PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KCl TERHADAP

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KCl TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL KEDELAI (Glycine Max L.) YANG DIBERIKAN
SAAT TANAMAN MULAI BERBUNGA
SHOHIBU RIDO
NPM. 0111048301149
ABSTRAK
Rendahnya produksi suatu tanaman dapat disebabkan diantaranya tingkat kesuburan lahan
yang sangat rendah, maka perlu dilakukannya penggunaan pupuk yang sesuai anjuran, tepat
waktu, tepat jenis pemberian pupuk yang digunakan untuk memberikan unsur hara K pada
tanah.kesuburan lahan dipengaruhi oleh jenis tanah,yang memiliki tekstur kesuburan yang baik
dengan pH 6-6,5. Sedangkan di Kabupaten Batang Hari umumnya didominasi oleh Ultisol yang
memiliki pH rendah (kemasaman tanah tinggi) dan ini sangat mempengaruhi ketersediaan kalium
dalam tanah oleh karenanya kebutuhan kalium perlu dilakukan dengan melakukan pemupukan KCl
ke tanah. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Graha Karya
Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Kebun percobaan ini memiliki ketinggian tempat 12 meter
diatas permukaan laut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak kelompok
(RAK) dengan satu faktor. Hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengn menggunakan sidik
ragam dan dilanjutkan dengan uji DNMRT ( Duncan New Multiple Range Test ) pada taraf α = 5
%. Hasil penelitian menunjukan dosis pemberian pupuk KCl berpengaruh terhadap jumlah cabang,
dan komponen hasil (jumlah polong pertanaman, jumlah polong berisi pertanaman, berat biji
kering pertanaman, berat 100 biji dan hasil perhektar.). Pertumbuhan terbaik dan hasil tertinggi
diperoleh dari pemberian pupuk KCl pada dosis 100 kg/ha.
Key words : KCl, kedelai, ultisol
PENDAHULUAN
Tanaman kedelai memiliki banyak
kegunaan
maka
komoditas
kedelai
diprioritaskan
untuk
dikembangkan.
Selanjutnya Gatra (2015) menjelaskan bahwa
Pemerintah
Kabupaten
Batang
Hari,
menetapkan Tiga Target Produksi Komoditas.
Tiga komunitas itu, Padi sebesar 49.757 Ton
Gabah Kering Giling, Jagung sebesar 1.408
Ton Pipilan Kering dan Kedelai sebesar 925
Ton Biji Kering. Target Produksi, dibebankan
kepada Kabupaten Batang Hari diatas
memang cukup besar. Jika, dibandingkan
dengan luas lahan yang telah digarap secara
reguler oleh petani. Disisi lain, tantangan dan
kendala yang dihadapi adalah penggunaan
pupuk tidak sesuai anjuran, alih fungsi lahan,
perubahan iklim, degradasi lingkungan,
sarana irigasi yang rusak dan minat
berusahatani yang rendah.
Sebagai akibat dari kendala yang
dihadapi adalah rendahnya produksi kedelai
di Kabupaten Batang Hariyaitu 1,07 to/ha
dimana produktivitas ini lebih rendah dari
provinsi Jambi. Lingga P dan Marsono,
(2001) menyatakan bahwa rendahnya
produksi suatu tanaman dapat disebabkan
diantaranya tingkat kesuburan lahan yang
sangat rendah, maka perlu dilakukannya
penggunaan pupuk yang sesuai anjuran, tepat
waktu, tepat jenis pemberian pupuk yang
digunakan untuk memberikan unsur hara K
pada tanah.kesuburan lahan dipengaruhi oleh
jenis tanah,yang memiliki tekstur kesuburan
yang baik dengan pH 6-6,5.
Kalium merupakan unsur hara makro
yang penting selain N dan P serta diserap
tanaman dalam jumlah besar, kalium dalam
tanaman berfungsi sebagai kofaktor untuk 40
enzim bahkan lebih, meningkatkan ukuran
dan berat buah, meningkatkan respon
penyerapan P, menyehatkan proses fisiologi
tanaman, dan meningkatkan toleransi tanaman
terhadap kondisi iklim yang ekstrim serta
ketahanan terhadap penyakit.
Hasil penelitian Maruapey (2010)
menunjukan perlakuan dengan dosis pupuk
KCl 75 kg/ha berpengaruh baik pada tinggi
tanaman tetapi tidak
berpengaruh pada
jumlah cabang primer, Jumlah polong
pertanaman dan berat 100 biji kering tanaman
kedelai.
Selanjutnya
hasil
penelitian
Amisnaipa (2009) menjelaskan bahwa
pemberian dosis pupuk KCl 300.33 kg/ha
meningkatkan pengaruh perlakuan pupuk K
terhadap tinggi tanaman, diameter batang,
bobot segar biomassa dan bobot kering
tanaman tomat.
Selain
bibit,
ketepatan
waktu
pemberian pupuk serta dosis pupuk yang
diberikan juga penting diketahui. Menurut
anjuran Petrokimia Gersik pemberian pupuk
KCl sebaiknya dilakukan pada saat tanaman
sudah mulai memasuki pase berbunga dengan
dosis 50 kg/ha (petrokimia-gresik, 2015).
Melihat fungsi dan manfaat pupuk KCl, maka
untuk tanaman kedelai diaplikasikan saat
tanaman sudah mulai berbunga yaitu 37 hari
setelah tanam.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di kebun
percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Graha Karya Muara Bulian Kabupaten Batang
Hari. Kebun percobaan ini memiliki
ketinggian tempat 12 meter diatas permukaan
laut. Pelaksanaan penelitian ini akan
dilaksanakan pada bulan Juni s/d September
2015. Bahan yang telah digunakan dalam
penelitian ini adalah benih kedelai varietas
Anjasmoro, dolomite, Pupuk KCl, Urea, SP36, Dithane M 45, dan Decis 2,5 EC.
Alat yang telah digunakan adalah
parang, cangkul, meteran, tali rapia, alat tulis,
tugal kayu, ember, baskom, timbangan
analitik, papan merek, gembor, handspayer,
plastik hitam, kayu, pisau tajam, gunting dan
selang plastik. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Rancangan Acak kelompok
(RAK) dengan satu faktor yaitu pemberian
pupuk KCl yang terdiri dari :
K0 = Tanpa Pemberian KCl pada umur 37
hari
K1 = Pemberian KCl 25 kg/ha pada umur 37
hari setara dengan dosis 5 gr/petak
K2 = Pemberian KCl 50 kg/ha pada umur 37
hari setara dengan dosis 10 gr/petak
K3 = Pemberian KCl 75 kg/ha pada umur 37
hari setara dengan dosis 15 gr/petak
K4 = Pemberian KCl 100 kg/ha pada umur 37
hari setara dengan dosis 20 gr/petak
K5 = Pemberian KCl 125 kg/ha pada umur 37
hari setara dengan dosis 25 gr/petak
Ulangan 4 kali,dengan demikian
dalam penelitian ini terdapat 6 x 4 = 24 plot
percobaan, Ukuran plot percobaan 100 cm x
200 cm, jarak tanam 40 x 20 cm dengan
demikian terdapat 25 tanaman perpetak. Jarak
antar petak perlakuan 50 cm dan jarak antar
ulangan 100 cm. Pengambilan sampel
dilakukan secara acak sebanyak 3 tanaman
setiap plot.
Persiapan lahan ini dilakukan dengan
cara lahan dibersihkan dari gulma-gulma dan
rumput liar yang dapat mengganggu tanaman.
Selanjutnya melakukan pengolahan tanah
dengan
cara
pencangkulan
untuk
menggemburkan tanah, tanah dibiarkan
selama 7 hari setelah tanam agar terjadi
proses oksidasi seminggu setelah pengolahan
pertama, selanjutnya tanah di cangkul agar
gembur, dan kemudian diratakan dan dibuat
petakan sesuai ukuran yang telah ditentukan
yaitu 100 cm x 200 cm, jumlah petakan
percobaan yaitu 24 petakan.
Pemberian kapur dilakukan pada saat
pengolahan tanah yang kedua, yaitu 14 hari
setelah tanam sebelum tanam, kapur yang
diberikan yaitu dengan ketentuan 1,5 ton/ha.
Pemberian kapur dilakukan dengan cara kapur
ditaburkan di atas lahan penelitian, kemudian
diaduk dengan lapisan tanah.
Pemberian pupuk dasar dilakukan
dengan pupuk KCl sebanyak 25 kg/ha, pupuk
Urea 75 kg/ha dan pupuk SP-36 100 kg/ha.
Waktu pemberian pupuk pada saat 1 minggu
sebelum tanam setelah pengapuran dengan
cara disebar dipermukaan tanah.
Benih kedelai yang akan di gunakan
yaitu kedelai varietas anjasmoro. Sebelum
penanaman, terlebih dahulu membuat lubang
tanam dengan ditugal ± 3 cm, kemudian benih
dimasukan kedalam lubang tanam sebanyak 2
biji perlubang tanam dan dilanjutkan dengan
menutup lubang dengan tanah. Jarak tanam
kedelai yang diambil yaitu 40 cm x 20 cm.
Pemberian pupuk KCl diberikan saat
tanaman mulai berbunga atau umur 37 hari
setelah tanam
dengan dosis
sesuai
perlakuan,pemberian pupuk KCL diberikan
dengan cara larikan +15 cm dari batang.
Penjarangan
dilakukan
setelah
tanaman berumur 14 hari setelah tanam.
Penjarangan dilakukan dengan memotong
tanaman yang tidak perlu sehingga hanya
tinggal 1 tanaman yang baik pertumbuhannya.
Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali dalam
sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari dan
apabila hujan tidak perlu dilakukan
penyiraman. Penyulaman dilakukan terhadap
benih
yang
tidak
tumbuh
atau
pertumbuhannya dianggap kurang baik atau
kurang normal yaitu pada umur 7 hari setelah
tanam. Panyulaman dilakukan dengan bibit
sulaman yang telah disiapkan sebelumnya
agar pertumbuhan seragam. Penyiangan
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat
tanaman berumur 14 hari dan 40 hari setelah
tanam. Penyiangan didalam petak tanam
dilakukan dengan cara manual dan untuk areal
pertanaman
menggunakan
cangkul.
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman
kedelai berumur 28 hari setelah tanam.
Adapun tujuan dari pembubunan yaitu untuk
memperkokoh posisi batang agar tetap kokoh
dan tidak gampang roboh. Selain itu juga
tujuan dari pembubunan ini yaitu untuk
menutupi akar yang bermunculan diatas
permukaan agar tidak kering dan dimakan
oleh hewan pengganggu.
Pengendalian hama mengunakan
insektisida hostathion 40 EC dengan
konsentrasi 2 cc/liter air dan dilakukan 2 kali
yaitu pada saat tanaman berumur 15 hari
setelah tanam dan pada saat tanaman berumur
30 hari setelah tanam.
Sedangkan pengendalian penyakit
menggunakan Fungisida Dithane M-45
dengan konsentrasi 2 g/per liter air.
Pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman
waktunya
bersamaan
dapat
dilakukan dengan cara mencampurkan kedua
bahan tersebut.
Kedelai dipanen pada saat umur panen
sudah optimal yaitu sudah masak fisiologis
agar diperoleh mutu hasil dan produksi yang
tinggi. Kedelai dipanen pada umur 83 hari.
Dengan tanda-tanda tanman yang siap
dipanen yaitu : daun telah menguning dan
sebagian sudah rontok, batang bewarna
kuning sampai cokelat, dan polong bewarna
kuning sampai cokelat.
Pemanenan dilakukan dengan cara
memotong batang tanaman kedelai sedekat
mungkin
dengan
permukaan
tanah
menggunakan sabit atau yang tajam. Waktu
panen sebaiknya dilakukan pada waktu pagi
hingga siang hari. Variabel yang diamati
terdiri dari jumlah cabang primer, jumlah
polong pertanaman, jumlah polong berisi
pertanaman, berat biji kering pertanaman,
berat 100 biji, hasil per hektar.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan
terhadap variabel yang diamati, maka data
hasil pengamatan dianalisis secara statistik
dengn menggunakan sidik ragam dan
dilanjutkan dengan uji DNMRT ( Duncan
New Multiple Range Test ) pada taraf α = 5
%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Cabang Primer
Tabel 2 : Jumlah Cabang Primer Menurut Pemberian Pupuk KCl
Dosis pupuk KCl
Jumlah Cabang Primer
(kg/ha)
(Cabang)
100
3.25 a
125
3.00 ab
75
2.75 b
25
2.17 c
50
2.00 d
0
1.58 e
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT
taraf 5%.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 100 kg/ha menunjukkan tidak
berbedanya dengan pemberian pupuk KCl 125 kg/ha,tetapi pemberian pupuk KCL 100 kg/ha
berbeda nyata dengan pemberian KCL 75 kg/ha,akan tetapi pemberian KCL 75 kg/ha tidak berbeda
nyata dengan pemberian KCL 125 kg/ha,sedangkan pemberian pupuk KCL 100 kg/ha,125 kg/ha,75
kg/ha berbeda nyata dengan 25 kg/ha,50 kg/ha dan tanpa pemberian pupuk KCl.
Jumlah Polong Pertanaman
Tabel 3. Jumlah Polong Pertanaman Menurut Pemberian Pupuk KCl
Dosis pupuk KCl
Jumlah Polong Pertanaman
(kg/ha)
(polong)
100
133.50 a
125
110.08 b
50
107.42 b
25
100.42 b
75
95.83 bc
0
84.58 c
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT
taraf 5%.
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 100 kg/ha berbeda nyata dengan
pemberian pupuk KCl 125 kg/ha,50 kg/ha,25 kg/ha,75 kg/ha,dan tanpa perlakuan,akan
tetapipemberian dosis pupuk KCl 125 kg/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk KCl 50
kg/ha,25 kg/ha dan 75 kg/ha,akan tetapi pemberian dosis pupuk KCl 75 kg/ha tidak berbeda nyata
dengan tanpa pemberian dosis pupuk KCl.
Jumlah Polong Berisi Pertanaman
Tabel 4 : Jumlah Polong Berisi Pertanaman Menurut Pemberian Pupuk KCl
Dosis pupuk KCl
Jumlah Polong Berisi Pertanaman
(kg/ha)
(polong)
100
116.50 a
50
96.50 ab
125
94.33 bc
25
89.42 cd
75
84.33 cd
0
72.58 d
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT
taraf 5%.
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 100 kg/ha tidak berbeda nyata
dengan pemberian pupuk KCl 50 kg/ha,tetapi bebeda nyata dengan pemberian dosis pupuk KCl 125
kg/ha,25 kg/ha,75 kg/ha dan tanpa pemberian dosis pupuk KCl.
Berat Biji Kering Pertanaman
Tabel 5 : Berat Biji Kering Pertanaman Menurut Pemberian Pupuk KCl
Dosis pupuk KCl
Berat Biji Kering Pertanaman
(kg/ha)
(g)
100
30.40 a
50
25.74 ab
125
24.23 b
25
23.20 b
75
22.50 b
0
21.49 b
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT
taraf 5%.
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 100 kg/ha tidak berbeda nyata
dengan pemberian dosis pupuk KCl 50 kg/ha,akan tetapi berbeda nyata dengan pemberian dosis
pupuk KCl 125 kg/ha, 25 kg/ha, 75 kg/ha dan tanpa pemberian pupuk KCl terhadap berat biji kering
pertanaman.
Berat 100 Biji
Tabel 6 : Berat 100 Biji Menurut Pemberian Pupuk KCl
Dosis pupuk KCl
Berat 100 Biji
(kg/ha)
(g)
125
9.49 a
100
9.31 a
75
9.29 a
50
9.27 a
25
9.12 a
0
8.59 b
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT
taraf 5%.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 125 kg/ha tidak berbeda nyata
dengan pemberian 100 kg/ha,75 kg/ha, 50 kg/ha, 25 kg/ha,tetapi berbeda nyata dengan tanpa
pemberian pupuk KCl.
Hasil Per Hektar
Tabel 7 : Hasil Perhektar Menurut Pemberian Pupuk KCl
Dosis pupuk KCl
Hasil Perhektar
(kg/ha)
(ton/ha)
100
1.52 a
50
1.27 b
125
1.21 b
75
1.16 b
25
1.14 b
0
1.06 b
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT
taraf 5%.
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 100 kg/ha menunjukan berbeda
nyata dengan pemberian dosis pupuk KCl 50 kg/ha, 125 kg/ha, 75 kg/ha, 25 kg/ha dan tanpa
pemberian dosis pupuk KCl,tetapi pemberian dosis pupuk KCl 50 kg/ha tidak berbeda nyata dengan
pemberian dosis pupuk KCl 125 kg/ha, 75 kg/ha, 25 kg/ha dan tanpa pemberian pupuk KCl.
Pembahasan
Berdasarkan hasil sidik ragam
pemberian dosis pupuk KCl diantara beberapa
dosis berpengaruh terhadap jumlah cabang,
jumlah polong pertanaman, jumlah polong
berisi pertanaman, berat 100 biji dan hasil
perhektar.
Tabel 2 menunjukkan pemberian
pupuk KCl 100 kg/ha berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya dan tanpa pemberian pupuk
KCl terhadap jumlah cabang primer. Hal ini
disebabkan pemberian pupuk KCl 100 kg/ha
menyediakan unsur hara yang dapat
mendukung proses fotosintesis tanaman
sehingga meningkatkan tranlokasi fotosintat
ke organ tanaman lainnya mencapai
maksimal.
Sutedjo (2010), menyatakan unsur
hara yang diberikan ke tanaman dalam
keadaan cukup dan sesuai akan mendukung
lajunya fotosintesis tanaman dan fotosintat
yang dihasilkan ditranlokasikan ke organ
tanaman lainnya sehingga dapat mendukung
pembentukan sel-sel pada organ tanaman
lainnya dan pada akhirnya mendukung
pertumbuhan dan hasil tanaman.
Dwidjoseputro (1993), menyatakan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman membutuhkan unsur hara makro
maupun mikro dan apabila tidak terpenuhi
maka akan menghambat pertumbuhan dan
produksi tanaman. Selanjutnya Sutedjo
(2010), menyatakan bahwa jumlah unsur hara
yang diperlukan tanaman sebanyak 16 jenis
yaitu C, H, O yang berasal dari udara bebas
dan N, P, K, S, Ca, Mg, Fe, Cl, Cu, Zn, B, Mo
dan Na yang berasal dari dalam tanah.
Sementara pada pemberian dosis
perlakuan pupuk KCl 100 kg/ha cenderung
menunjukan jumlah cabang primer rendah
dibandingkan dosis pupuk KCl 75 kg/ha. Hal
ini dikarenakan ketidakseimbangan unsur
hara makro yang terkandung pada pupuk KCl
125 kg/ha menyebabkan berkurangnya daya
serap tanaman terhadap unsur hara lainnya.
Sarwono (1987), menyatakan unsur hara
makro dibutuhkan dalam jumlah relatif
banyak, maka apabila diberikan dalam jumlah
besar maka akan mengurangi daya serap
unsur hara lain sehingga menghambat
pertumbuhan tanaman.
Tabel 3 menunjukkan pemberian
dosis pupuk KCl 100 kg/ha berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya terhadap jumlah
polong pertanaman. Hal ini disebabkan pupuk
KCl meningkatkan KTK tanah unsur hara
yang diserap tanaman berpengaruh terhadap
jumlah polong pertanaman. Agustina (2004),
menyatakan bahwa unsur hara yang tersedia
dalam keadaan cukup dan sesuai dengan
kebutuhan
tanaman,
maka
dapat
meningkatkan hasil tanaman.
Dwidjoseputro (1993), menyatakan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman dibutuhkan unsur hara makro
maupun mikro dan apabila tidak terpenuhi
maka akan menghambat pertumbuhan dan
produksi tanaman.
Tabel 4 menunjukkan menunjukkan
pemberian dosis pupuk 100 kg/ha tidak
bebeda nyata dengan pemberian 50 kg/ha,
tetapi berbeda nyata dengan pemberian pupuk
KCl 125 kg/ha, 25 kg/ha, dan 75 kg/ha
terhadap polong berisi pertanaman.
Agustina (1992), menyatakan bahwa
fungsi unsur hara makro dan mikro samasama dibutuhkan dalam setiap aktifitas
pertumbuhan tanaman sehingga apabila salah
satu unsur hara tersebut dalam jumlah
terbatas, maka akan mengurangi aktifitas di
dalam tubuh tanaman. Selanjutnya menurut
Lubis (2004) menyatakan bahwa pemberian
pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap
polong berisi per sampel. Hal ini mungkin
disebabkan peranan unsur hara makro yang di
kandung pupuk KCl. Dimana unsur-unsur
tersebut mempunyai fungsi masing-masing
dalam proses metabolisme tumbuhan.
Tabel 5 menunjukkan pemberian dosis
pupuk KCl 100 kg/ha berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya terhadap hasil berat kering
pertanaman. Hal ini disebabkan adanya
korelasi antara peningkatan berat kering
pertanaman dengan
hasil
pertanaman
sehingga terjadinya peningkatan pada
pemberian dosis pupuk KCl 100 kg/ha, maka
terjadi peningkatan pula pada konversi hasil
berat
kering
pertanaman.
Terjadinya
peningkatan
laju
fotosintesis
akan
menghasilkan fotosintat yang cukup terutama
dalam pembentukan biji. Selain kandungan
kimia yang dibutuhkan tanaman, pupuk KCl
yang diberikan dapat berperan terhadap
peningktan pH tanah dan KTK tanah
mengakibatkan unsur hara yang tersedia
dalam tanah dalam keadaan cukup dan sesuai
dengan
dibutuhkan
tanaman
untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman.
Tabel 6 menunjukka pemberian dosis
pupuk KCl 125 kg/ha tidak berbedanyata
dengan perlakuan K1, K2, K3, K4 dan K5,hal ini
disebabkan jumlah biji dan besar biji tidak
beda antara perlakuan.
Tabel 7 menunjukkan pemberian
dosis pupuk KCl 100 kg/ha berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya terhadap hasil per
hektar. Hal ini disebabkan adanya korelasi
antara peningkatan berat buah pertanaman
dengan hasil per hektar tanaman sehingga
terjadinya peningkatan pada pemberian dosis
pupuk KCl 100 kg/ha, maka terjadi
peningkatan pula pada konversi hasil per
hektar.
Terjadinya
peningkatan
laju
fotosintesis akan menghasilkan fotosintat
yang cukup terutama dalam pembentukan biji.
Selain kandungan kimia yang dibutuhkan
tanaman.
Perbedaan rata-rata antar perlakuan
yang satu dengan yang lain diduga banyaknya
dosis pupuk KCl yang diberikan berpengaruh
terhadap ketersediaan unsur kalium dalam
tanah yang dibutuhkan tanaman sehingga
berpengaruh terhadap peningkatan produksi
tanaman.
Hasil penelitian ini belum optimal hal
ini diduga pada saat penelitian di lapangan
kurangnya pencahayaan laju fotosintesis dan
kadar air yang dapat menyebabkan rendahnya
hasil tanaman kedelai, kedelai dapat tumbuh
optimal di daerah yang curah hujannya yaitu
100-400 mm/bulan dan suhu antara 21-34ᵒ
C.sedangkan pada saat penelitian curah hujan
dan suhu yang tidak optimal untuk tanaman
kedelai, pada saat penelitian banyak hambatan
yang di hadapi salah satunya yaitu pertama
susahnya air,suhu yang terlalau panas dan
pada saat penelitian juga terjadi kabut asap
yang bikin proses fotosintesis tidak sempurna
di karenakan cahaya mata hari tidak dapat
menembus kabut asap, karena susahnya air,
suhu yang terlalu panas dan di tambah kabut
asap yang tebal maka produksi tanaman
kedelai tidak optimal (Sutedjo, 2008). Hal ini
disebabkan pada curah hujan tersebut tidak
optimal mendorong peningkatan fisiologis
tanaman
Berbagai
hasil
penelitian
mengidentifikasikan bahwa sebagian besar
lahan pertanian intensif menurun hasilnya dan
telah mengalami degradasi lahan, terutama
terkait dengan rendahnya kandungan organik
dalam tanah.
KESIMPULAN
Dosis
pemberian
pupuk
KCl
berpengaruh terhadap jumlah cabang, dan
komponen hasil (jumlah polong pertanaman,
jumlah polong berisi pertanaman, berat biji
kering pertanaman, berat 100 biji dan hasil
perhektar.). Pertumbuhan terbaik dan hasil
tertinggi diperoleh dari pemberian pupuk KCl
pada dosis 100 kg/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2013. Budidaya Kedelai
Tropika. Penebar Swadaya. Bogor.
Amisnaipa. (2009). Penentuan Kebutuhan
Pupuk Kalium untuk Budidaya
Tomat Menggunakan Irigasi Tetes
dan Mulsa Polyethylene. Institut
Pertanian Bogor.
Azhar. 2013. Penentuan Metode Terbaik Uji
Kalium untuk Tanaman Tomat Pada
Tanah Inceptisols (Determination of
the Best Method of Soil K Test for
Tomato On Inceptisols Soil Type).
Balai
Pengkajian
Teknologi
Pertanian Jambi.
BPS. 2014. Batang Hari Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Kab. Batang
Hari.
Gatra. S. 2015. Laporan program revitalisasi
padi jagung dan kedelai. Harian pagi
kompas.com di akses tanggal 8 Juni
2015.
Hardjowigeno. S. 1986. Genensis dan
Klafikasi Tanah. Penerbit Pustaka
Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Halid dan Erlin. 2012. Pengaruh Pemberian
Pupuk Urea Dan Kcl Terhadap
Pertumbuhan
Tanaman
Tomat
(Lycopersium Escuslentum Mill) Di
Kelurahan
Dulomo
Utara
Kecamatan Kota Utara Kota
Gorontalo. tanggal unduh 29
September 2014
Hasanudin, 2005. Cara budidaya tanaman
kedelai. Penebar swadaya Jakarta
Hidayat. O. D. 1985. Morfologi Tanaman
Kedelai. Puslitbangtan. Bogor
Lamina.
1989.
Kedelai
dan
Pengembangannya.
Simplex.
Jakarta.
Lingga. P dan Marsono. 2001 cetakan edisi
XIX. Petunjuk Penggunaan Pupuk.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Maruapey. 2010. Pemberian Perlakuan Dosis
Pupuk KCl Terhadap Hasil Kedelai.
Prosiding Fakultas Pasca Sarjana
IPB. Bogor.
Muhrizal Sarwani, M. 2008. Teknologi
budidaya padi, jagung, kedelai,
ketela pohon, cabai merah, pisang,
kambing, itik, sapi potong, ayam
buras,
kelapasawit,
karet,
kakao,kopi, jarak pagar, lada, nilam,
jahe, dan panili Balai Besar
Pengkajian Pertanian Bogor
PT. Petrokimia Gersik. 2015. Anjuran Umum
Pemupukan
Berimbang
Menggunakan
Pupuk
Tunggal
tanggal unduh 18 Mei 2015.
Rachman. S.2002. Penerapan Pertanian
Organik . Edisi 5. Kanisus Jakarta.
Soegiman. 1982. Pupuk dan cara pemupukan.
Rineka Cipta. Jakarta
Sutedjo. M. M. 2008. Pupuk dan Cara
Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta
Septiatin. 2012. Meningkatkan Produksi
Kedelai Dilahan Kering, Sawah, dan
Pasang Surut. CV. Yrama Widya.
Bandung.
Suprapto. H. 1998. Bertanam
Penebar Swadaya. Jakarta.
kedelai.
Sumarno. N. dan W. Gunawan. 1987.
Pengaruh pengelolaan tanah dan
populasi
tanaman
terhadap
pertumbuhan
kedelai,
laporan
kemajuan penelitian seri argon
kacang-kacangan, LP3 Bogor.
Sumarno dan Harnoto. 1983. Kedelai dan
cara bercocok tanamnya. Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Tanaman Pangan. Buletin Teknik
Tohari.
Y. 2010. Unsur Hara dan
Fungsinya.
http://hmjbio.blogspot.com. Diakses
29 April 2011.
Download