13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 34

advertisement
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasal 34 UUD 1945 menyatakan: “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara
oleh Negara”. Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada Negara untuk
memperhatikan dan mengangkat nasib masyarakat Indonesia yang dikategorikan
sebagai fakir miskin. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengangkat nasib
fakir miskin adalah melalui zakat. Zakat merupakan pranata keagamaan yang
terkait langsung dengan penanggulangan kemiskinan dimana fakir miskin
merupakan objek penerima zakat yang utama. Agar zakat itu mencapai efisiensi,
efektifitas dan tepat sasaran harus ada norma yang mengatur tentang zakat.
Badan usaha komersial maupun non komersial merupakan suatu organisasi
atau entitas dalam sebuah Negara, juga memiliki peranan yang cukup besar dalam
meminimalisasi tingkat kemiskinan penduduk sebagai mitra pemerintah. Laba
yang didapat oleh setiap badan usaha maupun secara pribadi dari hasil usahanya
disisihkan untuk kas Negara melalui pajak penghasilan. Bank syariah sebagai
salah satu lembaga keuangan komersial yang memiliki prinip-prinsip dasar syariat
Islam dalam kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat
untuk dikelola dan disalurkan pada masyarakat sesuai dengan tugasnya, juga
terikat pada aturan Islam dan Negara dalam memenuhi kewajibannya atas zakat
dan pajak penghasilan. Keberadaan bank-bank syariah saat ini telah diperkuat
dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 atas perubahan
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang memuat ketentuan-
14
ketentuan usaha bank bagi hasil, sehingga semakin memperkuat berdirinya bankbank syariah di seluruh Indonesia.
Atas persetujuan DPR yang diajukan oleh mantan Presiden BJ Habibie,
Indonesia telah memiliki Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat yaitu
Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999. Undang-undang ini juga telah diikuti oleh
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 38 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam pasal 2 UU No. 38 Tahun
1999 menyebutkan “setiap warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan
mampu atau badan yang dimiliki oleh orang muslim berkewajiban menunaikan
zakat”. Dan salah satu substansi yang paling menarik dari UU nomor 38 tahun
1999 ini adalah unifikasi zakat dan pajak, sebagaimana dalam pasal 14 ayat 3
yang berbunyi: ” Zakat yang telah dibayar kepada badan amil zakat dan lembaga
amil zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak
yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”
yang dimaksud pajak dalam konteks ini adalah pajak penghasilan (PPh). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa zakat yang dikeluarkan oleh suatu badan
usaha dapat mempengaruhi atau mengurangi besarnya pajak penghasilan yang
akan dikeluarkan perusahaan dikarenakan zakat yang akan dibayar oleh suatu
badan usaha dikurangkan dari laba sebelum pajak, sehingga laba yang dikurangi
zakat akan memperkecil besarnya pajak yang akan dikeluarkan sesuai dengan
Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dan Undangundang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan.
15
Dengan adanya Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tersebut juga
merupakan salah satu cara di samping pajak yang dimaksudkan untuk
pemanfaatan sumber dana yang didapat dari zakat, infak dan shadaqah, hibah,
wasiat, waris, dan kafarat, dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan dan
kesenjangan yang terjadi dalam masyarakat dengan pengelolaan yang profesional
dan bertanggung jawab. Dalam melakukan pengelolaan zakat dan perhitungan
pajak penghasilan, hendaknya perhitungan zakat dan pajak penghasilan
berdasarkan dari laba bruto setiap akhir periode. Kebijakan yang diambil ini
berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) yang telah bekerja sama
dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan dalam membuat kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bank syariah.
Adapun kegunaan dari akuntansi syariah salah satunya yaitu untuk
menentukan besarnya zakat yang akan dikeluarkan oleh suatu badan usaha
maupun perorangan. Namun yang menjadi permasalahan adalah, dalam
pelaksanaan perhitungan zakat badan usaha, masih terdapat perbedaan format
perhitungan serta elemen laporan keuangan yang berbeda antara format baku
dalam
Islam dengan bahasa fikih kontemporer. Berdasarkan peraturan
perundang-undangan tentang pengelolaan zakat dan pajak penghasilan dapat
dijadikan sebagai suatu perumusan masalah apakah implementasi pengelolaan
zakat PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan telah
sesuai dengan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 dan bagaimana hubungan
antara zakat badan usaha dengan pajak penghasilan serta bagaimana PT. Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan menentukan
16
perhitungan zakat badan usahanya dengan adanya perbedaan format perhitungan
antara format baku yang ada saat ini dengan bahasa fikih kontemporer?
Berdasarkan tinjauan lapangan mengenai pengelolaan zakat Badan Usaha,
Pihak manajemen PT. BPRS Al-Washliyah Medan membuat laporan keuangan
yang
didasarkan
pada
prinsip-prinsip
akuntansi
syariah
namun
dalam
menempatkan posisi zakat badan usahanya PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Al-Washliyah Medan belum menempatkan posisi zakat badan usahanya
sebagai salah satu faktor pengurang (deductable expense) penghasilan kena
pajaknya. Besarnya zakat yang dikeluarkan PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Al-Washliyah Medan yaitu berdasarkan format baku dalam islam sebesar
2,5% dan tidak mempengaruhi besarnya pajak penghasilan yang dikeluarkan.
Pihak manajemen PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) AlWashliyah Medan belum mengacu atau
belum menerapkan sesuai dengan
Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, hal ini dapat
dilihat dari sistem pengelolaan zakatnya yang diperoleh dari nasabah secara
sukarela, bukan dikurangi dari laba sebelum pajak perusahaan, selain itu dalam
sistem penyaluran zakatnya juga bukan melalui BAZDA tetapi disalurkan
berdasarkan kebijakan bersama dalam perusahaan.
Berdasarkan
permasalahan
mengenai
pengelolaan
dan
perbedaan
perhitungan zakat berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 serta
pengaruh zakat sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak pada PT Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan, maka penulis tertarik
untuk memilih judul : Pengelolaan Zakat Berdasarkan Undang-Undang No. 38
17
Tahun 1999 Dan Pengaruhnya Terhadap Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
(Pada PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan)”.
B. Perumusan Masalah
Dalam
memulai
suatu
penelitian
hendaknya
diarahkan
pada
inti
permasalahan itu sendiri, untuk tujuan itu maka perumusan masalah dalam
penelitian ini ditegaskan dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1. apakah implementasi pengelolaan zakat PT. Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan telah sesuai dengan UndangUndang No. 38 Tahun 1999 ?
2. bagaimana PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah
Medan menentukan perhitungan zakat badan usahanya dengan adanya
perbedaan format perhitungan antara format baku yang ada saat ini dengan
bahasa fikih kontemporer?
3.
bagaimana hubungan antara zakat badan usaha dengan pajak penghasilan.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain adalah :
a.
untuk mengetahui bagaimana implementasi pengelolaan zakat, serta
perihal perhitungan zakat PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Al-Washliyah Medan sesuai atau tidak dengan Undang-undang No. 38
Tahun 1999,
b. untuk mengetahui bagaimana pihak PT. Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan melakukan perhitungan zakat
18
badan usaha dengan adanya perbedaan format perhitungan antara format
baku yang ada saat ini dengan bahasa fikih,
c.
untuk mengetahui bagaimana pengaruh zakat badan usaha terhadap
pajak penghasilan.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian yang dilakukan ini
diharapkan
dapat
memberikan
manfaat
kepada
berbagai
pihak
yang
berkepentingan seperti :
a.
bagi penulis, sebagai aplikasi dan penambahan wawasan pengetahuan
yang penulis peroleh serta memahami antara teori dan praktik.
b. bagi pihak PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah
Medan sebagai bahan masukan dalam pengelolaan zakat, perhitungan
pajak penghasilan yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun
1999.
c.
bagi peneliti lain, sebagai bahan perbandingan penelitian dalam konteks
penelitian yang sama.
d. sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga
lainnya dalam proses pengenalan pengelolaan zakat badan usaha
sehingga dapat mempraktikkannya pada badan usaha yang mereka
miliki.
Download