yang membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu, atau istilah sekarang disebut pendidik. Pendidik (guru) dalam proses belajar-mengajar memiliki peran kunci dalam menentukan kualitas pembelajaran. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 Guru diharapkan dapat menunjukkan kepada siswa tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan (cognitive), sikap dan nilai (affektif) dan keterampilan (psikomotor). Dengan kata lain tugas dan peran pendidik yang utama adalah pembelajaran. Jadi pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak (education theory studies) dalam arti luas yaitu bagaimana penerapan mendidik dan ilmu mendidik atau pendidikan anak yang aktual Rasyidin (2014: 173). Dengan pendidik sekaligus mendidik diri (Bildung) dan membina pribadinya agar berangsur-angsur memiliki sifat-sifat ideal. Untuk sifat ideal akan mempasilitasi atau membantu orang dewasa bersimpati kepada anak didik atas dasar simpati diharapkan dapat mengembangkan pendekatan simpati menyelami alam pikiran, perasaan, dan keinginan anak didik sikap penuh pengertian (empathetic understanding) yaitu menyayangi anak didik secara obyektif pedagogis. Atas dasar itu pendidik pada gilirannya akan mampu memfungsikan ilmu yang dipelajari. R.M Suwardi Soerjadiningrat menyatakan “ Mendidik adalah soal kasih sayang, kebijaksanaan (wisdom) dan kesabaran. Dua unsur yang terakhir akan berlangsung jika terdapat unsur pertama yang kuat” (Rasyidin 2014: 172). Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No. 20 tahun 2003, bahwa yang dimaksud dengan pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (UU Sisdiknas, 2003:psl.29). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Menurut Asmani (2009:59) bahwa kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogis. Menurut Mulyasa (2007;14) bahwa, kompetensi pedagogik adalah kemampuan untuk mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman peserta didik, desain instruksional dan implementasi, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi mereka. Pengertian Kompetensi pedagogik dalam Standar Nasional Pendidikan seperti yang dikutip oleh Mukhlis (2009: 75) adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut Badan Standar nasional Pendidikan (2006:88) dalam Mulyasa (2011; 31) yang dimaksud kompetensi pedagogis adalah : Kemampuan dalam mengelola peserta didik yang meliputi ; (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) Pemahaman tentang peserta didik; (c) Pengembangan dan kurikulum/silabus; (d) Perancangan pembelajaran; (e) Pelaksanaa pembelajaran; (f) Evaluasi hasil belajar ; (g) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Untuk dapat melakukan hal tersebut, guru perlu memahami perkembangan anak dan bagaimana hal itu berpengaruh. Tugas guru bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, benar dan salah, tetapi berupaya agar siswa mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam keseharian hidupnya ditengah keluarga dan masyarakat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 3.1.3.Pengukuran Kompetensi Pedagogik Menurut Undang-undang RI No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa kompetensi adalah; seperangkat pengetahuan, pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi pedagogik meliputi: 1. Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: a. memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif b. memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadiam c. 2. mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: a. Memahami landasan kependidikan b. Menerapkan teori belajar dan pembelajaran c. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar. d. Serta menyususn rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. 3. Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: a. Menata latar (setting ) pembelajaran b. Dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: a. Merancang dan melaksanakan evaluasi (assesment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode. b. Menganalisa hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar ( mastery learning) c. Memannfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum 5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial a. memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik b. dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik 3.1.4. Kompetensi Kepribadian Sullivan (1988) dalam Fudyartanta (2012: 104) berpendapat bahwa kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi antar pribadi yang berulang yang menjadi ciri kehidupan manusia, dan kepribadian merupakan entitas hipotesis yang tidak dapat dipisahkan dari situasi –situasi antar pribadi dan tingkah laku antar pribadi merupakan satu-satunya segi yang dapat diamati sebagai kepribadian. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Menurut UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 1 bahwa Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya). Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Misalnya dalam bertutur kata atau dalam bertingkah laku harus sopan sehingga guru tersebut mampu menjadi panutan bagi peserta didik. Kepribadian sering diartikan adalah ciri-ciri yang menonjol pada diri individu. Zakiah Darajat dalam Shah (2008; 8) "Kepribadian adalah apa yang akan menentukan apakah dia adalah seorang pendidik yang baik dan pembangun untuk siswa. Atau akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan siswa, terutama bagi siswa yang masih muda dan mereka yang mengalami kekacauan mental (intermediate tingkat). Kompetensi kepribadian adalah dasar untuk tiga jenis lain dari kompetensi. Ciri-ciri kepribadian khas guru, untuk sebagian besar, terlihat dalam cara dia melakukan pekerjaannya. Fakta ini semakin benar dalam karya guru yang mendidik orang-orang muda di sekolah-sekolah. Sadar atau tidak kehadirannya di kelas, guru memiliki dampak pada perkembangan siswa termasuk motivasi dalam belajar. Kompetensi pribadi adalah kompetensi personal, yaitu berkaitan dengan kemampuan pribadi pemahaman diri, penerimaan diri, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 pengarahan diri sendiri dan realisasi diri Surya dalam Hamidi dan Indrastuti (2012;98). Kemudian Komara (2007;12) menyatakan bahwa, kompetensi pribadi meliputi mulia, arif dan bijaksana, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, menjadi panutan bagi siswa dan masyarakat, untuk objektif mengevaluasi kinerja mereka sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Sedangkan menurut Gimelar dan Dahyat merujuk pada pendapat Asian Institute for Teacher Eduation, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi: (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik social maupun agama; (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi; (3) pengetahuan tentang inti demokrasi; (4) pengetahuan tentang estetika; (5) memiliki apresiasi dan kesadaran social; (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan; (7) setia terhadap harkat danm martabat manusia. Kepribadian sebenarnya sesuatu yang abstrak, hanya dapat dilihat melalui penampilan penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan. Dan kepribadian adalah unsur yang sangat menetukan keakraban hubungan guru dengan anak didik, karena kepribadian guru tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan figur oleh peserta didik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 3.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian 1). Faktor Keturunan (Heredity) Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu seperti tinggi fisik, bentuk wajah, gender, tempramen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnyanya dianggap sepenuhnya atau secara substansial dipengaruhi oleh orang tua 2). Faktor Lingkungan (Natural Environment) Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan dimana ia dibesarkan. Faktor lingkungan memiliki peran dalam alam membentuk kepribadian seseorang 3). Faktor sosial (Social Heritage) dan kebudayaan Manusia dan alam saling mempengaruhi, dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia mengubah alam sesuai dengan kebudayaannya, sedangkan 4). Pengalaman Kelompok Manusia (Group Experiences) Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau tidak telah memengaruhi anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok lain kepada anggotanya, sehingga timbullah kepribadian khas anggota masyarakat tersebut. 5). Pengalaman Unik (Unique Experience) Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya. 3.1.6. Pengukuran Kompetensi Kepribadian Mulyasa (2011: 117) menjelaskan kompetensi kepribadian dalam Standar Nasional Pendidikan, yang tercantum dalam Pasal 28 ayat (3) butir b, serta dalam dalam peraturan Mentri pendidikan Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru bahwa Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan seorang pendidik dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi 1. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: a. bertindak sesuai dengan norma hukum b. bertindak sesuai dengan norma sosial c. bangga sebagai guru d. memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma 2. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: a. menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik b. dan memiliki etos kerja sebagai guru. 3. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensia a. menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak 4. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 a. memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. 6. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: a. bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik 3.1.7.Kompetensi Profesional. Istilah profesi berasal dari kata Pofession Yang berarti sama dengan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan. Mantja (2007: 165 ) menyatakan bahwa guru merupakan sebuah profesi karena menuntut profesionalisme guru berarti memahami guru sebagai sebuah pekerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai sebuah profesi dan memandang guru sebagai seorang profesional yang melakukan pekerjaan secara profesional. Syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang profesional yaitu: 1. Menuntut adanya ketrampilan yang berdasar konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. 2. Menekankan pada suatu keahlian bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. 3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai 4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang di laksanakan. 5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Usman, 2008:15) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Guru sebagai kelompok profesi harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Komitmennya adalah layanan kemanusiaan ketimbang kuntungan pribadi. b. Menjalani penyiapan profesionalis yang relatif lebih lama untuk mempelajari konsep dan prinsip pengetahuan khususnya yang mengharuskan memperoleh status profesi yang tinggi. c. Diperolehnya kualifikasi yang mantap untuk mendapatkan hak atau ijin profesi yang harus di pelihara melalui pertumbuhan layanannya. d. Memiliki kode etik keanggotaan, kepemimpinan dan praktik profesi e. Organisasi yang terbentuk harus selalu memperbaiki standar profesi , layanan profesi disiplin diri dalam profesi dan peningkatan kehidupan ekonomi anggotanya. f. Berusaha untuk selalu mengembangakan diri, spesifikasinya, dan ada kebebasan dalam berprofesi. g. Menghargai profesi sebagai jenjang karir kehidupannya dan menganggap keanggotaannya dalam profesi sebagai sesuatu yang tetap. Adapun Profesional menurut Usman (2011: 14-15) memberikan kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Sedangkan menurut Nurdin profesional adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keterampilan, kejujuran dan sebagainya. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan kompetensi intelektualitas, dan keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Sedangkan kata profesional menurut Danim, profesional mengacu kepada sifat khusus yang harus ditampilkan oleh orang yang memegang profesi tertentu. Menurut Musfah (2011; 15) Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam kemampuan yang meliputi: konsep, struktur, metode keilmuan, teknologi, seni yang menaungi, materi ajar yang ada dalam kurikululm sekolah hubungan konsep antara mata pelajaran yang terkait, penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi secara profesional. Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan konten kurikulum dan substansi mata pelajaran ilmiah filosofis, menurut Jamal (2009: 157) 3.1.8. Pengukuran Kompetensi Profesional Mulyasa (2011: 135) menjelaskan kompetensi profesional dalam Standar Nasional Pendidikan yang tercantum dalam Pasal 28 ayat (3) butir c, dan Undangundang RI No 14 tahun 2005, indikator untuk mengukur kompetensi profesional adalah: 1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: a. memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah b. memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar c. memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait d. menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 2. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial a. menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. 3.1.9. Kompetensi Sosial Kata sosial dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu yang berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan sosialisai diartikan sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat lingkungannnya. Dalam PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Jadi seorang guru tidak hanya cakap kompetensi pedagogik saja, akan tetapi sebagai mahluk sosial yang tidak bisa di pisahkan dari mahluk lainnya. Guru juga dituntut untuk bisa bergaul dan berkomunikasi dengan baik. Karena sebagai guru yang profesional akan menjadikan profesinya tersebut tidak hanya disuatu tempat saja melainkan diberbagai situasi dan kondisi dimana dia berada. Kompetensi sosial diperlukan oleh kemampuan seseorang untuk berhasil dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan tanggung jawab sosial Surya (2000) dalam Hamidi dan Indrastuti (2012 ; 138). Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 meliputi: peserta didik, guru, orang tua/wali murid dan masyarakat (2008 ; 22). Selanjutnya dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi mampu mengekspresikan perhatian sosial lebih banyak, lebih simpatik, lebih suka menolong dan lebih dapat mencintai. 3.1.10. Pengukuran kompetensi sosial Indikator yang digunakan untuk mengukur kompetensi sosial Mulyasa (2008; 24) adalah: 1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. 2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. 3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. 3.2. Efektivitas Pembelajaran 3.2.1 Pengertian Efektivitas Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata efektif mempunyai arti, efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Pengertian efektivitas secara umum adalah” kemampuan berdaya guna dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan sehingga menghasilkan hasil guna (efisien) yang maksimal, atau dengan kata lain efektivitas adalah nilai usaha ketepatgunaan suatu benda atau usaha untuk mencapai sasaran atau tujuan yang ingin dicapai. Mulyasa (2008; 31) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 mengemukakan bahwa; “efektif berarti dan efeknya (akibatnya, pengaruhnya dan kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa hasil”, jadi efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melakukan tugas dengan sasaran yang di tuju.efektif adalah ukuran menyatakan sejauh mana tujuan ( kualitas, kuantitas dan waktu) telah tercapai. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya. Menurut Sondang dalam Othenk (2008; 4), Efektifvitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Abdurahmat dalam Othenk (2008: 7), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota serta merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 3.2.2 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran asal kata belajar, pada hakekatnya belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu peubahan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai(Uno, 2008;78). Untuk mempertahanakan kehidupannya manusia harus mempunyai bekal hidup (skill of life), yang didapat melalui berbagai proses belajar, seperti belajar untuk megetahui ( learning to know), Belajar untuk melakukan ( learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri ( learning to my self), belajar untuk hidup bersama (learning life to gether). Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar/instruktur/sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Menurut Corey dalam Kentjil(2010: 21) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang baik, maka diperlukan perbaikan pengajaran yaitu pada proses pembelajaran. Salah satu variabel proses pembelajaran adalah srategi pembelajaran, dan strategi yang dilakukan guru menjadi kajian untuk megukur kualitan pembelajaran. Menurut Uno (2007:154) ada tiga strategi yang harus diperhatikan , yaitu strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 3.2.3.Efektifitas Pembelajaran Efektifitas pembelajaran adalah kemampuan dalam melaksanakan program pembelajaran yang telah direncanakan serta kemampuan mencapai hasil dan tujuan yang ditetapkan. Proses pelaksanaan program dalam upaya mencapai tujuan tersebut didesain dalam suasana yang kondusif dan menarik bagi peserta didik. Menurut Muasaroh (2010:13) Efektivitas suatu program dapat dilihat dari aspek berikut: 1. Aspek tugas dan fungsi, lembaga dikatakan efektivitas jika tugas dan fungsi dilaksanakan. Begitu juga suatu prograrn pembelajaran akan efektif jika tugas dan fungsi dapat dilaksanakan dengan baik dan peserta didik belajar dengan baik. 2. Aspek rencana/program, jika seluruh rencana dilaksanakan maka dapat dikatakan efektif. 3. Aspek ketentuan dan aturan, efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari berfugsi atau tidaknya aturan yang dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses. 4. Aspek tujuan /kondisi ideal, suatu program kegiatan dikatakan efektif jika tujuan /kondisi ideal dapat tercapai. . Slavin menyatakan bahwa kefektifan pembelajaran ditunjukan dengan empat indikator, yaitu: 1) kualitas pembelajaran, yakni banyaknya infomasi atau ketrampilan yang disajikan; 2) kesesuaian tingkat pembelajaran, yaitu sejauh mana guru memastikan tingkat kesiapan siswa untuk mempelajari materi baru; http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 3) intensif, yaitu seberapa besar usaha guru memotivasi siswa untuk mengajarkan tugas belajar dan materi belajar yang diberikan; 4) waktu, pembelajaran akan efektif jika siswa dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu yang ditentukan. Menurut Simanjuntak, pembelajaran dikatakan efektif jika menghasilkan sesuatu sesuai yang diharapkan. Dan pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada pembelajaran peserta didik secara aktif. Pembelajaran yang efektif yaitu apabila hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal. Sementara menurut Sudjana ( 2007:80), menilai keefektifan proses belajar mengajar sebagai berikut:a) konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum; b).keterlaksanaannya oleh guru, dalam hal ini sejauh mana kegiatan dan program yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik; c).keterlaksanaan oleh siswa, dalam hal ini sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar baik praktik dibengkel dan belajar teori dikelas dengan baik; d).interaksi guru –siswa, berkaiatan dengan komunikasi dua arah ( guru dan siswa); e).kemampuan atau ketrampilan guru mengajar ( penguasaan bahan ajar, cara mengajar, daya serap, metodologi); f) kualitas hasil belajar yang dicapai. Menurut Usman untuk pembelajaran efektif ada lima variabel yang menentukan keberasilan belajar siswa.antara lain: 1. Melibatkan aktivitas siwa, aktivitas yang dimaksud; a). Aktivitas visual (visual activity) seperti; membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demontrasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 b). Akivitas lisan (oral activities) seperti: bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi. c). Aktivitas mendengarkan (listening activities) menjelaskan penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan. d).Aktivitas gerak (motot activities) seperti senam, atletik,menari,melukis. e). Aktivitas menulis (writing activities ) seperti: mengarang, membuat makalah, dan membuat surat. 2. Menarik minat dan perhatian siswa 3. Membangkitkan motivasi siswa 4. Prinsip individualitas 5. Peragaan dalam pembelajaran Dalam Journal of Effektif Teaching, merekomendasikan empat hal yang harus dilakukan guru dalam efektiftivitas pembelajaran, yaitu: pertama . Pengajaran berorientasi pada hasil (outcames). Dengan menargetkan hasil memungkinkan siswa untuk memusatkan perhatian mereka pada tujuan pembelajaran yang jelas. Hal ini juga memfokuskan guru untuk merancang strategi pembelajaran yang efektif. Kedua, Kejelasan intruksi yaitu guru harus meyampaikan intruksi yang jelas, agar siswa memahami apa yang diharapkan guru. Selain intruksi yang jelas, guru harus membantu siswa menghubungkan informasi baru dengan informasi yang mereka sudah ketahui. Ketiga, keterlibatan siswa mulai dari awal pelajaran sampai selesai. Untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran, guru harus menciptakan lingkungan belajar dinamis yaitu memberi kesempatan siswa untuk berlatih setiap konsep yang mereka pelajari. Keempat, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 Antusiasme yaitu semangat guru dalam memberikan pelajaran akan memotivasi partisipai siswa dan menumbuhkan semangat belajar dalam kelas. Antusiame guru yang tinggi mencerminkan kompetensi profesional dan kepercayaan diri. Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana/fasilitas memadai, materi dan metode affordable, guru profesional. Tinjauan utama efektivitas pembelajaran adalah outputnya, yaitu kompetensi siswa. Suatu kegiatan pembelajaran juga dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan, karena efektifitas menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang akan dicapai. Efektifitas pendidikan sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau ketepatan atau ketepatan dalam mengelola suatu situasi. Untuk mnengukur efektifitas hasil suatu kegiatan pembelajaran, dilakukan melalui ketrampilan kognitif peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran Dalam Nasional Board Certified Teachers (NBCTS) bahwa murid yang di ajar guru bersertifikasi Dewan Nasional berkinerja lebih tinggi dari pada murid sebaya mereka menurut Cavalluzzo (2004) dalam Stronge (2013: 10). Guru yang efektif adalah yang memiliki : 1. Kemampuan verbal 2. Bersertifikasi 3. Kemampuan konten 4. Pengalaman mengajar. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 Menurut Nodding (2005) dalam Stronge (2013: 12) bahwa kebahagiaan guru mempengaruhi iklim kelas, dengan demikian mempengaruhi murid dan psikologis guru pada murid dikaitkan dengan prestasi siswa. Keefektifan pengajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian siswa. Menurut Reigeluth dalam Uno (2014;156) ada empat aspek dalam mendeskripsikan keefektifan pengajaran; 1). Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari yang sering disebut tingkat kesalahan; 2). Kecepatan unjuk kerja; 3). Tingkat alih belajar dan 4). Tingkat retensi dari apa yang dipelajari. 3.2.4. Faktor- faktor yang mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran 1. Strategi dan metode pembelajaran Strategi adalah serangkaian rancangan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi. 2. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi, dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. 3. Media Pembelajaran Media yang digunakan harus dapat membangkitkan motivasi siswa dan mengaktifkan pembelajar dalam mmberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa melakukan praktek-praktek yang benar selama proses belajar mengajar berlangsung. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 4. Evaluasi Pembelajaran Rostiyah dalam Djamarah (2010:32) mengatakan bahwa evaluasi adalah : “kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. 5. Gaya mengajar Guru Menurut Rahmat (2011: 67) peran Guru : Guru mempunyai fungsi dan peran yang jauh berbeda dari fungsi dan peran seorang guru sebagaimana yang dipahami orang saat ini ; Guru bukanlah pengajar yang menuangkan ilmu pengetahauan, ajaran-ajaran, perintah atau pengarahan kepada peserta, melainkan fungsi utama peran guru adalah memungkinkan siswa menfasilitasi dapat berlangsungnya mengembangkan proses dirinya, belajar yang pengetahunnya, pemahamannya, perilakunya serta keterampilan-keterampilan yang dikuasainya. 3.2.5. Pengukuran Efektivitas Pembelajaran Efektifitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada: a. Hasil belajar siswa dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah 0% siswa telah memperoleh nilai: 60 b. Kejelasan intruksi, guru menyampaikan intruksi yang dapat dipahami siswa c. Keterlibatan siswa. Pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa terlibat dalam proses pembelajaran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 d. Antusiasme. pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajar 3.3. Penelitian Terdahulu Tabel.3.1 Penelitian terdahulu Peneliti, Tahun Hasil Muhammad Ilyas Bhutto ( 2011) Mengajar dengan kompetensi sosial mencapai hasil belajar lebih baik Anupama Bhagara, Minaken Pathy(2011) Kompeetesi kepribadian berperan dalam nilai belajaryang lebih baik Irem Kızılaslan Kompetensi Guru berperan dalam perubahan hasil belajar siswa Ahmad Mojavezi, PoodinehTamiz (2012) Marzieh Konsep diri Guru berpengaruh posirif pada motivasi dan prestasi siswa Ade Een, Khaeruniah (2013) Kompetensi kepribadian Guru berkontribusi positif terhadap motivasi dan disiplin belajar Adnan Hakim (2015) Kompetensi Pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial berpengaruh positif terhadap hasil belajar Mareike Kunter, Kompetesi profesional Guru JürgenBaumer,ThamarVos,UtaKlusmann, mempengaruhi motivasi dan hasil Dirk Richter,AxinjaHachfeld (2015) belajar siswa Mk. panang (2015) M Nur Mustafa (2013) Lauren Liberant (2012) Kompetensi kepribadian Guru signifikan rendah terhadap prestasi akademik siswa dalam pelajaran fisika Kompetensi profesional Guru berpengaruh terhadap hasil belajar dan mengajar siswa belajar tepat Kompetensi kepribadian mempengaruhi akademik perilaku siswa http://digilib.mercubuana.ac.id/ tidak dan 46 Lanjutan... Titik Hartyanti (2009) Kompetensi profesional Guru berpengaruh posistif terhadap minat belajar mata pelajaran fiqih di Mts Yasu,a Plag Wetan Demak Jamaludin Makmun, Mustafa Makka Kompetensi profesional berpengaruh (2010) terhadap hasil belajar SMA Negeri 1 Tamalatea Power Panjaitan SE, M.SI (2013) Kompetensi Guru berpengaruh terhadap kepuasan siswa pelajaran fisika Syarif Muhammad Irshad (2013) Kompetensi profesional Guru berpengaruh positif terhadap hasil belajar di SMK Negeri 2 Tulungagung. Tri Hardiana (2013) Kompetensi Pedagogik Guru berpengaruh positif terhadap hasil belajae kelas x mata pelajaran IPS SMK Muhammadiyah Pontianak Dhika Pratama, Kusuma Hati, Edy Kompetensi Guru memberikan Wiyono,Elvin Yusliana, Ekawati (2011) kontribusi terhadap kemampuan kognitif siswa Sabar Sukarno (2011) Pengaruh kompetensi kepribadian Guru terhadap pembelajaran Ridaul Inayah, Trisno Martono,Hery Kompetensi Guru berpengaruh positif Sawiji,(2012) terhadap mata peajaran ekonomi siswa kelas XI Ni Made Supradyani, I Nyoman Kompetensi pedagogik/ pengelolaan Natajaya, I Gusti Ketut Arya Sunu (2013) kelas, etos kerja dan pemanfaatan berkontribusi terhadapefektifitas pembelajaran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 3.4. Kerangka Pemikiran Kompetensi Pedagogik ( X1) 1. Menyusun Rencana pembelajaran 2. Kemampuan proses mengelola KBM 3. Kemampuan melakukan penilaian Kompetensi Kepribadian (X2) 1. Kepribadian yang mantap stabil dan dewasa. 2. Kepribadian arif, ahlak mulia dan teladan Kompetensi Profesional (X3) 1. Menguasai substansi keilmuan, struktur dan metode keilmuan 2. Etos Kerja Kompetensi Sosial (X4) 1. Interaksi dengan peserta didik dan dengan kepala sekolah. 2. Interaksi dengan orang tua dan mmdengan masyarakat (H1) (H2) (H3) (H4) (H5) Gambar .3.1 Kerangka Pemikiran http://digilib.mercubuana.ac.id/ Efektifitas Pembelajaran (Y) 1. Hasil belajar siswa 75 % mencapai nilai 60 2. Kejelasan Intruksi guru 3. Keterlibatan siswa 4. Meningkatkan minat dan motivasi belajar 48 3.4.1. Pengaruh Kompetensi pembelajaran Pedagogik guru terhadap efektifitas Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi yang harus dimiliki guru, Dalam teori yang ada kompetensi pedagogik dapat mempengaruhi efektifiats pembelajaran. Dengan kompetensi pedagogik yang dimiliki guru dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, kinerja belajar siswa dan minat serta motivasi belajar siswa. 3.4.2. Pengaruh Kompetensi Kepribadian guru terhadap efektifitas pembelajaran Kompetensi Kepribadian atau Personal dibutuhkan oleh siswa Oleh karena itu, seorang pendidik harus memiliki kemampuan yang berkaitan dengan kepribadian pembangunan. Kompetensi personal yaitu berkaitan dengan kemampuan pribadi pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri sendiri dan realisasi diri, Dari teori yang ada kompetensi kepribadian berpengaruh terhadap kinerja belajar siswa. 3.4.3. Pengaruh Kompetensi Profesional pembelajaran guru terhadap efektifitas Kompetensi profesional berkaitan dengan ketrampilan guru dalam proses pembelajaran. Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan konten kurikulum dan substansi mata pelajaran ilmiah filosofis. Sementara Komara dalam Jamal: (2009: 157) menyatakan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan menangani penyesuaian tugas dan kompetensi ini sangat penting karena langsung berhubungan dengan kinerja yang ditunjukkan. Dari teori yang ada kompetensi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 profesional berpengaruh signifikan terhadap kinerja belajar, prestasi belajar siswa. 3.4.4. Pengaruh Kompetensi Sosial terhadap Efektifitas Pembelajaran Siswa. Kompetensi sosial diperlukan oleh kemampuan seseorang untuk berhasil dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan tanggung jawab sosial. Mulyasa (2007) menyatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain meliputi: peserta didik, sesama guru, orang tua/wali murid dan masyarakat. Dalam teori didapatkan bahwa kompetensi sosial berpengaruh terhadap efektifitas pembelajaran. 3.5. Hipotesis Hipotesis yang terdapat didalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : H1 = Kompetensi pedagogik berpengaruh positif terhadap efektifitas pembelajaran H2 = Kompetensi Kepribadian berpengaruh positif terhadap efektifitas Profesional berpengaruh positif terhadap efektifitas pembelajaran H3 = Kompetensi pembelajaran H4 = Kompetensi Sosial berpengaruh positif terhadap efektifitas pembelajaran H5 = Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial secara bersama mempengaruhi efektifitas pembelajaran http://digilib.mercubuana.ac.id/