Pendahuluan Pada buku service manual ini menjelaskan tentang informasi – infromasi perangkat Telepon Radio IC-M700PRO. Untuk meningkatkan kualitas, setiap bagian listrik, mekanik dan rangkaian intenal dapat berubah tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya. Perhatian JANGAN PERNAH menghubungkan transceiver pada arus AC atau DC power supply yang telah ditentukan. Hal ini akan merusak transceiver. JANGAN PERNAH mengenakan transceiver pada hujan, salju atau cairan apapun. JANGAN PERNAH membalikkan polaritas dari power supply pada saat menghubungkan transceiver. JANGAN MENGGUNAKAN sinyal RF lebih dari 20 dBm (100 mW) untuk konektor antena. Hal ini bisa merusak bagian depan pada transceiver. Catatan Perbaikan 1. Pastikan dahulu permasalahannya sebelum membongkar transceiver. 2. JANGAN membuka transceiver yang masih tersambung pada listrik. 3. JANGAN memaksa salah satu komponen variable. Buka dengan perlahan. 4. JANGAN menggunakan sirkuit atau komponen yang bukan diperuntukannya. 5. JANGAN menyalahkan transceiver dalam waktu yang sangat lama, karena dapat merusaknya. 6. JANGAN mengirim daya kepada generator standar atau generator sweep. 7. Selalu hubungkan transceiver 50 dB sampai 60 dB antara transceiver dan meter deviasi atau spectrum analyzer ketika sedang menguji perangkat tersebut. 8. BACA selalu buku petunjuk dari alat uji sebelum menghubungkan perangkat ke alat uji. SPESIFIKASI BAGIAN DALAM PENJELASAN SIRKUIT SIRKUIT RECEIVER 1. Sirkuit Filter RF (Main Unit) Sinyal yang diterima melewati konektor antena mengirimkan/menerima ke switching relay ( Filter board RL4317) dan kemudian diterapkan pada unit utama via J2. Sinyal melewati proteksi relay (RL2), 1,6 MHz serta menyaring (L2-L4, C4-C8, C629), kemudian diterapkan ke slah satu dari Sembilan filter (termasuk satu low-pass filter untuk dibawah 2,0 Mhz). Filter ini dipilih oleh sinyal pengontrol saringan (B0-B8) seperti yang dijelaskan pada table di bawah. Sinyal yang disaring melewati filter 30 Mhz cut-off lowpass (L71, L72, C130-C134, C618) dan kemudian diterapkan pada sirkuit 1 mixer (Q6, Q7). 2. 1ST Mixer dan If Circuit (Main Unit) Rangkaian 1 mixer mengubah sinyal yang diterima menjadi frekuensi tetap, 69,0115 Mhz 1 sinyal IF menggunakan keluaran frekuensi PLL. Dengan mengubah frekuensi PLL, maka frekuensi yang diinginkan ditarik oleh filter kristtal (FI1a, FI1b) pada tahap berikutnya. IF amplifier (Q8) dan sirkuit resonator, dirancang pada pasangan filter. Sinyal keluaran PLL (1LO) memasuki main unit melalui J3 dan diperkuat di 1 LO amplifier (Q5) dan kemudian diterapkan pada 1 mixer (Q6, Q7). 3. 2nd Mixer dan IF Circuit (Main Unit) Jika sinyal IF 1st dari Kristal filter (FI1b) diubah menjadi 2nd sinyal IF 9.0115 dan pada sirkuit mixer (D52, L66, L67). 60 mHz merupakan 2nd sinyal local (2LO) dari unit PLL yang memasuki unit MAIN melalui 2nd untuk diterapkan. Jika 2nd sinyal melewati gerbang noise (D15, D16) dan diperkuat di 2nd IF Amplifier (P1) dan kemudian diterapkan pada salah satu dari filter IF 9 mHz seperti yang dijelaskan dibawah. Sinyal yang melewatinya diperkuat pada 2 tahap IF amplifier (Q32, Q33) dan diterapkan untuk demodulator. 4. Sirkuit Noise Blanker (Main Unit) Putuskan sirkuit Noise Blanker dari sirkuit IF pada saat menerima pulse-type noise. Sebagian dari 2nd sinyal IF di antara sirkuit resonantor (L83, L84 pada tingkat 2nd mixer, D52) diperkuat pada amplifier suara (Q9, IC8, Q11). Sinyal ini kemudian terdeteksi pada pendeteksi suara (D17) untuk mengkonversi suara pada komponen untuk tegangan DC. Sinyal kemudian diterapkan pada saklar suara bising (Q13, Q14). Pada saat tegangan terdeteksi melebihi tingkat ambang batas Q13, Q14 akan mengeluarkan sinyal blanking untuk menutup gerbang noise blanker (D15, D16) dengan menerapkan bias tegangan. Q15 merupakan saklar on dan off pada noise blanker. Tegangan yang terdeteksi juga dapat diterapkan pada noise blanker sirkuit AGC (Q12, Q10) dan kemudian diumpankan kembali pada noise amplifier (IC8) sebagai tegangan bias. Sirkuit noise AGC dapat mencegah noise blanker yang akan masuk. Waktu dari noise blanker pada sirkuit AGC ditentukan oleh R58 dan C114. 5. Demodulatur Unit (Main Unit) Sirkuit ini menggabungkan 2nd IF dan sinyal BFO untuk mengambil komponen dari AF (kecuali modus H3E). Sinyal 2nd IF dari 2nd IF amplifier (Q33) diterapkan pada keseimbangan mixer (IC10, pin 1). 9,0116 – 9,0130 merupakan frekuensi sinyal BFO dan dari unit PLL juga dapat menerepakan IC 10 (pin 10). Sinyal AF adalah output dari pin 12 dan kemudian diterapkan pada sirkuit AF. 6. Sirkuit Detektor H3E (Main Unit) 2nd sinyal IF dari 2nd IF amplifier (Q33) diterapkan pada sirkuit detector AM (D39) untuk didemodulasikan ke sinyal AF. Sinyal yang terdeteksi, diperkuat pada buffer amplifier (Q45) dan kemudian diterapkan pada sirkuit AF. 7. Sirkuit AGC (Main Unit) Sirkuit AGC (Automatic Gain Control) mempunyai fungsi untuk mencegah rangkaian pertama dari distorsi dan untuk menjaga output audio pada tingkat yang konstan. Sebagian dari sinyal IF dan 2nd Amplifier (Q33) terdekteksi pada sirkuit detector AGC (D31) dan kemudian diterapkan pada penguat AGC (Q41) untuk mengukur control waktu dari garis konstan AGC. Tegangan yang berasal dari AGC dikendalikan oleh AGC itu sendiri yang berasal dari CPU untuk pengaturan RF gain. Ketika menerima sinyal yang kuat, tegangan dari detector akan meningkat serta tegangan dari gari AGC menurunkan penguat AGC (Q41) melalui jalur tegangan -5 V yang digunakan untuk tegangan bias dari IF amplifier (Q8,Q16,Q32,Q33), sehingga amplifier ini dapat mengurangi gain. Ketika sinyal kuat menghilang, garis tegangan AGC didapatkan oleh C245/R268 dan C670/R813. Tombol AGC (Q42,D38) berfungsi untuk mematikan AGC ketika fungsi tersebut diaktifkan. Garis AGC sebagai fast-release selama pemindaian berlangsung, A1A untuk pemilihan mode dan operasi DSC. 8. Sirkuit Meter (Main Unit) S-Meter menunjukkan tingkatan AGC pada layar, karena tingkatan AGC bervariasi terhadap kekuatan sinyal yang diterima. Tegangan bias pada AGC dari penguat AGC (Q41) terbalik dan diperkuat oleh amplifier (IC19b). Sinyal yang diperkuat diterapkan pada CPU melalui jalur “RSM”. 9. Cirkuit AF Amplifier (Main Unit dan Papan Logic) Sinyal AF dari demodulator atau sirkuit detector H3E aktif melewati filter low-pass (IC20b) dan menutup gerbang (IC12a) dan kemudian diterapkan pada control volume (IC36). CPU . (IC132, pin 37) memiliki sinyal output (1 sampai 5 V) sesuai dengan pengaturan kontrolnya. Sinyal AF merupakan keluaran dari IC36 (9 pin) yang dipasok kepada unit Logic melalui J3. Sinyal yang diperkuat oleh power amplifier (IC2007) kemudian diterapkan pada speaker internal melalui konektor mikrofon (pin 3,4) dan eksternal jack melalui unit utama. Saklar relay (RL2001) terhubung ke (-) terminal speaker internal untuk beralih fungsi menggunakan speaker internal. 10. Sirkuit Squelch (Main Unit) Transceiver memiliki 2 sirkuit squelch, yaitu untuk mematikan suara untuk J3E/H3E dan SMeter untuk mematikan A1A/F1B/J2B. 1. AF Activated Squelch Sebagian dari sinyal AF aktif pada filter low-pass (IC20b) yang diperkuat pada amplifier limiter (IC20a) dan kemudian diterapkan pada one-shot multi-vibrator (IC22c, IC22d). One-shot multi-vibrator berfungsi sebagai converter F-V yang menghasilkan sinyal hanya ketika audio diterima. Output sinyal yang melewati gerbang NOR (IC22b) maka 3 Hz filter low-pass (IC21a) untuk menghapus sisa komponen noise. Sinyal disaring diterapkan pada jendela komparator. Gerbang NOR (IC22b) menonaktifkan audio squelch yang diaktifkan selama mode operasi A1A/F1B/J2B. Output komparator menjadi “tinggi” ketika sinyal yang terintegrasi melebihi tegangan referensi. C269, R310 dan R780 yang digunakan sebagai sirkuit waktu konstan. Sinyal output yang dihasilkan dari IC22a terbalik pada Q46 dan kemudian diterapkan pada CPU sebagai sinyal “SQL”. CPU yang mengontrol gerbang squelch tersebut (IC12a) adalah ketika ada sinyal “SQL” yang diterima. 2. S- Meter Squelch Sinyal S – Meter dari IC19b diterapkan untuk mode squelch yang menjadi pembanding untuk membuka atau menutup sirkuit squelch. Tegangan referensi disesuaikan oleh R257 dan kemudian diterapkan pada (-) terminal dari komparator (IC19a). Ketika sinyal S – Meter melebihi tegangan referensi, output komperator menjadi “tinggi” ke CPU melalui IC22a dan Q46 pada cara yang sama seperti mengaktifkan suara pada sirkuit squelch. SIRKUIT TRANSMITER 1. Sirkuit Amplifier Mikrofon (Papan Logic) Sinyal AF dari konektor [MICROPHONE] yang melewati AF amplifier (IC2008a) dan diterapkan pada modulator yang seimbang (untuk MAIN; IC9, pin 1) melalui tombol AF (IC38b). Sirkuit mikrofon AGC (D2008, D2009, Q2009) menjadi pengontrol penguat gain untuk mencegah sinyal distorsi. Input modulasi eksternal dari socket ACC, NBDP, dan DSC atau sinyal darurat 2-tone dari CPU diterapkan pada modulator yang seimbang dan langsung melalui tombol AF (IC37-IC39). 2. Sirkuit Modulasi (Main Unit) 1. Mode J3E dan J2B Modulator yang digunakan untuk mode J3E dan J2B untuk menambahkan sinyal audio dengan frekuensi BFO, dan jika sinyal outputnya sementara dapat menekan sinyal BFO. Sinyal AF dari amplifier mikrofon atau eksternal audio dari terminal modulasi diterapkan pada modulator yang seimbang (IC9, pin 1). Sinyal BFO dari unit PLL diterapkan (IC9, pin 10) merupakan sebagai sinyal pembawa . Sinyal ganda Side band merupakan output dari IC9 (pin 6), kemudian diterapkan pada filter 9 mHz (Fi2) untuk membuat sinyal SSB. R283 menyesuaikan tingkat keseimbangan IC 9 untuk penekanan operator yang maksimum. Dalam mode J2B, frekuensi BFO digeser pada 1,7 kHz untuk mengatur frekuensi transmit sama dengan yang ditampilkan pada layar. Sinyal SSB dari Fi2 diperkuat pada amplifier 9 mHz (Q17-Q19) kemudian diterapkan pada sirkuit mixer (D52). Switching diode (D19) akan aktif apabila tegangan pada R8 mengilang. 3. 4. 5. 6. 2. Mode H3E dan R3E Sinyal SSB yang diterapkan pada ampilifer IF (Q18) pada cara yang sama seperti pada mode J3E/J2B. Sinyal BFO dari unit PLL diperkuat pada penguat (Q30) dan kemudian diterapkan pada amplifier IF (Q18) sebagai sinyal pembawa untuk ditambahkan pada sinyal SSB. R211 dan R212 menyesuaikan tingkat carrier pada masing – masing mode H3E dan R3E. 3. Mode A1A dan F1B Pada CW8 atau FSK 8, tegangan yang diterapkan pada modulator balance (IC9, pin 4) digunakan untuk merusak balance dan untuk membuat sinyal pembawa. Dalam mode A1A, CW memasukkan sirkuit (IC18a) untuk mengontrol tegangan bias dari amplifier IF (Q18, Q19) dan T/R yang beralih diode (D19) untuk beralih ke transmisi pembawa. Dalam mode F1B, frekuensi BFO bergeser pada unit PLL untuk membuat ruang frekuensi. Sirkuit 1st Mixer (Main Unit) Sintal yang diperkuat dari amplifier IF merupakan campuran dengan sinyal 60 mHz LO pada sirkuit 1st mixer (D542) untuk menghasilkan sinyal IF 69,0115. Pada umumnya mixer menggunakan 2 penerima. Jika sinyal 69,0115 mHz melewati filter (FI1b) maka akan diterapkan pada sirkuit 2nd mixer. Sirkuit 2nd Mixer (Main Unit) Sinyal yang disaring dicampur dengan frekuensi keluaran PLL (1LO: 69,5155 – 99,0155 mHz) pada sirkuit 2nd mixer (Q3, Q4) untuk menghasilkan sinyal RF yang merupakan frekuensi yang sama sebagai salah satu yang ditampilan. Sirkuit Filter RF (Main Unit) Sinyal RF melewati filter low-pass (L55, L56, C89 – C93, C620, C628) yang kemudian diperkuat pada amplifier RF (Q2). Sinyal yang diperkuat diterapkan untuk salah satu dari ke 9 filter RF. Filter RF biasanya digunakan dengan rangkaian penerima yang terdiri dari satu filter lowpass. Sinyal yang disaring diperkuat pada penguat RF (Q1) dan kemudian dijalankan pada rangkaian PA150W melalui J1. Sirkuit Power Amplifier (Rangkaian PA150W) Sirkuit ini stabil pada 150 W (13,6 V). Sinyal RF dari Main Unit diperkuat pada pra – driver (Q4008), driver (Q4001, Q4002) dan power amplifier (Q4003, Q4004). Driver dan power amplifier terbentuk dari sirkuit AB push-pull. Tegangan bias untuk transistor ini berasal dari diode (D4001 – D4003) yang memiliki pertemuan dengan transistor. Sinyal yang diperkuat kemudian diterapkan kepada salah satu dari ke delapan filter low-pass. Filter menyaring sinyal melewati rangkaian pendeteksi listrik (rangkaian filter; L4341) dan mengirimkan/menerima secara estafet (rangkaian filter; RL 4317) yang kemudian diterapkan pada konektor antena. 7. Sirkuit ALC Transceiver memiliki 2 ALC (Auto Level Control) untuk output daya konstan selama semua band kelauatannya diatur pada power daya yang tinggi. 1. Sirkuit IF ALC (Main Unit) Sebagian dari sinyal IF dari penguat IF(Q17) diterapkan pada sirkuit IF ALC. Sinyal diperkuat di Q126 dan kemudian terdeteksi pada detector ALC (D46). Sinyal yang terdeteksi tersebut diperkuat pada amplifier ALC (IC17b) kemudian diterapkan pada komparator (IC17a) Tegangan referensi untuk pembanding diatur oleh R184. Control tegangan antena (TUN8) dan sinyal dengan daya yang rendah (POC1) juga dipengaruhi oleh tegangan referensi untuk menurunkan tingkat dari sinyal IF. Output dari komparator mengontrol bias pada gerbang amplifier IF (Q19), sehingga tingkat sinyal IF ditentukan oleh tegangan referensi dari komparator (IC17a). 2. Sirkuit RF ALC (Rangkaian Filter) Level daya output RF terdeteksi pada D4309 dari pendeteksi sirkuit listrik (rangkaian filter; L4341, D4309, D4310). Sinyal yang terdeteksi (“FOR” sinyal) diterapkan untuk RF ALC amplifier (main unit; IC16a). Sinyal yang diperkuat masuk dan mengirim control gain (IC16b) yang berfungsi sebagai penguat inversi pada amplifier. Kontrol pada gain menurunkan gain dari amplifier IF (main unit; Q2) untuk daya output konstan dari penguat diferensial yang merupakan karakteristik dari frekuensi yang digunakan. Tegangan bias dari RF ALC Amplifier (IC16a) dikendalikan dengan sinyakl dengan daya yang rendah (POC1 untuk 20 W, POC2 untuk 60 W) dan sinyal APC. 8. Sirkuit APC Sirkuit APC melindungi power amplifier pada unit PA dari SWR yang tinggi dan arus yang berlebihan. 1. SWR APC (Rangkaian Filter dan Main Unit) Gelombang sinyal yang dipantulkan akan muncul dan meningkat pada konektor antena. Ketika antena tidak cocok, maka D4310 dari rangkaian detector listrik (Rangkaian Filter; D4309, D4310, L4341) mendeteksi sinyal dan berlaku untuk amplifier APC (Main Unit; Q23). Sinyal yang diperkuat menurunkan tegangan bias penguat RF ALC untuk mengurangi kekuatan output. 2. Arus APC (Rangkaian PA150W dan Main Unit) Arus kekuatan transistor akan terdeteksi dari bebagai tegangan diantara kedua terminal dari resistor 0.012 (R4026) pada rangkaian PA150W. Tegangan yang terdeteksi diterapkan pada penguat deferensial (IC4002b). Ketika arus transistor terdeteksi kurang lebih dari 30 A, tegangan yang diterapkan pada kontroler amplifier APC (main unit; Q111) untuk mengurangi tegangan gerbang -2 dari penguat IF (main unit; Q2) dan dengan demikian dapat mengurangi daya outputnya. 9. Pendeteksi Temperatur (Rangkaian PA150W) Saklar Thermal (S4001, S4002) melindungi transistor dari suhu yang berlebihan. Ketika suhu transistor melebihi 50 ˚C, S4002 akan mulai menghidupkan kipas pendingin. Ketika suhu transistor melebihi 110 ˚C, S4001 akan mulai menghidupkan control “POC2” dan menetapkan power untuk 60 W. 10. Sirkuit PLL (Main Unit) Output dari penguat ALC (IC16a) diterapkan pada CPU (pin 31) untuk menunjukkan tingkatan daya pancar pada display. Pada antena, “antc” menggunakan opsional AT – 130E yang diterapkan pada CPU (pin 32) SIRKUIT PLL 1. Umum Unit OLL menghasilkan 1st frekuensi LO (69.5115 – 99.0114 mHz), 2nd frekuensi LO (60 mHz) dan frekuensi BFO (9,0106 – 9,013 mHz) untuk unit utama. Pada 1st LO PLL mengadopsi system mixer lool PLL ganda. BFO menggunakan DDS dan 2nd LO sebagai frekuensi ganda yang tetap pasa osilator Kristal. 2. 1st LO PLL (Unit PLL) Pada 1st LO PLL mengandung loop dan acuan utama dari loop itu sendiri sebagai system loop yang ganda. Loop tersebut menghasilkan frekuensi 10,65 – 10,75 mHz menggunakan sirkuit DDS dan pada loop utama menghasilkan frekuensi 69,5115 – 99,0114 mHz menggunakan frekuensi loop. 1. Referensi Loop PLL Sinyal osilasi pada VCO (Q3005, D3003) diperkuat pada amplifier (Q3006, Q3011) dan kemudian diterapkan pada DDS IC (IC3001, pin 46). Kemudian sinyal dibagi dan terdeteksi pada phase dengan DDS yang dihasilkan oleh frekuensi. Sinyal output yang terdeteksi dari IC3001 (pin 56) diubah menjadi tegangan DC pada filter loop (R3018, R3019, C3044) dan kemudian diumpankan kembali ke diode varactor (D3003) pada sirkuit VCO. 2. Main Loop PLL Sinyal osilasi pada loop VCO utama (Q3003, D3004) diperkuat pada amplifier (Q3004, Q3008), kemudian diterapkan pada IC PLL (IC3005, pin 14). Sinyal kemudian dibagi dan terdeteksi pada phase dengan referensi loop dari output frekuensi. Output sinyal yang terdeteksi dari IC3005 (pin 3009, 3010) diubah menjadi tegangan DC pada filter loop yang kemudian diumpanlan kembali ke diode varactor (D3004) di sirkuit VCO. Sinyal osilasi diperkuat pada amplifier (Q3004, Q3021, Q3024) dan kemudian diterapkan pada unit utama sebagai sinyal 1st LO. 3. 2nd LO dan Sirkuit Referensi Osilator Referensi osilator (X3001) menghasilkan frekuensi 30,0 mHz yang digunakan untuk kedua IC DDS sebagai system jam dan untuk output LO. Sinyal osilasi merupakan 2 kali lipatnya dari driver (Q3002) dan mengambil frekuensi 60 mHz pada rangkaian resonator (L3004, L3005). Sinyal 60 mHz yang diterapkan merupakan untuk main unit sebagai sinyal 2nd LO. 4. Sirkuit BFO IC DDS (IC3002) menghasilkan sinyal digital 10 – bit menggunakan system 30 mHz. Sinyal digital dikonversi untuk sinyal gelombang analog pada converter D/A (R3120 – R3139). Gelombang analog dilewatkan melalui filter low-pass (L3037, L3038, C3154 – C3158) dan kemudian diterapkan ke main unit sebagai sinyal BFO. PA merupakan unit yang terpisah dari unit lainnya. 4. Alokasi Port CPU (Main Unit; IC132) Nomor Pin Nama Port Keterangan 1 RES Port input untuk reset sinyal CPU, ketika menerima “LOW” maka CPU akan mereset 10 RXDO Port input daya dari sub CPU pada unit depan. 11 TXDO Port data output untuk sub CPU pada unit depan 16 NSEN Port input ke sub CPU dari unit depan 17 18 20 POC2 POC1 CWIN 21 ASEN 22 CSEN 23 ALMS 24 ALMC 25 26 27 28 30 31 32 SCL SDA SO SDA RSM MFOR ANTC 33 SQLS 34 35 36 37 39 40 41 42 48 49 50 51 TRC SCAS RFG AOGFG STAT BEEP STB1 STB2 STB3 DATA CK SQL C 52 53 54 NBS AGC S NMS 55 57-60 61-64 65-67 P20 P17-P14 PD-PA J2B, R3B, H3E KEY CW TUNE 68 69 70 Output sinyal control daya rendah untuk daya 60 W Output sinyal control daya rendah untuk daya 20 W Port input untuk tombol CW. Tinggi : ketika tombol dalam keadaan tertutup Output “KIRIM” control pada sinyal untuk soket ACC (1) dan ACC (2) Output “KIRIM” control sinyal untuk tegangan T8 dan R8. Low : untuk transmit Output sinyal alarm untuk mengaktifkan 2-tone nada alarm darurat. Tinggi : Alarm menyalah. Outpu nada sinyal ketika beralih untuk 2-tone alarm darurat. Tinggi : Nada tinggi Output untuk sinyal jam pada EEPROM (IC134) Jalur data untuk EEPROM (IC134) Output untuk serial sinyal pada EEPROM (IC135) Jalur data untuk EEPROM (IC135) Port input untuk indikasi S-Meter. Port input unruk indikasi RF-Meter Port input untuk antena saat ada indikasi meter pada versi [EUR]. Sinyal ANTC dapat diterima ketika opsionalnya yaitu AT-130E terhubung Port input untuk menghilangkan squelch yang terdeteksi. Tinggi : Ketika squelch diaktifkan Port input untuk beralih mengirimkan/menerima sinyal. Port input untuk control sinyal pemindai dari soket ACC (1) Output dari control sinyal RF gain ke sirkuit AGC Output control sinyal RF gain ke control (IC36) Output dari “tuner start” ke opsional AT-130E Output sinyal beep (1 kHz atau 500 Hz) Output sinyal strobe untuk main unit loop IC PLL (C3005) Output sinyal strobe untuk referensi loop IC DSS (IC3001) Output sinyal strobe ke BFO IC PLL (IC3002) Output sinyal data ke PLL dan IC DSS Output sinyal jam untuk PLL dan IC DSS Output sinyal AF mute pada fungsi squelch. Tinggi : squelch tidak aktif Output sinyal Noise Blanker. Tinggi : Noise Blanker aktif Output sinyal AGC OFF. Tinggi : AGC tidak aktif Output untuk control perangkat NBDP. Low : output data NBDP Output sinyal strobe untuk inisial matriks. Port input untuk inisial matriks. Output sinyal band untuk RF, LPF dan BPF Output mode sinyal Input port untuk opsional AT-130E. Rendah : Selama tuning Output mode sinyal Output tuning pada sinyal tuner antena untuk daya penerimaan/ pada mode control 71 FSEL 72 PR Output filter pada pemilihan sinyal. Rendah : opsional filter pada pemilihan sinyal Output sinyal pada control program pemindai untuk menonaktifkan “AGC fast” dan “audio squelch” PROSEDUR PENYESUAIAN PREPARASI Membutuhkan Alat Uji Koneksi Pengaturan PLL Main Unit PLL Pengaturan Transmiter Rangkaian PA dan Filter Main Unit Pengaturan Transmitter (lanjutan) Main Unit dan Rangkaian Logic Pengaturan Receiver