BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013 dengan obyek penelitian yaitu struktur kepemilikan, CSR dan nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)/ Indonesia Stock Exchange (IDX).Periode pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk jangka waktu 3 tahun yaitu meliputi data tahunan perusahaan tahun 2010 – 2012. B. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausal untuk mengetahui pengaruh antara satu atau lebih variabel bebas (independen variable) terhadap terikat (dependent variable) dan variabel yang mepengaruhi hubungan antara variable independent dengan dependen. Penelitian ini merupakan hypotyhesis testing yang menguji hipotesis yang telah dirumuskan di awal. Penelitian ini merupakan penelitian cross section yaitu pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat atau sekali waktu (Hidayat,2007). C. Hipotesis 1. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap CSR Suatu organisasi dinamakan perusahaan keluarga apabila paling sedikit ada keterlibatan dua generasi dalam keluarga itu dan mereka mempengaruhi kebijakan perusahaan.Vilalonga dan Amit (2004) menemukan bahwa kepemilikan keluarga 22 23 secara positif mempengaruhi nilai perusahaan, Sebagai tambahan, mereka merumuskan bahwa kepemilikan keluarga mengurangi masalah agensi di antara pengurus dan pemegang saham (Susanto et al, 2007). Berdasarkan argumen tersebut maka hipotesa yang diajukan adalah: H1a: Pengaruh Kepemilikan keluarga terhadap CSR Semua perusahaan yang bersatatus go public dan telah terdaftar dalam BEI adalah perusahaan- perusahaan yang sebagian besar proporsi sahamnya dimiliki oleh publik dan secara otomatis perusahaan harus melaporkan seluruh aktivitas dan keadaan perusahaan kepada publik agar masyarakat sebagai salah satu bagian dari pemegang saham mengetahui keadaan perusahaan(Machmud& Djakman (2008). Machmud& Djakman (2008) menyatakan bahwa struktur kepemilikan institusional umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional. Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Berdasarkan argumen tersebut maka hipotesa yang diajukan adalah: H1b: Pengaruh Kepemilikan Institusi terhadap CSR Kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan multinasional. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan pertanggungjawaban 24 sosial perusahaan (Machmud dan Djakman,2008). Penelitian Tanimotodan Suzuki (2005) dalam Machmud dan Chaerul (2006) membuktikan bahwa kepemilikan asing pada perusahaan publik di Jepang menjadi faktor pendorong terhadap adopsi GRI dalam pengungkapan tanggung jawab sosial. Perusahaan multinasional atau dengan kepemilikan asing utamanya melihat keuntungan legitimasi berasal dari para stakeholder-nya yang biasanya berdasarkan atas home market (pasar tempat beroperasi).sehingga dapat memberikan eksistensi yang tinggi dalam jangka panjang. Berdasarkan argumen tersebut maka hipotesa yang diajukan adalah: H1c: Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap CSR 2. Pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan Pengolalaan lingkungan dan hubungan social yang baik dapat mengindari klaim masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan citra dan pengaruh perusahaan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan ekonomi (Heal, 2004). Hal ini disebabkan, reputasi perusahaan yang baik menjadikan investor dan calon investor mengetahui investasi social yang dilakukan oleh perusahaan sehingga risiko perusahaan dalam menghadapi masalah social akan menurun. Dengan adanya pengungkapan tanggung jawab perusahaan terhadap social dan lingkungan hidup, diharapkan akan menjadi informasi yang berguna bagi investor dalam mengambil keputusan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. 25 Dalam penelitiannya, Eipstein dan Freedman (1994) menemukan bahwa investor dalam menanamkan modalnya lebih tertarik terhadap perusahaan yang melaporkan informasi sosial dalam laporan keungannya daripada perusahaan yang tidak mencantumkan informasi social.Penelitian pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan juga dilakukan oleh Schadewitz dan Niskala (2010), dengan hasil yang menunjukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan argumen tersebut maka hipotesa yang diajukan adalah: H2 : Pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan 3. Peran CSR memediasi hubungan struktur kepemilikan dan nilai perusahaan Dalam penelitian ini faktor-faktor yang diprediksi mempengaruhi nilai perusahaan adalah struktur kepemilikan. Namun ada faktor lain yang dapat memediasi hubungan struktur kepemilikan secara tidak langsung dengan nilai perusahaan, yaitu CSR. Pengungkapan CSR ini dapat mampu meningkatkan legitimasi dari banyak pihak dan dapat mengurangi munculnya asimetri informasi antara investor dan pengelola atau manajemen, sehingga mampu meningkatkan image perusahaan, yang berdampak pula pada kelangsungan perusahaan jangka panjang dan dapat meningkatkan nilai perusahaaan.Berdasarkan argumen tersebut maka hipotesa yang diajukan adalah: H3 : Peran CSR memediasi hubungan struktur kepemilikan dan nilai perusahaan 26 D. Variabel dan Skala pengukuran 1. Dependen dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, yakni harga saham yang tersedia dibayar oleh calon pembeli andai saham perusahaan tersebut dijual. Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diproksikan dengan Market To Book Value Of Equity (MVE) (Palupi, 2008; Anita, 2009) dan Tobin’s Q (Zulfikar, 2006). adapun rumus menghitung nilai perusahaan dengan menggunakan rasio Tobin’s Q ini sebagai berikut : MVE = Formula Tobin’s Q didasarkan dari penelitian Lindenberg dan Ross dalam Wolfe dan Sauaia (2003) yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia (Zulfikar, 2006 ; Justitia, 2010) sebagai berikut : Q= ( ) ( ) Dimana : Q : nilai perusahaan EMV : Nilai pasar ekuitas (EMV = harga penutupan x jumlah saham yang beredar) D : Nilai buku dari total hutang TA : Total aktiva 27 2. Independen Variable independen yang pertama dalam penelitian ini adalah Struktur Kepemilikan yang diproksikan menjadi tiga, yaitu : a. Kepemilikan Keluarga Kepemilikan keluarga diukur dengan rumus :. Kepemilikan keluarga = b. x100% Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional diukur dengan rumus : Kepemilikan Institusional = c. x100% Kepemilikan Asing Kepemilikan asing diukur dengan rumus sebagai berikut: Kepemilikan Asing = 3. x100% Intervening Variable intervening dalam penelitian ini adalah corporate social responsibility. Pada dasarnya untuk menghitung CSR dapat menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrument penelitian diberi nilai 0 jika tidak diungkapkan, dan nilai 1 jika diungkapkan (Hanafi et al, 2005 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007 ). selanjutnya, skor dari setiap item akan dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI 28 adalah sebagai berikut diungkapkan (Hanafi et al, 2005 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007 ) : = ∑ Keterangan : CSRIj : Corporate social responsibility disclosure tax Xij : criteria variable, 1=jika item I diungkapkan, 0 = jika item I Tidak diungkapkan nj : Jumlah Item Untuk Perusahaan J, NJ ≤79 E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat, menggunakan, dan mempelajari data-data sekunder yaitu dengan melakukan pengambilan data laporan tahunan perusahaan pertambangan tahun 2010-2012 yang diperoleh dari Indonesia stock exchange (IDX), masing-masing website perusahaan dan harga saham diperoleh dari yahoo finance. 2. Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku wajib, artikel, jurnal-jurnal ilmiah yang berhubungan dengan penelitian ini. 29 F. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).Dan masing-masing website perusahaan periode perolehan adalah 2010-2012. G. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia pada periode 2010-2012. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposivesampling, dengan kriterian yang digunakan untuk memilihsampel sebagai berikut : a) Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan pertambangan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. b) Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) berturut-turut selama periode penelitian 2010-2012 c) Perusahaan memiliki data yang lengkap dengan - yang digunakan dalam penelitian 30 Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Sampel No 1 2 3 Keterangan Jumlah populasi Tidak terdaftar di BEI selama 3 tahun berturut-turut pada periode 2010-2012 Menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah Jumlah emiten sampel penelitian Jumlah emiten 36 (10) (11) 15 Tabel 3.2 Daftar Sampel Emiten NO KODE 1 2 3 ANTM ARTI ATPK 4 5 6 7 BIPI BYAN CITA CTTH 8 9 10 11 12 DKFT ELSA GTBO MITI PKPK 13 14 15 PTBA RUIS TINS PERUSAHAAN Aneka Tambang (Persero) Tbk. Ratu Prabu Energy Tbk ATPK Resources Tbk Benakat Petroleum Energy Tbk Bayan Resources Tbk Cita Mineral Investindo Tbk CITATAH Central Omega Resources Tbk Elnusa Tbk Garda Tujuh Buana Tbk Mitra Investindo Tbk Perdana Karya Perkasa Tbk Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk Radiant Utama Interinsco Tbk Timah (Persero) Tbk 31 H. Metode Analisi Data Dalam menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis regresi linear berganda karena melibatkan hubungan dari dua atau lebih bebas. 1. Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan - dalam penelitian ini. Uji statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum atau karakteristik data yang digunakan dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, distribusi frekuensi, nilai minimum dan maksimum serta deviasi standar (Imam Ghozali, 2011). 2. Uji Asumsi Klasik Salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah terpenuhinya asumsi klasik. Untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak bias dan efisien (Best Linear Unbias Estimator/BLUE) dari satu persamaan regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (Least Squares) perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui model regresi yang dihasilkan memenuhi persyaratan asumsi klasik. Dalam uji asumsi klasik ini model analisis yang digunakan akan menghasilkan estimator yang tidak bias apabila memenuhi beberapa asumsi klasik sebagai berikut: 32 a. Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal (Imam Ghozali, 2011). Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji normalitas residual yaitu uji one sample kolmogrov-smirnov test. Residual data terdistribusi normal jika signifikansi kolmogorov smirnov test >0,05. b. Uji multikolenieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara bebas (Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance (tolerance value) dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap bebas manakah yang dijelaskan oleh bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum digunakan adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF diatas 10. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,10 atau nilai VIF kurang dari 10 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar dalam model regresi. c. Uji Autokorelasi Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi di antara data pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda ada 33 korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi dapat diketahui melalui uji Durbin – Watson (DW test). Jika d lebih kecil dibandingkan dengan d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka Ho ditolak yang berarti terdapat autokolerasi. Jika d terletak diantara du dan 4-du, maka Ho diterima yang berarti tidak ada autokolerasi. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pangamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Identifikasi secara statistik untuk menunjukkan ada tidaknya gejala heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran nilai-nilai residual terhadap nilai-nilai prediksi. Jika penyebarannya tidak membentuk suatu pola tertentu seperti meningkat atau menurun maka keadaan homoskedasitas terpenuhi. 3. Uji Hipotesis a. Analisis regresi Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis statistik yakni analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis). Adapun hasil regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut : 34 Y = α + β₁ X₁ +β₂X₂ + e Keterangan : b. Y = Nilai Perusahaan α = konstanta β₁ - β₂ = koefisien regresi X₁ = Struktur Kepemilikan X₂ = CSR E = Error Koefisien Determinasi (R2) Uji determinasi digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan independen, tapi karena R2 mengandung kelemahan mendasar, yaitu adanya bias terhadap jumlah independen yang dimasukkan ke dalam model, maka dalam penelitian ini menggunakan adjusted R2berkisar antara 0 dan 1. Jika nilai adjusted R2 semakin mendekati 1 maka semakin baik kemampuan model tersebut dalam menjelaskan dependen (Ghozali, 2009). Koefisien determinasi mempunyai dua kegunaan yaitu: 1) Sebagai ukuran ketepatan (kecocokan) suatu garis regresi yang diterapkan terhadap suatu kelompok data hasil observasi. Semakin besar nilai R 2yaitu mendekati 1, maka semakin baik atau cocok suatu garis regresi. Sebaliknya semakin kecil nilai R 2maka semakin tidak dapat garis regresi tersebut mewakili hasil observasinya. 35 2) Untuk mengukur besarnya populasi (%) dari jumlah variasi dari dependen yang diterangkan oleh model regresi. Untuk mengukur besarnya pengaruh independen terhadap naik atau turunnya nilai dependen. c. Uji Kesesuaian Model (F-test) Uji-F dilakukan untuk menguji hipotesis koefisien (slope) regresi secara bersamaan. Cara pengujiannya sama pada regresi sederhana ataupun regresi majemuk dengan menggunakan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) (Ghozali, 2009). d. Uji Signifikan parsial (T-test) T-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing independen secara individual terhadap dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada lampiran coefficients. Nilai dari uji T-test dapat dilihat dari p-value (pada kolom Sig.) pada masing-masing independen, jika p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan. Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka suatu independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap dependen. e. Uji deteksi pengaruh intervening Menurut Baron dan Kenny (1986) dalam Ghozali (2011), suatu intervening jika tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara disebut independen dan dependen. Pengujian hipotesis mediasi (intervening) dapat dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Jalur (path analysis). Analisi jalur merupakan perluasan dari analisis linier berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis 36 untuk menaksir hubungan kausalitas antara (model causal) yang telah ditetapkan sebelum berdasarkan teori Gambar 3. 1model analisis jalur (path analisis) e1 CSR p2 p3 Struktur Kepemilikan Nilai Perusahaan p1 e2 Gambar 3.2 Path Analysis Diagram jalur memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas antara berdasarkan pada teori. Anak panah menunjukan hubungan antara .Setiap nilai P menggambarkan jalur dan koefisien jalur. Berdasarkan gambar model jalur diajukan hubungan berdasarkan teori yang menjelaskan seperti berikut : Pengaruh langsung Struktur Kepemilikan ke Nilai Perusahaan = p1 Pengaruh tak langsung Struktur Kepemilikan ke Csr = p2 x p3 Total pengaruh korelasi Struktur Kepemilikan ke Nilai Perusahaan = p1 + p2 x p3 Anak panah dari e1 ke CSR menunjukan jumlah variance CSR yang tidak dijelaskan oleh struktur kepemilikan. Besarnya nilai e1 = (1 − R . Sedangkan anak 37 panah dari e2 menuju nilai perusahaan menunjukan variance nilai perusahaan yang tidak dapat dijelaskan oleh struktur kepemilikan dan CSR dan besarnya e2 = (1 − R . koefisien jalur adalah standardized koefisien regresi. Koefisien jalur dihitung dengan membuat dua persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang enunjukan hubungan yang di hipotesiskan. Dalam hal ini ada dua persamaan yaitu : CSR = b1 struktur kepemilikan +e1…………… (1) Nilai perusahaan = b1 struktur kepemilikan + b2 CSR + e2…(2) Standardize koefisien untuk struktur kepemilikan pada persamaan (1) akan memberikan nilai p2. Sedangkan koefisien untuk struktur kepemilikan dan CSR pada persamaan (2) akan memberikan nila p1 dan p3.