BAB 2 RENCANA BISNIS 2.1. Ringkasan Eksekutif Rumah Baca C-SPOT adalah usaha yang bergerak dalam bidang kafe baca, yang akan menawarkan konsep taman bacaan atau perpustakaan bernuansa kafe. Rumah Baca C-SPOT merupakan salah satu bentuk solusi yang ditawarkan untuk mengatasi budaya dan minat baca masyarakat --terutama generasi muda-- Indonesia yang masih sangat rendah. Padahal, budaya baca dalam suatu masyarakat sangatlah penting dan berkolerasi dengan tinggi rendahnya kualitas SDM suatu bangsa. Secara skala nasional, industri kafe baca ini sedang berada dalam tahap pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dilihat dari mulai menjamurnya kafe baca di kota-kota besar di penjuru Indonesia. Sebagian besar kafe baca ini memposisikan dirinya sebagai ‘toko buku alternatif’. Sedangkan Rumah Baca C-SPOT akan lebih memposisikan diri sebagai ‘perpustakaan alternatif’. Tidak seperti di kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Jogjakarta, di Kota Bogor konsep bisnis yang memadukan konsep taman bacaan dengan kafe ini belum ada. Hal ini dengan sendirinya menjadi peluang bisnis yang sangat potensial. Potensi bisnis ini jelas terlihat pada besarnya jumlah available market yang mencapai 78,049 orang, yang dapat dikonversikan menjadi market size sebesar Rp. 3,902,450,000 per bulan. Strategi generik perusahaan adalah fokus diferensiasi. Selain itu, dengan strategi first time to market, 5 Rumah Baca C-SPOT secara 6 bertahap akan merebut mind share, market share dan heart share target pasarnya di Kota Bogor. Untuk mendapatkan ketiga hal tersebut, Rumah Baca C-SPOT menggunakan strategi pemasaran berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh MarkPlus, yaitu strategi pemasaran dengan model Strategic Business Triangle, yang berintikan 9 (sembilan) elemen utama marketing, yaitu Segmentation, Targeting, Positioning, Differentiation, Marketing mix, Selling, Brand, Service dan Process. Dengan memfokuskan pada context differentiation untuk memberikan value yang terus menerus bagi pelanggan, Rumah Baca C-SPOT akan terus berusaha membangun dan meningkatkan brand awareness sehingga diharapkan Rumah Baca C-SPOT akan menjadi bisnis yang sustainable, walaupun nantinya tingkat persaingan di industri ini akan semakin ketat. Dari hasil perhitungan rencana keuangan dapat disimpulkan bahwa usaha ini memiliki kelayakan untuk dijalankan. Dengan modal awal sebesar Rp126,801,000 dan rencana tingkat pengembalian (expected rate of return) sebesar 12%, dalam jangka waktu 5 tahun perusahaan akan mendapatkan nilai NPV yang positif sebesar Rp101,724,964, IRR sebesar 34% dan jangka waktu pengembalian investasi selama 2.79 tahun. 2.2. Deskripsi Perusahaan 2.2.1. Profil Perusahaan Rumah Baca C-SPOT merupakan perusahaan perorangan yang dikelola secara profesional. Pendiri dan pemodal tunggal dari usaha ini adalah Rifki Chaerul Iman, Sarjana Teknik Kimia Institut Teknologi Indonesia dan mahasiswa MBA ITB. Dengan modal utama kecintaan terhadap dunia baca dan dunia entrepreneurship, serta pengalaman menjalankan usaha serupa selama setahun di Bandung, menumbuhkan keinginan untuk membuka usaha berkonsep perpustakaan baca ataupun kafe baca di Kota Bogor. 7 2.2.2. Lokasi Rumah Baca C-SPOT berlokasi di Jl. Malabar #120 Bogor yang terletak di belakang Pangrango Plaza. Lokasi ini adalah lokasi yang sangat strategis dan mudah diakses karena terletak di tengah kota. Walaupun terletak di tengah kota, lokasi ini memiliki suasana yang sangat nyaman karena tidak berada di jalan utama dan tidak dilewati langsung oleh jalur angkutan perkotaan (angkot), sehingga relatif tidak bising dan bebas dari polusi kendaraan. Rumah Baca C-SPOT diharapkan dapat menjadi salah satu tempat alternatif bagi para pelajar & mahasiswa Bogor untuk bereskplorasi pengetahuan, wawasan dan imajinasi melalui buku. 2.2.3. Visi Perusahaan Rumah Baca C-SPOT didirikan dengan visi : “Mewujudkan generasi muda yang gemar mengeksplorasi pengetahuan, wawasan dan imajinasi melalui buku dan komunitas dengan semangat untuk menatap masa depan yang lebih baik”. 2.2.4. Misi Perusahaan Menjadikan kegiatan membaca menjadi menyenangkan Everybody loves reading & share experiences Menjadi tempat alternatif untuk ‘belajar’ baik melalui buku maupun komunitas 2.2.5. Kunci Sukses Kunci sukses untuk keberhasilan bisnis C-SPOT ini adalah : Suasana dan atmosfer C-SPOT yang unik yang akan membuat tempat kami berbeda dari tempat sejenis di Bogor. Positioning C-SPOT sebagai pusat aktifitas berbagai komunitas di Bogor. 8 Kualitas produk dan pelayanan yang baik 2.3. Rencana Produk dan Layanan Dengan tag line “Where Reading is Fun”, Rumah Baca C-SPOT ingin mewujudkan suatu spot (tempat) dimana orang membaca buku sambil menikmati makanan kecil. Mencari kenyamanan sambil membaca buku. Menjadikan membaca sebagai kegiatan yang santai dan menyenangkan. Untuk memenuhi visi dan misinya, selain dengan penciptaan atmosfer tempat yang unik dan nyaman, Rumah Baca C-SPOT juga didukung dengan berbagai jenis produk untuk pelanggannya, yaitu : 2.3.1. Penyewaan buku (Book Rental) Jasa penyewaan buku ini adalah bentuk solusi yang ditawarkan oleh C-SPOT untuk menyikapi adanya gap antara minat baca yang tinggi dengan harga buku yang relatif mahal. Dengan menyewa buku maka pelanggan tetap dapat memenuhi hasratnya untuk membaca buku tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. 2.3.2. Penjualan buku (melalui pemesanan) Pelanggan C-SPOT yang memiliki hobi mengoleksi buku, terutama buku buku yang sudah jarang ditemui di pasar, juga bisa memesan buku yang mereka inginkan, baik buku baru maupun buku bekas dengan harga terjangkau. 2.3.3. Penjualan makanan dan minuman ringan Selama membaca buku ataupun beraktivitas di C-SPOT, pelanggan bisa ditemani oleh makanan atau minuman ringan (coffee, tea, juice dan softdrinks). Dengan begitu diharapkan pelanggan akan ‘menikmati’ bukunya dengan lebih asik dan nyaman. 9 2.3.4. Penyedia tempat untuk event yang berhubungan dengan dunia buku dan pendidikan Rumah Baca C-SPOT juga akan memfasilitasi pecinta buku ataupun komunitas buku di Bogor yang akan mengadakan suatu event buat komunitasnya, seperti diskusi buku, bedah buku, nonton film bareng, workshop menulis, ataupun kegiatan lainnya yang sifatnya community events. 2.4. Analisis Lingkungan Bisnis Analisis lingkungan bisnis ini meliputi pembahasan mengenai konsep bisnis, faktor-faktor lingkungan bisnis yang berpengaruh, karakteristik lingkungan bisnis, dan aspek-aspek strategis dari bisnis ini. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memperjelas konsep dari bisnis ini, kaitannya dengan lingkungannya, serta menentukan faktor-faktor kunci yang dapat digunakan untuk membuat strategi perusahaan dalam memenangkan persaingan di lingkungan bisnis ini. 2.4.1. Konsep Bisnis Bisnis Rumah Baca C-SPOT ini kami definisikan sebagai bisnis jasa penyewaan buku yang ditunjang dengan layanan ala kafe sederhana. Rumah Baca C-SPOT akan memadukan konsep kafe dengan perpustakaan. Dengan kata lain, Rumah Baca CSPOT akan diposisikan sebagai ‘taman bacaan/perpustakaan bernuansa kafe’. Momok perpustakaan yang terkesan membosankan akan disiasati dengan memadukan konsep serius tapi santai. Ini berarti setidaknya ada dua karakteristik yang harus diperhatikan untuk kesuksesan penerapan konsep bisnis ini, yaitu karakteristik layanan sebuah perpustakaan dan karakteristik bisnis sebuah kafe. Karakteristik utama perpustakaan yang baik terletak pada kuantitas koleksi buku, keragaman koleksi buku, serta sistem database buku yang bagus. Sedangkan karakteristik kafe terletak pada atmosfer 10 yang berbeda serta kualitas layanan yang prima. Perlu ditekankan disini bahwa konsep kafe sendiri tidak harus berupa tempat yang glamour dan mewah, namun mampu menyajikan atmosfer yang nyaman dan membangun suasana rileks. Di Kota Bogor, konsep bisnis seperti ini merupakan konsep yang relatif baru dan belum ada pebisnis yang menerapkan konsep serupa. 2.4.2. Analisis Lingkungan Makro Lingkungan makro merupakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan perusahaan, tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh perusahaan. Faktor eksternal ini dapat menjadi dasar bagi peluang bisnis sekaligus dapat menjadi hambatan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya adalah demografi, tingkat pendidikan, tingkat pemanfaatan media cetak, dan kondisi perekonomian Indonesia. 2.4.2.1. Demografi Kota Bogor merupakan salah satu kota yang berada di wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dan hanya berjarak kurang lebih 50 km dari pusat pemerintahan Indonesia, Jakarta. Kota dengan luas 11850 Ha ini dihuni oleh lebih dari 855 ribu jiwa yang tersebar di enam kecamatan di wilayah kota Bogor. Salah satu komponen demografi yang penting adalah struktur umur serta sex ratio penduduk di suatu wilayah. 11 Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2005 Kelompok Umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 -34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65+ JUMLAH Jenis Kelamin Laki Laki Jumlah Perempuan 40,714 38,713 38,465 40,327 47,358 44,505 41,855 33,347 29,204 23,758 17,298 10,968 9,846 15,504 42,395 42,114 39,700 42,747 50,863 43,481 38,794 31,145 25,989 19,038 14,302 9,024 8,665 14,966 83,109 80,827 78,165 83,074 98,221 87,986 80,649 64,492 55,193 42,796 31,600 19,992 18,511 30,470 431,862 423,223 855,085 (sumber : “Kota Bogor dalam Angka 2006”) Penduduk Kota Bogor Menurut Jenis Kelamin Perempuan; 49% Laki Laki; 51% Gambar 2.1. Penduduk Kota Bogor Menurut Jenis Kelamin 2.4.2.2. Tingkat Pendidikan Ada hubungan yang erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat pemanfaatan media sumber informasi (media massa, buku, 12 majalah, dsb). Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kebutuhan akan informasi juga semakin tinggi. Data yang menunjukkan hubungan erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat pemanfaatan media sumber informasi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.2. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Membaca Surat Kabar/Majalah/Buku Menurut Jenis Pendidikan yang Ditamatkan, Tahun 2000 dan 2003 Jenis Pendidikan Yang Ditamatkan Tidak/belum pernah sekolah Tidak/belum tamat SD SD SLTP SMU Sarjana (sumber : Susenas Modul 2003) Membaca Surat Kabar/Majalah/Buku 2000 2003 0.5 0.9 3.8 4.4 11.4 12.2 29.2 30.7 53.3 57.1 82.3 84 Dari sebuah survei lain yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada tahun 2005 terhadap responden di sembilan kota besar yang tersebar di Indonesia, juga didapatkan hasil bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka intensitas membaca buku juga cenderung semakin tinggi. Hasil survei ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.3. Kebiasaan Responden Membaca Buku Menurut Tingkat Pendidikan (%) Intensitas Responden Membaca Buku 4-6 kali 1-3 kali Tdk punya per minggu Per minggu Kebiasaan Rendah 14.6 0.0 22.0 53.7 Menengah 23.9 6.0 38.3 29.0 Tinggi 35.5 13.0 30.7 19.5 (sumber : Litbang Kompas, Februari 2005) Tingkat Pendidikan Tiap hari Tdk tahu (jawab) 9.8 2.9 1.4 TOTAL 100 100 100 Melihat hasil survei tersebut maka dapat diasumsikan bahwa tingkat pendidikan penduduk kota Bogor akan berkolerasi dengan minat 13 bacanya. Karena itu, gambaran mengenai tingkat pendidikan penduduk kota Bogor cukup penting untuk diketahui. Sebagai gambaran tingkat pendidikan di Kota Bogor, kita bisa melihat dari populasi siswa dan mahasiswa yang menghuni Kota Bogor, yang dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan 2.5 berikut ini : Tabel 2.4. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Di Kota Bogor Tahun 2005 Negeri SLTP SLTA SLTA Kejuruan Swasta Jumlah Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru 26 10 3 16,573 8,327 3,096 892 566 246 77 38 53 23,673 14,418 23,370 1,742 992 1,580 103 48 56 40,246 22,745 26,466 2,634 1,558 1,826 (sumber : “Kota Bogor Dalam Angka 2006”) Tabel 2.5. Jumlah Mahasiswa Menurut Perguruan Tinggi Di Kota Bogor Tahun 2005 Perguruan Tinggi DIII Akademi Kimia Analisis 731 Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian STIE TRIGUNA 194 Akademi Manajemen KESATUAN 608 STIE KESATUAN 117 Institut Pertanian Bogor 5,234 Akademi Sekretari TRIGUNA 75 Universitas Ibn Khaldun JUMLAH MAHASISWA (sumber : “Kota Bogor Dalam Angka 2006”) Mahasiswa DIV S1 932 257 896 10,161 2,309 - Jumlah 731 932 451 608 1,013 15,395 75 2,309 21,514 2.4.2.3. Kondisi Perekonomian Secara umum, keadaan ekonomi Kota Bogor relatif stabil dengan pertumbuhan yang cukup baik. Struktur ekonomi Kota Bogor didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 31% dan sektor industri pengolahan sebesar 28%. Indikator makro perekonomian diukur dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB menunjukkan kemampuan suatu 14 daerah dalam menghasilkan pendapatan/balas jasa kepada faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di daerah tersebut. Tabel 2.6. PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2000 – 2005 (Jutaan Rupiah) Tahun PDRB Atas Dasar Harga PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Konstan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 (sumber : “Produk 2,671,607.24 2,671,607.24 2,954,164.95 2,823,430.21 3,282,218.41 2,986,837.37 3,645,650.79 3,168,185.54 4,051,722.59 3,361,438.93 4,979,878.09 3,567,230.91 Domestik Regional Bruto Kota Bogor Tahun 2004” dan “Kota Bogor Dalam Angka 2006”) Untuk melihat perkembangan PDRB Kota Bogor dari tahun 2000 sampai tahun 2005 disajikan pada grafik berikut : PDRB Kota Bogor Tahun 2000 - 2005 (Milyar Rupiah) 5,000 4,500 4,000 Rupiah 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 2000 2001 2002 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 2003 2004 2005 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Gambar 2.2. PDRB Kota Bogor Tahun 2000 – 2005 (milyar rupiah) 15 Dengan melihat bahwa PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar Rp2,671,607.24 juta di tahun 2000 meningkat menjadi Rp4,979,878.09 juta di tahun 2005, dan PDRB Atas Dasar Harga Konstanpun mengalami peningkatan dari Rp2,671,607.24 juta menjadi Rp3,567,230.91 juta di tahun 2005, maka hal ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu enam tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan riil yang walaupun tidak terlalu besar tetapi cukup menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi bukan hanya peningkatan yang disebabkan oleh harga yang jauh meningkat atau tingkat inflasi yang terjadi. Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan juga dapat menunjukkan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bogor, seperti terlihat pada gambar berikut : Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bogor 4,000 PDRB ADHK 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Gambar 2.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bogor Tahun 2000 – 2005 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bogor tahun 2005 sebesar 6,12% mengalami peningkatan 0,02% dari tahun 2004 yaitu sebesar 6,10%. Peningkatan LPE tersebut diperoleh dari kontribusi 9 (sembilan) sektor lapangan usaha. Laju inflasi pada tahun 2005 adalah sebesar 1,29% , lebih rendah 0,10% dibandingkan laju inflasi tahun 2004. Penurunan laju inflasi tersebut disebabkan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi 16 yang berkolerasi atau berhubungan terhadap laju inflasi pada kelompok pengeluaran seperti bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan umum. Demikian pula kenaikan tersebut menunjukkan bahwa jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dan dikonsumsi masyarakat semakin meningkat, sehingga kenaikan PDRB identik dengan pertumbuhan ekonomi yang secara positif dapat menggerakkan sektor riil di kota Bogor. 2.4.3. Analisis Lingkungan Mikro Dalam menganalisis suatu bisnis baru, perlu diketahui seberapa besar daya tarik pasar dan lingkungan bersaing. Hal ini dimaksudkan agar dapat membangun posisi kompetitif yang kuat dalam pasar dengan daya tarik yang besar. Langkah awal yang memegang pembuatan strategi dan analisa pasar. peranan penting adalah Salah satu cara untuk menganalisa peluang keberhasilan suatu bisnis adalah melalui Michael Porter’s Five Forces Model, seperti yang terlihat pada gambar berikut : Gambar 2.4. Michael Porter’s Five Forces Model 17 Model ini merupakan tool yang sederhana tapi sangat berguna untuk memahami di area mana sebenarnya letak kekuatan utama dalam suatu bisnis atau industri. Dengan memahami dimana letak kekuatan dalam industri ini berada, kita dapat mengambil keuntungan misalnya dari suatu situasi dimana kita memiliki kelebihan atau kekuatan dalam industri ini, memperbaiki kelemahan kita dalam industri ini, serta menghindari langkah-langkah bisnis yang keliru. Tool ini juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu produk atau bisnis baru mempunyai potensi untuk menjadi bisnis yang menguntungkan atau tidak. Five Forces Analysis mengasumsikan bahwa ada lima kekuatan (forces) penting yang menentukan daya saing dalam suatu industri, yaitu : 2.4.3.1. Persaingan Industri (Industry Competitors) Industry competitors atau business competitors, didefinisikan sebagai bisnis yang sudah ada saat ini, dengan penawaran yang serupa dengan Rumah Baca C-SPOT, yaitu bisnis penyewaan buku yang dilengkapi dengan pelayanan suasana khas kafe. Di sini kita melihat sejauh mana tingkat persaingan antar pelaku bisnis di industri ini, atau apakah salah satu ‘pemain’ sangat dominan terhadap yang lainnya atau justru setara baik dalam hal kekuatan ataupun dalam hal ukuran bisnisnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa di Kota Bogor ini dapat dikatakan belum ada bisnis yang menawarkan pelayanan yang serupa dengan C-SPOT. Sehingga bisa dikatakan tingkat kompetisi bisnis sejenis ini masih sangat rendah. Meskipun demikian, bisnis-bisnis yang menyediakan sebagian dari produk atau layanan yang ditawarkan C-SPOT tetap harus dicermati karena dapat dianggap sebagai pesaing, walaupun secara tidak langsung. 18 2.4.3.2. Ancaman Pendatang Baru (Potential Entrants) Potential entrants didefinisikan sebagai pendatang baru dalam bisnis ini yang potensial, dengan penawaran yang serupa dengan Rumah Baca C-SPOT. Disini kita akan melihat seberapa mudah atau sulitkah bagi ‘pemain’ baru untuk bisa ikut berkompetisi dalam industri ini. Faktor-faktor apa saja yang akan menghalangi pemain baru untuk ikut terjun dalam industri ini. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah pebisnis baru yang masuk dalam lingkungan bisnis ini adalah : Pertumbuhan pasar Pengetahuan tentang pasar Ketersediaan suplai, modal dan sumber daya yang dibutuhkan Regulasi, seperti peraturan pemerintah, tata kota dan peruntukkan lahan Ketersediaan lokasi yang ideal Tinggi rendahnya ancaman pendatang baru dapat ditinjau dari barriers to entry yang relevan untuk memasuki bisnis ini, yang meliputi : Kebutuhan Modal Kebutuhan modal bagi pendatang baru di bisnis ini bisa dikatakan relatif tinggi mengingat tingginya beban pokok yang harus dipenuhi, minimal untuk sarana dan prasarana seperti tempat dan bangunan. Dengan demikian, hambatan untuk pendatang baru dari segi kebutuhan modal adalah sedang hingga tinggi. Diferensiasi Rumah Baca C-SPOT memberikan jenis layanan yang relatif masih baru, yaitu penyediaan produk dan layanan bagi para pecinta dan penikmat buku di Kota Bogor, secara terpadu dalam satu lokasi yang nyaman. Diferensiasi yang dapat dilakukan terutama dalam penciptaan tempat yang nyaman, sarana dan prasarana yang baik, dan 19 memiliki kesan dan suasana tersendiri. Diferensiasi dalam hal produk dapat berupa kualitas yang tinggi, pilihan yang beragam dan harga yang terjangkau. Diferensiasi dalam layanan dapat diberikan berupa inovasi layanan, pelayanan yang ramah, profesional dan pribadi dari staf dengan kualifikasi terbaik, berbagai cara penjualan yang kreatif, dan sebagainya. Hal-hal tersebut tentunya memerlukan sumber daya yang tidak sedikit. Misalnya untuk menciptakan kenyamanan dan kesan tersendiri dibutuhkan fasilitas yang memadai dan desain serta penataan yang baik. Demikian juga untuk memberikan kualitas dan keragaman pilihan dibutuhkan sumber daya manusia yang bagus, yang tentunya juga tidak mudah didapatkan. Dengan demikian, hambatan masuk bagi pendatang baru dalam hal diferensiasi adalah relatif tinggi. Customer switching costs Ini merupakan biaya yang diperlukan jika konsumen beralih dari satu penyedia ke penyedia lain. Dalam hal ini, biaya peralihan relatif tidak besar. Seorang konsumen bisa dengan mudah berpindah untuk memenuhi kebutuhannya pada penyedia lain. Dengan begitu, pendatang baru relatif tidak akan sulit menarik pelanggan. Maka, hambatan bagi pendatang baru dari segi customer switching costs ini relatif rendah. Akses terhadap saluran distribusi dalam industri Dalam proses bisnis C-SPOT, penguasaan dan pemahaman terhadap jalur distribusi terutama industri buku sangatlah penting. Pebisnis harus mengetahui dari mana saja mereka bisa mendapatkan supply buku, terutama buku bekas. Untuk mencari dan mengakses supplier buku-buku baru relatif mudah, karena biasanya informasi tentang itu sangat terbuka. Tetapi lain halnya dengan akses untuk mencari supplier buku-buku bekas yang relatif sulit dan membutuhkan seni tersendiri. Karena distribusi buku-buku bekas yang berkualitas ini 20 hanya bisa didapatkan di tempat tertentu saja. Tingkat jaringan (networking) seseorang akan sangat menentukan dalam kemampuan untuk mengakses jalur distribusi buku-buku bekas. Dengan demikian, hambatan bagi pendatang baru dari segi akses terhadap saluran distribusi relatif cukup tinggi. Akses terhadap teknologi baru Akses terhadap teknologi baru meliputi teknologi yang digunakan dalam sarana-sarana pendukung, serta dalam menghasilkan produk dan layanan yang ditawarkan, berdasarkan teknik dan pengetahuan yang mutakhir. Untuk dapat mengetahui teknologi terbaru bukan merupakan hal yang sulit karena ketersediaan informasi dan kemudahan mendapatkannya. Misalnya penerapan software untuk manajemen inventori dan sistem informasi, atau penggunaan alat-alat dengan teknologi terbaru seperti mesin coffee maker. Dengan demikian, hambatan bagi pendatang baru dari segi teknologi baru adalah relatif rendah. Pengalaman dan proses pembelajaran Untuk mengelola produk dan layanan, dibutuhkan keahlian dan pengalaman yang diperoleh dari proses pembelajaran. Proses ini relatif tidak mudah didapatkan oleh pendatang baru dalam waktu yang singkat. Walaupun di sisi lain, pendatang baru dapat merekrut para profesional yang sudah berpengalaman dalam bidang sejenis, tetapi pada prakteknya tetap membutuhkan waktu. Dengan demikian, hambatan bagi pendatang baru dari segi pengalaman adalah relatif sedang. Dari sejumlah barriers to entry yang telah di jelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat ancaman adanya pendatang baru berada pada tingkat sedang. 21 Perusahaan tentunya harus mewaspadai akan masuknya pendatang baru yang potensial masuk ke bisnis ini. Ada berbagai cara bagi pendatang baru untuk dapat masuk dan menggeluti bisnis ini, diantaranya bisa berupa : Masuknya pemain yang benar-benar baru dalam bisnis ini, baik itu perusahaan domestik atau luar, dimana mereka memberikan penawaran seperti Rumah Baca C-SPOT dengan kualitas layanan yang setara atau bahkan lebih baik. Ekspansi atau penambahan dan perluasan tingkat penawaran yang dilakukan terutama oleh substitutes, sehingga menjadi suatu bisnis yang serupa dengan Rumah Baca C-SPOT. Misalnya, salah satu kafe besar di Kota Bogor seperti Gumati Cafe memutuskan untuk lebih memanjakan konsumennya dengan menyediakan berbagai macam koleksi buku di dalam kafe untuk di baca. 2.4.3.3. Kekuatan Tawar Pemasok (Suppliers) Kekuatan tawar pemasok, didefinisikan sebagai seberapa kuat daya tawar pemasok terhadap bisnis C-SPOT. Semakin sedikit alternatif pilihan pemasok yang dimiliki oleh C-SPOT, maka posisi daya tawar pemasok akan semakin kuat. Kekuatan tawar pemasok ini juga akan ditentukan oleh seberapa kuat BRAND si pemasok, keunikan produk dari pemasok, kekuatan pemasok dalam industri ini, dan juga switching costs jika kita hendak berganti pemasok. Pemasok adalah berbagai pihak yang memasok barang maupun layanan yang diperlukan dalam bisnis ini. Dalam bisnis ini, ada dua jenis pemasok, yaitu pemasok buku (baru dan bekas), serta pemasok minuman ringan dan bahan baku makanan/minuman. 22 Ada beberapa segi yang relevan dari pemasok, yaitu : Jumlah Pemasok Untuk memasok buku, perusahaan memiliki banyak pilihan. Selain bisa membeli di agen resmi dari tiap penerbit, perusahaan juga bisa membeli di pasar buku murah, dan juga di toko buku online yang sudah mulai banyak dan menawarkan harga diskon yang cukup besar. Begitu juga dengan buku bekas, selain bisa mencari di tempat-tempat penjual buku bekas, perusahaan juga memiliki jaringan dan akses kepada para penjual buku bekas di internet. Dengan demikian, dari segi jumlah pemasok, posisi tawar pemasok adalah rendah hingga sedang. Untuk memasok bahan baku makanan/minuman, perusahaan membeli dari retailer-retailer besar (GIANT, HERO, HYPERMART, dll) yang sudah banyak bertebaran di Kota Bogor. Sedangkan untuk minuman ringan, perusahaan dipasok langsung oleh agen/distributor resmi dari perusahaan minuman. Dari segi pemasok bahan baku minuman ini juga, posisi tawar pemasok adalah sedang. Switching Costs Untuk pemasok buku, walaupun untuk beralih dari satu pemasok ke pemasok lain tidak memerlukan cost yang terlalu tinggi, tetapi berganti pemasok dengan pemasok yang baru akan mengakibatkan perusahaan butuh waktu lagi untuk membangun trust dengan pemasok baru. Sehingga switching costnya bisa dikatakan sedang. Untuk pemasok bahan baku minuman, perusahaan tidak membutuhkan biaya yang besar untuk berganti pemasok. Karena itu, switching costnya bisa dikatakan cukup rendah. 23 Tingkat kepentingan pemasok terhadap bisnis Pemasok dalam industri buku, baik penerbit ataupun retailer buku, memiliki kepentingan yang cukup tinggi untuk terus menambah jumlah produk yang mereka jual. Disamping itu, Rumah Baca C-SPOT juga akan menjadi salah satu jalur distribusi alternatif selain toko toko buku yang telah ada sebelumnya. Sebaliknya, C-SPOT juga berkepentingan untuk selalu menghadirkan produk (buku) yang berkualitas untuk pelanggannya. Karena itu, dari segi ini posisi tawar pemasok adalah sedang. Begitu pula untuk pemasok bahan baku minuman, keberadaan para pembeli dari pengusaha industri food & beverages sangatlah penting. Karena itu hubungan pemasok dan pebisnis ini sifatnya saling ketergantungan dan saling menguntungkan. 2.4.3.4. Kekuatan Tawar Pembeli (Buyers) Kekuatan tawar pembeli, didefinisikan sebagai seberapa kuat daya tawar pembeli dalam mempengaruhi tingkat sales C-SPOT. Ada beberapa hal yang bisa menentukan kekuatan tawar pembeli dalam bisnis ini : Switching costs Switching costs ini merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh pelanggan untuk beralih menggunakan produk/layanan dari perusahaan lain. Meskipun saat ini di Kota Bogor belum ada usaha yang sejenis dengan Rumah Baca C-SPOT, tapi pelanggan dapat dengan mudah beralih ke para penyedia produk/layanan substitusi seperti toko buku, taman bacaan, ataupun kafe lain. Walaupun di masa mendatang terdapat bisnis-bisnis sejenis C-SPOT, pelanggan tetap dapat beralih dari satu penyedia ke penyedia lain dengan biaya yang relatif rendah. 24 Diferensiasi produk/layanan Diferensiasi dalam produk/layanan juga dapat berpengaruh terhadap daya tawar pembeli. Jika diferensiasi suatu produk/layanan sudah bisa memenuhi kebutuhan seorang pelanggan, maka pelanggan akan sulit untuk berpindah ke penyedia layanan yang lain. Misalnya saja, salah satu diferensiasi yang akan terdapat di C-SPOT adalah tempat meeting point sekaligus tempat berkumpul beberapa komunitas tertentu di Kota Bogor, maka otomatis seorang akan ‘terasing’ dari komunitasnya jika dia berpindah ke penyedia lain. Keberadaan produk substitusi Keberadaan produk substitusi yang sebenarnya cukup banyak di Kota Bogor dapat menjadi tempat alternatif buat pelanggan C-SPOT jika merasa bosan atau tidak puas dengan produk/layanan yang diberikan C-SPOT. Karena itu, dilihat dari segi keberadaan produk substitusi, kekuatan tawar pembeli adalah sedang hingga tinggi. 2.4.3.5. Ancaman Produk Substitusi (Substitutes) Produk substitusi adalah produk pengganti fungsi dari bisnis ini yang dapat menjadi sumber alternatif bagi pelanggan untuk memperoleh kebutuhan mereka. Ada beberapa susbtitusi untuk bisnis ini, yaitu : Retailer Besar Saat ini setidaknya ada 5 buah retailer besar (Gramedia dan Gunung Agung) yang tersebar di beberapa titik di Kota Bogor. Selain itu ada juga beberapa toko buku alternatif kecil di beberapa titik di Kota Bogor ini. Retailer besar seperti Gramedia ini adalah substitute yang sangat cocok bagi segmen pelanggan yang hobi mengoleksi buku, tidak puas dengan hanya membaca buku dengan cara meminjam saja. 25 Keunggulan retailer seperti Gramedia ini adalah jumlah dan keragaman koleksinya yang sangat lengkap. Tetapi kelemahannya adalah harga buku yang di jual disini relatif mahal, walaupun mungkin tidak akan menjadi masalah buat para kolektor buku fanatik. Toko Buku Online Saat ini juga mulai marak toko buku online dengan berbagai spesialisasi dan diferensiasi. Umumnya toko buku online ini menawarkan diskon yang cukup besar (10% – 20% belum termasuk biaya pengiriman) Toko Buku online ini juga substitute yang cocok bagi segmen pelanggan yang hobi mengoleksi buku dan menyukai kepraktisan karena untuk memiliki buku tidak harus bersusah payah meluangkan waktu pergi ke toko buku. Taman Bacaan Berdasarkan observasi penulis, saat ini ada beberapa (kurang dari 10) taman bacaan kecil yang tersebar di beberapa titik di Kota Bogor. Taman bacaan ini biasanya menempati ruang kecil dan berada di dalam atau dekat dengan kompleks suatu perumahan. Karena letaknya yang sangat dekat dengan perumahan, tentu saja taman bacaan seperti ini cocok sebagai substitute bagi segmen pelanggan price-sensitive yang memang tinggal berdekatan dengan taman bacaan tersebut. Kelemahan taman bacaan ini adalah koleksinya yang sangat terbatas dan biasanya hanya menyewakan buku-buku komik saja. Selain itu, taman bacaan ini juga biasanya tidak dikelola secara profesional karena hanya dijalankan sebagai bisnis sambilan. Perpustakaan Selain perpustakaan daerah milik Pemerintah Kota Bogor, di Kota Bogor juga terdapat beberapa perpustakaan hasil swadaya 26 masyarakat sekitar. Tetapi tentu saja karena koleksi perpustakaan daerah ini sebagian besar adalah buku-buku dan literatur ilmiah, maka perpustakaan ini hanya dikunjungi oleh pengunjung yang memang bertujuan untuk melakukan penelitian dan kegiatan ilmiah. Sedangkan perpustakaan swadaya masyarakat juga umumnya memiliki koleksi yang sangat terbatas dan tidak up to date. Selain itu juga, karena memang dikelola dengan tujuan sosial, pengadaan dan penambahan koleksi bukunya pun sangat bergantung pada bantuan dari pihak lain. Kafe Kafe-kafe yang tersebar di Kota Bogor juga merupakan substitute untuk segmen pelanggan yang memang hanya hobi bersosialisasi (hang out) dan tidak begitu suka membaca buku. Bagi segmen pelanggan seperti ini, Rumah Baca C-SPOT hanya akan menjadi salah satu alternatif untuk tempat berkumpul mereka. Semua produk substitusi yang telah disebutkan di atas dapat dikatakan sebagai ancaman bila memiliki performance dan kualitas yang setara atau lebih tinggi dari yang digantikannya. Sebagai bisnis dengan konsep ‘taman bacaan bernuansa kafe’, Rumah Baca C-SPOT ini dapat dikatakan belum memiliki substitusi langsung yang setara. Tetapi jika dilihat secara terpisah seperti di atas, substitute dari bisnis ini sangat banyak dari segi jumlah - dimulai dari perpustakaan kecil hingga retailer besar seperti Gramedia - dengan kualitas dan performa yang beragam sehingga pelanggan memiliki banyak pilihan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ancaman dari produk substitusi berada pada tingkat sedang. 2.4.4. Analisis Peluang Bisnis Secara nasional, industri kafe baca saat ini sebenarnya sudah mulai memasuki tahap perkembangan (growth). Hal ini bisa dilihat dari 27 mulai bermunculannya bisnis dengan konsep kafe baca di beberapa daerah di Indonesia. Kebanyakan bisnis tersebut berusaha memposisikan dirinya sebagai toko buku alternatif atau toko buku model baru. Ada satu persamaan yang dimiliki oleh semua pebisnis di industri ini, yaitu kesamaan visi untuk bersama-sama menumbuhkan dan meningkatkan budaya dan minat baca masyarakat Indonesia. Toko buku alternatif seperti ini sudah mulai banyak bertebaran di kota-kota besar semacam Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Di Jakarta, toko buku alternatif ini diwakili oleh Quality Buyers (QB) World, Kinokuniya, Galeri Twilite Cafe, Limma Book Store dan Toko Buku Aksara. Secara garis besar, pemain-pemain yang sudah ada ini bersifat hanya menyediakan layanan penjualan buku dengan fasilitas tambahan berupa pelayanan yang bersifat personal dan bercita rasa modern yang diwakili oleh nuansa kafe yang diciptakan. Berdasarkan pengamatan, mempengaruhi industri ini. ada beberapa faktor yang Salah satunya adalah faktor budaya yang menunjukkan perbaikan minat baca masyarakat Indonesia terhadap bukubuku umum yang ringan dan menarik. Sementara itu, faktor persaingan industri dan pendatang baru dapat dihindari dengan diferensiasi keunggulan stratejik yang tepat. Diferensiasi yang dilakukan umumnya berasal dari target pasar yang dituju, cakupan jenis buku serta layanan yang diberikan pada konsumen. 2.4.4.1. Identifikasi Peluang Bisnis Untuk mengidentifikasi peluang bisnis ini tentunya tidak akan terlepas dari lingkungan bisnis mempengaruhi dinamika bisnis ini. serta faktor eksternal yang Faktor lingkungan bisnis telah dianalisis dengan Porter’s Five Forces tool. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi diantaranya adalah budaya dan minat baca masyarakat di Kota Bogor, gaya hidup, tingkat pendidikan, dan juga tingkat perekonomian di Kota Bogor. Dari 28 pengamatan penulis, semua faktor-faktor eksternal tersebut mendukung bisnis ini. Dalam buku “22 Immutable Laws of Marketing” karya Jack Trout dan Al Ries (1993), hukum yang pertama adalah LAWS OF LEADERSHIP, yang berbunyi “It is better to be first than it is to be better”. Ciptakan suatu kategori dimana andalah yang pertama memasuki pasar. Lebih mudah masuk ke dalam pikiran orang pertama kali, dibanding mencoba untuk meyakinkan orang bahwa produk anda lebih baik daripada produk yang pertama kali sudah hadir di pikiran mereka. Orang cenderung mempersepsikan suatu produk yang pertamakali memasuki pikiran mereka sebagai produk yang lebih superior. Suatu industri, bisnis atau produk yang pertama kali hadir di pasar akan berpeluang besar untuk mengatur rule of the game dalam industri tersebut, dan tentunya akan lebih mudah meraih market-share dan mind-share sekaligus. Sampai saat ini belum ada satupun bisnis yang serupa dengan konsep yang akan dijalankan oleh C-SPOT, tentunya peluang bisnisnya menjadi sangat besar dan terbuka lebar. Rumah Baca C-SPOT bisa menjadi pionir dalam industri ini di Kota Bogor. Dengan demikian peluang Rumah Baca C-SPOT untuk menetapkan standar dan rule of the game dalam industri ini. Konsumen Rumah Baca C-SPOT kemungkinan besar juga adalah berasal dari konsumen toko buku yang berpindah ke layanan C-SPOT. Perpindahan konsumen tersebut dimungkinkan karena beberapa faktor penyebab, seperti : Keinginan untuk mencoba layanan baru yang disebabkan kejenuhan akan pelayanan di toko buku biasa yang cenderung monoton. Konsumen yang semakin menyadari bahwa mereka tidak perlu membeli setiap buku yang ingin mereka baca, melainkan cukup menyewa saja. Hanya beberapa buku yang masuk kategori ‘musthave books’ saja yang layak untuk dibeli. 29 2.4.4.2. Analisis Penawaran Analisis penawaran dilakukan untuk mengetahui besar penawaran yang tersedia di pasar pada suatu waktu tertentu. Karena belum adanya bisnis yang memberikan penawaran seperti Rumah Baca C-SPOT maka dalam rencana bisnis ini, penawaran diperkirakan berdasarkan jumlah pesaing tidak langsung (substitute) di Kota Bogor yang relevan terutama memiliki kemiripan dari segi perilaku target market yang dituju. Tabel 2.7. Daftar Substitutes Rumah Baca C-SPOT Substitutes Toko Buku Brand Gramedia Kafe Keterangan Toko Buku 88 TB Jendela TB Al Amin Saung Barudak Gerobak Baca Taman Bacaan "Yasmin" Taman Bacaan "Donald" Tegal Gundil Taman Topi Perumahan Jasmin Ciheuleut Perpustakaan Swadaya Masyarakat Warung Taman Taman Kencana Gumati Café Jl. Paledang Colonial Café Taman Kencana Café sederhana dengan segmen remaja, kelas ekonomi menengah Café dengan segmen profesional dan keluarga, kelas ekonomi menengah ke atas Café dengan segmen remaja/anak muda, kelas ekonomi menengah ke atas Gunung Agung Taman Bacaan/ Perpustakaan Lokasi HERO Pajajaran Plaza Eka Lokasari Botani Square Plaza Jembatan Merah Pangrango Plaza Jl. Jembatan Merah Jl. Baranang Siang Jl. Baranang Siang Toko Penjual Buku Alternatif/Indie baru dan bekas Toko Penjual Buku Islami 2.4.4.3. Analisis Permintaan Analisis permintaan dilakukan untuk memperkirakan jumlah permintaan terhadap produk dan layanan yang disediakan oleh bisnis ini. 30 Definisi pasar adalah suatu kelompok yang terdiri dari semua orang yang aktual dan memiliki potensi untuk membeli suatu produk yang ditawarkan (Kotler, 1999). Dalam mengukur besarnya, pasar digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu : a. Potential market, adalah kelompok customer yang tertarik pada produk yang ditawarkan. b. Available market, adalah bagian dari potential market yang tertarik, memiliki kemampuan untuk membeli, dan memiliki akses terhadap produk. c. Qualified available market, adalah bagian dari available market yang memenuhi kualifikasi tertentu untuk membeli produk yang ditawarkan. d. Served market/target market, adalah bagian dari available market yang dijadikan sasaran dari perusahaan. e. Penetrated market, adalah kelompok customer yang benar benar membeli produk yang ditawarkan. Potential Market Karena korelasi yang erat antara tingkat pendidikan dengan minat membaca, maka potential market bagi Rumah Baca C-SPOT ini adalah siswa/i SLTP hingga mahasiswa yang melaksanakan studinya di Kota Bogor. Dari Tabel 2.4 dan 2.5 kita dapat menentukan potential market seperti pada tabel berikut : Tabel 2.8. Potential Market Rumah Baca C-SPOT Tingkat Pendidikan Jumlah Siswa Negeri JUMLAH Swasta SLTP SLTA 16,573 8,327 23,673 14,418 40,246 22,745 SLTA Kejuruan 3,096 23,370 26,466 Perguruan Tinggi 21,514 Total Potential Market 21,514 110,971 Dengan demikian, jumlah potential market Rumah Baca C-SPOT adalah 110,971 Orang. 31 Available Market Available market di sini adalah bagian dari potential market yang memiliki kemampuan untuk mengakses dan juga memiliki minat yang relevan terhadap produk dan layanan yang ditawarkan oleh Rumah Baca C-SPOT. Untuk memperkirakan persentase available market dari potential market, penulis mengasumsikan jumlah persentasenya berdasarkan hasil survei yang dilakukan LITBANG KOMPAS pada tahun 2005, yang tertera pada Tabel 2.3 di halaman 12. Dari hasil survei tersebut didapatkan hasil bahwa 68.2% orang yang berpendidikan menengah dan 79.2% orang yang berpendidikan tinggi, memiliki kebiasaan membaca yang rutin. Dengan demikian, berdasarkan hasil survei tersebut kita akan mendapatkan jumlah available market C-SPOT : Tabel 2.9. Available Market Rumah Baca C-SPOT Dihubungkan dengan Data Survei KOMPAS Persentase Siswa Hobby Baca SLTP 40,246 68.20% SLTA 22,745 68.20% SLTA Kejuruan 26,466 68.20% Perguruan Tinggi 21,514 79.20% Total Available Market Tingkat Pendidikan Jumlah Siswa JUMLAH 27,448 15,512 18,050 17,039 78,049 2.4.4.4. Market Size Sebagian besar transaksi di Rumah Baca C-SPOT adalah transaksi penyewaan buku. Dari hasil survei yang dilakukan terhadap beberapa responden yang relevan dengan available market C-SPOT, rata-rata responden menganggarkan Rp. 25,000 sampai Rp. 50,000 setiap bulannya untuk membeli buku idamannya. Dengan demikian kita dapat menghitung market sizenya, yaitu : 78,049 x Rp. 50,000 = Rp. 3,902,450,000 per bulan 32 Dari segi ukuran pasar, jumlah ini mengindikasikan bahwa pasar ini sangat menarik. 2.4.4.5. Identifikasi Konsumen Identifikasi konsumen bertujuan untuk mendapatkan ‘insight’ dari sudut pandang calon konsumen dan untuk memahami perilaku konsumen yang relevan dengan produk yang akan ditawarkan oleh perusahaan. Untuk mengidentifikasi konsumen ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner terhadap 225 responden siswa/i SLTA yang berasal dari 5 sekolah yang terletak di Kota Bogor. Berikut adalah hasil pengolahan dari kuisioner yang telah disebar : 1. Demografis Dari sisi demografis, responden kuisioner terdiri dari 108 responden berjenis kelamin pria (48%) dan 117 responden berjenis kelamin wanita (52%). 2. Persepsi terhadap harga buku saat ini Sebanyak 67% responden menganggap bahwa harga buku yang ada dipasaran ini berharga mahal, 21% responden menyebutkan harga buku sangat mahal, dan hanya 11% responden yang berpendapat harga buku tidak mahal. 3. Preferensi buku bacaan Sebanyak 52% responden menyukai membaca buku komik, 27% responden menyukai buku-buku pop sejenis chicklit/teenlit, dan 16% responden menyukai jenis buku fiksi dan novel. 33 4. Intensitas membaca Sebanyak 44% responden mengaku memiliki kebiasaan membaca buku sebanyak 1-3 kali per minggu, sedangkan hanya 34% responden saja yang mengaku membaca secara rutin. tidak memiliki kebiasaan Ada 6% responden yang memiliki kebiasaan membaca rutin setiap hari, dan 11% lainnya biasa membaca 4-6 kali dalam satu minggu. 5. Kemampuan/daya baca Sebanyak 47% responden mengaku bisa menghabiskan 2-3 judul buku dalam satu bulan, dan 26% responden hanya bisa menghabiskan satu judul buku saja dalam satu bulan. Ada 22% responden yang TIDAK BISA menghabiskan satu judul buku pun dalam satu bulan. Dan hanya ada 4% saja responden yang biasa membaca 4-5 judul buku dalam satu bulan. 6. Rata-rata anggaran untuk membaca Sebanyak 42% menganggarkan responden budget mengaku khusus hanya untuk sesekali memenuhi saja keinginan membaca buku, sedangkan 30% responden mengaku secara rutin menganggarkan dana untuk membaca buku. Dan 25% responden tidak pernah menyisihkan anggaran khusus untuk membaca buku. Sebanyak 39% responden menganggarkan dana antara Rp25,000 sampai Rp50,000 setiap bulannya untuk membaca buku. Dan 36% responden lain biasa menganggarkan Rp51,000 sampai Rp100,000 setiap bulannya untuk membaca buku. Hanya ada 14% responden saja yang memiliki anggaran dibawah Rp25,000, sedangkan 9% responden lainnya memiliki anggaran membaca lebih dari Rp100,000. 34 7. Minat terhadap layanan yang ditawarkan C-SPOT Sebanyak 77% responden mengaku berminat terhadap konsep layanan yang ditawarkan oleh C-SPOT. berencana menganggarkan dana antara 43% responden Rp25,000 sampai Rp50,000 per bulan untuk bisa menggunakan layanan di C-SPOT, dan 39% responden berencana menganggarkan dana antara Rp51,000 sampai Rp100,000 per bulan. Hanya 13% responden yang merencanakan anggaran Rp25,000 per bulan. Jenis buku yang diharapkan paling lengkap koleksinya adalah komik (46% responden), kemudian buku pop sejenis chicklit/teenlit (28% responden), dan jenis buku fiksi/novel (18% responden). Adapun faktor yang dianggap paling penting yang harus dimiliki bisnis seperti C-SPOT adalah faktor kelengkapan koleksi (28% reponden) dan juga keragaman koleksi buku (22% responden). Sedangkan faktor desain/layout tempat (16% responden), kedekatan lokasi (15% responden) dan harga (8% responden) berada di urutan berikutnya. 2.4.5. Segmenting, Targeting, Positioning 2.4.5.1. Segmenting Segmenting atau segmentasi adalah pengelompokkan pasar yang heterogen menjadi bagian-bagian yang lebih homogen. Suatu perusahaan atau produk harus mampu melihat pasarnya secara kreatif dan membagi-bagi pasar tersebut ke dalam beberapa segmen. Pembagian segmen ini biasanya didasarkan pada kondisi geografis (tempat dimana pasar/konsumen berada), demografis (pembagian berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan lain-lain), psikografis (pembagian berdasarkan lifestyle atau personality dari konsumen), ataupun berdasarkan faktor-faktor lain 35 yang bisa digunakan untuk mengelompokkan pasarnya ke dalam kelompok-kelompok yang homogen. Tabel 2.10. Segmentasi Pasar Rumah Baca C-SPOT Geografis Wilayah Kota Bogor dan Luar Kota Bogor Umur 11-14; 15-17; 18-24; >24 Tidak berpendidikan ; Siswa SD, Demografis Pendidikan Siswa SLTP, Siswa SLTA, Mahasiswa Perguruan Tinggi Kelas Ekonomi Lower class, upper lower class, middle class, upper middleclass Life Style Orang dengan minat baca rendah, Orang dengan minat baca sedang, Orang dengan minat baca tinggi Psikografis Preferensi Bacaan Penggemar Komik; Penggemar Novel, Pengemar Buku Pop (teenlit, chicklit, chicken soup, dll); Penggemar Buku “berat” (buku-buku manajemen, bisnis, biografi, self improvement, dll) 2.4.5.2. Targeting Setelah suatu perusahaan membagi-bagi pasarnya ke dalam segmen-segmen tertentu, maka perusahaan bisa memilih satu atau beberapa segmen yang akan dilayani atau akan dijadikan target pasar mereka. Tentu saja nantinya produk yang ditawarkan perusahaan tersebut harus didesain sesuai dengan needs, wants dan expectations dari segmen yang telah dijadikan target perusahaan tersebut. Dari segmentasi yang telah dilakukan, Rumah Baca C-SPOT akhirnya memilih segmen pasar siswa SLTP sampai dengan mahasiswa Perguruan Tinggi di wilayah Kota Bogor yang memiliki preferensi bacaan komik, novel dan buku pop. 36 2.4.5.3. Positioning Setelah perusahaan memilih segmen pasar yang akan menjadi target, maka selanjutnya perusahaan tersebut harus memposisikan produk, merek dan perusahaan itu sendiri di benak konsumen/pelanggan yang menjadi target pasar tersebut. Menurut Al Ries dan Jack Trout (1981), persaingan dalam memperebutkan pelanggan tidak dilakukan di pasar, tetapi di benak pelanggan itu sendiri. cara Sehingga kegiatan positioning adalah mengenai bagaimana dan strategi mempengaruhi cara yang dilakukan berpikir/persepsi suatu perusahaan pelanggannya untuk terhadap produk/servis yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Positioning ini biasanya berkaitan erat dengan merek, slogan dan tagline (advertising campaign). Positioning ini juga sangatlah penting karena merupakan ‘reason to buy’ bagi pelanggan untuk membeli produk dari perusahaan tersebut. Positioning adalah ‘janji’ yang diberikan produk, merek, atau perusahaan kepada pelanggannya. Rumah Baca C-SPOT akan memposisikan dirinya sebagai tempat membaca yang nyaman dan menyenangkan, sehingga dipilihlah tagline “Where Reading is Fun”. 2.5. Rencana dan Strategi Pemasaran 2.5.1. Tujuan dan Sasaran Pemasaran Tujuan pemasaran perusahaan ini adalah : 1. Membangun image Rumah Baca C-SPOT sebagai tempat alternatif yang menyenangkan untuk belajar, menambah wawasan serta bersosialisasi melalui komunitas dan kegiatan membaca. 2. Membangun awareness yang kuat bagi segmen pasar yang dituju. 3. Menjadi pilihan utama bagi pelanggan yang menjadi target pasar dalam mendapatkan kebutuhannya. 37 4. Memberikan value secara kontinyu demi kepuasan pelanggan. 5. Meningkatkan kontribusi pemasaran terhadap keuntungan perusahaan secara bertahap. Untuk mencapai tujuan pemasaran tersebut, maka ada beberapa sasaran yang ditetapkan, yaitu : 1. Diharapkan pada akhir tahun pertama, awareness terhadap C-SPOT akan semakin meningkat. 2. Berusaha mencapai target pelanggan yang berkunjung minimal 10% dari available market (7,804 orang), dan terus meningkat dengan pertumbuhan minimal 15% per tahun. 3. Berusaha mencapai target pelanggan setia (member) minimal 80% (6,240 orang) dari pelanggan yang berkunjung, dengan pertumbuhan rata-rata 15% per tahun. Strategi Pemasaran Hermawan Kartajaya (2005) mengatakan bahwa marketing intinya memiliki sembilan elemen utama, yaitu : STRATEGY (Segmenting, Targeting, Positioning) TACTIC (Differensiasi, Marketing Mix, Seling) VALUE (Brand, Service, Process) 38 What Differentiation Segmentation S T C Selling Positioning Targeting Marketing Mix C C C Brand Why How V Process Service Gambar 2.5. Nine Core Elements of Marketing Dalam framework yang dikembangkan oleh MarkPlus, program pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan berbeda tergantung intensitas atau suasana persaingan dalam industri bersangkutan. MarkPlus menggambarkan intensitas persaingan ini dengan menggunakan model 4C-Diamond, Customer dan Company. yaitu Change, Competitor, Dimana persaingan yang paling kecil intensitasnya hanya melibatkan dua unsur C saja yaitu Company dan Customer. Kondisi intensitas persaingan yang hanya melibatkan dua C ini disebut kondisi 2C, contohnya adalah bisnis monopoli seperti PLN. Selanjutnya intensitas persaingan akan semakin ketat dengan mulai munculnya C ke 3 yaitu Competitor. Pada akhirnya akan terjadi situasi hyper competition (4C) jika unsur Change semakin berperan dalam suatu industri. 39 STRATEGY Tabel 2.11. Marketing Plus 2000 Conceptual Framework TYPE OF No Mass Segmented Niche Individualized MARKETING Marketing Marketing Marketing Marketing Marketing Segmentation Geographics Demographics Psycographics Behavioral Individualized Targeting Everyone Suitable Ones Chosen Ones Positioning The Only One The Better One One Statement Different Ones One on One Good for Better than Preferred by Specialized for Customized for Company Competitor Customer Niches Individuals 4A 4B 4P 4V 4C Assortment Best Product Variety Customer Solution Affordable Bargaining Price Value Cost Available Buffer-Stocking Place Venue Convenience Announcement Bombarding Promotion Voice Communication Feature Selling Benefit Selling Solution Selling Brand Brand Perceived Awareness Association Quality One Business Value-Added Value-in-Use Category Business Business Interfunctional Functional Total Delivery Extended Value Team Work Streamlining Reengineering Chain TACTIC Differentiation Marketing Mix Selling VALUE Brand Service Informing about Product Just-a-Name System & Process Procedure Implementation A Few Good Someone Ones Interacting for Success Brand Loyalty Customer The Only Business Satisfying Category Business (sumber : “Marketing Plus 2000 : Siasat Memenangkan Persaingan Global”) Jika melihat kondisi persaingan industri ini di Kota bogor, sebenarnya bisnis masih berada pada tingkat persaingan yang rendah, atau dalam konsep MarkPlus diistilahkan dengan kondisi persaingan 2C, dimana di pasar tersebut hanya ada satu pemain saja yang melayani pasar (monopoli) karena hanya dua saja “C” yang aktif, yaitu Customer dan Company. Tetapi jika melihat potensi pasar yang sangat besar ini, kondisi persaingan dapat dengan cepat berubah menuju kondisi persaingan 2.5C atau 3C, dimana bertambah satu lagi “C” yaitu Competitor. Untuk mengantisipasi ini, maka C-SPOT akan melakukan strategy pemasaran 40 dengan competitive setting 3C ini, sehingga jika sewaktu-waktu datang kompetitor baru, pemasarannya. tidak terlalu banyak perubahan dalam strategi Tipe pemasaran yang cocok dilakukan pada kondisi persaingan 3C ini adalah segmented marketing (lihat tabel 11). 2.5.2. Strategy Dalam framework MarkPlus, STRATEGY merupakan usaha untuk merebut mind-share. Karena itu, elemen-elemen marketing pada bagian ini akan berhubungan dengan bagaimana cara perusahaan menanamkan citra atau image perusahaannya di benak konsumen. Dalam bahasa Hermawan Kartajaya (2003), strategi merupakan suatu cara untuk memenangkan ‘perang’, atau “strategy is how to do the right thing”. Segmentation Pada posisi 2C pasar dianggap sebagai kumpulan orang-orang yang cukup dibagi berdasarkan geografi dengan anggapan bahwa kebutuhan dan kemauan mereka sama. Tetapi kondisinya akan berbeda jika kemudian ada kompetitor yang masuk ke industri tersebut, tingkat persaingan akan bergeser ke arah 2.5C (tingkat persaingan sedang) atau bahkan ke arah 3C yang tingkat persaingan antar kompetitornya semakin sengit. Sehingga pada saat tingkat persaingan tersebut bergeser ke arah 2.5C atau 3C, maka pembagian pasar juga ikut bergeser dan berubah. Pembagian pasar berdasarkan variabel demografi misalnya, memilah pasar atas faktor ‘who to buy’. Sedangkan variabel psikografi membagi pasar atas faktor ‘why they buy’. Sementara variabel perilaku, membagi pasar atas faktor ‘how they buy’. Seperti telah dijelaskan pada tabel 10, Rumah Baca C-SPOT telah mencoba untuk mensegmentasi pasar hingga variabel psikografi, yaitu membagi pasar berdasarkan minat baca pasar terhadap jenis/genre bacaan tertentu. 41 Targeting Pada kondisi persaingan 2C, perusahaan akan menyatakan semua orang (everyone), tanpa kecuali, sebagai target pasar. Sedangkan pada kondisi 2.5C, perusahaan memilih orang yang cocok (suitable ones) yang diperkirakan bisa membeli produk yang ditawarkan. Pada kondisi 3C, perusahaan akan memilih segmen pasar yang dianggap paling efektif sebagai target pasar. Pemilihan target pasar dari beberapa segmen yang sudah dibagi bagi ini sangat penting karena perusahaan memiliki sumber daya yang terbatas. Dengan memilih satu atau beberapa segmen saja sebagai target pasar, maka perusahaan dapat mengalokasikan sumber dayanya lebih tepat guna. Rumah Baca C-SPOT telah memilih segmen pasar yang memiliki minat baca sedang hingga tinggi, yang memiliki preferensi bacaan berupa buku komik, buku novel dan buku pop. Positioning Al Ries dan Jack Trout (1981) mengatakan, “positioning is not what you you do to a product. Positioning is what you do to the mind of the prospect. That is, you position the product in the mind of the prospect”. Intinya, positioning adalah menempatkan produk dan merek kita di benak pelanggan. Positioning adalah mengenai bagaimana mendefinisikan identitas dan kepribadian perusahaan di benak pelanggan. Pada hakikatnya, positioning merupakan sebuah janji yang dibuat perusahaan kepada pelanggannya. Pada kondisi persaingan 2C, perusahaan dengan sendirinya terposisi sebagai satu-satunya perusahaan dalam industri tersebut. Sementara pada kondisi dengan adanya persaingan, perusahaan bisa memposisikan dirinya sebagai ‘lebih baik dari perusahaan lain’, ‘berbeda dari perusahaan lain’, atau perusahaan yang punya posisi berbeda pada tiap ceruk pasar yang berbeda. 42 Rumah Baca C-SPOT akan memposisikan dirinya sebagai tempat membaca yang nyaman dan menyenangkan sekaligus sebagai perusahaan pertama di kategori ini di Kota Bogor. Untuk menyatakan positioning tersebut, maka dipilihlah pernyataan “Where Reading is Fun” sebagai tagline Rumah Baca C-SPOT. 2.5.3. Tactic TACTIC adalah elemen dalam kegiatan marketing sebagai upaya untuk merebut market-share. Bila strategi merupakan “how to win the war”, maka elemen taktik ini merupakan “how to win the battle”. Karena, war terdiri dari banyak battle. Taktik juga mengenai “how to do the things right”. Elemen-elemen dalam taktik inilah yang membuat strategi yang bagus akan menjadi kenyataan. Karena suatu strategi yang tidak dikongkritkan dalam taktik, akan menjadi sesuatu yang berada di awangawang dan tidak membumi. Sementara strategi merupakan konsep yang masih abstrak, tapi penting untuk memenangkan seluruh peperangan. Taktik adalah cara konkrit untuk memenangkan pertempuran. 2.5.3.1. Differentiation Seperti telah disebutkan sebelumnya, positioning pada hakikatnya merupakan sebuah janji kepada pelanggan. Untuk memastikan bahwa janji ini benar-benar dapat dipercaya dan kredibel, janji itu harus dipenuhi. Untuk melakukannya, positioning harus didukung oleh diferensiasi yang kuat. Positioning yang didukung oleh diferensiasi merupakan faktor yang krusial bagi keberhasilan sebuah perusahaan. Pada kondisi persaingan 2C, perusahaan menentukan semua aspek dalam perusahaan demi kebaikan diri sendiri. Kemudian pada kondisi persaingan 2.5C perusahaan menentukan aspek perusahaan untuk menghasilkan sesuatu lebih baik dari pesaingnya. 43 Dan pada kondisi persaingan 3C, perusahaan menentukan aspek perusahaan untuk menghasilkan produk/layanan yang disukai oleh pelanggan. Diferensiasi ini bisa diciptakan melalui tiga aspek yaitu content (what to offer), context (how to offer) dan infrastructure (SDM, teknologi maupun fasilitas lain yang kita punyai). Suatu perusahaan bisa mengandalkan kekuatan diferensiasinya dalam salah satu aspek tersebut atau ketiga-tiganya. Tentu saja semakin banyak basis diferensiasi yang dimiliki, maka produk dari perusahaan akan semakin kokoh dan sulit ditiru oleh pesaing. Content Content adalah dimensi diferensiasi yang menunjuk pada “apa” yang perusahaan tawarkan kepada pelanggannya. Dengan demikian, ini adalah bagian tangible dari diferensiasi. Content differentiation biasanya merupakan offering utama dari produk dan perusahaan kepada pelanggan. Dari segi ini, ada dua diferensiasi utama yang ditawarkan oleh Rumah Baca C-SPOT : a. Keunikan utama yang ditawarkan adalah konsep bisnisnya sendiri yang berupa konsep bisnis taman bacaan yang menawarkan experience membaca yang berbeda. Pelanggan memiliki pilihan untuk meminjam buku untuk di baca di rumah, atau bisa membaca buku yang dipinjam di tempat (on the spot) sambil menikmati suasana yang tenang dan nyaman. b. Koleksi buku yang cukup lengkap dibanding taman bacaan yang sudah ada, terutama koleksi buku komik, novel dan buku-buku pop. Context Context merupakan dimensi yang menunjuk pada “cara” perusahaan menawarkan value perusahaan membedakan diri kepada dari pelanggannya. pesaing berdasarkan Disini pada 44 bagaimana cara perusahaan menawarkan value kepada pelanggan. Ini merupakan bagian intangible dari diferensiasi. Rumah Baca C-SPOT akan terus mengeksplorasi context differentiation ini sebagai core differentiation. Diferensiasi dari aspek ini akan menuntut kreasi untuk terus berinovasi dalam cara kita melayani dan memberikan experience yang berbeda bagi pelanggan. Pada intinya, C-SPOT akan menekankan diferensiasi pada experience yang diberikan pada pelanggan. C-SPOT akan selalu berusaha menciptakan pengalaman-pengalaman baru bagi penikmat buku. Sebagai permulaan, berikut beberapa context differentiation yang ditawarkan : a. Membentuk komunitas/klub membaca yang akan mengadakan kegiatan rutin secara berkala. Kegiatannya bisa berbentuk apa saja seperti diskusi buku, bedah buku, workshop menulis, nonton bareng, dan juga kegiatan lainnya yang sifatnya positif. Peran Rumah Baca C-SPOT dalam kegiatan-kegiatan komunitas ini lebih sebagai fasilitator bagi pelanggannya untuk menyalurkan hobi mereka dalam bentuk kegiatan yang positif. b. Mengadakan hari ‘CaMat’ (Baca Hemat). Konsepnya mirip dengan konsep ‘NoMat’ (Nonton Hemat) di bioskop, dimana pada hari tertentu dalam seminggu, pelanggan yang sudah menjadi member C-SPOT bisa menikmati baca buku dengan harga yang lebih murah dibanding hari biasa. c. Pada event-event tertentu, mengadakan program yang relevan dan melibatkan komunitas baca dan komunitas lain yang memiliki kepentingan dan visi serupa. Misalnya pada hari buku nasional mengadakan aktifitas dan kampanye membaca bersama di tempat publik. d. Mendramatisir dalam hal packaging, baik dari packaging penyewaan buku, penjualan buku, maupun dalam hal pelayanan. Dalam hal penyewaan buku, pada event-event tertentu seperti hari Valentine, C-SPOT akan menawarkan paket penyewaan buku 45 yang bertemakan cinta. Tentunya harga yang ditawarkan harus lebih murah dibanding jika pelanggan menyewa buku tersebut satu per satu. Dalam hal penjualan buku, C-SPOT juga akan menawarkan paket penjualan buku yang dibundle dengan film VCD/DVD. Banyak sekali alternatif yang bisa ditawarkan dalam paket ini. Misalnya saja dengan cara memberikan paket : Buku-buku karya Agatha Christie dengan film-flm detektif. Buku-buku chicklit/teenlit dengan film-film anak muda yang bersetting cerita mirip. Buku ‘Harry Potter’ dengan filmnya. Novel ‘The Firm’ dengan filmnya. dll e. Menyediakan sarana untuk mempererat hubungan perusahaan dan pelanggannya. Hal ini diwujudkan dengan cara membuat sebuah majalah dinding (mading) berupa papan informasi. Papan informasi ini akan berisi : Daftar atau peringkat buku yang paling banyak dibaca selama bulan ini Wish list books pilihan pelanggan. Komentar dan kesan dari pelanggan atas buku tertentu yang sudah dibacanya. Daftar buku baru yang terbit bulan ini Informasi tentang event-event terdekat yang akan diselenggarakan C-SPOT bersama pelanggannya. Informasi tentang dunia perbukuan yang diambil dari berbagai sumber Daftar “Kutu Buku of The Month”, yaitu daftar pelanggan yang paling aktif dan paling banyak membaca buku pada bulan ini, untuk diberikan penghargaan khusus 46 f. Membangun customer relationship berupa : Membuat kartu membership pelanggan yang memberikan privilige buat pelanggannya untuk mendapatkan potongan harga dalam event-event khusus yang diselenggarakan C-SPOT. Membangun komunitas online melalui Friendster, serta membuat mailing list untuk komunitas baca dan penikmat buku di Kota Bogor. Membuat blog yang berisi sinopsis dari buku-buku terkenal yang sudah terbit maupun yang akan terbit. Blog ini dapat dijadikan sebagai guidance dan acuan bagi pelanggan sebelum memutuskan untuk membaca buku tertentu. g. Rumah Baca C-SPOT juga akan memanfaatkan dan memaksimalkan database pelanggan sebagai sarana untuk memberikan layanan yang lebih personal kepada pelanggannya. Ini diwujudkan dengan program “Birthday Present”, dimana setiap pelanggan yang berulang tahun akan mendapatkan hadiah paket peminjaman 2-3 buku pilihannya dengan GRATIS Infrastruktur Infrastruktur adalah faktor-faktor pemungkin (enabler) terealisasikannya diferensiasi konten maupun konteks. Dimensi terakhir ini menunjuk pada pembedaan terhadap pesaing berdasarkan kemampuan teknologi (technology), kapabilitas SDM (people), dan kepemilikan fasilitas (facility) untuk mendukung penciptaan diferensiasi konten dan konteks. Faktor-faktor pendukung yang dimiliki C-SPOT ini adalah : a. Desain/tata letak dan suasana yang dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan experience membaca di atmosfer kafe yang nyaman. b. Software manajemen inventori dan data base pelanggan. 47 c. Kultur perusahaan yang dikondisikan untuk selalu terus berinovasi, terutama dalam hal penawaran experience yang unik dan memuaskan pelanggan. 2.5.3.2. Marketing Mix Bauran pemasaran pada kondisi persaingan 2C, bisa disebut 4A sebab perusahaan cukup menyediakan pilihan produk (Assortment) yang belum tentu cocok dengan kebutuhan dan kemauan pembeli. Harga terjangkau (Affordable) konsumen, tersedianya produk (Available) dan cukup ada pengumuman tentang hal tersebut (Announcement). Sedangkan pada kondisi persaingan 2.5C, bauran pemasarannya bisa disebut 4B, sebab pada situasi itu biasanya perusahaan berlomba untuk membuat produk yang lebih baik dari pesaing atau bahkan berani menyatakan bahwa produknya yang terbaik (Best). Harga, kalau bisa, ditawarkan lebih tinggi, tetapi bisa naik atau turun bilamana perlu (Bargaining). Saluran distribusi “dipaksa” supaya punya banyak persediaan (Buffer stock), sementara otak konsumen dihantam oleh periklanan (Bombarding). Pada kondisi persaingan 3C, bauran pemasarannya dilakukan dengan cara yang sudah biasa kita kenal yaitu 4P : Product, Price, Place dan Promotion. a. Product Seperti telah dijelaskan, Rumah Baca C-SPOT menyediakan empat layanan utama, yaitu : Penyewaan buku. Untuk menyewa buku ini, ada dua pilihan bagi pelanggan, yaitu sistem ‘take away rental’ dan sistem baca di tempat. Khusus bagi pelanggan yang meminjam buku untuk dibaca di rumah, 48 pelanggan diharuskan membuat kartu keanggotaan terlebih dahulu dengan biaya Rp 15,000. Penjualan buku Layanan ini dikhususkan juga bagi pelanggan yang telah menjadi member C-SPOT. Sistemnya menggunakan sistem pemesanan, yaitu pelanggan memesan terlebih dahulu buku yang diinginkan, lalu pihak C-SPOT, melalui jaringan yang dimiliki, akan mencarikan buku tersebut. Penjualan seperti ini khususnya akan difokuskan pada buku-buku bekas. Penjualan makanan/minuman ringan Layanan ini akan memfokuskan pada minuman karena kegiatan membaca akan lebih nyaman bila ditemani minuman, bukan makanan. Minuman yang disediakan adalah berupa soft drink, aneka juice serta berbagai varian minuman kopi. Penyedia tempat untuk berbagai event Sebagai salah satu bentuk komitmen terhadap komunitas pelanggan serta untuk memelihara hubungan dengan pelanggan, Rumah Baca C-SPOT akan secara berkala mengadakan event yang berhubungan dengan dunia buku seperti diskusi buku, bedah buku, workshop menulis, ataupun kegiatan lainnnya. Rumah Baca C-SPOT juga tidak menutup kemungkinan untuk bekerjasama apabila ada pihak luar yang ingin menyelenggarakan suatu event di tempat ini. b. Price Rumah Baca C-SPOT akan menggunakan pricing strategy berdasarkan harga standar yang berlaku di industri ini. Walaupun di Kota Bogor sendiri industri ini belum ada, tetapi kita mempunyai pembanding industri sejenis di daerah lain seperti Bandung, yang 49 memiliki karakteristik penduduk mirip dengan karakterisitik penduduk Kota Bogor. Buku komik akan disewakan dengan harga Rp1,000 per buku jika pelanggan meminjam dengan sistem take away. Sedangkan jika pelanggan menyewa untuk di baca di tempat, maka harga sewanya adalah Rp500 per buku. Hal ini sebagai upaya menarik pelanggan untuk lebih memilih membaca di tempat dibandingkan membacanya di rumah. Untuk buku-buku lain selain komik, C-SPOT menerapkan sistem sewa paket, yang terdiri dari paket sewa 3 hari, 7 hari (1 minggu) dan 14 hari (2 minggu). Harga per paket ini disesuaikan dengan ketebalan dari buku yang dipinjam. Tetapi rata-rata harga paket yang ditawarkan adalah Rp3500/3 hari, Rp5000/3 hari, Rp10,000/minggu dan Rp 15,000/2 minggu. Harga minuman softdrink seperti Teh Botol, Coca Cola, Sprite dan lain-lain juga akan mengikuti harga standar di pasar. Sedangkan harga minuman lain seperti jus dan minuman kopi disesuaikan dengan target pasar pelajar dan mahasiswa, yaitu berkisar antara Rp 5,000 sampai Rp 10,000 per minuman. c. Place Rumah Baca C-SPOT berada di Jl. Malabar #120 Baranangsiang yang terletak di tengah kota Bogor. Keunggulan utama tempat ini adalah : Letaknya yang mudah diakses karena hanya memerlukan satu kali naik angkot dari hampir setiap penjuru Kota Bogor. Jalannya yang tidak terletak di jalur utama yang dilewati langsung oleh rute angkot, sehingga tidak banyak polusi udara maupun bunyi dari kendaraan yang lewat. Merupakan pusat bisnis berbasiskan mahasiswa, karena di sepanjang jalan ini berjejer bisnis-bisnis yang berhubungan 50 dengan dunia pelajar dan mahasiswa seperti bisnis fotokopi, warnet, penjilidan, dan sebagainya. d. Promotion Komponen promosi yang dipilih untuk berkomunikasi dengan konsumen adalah : Advertising, melalui penyebaran flyer berbentuk pembatas buku yang berisi kutipan kata-kata inspiratif yang diambil dari tokoh terkenal ataupun kutipan yang berasal dari buku-buku terkenal. Word of Mouth, karena satu-satunya cara untuk benar-benar mengetahui kualitas layanan C-SPOT adalah dengan mengalami sendiri layanan C-SPOT (experience based). Karena itu, maintainance hubungan C-SPOT dengan komunitas yang sudah dibentuk akan sangat penting. Karena itulah C-SPOT akan terus menjaga kualitas pelayanannya agar setiap pelanggan yang puas bisa menjadi ‘duta pemasaran’ buat C-SPOT. 2.5.3.3. Selling Metode penjualan produk juga akan bergantung kepada situasi persaingan dalam industri bersangkutan. Pada situasi persaingan 2C, perusahaan tidak perlu meyakinkan pembeli agar produknya terjual, karena pembeli memang tidak memiliki pilihan lain. Perusahaan cukup memberi informasi bahwa produk perusahaannya telah tersedia. Tetapi pada situasi persaingan 2.5C penjualan bergeser dengan menjual features dari suatu produk. Dan pada situasi persaingan 3C, perusahaan menjual benefit bagi pembeli. Dalam menjual produknya, Rumah Baca C-SPOT akan menekankan pada benefit yang didapat pelanggan jika menggunakan layanan yang ditawarkan C-SPOT. Ada beberapa benefit utama yang akan dikomunikasikan buat pelanggan, yaitu : Atmosfer membaca. dan experience yang berbeda dalam kegiatan 51 Social benefit, melalui komunitas yang terbentuk, pelanggan dapat saling berinteraksi dengan pelanggan lain, terutama dengan individu atau komunitas yang memiliki kesamaan interest, yaitu buku. Emotional benefit, dimana manfaat paling penting dari banyak membaca buku adalah semakin bertambahnya wawasan dan pengetahuan. Stigma “seorang kutubuku adalah orang yang serius dan tidak fun” akan diubah menjadi “anak gaul adalah anak yang memiliki wawasan luas”. Dan hal tersebut tidak bisa diukur dengan uang. 2.5.4. Value VALUE merupakan alat untuk merebut heart-share. Elemenelemen dalam value ini adalah kumpulan aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan value yang lebih terutama bagi pelanggan. 2.5.4.1. Brand Ketika kita telah menentukan positioning dan diferensiasi, serta mendukungnya dengan marketing mix dan strategi selling yang solid, sebenarnya kita sedang mengembangkan merek (Hermawan Kartajaya, 2005) Merek (brand) tidak sekedar sebuah nama, logo ataupun simbol. Merek merupakan cerminan value yang diberikan perusahaan kepada pelanggan. Itulah sebabnya dalam kerangka MarketingPlus 2000 merek disebut sebagai value indicator perusahaan atau produk, yaitu indikator yang menggambarkan seberapa kokoh dan solidnya value yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pelanggannya. Selain memberikan value kepada pelanggan, merek juga tentu saja akan memberikan value bagi perusahaan dan produknya. Masih menurut Hermawan Kartajaya (2005), dengan ekuitas merek 52 yang kuat, ada beberapa keuntungan atau value yang di dapat perusahaan, diantaranya yaitu : Jika perusahaan atau produk memiliki ekuitas merek yang kuat, maka perusahaan akan mempunyai privilege untuk menetapkan harga di atas rata-rata pesaing. Dengan memiliki ekuitas merek yang kuat, perusahaan tidak akan terjebak dalam perang harga, dan bisa melepaskan diri dari kurva supply-demand. Akibatnya perusahaan akan menjadi “price maker”, bukan sekedar “price taker”. Ekuitas merek yang kuat akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan perluasan merek untuk mengeksploitasi pasar secara lebih dalam. Merek yang kuat juga akan menjadi basis terbentuknya loyalitas dan bahkan fanatisme pelanggan. Ekuitas merek yang kuat dapat menjadi komponen keunggulan bersaing yang sangat kuat dan sulit ditiru oleh pesaing. Pada bentuk persaingan 2C, perusahaan hanya menempelkan merek pada produknya supaya berbeda dari produk perusahaan lain. Di sini, merek hanya merupakan sekedar nama (just a name), belum ada usaha untuk menjadikan merek tersebut menjadi ekuitas perusahaan. Pada situasi persaingan 2.5C, perusahaan sudah harus melakukan usaha ekstra supaya mereknya dikenal banyak orang (brand awareness). Dan pada situasi persaingan lebih ketat dimana situasi persaingan bergeser menjadi 3C, perusahaan harus melakukan berbagai usaha agar mereknya tidak hanya dikenal, tetapi juga harus memiliki asosiasi tertentu di benak konsumen (brand association). Melalui strategy dan tactic yang akan dilakukan, Rumah Baca C-SPOT mencoba untuk membangun merek tidak hanya sekedar nama, tetapi akan mulai untuk membangun brand awareness yang kuat. Lebih jauh lagi, Rumah Baca C-SPOT akan memfokuskan usaha membangun merek agar C-SPOT mempunyai asosiasi erat dengan tiga 53 kata yaitu baca (read), buku (book) dan fun. Asosiasi seperti inilah nantinya yang kami harapkan akan menancap di benak pelanggan setiap kali mendengar atau berinteraksi dengan merek C-SPOT. 2.5.4.2. Service Perusahaan juga harus membangun konsep service untuk produk, merek serta perusahaan sendiri. Dalam kerangka MarketingPlus 2000, service adalah value enhancer produk dan perusahaan. Artinya, elemen service merupakan paradigma perusahaan untuk terus menerus menciptakan value bagi pelanggan. Pada situasi persaingan 2C, perusahaan baru menganggap service sebagai salah satu kategori bisnis dari dikotomi bisnis “produk dan jasa”. Tetapi pada situasi persaingan bergeser ke situasi 2.5C, perusahaan perlu menambah service dalam rangka memberi nilai tambah (value added). Pada situasi persaingan yang lebih sengit (3C), perusahaan akan memberi nilai tambah yang benar-benar bisa digunakan konsumen (value in use). 2.5.4.3. Process Komponen terakhir dari sembilan elemen pemasaran adalah proses. Proses menunjuk kepada proses penciptaan customer value. Proses menunjuk kepada bagaimana proses bisnis di dalam organisasi dijalankan dengan kualitas yang tinggi, harga yang serendah mungkin, dan waktu penyampaian yang secepat mungkin. Karena itu, dalam kerangka MarketingPlus 2000, elemen proses ini disebut value enabler, yaitu aktifitas yang menciptakan value bagi pelanggan. Pada bentuk persaingan 2C, karyawan bekerja berdasarkan sistem dan prosedur yang ada sesuai dengan uraian tugas masingmasing. Bentuk organisasi yang populer di situasi ini adalah organisasi bentuk piramid (system & procedure implementation). Pada bentuk persaingan 2.5C, kerja sama antara fungsi digalakkan, supaya terjadi 54 kelancaran proses yang lebih baik (interfunctional team work). Selanjutnya pada situasi persaingan yang lebih advance (3C), perusahaan akan memperlancar proses dengan melakukan pendisainan kembali pada perusahaan dengan membuat struktur perusahaan menjadi lebih flat atau bila perlu menggunakan organisasi matrik (functional streamlining). Elemen proses ini akan lebih banyak dibahas dalam rencana strategi operasi perusahaan. 2.6. Rencana dan Strategi Operasi Kemampuan konsumen perusahaan. yang perusahaan paling untuk mengidentifikasi dapat meningkatkan penting Perencanaan strategi operasi ini kebutuhan daya saing dirancang untuk mendukung visi dan misi perusahaan, yang juga tergambarkan dalam strategi pemasaran. Pembahasan strategi operasi meliputi tujuan operasi, proses produksi, proses operasi, kualitas layanan, manajemen inventori dan manajemen kualitas. 2.6.1. Tujuan Operasi Tujuan dari operasi perusahaan adalah : 1. Memberikan ketersediaan pelayanan produk terbaik dan kepada kenyamanan pelanggan sehingga berupa dapat menciptakan image yang positif dan meningkatkan preferensi pelanggan terhadap Rumah Baca C-SPOT. 2. Peningkatan kualitas layanan melalui pemilihan produk dan proses layanan yang konsisten. 3. Efisiensi pemanfaatan sumber daya dengan tetap menjaga kualitas produk dan pelayanan. 55 2.6.2. Produksi Dalam penyediaan minuman dan makanan, Rumah Baca C-SPOT tidak memproduksi sendiri semua jenis minuman dan makanan. Karena itu, proses produksi di C-SPOT dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu produksi minuman berbasis kopi, produksi minuman kategori juice, produksi minuman kategori softdrink dan produksi makanan. 2.6.2.1. Minuman Berbasis Kopi Khusus untuk minuman berbasis kopi, C-SPOT bekerja sama dengan pengelola kafe Bengawan Solo di Bandung dalam hal produksi minuman berbasis kopi. Proses produksi minuman berbasis kopi ini dilakukan dengan outsourcing, dengan bentuk kerjasama berupa bagi hasil. Bagi hasil yang telah disepakati adalah 60 : 40, yaitu pihak C-SPOT mendapat 60% dari harga penjualan, dan pihak pemasok minuman berbasis kopi mendapat 40% dari harga penjualan. Dengan bentuk kerja sama ini, C-SPOT tidak perlu melakukan investasi yang besar untuk penyediaan mesin pembuat kopi (Coffee Machine) yang harganya mahal. 2.6.2.2. Minuman Kategori Softdrink Untuk minuman kategori softdrink, sistem yang berlaku adalah sistem ritel, dimana C-SPOT membeli minuman dari distributor resmi dari tiap supplier. Ada tiga supplier utama untuk kategori ini yaitu distributor minuman produksi PT.SOSRO, PT. Coca-Cola dan PT. DANONE. 2.6.2.3. Minuman Kategori Juice Rumah Baca C-SPOT juga menyediakan berbagai jenis minuman juice untuk menemani pelanggan yang sedang menikmati buku yang dibaca. Minuman juice ini akan diproduksi sendiri dengan 56 menggunakan resep-resep baku yang tentunya sudah ‘dimodifikasi’ untuk memberikan rasa yang lebih khas. 2.6.2.4. Makanan Menu makanan yang disediakan di C-SPOT adalah jenis makanan yang tergolong makanan ringan atau cemilan. Makanan di C-SPOT ditujukan hanya sebagai pelengkap saja, karena itu variasi makanannya pun tidak banyak. Pemilihan menu makanan juga didasarkan atas kemudahan dan kepraktisan dalam hal pengolahan dan manajemen bahan baku. Dengan demikian, pelanggan tidak akan terlalu lama menunggu pesanan makanannya karena proses pengolahannya yang cepat. 2.6.3. Proses Operasi 2.6.3.1. Proses Layanan Rumah Baca C-SPOT akan beroperasi 12 jam sehari mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB setiap harinya, dan akan dibuka untuk konsumen mulai pukul 09.30 WIB hingga pukul 20.30 WIB. Aliran proses layanan yang diberikan harus diperhatikan sejak dari awal kontak dengan konsumen hingga penyelesaian seluruh layanan. Kontak konsumen dengan sistem layanan ini sangat vital sehingga harus benar-benar dijaga agar menghasilkan pengalaman yang positif bagi pelanggan. Seluruh elemen yang menjadi bagian dari proses service yang terjadi di Rumah Baca C-SPOT digambarkan melalui flowchart pada Service Blueprint (Fitzsimmons, A J dan J M Fitzsimmons, 2004). Ada beberapa elemen penting yang dapat diidentifikasi dengan menyiapkan Service Blueprint, yaitu : 1. Physical evidence; merupakan bentuk fisik yang dilihat atau dialami oleh konsumen ketika berada di Rumah Baca C-SPOT. Bentuk fisik 57 akan membentuk first impression yang akan dirasakan pelanggan ketika pertama kali datang ke Rumah Baca C-SPOT. Karena itu, bentuk-bentuk fisik ini harus sesuai dengan harapan konsumen dan image dari usaha ini. Contohnya, ketika konsumen memasuki Rumah Baca C-SPOT, maka bentuk fisik yang dapat dilihat dan dirasakan pelanggan adalah atmosfer tempat yang dibentuk dari warna dan layout ruangan, display rak buku, atau suasana hangat yang dibangun oleh keramahan karyawan saat menyapa pelanggan ketika memasuki Rumah Baca C-SPOT. 2. Customer actions; merupakan aktifitas yang dilakukan oleh konsumen selama berada di area Rumah Baca C-SPOT. Aktifitas ini bisa berupa observasi melihat-lihat rak display buku dan katalog, kegiatan membaca atau kegiatan bertransaksi. 3. Contact person; merupakan aktifitas yang dikerjakan oleh karyawan C-SPOT yang melakukan kontak dengan konsumen. Contact person ini dibagi menjadi dua berdasarkan line of visibility, yaitu aktifitas yang dilakukan di depan pandangan konsumen (onstage) atau di luar pandangan konsumen (backstage). 4. Support process; merupakan aktifitas pendukung yang membantu proses berjalannya layanan. Aktifitas ini juga terjadi diluar pandangan konsumen, meliputi sistem komputer dan kegiatan lain seperti akunting dan keuangan, sumber daya manusia, pemasaran dan logistik. Seluruh kegiatan ini memberikan support agar layanan yang terjadi didalam Rumah Baca dapat berjalan dengan baik. Contohnya, sistem IT yang terintegrasi dengan baik akan mampu mendukung kegiatan operasional sehingga baik konsumen maupun karyawan dibutuhkan. secara efisien dapat mengakses informasi yang 58 2.6.3.2. Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi tempat usaha merupakan salah satu unsur yang penting dalam kelancaran dan kesuksesan bisnis ini. Rumah Baca C-SPOT akan berlokasi di Jl. Malabar #120 Bogor. Lokasi ini dipilih karena terutama karena faktor kedekatan dengan konsumen dan kemudahan aksesnya. Letaknya yang berada di tengah kota Bogor membuat lokasi ini mudah dijangkau dari berbagai arah. Selain itu, lokasi yang tidak terletak di jalan utama dan tidak dilewati angkutan perkotaan akan membuat suasana tidak bising dan tenang. Hal paling penting, Jalan Malabar ini sudah sejak lama menjadi pusat aktifitas bisnis yang berhubungan dengan dunia pelajar dan mahasiswa, dimana di sepanjang jalan ini bertebaran bisnis-bisnis fotokopi dan warnet. 2.6.3.3. Perencanaan Layout Setelah pemilihan lokasi, maka konsep yang dipilih Rumah Baca C-SPOT adalah konsep perpustakaan yang bernuansa kafe. Konsep desain kafe sendiri tidak harus glamour dan mewah, tetapi yang terpenting adalah desain yang mampu menyajikan atmosfer yang berbeda dan membangun suasana yang nyaman dan rileks. Menyesuaikan dengan target pasar yang kebanyakan dari kalangan pelajar dan mahasiswa, maka Rumah Baca C-SPOT memilih untuk menggunakan konsep desain yang sederhana dan tidak mengesankan sebagai tempat yang ekslusif dan mahal. Rencana desain Rumah Baca C-SPOT dapat dilihat pada lampiran 1. Ruangan yang memiliki luas sekitar 70m2 (14m x 5m) ini dibagi menjadi dua bagian yaitu display area (6m x 5m) yang didalamnya berisi rak-rak buku, area kasir dan beberapa space untuk aktifitas membaca. Yang kedua adalah reading area (8m x 5m), yaitu area dimana pelanggan bisa melakukan aktifitas membaca dengan lebih santai dan ditemani oleh minuman atau makanan yang disukai. 59 Untuk kenyamanan membaca, reading area ini dibuat dengan gaya lesehan. Dan untuk memberikan kenyamanan lebih bagi tamu C-SPOT, selain alasnya diberi bantal, disediakan juga sandaran empuk yang dibentuk sedemikian rupa sehingga bisa menopang sandaran punggung. Dengan begitu, pelanggan bisa membaca sambil duduk ataupun sambil tiduran. Dalam hal penyajian display buku di rak, C-SPOT akan menyajikan secara vertical blocking. Metode ini biasa diterapkan oleh toko pakaian dimana pakaian ditata berdasarkan warna yang berbeda di tiap kolom vertikal. Hal ini memudahkan konsumen karena ketika memilih pakaian umumnya mereka memilih berdasarkan warna dan kemudian mencari ukuran yang tepat. Dalam konteks display buku, umumnya konsumen akan mencari berdasarkan kategori buku dan kemudian mencari judul buku tertentu. Penerapan metode ini akan dilakukan C-SPOT dengan menyajikan tiap kategori utama pada rak tersendiri, kemudian membagi sub kategori berdasarkan kolom vertikal. Misalnya rak pajangan untuk kategori novel fiksi akan dibagi secara vertikal berdasarkan genre novelnya apakah termasuk genre misteri, fantasi, chicklit/teenlit, dan sebagainya. Selain vertical blocking, penyajian buku juga dilakukan dengan mengkombinasikan metode face out --tampilan buku dengan sampul menghadap ke depan-- dan spine out --tampilan buku dengan punggung buku menghadap ke depan. Dengan pertimbangan untuk mengefisienkan ruang, maka sebagian besar buku akan di sajikan dengan metode spine out. Hanya beberapa buku tertentu saja yang akan disajikan dengan cara face out, yaitu buku-buku yang baru datang (fresh books), buku-buku best seller, dan buku-buku yang menjadi favorit pelanggan. 2.6.4. Kualitas Layanan Kualitas dari suatu layanan tercermin dari kepuasan konsumen yang menggunakan layanan tersebut. Penilaian konsumen terhadap 60 kualitas suatu layanan dilakukan berdasarkan pada beberapa dimensi kualitas layanan (Berry.,L.L., V.A. Zeithaml, dan A. Pasuraman, 1992), yaitu : 1. Tangibles Dimensi tangibles (bukti nyata yang kasat mata) yaitu penampilan dari fasilitas fisik Rumah Baca C-SPOT seperti desain interior C-SPOT yang memberikan suasana nyaman bagi pelanggan, penampilan karyawan yang rapi dan juga peralatan seperti komputer. 2. Reliability Reliability (keandalan) yaitu kemampuan C-SPOT untuk memberikan produk dan pelayanan yang dijanjikan secara tepat, akurat dan memuaskan. 3. Responsiveness Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelangan dengan baik. Ini diwujudkan dengan kecepatan penyediaan produk sesuai dengan keinginan pelanggan dan kesediaan karyawan C-SPOT untuk secara responsif membantu pelanggan serta memberikan informasi lainnya yang dibutuhkan, serta melakukan transaksi pembayaran. 4. Assurance Assurance (jaminan) yaitu kelengkapan pengetahuan akan produk dan kesopanan dari karyawan, serta kemampuan karyawan untuk memberikan kepercayaan dan keyakinan pada pelanggan dalam menerima informasi yang diberikan. 61 5. Empathy Empathy yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan untuk memahami kebutuhan pelanggan. 2.6.5. Manajemen Inventori Pengelolaan inventori bertujuan untuk meminimalkan tingkat stockout dan menyediakan berbagai macam produk saat pelanggan menginginkannya. yang tersedia, Pengelolaan ini terutama pada inventori buku-buku dengan tujuan untuk efisiensi pelayanan kepada pelanggan. 2.6.5.1. Kapasitas Inventori Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menentukan kapasitas inventori : 1. Menentukan kebutuhan rak untuk tiap kategori. 2. Menentukan ukuran dari tiap rak yang dipergunakan. 3. Membagi ukuran rata-rata buku ke dalam dua kategori utama menjadi buku kecil (18x11x2 cm) dan buku besar (24x20x3 cm). 4. Menentukan proporsi dari tiap kategori ukuran rata-rata buku terhadap jenis kategori buku komik, novel dan buku pop. Komik diperkirakan terdiri dari 90% buku kecil dan 10% buku besar. Buku novel dan buku pop diperkirakan terdiri dari 60% buku kecil dan 40% buku besar. 5. Menghitung jumlah maksimum buku yang dapat ditampilkan baik dengan sampul menghadap ke depan (face out) maupun dengan punggung menghadap ke depan (spine out). 6. Menentukan proporsi antara kedua metode penyajian di atas, yaitu 90% spine out dan 10% face out. 7. Menghitung jumlah maksimum buku yang dapat ditampilkan untuk masing-masing rak/meja pajangan. 62 2.6.5.2. Batasan Pengadaan Barang Ada berbagai elemen yang mempengaruhi pengadaan barang (Dunne, M, 2003), yaitu : 1. Dollar merchandise constraint Pengadaan buku di C-SPOT akan dipengaruhi oleh keterbatasan dana dalam menentukan optimal mix. Sebagai tempat penyedia buku bacaan yang ingin memiliki kelengkapan dari segi variation, breadth dan depth, maka C-SPOT akan membutuhkan dana yang sangat banyak. Itulah salah satu kegunaan pemilihan target pasar, yaitu untuk mengefisienkan alokasi dana pengadaan buku. Dengan demikian C-SPOT dapat membatasi dan memfokuskan pengadaan bukunya hanya untuk memenuhi segmen yang dituju saja. Seperti telah disebutkan, C-SPOT akan memprioritaskan pada segmen pasar penggemar komik, novel dan buku-buku pop. 2. Space constraint Keterbatasan ruang display buku juga harus dikelola dengan efisien. Rencana pengadaan barang harus memikirkan space kosong yang masih tersedia untuk pemajangan buku. Tata letak buku, selain pemisahan antara kategori yang berbeda, harus memberikan kemudahan bagi konsumen dan memiliki nilai estetika. Selain itu, penggunaan material seperti cermin dapat membuat ruang terlihat lebih luas. 3. Inventory turnover constraint Buku cenderung memiliki turnover yang rendah, hal ini biasanya terjadi pada outlet penjualan buku, kecuali untuk bukubuku populer yang laris. Berbeda halnya dengan outlet penyewaan buku, tingkat perputaran buku cenderung lebih tinggi karena harga sewa yang lebih murah dibanding harga membeli. Perusahaan juga bisa lebih mengoptimalkan tingkat perputaran buku ini dengan cara 63 memilih dengan selektif buku-buku yang dibeli, serta menyetok lebih dari satu buah buku-buku laris seperti Harry Potter, The Da Vinci Code, dan sebagainya. 4. Market constraint Ukuran sebuah tempat usaha akan mempengaruhi pandangan konsumen dan tipe konsumen yang akan mengunjungi tempat usaha tersebut. Rumah Baca C-SPOT yang memiliki ukuran terbatas tentunya tidak akan dipandang konsumen sebagai tempat penyedia segala macam jenis buku. Karena itu C-SPOT harus memfokuskan keragaman buku-bukunya untuk kepuasan segmensegmen pasar yang dituju saja. 2.6.5.3. Merchandise Budget Plan Salah satu langkah penting yang dilakukan dalam manajemen inventori adalah proses perencanaan, yang meliputi besarnya investasi inventori yang akan dilakukan dan periode pembeliaan persediaan. Perencanaan inventori sangat penting diperhatikan untuk mencegah terjadinya uang kas yang terlalu banyak terikat menjadi inventori. Akan tetapi di lain pihak, ketidaktersediaan barang juga dapat berakibat hilangnya konsumen. C-SPOT akan menggunakan metode pembelian menggunakan Merchandise Budget Plan (Levy M, 2004), yang umumnya digunakan untuk barang jenis fashion. Pilihan metode ini dilakukan karena, seperti halnya fashion, buku tidak dapat diprediksi menggunakan data penjualan sebelumnya untuk menentukan buku apa saja yang harus di stock. Hal ini dikarenakan dari waktu ke waktu buku edisi baru dapat terbit dan genre buku yang menjadi tren dapat berubah. Selain itu, adanya buku-buku serial yang menjadi hit dan ditunggu kehadirannya seperti Harry Potter karangan J.K. Rowling memerlukan perhatian tersendiri dalam pengadaan inventorinya. 64 Metode merchandise budget plan tidak menentukan jumlah inventori yang harus dipesan, melainkan menentukan besaran investasi yang akan dilakukan. 2.6.5.4. Database Inventori Manajemen inventori yang baik dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melayani pelanggan. Oleh karena itu, setiap ada penambahan atau pengurangan barang harus segera diperbaharui, baik di kartu inventori maupun database. Sehingga perusahaan dapat mengetahui dengan akurat status inventori setiap saat dengan dukungan sistem IT yang terpadu. Informasi ini terdiri dari : 1. Kode Barang. 2. Harga Barang. 3. Jumlah Barang (yang tersedia dan yang ada di luar). 4. Detail Barang : Kategori, Sub-Kategori, Judul Buku, Pengarang, Edisi/Tahun, Penerbit. 5. Kode Penerbit/Distributor/Supplier. 6. Kode Rak. Namun, sistem IT hanya dapat memberikan informasi yang akurat apabila dikelola dengan baik dan disiplin. dilakukan dengan meningkatkan konsisten, pelayanan Apabila dapat maka sistem IT dapat C-SPOT untuk pelanggan berperan dengan memberikan kemudahan untuk mendapatkan informasi. 2.6.5.5. Pengontrolan Inventori Pengecekan inventori secara fisik harus dilakukan terhadap seluruh inventori secara kontinyu. Semakin dekat interval antara pengecekan inventori, maka semakin up-to-date informasi yang diperoleh. Akan tetapi, pengecekan seluruh inventori secara fisik akan 65 banyak membutuhkan waktu dan tenaga apabila dilakukan terlalu sering. Oleh karena itu, C-SPOT akan membagi pengecekan inventori berdasarkan kategori sehingga seluruh kategori secara teratur telah dicek sedikitnya satu kali dalam dua minggu. Kegiatan ini bisa dilangsungkan pada saat persiapan membuka C-SPOT, dimana karyawan dapat mengecek kuantitas dan membersihkan debu/kotoran yang menempel. Selain itu, pengecekan keseluruhan inventori juga dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali. Kesempatan ini dapat dipergunakan untuk membersihkan dan rearrange display secara menyeluruh. 2.7. Rencana Organisasi dan Manajemen Untuk mewujudkan kualitas pelayanan yang prima, dibutuhkan banyak hal yang diantaranya meliputi staf-staf terlatih yang memiliki komitmen untuk melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya, layanan yang lengkap dan berkualitas serta sistem operasional yang efisien yang memungkinkan pelanggan mendapatkan apa yang diharapkan dan dibutuhkannya. Hal ini bisa dicapai dengan pemberdayaan seluruh sumber daya manusia yang ada d Rumah Baca C-SPOT ini, baik yang langsung berhubungan dengan pelanggan maupun mereka yang berada dibalik layar mengerjakan fungsi-fungsi penunjang. Rumah Baca C-SPOT akan berupaya merekrut sumber daya manusia yang berkualitas, meningkatkan kompetensi karyawan melalui program-program pelatihan, serta membangun struktur organisasi yang dapat memberikan ruang bagi setiap individu untuk menunjukkan partisipasi terbaiknya bagi kemajuan bersama di Rumah Baca C-SPOT ini. Ada beberapa tujuan dari strategi pengelolaan sumber daya manusia dalam rencana bisnis ini, yaitu : 1. Menyediakan sumber daya manusia dengan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan, serta menyediakan sumber daya manusia 66 tersebut dalam jumlah yang sesuai kebutuhan organisasi sehingga standar kualitas layanan yang hendak dibentuk dapat tercapai. 2. Bekerjasama dengan fungsi lain dalam perusahaan untuk bersamasama mewujudkan visi dan misi perusahaan. 3. Meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja karyawan agar bisa terus memberikan kontribusi yang positif bagi perusahaan. 2.7.1. Rencana Personil Pada tahap start-up, perusahaan ini hanya memerlukan 4-5 karyawan saja, yang dipimpin langsung oleh owner yang merangkap sebagai Business Development Director, dibantu oleh satu orang manager yang bertanggung jawab dalam operasional Rumah Baca C-SPOT sehari hari, serta 3 orang staff yang bertugas sebagai petugas dapur, kasir dan waiter/waitress. Tetapi setelah perusahaan berjalan beberapa bulan dan jumlah pelanggan semakin bertambah, Rumah Baca C-SPOT idealnya akan membutuhkan sepuluh orang karyawan. Satu orang sebagai direktur pengembangan bisnis, yang akan dibantu oleh tiga orang manager dan enam orang staff operasional. Tabel 2.12. Rencana Personil Rumah Baca C-SPOT Jabatan Jumlah (Orang) Business Development Director 1 Finance & Accounting Manager 1 Cafe Manager 1 Library Manager 1 Cafe Staff 3 Library Staff 3 JUMLAH 10 67 Rumah Baca C-SPOT akan dipimpin oleh seorang Business Development Director atau Direktur Pengembangan Bisnis, yang bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan bisnis C-SPOT. Tanggung jawab utamanya adalah membuat rencana pengembangan bisnis dan strategi bisnis baik jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu ia juga menangani fungsi pemasaran dan SDM. Manajer Akuntansi dan Keuangan, bertanggung jawab dalam mengelola semua aspek keuangan perusahaan, dan berkoordinasi dengan Cafe Manager dan Library Manager dalam hal perencanaan pengadaan barang. Cafe Manager, bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan operasional sehari-hari, yang berhubungan dengan aktifitas pelayanan kafe. Termasuk didalamnya adalah perencanaan pembelian serta pengelolaan terhadap pengembangan variasi bahan menu baku makanan makanan dan dan minuman, minuman, dan juga pengelolaan kualitas pelayanan C-SPOT. Cafe Manager ini akan dibantu oleh 3 orang staff, dimana satu orang staff bertugas sebagai peracik makanan dan minuman di dapur (backstage), dua orang lainnya bertugas sebagai waiter/waitress. Library Manager, bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan operasional sehari-hari, yang berhubungan dengan aktifitas pelayanan taman bacaan. Termasuk didalamnya adalah perencanaan pembelian serta pengelolaan buku, mengamati perkembangan dalam industri buku, memahami selera buku pelanggan, serta mengelola klab baca yang dibentuk oleh C-SPOT. Library Manager akan dibantu oleh 3 orang staff, dimana satu orang staff bertugas di kasir, dan dua orang lainnya bertugas melayani pelanggan yang ingin membaca buku atau membutuhkan informasi tentang buku tertentu. 68 2.7.2. Struktur Organisasi Dalam pembentuan struktur organisasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : work specialization, departmentalization, chain of command, span of control, centralization and decentralization, dan formalization (Robbins, 2003). Sebagai perusahaan yang baru dan ukurannya masih kecil, Rumah Baca sederhana. C-SPOT menggunakan model struktur organisasi Karakteristik dari struktur organisasi ini adalah tingkat departmentalization yang rendah, rentang spans of control yang lebar, otoritas yang terpusat (centralized) pada satu orang, dan sedikit formal. Kelebihan model struktur ini terletak pada simplisitasnya. Dengan struktur ini perusahaan bisa bergerak dengan cepat, fleksibel, biaya maintain yang rendah serta transparansi yang bagus. Kekurangan utama dari model seperti ini adalah model ini sangat sulit di maintain bila organisasi atau perusahaan sudah mulai membesar. Hal ini disebabkan sifatnya yang low formalization dan highly centralized akan membuat organisasi yang besar menjadi lambat dalam mengambil keputusan. Business Development Director Rifki Chaerul Iman Café Manager Finance & Accounting Library Manager Staff Staff Gambar 2.6. Struktur Organisasi Rumah Baca C-SPOT 69 2.8. Rencana Keuangan Strategi keuangan merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai oleh C-SPOT melalui strategi keuangannya adalah untuk meningkatkan value bagi shareholders. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan telah menetapkan beberapa sasaran yang harus dicapai dalam rentang waktu 5 tahun. Adapun sasaran yang harus dicapai adalah : 1. Mendapatkan nilai Net Present Value (NPV) yang positif dari investasi yang telah ditanamkan. 2. Mencapai tingkat pengembalian usaha melalui penggunaan metode Internal Rate of Return (IRR) minimal sebesar 12%. 3. Mencapai jangka waktu pengembalian investasi di bawah 5 tahun dengan menggunakan metode Payback Period. 2.8.1. Kebijakan Sumber Modal Alternatif sumber pendanaan investasi awal suatu usaha dapat berupa modal sendiri dan atau pinjaman dari pihak ketiga. Pendanaan investasi awal Rumah Baca C-SPOT berupa modal sendiri. Kebijakan tersebut diambil dengan pertimbangan bahwa C-SPOT adalah perusahaan yang baru berdiri, dan tentu saja belum mempunyai data historis mengenai performance finansialnya, sehingga akan sulit mendapatkan pinjaman dari pihak ketiga. 2.8.2. Asumsi Dasar Dalam menyusun rencana keuangan ini, Rumah Baca C-SPOT menggunakan beberapa asumsi dasar yaitu : Satu bulan = 25 hari kerja; satu tahun = 300 hari kerja Suku bunga pinjaman 12% Kenaikan biaya tetap = 20% per tahun 70 2.8.3. Investasi Awal Total Investasi awal yang dibutuhkan adalah Rp126,801,000 yang terdiri dari biaya pra operasi (perijinan, renovasi & desain, dan biaya rekrutmen) dan biaya untuk kebutuhan aset (aset lancar dan aset tetap). Perincian biaya investasi awal bisa dilihat pada lampiran 6. 2.8.4. Revenue Pendapatan Rumah Baca C-SPOT akan berasal dari dua divisi yaitu cafe division (divisi kafe) dan library division (divisi taman bacaan). Pendapatan dari divisi kafe berasal dari penjualan makanan dan minuman. Sedangkan pendapatan dari divisi taman bacaan akan berasal dari penyewaan buku dan penjualan buku. Rumah Baca C-SPOT menargetkan pendapatan sebesar Rp26,200,500 per bulan. Dimana divisi taman bacaan ditargetkan untuk menyumbang revenue paling besar, yaitu Rp20,000,000 (75%). Perincian proyeksi penjualan per bulan Rumah Baca C-SPOT dapat dilihat pada lampiran 11. 2.8.5. Costs Sumber biaya di Rumah Baca C-SPOT terbagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (fixed cost/overhead) dan biaya variabel (variable cost). 2.8.5.1. Fixed Costs Fixed costs merupakan biaya yang besarnya tetap setiap bulan dan besarnya biaya tidak tergantung pada volume penjualan yang dicapai. Pada perhitungan finansial, besarnya biaya tetap ini diasumsikan mengalami peningkatan setiap tahun antara 10% sampai 20%. Komponen yang termasuk dalam biaya tetap adalah : gaji karyawan, anggaran pemasaran, anggaran inventori buku, biaya 71 pemeliharaan, biaya utilitas (listrik&telephone), serta biaya pengadaan alat tulis kantor (ATK). 2.8.5.2. Variable Costs Variable costs merupakan biaya yang besarnya berubah setiap bulan, biasanya besarnya bergantung pada volume penjualan, semakin tinggi volume penjualan, maka variable costs juga semakin besar. Komponen yang termasuk dalam variable costs ini adalah biaya pengadaan bahan makanan dan minuman, serta biaya pembelian gas LPG. 2.8.6. Penilaian Investasi Metode penilaian investasi yang digunakan adalah metode Payback Period, metode Net Present Value (NPV) dan metode Internal Rate of Return (IRR). 2.8.6.1. Payback Period Payback period (periode pemulihan) didefinisikan sebagai ekspektasi jumlah tahun yang diperlukan untuk menutup investasi awal (Brigham&Houston, 2001). Semakin pendek waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi maka rencana investasi semakin menguntungkan. Ekspektasi tahun yang diperlukan oleh Rumah Baca C-SPOT untuk menutup investasi awalnya adalah 2.79 tahun. 2.8.6.2. Net Present Value (NPV) Metode Net Present Value (NPV) digunakan untuk melihat apakah suatu proyek/investasi layak atau tidak untuk dijalankan. Jika 72 NPV bernilai positif, maka proyek tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang dibutuhkan untuk menutup utang dan memberikan tingkat pengembalian (expected rate of return) yang diharapkan oleh pemegang saham. Singkatnya, jika NPV bernilai positif, berarti proyek layak untuk dijalankan. Sementara jika NPV bernilai negatif, maka proyek tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan NPV terhadap Rumah Baca C-SPOT dalam jangka waktu 5 tahun, dengan tingkat pengembalian sebesar 12%, menghasilkan nilai NPV sebesar Rp101,724,964. 2.8.6.3. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) didefinisikan sebagai tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai sekarang biaya proyek (Brigham&Houston, 2001). IRR proyek adalah tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return). IRR menggambarkan kemampuan proyek untuk mendapatkan keuntungan rata-rata selama proyek beroperasi ditinjau dari segi tingkat suku bunga simpanan. Apabila nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga simpanan, maka proyek layak untuk dijalankan. Nilai IRR bisnis Rumah Baca C-SPOT adalah 34%. Nilai IRR ini jauh lebih besar dari tingkat suku bunga deposito (8%), ataupun tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (per Desember 2006), sebesar 12%.