BAB ll LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Secara garis besar dapat dikatakan bahwa aktifitas pemasaram terus berkembang sejak adanya kebutuhan dan keinginan manusia, pemasaran juga merupakan faktor yang paling penting dalam usaha memberikan keputusan terhadap kebutuhan konsumen. Pengertian pemasaran sampai sejauh ini belum ada keseragaman pendapat dari para ahli pendapat yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi terlihat berbedabeda. Tetapi pada dasarnya sama, perbedaan tersebut terjadi karena cara pandang mereka yang berbeda-beda dalam menanggapi arti dari pemasaran itu sendiri. Agar pemasaran dapat dipahami, maka akan dijelaskan beberapa pengertian dari para ahli ekonomi berikut ini: Definisi pemasaran menurut Philip Kotler (2005:11) Adalah: “Pemasaran, adalah suatu proses sosial yang dengan prose situ individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain”. Bedasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi kebutuhannya maka manusia mengadakan hubungan dengan sesamanya dan melakukan proses pertukaran dan sebagian dari kegiatan pemasaran yang kompleks. Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, yang terdiri dari kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, perlindungan, keamanan serta kebutuhan sosial lainnya. Sedangkan,keinginan adalah hasrat sarana pemasaran dan kebutuhan yang spesifik akan kebutuhan tersebut. Kebutuhan manusia akan barang dan jasa sifatnya tidak terbatas, seseorang akan berusaha untuk memuaskan kebutuhannya apabila kebutuhan lain telah terpenuhi. Barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan sifatnya terbatas, sehingga manusia berusaha untuk memuaskan kebutuhannya dengan mengadakan proses pertukaran. Definisi pemasaran menurut Kotler Philip & Keller Kevin Lane (2007:6) adalah: “pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik saham”. 2.1.2 Konsep Pemasaran Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya harus efisien menjalankan konsep pemasaran agar keuntungan yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik. Ini menandakan bahwa kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasi dan dikelola dengan cara yang lebih baik. Falsafah konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Kegiatan perusahaan yang berdasar pada konseop pemasaran ini harus diarahkan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Secara definitive dapat dikatakan bahwa konsep pemasaran adalah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomis dan social bagi kelangsungan hisup perusahaan (Swasta, 1996). Dari definisi tersebut, perusahaan memiliki konsekuensi seluruh kegiatan perusahaan harus diarahkan untuk mengetahui kebutuhan konsumen dan mampu memberikan kepuasan agar mendapat laba dalam jangka panjang. Organisasi perusahaan yang menerapkan konsep pemasaran ini disebut organisasi pemasaran. Konsep pemasaran juga menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan pasar sasaran. Konsep pemasaran ini bersandar pada empat pilar, yaitu : pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu dan profitabilitas. Dewasa ini konsep pemasaran mengalami perkembangan yang semakin maju sejalan dengan majunya masyarakat dan teknologi. Perusahaan tidak lagi berorientasi hanya pada pembeli saja, akan tetapi berorientasi pada masyarakat atau manusia. Konsep yang demikianlah yang disebut dengan konsep pemasaran masyarakat. Selanjutnya akan dibahas tiga faktor penting yang digunakan sebagai dasar dalam konsep pemasaran yaitu : a. Orientasi konsumen Pada intinya, jika suatu perusahaan ingin menerapkan orientasi konsumen ini, maka : 1. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi. 2. Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualan. 3. Menentukan produk dan program pemasarannya. 4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka. 5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik. b. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan Untuk memberikan kepuasan secara optimal kepada konsumen, semua elemen pemasaran yang ada harus diintegrasikan. Hindari adanya pertentangan antara perusahaan dengan pasarnya. Salah satu cara penyelesaian untuk mengatasi masalah koordinasi dan integrasi ini dapat menggunakan satu orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemasaran, yaitu manajer pemasaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap orang dan bagian dalam perusahaan turut serta dalam suatu upaya yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. c. Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen Salah satu tujuan dari perusahaan adalah untuk mendapatkan profit atau laba. Dengan laba tersebut perusahaan bisa tumbuh dan berkembang dengan kemampuan yang lebih besar. Sebenarnya laba merupakan tujuan umum dari sebuah perusahaan. Banyak perusahaan yang mempunyai tujuan lain disamping laba. Dengan menggunakan konsep pemasaran ini, hubungan antara perusahaan dan konsumen akan dapat diperbaiki yang pada akhirnya akan menguntungkan bagi perusahaan. 2.1.3 Fungsi Pemasaran fungsi pemasaran meliputi: a. Pemasaran sebagai fungsi yang sama Yaitu pemasaran sama besarnya dengan fungsi keuangan, Produksi, Kepegawaian, sumber daya manusia dengan kata lain masing-masing fungsi memiliki kesamaan satu dengan yang lainnya. b. Pemasaran sebagai fungsi yang lebih penting Yaitu bahwa fungsi pemasaran memiliki peran yang paling besar dari fungsi keuangan, produksi, kepegawaian dan sumberdaya manusia. c. Pemasaran sebagai fungsi utama Yaitu pemasaran dipusatkan sebagai sentral dari kegiatan fungsi lainya atau dengan kata lain fungsi pemasaran sebagai inti dari kegiatan perusahaan. d. Pelanggan sebagai pengendalian Yaitu masing-masing fungsi memiliki peran yang sama namun dikendalikan oleh pelanggan e. Pelanggan sebagai fungsi pengendalian dan pemasaran sebagai fungsi integrative Yaitu pemasaran sebagai pusat intergratif fungsi keuangan produk dan sumberdaya manusia sedangkan pelanggan karena pelanggan sangat berkaitan dengan keuangan, sumberdaya manusia, dan produksi dalam pengendalian pemasaran 2.2 Perilaku Konsumen 2.2.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh setiap pemasar, namun hal ini bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan karena perilaku konsumen sangat rumit dan kompleks Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005 : 4) “Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan”. Perilaku konsumen adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap yaitu : a. Tahap perolehan (acquisition): mencari (searching) dan membeli (purchasing) b. Tahap konsumsi (consumption): menggunakan (using) dan mengevaluasi (evaluating) c. Tahap tindakan pasca beli (disposition): apa yang dilakukan oleh konsumen setelah produk itu digunakan atau dikonsumsi. Proses perilaku konsumen dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Proses Perilaku Konsumen kebutuhan Mendapatkan Konsumsi Pasca beli Menggunakan Perilaku Mengevaluasi pasca beli produk Mencari : Informasi Alternative Keputusan membeli (Dra.RISTIYANTI PRASETIJO, MBA dan Prof.john J.O.I lhalaw, Ph.D.)dalam buku perilaku konsumen 2005 yogyakarta 2.2.2 Pengambilan Keputusan Pembelian Memutuskan berarti memilih salah satu atau dua atau lebih alternatif. Meskipun pemasar sering merujuk tentang pemilihan objek (barang, merek, toko/tempat belanja). Konsumen sebenarnya memilih antara alternatif perilaku berkenaan dengan objek tersebut (apa yang harus saya lakukan). Tetapi biasanya kita mengambil keputusan tanpa memikirkan bagaimana kita mengambil keputusan dan apa yang terlibat didalam proses pengambilan keputusan itu. Menurut pemahaman yang paling umum, keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan tersebut harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan. Jika seseorang mempunyai pilihan antara melakukan pembelian dan tidak melakukan pembelian, pilihan antara merek A dan merek B atau pilihan untuk menggunakan waktu mengerjakan kerjaan 1 atau 2, orang tersebut berada dalam posisi untuk mengambil keputusan. Sebaliknya, jika konsumen tersebut tidak mempunyai alternatif untuk memilih dan benar-benar terpaksa melakukan pembelian tertentu atau mengambil tindakan tertentu (misalnya menggunakan resep dokter), maka keadaan satu-satunya tanpa pilihan lain ini bukanlah suatu keputusan. 2.2.3 Proses keputusan pembelian Seluruh pelanggan dapat dipisahkan menjadi dua kelompok umum: konsumen dan organisasi. Pasar konsumen tersusun dari individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa bagi pengunaan pribadi pasar organisasi terdiri dari bisnis, pemerintah, dan organisasi nirlaba. Cara kedua kelompok menanggapi periklanan dan membuat keputusan-keputusan pembelian dalam banyak sisi serupa, namun sangat berbeda dalam beberapa sisi lain. Proses keputusan pembelian baik pada pasar konsumen maupun pasar organisasi dipandang sebagai serangkaian tahap yang dilalui pembeli dalam membeli produk barang atau jasa. Prosesnya menyertakan lima tahap: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan evaluasi pasca-pembelian. a. Pengenenalan kebutuhan Langkah pertama pembeli menuju keputusan pembelian adalah pengenalan kebutuhan, yang berarti bahwa pembeli membayangkan kesenjangan di antara keadaan aktual dan keadaan yang diharapkan. Kesenjangan ini dapat sesederhana rasa dahaga untuk minum atau lebih kompleks lagi, seperti menyadari bahwa perusahaan membutuhkan computer yang lebih cepat untuk memproses pesanan-pesanannya. Pada tahap ini dalam proses pembuatan keputusan, pengiklan dapat mencoba mempengaruhi para pembeli dengan membantu mereka mengenali kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh produk sang pengiklan. b. Pencarian Informasi Ketika para pembeli telah mengidentifikasi satu kebutuhan, mereka mungkin mencari informasi tentang cara memenuhi kebutuhan tersebut. Pencarian infomasi ini bersifat internal maupun eksternal, dan ingatan sang pembeli dapat menjadi aspek kunci dalam proses ini. Seandainya pembeli pernah memenuhi kebutuhan serupa dimasa lalu, ia sepertinya akan mengawali pencarian informasi dengan mengingatingat bagaimana kebutuhan tersebut pernah tersebut pernah terpenuhi. Sering kali pembeli berkonsultasi dengan orang lain dalm kelompok rujukannya (yaitu, para kerabat dan teman). Para pembeli juga mendapatkan infomasi dari para pemasar melalui iklan, paket, tenaga penjualan, dan sebagainya. c. Evaluasi alternatif Berdasarkan informasi yang terkumpul, pembelian mengidentifikasi dan mengevaluasi cara-cara untuk memenuhi kebutuhan dirinya atau organisasinya, mencari pilihan terbaik menyangkut kualitas, harga, waktu pengiriman, dan faktorfaktor lain yang dianggap penting. Dalam tahap ini, seruan-seruan periklanan yang rasional dan emosional memainkan peran penting. d. Keputusan Pembelian Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan yang mungkin, pembeli membuat keputusan pembelian. Tahap ini termasuk penentuan jadi tidaknya membeli, dan jika ya, apa yang dibeli, dimana dibeli, dan kapan dibeli. Menyangkut pembelianpembelian besar dalam pasar organisasi, pembeli dan penjual juga harus menuntaskan waktu pengiriman, syarat-syarat pembayaran, pemasangan, dan selanjutnya. Pada tahap ini, periklanan tetap memainkan peran penting mencegah pembeli mengubah pikirannya. e. Evaluasi Pasca-pembelian pembelian mereka secara tepat, para konsumen organisasi biasanya menggunakan kriteria kinerja berstandar untuk mengevaluasi pemasok-pemasok utama. Setelah membeli suatu produk, para konsumen secara resmi atau tak resmi mengevaluasi hasil pembelian. Meskipun para konsumen cenderung untuk tidak begitu resmi dalam evaluasi mereka, dalam arti bahwa mereka tidak akan menentukan kriteria untuk mengevaluasi pemasok-pemasok utama. Dalam kasus barang-barang mahal, tanggapan umum konsumen adalah keraguan terhadap pilihannya setelah pembelian. Perasaan ini disebut “disonasi kognitif“ keadaan gelisah yang dihadirkan oleh kesulitan dalam memilih satu diantara beberapa alternatif. Periklanan dapat membantu para pembeli mengatasi disonasi seandainya periklanan mampu memperkuat alas an-alasan untuk pilihan tertentu. 2.2.4 Mental seseorang dalam melakukan pembelian Keadaan mental seseorang dalam hal melakukan pembelian meliputi 5 tahapan : 1. Tahapan Timbulnya Kesadaran Pada tahapan ini, para pembeli mendapatkan informasi. Mereka mengetahui bahwa produk tertentu atau service tertentu tersedia untuk dibeli dan mereka mungkin mengetahui identitas penjualan produk tersebut. 2. Tahapan Timbulnya Minat Para pembeli bergerak dari tahapan timbulnya kesadaran ketahapan timbulnya minat. Mereka kini mulai mengetahui bahwa produk yang bersangkutan dapat memberikan keuntungan-keuntungan yang membantu mereka memecahkan problem tertentu atau menarik manfaat dari peluang tertentu. Pada tahapan timbulnya minat ini para pembeli (calon) mulai mengumpulkan secara aktif informasi-informasi yang diperlukan. 3. Tahapan Timbulnya Keinginan Pada tahapan timbulnya keinginan, para pembeli mulai yakin bahwa mereka mempunyai suatu keinginan dan bahwa mereka menyukai produk tertentu, demikian rupa hingga mereka ingin memilikinya. Mereka menghayalkan situasi dimana mereka menikmati produk tersebut dan kepuasan-kepuasan yang menurut anggapan mereka akan dicapai dari produk tersebut. 4. Tahapan Dilakukannya Tindakan-Tindakan Apabila keinginan para pembeli cukup kuat, maka mereka mengambil keputusan untuk membeli. Dorongan untuk membeli segera mengalahkan kecenderungan untuk menangguhkan aktivitas pembelian. 5. Tahapan Timbulnya Reaksi Perilaku pasca pembelian para pembeli adalah penting. Para pembeli membeli suatu barang atau jasa agar perasaan kebutuhan mereka terpuaskan. Pembelian yang dilakukan mereka atau menyebabkan timbulnya perasaan adanya sesuatu keseimbangan atau timbul perasaan tidak puas. Terlepas dari hasil apa yang akan muncul, hal tersebut akan mempengaruhi periaku mereka saat berikutnya mereka merasakan munculnya stimulus yang sama. 2.2.5 Variabel-variabel Dalam Mempelajari Perilaku Konsumen Ada tiga variabel dalam mempelajari perilaku konsumen, yaitu : a. Variabel Stimulus Variabel stimulus merupakan variabel yang berada diluar diri individu (faktor ieksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian contohnya: merek dan jenis barang, iklan, pramuniaga, penataan barang dan ruang toko. b. Variabel Respon Variabel respon merupakan aktifitas individu sebagai reaksi dari variabel stimulus. Variabel respon sangat bergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulus. Contohnya: keputusan membeli barang, perubahan sikap terhadap suatu barang. c. Variabel Intervening Variabel intervening adalah variabel antara stimulus dan variabel respon. Variabel ini merupakan faktor internal individu, termasuk motif-motif membeli, sikap terhadap suatu peristiwa dan persepsi terhadap suatu barang. Peranan Variabel intervening ini adalah untuk memodifikasi respon. Hubungan antara variabel stimulus, intervening dan variabel respon ditunjukkan pada gambar dibawah ini : Gambar 2.2 Hubungan Antar Variabel Variabel Variabel Variabel stimulus Intervening Respon Dr. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara dalam buku perilaku konsumen 2005 bandung. 2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perilaku konsumen 1. Kekuatan Sosial Budaya a. Faktor Budaya Budaya dapat didevinisikan sebagai hasil kreatifitas manusia dari satu generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan suatu hal yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan dan normanorma yang berlaku pada masyarakat. b. Faktor kelas sosial Kelas sosial didevinisikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat. c. Faktor kelompok anutan Kelompok anutan didevinisikan sebagai suatu kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku konsumen. Kelompok anutan ini merupakan kumpulan keluarga, kelompok atau organisasi tertentu. d. Faktor keluarga Keluarga dapat didevinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan pembeli. Keluarga dapat berbentuk keluarga inti yang terdiri dari tokoh ayah, ibu dan anak. Dapat pula berbentuk keluarga besar yang terdiri dari tokoh ayah, ibu, anak, kakek dan nenek serta warga keturunannya. 2. Kekuatan Faktor Psikologis a. Faktor pengalaman belajar Belajar dapat didevinisikan sebagai suatu perubahan perilaku akibat pengalaman sebelumnya. Perilaku konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli. b. Faktor kepribadian Kepribadian dapat didevinisikan sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri individu yang sangat menentukan perilakunya. Kepribadian konsumen sangat ditentukan oleh faktor internal dirinya (motif, IQ, emosi, cara berfikir, persepsi) dan faktor eksternal dirinya (lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan alam).kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan dalam membeli. Oleh karena itu, peranan pramuniaga toko penting dalam memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Pelayanan yang ditampilkan oleh pramuniaga toko sangat dipengaruhi oleh kepribadiannya.oleh karena itu, sebaiknya pramuniaga toko adalah pramuniaga yang berkepribadian dewasa. Secara psikologis, kepribadian dewasa diartikan sebagai perilaku yang terkontrol yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sehingga reaksinya tidak merugikan konsumen maupun dirinya sendiri. c. Faktor sikap dan keyakinan Sikap dapat didevinisikan sebagai suatu penilaian kognitif seseorang terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya cenderung kearah berbagai objek atau ide. Sikap dapat pula diartikan sebagai kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau aktifitas. Sikap sangat mempengaruhi keyakinan, begitu pula sebaliknya, keyakinan menentukan sikap. d. Faktor konsep diri Konsep diri dapat didevinisikan sebagai cara kita melihat diri sendiri dan dalam waktu tertentu sebagai gambaran tentang apa yang kita pikirkan. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, kita perlu menciptakan situasi yang sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. Begitu pula menyediakan dan melayani konsumen dengan produk dan merek yang sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. 2.2.7 Motif-motif konsumen dalam melakukan pembelian Motif-motif seseorang dalam melakukan pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya dapat dibedakan sebagai berikut 1. Motif pembelian primer dan selektif Motif pembelian dapat dibedakan menurut dasar pengaruhnyab pada proses pembelian, yakni motif pembelian primer dan motif pembelian selektif. Motif pembelian primer ( primary buying motive ) adalah motif yang menimbulkan perilaku pembelian terhadap kategori-kategori umum (biasa) pada suatu produk, seperti membeli televisi atau pakaian. Contoh motif ini, antara lain keinginan untuk menikmati kesenangan, motif untuk ingin tahu, kebutuhan dan berafiliasi dengan orang lain. Sedangkan motif pembelian selektif (selective buying motive) adalah motif yang mempengaruhi keputusan tentang model dan merek dari kelas-kelas produk, atau macam penjual yang dipilih utuk suatu pembelian. Motif ekonomi, status, kemanan, dan merekmerek dai kelas produk, atau mcm penjual yang dipilih untuk suatu pembelian. Motif ekionomi, status, keamanan, dan prestasi adalah beberapa contoh dari motif selektif. Missal, dalam pembelian televise ini akan mempengaruhi antara membeli merek sharp atau sony. 2. Motif rasional dan emosional Motif dapat dibedakan pula oleh faktor-faktor yang menyebabkan orang membeli,yaitu factor rasional dan factor emosional. Motif rasioanal adalah motif yang didasarkan pada kenyataan seperti yang ditunjukan oleh suatu produk kepada konsumen. Factor-faktor yang dipertimbangkan dapat berupa factor ekonomi seperti : factor penawaran, permintaan, dan harga. Selain itu juga factor-faktor kualitas, pelayanan, ketersediaan barang, ukuran, kebersihan, efisiensi dalam penggunaan, keawetan, dapat dipercaya dan keterbatasan waktu yang ada pada konsumen. Sebagai contoh, motif pembelian pada sepeda motor yang hemat bahan bakar, atau motif pembelian terhadap merek tertentu karena kualitasnya selalu dapat dipercaya. Sedangkan motif emosional adalah motif pembelian yang berkaitan dengan perasaan atau emosi individu, sepertusannya pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, kenyamanan, kesehatan, keamanan, dan kepraktisan. 2.2.8 Asumsi-asumsi dalam memahami perilaku konsumen ada tiga asumsi dasar yang dapat dipakai didalam memahami perilaku manusia meliputi yaitu : a. Sebab-sebab (Causality) yang bahwa perilaku manusia itu ada sebabnya. b. Arah atau tujuan (Directedness) yaitu bahwa perilaku manusia menuju ke suatu arah atau mengarah pada suatu tujuan. c. Motivasi (Motivation) yaitu yang melatarbelakangi perilaku adanya desakan atas suatu dorongan (Drive).