BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pergeseran paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia dari pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher centered learning/TCL) kearah pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student centered learning/SCL) membawa dampak terhadap metode, aktivitas dan hasil belajar di fakultas kedokteran (FK). Metode pembelajaran berpusat pada mahasiswa (SCL) kini dianggap lebih sesuai dengan kondisi eksternal masa kini yang menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk mampu mengambil keputusan secara efektif terhadap problematika yang dihadapinya. Melalui penerapan SCL mahasiswa harus berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis dan dapat memecahkan masalah-masalahnya sendiri (Boud et al., 1997). Merupakan tantangan pembelajaran mahasiswa, bagi untuk guru dapat sebagai pendamping menerapkan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa perlu memahami tentang konsep, pola pikir, filosofi, komitmen metode, dan strategi pembelajaran. Untuk menunjang berpusat pada kompetensi mahasiswa, guru dalam proses diperlukan pembelajaran peningkatan pengetahuan, pemahaman, keahlian, dan ketrampilan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran berpusat pada mahasiswa. Peran guru dalam pembelajar berpusat pada mahasiswa bergeser dari semula menjadi pengajar (teacher) menjadi fasilitator. Pengajar menjadi mitra pembelajaran bagi peserta didik yang berfungsi sebagai pendamping (guide on the side) bagi mahasiswa (Donnelly et al., 2005). Salah satu metode belajar yang bersifat SCL adalah problem-based learning (PBL). PBL adalah sebuah strategi pembelajaran baru yang menitikberatkan pembelajaran pada mahasiswa. Sejak diperkenalkan oleh 1 2 Barrows pada 1969 di Fakultas Kedokteran McMaster, Canada, PBL telah diadopsi oleh banyak fakultas kedokteran di seluruh dunia. Banyak keunggulan dalam metode pembelajaran PBL, seperti mendorong pembelajaran mahasiswa lebih aktif dan mendalam, pengembangan integrasi pengetahuan dasar, persiapan kemampuan lifelong learning, paparan klinis yang lebih banyak, peningkatan hubungan antara mahasiswa dan staf pengajar dan peningkatan motivasi mahasiswa (Dolmans et al. ,2005; Wood, 2003). Menurut Dolmans et al. (2005) PBL dibangun atas empat prinsip yang mendasarinya yaitu pembelajaran secara konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual. Pelaksanaan keempat prinsip pembelajaran tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing prinsip pembelajaran secara otomatis akan mempengaruhi pelaksanaan PBL. Sebagai contoh, Kaufman (2007) menyebutkan bahwa sebagian besar kontrol proses belajar berada pada mahasiswa sendiri, sehingga faktor mahasiswa menjadi sangat berpengaruh pada proses belajar dalam PBL. Caplow et al. (1997) juga menjelaskan bahwa peran tutor sebagai fasilitator dan penggunaan waktu pribadi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan PBL. Dolmans et al. (2005) menyarankan dilakukannya penelitian yang menjembatani antara teori dan praktek untuk dapat mengembangkan dan memperbaiki pelaksanaan PBL. Meskipun telah banyak dilakukan penelitian yang membahas keefektifan dari PBL sendiri, Dolmans et al. (2005) merekomendasikan penelitian PBL selanjutnya harus dapat lebih banyak berkonstribusi untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai keempat teori dasar pembelajaran dalam PBL tersebut. Untuk itu, perlu adanya penelitian yang memperdalam teori dasar pembelajaran tersebut, salah satunya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan untuk melakukan belajar mandiri (self directed learning readiness) pada mahasiswa dalam PBL. 3 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (FK Unhas) telah menerapkan PBL sejak tahun 2002 dengan hibrid PBL. Mulai tahun 2004, FK Unhas menggunakan kurikulum PBL yang telah mengubah seluruh kurikulum konvensional menjadi sistem blok. Penerapan metode PBL menuntut mahasiswa lebih banyak belajar mandiri atau dikenal dengan self directed learning (SDL). Belajar mandiri yang dilakukan mahasiswa dalam PBL misalnya mengidentfikasi berbagai masalah yang akan dipelajari, menentukan sumber belajar, menentukan aktivitas pembelajaran dan evaluasi hasil belajar yang telah dicapai secara mandiri oleh mahasiswa dengan atau tanpa bantuan tutor. Dari hasil diskusi dan wawancara tidak terstruktur dengan mahasiswa FK Unhas, ditemukan beberapa keluhan ketidaksiapan mahasiswa menghadapi lingkungan belajar yang bersifat SCL, terutama mahasiswa tahun pertama, di antaranya kurangnya inisiatif dan keinginan untuk belajar mandiri. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan Knowles (1980) yang menyatakan bahwa mahasiswa tahun pertama yang tidak memiliki kesiapan untuk belajar mandiri mengalami kecemasan, frustasi dan kegagalan meraih prestasi yang diharapkan. Masalah lain adalah kurangnya pemahaman mahasiswa tentang pembelajaran mandiri serta interpretasi yang keliru mengenai belajar mandiri (self directed learning) sebagai contoh mahasiswa cenderung banyak menggunakan waktu belajar mandiri untuk hal yang tidak berguna (kemampuan manajemen diri yang tidak baik), serta tidak mempunyai tanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri. Tutor dan Penasehat Akademik juga mengeluhkan mahasiswa yang malas dalam setiap kegiatan tutorial dan kegiatan pembelajaran lainnya. Berdasarkan fakta tersebut dan studi literatur yang telah peneliti lakukan tentang self directed learning, khususnya dalam lingkungan belajar yang bersifat SCL, peneliti berasumsi bahwa dalam lingkungan belajar yang menuntut keaktifan dan kemandirian mahasiswa diperlukan pemahaman mengenai SDLR dan faktor yang mempengaruhinya. SDLR 4 merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk belajar mandiri, yang terdiri dari komponen sikap, kemampuan dan karakteristik personal (Wiley, 1983, disitasi oleh Fisher, 2001). Yoshioka et al. (2005) mengemukakan bahwa mahasiswa tahun pertama mengalami banyak masalah dalam proses adaptasi belajar dalam lingkungan belajar PBL, terutama untuk mahasiswa yang berasal dari sekolah menengah atas yang biasanya tidak menerapkan belajar mandiri. Akan tetapi berdasarkan fakta di Fakultas Kedokteran Unhas tetap ditemukan keluhan pada mahasiswa tahun ketiga mengenai kesiapan untuk belajar mandiri yang dapat berefek pada penurunan prestasi belajar, sehingga perlu dilihat ada tidaknya faktor yang mempengaruhi SDLR pada mahasiswa dan melihat perbedaan faktor yang kuat pada mahasiswa yang berbeda angkatan. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran dalam PBL dapat menjadi suatu pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran mahasiswa dan meningkatkan kualitas PBL dalam suatu institusi pendidikan umumnya, dan khususnya di FK Unhas. I.2. Perumusan Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana SDLR pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga di FK Unhas serta faktor-faktor apa yang mempengaruhinya ? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengukur SDLR pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga di FK Unhas. 5 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi SDLR pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga di FK Unhas. I.4. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini menambah pengetahuan di bidang ilmu pendidikan kedokteran mengenai faktor yang berpengaruh pada SDLR mahasiswa pada tingkat yang berbeda. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : a. Mahasiswa, dapat menjadi alat ukur untuk menilai SDLR-nya, dengan mengetahui konsep SDL dengan baik dan mengembangkan kemampuan SDL dalam rangka pencapaian prestasi belajar yang memuaskan b. Institusi, dari hasil penelitian akan diperoleh informasi mengenai gambaran SDLR dan perannya dalam PBL, serta informasi mengenai perbedaan faktor yang berpengaruh pada SDLR mahasiswa tiap angkatan. Informasi ini berguna untuk menyusun rencana pengembangan SDL mahasiswa FK Unhas. I.5. Keaslian Penelitian Penelitian yang mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi SDLR pada mahasiswa masih sangat sedikit. Penelitian tentang SDLR pada umumnya melihat hubungan antara SDLR dengan prestasi belajar, hubungan antara SDLR dengan kemampuan kerja, perbandingan SDLR pada beberapa tingkatan studi, dan penelitian tentang pengembangan skala SDLR pada beberapa profesi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi SDLR pada mahasiswa kedokteran baik pada tahun pertama, kedua maupun ketiga dalam PBL. Beberapa penelitian tersebut dan perbedaannya dengan penelitian ini antara lain: Penelitian Litzinger et al. (2005) yang berjudul Self-directed learning readiness among engineering undergraduate students menggunakan 6 skala SDLR yang dikembangkan oleh Guglielmino, (1977). Penelitian tersebut merupakan studi cross-sectional pada semua mahasiswa Fakultas Teknik Pennsylvania State University. Hasi penelitian memperlihatkan bahwa skor SDLR mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan prestasi belajar dan lamanya studi (variasi observasi < 5%). Stewart (2007) melakukan penelitian dengan judul Investigating the link between self directed learning readiness and project-based learning outcomes: the case of international masters students in an engineering management course. Subjek penelitian Stewart adalah mahasiswa teknik sipil pada Universitas Griffith. Menggunakan metode kuantitatif untuk melihat hubungan antara skor SDLR dengan kemampuan kerja mahasiswa teknik sipil pada project-based learning. Instrumen yang digunakan adalah skala SDLR yang dikembangkan oleh Fisher et al. (2001) untuk mengukur SDLR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara skor SDLR dengan kemampuan kerja mahasiswa pada pembelajaran dengan pendekatan project-based learning. Zulharman et al. (2008) dengan judul peran Self-directed learning readiness pada prestasi belajar mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Metode yang digunakan adalah mixed method, mengkombinasikan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan utama dan pendekatan kualitatif sebagai fasilitator. Subjek penelitian adalah mahasiswa tahun pertama FK Unri, instrumen yang digunakan adalah adaptasi dari SDLRS yang dikembangkan oleh Fisher et al. (2001) untuk mengukur tingkat SDLR mahasiswa. Penelitian Zulharman et al. (2008) menggunakan skala SDLR yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki kategori SDLR tinggi sebesar 60%, mahasiswa yang memiliki kategori SDLR sedang 40% dan mahasiswa yang memiliki kategori SDLR rendah 0%. Hasil analisis data menunjukkan 7 bahwa ada peranan SDLR pada prestasi belajar dan sumbangan SDLR terhadap peningkatan prestasi belajar adalah sebesar 7,6%. Rachmi et al. (2010) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontesktual dalam problem based learning. Penelitian tersebut merupakan studi eksploratif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek terdiri dari 65 mahasiswa dan enam orang tutor. Subjek terlebih dahulu diberi penjelasan kemudian diminta untuk menjawab pertanyaan tentang tiga faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL. Hasil penelitian memperlihatkan ada 263 butir yang mempengaruhi dan dikategorikan kedalam tujuh ranah antara lain: faktor mahasiswa (28,41%); dosen (22,35%); fasilitas (19,70%); proses pembelajaran (16,67%); materi pembelajaran (4,92%); jadwal pembelajaran (4,55%); lain-lain (3,40%). Pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu, pada tahap pertama merupakan studi kuantitatif dengan menggunakan adaptasi dari self-directed learning readiness scale (SDLRS) yang dikembangkan oleh Fisher, kemudian dilanjutkan dengan studi kualitatif berupa focus group discussion (FGD), subjek dipilih dari tiga angkatan secara purposive sampling. Megan & Huijser (2011) melakukan penelitian pada semua mahasiswa kedokteran dan dosen di universitas Malaysia. Metode yang digunakan adalah kuantitatif untuk melihat hubungan antara pendekatan belajar-mengajar mahasiswa dan guru Instrumen yang digunakan untuk terhadap mengukur SDLR mahasiswa. pendekatan belajar mahasiswa adalah two-factor Study Process Questionnaire (SPQ-2F) yang dikembangkan oleh Biggs et al. (2001), sedangkan instrumen untuk mengukur SDLR mahasiswa adalah skala SDLR yang dikembangkan oleh Fisher et al., (2001). Instrumen Untuk mengukur pendekatan mengajar dari dosen adalah Ohio State Teacher Efficacy Scale (OSTES) dari Moran 8 et al. (2001). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pendekatan mengajar dosen merupakan faktor yang kuat mempengaruhi SDLR pada mahasiswa. Tabel 1. Penelitian tentang SDLR sebelumnya Peneliti Judul penelitian Litzinger et al. (2005) Self-directed learning readiness among engineering undergraduate students Stewart (2007) Investigating the link between self directed learning readiness and project-based learning outcomes: the case of international masters students in an engineering management course Peran self-directed learning readiness pada prestasi belajar mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontesktual dalam problem based learning Exploring the combined relationships of student and teacher factors on learning approaches and selfdirected learning readiness at Malaysian university Zulharman et al. (2008) Rachmi et al. (2010) Megan & Huijser (2011) Tempat penelitian Fakultas Teknik Pennsylvania State University Persamaan Perbedaan Fakultas teknik sipil di Universitas Griffith 1. Skala SDLR yang digunakan Fakultas Kedokteran Universitas Riau 1. Skala SDLR yang digunakan 2. Metode : mixed method Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1. Tema : studi 1. Subjek eksplorasi penelitian faktor-faktor 2. Metode yang penelitian mempengaruh i pembelajaran mandiri. School of Medicine at Malaysian University 1. Skala SDLR yang digunakan 1. Subjek Penelitian 2. Metode penelitian 3. Skala SDLR yang digunakan 1. Subjek penelitian 2. Metode penelitian 1. Subjek Penelitian 2. Metode : Pendekatan utama. 1. Subjek penelitian 2. Metode penelitian 9