Asuhan Keperawatan Neonatus dengan Asfiksia

advertisement
Anita Apriliawati
DEFINISI:
Suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal untuk mulai bernafas secara
spontan dan regular segera setelah
lahir, keadaan ini disertai dengan
hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir
dengan asidosis (Clark R, 2005)
INSIDENSI:
Merupakan penyebab kedua
kematian bayi baru lahir di
Indonesia (27%). (SKRT 2001
dalam Depkes, 2005)
ETIOLOGI
FAKTOR
FETUS
1. Kompresi
umbilikalis
2. Lilitan tali
pusat
FAKTOR
NEONATUS
1. Anastesia/anal
getik
2. Trauma
persalinan
3. Perdarahan
intracranial
4. Kelainan
kongenital
FAKTOR IBU
1. Hipoksia ibu
2. Gangguan
aliran darah
uterus
3. Anemia,
DM,
Hipertensi
FAKTOR
PLASENTA
1. Solusio
plasenta
2. Perdarahan
plasenta
3. Plasenta
previa
BAYI SEHAT
(APGAR
SKOR
7-10)
ASFIKSIA
SEDANG
(APGAR
SKOR 4-6)
ASPIKSIA
BERAT
(APGAR
SKOR 0-3)
TANDA
0
1
2
Frekuensi
Jantung
Tidak ada
< 100x/menit
>100x/men
it
Usaha
Bernafas
Tidak ada
Lambat, tidak
teratur
Menangis
kuat
Ekstremitas
sedikit fleksi
Gerakan
aktif, fleksi
kuat
Tonus Otot Lumpuh
Refleks
Tidak ada
Warna
Biru/Pucat
Menyeringai
Batuk/bers
in
Tubuh
Tubuh &
kemerahan,
ekstremitas
ekstremitas biru kemerahan
Penurunan
Kadar O2
janin
ASFIKSIA
P O2 , P CO2 
Peningkata
n kadar
CO2 Janin
Apneu
Merangsang
kemoreseptor pusat
pernafasan Janin
Lahir, alveoli
tdk
berkembang
Perfusi organ dan
jaringan menurun
Nafas
intrauterin
JANTUNG
Perfusi sel jantung 
Gangguan Perfusi
Jaringan
Glikolisis anaerob  ,
glikogen jantung 
Supply O2 ke tubuh 
Asam laktat , pH 
Fungsi jantung 
Asidosis Metabolik
PARU
Resistensi
Pembuluh
Paru 
P O2 semakin 
Pola nafas tidak efektif
Merangsang pusat
pernafasan di medulla
oblongata dan pons 
Depresi pusat nafas
Frekuensi nafas
menurun, tidak
teratur 
Hipoventilasi
Perubahan potensial
elektrik membran
Hilangnya
pompa Na, K
Tidak efektif
bersihan jalan
nafas
Pergerakan otot ,
reflex 
Akumulasi
sekret
Immobilisasi/
kelemahan
Refleks batuk ,
gerakan silia 
Aktivitas sel 
Metabolisme
anaerob 
ATP 
Supply energy
Kelemahan/
Fatigue
OTAK
Perfusi dan
metabolisme otak
Hipoksia
jaringan otak
Nekrosis
Jaringan otak
Kerusakan otak
(sequele) dan kematian
otak
GINJAL
Perfusi ke
ginjal 
Anoksia
jaringan ginjal
Resiko Kegagalan
ginjal
GFR 
Oliguria
1.
2.
3.
4.
5.
APGAR SCORE yang rendah
Asidosis
Hipoksia iskemik echepalopathy
Kegagalan multi organ (jantung, ginjal, otak,
paru-paru, hepar, vascular dan pencernaan)
Abnormalitas cairan, elektrolit, dan
metabolisme
1.
2.
3.
4.
Analisa Gas Darah (Pa O2 < 50 mmHg, Pa
CO2 > 55 mmHg, pH < 7.30)
Elektrolit Darah
Gula Darah
Test Combs Pada Tali Pusat Darah
(Hemolitik), pH < 7.20
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan immaturitas organ
pernafasan, penurunan reflex batuk dan aktivitas silia, aspirasi mekonium.
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan, diharapkan jalan
nafas menjadi efektif.
KRITERIA:
Pengeluaran secret, mekonium, sputum dari jalan nafas
Tidak ada suara nafas tambahan
INTERVENSI:
.Letakkan bayi dalam posisi tredelenburg atau miring dengan leher agak tengadah.
.Keringkan tubuh dan mulut bayi dengan handuk kering.
.Bila perlu letakkan lipatan selimut atau handuk dibelakang bahu bayi.
.Hisap lender mulai dari mulut, kemudian hidung bayi, sampai orofaring, bila masih ada
dilanjutkan ke trakea.
.Masukkan laringoskop untuk menghisap mekonium di saluran nafas bawah.
.Lakukan intubasi endoktakeal untuk mengeluarkan mekonium.
.Berikan stimulasi taktil pada punggung kaki/tendon achiles
.Monitor status respirasi: suara, RR, dan irama, kedalaman pernafasan, APGAR score
menit ke 1, 5 dan 10.
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengisian udara alveolus kurang
adekuat, peningkatan resistensi paru, depresi pusat pernafasan.
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola
nafas menjadi efektif
KRITERIA:
RR: 40-60 x/menit, tidak ada suara nafas tambahan
Irama nafas, kedalaman nafas, dalam batas normal
INTERVENSI:
.Lakukan penilaian: apakah bayi apnea atau tidak, frekuensi jantung apakah <100x/mnt
atau >100x/mnt, warna kulit: kemerahan/sianosis perifer/sianosis sentral
.Berikan ventilasi tekanan (+) O2 100% bila bayi apneu, megap-megap, dan HR < 100
x/ menit, menggunakan sungkup, balon atau memasang pipa endoktakeal, lakukan
ventilasi selama 15-30 detik dengan frekuensi 40-60 nafas/menit.
.Periksa denyut jantung:
HR>100x/menit:Nafas spontan
hentikan ventilasi
Nafas tidak spontan
lanjutkan ventilasi
HR 60-100x/mnt: Lanjutkan ventilasi
HR HR < 60 x/menit: lakukan ventilasi dan segera lakukan kompresi dada
4. Evaluasi: RR, irama & kedalaman nafas, AGD.
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
3. Gengguan perfusi jaringan tubuh sehubungan dengan
penurunan fungsi jantung.
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan perfusi
jaringan seluruh tubuh adekuat.
KRITERIA:
HR dalam batas normal (80-100 x/ menit)
Warna kulit: kemerahan, CRT < 2 detik
INTERVENSI
.Bila setelah dilakukan ventilasi tekanan (+) selama 30 detik HR < 60x/menit, atau tetap 6080x/menit—> Lakukan kompresi dada
.Lakukan teknik penekanan:
Letakkan bayi telentang, dengan menggunakan ibu jari, tekan di 1/3 AP sternum bawah
Tekan dada 3x selama 1.5 detik, lalu berikan ventilasi 1 kali selama 0.5 detik (rasio kompresi
: ventilasi adalah 3:1 )
3. Setelah 30 detik melakukan tindakan, lakukan evaluasi:
HR < 80x/menit
Lanjutkan kompresi dada, lanjutkan ventilasi dengan O2 100%, Berikan
efinefrin (kolaborasi dengan dokter), dan natrium bikarbonat 2mEq/kgBB perlahan-lahan.
HR >80x/menit
Hentikan kompresi dada, lanjutkan ventilasi O2 100% sampai HR >
100x/menit dan bayi bernafas spontan.
4. Bila perlu pasang sonde lambung untuk mengurangi tekanan udara
dalam lambung.
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
.Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan hipoksia serebral,
edema serebral.
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan perfusi serebral adekuat.
KRITERIA:
Status neurologis bayi baik dan tidak mengalami penurunan kesadaran ( GCS
> 13)
Tidak terjadi kejang, kelainan gerakan dan posture.
INTERVENSI
.Setelah dilakukan resusitasi, atur posisi bayi head up 15-30 °
.Pertahankan kepala dan leher dalam satu garis lurus dengan baik dan tidak
menekuk (fleksi) leher.
.Berikan glukosa 15-20% dengan dosis 2-4 ml/kgBB, berikan iv secara
perlahan-lahan melalui vena umbilikalis.
.Pastikan bahwa bayi mendapatkan oksigenasi dengan adekuat.
.Monitor terhadap tanda-tanda penurunan perfusi serebral: tingkat kesadaran
menurun, frekuensi denyut nadi menurun, pernafasan irregular, dilatasi pupil
dan kejang setiap 15 menit sampai bayi stabil, periksa APGAR Skor menit ke
20, kenudian monitor setiap 1 jam.
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
.Resiko kerusakan fungsi ginjal berhubungan dengan penurunan GFR
dan penurunan perfusi ginjal
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
kerusakan fungsi ginjal tidak terjadi.
KRITERIA:
Bayi mendapatkan intake cairan sesuai kebutuhannya
Output cairan dalam batas normal.
INTERVENSI
.Bila bayi tidak memberikan respon terhadap resusitasi dan ada bukti
kehilangan darah berikan cairan NaCl 0,9% atau RL 10ml/kgBB.
.Jangan berikan koreksi kalium sampai produksi urine adekuat untuk
menghindari terjadinya hiperkalemia/
.Evaluasi kelancaran pemberian cairan, dan catat intake cairan.
.Pantau output urine setiap 1 jam
.Evaluasi tanda-tanda vital setiap 1 jam.
Download