ABTRAKSIFAKULTAS PSIKOLOGI ABTRAKSI UNIVERSITAS GUNADARMA Nama : Oktaviani Widiastuti NPM : 10502188 Judul : Seks pranikah Pada Remaja Berpacaran Seksualitas adalah bahan pembicaraan yang tidak pernah hilang dalam kehidupan sehari-hari, hari, dan juga merupakan salah satu dorongan primer yaitu dorongan primer dalam kehidupan manusia. Banyak permasalahan seksual yang terjadi didalam kehidupan, salah satunya adalah perilaku seks pranikah dimana terdapat suatu penyaluran dorongan dor ongan seksual yang tidak bertanggung jawab dan melanggar norma, terlebih lagi bila dilakukan sebelum menikah atau diusia yang masih belia. Fenomena ini seperti ini banyak dialami oleh remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana gambaran perilaku seks pranikah pada remaja berpacaran. Perilaku seks pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik lawan jenis atau sesama jenis sebelum menikah. Yang didorong dengan nafsu -nafsu nafsu yang tidak terintegrasi tanpa dibatasi oleh norma-norma norma sosial yang mengatur kebebasan manusia dalam reaksi seksualnya. Perilaku seks pranikah antara lain : bersentuhan contoh : pegangan tangan, berpelukkan, berciuman contoh: ciuman pendek hingga deep kissing; bercumbu yaitu membelai atau menye ntuh bagian yang paling sensitive dari pasangan yang dapat membangkitkan gairah seksual, seperti memegang payudara dan alat kelamin, dan berhubungan kelamin ( seksual intercourse} yaitu adanya kontak antara penis dan vagina dan dapat terjadi penetrasi penis kedalam vagina. Metodologi yang digunakan adalah metodologi studi kasus, yang dibantu dengan pendekatan observasi dan wawancara subjek yang dilibatkan dalam studi kasus adalah remaja laki laki-laki yang berusia 22 tahun dan sudah memiliki pacar. Subjek berusia 22 tahun dan sudah melakukan hubungan seksual. Hubungan yang telah dibina sudah dijalani selama 3 tahun. Dari proses pacaran tersebut subjek sudah melakukan tingkatan perilaku seks pranikah sampai pada tahap seksual intercourse atau tahap berhubungan badan. Data yang diperoleh, ternyata menunjukkan bahwa gambaran perilaku seks pranikah pada remaja berpacaran terlihat kepada subjek yang tergolong usia remaja sudah su dah melakukan hubungan intim atau hubungan seksual. Kata kunci : Perilaku seks pranikah, dalam hubungan berpacaran . PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kelompok teman sebaya dipandang sebagai kelompok yang paling banyak memberikan pengaruh besar pada pembentukkan sikap serba boleh terhadap perilaku seks yang dimiliki remaja. Dewasa ini, berbagai macam fenomena sosial timbul dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah masalah seksualitas. Seksualitas adalah bahan pembicaraan yang tidak pernah hilang dalam kehidupan sehari-hari, dan juga merupakan salah satu dorongan primer yaitu dorongan untuk bereproduksi, dan memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Apabila manusia mengalami kesulitan dalam memenuhinya, akan menimbulkan masalah. Banyak permasalahan seksual yang terja di didalam kehidupan, salah satunya adalah perilaku seks pranikah dimana terdapat suatu penyaluran dorongan seksual yang tidak bertanggung jawab dan melanggar norma, terlebih lagi bila dilakukan sebelum menikah atau di usia yang masih belia. Fenomena seperti ini banyak dialami oleh remaja. Untuk memecahkan masalah ini, yang harus dilakukan bukan hanya memperbaiki remajanya saja, tetapi juga dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya seks pranikah pada remaja. Brooks- Gun dan Frustenberg ( dalam Muss, 1990) berpendapat bahwa tingkah laku seksual pada remaja awalnya memang muncul karena pengaruh hormonal, namun kemudian ditentukan juga oleh faktor-faktor sosial yang menyertai. Faktor-faktor sosial itu dia ntaranya a dalah kelompok acuan. Kelompok acuan yang erat kaitannya dengan remaja adalah orangtua dan teman sebaya. Menurut Reis dan Miller (dalam Etikariena, 1998) orangtua dan B. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah gambaran perilaku seks pranikah pada remaja berpacaran? 2. Apakah faktor- faktor yang menyebabkan remaja melakukan seks pranikah? C. Tujuan Penelitian 2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku seks pranikah secara mendalam. 2. Untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi remaja melakukan seks pranikah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sehingga akan menjadi bahan yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu psikologi khususnya pada bidang psikologi perkembangan, psikologi sosial dan psikologi pendidikan yang terkait dengan masalah penelitian. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi orang tua dan remaja tentang masalah seks pranikah agar remaja dapat v adalah melibatkan perilaku mencium menyentuh atau meraba, menghisap atau menjilat pada daerah pasangan, seperti mencium payudara pasangan wanita atau mencium alat kelamin pasangan pria. d. Berhubungan kelamin (sexual intercourse), yaitu adanya kontak penis dan vagina dan terjadi penetrasi penis kedalam vagina. Sedangkan menurut Papila & Olds (1998) yaitu mengungkapkan mengenai aktivitas seksual dilakukan oleh pasangan, antara lain : a. Berciuman (kissing) b. Berpelukan (necking) c. Bercumbu (petting) d. Kontak alat vital (genital contact) Menurut Nevid & Rathus (1995), te r da pa t be be r a pa be nt u k perilaku seksual yaitu: a. Berciuman (kissing), ciuman dapat menjadi bentuk afeksi seseorang terhadap pasangannya, teman dan kerabatnya. Untuk itu ciuman bisa sebatas pada pipi atau yang lebih jauh yaitu ciuman pada bibir. b. Stimulasi payudara, antara lain mencium, menghisap, atau menjilat payudara pasangan. Bagian tubuh lain yang biasanya jika dicium termasuk tangan dan kaki, leher dan lubang telinga, paha dalam dan alat kelamin. c. Menyentuh (touching) dan stimulasi oral genital, menyentuh atau meraba daerah erotis dari pasangan menimbulkan rangsangan. Wanita dan pria secara umum memahami dan mengerti batasanbatasan serta bisa menghindari perilaku seks pranikah dalam berpacaran. TINJAUAN PUSTAKA A. Seks Pranikah 1. Definisi Seks Pranikah Perilaku seks pranikah adalah hubungan seks yang dilakukan oleh sepasang insan sebelum mereka diika t ole h ta li pe r nika ha n ( Kusumaningrum, 2000). Crooks dan Baur (dalam Kusumaningrum, 2000) memandang bahwa perilaku seksual pranikah adalah hubungan penis – vagina antara sepasang manusia senelum mereka menikah. 2. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual Jenis-jenis perilaku seksual itu sendiri memiliki tingkatantingkatan yang berbeda dalam aktivitasnya. Reiss (dalam Duvall & Miller 1985) membagi tingakatan seksual itu menjadi beberapa katagori yaitu: a. Bersentuhan (touching), antara lain pegangan tangan, berpelukan. b. Berciuman (kissing), batasan dari perilaku ini adalah mulai dari hanya sekedar kecupan sampai dengan French kiss yaitu adanya aktivitas atau gerakan lidah dari mulut. c. Bercumbu (petting), yaitu merupakan bentuk dari berbagai aktivitas fisik secara seksual, antara pria dan wanita yang lebih dari sekedar berciuman atau berpelukan yang mengarah kepada pembangkit gairah seksual, namun belum sampai berhubungan kelamin. Bentuk dari aktivitas ini vi memilih stimulasi oral (mulut) atau manual (tangan) terhadap alat kelaminnya. hal yang baru agar hubungan mereka tidak membosankan. c. Kurang dapat mengontrol diri 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya seks pranikah Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan did om ina s i ole h p e r a s aa n kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (menur ut Ste nber g hal ini dinamakan romantic love). Seks pranikah juga dapat terjadi karena pengaruh kelompok, dimana remaja tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan seks pranikah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena remaja didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Menurut Lawson(dalam Rikawanti, 2002) faktor-faktor yang menyebabkan remaja melakukan seks pranikah sebagai berikut: a. Bosan Perasaan bosan akan muncul pada pada anak remaja yang berpacaran sudah lama. Hal ini dikarenakan munculnya rasa ingin tahu dan mencoba hal yang baru bagi hubungan mereka. b . Ingin mencoba sesuatu yang baru Setelah rasa bosan datang mereka akan mencoba hal- Melakukan seks dengan pacar dapat dihindari jika remaja mampu mengontrol diri dan dapat menahan diri untuk tidak mencoba. Biasanya setelah seks dilakukan akan memberi dampak “ketagihan”. B. Remaja 1. viii Pengertian Remaja Menurut Willis ( 1 9 7 8) m a s a r e m a ja identik dengan keceriaan, kebingungan persahabatan, pengenalan diri, dan sebagainya. Masa remaja (Adolesence) berasal dari bahasa latin yaitu Adolescere yang berarti bertumbuh menjadi matang (growinto maturity) yang merupakan tahapan perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Turner dan Helms (dalam Mukthar, 1996) mengatakan masa remaja sebagai suatu masa dimana terjadi perubahan besar yang memberikan suatu tantangan pada individu remaja untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya dan mampu mengatasi pe r uba ha n f is ik da n seksual yang sedang dialaminya, juga sedang mengalami apa yang dinamakan proses pencarian identitas diri dan berusaha membangun suatu hubungan interaksi yang sifatnya baru. namun disaat bersamaan nampaknya remaja dihadapkan pada situasi yang sulit meningat seluruh rangkaian perubahan ini berkaitan satu dengan yang lainya, dan terjadi pada waktu yang bersamaan. Menurut Muangman (dalam Sarwono, 2002) pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut bebunyi sebagai berikut, remaja adalah : a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Dari pengertian diatas batasan sesuai dengan penelitian ini adalah pengertian remaja yaitu masa dimana sedang terjadi perubahan besar yang memberikan suatu tantangan pada individu remaja untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkunganya dan mampu mengatasi pe r u ba ha n f is i k da n seksual yang sedang dialaminya, juga sedang mengalami apa yang dinamakan proses pencarian identitas diri, dan berusaha membangun suatu hubungan interaksi yang sifatnya baru. 2. Batasan Usia Remaja H ur loc k ( 19 80) membagi masa remaja dalam dua periode, yaitu remaja awal (13-17 tahun) dan remaja akhir (17-18 tahun) sementara Konopa (dalam Pikunas, 1976) membedakan masa remaja menjadi tiga yaitu remaja awal (12- 15 tahun), remaja menengah (15-18 tahun), dan r e m a ja a khir ( 19- 2 2 tahun). Dalam penelitian ini yang akan digunakan dalam penelitian adalah remaja akhir berdasarkan kriteria diatas, maka batasan usia remaja akhir yang akan digunakan da lam pe ne litia n ini adalah 18-21tahun (Monks, 2002). viii 3. Karakteristik remaja Menurut Zulkifli (1999) ada beberapa ciri remaja yang harus diketahui diantaranya ialah : a. Pertumbuhan fisik. Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan masa anak-anak dan dewasa. b. Perkembangan seksual Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya ialah alat reproduksi sperma mulai bereproduksi, dia mengalami mimpi yang pertama yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan rahimnya sudah bisa untuk dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi untuk pertama kalinya. c. Cara berfikir kausalitas. Ciri ketiga adalah cara berfikir kausalitas, yaitu menyangkut hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis s e hingga ia a ka n melawan bila orangtua, guru, lingkungan yang menggangapnya masih sebagai anak kecil. d. Emosi yang meluapluap. Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungan dengan keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dilain waktu ia bisa marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran realistis. e. Mulai tertarik pada lawan jenis Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik pada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orangtua kurang mengerti, kemudian melarangnya akan menimbulkan masalah dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orangtuanya. f. Menarik perhatian lingkunganya. Pada masa ini remaja mencari perhatian dilingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja dikampung-kampung yang diberi peranan. g. Terikat dengan kelompok Remaja dalam kehidupan sosial x sangat tertarik dengan kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orangtuanya dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Apa-apa saja yang diperbuatnya ingin sama dengan anggota kelompoknya, kalau tidak sama maka ia akan merasa turun harga dirinya dan menjadi rendah diri. 4. Tugas-tugas perkembangan remaja akhir Menurut Pikunas (1976) mengemukakan tugas perkem bangan remaja menengah dan akhir, sebagai berikut : a. Menerima keadaan fisiknya yang sudah dewasa serta kualitas yang dimilikinya dengan apa adanya. b. Mempertahankan kemandirian emosional dari orangtua dan otoritas lainnya. c. Mengembangkan kemampuan dalam komunikasi interpersonal dan belajar menyesuaikan dengan teman sebaya dan orang lain baik secara individu maupun kelompok. d. Mencari figure yang dapat dijadikan panutan dalam mengidentifikasikan diri. e. Menerima dirinya dan memanfaatkan kemampuannya seefektif mungkin. f. Menguatkan kontrol diri dengan acuan nilai dan prinsip yang diyakininya. g. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan berumah tangga. Me nur ut Pikunas (1976) pada masa remaja ini ada satu tugas pe r kem ba nga n ya ng harus diselesaikan oleh remaja yaitu menemukan identitas diri. Identitas diri merupakan perasaan keunikan seseorang, keinginan untuk menjadi orang berarti dan mendapat pengakuan dari lingkungan seseorang. Tugas perkembangan lanjut menurut Hurlock (1980) remaja lanjut (1720 tahun) dirinya ingin menjadi pusat perhatian, ia ingin menonjolkan diri, caranya lain yaitu dengan remaja awal. Ia idealis, mempunyai citacita tinggi, bersemangat, dan memanfaatkan identitas diri, serta ingin mencapai ketidaktergantungan emosional. Bloss (dalam Sarwono, 2002) berpendapat perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri, yaitu untuk secara efektif x mengatasi “stress” dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, remaja akhir (late adolescence) merupakan tahap konsilidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pe nc a pa ia n lim a h a l yaitu: a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan oranorang lain dan dengan pengalamanpengalaman baru. c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e. Tumbuh “ dinding” yang memisahkan diri pribadinya ( private self ) dan masyarakat umum ( the public). C. Pacaran 1. Pengertian Pacaran Sosok teman atau sahabat sangat penting dalam kehidupan kita. Mereka jadi tempat berbagi sekaligus identitas diri. Seiring dengan perkembangan organ-organ seksual, remaja mulai tertarik pada hal lain. Hormon-hormon inilah yang berpengaruh terhadap dorongan seksual manusia. Pada masa pubertas ini, dorongan seks bisa muncul dalam bentuk ketertarikan terhadap lawan je nis , keinginan untuk mendapatkan kepuasan dan sebagainya (dalam Bachtiar, 2004). Dari uraian diatas mengenai pacaran dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pacaran adalah suatu pola hubungan interpersonal antara pria dan wanita yang kemudian merasa dekat dan melibatkan perasaan cinta serta mengalami proses saling mengenal, memahami dan menghargai perbedaan lalu menjalin suatu ikatan atau komitmen. 2. Fungsi Pacaran Berpacaran mempunyai banyak manfaat baik dari sisi positif maupun negatif salah satunya lewat pacaran remaja bisa mengenal lebih jauh tentang perilaku jenis kelamin berbeda (Mulamawatri, 2004). Turner dan Helms (mulamawatri, 2004) mengemukakan keuntungan pacaran buat remaja. Melalui berpacaran remaja bisa mengasah kemampauan bersosialisasi, remaja menjadi tahu bahwa jujur pada pasangan itu penting. Hubungan kasih sayang juga semakin terjalin pada saat pasangan memberi saran bukan menyalahkan. Kemampuan bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik dengan pacar pun bermanfaat buat melanggengkan hubungan lebih jauh lagi melalui pacaran, remaja bisa menolerir perbedaan pendapat. 3. Tahapan Pacaran Menurut Yahya Ma’shum dan Chaterina Wahyuni (2004) sebelum mencapai suatu hubungan pacaran akan mengalami tahapantahapan pacaran yang akan dijelaskan sebagai berikut : xi 1) Tahap Ketertarikan 2) Tahap Komitmen dan Ketertarikan 3) Tahap Keintiman Dalam tahap ini mulai dir a s a ka n ke intim a n ya n g sebenarnya, merasa lebih rileks untuk berbagi lebih mendalam dibanding dengan masa sebelumnya dan merupakan kesempatan untuk lebih mengungkapkan diri kita. 4. Dampak Pacaran Ma’shum dan Wahuni (2004) mengatakn, bagi remaja yang menjalin hubungan dalam berpacaran pasti mempunyai dampak positif dan negatif antara lain : a. Prestasi Sekolah b. Pergaulan Sosial c. Penyebab Stress d. Berkembangnya Perilaku Baru METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Definisi Studi Kasus. Dalam penelitian ini akan digunakan metode kualitatif dimana pendekatan ini dilakukan untuk mengembangkan pemahaman dalam mengerti dan menginterpretasi apa yang ada dibalik peristiwa, latar belakang pemikiran manusia yang terlibat didalamnya serta bagaimana manusia meletakkan makna pada peristiwa yang terjadi tersbut (Sarantoks dalam Poerwandari, 1998). Studi kasus ditujukan untuk meneliti suatu kasus atau lebih secara mendetail dan mendalam guna memahami kompleksitasnya dalam alamiah. Studi kasus dapat dilakukan secara kualitatif, kuantitatif, atau gabungan dari keduanya. Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa studi kasus ialah suatu penelitian mendalam yang dilakukan untuk m em be rika n ga m bar an mendalam mengenai suatu kasus yang mempunyai karakteristik tertentu. 2. Ciri-ciri Studi Kasus. Menurut Basuki (2006) menyebutkan studi kasus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a Studi kasus buka n s uatu metodelogi penelitian tetapi suatu bentuk studi (penelitian)tentang masalah yang khusus (particular). b Sasaran studi kasus dapat bersifat tunggal (ditujukan perorangan/individu) atau kelompok. c Masalah yang dipelajari atau diteliti dapat berifat sederhana atau kompleks. d Tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman yang mendalam tentang suatu kasusatau dapat dikatakan untuk mendapatkan verstehen bukan se kedar er klaren (deskripsi suatu fenomena). e Suatu kasus tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi, walaupun studi dapat dilakukan terhadap beberapa kasus. f Terdapat tiga macam kasus studi kasus antara lain: 1. Studi kasus instrinsik apabila kasus yang dipelajari secara mendalam mengandung halhal yang menarik untuk dipelajari berasal dari kasus itu sendiri atau dapat dikatakan mengandung minat xiii instinsik (instrinsic interest). 2. Studi kasus instrumental ( instrumental case study) apabila kasus yang dipelajari secara mendalam karena hasilnya akan dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan teori yang telah ada atau untuk menyusun teori baru. Hal ini dapat dika ta ka n studi kasus instrumental, minat untuk mempelajarinya berada diluar kasusnya stusi minat. 3. Studi kasus kolektif ( collective case study) apabila kasus yang dipelajari secara mendalam merupakan beberapa (kelompok) kasus, walaupun masingmasing kasus individual dalam kelompok itu dipelajari dengan maksud untuk mendapatkan karakteristik umum, karena setiap kasus mempunyai ciri tersendiri yang bervariasi. g. Hal-hal umum juga dipelajari dalam studi kasus, tetapi fokusnya terarah pada hal yang khusus atau unik. Moleong (2001) menyebutkan studi kasus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a Partikularistik. b Naturalistik. c Induktif, sebagian d Heuristic B. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian. Dalam penelitian kualitatif ini ditentukan sejumlah karakteristik bagi subjek penelitian, antara lain: a. Remaja yang sedang berpacaran b. Yangmengalami seks pranikah adalah remaja berpacaran dan berusia berkisar antara 18-21 tahun (Monks, 2002). 2. Jumlah Subjek Penelitian. Menurut Patton ( dalam Poerwandari, 1998), tidak ada aturan yang baku mengenai jumlah sampel yang harus diambil dalam penelitian kualitatif. Jumlah sampel sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui peneliti, tujuan penelitian, konteks saat itu, apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. C. Tahaptahap Penelitian Adapun tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi, yaitu : 1 Tahap Persiapan Penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian xiii 3. Tahap Analisis Patton (dalam Desianty, 2003) mengemukakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu : a. Triangulasi data b. Triangulasi pengamat c. Triangulasi teori d. Triangulasi metode Teori yang dipergunakan untuk keabsahan penelitian ini, melalui proses triangulasi yaitu triangulasi data, pengamat, teori dan metode dari subjek penelitian , metode penelitan dan teori faktorfaktor penyebab seks pranikah yang telah tertulis sebelumnya pada bab II. G. Analisis Data D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi sebagai metode pendukung, yang dijelaskan sebagai berikut : 1 Wawancara a. Wawancara konversasional yang informal b. Wawancara dengan pedoman umum c. Wawancara dengan pedoman terstandar terbuka 2. Observasi Menurut Kartono (1996), jenis-jenis observasi yang digunakan dalam penelitian adalah : a. Observasi Partisipan b.Observasi Sistematik c. Observasi Eksperimental Analisis data menurut Bogdan dkk (2004) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Menurut Moleong (1998) dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tujuan hal yang perlu dilakukan, antara lain : a. Mengorganisasikan Data b. Pengelompokkan berdasarkan Kategori, Tema, dan Pola jawaban c. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada Terhadap Data d. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data HASIL DAN ANALISIS 1. Bentuk-bentuk Perilaku E. Alat Bantu Penelitian Peneliti sebagai instrumen kunci sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik tersebut, mengumpulkan data, hingga menganalisis, menginterpretasikan, menyimpulkan hasil penelitian (Poerwandari 2001), dalam pengembalian data dengan metode wawancara dan observasi diperlukan beberapa alat bantu (Instrumen Penelitian), untuk memudahkan penulis dalam memperoleh dan mengumpulkan data, yaitu : 1. Lembar Observasi 2. Alat Perekam 3. Alat Pencatatan Seksual. F. Keabsahan dan Keajegan Penelitian Gambaran bentuk-bentuk perilaku seksual terdiri dari : xv a. Touching gaya French Kiss dalam berciuman. Pegangan tangan bagi subjek Menurut Reiss (dalam Duvall& sudah menjadi hal yang biasa Miller 1985) berciuman mulai dari terlebih jika subjek dan pacarnya ciuman pendek sampai dengan deep berada disuatu mol dan subjek kissing. merasa nyaman dengan hal itu. Begitu juga dengan berpelukkan a. Petting Selain setiap pacar subjek memelukknya berpelukkan subjek juga menyentuh subjek selalu merasa senang dan atau membelai bagian-bagian yang bergairah akibatnya jika pada saat paling sensitiv pacar subjek. Tetapi berpelikkan alat kelamin subjek menurut subjek yang membuat pacar mengalami ereksi. Subjek suka subjek bergairah, ketika subjek memeluk pacar subjek setiap kali memegang pantat, payudara dan alat bertemu. Subjek tidak pernah kelamin pacarnya. Pada awalnya memperdulikan situasi dan subjek mencoba memegang payudara lingkungan subjek berada. Menurut pacarnya melalui diluar pakaian lalu Reiss (dalam Duvall& Miller 1985) subjek menghisap payudara pacarnya bersentuhan juga mulai dari dengan begitu subjek merasakan pegangan tangan sampai pelukkan. kepuasaan tersendiri dan senang b. Kissing menbuat pacanya bergairah. Reaksi mencium dan Pertama kali ciuman subjek pacar subjek ketika subjek duduk dibangku SMP ketika menyentuh anggota badannya yang menjelang kelulusan. Subjek merasa paling sensitiv pacar subjek hanya malu-malu ketika ingin mencium tertawa kecil, dan langsung pacarnya dan ciumannya pun hanya terangsang dengan nada mendesah sebatas menempelkan bibir saja. terlebuh jika subjek memijit-mijit Reaksi pacar subjek kaget ketika anggota badan pacarnya. Bila kondisi subjek memberanikan diri untuk memungkinkan subjek akan menciumnya. Subjek tidak pernah melanjutkan ketahap yang lebih jauh. mempermasalahkan tempat dan Tetapi bila kondisi lingkungan tidak s itua s i ke tika a ka n m e nc ium mendukung subjek hanya berlanjut pacarnya. Gaya ciuman yang sering subjek lakukan dan sukai adalah xv ketahap menaikkan nafsu tersebut selama 20 menit dan sekitar pasangannya. Subjek tidak pernah 1 jam itu jika subjek ingin minta izin kepada pacarnya untuk m e n a m b a h u n t u k m e la k u k a n memegang tubuh pacarnya. Menurut hubungan seks lagi. Subjek juga subjek cowok itu sifatnya colongan dapat melakukan hubungan seks kalo cewek tidak menolak maka dengan pacarnya sebanyak 2 atau 3 subjek akan melanjutkan ketahap kali berhubungan dalam suatu hari. yang lebih jauh. Menurut Kinsley Menurut Pendapat Reiss (dalam ( da la m Pa pa lia & O lds 1 99 8) Duvall& Miller 1985) berhubungan membagi petting menjadi 2 yaitu kelamin adalah kontak antara penis berhubungan dengan payudara dan da n va gina da n da pa t te r ja di berhubungan dengan alat kelamin. penetrasi penis dalam vagina. b. Sexual Intercourse e. Faktor-faktor yang menyebabkan seks Pranikah Pola pacaran subjek sudah mencapai tahap hubungan seks, Adapun faktor-faktor yang keinginan itu muncul ketika subjek menyebabkan seks pranikah pada sudah mengenal apa yang disebut remaja berpacaran adalah sebagai berikut: seks. Jika hasrat subjek sedang tinggi subjek selalu menuntut a. Bosan kepada b . Kurang dapat mengontrol diri kebutuhan bagi mereka. pacarnya untuk melakukan hubungan seks. Menurut subjek sex merupakan c. Usia hal yang penting bagi subjek dan d . Kereligiusan. pacar subjek.hal ini menandakan bahwa subjek telah e. Pacar melakukan f . Usia muda saat berhubungan seksual pertama hubungan seks pranikah dengan pacarnya selama mereka masaih g . Daya tarik seksual.. berpacaran. Dalam berhubungan seks subjek menyukai gaya yang kaki Kesimpulan Dan saran pacarnya merangkul dipinggang A. kesimpulan subjek atau kaki pacar subjek terdapat dipundak subjek. Biasanya subjek melakukan hubungan sex xviii 1. Bagaimanakah gambaran seks subjek dan pacarnya seks sudah pranikah pada remaja berpacaran menjadi suatu kebutuhan bagi subjek Berdasarkan data wawancara dan pacarnya sampai sekarang. yang ada, maka dapat disimpulkan 2. Faktor-faktor yang menyebabakan perilaku seks pranikah antara lain: bahwa seks pranikah pada remaja berpacaran tergambarkan pada a. Faktor bosan, ( subjek subjek yang telah melakukan merasa bosan dengan gaya hubungan seksual. Pada awalnya pacaran yang sudah ada). subjek mulai menyentuh atau b. Ingin mencoba sesuatu yang bersentuhan dengan pacarannya, baru ( subjek mempunyai seperti memegang tangan dan rasa ingin tahu yang besar berpelukkan dengan subjek. Setelah tentang seks). itu subjek mencoba untuk mencium c. Kurang dapat mengontrol pacar subjek mulai dari ciuman diri pendek sampai dengan Deep kissing. ketagihan dengan perilaku Karena seks pranikah). pacar subjek merespon tindakkan subjek, lalu subjek ( subjek merasa d. Usia ( usia subjek yang mencoba menyentuh dan membelai semakin dewasa mempunyai bagian-bagian tubuh pacar subjek kemungkinan besar untuk yang paling sensitive seperti bagian melakukan payudara dan alat kelamin wanita. seksual). hubungan Setelah semuanya berjalan subjek e. Kereligiusan yang rendah ( merasa belum puas jika tahap subjek termasuk orang yang pacaran mereka berdua hanya sampai jarang mendalami hal-hal disitu saja. Kemudian subjek yang berbau agamis). mencoba untuk melakukan hubungan f. Pacar ( subjek mempunyai seksual pranikah pada waktu subjek hubungan dengan pacarnya duduk dibangku kelas 3 SMU, yang selama 3 tahun). g. Kencan yang lebih awal ( subjek mempunyai hubungan kencan lebih awal dan pada akhirnya subjek tidak dapat mengontrol nafsu subjek untuk tidak melakukan hubungan seksual tersebut bersama pacarnya. Dan bagi xviii h. hubungan pacaran yang stabil). Ada baiknya orangtua subjek Usia muda saat berhubungan pergaulan yang sewajarnya seksual kepada subjek. pertama memberikan (subjek melakukan hubungan seksual 3.Bagi Peneliti Selanjutnya pada umur 17 atau 18 tahun). i. Diharapkan semoga Daya tarik seksual (subjek penelitian merasa memiliki daya tarik meneliti tentang gambaran pada dirinya). j. batsan-batasan Standar dan perilaku hubungan selanjutnya seksual yang dapat lebih mendalam serta faktor penyebab orangtua ( pola asuh orangtua seks pranikah yang lain dan lebih subjek tergolong pranikah). mendalam lagi, juga dengan k. Standar teman sebaya ( subjek yang berbeda karakteristik teman-teman disekitar subjek lain. Sehingga akan dapat dilihat pernah melakukan hubungan perbedaan dalam berperilaku seksual dan membuat subjek seks pranikah pada perempuan ingin mencobanya). l. dan laki-laki. Selain itu juga Ketidakberadaan ayah (ayah dapat meneliti dari sudut subjek jarang berada dirumah pandang yang berbeda misalnya dikarnakan pekerjaannya dari sudut pandang demografi, yang berada diluar kota). seperti remaja-remaja yang ada m. Pengaruh media massa dikota dan desa. seperti : vcd porno ( perilaku seksual subjek ditunjang DAFTAR PUSTAKA dengan adanya vcd porno Bachtiar, A. 2004. Cinta remaja. Jogjakarta : Saujana Jogjakarta. Fromm, E. 2002 The art loving. Jakarta : Gramedia Hurlock,E.B.1980.PsikologiPerkembangan:suatu yang subjek miliki). B. Saran 1. Untuk subjek Ada baiknya subjek mencoba meningkatkan tingkat keimanan pendekatan sepanjang rentan kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. dalam agama. 2. Untuk orangtua xviii Culture 6th ed. Boston : Allyn and Bacon, inc. Ma’shum, Y. Dan Wahyurini, T. 2004. Apa sih resiko pacaran . Artikel. Jakarta: Kompas Monks, K.J. dkk. 2002. Psikologi Perkembangan. Jogjakarta : Gajah mada University Press Kartono, K. 1986. Teori kepribadian. Penerbit Alumni. Bandung. Bell, A. P, Weinberg, M.S. & Hammersmith, S.K. 1986. Sexual preference : Its Development in Men and women. Bloomington : Indiana University Press. Moleong, L.J. 1999. Metode Penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Poerwandari, K. 2001. Pendekatan kualitatif untuk perilaku manusia. Depok : Lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan ps i k ol o g i u ni ve r s i ta s Indonesia. Willis, Santrock, J. W. 2002. Adolescence perkembangan remaja. J a ka r ta : P .T . G e l or a Aksara Pratama. Sarwono, S. W. 2002. Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sarwono, S. W. 2002. Psikologi sosial : Individu dan teori psikologi sosial. Jakarta : Bali Pustaka. Zakiyah, Drajat. Dr. 1978. Peranan agama dalam kesehatan mental. Jakarta: Gunung Agung. Zulkifli, L. 1999. Psikologi perkembangan. Cetakan 2. Bandung : Remaja karya. Duvall, E. M & Miller, B.C. 1985. Mar r iage and F amily Development (6th ed). New York : Harper & Row, Publishers. Rice, P.F. 1990. The adolescence : Developmental relation and xix S.S. 1994. Pengantar bimbingan dan Penyuluhan. FIP-IKIP. Bandung.