- pantoloan

advertisement
Pendahuluan
Pada buku service manual ini menjelaskan tentang informasi – infromasi perangkat Telepon
Radio IC-M700PRO.
Untuk meningkatkan kualitas, setiap bagian listrik, mekanik dan rangkaian intenal dapat
berubah tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya.
Perhatian
JANGAN PERNAH menghubungkan transceiver pada arus AC atau DC power supply yang
telah ditentukan. Hal ini akan merusak transceiver.
JANGAN PERNAH mengenakan transceiver pada hujan, salju atau cairan apapun.
JANGAN PERNAH membalikkan polaritas dari power supply pada saat menghubungkan
transceiver.
JANGAN MENGGUNAKAN sinyal RF lebih dari 20 dBm (100 mW) untuk konektor antena. Hal
ini bisa merusak bagian depan pada transceiver.
Catatan Perbaikan
1. Pastikan dahulu permasalahannya sebelum membongkar transceiver.
2. JANGAN membuka transceiver yang masih tersambung pada listrik.
3. JANGAN memaksa salah satu komponen variable. Buka dengan perlahan.
4. JANGAN menggunakan sirkuit atau komponen yang bukan diperuntukannya.
5. JANGAN menyalahkan transceiver dalam waktu yang sangat lama, karena dapat
merusaknya.
6. JANGAN mengirim daya kepada generator standar atau generator sweep.
7. Selalu hubungkan transceiver 50 dB sampai 60 dB antara transceiver dan meter deviasi
atau spectrum analyzer ketika sedang menguji perangkat tersebut.
8. BACA selalu buku petunjuk dari alat uji sebelum menghubungkan perangkat ke alat uji.
SPESIFIKASI
BAGIAN DALAM
PENJELASAN SIRKUIT
SIRKUIT RECEIVER
1. Sirkuit Filter RF (Main Unit)
Sinyal yang diterima melewati konektor antena mengirimkan/menerima ke switching relay
( Filter board RL4317) dan kemudian diterapkan pada unit utama via J2. Sinyal melewati
proteksi relay (RL2), 1,6 MHz serta menyaring (L2-L4, C4-C8, C629), kemudian diterapkan
ke slah satu dari Sembilan filter (termasuk satu low-pass filter untuk dibawah 2,0 Mhz). Filter
ini dipilih oleh sinyal pengontrol saringan (B0-B8) seperti yang dijelaskan pada table di
bawah. Sinyal yang disaring melewati filter 30 Mhz cut-off lowpass (L71, L72, C130-C134,
C618) dan kemudian diterapkan pada sirkuit 1 mixer (Q6, Q7).
2. 1ST Mixer dan If Circuit (Main Unit)
Rangkaian 1 mixer mengubah sinyal yang diterima menjadi frekuensi tetap, 69,0115 Mhz 1
sinyal IF menggunakan keluaran frekuensi PLL. Dengan mengubah frekuensi PLL, maka
frekuensi yang diinginkan ditarik oleh filter kristtal (FI1a, FI1b) pada tahap berikutnya. IF
amplifier (Q8) dan sirkuit resonator, dirancang pada pasangan filter. Sinyal keluaran PLL
(1LO) memasuki main unit melalui J3 dan diperkuat di 1 LO amplifier (Q5) dan kemudian
diterapkan pada 1 mixer (Q6, Q7).
3. 2nd Mixer dan IF Circuit (Main Unit)
Jika sinyal IF 1st dari Kristal filter (FI1b) diubah menjadi 2nd sinyal IF 9.0115 dan pada sirkuit
mixer (D52, L66, L67). 60 mHz merupakan 2nd sinyal local (2LO) dari unit PLL yang
memasuki unit MAIN melalui 2nd untuk diterapkan.
Jika 2nd sinyal melewati gerbang noise (D15, D16) dan diperkuat di 2nd IF Amplifier (P1) dan
kemudian diterapkan pada salah satu dari filter IF 9 mHz seperti yang dijelaskan dibawah.
Sinyal yang melewatinya diperkuat pada 2 tahap IF amplifier (Q32, Q33) dan diterapkan
untuk demodulator.
4. Sirkuit Noise Blanker (Main Unit)
Putuskan sirkuit Noise Blanker dari sirkuit IF pada saat menerima pulse-type noise.
Sebagian dari 2nd sinyal IF di antara sirkuit resonantor (L83, L84 pada tingkat 2nd mixer,
D52) diperkuat pada amplifier suara (Q9, IC8, Q11). Sinyal ini kemudian terdeteksi pada
pendeteksi suara (D17) untuk mengkonversi suara pada komponen untuk tegangan DC.
Sinyal kemudian diterapkan pada saklar suara bising (Q13, Q14). Pada saat tegangan
terdeteksi melebihi tingkat ambang batas Q13, Q14 akan mengeluarkan sinyal blanking
untuk menutup gerbang noise blanker (D15, D16) dengan menerapkan bias tegangan. Q15
merupakan saklar on dan off pada noise blanker.
Tegangan yang terdeteksi juga dapat diterapkan pada noise blanker sirkuit AGC (Q12, Q10)
dan kemudian diumpankan kembali pada noise amplifier (IC8) sebagai tegangan bias.
Sirkuit noise AGC dapat mencegah noise blanker yang akan masuk. Waktu dari noise
blanker pada sirkuit AGC ditentukan oleh R58 dan C114.
5. Demodulatur Unit (Main Unit)
Sirkuit ini menggabungkan 2nd IF dan sinyal BFO untuk mengambil komponen dari AF
(kecuali modus H3E). Sinyal 2nd IF dari 2nd IF amplifier (Q33) diterapkan pada
keseimbangan mixer (IC10, pin 1). 9,0116 – 9,0130 merupakan frekuensi sinyal BFO dan
dari unit PLL juga dapat menerepakan IC 10 (pin 10). Sinyal AF adalah output dari pin 12
dan kemudian diterapkan pada sirkuit AF.
6. Sirkuit Detektor H3E (Main Unit)
2nd sinyal IF dari 2nd IF amplifier (Q33) diterapkan pada sirkuit detector AM (D39) untuk
didemodulasikan ke sinyal AF. Sinyal yang terdeteksi, diperkuat pada buffer amplifier (Q45)
dan kemudian diterapkan pada sirkuit AF.
7. Sirkuit AGC (Main Unit)
Sirkuit AGC (Automatic Gain Control) mempunyai fungsi untuk mencegah rangkaian
pertama dari distorsi dan untuk menjaga output audio pada tingkat yang konstan. Sebagian
dari sinyal IF dan 2nd Amplifier (Q33) terdekteksi pada sirkuit detector AGC (D31) dan
kemudian diterapkan pada penguat AGC (Q41) untuk mengukur control waktu dari garis
konstan AGC. Tegangan yang berasal dari AGC dikendalikan oleh AGC itu sendiri yang
berasal dari CPU untuk pengaturan RF gain. Ketika menerima sinyal yang kuat, tegangan
dari detector akan meningkat serta tegangan dari gari AGC menurunkan penguat AGC
(Q41) melalui jalur tegangan -5 V yang digunakan untuk tegangan bias dari IF amplifier
(Q8,Q16,Q32,Q33), sehingga amplifier ini dapat mengurangi gain. Ketika sinyal kuat
menghilang, garis tegangan AGC didapatkan oleh C245/R268 dan C670/R813. Tombol
AGC (Q42,D38) berfungsi untuk mematikan AGC ketika fungsi tersebut diaktifkan. Garis
AGC sebagai fast-release selama pemindaian berlangsung, A1A untuk pemilihan mode dan
operasi DSC.
8. Sirkuit Meter (Main Unit)
S-Meter menunjukkan tingkatan AGC pada layar, karena tingkatan AGC bervariasi terhadap
kekuatan sinyal yang diterima. Tegangan bias pada AGC dari penguat AGC (Q41) terbalik
dan diperkuat oleh amplifier (IC19b). Sinyal yang diperkuat diterapkan pada CPU melalui
jalur “RSM”.
9. Cirkuit AF Amplifier (Main Unit dan Papan Logic)
Sinyal AF dari demodulator atau sirkuit detector H3E aktif melewati filter low-pass (IC20b)
dan menutup gerbang (IC12a) dan kemudian diterapkan pada control volume (IC36). CPU .
(IC132, pin 37) memiliki sinyal output (1 sampai 5 V) sesuai dengan pengaturan kontrolnya.
Sinyal AF merupakan keluaran dari IC36 (9 pin) yang dipasok kepada unit Logic melalui J3.
Sinyal yang diperkuat oleh power amplifier (IC2007) kemudian diterapkan pada speaker
internal melalui konektor mikrofon (pin 3,4) dan eksternal jack melalui unit utama. Saklar
relay (RL2001) terhubung ke (-) terminal speaker internal untuk beralih fungsi menggunakan
speaker internal.
10. Sirkuit Squelch (Main Unit)
Transceiver memiliki 2 sirkuit squelch, yaitu untuk mematikan suara untuk J3E/H3E dan SMeter untuk mematikan A1A/F1B/J2B.
1. AF Activated Squelch
Sebagian dari sinyal AF aktif pada filter low-pass (IC20b) yang diperkuat pada amplifier
limiter (IC20a) dan kemudian diterapkan pada one-shot multi-vibrator (IC22c, IC22d).
One-shot multi-vibrator berfungsi sebagai converter F-V yang menghasilkan sinyal
hanya ketika audio diterima. Output sinyal yang melewati gerbang NOR (IC22b) maka 3
Hz filter low-pass (IC21a) untuk menghapus sisa komponen noise. Sinyal disaring
diterapkan pada jendela komparator. Gerbang NOR (IC22b) menonaktifkan audio
squelch yang diaktifkan selama mode operasi A1A/F1B/J2B.
Output komparator menjadi “tinggi” ketika sinyal yang terintegrasi melebihi tegangan
referensi. C269, R310 dan R780 yang digunakan sebagai sirkuit waktu konstan. Sinyal
output yang dihasilkan dari IC22a terbalik pada Q46 dan kemudian diterapkan pada
CPU sebagai sinyal “SQL”. CPU yang mengontrol gerbang squelch tersebut (IC12a)
adalah ketika ada sinyal “SQL” yang diterima.
2. S- Meter Squelch
Sinyal S – Meter dari IC19b diterapkan untuk mode squelch yang menjadi pembanding
untuk membuka atau menutup sirkuit squelch. Tegangan referensi disesuaikan oleh
R257 dan kemudian diterapkan pada (-) terminal dari komparator (IC19a). Ketika sinyal
S – Meter melebihi tegangan referensi, output komperator menjadi “tinggi” ke CPU
melalui IC22a dan Q46 pada cara yang sama seperti mengaktifkan suara pada sirkuit
squelch.
SIRKUIT TRANSMITER
1. Sirkuit Amplifier Mikrofon (Papan Logic)
Sinyal AF dari konektor [MICROPHONE] yang melewati AF amplifier (IC2008a) dan
diterapkan pada modulator yang seimbang (untuk MAIN; IC9, pin 1) melalui tombol AF
(IC38b). Sirkuit mikrofon AGC (D2008, D2009, Q2009) menjadi pengontrol penguat gain
untuk mencegah sinyal distorsi. Input modulasi eksternal dari socket ACC, NBDP, dan DSC
atau sinyal darurat 2-tone dari CPU diterapkan pada modulator yang seimbang dan
langsung melalui tombol AF (IC37-IC39).
2. Sirkuit Modulasi (Main Unit)
1. Mode J3E dan J2B
Modulator yang digunakan untuk mode J3E dan J2B untuk menambahkan sinyal audio
dengan frekuensi BFO, dan jika sinyal outputnya sementara dapat menekan sinyal BFO.
Sinyal AF dari amplifier mikrofon atau eksternal audio dari terminal modulasi diterapkan
pada modulator yang seimbang (IC9, pin 1). Sinyal BFO dari unit PLL diterapkan (IC9,
pin 10) merupakan sebagai sinyal pembawa . Sinyal ganda Side band merupakan
output dari IC9 (pin 6), kemudian diterapkan pada filter 9 mHz (Fi2) untuk membuat
sinyal SSB. R283 menyesuaikan tingkat keseimbangan IC 9 untuk penekanan operator
yang maksimum. Dalam mode J2B, frekuensi BFO digeser pada 1,7 kHz untuk
mengatur frekuensi transmit sama dengan yang ditampilkan pada layar. Sinyal SSB dari
Fi2 diperkuat pada amplifier 9 mHz (Q17-Q19) kemudian diterapkan pada sirkuit mixer
(D52). Switching diode (D19) akan aktif apabila tegangan pada R8 mengilang.
3.
4.
5.
6.
2. Mode H3E dan R3E
Sinyal SSB yang diterapkan pada ampilifer IF (Q18) pada cara yang sama seperti pada
mode J3E/J2B. Sinyal BFO dari unit PLL diperkuat pada penguat (Q30) dan kemudian
diterapkan pada amplifier IF (Q18) sebagai sinyal pembawa untuk ditambahkan pada
sinyal SSB. R211 dan R212 menyesuaikan tingkat carrier pada masing – masing mode
H3E dan R3E.
3. Mode A1A dan F1B
Pada CW8 atau FSK 8, tegangan yang diterapkan pada modulator balance (IC9, pin 4)
digunakan untuk merusak balance dan untuk membuat sinyal pembawa. Dalam mode
A1A, CW memasukkan sirkuit (IC18a) untuk mengontrol tegangan bias dari amplifier IF
(Q18, Q19) dan T/R yang beralih diode (D19) untuk beralih ke transmisi pembawa.
Dalam mode F1B, frekuensi BFO bergeser pada unit PLL untuk membuat ruang
frekuensi.
Sirkuit 1st Mixer (Main Unit)
Sintal yang diperkuat dari amplifier IF merupakan campuran dengan sinyal 60 mHz LO pada
sirkuit 1st mixer (D542) untuk menghasilkan sinyal IF 69,0115. Pada umumnya mixer
menggunakan 2 penerima. Jika sinyal 69,0115 mHz melewati filter (FI1b) maka akan
diterapkan pada sirkuit 2nd mixer.
Sirkuit 2nd Mixer (Main Unit)
Sinyal yang disaring dicampur dengan frekuensi keluaran PLL (1LO: 69,5155 – 99,0155
mHz) pada sirkuit 2nd mixer (Q3, Q4) untuk menghasilkan sinyal RF yang merupakan
frekuensi yang sama sebagai salah satu yang ditampilan.
Sirkuit Filter RF (Main Unit)
Sinyal RF melewati filter low-pass (L55, L56, C89 – C93, C620, C628) yang kemudian
diperkuat pada amplifier RF (Q2). Sinyal yang diperkuat diterapkan untuk salah satu dari ke
9 filter RF. Filter RF biasanya digunakan dengan rangkaian penerima yang terdiri dari satu
filter lowpass. Sinyal yang disaring diperkuat pada penguat RF (Q1) dan kemudian
dijalankan pada rangkaian PA150W melalui J1.
Sirkuit Power Amplifier (Rangkaian PA150W)
Sirkuit ini stabil pada 150 W (13,6 V). Sinyal RF dari Main Unit diperkuat pada pra – driver
(Q4008), driver (Q4001, Q4002) dan power amplifier (Q4003, Q4004). Driver dan power
amplifier terbentuk dari sirkuit AB push-pull. Tegangan bias untuk transistor ini berasal dari
diode (D4001 – D4003) yang memiliki pertemuan dengan transistor. Sinyal yang diperkuat
kemudian diterapkan kepada salah satu dari ke delapan filter low-pass. Filter menyaring
sinyal melewati rangkaian pendeteksi listrik (rangkaian filter; L4341) dan
mengirimkan/menerima secara estafet (rangkaian filter; RL 4317) yang kemudian diterapkan
pada konektor antena.
7. Sirkuit ALC
Transceiver memiliki 2 ALC (Auto Level Control) untuk output daya konstan selama semua
band kelauatannya diatur pada power daya yang tinggi.
1. Sirkuit IF ALC (Main Unit)
Sebagian dari sinyal IF dari penguat IF(Q17) diterapkan pada sirkuit IF ALC. Sinyal
diperkuat di Q126 dan kemudian terdeteksi pada detector ALC (D46). Sinyal yang
terdeteksi tersebut diperkuat pada amplifier ALC (IC17b) kemudian diterapkan pada
komparator (IC17a) Tegangan referensi untuk pembanding diatur oleh R184. Control
tegangan antena (TUN8) dan sinyal dengan daya yang rendah (POC1) juga dipengaruhi
oleh tegangan referensi untuk menurunkan tingkat dari sinyal IF. Output dari komparator
mengontrol bias pada gerbang amplifier IF (Q19), sehingga tingkat sinyal IF ditentukan
oleh tegangan referensi dari komparator (IC17a).
2. Sirkuit RF ALC (Rangkaian Filter)
Level daya output RF terdeteksi pada D4309 dari pendeteksi sirkuit listrik (rangkaian
filter; L4341, D4309, D4310). Sinyal yang terdeteksi (“FOR” sinyal) diterapkan untuk RF
ALC amplifier (main unit; IC16a). Sinyal yang diperkuat masuk dan mengirim control
gain (IC16b) yang berfungsi sebagai penguat inversi pada amplifier. Kontrol pada gain
menurunkan gain dari amplifier IF (main unit; Q2) untuk daya output konstan dari
penguat diferensial yang merupakan karakteristik dari frekuensi yang digunakan.
Tegangan bias dari RF ALC Amplifier (IC16a) dikendalikan dengan sinyakl dengan daya
yang rendah (POC1 untuk 20 W, POC2 untuk 60 W) dan sinyal APC.
8. Sirkuit APC
Sirkuit APC melindungi power amplifier pada unit PA dari SWR yang tinggi dan arus yang
berlebihan.
1. SWR APC (Rangkaian Filter dan Main Unit)
Gelombang sinyal yang dipantulkan akan muncul dan meningkat pada konektor antena.
Ketika antena tidak cocok, maka D4310 dari rangkaian detector listrik (Rangkaian Filter;
D4309, D4310, L4341) mendeteksi sinyal dan berlaku untuk amplifier APC (Main Unit;
Q23). Sinyal yang diperkuat menurunkan tegangan bias penguat RF ALC untuk
mengurangi kekuatan output.
2. Arus APC (Rangkaian PA150W dan Main Unit)
Arus kekuatan transistor akan terdeteksi dari bebagai tegangan diantara kedua terminal
dari resistor 0.012 (R4026) pada rangkaian PA150W. Tegangan yang terdeteksi
diterapkan pada penguat deferensial (IC4002b). Ketika arus transistor terdeteksi kurang
lebih dari 30 A, tegangan yang diterapkan pada kontroler amplifier APC (main unit;
Q111) untuk mengurangi tegangan gerbang -2 dari penguat IF (main unit; Q2) dan
dengan demikian dapat mengurangi daya outputnya.
9. Pendeteksi Temperatur (Rangkaian PA150W)
Saklar Thermal (S4001, S4002) melindungi transistor dari suhu yang berlebihan. Ketika
suhu transistor melebihi 50 ˚C, S4002 akan mulai menghidupkan kipas pendingin. Ketika
suhu transistor melebihi 110 ˚C, S4001 akan mulai menghidupkan control “POC2” dan
menetapkan power untuk 60 W.
10. Sirkuit PLL (Main Unit)
Output dari penguat ALC (IC16a) diterapkan pada CPU (pin 31) untuk menunjukkan
tingkatan daya pancar pada display. Pada antena, “antc” menggunakan opsional AT – 130E
yang diterapkan pada CPU (pin 32)
SIRKUIT PLL
1. Umum
Unit OLL menghasilkan 1st frekuensi LO (69.5115 – 99.0114 mHz), 2nd frekuensi LO (60
mHz) dan frekuensi BFO (9,0106 – 9,013 mHz) untuk unit utama. Pada 1st LO PLL
mengadopsi system mixer lool PLL ganda. BFO menggunakan DDS dan 2nd LO sebagai
frekuensi ganda yang tetap pasa osilator Kristal.
2. 1st LO PLL (Unit PLL)
Pada 1st LO PLL mengandung loop dan acuan utama dari loop itu sendiri sebagai system
loop yang ganda. Loop tersebut menghasilkan frekuensi 10,65 – 10,75 mHz menggunakan
sirkuit DDS dan pada loop utama menghasilkan frekuensi 69,5115 – 99,0114 mHz
menggunakan frekuensi loop.
1. Referensi Loop PLL
Sinyal osilasi pada VCO (Q3005, D3003) diperkuat pada amplifier (Q3006, Q3011) dan
kemudian diterapkan pada DDS IC (IC3001, pin 46). Kemudian sinyal dibagi dan
terdeteksi pada phase dengan DDS yang dihasilkan oleh frekuensi. Sinyal output yang
terdeteksi dari IC3001 (pin 56) diubah menjadi tegangan DC pada filter loop (R3018,
R3019, C3044) dan kemudian diumpankan kembali ke diode varactor (D3003) pada
sirkuit VCO.
2. Main Loop PLL
Sinyal osilasi pada loop VCO utama (Q3003, D3004) diperkuat pada amplifier (Q3004,
Q3008), kemudian diterapkan pada IC PLL (IC3005, pin 14). Sinyal kemudian dibagi dan
terdeteksi pada phase dengan referensi loop dari output frekuensi. Output sinyal yang
terdeteksi dari IC3005 (pin 3009, 3010) diubah menjadi tegangan DC pada filter loop
yang kemudian diumpanlan kembali ke diode varactor (D3004) di sirkuit VCO. Sinyal
osilasi diperkuat pada amplifier (Q3004, Q3021, Q3024) dan kemudian diterapkan pada
unit utama sebagai sinyal 1st LO.
3. 2nd LO dan Sirkuit Referensi Osilator
Referensi osilator (X3001) menghasilkan frekuensi 30,0 mHz yang digunakan untuk
kedua IC DDS sebagai system jam dan untuk output LO. Sinyal osilasi merupakan 2 kali
lipatnya dari driver (Q3002) dan mengambil frekuensi 60 mHz pada rangkaian resonator
(L3004, L3005). Sinyal 60 mHz yang diterapkan merupakan untuk main unit sebagai
sinyal 2nd LO.
4. Sirkuit BFO
IC DDS (IC3002) menghasilkan sinyal digital 10 – bit menggunakan system 30 mHz.
Sinyal digital dikonversi untuk sinyal gelombang analog pada converter D/A (R3120 –
R3139). Gelombang analog dilewatkan melalui filter low-pass (L3037, L3038, C3154 –
C3158) dan kemudian diterapkan ke main unit sebagai sinyal BFO. PA merupakan unit
yang terpisah dari unit lainnya.
4. Alokasi Port
CPU (Main Unit; IC132)
Nomor Pin Nama Port
Keterangan
1
RES
Port input untuk reset sinyal CPU, ketika menerima “LOW”
maka CPU akan mereset
10
RXDO
Port input daya dari sub CPU pada unit depan.
11
TXDO
Port data output untuk sub CPU pada unit depan
16
NSEN
Port input ke sub CPU dari unit depan
17
18
20
POC2
POC1
CWIN
21
ASEN
22
CSEN
23
ALMS
24
ALMC
25
26
27
28
30
31
32
SCL
SDA
SO
SDA
RSM
MFOR
ANTC
33
SQLS
34
35
36
37
39
40
41
42
48
49
50
51
TRC
SCAS
RFG
AOGFG
STAT
BEEP
STB1
STB2
STB3
DATA
CK
SQL C
52
53
54
NBS
AGC S
NMS
55
57-60
61-64
65-67
P20
P17-P14
PD-PA
J2B, R3B,
H3E
KEY
CW
TUNE
68
69
70
Output sinyal control daya rendah untuk daya 60 W
Output sinyal control daya rendah untuk daya 20 W
Port input untuk tombol CW. Tinggi : ketika tombol dalam
keadaan tertutup
Output “KIRIM” control pada sinyal untuk soket ACC (1) dan
ACC (2)
Output “KIRIM” control sinyal untuk tegangan T8 dan R8. Low :
untuk transmit
Output sinyal alarm untuk mengaktifkan 2-tone nada alarm
darurat. Tinggi : Alarm menyalah.
Outpu nada sinyal ketika beralih untuk 2-tone alarm darurat.
Tinggi : Nada tinggi
Output untuk sinyal jam pada EEPROM (IC134)
Jalur data untuk EEPROM (IC134)
Output untuk serial sinyal pada EEPROM (IC135)
Jalur data untuk EEPROM (IC135)
Port input untuk indikasi S-Meter.
Port input unruk indikasi RF-Meter
Port input untuk antena saat ada indikasi meter pada versi
[EUR]. Sinyal ANTC dapat diterima ketika opsionalnya yaitu
AT-130E terhubung
Port input untuk menghilangkan squelch yang terdeteksi.
Tinggi : Ketika squelch diaktifkan
Port input untuk beralih mengirimkan/menerima sinyal.
Port input untuk control sinyal pemindai dari soket ACC (1)
Output dari control sinyal RF gain ke sirkuit AGC
Output control sinyal RF gain ke control (IC36)
Output dari “tuner start” ke opsional AT-130E
Output sinyal beep (1 kHz atau 500 Hz)
Output sinyal strobe untuk main unit loop IC PLL (C3005)
Output sinyal strobe untuk referensi loop IC DSS (IC3001)
Output sinyal strobe ke BFO IC PLL (IC3002)
Output sinyal data ke PLL dan IC DSS
Output sinyal jam untuk PLL dan IC DSS
Output sinyal AF mute pada fungsi squelch. Tinggi : squelch
tidak aktif
Output sinyal Noise Blanker. Tinggi : Noise Blanker aktif
Output sinyal AGC OFF. Tinggi : AGC tidak aktif
Output untuk control perangkat NBDP. Low : output data
NBDP
Output sinyal strobe untuk inisial matriks.
Port input untuk inisial matriks.
Output sinyal band untuk RF, LPF dan BPF
Output mode sinyal
Input port untuk opsional AT-130E. Rendah : Selama tuning
Output mode sinyal
Output tuning pada sinyal tuner antena untuk daya
penerimaan/ pada mode control
71
FSEL
72
PR
Output filter pada pemilihan sinyal. Rendah : opsional filter
pada pemilihan sinyal
Output sinyal pada control program pemindai untuk
menonaktifkan “AGC fast” dan “audio squelch”
PROSEDUR PENYESUAIAN
PREPARASI
Membutuhkan Alat Uji
Koneksi
Pengaturan PLL
Main Unit PLL
Pengaturan Transmiter
Rangkaian PA dan Filter
Main Unit
Pengaturan Transmitter (lanjutan)
Main Unit dan Rangkaian Logic
Pengaturan Receiver
Download