Seks pranikah Pada Remaj Seksualitas adalah bahan pe

advertisement
ABTRAKSIFAKULTAS PSIKOLOGI
ABTRAKSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Nama : Oktaviani Widiastuti
NPM : 10502188
Judul : Seks pranikah Pada Remaja Berpacaran
Seksualitas adalah bahan pembicaraan yang tidak pernah hilang dalam
kehidupan sehari-hari,
hari, dan juga merupakan salah satu dorongan primer yaitu
dorongan primer dalam kehidupan manusia. Banyak permasalahan seksual yang
terjadi didalam kehidupan, salah satunya adalah perilaku seks pranikah dimana
terdapat suatu penyaluran dorongan
dor ongan seksual yang tidak bertanggung jawab dan
melanggar norma, terlebih lagi bila dilakukan sebelum menikah atau diusia yang
masih belia. Fenomena ini seperti ini banyak dialami oleh remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana gambaran
perilaku seks pranikah pada remaja berpacaran. Perilaku seks pranikah adalah
segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik lawan jenis atau
sesama jenis sebelum menikah. Yang didorong dengan nafsu -nafsu
nafsu yang tidak
terintegrasi tanpa dibatasi oleh norma-norma
norma sosial yang mengatur kebebasan
manusia dalam reaksi seksualnya. Perilaku seks pranikah antara lain :
bersentuhan contoh : pegangan tangan, berpelukkan, berciuman contoh: ciuman
pendek hingga deep kissing; bercumbu yaitu membelai atau menye ntuh bagian
yang paling sensitive dari pasangan yang dapat membangkitkan gairah seksual,
seperti memegang payudara dan alat kelamin, dan berhubungan kelamin (
seksual intercourse} yaitu adanya kontak antara penis dan vagina dan dapat
terjadi penetrasi penis kedalam vagina. Metodologi yang digunakan adalah
metodologi studi kasus, yang dibantu dengan pendekatan observasi dan
wawancara subjek yang dilibatkan dalam studi kasus adalah remaja laki
laki-laki
yang berusia 22 tahun dan sudah memiliki pacar. Subjek berusia 22 tahun dan
sudah melakukan hubungan seksual. Hubungan yang telah dibina sudah dijalani
selama 3 tahun. Dari proses pacaran tersebut subjek sudah melakukan tingkatan
perilaku seks pranikah sampai pada tahap seksual intercourse atau tahap
berhubungan badan. Data yang diperoleh, ternyata menunjukkan bahwa
gambaran perilaku seks pranikah pada remaja berpacaran terlihat kepada subjek
yang tergolong usia remaja sudah
su dah melakukan hubungan intim atau hubungan
seksual.
Kata kunci : Perilaku seks pranikah, dalam hubungan berpacaran .
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
kelompok teman sebaya dipandang
sebagai kelompok yang paling
banyak memberikan pengaruh besar
pada pembentukkan sikap serba
boleh terhadap perilaku seks yang
dimiliki remaja.
Dewasa ini, berbagai macam
fenomena sosial timbul dalam
kehidupan manusia. Salah satunya
adalah masalah seksualitas.
Seksualitas adalah bahan
pembicaraan yang tidak pernah
hilang dalam kehidupan sehari-hari,
dan juga merupakan salah satu
dorongan primer yaitu dorongan
untuk bereproduksi, dan memiliki
peran yang penting dalam kehidupan
manusia. Apabila manusia
mengalami kesulitan dalam
memenuhinya, akan menimbulkan
masalah. Banyak permasalahan
seksual yang terja di didalam
kehidupan, salah satunya adalah
perilaku seks pranikah dimana
terdapat suatu penyaluran dorongan
seksual yang tidak bertanggung
jawab dan melanggar norma, terlebih
lagi bila dilakukan sebelum menikah
atau di usia yang masih belia.
Fenomena seperti ini banyak dialami
oleh remaja.
Untuk memecahkan masalah
ini, yang harus dilakukan bukan
hanya memperbaiki remajanya saja,
tetapi juga dengan
mempertimbangkan faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya seks
pranikah pada remaja. Brooks- Gun
dan Frustenberg ( dalam Muss, 1990)
berpendapat bahwa tingkah laku
seksual pada remaja awalnya
memang muncul karena pengaruh
hormonal, namun kemudian
ditentukan juga oleh faktor-faktor
sosial yang menyertai. Faktor-faktor
sosial itu dia ntaranya a dalah
kelompok acuan. Kelompok acuan
yang erat kaitannya dengan remaja
adalah orangtua dan teman sebaya.
Menurut Reis dan Miller (dalam
Etikariena, 1998) orangtua dan
B.
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah
gambaran
perilaku seks pranikah pada
remaja berpacaran?
2. Apakah faktor- faktor yang
menyebabkan
remaja
melakukan seks pranikah?
C. Tujuan
Penelitian
2. Untuk mengetahui bagaimana
gambaran perilaku seks
pranikah secara mendalam.
2. Untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi
remaja melakukan seks
pranikah.
D. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan
dapat memiliki manfaat sehingga
akan menjadi bahan yang dapat
digunakan untuk perkembangan
ilmu psikologi khususnya pada
bidang psikologi perkembangan,
psikologi sosial dan psikologi
pendidikan yang terkait dengan
masalah penelitian.
2. Manfaat praktis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan dapat memberikan
pengetahuan bagi orang tua dan
remaja tentang masalah seks
pranikah agar remaja dapat
v
adalah melibatkan perilaku
mencium menyentuh atau
meraba, menghisap atau
menjilat pada daerah
pasangan, seperti mencium
payudara pasangan wanita
atau mencium alat kelamin
pasangan pria.
d. Berhubungan kelamin (sexual
intercourse), yaitu adanya
kontak penis dan vagina dan
terjadi
penetrasi
penis
kedalam vagina.
Sedangkan menurut Papila &
Olds
(1998)
yaitu
mengungkapkan mengenai
aktivitas seksual dilakukan oleh
pasangan, antara lain :
a. Berciuman (kissing)
b. Berpelukan (necking)
c. Bercumbu (petting)
d. Kontak alat vital (genital
contact)
Menurut Nevid & Rathus (1995),
te r da pa t be be r a pa be nt u k
perilaku seksual yaitu:
a. Berciuman (kissing), ciuman
dapat menjadi bentuk afeksi
seseorang
terhadap
pasangannya, teman dan
kerabatnya. Untuk itu ciuman
bisa sebatas pada pipi atau
yang lebih jauh yaitu ciuman
pada bibir.
b. Stimulasi payudara, antara
lain mencium, menghisap,
atau
menjilat
payudara
pasangan. Bagian tubuh lain
yang biasanya jika dicium
termasuk tangan dan kaki,
leher dan lubang telinga, paha
dalam dan alat kelamin.
c. Menyentuh (touching) dan
stimulasi
oral
genital,
menyentuh atau meraba
daerah erotis dari pasangan
menimbulkan rangsangan.
Wanita dan pria secara umum
memahami dan mengerti batasanbatasan serta bisa menghindari
perilaku seks pranikah dalam
berpacaran.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Seks Pranikah
1. Definisi Seks Pranikah
Perilaku seks pranikah adalah
hubungan seks yang dilakukan oleh
sepasang insan sebelum mereka
diika t ole h ta li pe r nika ha n (
Kusumaningrum, 2000). Crooks dan
Baur (dalam Kusumaningrum, 2000)
memandang bahwa perilaku seksual
pranikah adalah hubungan penis –
vagina antara sepasang manusia
senelum mereka menikah.
2. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual
Jenis-jenis perilaku seksual
itu sendiri memiliki tingkatantingkatan yang berbeda dalam
aktivitasnya. Reiss (dalam
Duvall & Miller 1985) membagi
tingakatan seksual itu menjadi
beberapa katagori yaitu:
a. Bersentuhan (touching),
antara lain pegangan tangan,
berpelukan.
b. Berciuman (kissing), batasan
dari perilaku ini adalah mulai
dari hanya sekedar kecupan
sampai dengan French kiss
yaitu adanya aktivitas atau
gerakan lidah dari mulut.
c. Bercumbu (petting), yaitu
merupakan bentuk dari
berbagai aktivitas fisik secara
seksual, antara pria dan
wanita yang lebih dari
sekedar berciuman atau
berpelukan yang mengarah
kepada pembangkit gairah
seksual, namun belum sampai
berhubungan
kelamin.
Bentuk dari aktivitas ini
vi
memilih
stimulasi
oral
(mulut) atau manual (tangan)
terhadap alat kelaminnya.
hal yang baru agar hubungan
mereka tidak membosankan.
c.
Kurang dapat mengontrol
diri
3. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi terjadinya seks
pranikah
Pada seorang remaja,
perilaku seks pranikah tersebut
dapat dimotivasi oleh rasa
sayang dan cinta dengan
did om ina s i ole h p e r a s aa n
kedekatan dan gairah yang tinggi
terhadap pasangannya, tanpa
disertai komitmen yang jelas
(menur ut Ste nber g hal ini
dinamakan romantic love). Seks
pranikah juga dapat terjadi
karena pengaruh kelompok,
dimana remaja tersebut ingin
menjadi bagian dari
kelompoknya dengan mengikuti
norma-norma yang telah dianut
oleh kelompoknya, dalam hal ini
kelompoknya telah melakukan
seks pranikah.
Faktor lain yang dapat
mempengaruhi seorang remaja
melakukan seks pranikah karena
remaja didorong oleh rasa ingin
tahu yang besar untuk mencoba
segala hal yang belum diketahui.
Menurut
Lawson(dalam
Rikawanti, 2002) faktor-faktor yang
menyebabkan remaja melakukan
seks pranikah sebagai berikut:
a. Bosan
Perasaan bosan akan muncul
pada pada anak remaja yang
berpacaran sudah lama. Hal
ini dikarenakan munculnya
rasa ingin tahu dan mencoba
hal yang baru bagi hubungan
mereka.
b . Ingin mencoba sesuatu yang
baru
Setelah rasa bosan datang
mereka akan mencoba hal-
Melakukan seks dengan
pacar dapat dihindari jika
remaja mampu mengontrol
diri dan dapat menahan diri
untuk tidak mencoba.
Biasanya setelah seks
dilakukan akan memberi
dampak “ketagihan”.
B. Remaja
1.
viii
Pengertian Remaja
Menurut
Willis
( 1 9 7 8) m a s a r e m a ja
identik dengan keceriaan,
kebingungan
persahabatan, pengenalan
diri, dan sebagainya.
Masa
remaja
(Adolesence) berasal dari
bahasa
latin
yaitu
Adolescere yang berarti
bertumbuh
menjadi
matang
(growinto
maturity)
yang
merupakan
tahapan
perkembangan
antara
masa kanak-kanak dan
masa dewasa.
Turner dan Helms
(dalam Mukthar, 1996)
mengatakan masa remaja
sebagai suatu masa
dimana terjadi perubahan
besar yang memberikan
suatu tantangan pada
individu remaja untuk
dapat
menyesuaikan
dirinya
dengan
lingkungannya
dan
mampu
mengatasi
pe r uba ha n f is ik da n
seksual yang sedang
dialaminya, juga sedang
mengalami apa yang
dinamakan
proses
pencarian identitas diri
dan
berusaha
membangun
suatu
hubungan interaksi yang
sifatnya baru. namun
disaat
bersamaan
nampaknya
remaja
dihadapkan pada situasi
yang sulit meningat
seluruh rangkaian
perubahan ini berkaitan
satu dengan yang lainya,
dan terjadi pada waktu
yang bersamaan.
Menurut
Muangman
(dalam
Sarwono, 2002) pada
tahun 1974, WHO
memberikan
definisi
tersebut
dikemukakan
tiga kriteria yaitu
biologis, psikologis, dan
sosial ekonomi, sehingga
secara lengkap definisi
tersebut bebunyi sebagai
berikut, remaja adalah :
a. Individu berkembang
dari saat pertama kali
ia
menunjukkan
tanda-tanda seksual
sekundernya sampai
saat ia mencapai
kematangan seksual.
b. Individu mengalami
perkembangan
psikologi dan pola
identifikasi
dari
kanak-kanak menjadi
dewasa.
c. Terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial
ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.
Dari
pengertian
diatas batasan sesuai
dengan penelitian ini
adalah pengertian remaja
yaitu masa dimana
sedang terjadi perubahan
besar yang memberikan
suatu tantangan pada
individu remaja untuk
dapat
menyesuaikan
dirinya
dengan
lingkunganya
dan
mampu
mengatasi
pe r u ba ha n f is i k da n
seksual yang sedang
dialaminya, juga sedang
mengalami apa yang
dinamakan proses
pencarian identitas diri,
dan
berusaha
membangun
suatu
hubungan interaksi yang
sifatnya baru.
2.
Batasan Usia Remaja
H ur loc k ( 19 80)
membagi masa remaja
dalam dua periode, yaitu
remaja awal (13-17
tahun) dan remaja akhir
(17-18 tahun) sementara
Konopa (dalam Pikunas,
1976) membedakan masa
remaja menjadi tiga yaitu
remaja awal (12- 15
tahun), remaja menengah
(15-18 tahun), dan
r e m a ja a khir ( 19- 2 2
tahun).
Dalam penelitian
ini yang akan digunakan
dalam penelitian adalah
remaja akhir berdasarkan
kriteria diatas, maka
batasan usia remaja akhir
yang akan digunakan
da lam pe ne litia n ini
adalah 18-21tahun
(Monks, 2002).
viii
3.
Karakteristik remaja
Menurut Zulkifli
(1999) ada beberapa ciri
remaja yang harus
diketahui
diantaranya
ialah :
a. Pertumbuhan fisik.
Pertumbuhan fisik
mengalami
perubahan dengan
cepat, lebih cepat
dibandingkan masa
anak-anak dan
dewasa.
b. Perkembangan
seksual
Tanda-tanda
perkembangan
seksual pada anak
laki-laki diantaranya
ialah alat reproduksi
sperma
mulai
bereproduksi,
dia
mengalami mimpi
yang pertama yang
tanpa sadar
mengeluarkan
sperma. Sedangkan
pada anak perempuan
rahimnya sudah bisa
untuk dibuahi karena
ia
sudah
mendapatkan
menstruasi
untuk
pertama kalinya.
c. Cara
berfikir
kausalitas.
Ciri ketiga adalah
cara
berfikir
kausalitas,
yaitu
menyangkut
hubungan
sebab
akibat. Remaja sudah
mulai berfikir kritis
s e hingga ia a ka n
melawan
bila
orangtua,
guru,
lingkungan
yang
menggangapnya
masih sebagai anak
kecil.
d. Emosi yang meluapluap.
Keadaan
emosi
remaja masih labil
karena erat hubungan
dengan keadaan
hormon. Suatu saat ia
bisa sedih sekali,
dilain waktu ia bisa
marah sekali. Emosi
remaja lebih kuat dan
lebih menguasai diri
mereka daripada
pikiran realistis.
e. Mulai tertarik pada
lawan jenis
Dalam
kehidupan
sosial remaja, mereka
mulai tertarik pada
lawan jenisnya dan
mulai berpacaran.
Jika dalam hal ini
orangtua kurang
mengerti, kemudian
melarangnya
akan
menimbulkan
masalah dan remaja
akan
bersikap
tertutup
terhadap
orangtuanya.
f. Menarik
perhatian
lingkunganya.
Pada masa ini remaja
mencari
perhatian
dilingkungannya,
berusaha
mendapatkan status
dan peranan seperti
kegiatan
remaja
dikampung-kampung
yang diberi peranan.
g. Terikat
dengan
kelompok
Remaja
dalam
kehidupan
sosial
x
sangat
tertarik
dengan
kelompok
sebayanya sehingga
tidak
jarang
orangtuanya
dinomorduakan,
sedangkan
kelompoknya
dinomorsatukan.
Apa-apa saja yang
diperbuatnya ingin
sama dengan anggota
kelompoknya, kalau
tidak sama maka ia
akan merasa turun
harga dirinya dan
menjadi rendah diri.
4.
Tugas-tugas
perkembangan remaja
akhir
Menurut Pikunas
(1976) mengemukakan
tugas perkem bangan
remaja menengah dan
akhir, sebagai berikut :
a. Menerima keadaan
fisiknya yang sudah
dewasa serta kualitas
yang
dimilikinya
dengan apa adanya.
b. Mempertahankan
kemandirian
emosional
dari
orangtua dan otoritas
lainnya.
c. Mengembangkan
kemampuan dalam
komunikasi
interpersonal
dan
belajar menyesuaikan
dengan teman sebaya
dan orang lain baik
secara
individu
maupun kelompok.
d. Mencari figure yang
dapat
dijadikan
panutan
dalam
mengidentifikasikan
diri.
e. Menerima
dirinya
dan memanfaatkan
kemampuannya
seefektif mungkin.
f. Menguatkan kontrol
diri dengan acuan
nilai dan prinsip yang
diyakininya.
g. Mempersiapkan diri
untuk
perkawinan
dan berumah tangga.
Me nur ut Pikunas
(1976) pada masa remaja
ini ada satu tugas
pe r kem ba nga n ya ng
harus diselesaikan oleh
remaja yaitu menemukan
identitas diri. Identitas
diri merupakan perasaan
keunikan seseorang,
keinginan untuk menjadi
orang berarti dan
mendapat pengakuan dari
lingkungan seseorang.
Tugas perkembangan
lanjut menurut Hurlock
(1980) remaja lanjut (1720 tahun) dirinya ingin
menjadi pusat perhatian,
ia ingin menonjolkan
diri, caranya lain yaitu
dengan remaja awal. Ia
idealis, mempunyai citacita tinggi, bersemangat,
dan
memanfaatkan
identitas diri, serta ingin
mencapai
ketidaktergantungan
emosional.
Bloss
(dalam
Sarwono,
2002)
berpendapat
perkembangan
pada
hakikatnya adalah usaha
penyesuaian diri, yaitu
untuk secara efektif
x
mengatasi “stress” dan
mencari jalan keluar baru
dari berbagai masalah.
Dalam
proses
penyesuaian diri menuju
kedewasaan, remaja akhir
(late
adolescence)
merupakan
tahap
konsilidasi
menuju
periode dewasa dan
ditandai dengan
pe nc a pa ia n lim a h a l
yaitu:
a. Minat yang makin
mantap
terhadap
fungsi-fungsi intelek
b. Egonya
mencari
kesempatan
untuk
bersatu dengan oranorang lain dan
dengan pengalamanpengalaman baru.
c. Terbentuk identitas
seksual yang tidak
akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu
memusatkan
perhatian pada diri
sendiri) diganti
dengan
keseimbangan antara
kepentingan diri
sendiri dengan orang
lain.
e. Tumbuh “ dinding”
yang memisahkan
diri pribadinya (
private self ) dan
masyarakat umum (
the public).
C. Pacaran
1. Pengertian Pacaran
Sosok teman atau sahabat
sangat penting dalam kehidupan kita.
Mereka jadi tempat berbagi sekaligus
identitas diri. Seiring dengan
perkembangan organ-organ seksual,
remaja mulai tertarik pada hal lain.
Hormon-hormon
inilah
yang
berpengaruh terhadap dorongan
seksual manusia. Pada masa pubertas
ini, dorongan seks bisa muncul
dalam bentuk ketertarikan terhadap
lawan je nis , keinginan untuk
mendapatkan kepuasan dan
sebagainya (dalam Bachtiar, 2004).
Dari uraian diatas mengenai
pacaran dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa pacaran adalah
suatu pola hubungan interpersonal
antara pria dan wanita yang
kemudian merasa dekat dan
melibatkan perasaan cinta serta
mengalami proses saling mengenal,
memahami dan menghargai
perbedaan lalu menjalin suatu ikatan
atau komitmen.
2. Fungsi Pacaran
Berpacaran
mempunyai
banyak manfaat baik dari sisi positif
maupun negatif salah satunya lewat
pacaran remaja bisa mengenal lebih
jauh tentang perilaku jenis kelamin
berbeda (Mulamawatri, 2004).
Turner dan Helms (mulamawatri,
2004) mengemukakan keuntungan
pacaran buat remaja. Melalui
berpacaran remaja bisa mengasah
kemampauan bersosialisasi, remaja
menjadi tahu bahwa jujur pada
pasangan itu penting. Hubungan
kasih sayang juga semakin terjalin
pada saat pasangan memberi saran
bukan menyalahkan. Kemampuan
bernegosiasi untuk menyelesaikan
konflik dengan pacar pun bermanfaat
buat melanggengkan hubungan lebih
jauh lagi melalui pacaran, remaja
bisa menolerir perbedaan pendapat.
3. Tahapan Pacaran
Menurut Yahya Ma’shum
dan Chaterina Wahyuni (2004)
sebelum mencapai suatu hubungan
pacaran akan mengalami tahapantahapan pacaran yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
xi
1) Tahap Ketertarikan
2) Tahap
Komitmen
dan
Ketertarikan
3) Tahap Keintiman
Dalam tahap ini mulai
dir a s a ka n ke intim a n ya n g
sebenarnya, merasa lebih rileks
untuk berbagi lebih mendalam
dibanding dengan masa
sebelumnya dan merupakan
kesempatan untuk lebih
mengungkapkan diri kita.
4. Dampak Pacaran
Ma’shum dan Wahuni (2004)
mengatakn, bagi remaja yang
menjalin hubungan dalam berpacaran
pasti mempunyai dampak positif dan
negatif antara lain :
a. Prestasi Sekolah
b. Pergaulan Sosial
c. Penyebab Stress
d. Berkembangnya Perilaku Baru
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Definisi Studi Kasus.
Dalam penelitian ini akan
digunakan metode kualitatif dimana
pendekatan ini dilakukan untuk
mengembangkan pemahaman dalam
mengerti dan menginterpretasi apa
yang ada dibalik peristiwa, latar
belakang pemikiran manusia yang
terlibat didalamnya serta bagaimana
manusia meletakkan makna pada
peristiwa yang terjadi tersbut
(Sarantoks dalam Poerwandari,
1998).
Studi kasus ditujukan untuk
meneliti suatu kasus atau lebih secara
mendetail dan mendalam guna
memahami kompleksitasnya dalam
alamiah. Studi kasus dapat dilakukan
secara kualitatif, kuantitatif, atau
gabungan dari keduanya. Dari uraian
diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa studi kasus ialah suatu
penelitian mendalam yang dilakukan
untuk m em be rika n ga m bar an
mendalam mengenai suatu kasus
yang mempunyai karakteristik
tertentu.
2. Ciri-ciri Studi Kasus.
Menurut
Basuki
(2006)
menyebutkan studi kasus memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a Studi kasus buka n s uatu
metodelogi penelitian tetapi
suatu bentuk studi
(penelitian)tentang masalah
yang khusus (particular).
b Sasaran studi kasus dapat
bersifat tunggal (ditujukan
perorangan/individu)
atau
kelompok.
c Masalah yang dipelajari atau
diteliti dapat berifat
sederhana atau kompleks.
d Tujuan yang ingin dicapai
adalah pemahaman yang
mendalam tentang suatu
kasusatau dapat dikatakan
untuk mendapatkan verstehen
bukan se kedar er klaren
(deskripsi suatu fenomena).
e Suatu kasus tidak bertujuan
untuk melakukan
generalisasi, walaupun studi
dapat dilakukan terhadap
beberapa kasus.
f Terdapat tiga macam kasus
studi kasus antara lain:
1. Studi
kasus
instrinsik
apabila
kasus
yang
dipelajari
secara
mendalam
mengandung halhal yang menarik
untuk
dipelajari
berasal dari kasus
itu sendiri atau
dapat
dikatakan
mengandung minat
xiii
instinsik (instrinsic
interest).
2. Studi
kasus
instrumental
(
instrumental case
study)
apabila
kasus
yang
dipelajari
secara
mendalam karena
hasilnya akan
dipergunakan untuk
memperbaiki dan
menyempurnakan
teori yang telah ada
atau
untuk
menyusun
teori
baru. Hal ini dapat
dika ta ka n studi
kasus instrumental,
minat untuk
mempelajarinya
berada
diluar
kasusnya
stusi
minat.
3. Studi kasus kolektif
( collective case
study)
apabila
kasus
yang
dipelajari
secara
mendalam
merupakan
beberapa
(kelompok) kasus,
walaupun masingmasing
kasus
individual dalam
kelompok
itu
dipelajari dengan
maksud
untuk
mendapatkan
karakteristik
umum,
karena
setiap
kasus
mempunyai
ciri
tersendiri
yang
bervariasi.
g. Hal-hal umum juga dipelajari
dalam studi kasus, tetapi
fokusnya terarah
pada hal yang khusus atau
unik.
Moleong (2001) menyebutkan
studi kasus memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a Partikularistik.
b Naturalistik.
c Induktif,
sebagian
d Heuristic
B. Subjek Penelitian
1. Karakteristik Subjek Penelitian.
Dalam penelitian kualitatif ini
ditentukan sejumlah karakteristik
bagi subjek penelitian, antara lain:
a. Remaja yang
sedang
berpacaran
b. Yangmengalami
seks
pranikah adalah remaja
berpacaran dan
berusia
berkisar antara 18-21 tahun
(Monks, 2002).
2. Jumlah Subjek Penelitian.
Menurut Patton ( dalam
Poerwandari, 1998), tidak ada aturan
yang baku mengenai jumlah sampel
yang harus diambil dalam penelitian
kualitatif. Jumlah sampel sangat
tergantung pada apa yang ingin
diketahui peneliti, tujuan penelitian,
konteks saat itu, apa yang dianggap
bermanfaat dan dapat dilakukan
dengan waktu dan sumber daya yang
tersedia.
C. Tahaptahap Penelitian
Adapun tahap persiapan dan
pelaksanaan yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi, yaitu :
1 Tahap Persiapan Penelitian
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
xiii
3. Tahap Analisis
Patton (dalam Desianty,
2003) mengemukakan empat macam
triangulasi
sebagai
teknik
pemeriksaan
untuk
mencapai
keabsahan, yaitu :
a. Triangulasi data
b. Triangulasi pengamat
c. Triangulasi teori
d. Triangulasi metode
Teori
yang dipergunakan
untuk keabsahan penelitian ini,
melalui proses triangulasi yaitu
triangulasi data, pengamat, teori dan
metode dari subjek penelitian ,
metode penelitan dan teori faktorfaktor penyebab seks pranikah yang
telah tertulis sebelumnya pada bab II.
G. Analisis Data
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan
menggunakan teknik pengumpulan
data wawancara dan observasi
sebagai metode pendukung, yang
dijelaskan sebagai berikut :
1 Wawancara
a. Wawancara konversasional
yang informal
b. Wawancara
dengan
pedoman umum
c. Wawancara
dengan
pedoman
terstandar
terbuka
2. Observasi
Menurut Kartono (1996),
jenis-jenis observasi yang digunakan
dalam penelitian adalah :
a. Observasi Partisipan
b.Observasi Sistematik
c. Observasi Eksperimental
Analisis
data
menurut
Bogdan dkk (2004) adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan
data kedalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data.
Menurut Moleong (1998)
dalam menganalisa penelitian
kualitatif terdapat beberapa tujuan
hal yang perlu dilakukan, antara lain
:
a. Mengorganisasikan Data
b. Pengelompokkan berdasarkan
Kategori, Tema, dan Pola
jawaban
c. Menguji Asumsi
atau
Permasalahan yang ada
Terhadap Data
d. Mencari Alternatif Penjelasan
bagi Data
HASIL DAN ANALISIS
1.
Bentuk-bentuk
Perilaku
E. Alat Bantu Penelitian
Peneliti sebagai instrumen
kunci sangat berperan dalam seluruh
proses penelitian, mulai dari memilih
topik tersebut, mengumpulkan data,
hingga menganalisis,
menginterpretasikan, menyimpulkan
hasil penelitian (Poerwandari 2001),
dalam pengembalian data dengan
metode wawancara dan observasi
diperlukan beberapa alat bantu
(Instrumen Penelitian), untuk
memudahkan penulis dalam
memperoleh dan mengumpulkan
data, yaitu :
1. Lembar Observasi
2. Alat Perekam
3. Alat Pencatatan
Seksual.
F. Keabsahan dan
Keajegan Penelitian
Gambaran
bentuk-bentuk
perilaku seksual terdiri dari :
xv
a. Touching
gaya French Kiss dalam berciuman.
Pegangan tangan bagi subjek
Menurut Reiss (dalam Duvall&
sudah menjadi hal yang biasa
Miller 1985) berciuman mulai dari
terlebih jika subjek dan pacarnya
ciuman pendek sampai dengan deep
berada disuatu mol dan subjek
kissing.
merasa nyaman dengan hal itu.
Begitu juga dengan berpelukkan
a. Petting
Selain
setiap pacar subjek memelukknya
berpelukkan subjek juga menyentuh
subjek selalu merasa senang dan
atau membelai bagian-bagian yang
bergairah akibatnya jika pada saat
paling sensitiv pacar subjek. Tetapi
berpelikkan alat kelamin subjek
menurut subjek yang membuat pacar
mengalami ereksi. Subjek suka
subjek bergairah, ketika subjek
memeluk pacar subjek setiap kali
memegang pantat, payudara dan alat
bertemu. Subjek tidak pernah
kelamin pacarnya. Pada awalnya
memperdulikan situasi dan
subjek mencoba memegang payudara
lingkungan subjek berada. Menurut
pacarnya melalui diluar pakaian lalu
Reiss (dalam Duvall& Miller 1985)
subjek menghisap payudara pacarnya
bersentuhan juga mulai dari
dengan begitu subjek merasakan
pegangan tangan sampai pelukkan.
kepuasaan tersendiri dan senang
b. Kissing
menbuat pacanya bergairah. Reaksi
mencium
dan
Pertama kali ciuman subjek
pacar subjek ketika subjek
duduk dibangku SMP ketika
menyentuh anggota badannya yang
menjelang kelulusan. Subjek merasa
paling sensitiv pacar subjek hanya
malu-malu ketika ingin mencium
tertawa kecil, dan langsung
pacarnya dan ciumannya pun hanya
terangsang dengan nada mendesah
sebatas menempelkan bibir saja.
terlebuh jika subjek memijit-mijit
Reaksi pacar subjek kaget ketika
anggota badan pacarnya. Bila kondisi
subjek memberanikan diri untuk
memungkinkan subjek akan
menciumnya. Subjek tidak pernah
melanjutkan ketahap yang lebih jauh.
mempermasalahkan tempat dan
Tetapi bila kondisi lingkungan tidak
s itua s i ke tika a ka n m e nc ium
mendukung subjek hanya berlanjut
pacarnya. Gaya ciuman yang sering
subjek lakukan dan sukai adalah
xv
ketahap
menaikkan
nafsu
tersebut selama 20 menit dan sekitar
pasangannya. Subjek tidak pernah
1 jam itu jika subjek ingin
minta izin kepada pacarnya untuk
m e n a m b a h u n t u k m e la k u k a n
memegang tubuh pacarnya. Menurut
hubungan seks lagi. Subjek juga
subjek cowok itu sifatnya colongan
dapat melakukan hubungan seks
kalo cewek tidak menolak maka
dengan pacarnya sebanyak 2 atau 3
subjek akan melanjutkan ketahap
kali berhubungan dalam suatu hari.
yang lebih jauh. Menurut Kinsley
Menurut Pendapat Reiss (dalam
( da la m Pa pa lia & O lds 1 99 8)
Duvall& Miller 1985) berhubungan
membagi petting menjadi 2 yaitu
kelamin adalah kontak antara penis
berhubungan dengan payudara dan
da n va gina da n da pa t te r ja di
berhubungan dengan alat kelamin.
penetrasi penis dalam vagina.
b. Sexual Intercourse
e. Faktor-faktor yang menyebabkan
seks Pranikah
Pola pacaran subjek sudah
mencapai tahap hubungan seks,
Adapun faktor-faktor yang
keinginan itu muncul ketika subjek
menyebabkan seks pranikah pada
sudah mengenal apa yang disebut
remaja berpacaran adalah sebagai
berikut:
seks. Jika hasrat subjek sedang tinggi
subjek
selalu
menuntut
a. Bosan
kepada
b . Kurang dapat mengontrol diri
kebutuhan bagi mereka.
pacarnya untuk melakukan hubungan
seks. Menurut subjek sex merupakan
c. Usia
hal yang penting bagi subjek dan
d . Kereligiusan.
pacar subjek.hal ini menandakan
bahwa
subjek
telah
e. Pacar
melakukan
f . Usia muda saat berhubungan
seksual pertama
hubungan seks pranikah dengan
pacarnya selama mereka masaih
g . Daya tarik seksual..
berpacaran. Dalam berhubungan seks
subjek menyukai gaya yang kaki
Kesimpulan Dan saran
pacarnya merangkul dipinggang
A. kesimpulan
subjek atau kaki pacar subjek
terdapat dipundak subjek. Biasanya
subjek melakukan hubungan sex
xviii
1. Bagaimanakah gambaran seks
subjek dan pacarnya seks sudah
pranikah pada remaja berpacaran
menjadi suatu kebutuhan bagi subjek
Berdasarkan data wawancara
dan pacarnya sampai sekarang.
yang ada, maka dapat disimpulkan
2. Faktor-faktor yang menyebabakan
perilaku seks pranikah antara lain:
bahwa seks pranikah pada remaja
berpacaran tergambarkan pada
a. Faktor bosan, ( subjek
subjek yang telah melakukan
merasa bosan dengan gaya
hubungan seksual. Pada awalnya
pacaran yang sudah ada).
subjek mulai menyentuh atau
b. Ingin mencoba sesuatu yang
bersentuhan dengan pacarannya,
baru ( subjek mempunyai
seperti memegang tangan dan
rasa ingin tahu yang besar
berpelukkan dengan subjek. Setelah
tentang seks).
itu subjek mencoba untuk mencium
c. Kurang dapat mengontrol
pacar subjek mulai dari ciuman
diri
pendek sampai dengan Deep kissing.
ketagihan dengan perilaku
Karena
seks pranikah).
pacar
subjek
merespon
tindakkan subjek, lalu subjek
(
subjek
merasa
d. Usia ( usia subjek yang
mencoba menyentuh dan membelai
semakin dewasa mempunyai
bagian-bagian tubuh pacar subjek
kemungkinan besar untuk
yang paling sensitive seperti bagian
melakukan
payudara dan alat kelamin wanita.
seksual).
hubungan
Setelah semuanya berjalan subjek
e. Kereligiusan yang rendah (
merasa belum puas jika tahap
subjek termasuk orang yang
pacaran mereka berdua hanya sampai
jarang mendalami hal-hal
disitu saja. Kemudian subjek
yang berbau agamis).
mencoba untuk melakukan hubungan
f.
Pacar ( subjek mempunyai
seksual pranikah pada waktu subjek
hubungan dengan pacarnya
duduk dibangku kelas 3 SMU, yang
selama 3 tahun).
g. Kencan yang lebih awal (
subjek mempunyai hubungan
kencan lebih awal dan
pada akhirnya subjek tidak dapat
mengontrol nafsu subjek untuk tidak
melakukan hubungan seksual
tersebut bersama pacarnya. Dan bagi
xviii
h.
hubungan pacaran yang
stabil).
Ada baiknya orangtua subjek
Usia muda saat berhubungan
pergaulan yang sewajarnya
seksual
kepada subjek.
pertama
memberikan
(subjek
melakukan hubungan seksual
3.Bagi Peneliti Selanjutnya
pada umur 17 atau 18 tahun).
i.
Diharapkan
semoga
Daya tarik seksual (subjek
penelitian
merasa memiliki daya tarik
meneliti tentang gambaran
pada dirinya).
j.
batsan-batasan
Standar
dan
perilaku
hubungan
selanjutnya
seksual
yang
dapat
lebih
mendalam serta faktor penyebab
orangtua ( pola asuh orangtua
seks pranikah yang lain dan lebih
subjek tergolong pranikah).
mendalam lagi, juga dengan
k. Standar teman sebaya (
subjek yang berbeda karakteristik
teman-teman disekitar subjek
lain. Sehingga akan dapat dilihat
pernah melakukan hubungan
perbedaan dalam berperilaku
seksual dan membuat subjek
seks pranikah pada perempuan
ingin mencobanya).
l.
dan laki-laki. Selain itu juga
Ketidakberadaan ayah (ayah
dapat meneliti dari sudut
subjek jarang berada dirumah
pandang yang berbeda misalnya
dikarnakan
pekerjaannya
dari sudut pandang demografi,
yang berada diluar kota).
seperti remaja-remaja yang ada
m. Pengaruh media massa
dikota dan desa.
seperti : vcd porno ( perilaku
seksual subjek ditunjang
DAFTAR PUSTAKA
dengan adanya vcd porno
Bachtiar, A. 2004. Cinta remaja.
Jogjakarta : Saujana
Jogjakarta. Fromm, E. 2002
The art loving. Jakarta :
Gramedia
Hurlock,E.B.1980.PsikologiPerkembangan:suatu
yang subjek miliki).
B. Saran
1. Untuk subjek
Ada baiknya subjek mencoba
meningkatkan tingkat keimanan
pendekatan
sepanjang
rentan kehidupan. Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga.
dalam agama.
2. Untuk orangtua
xviii
Culture 6th ed. Boston :
Allyn and Bacon, inc.
Ma’shum, Y. Dan Wahyurini, T.
2004. Apa sih resiko pacaran .
Artikel. Jakarta: Kompas
Monks, K.J. dkk. 2002. Psikologi
Perkembangan. Jogjakarta :
Gajah mada University
Press
Kartono, K. 1986. Teori kepribadian.
Penerbit Alumni. Bandung.
Bell, A. P, Weinberg, M.S. &
Hammersmith, S.K. 1986.
Sexual preference : Its
Development in Men and
women. Bloomington :
Indiana University Press.
Moleong, L.J.
1999. Metode
Penelitian kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Poerwandari, K. 2001. Pendekatan
kualitatif untuk perilaku
manusia. Depok : Lembaga
pengembangan sarana
pengukuran dan pendidikan
ps i k ol o g i u ni ve r s i ta s
Indonesia.
Willis,
Santrock, J. W. 2002. Adolescence
perkembangan
remaja.
J a ka r ta : P .T . G e l or a
Aksara Pratama.
Sarwono, S. W. 2002. Psikologi
remaja. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sarwono, S. W. 2002. Psikologi
sosial : Individu dan teori
psikologi sosial. Jakarta :
Bali Pustaka.
Zakiyah, Drajat. Dr. 1978. Peranan
agama dalam kesehatan
mental. Jakarta: Gunung
Agung.
Zulkifli,
L.
1999.
Psikologi
perkembangan. Cetakan 2. Bandung
: Remaja karya.
Duvall, E. M & Miller, B.C. 1985.
Mar r iage and F amily
Development (6th ed). New
York : Harper & Row,
Publishers.
Rice, P.F. 1990. The adolescence :
Developmental relation and
xix
S.S.
1994. Pengantar
bimbingan
dan
Penyuluhan.
FIP-IKIP.
Bandung.
Download