PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine Max L.) YANG DIBERIKAN SAAT TANAMAN MULAI BERBUNGA SHOHIBU RIDO NPM. 0111048301149 ABSTRAK Rendahnya produksi suatu tanaman dapat disebabkan diantaranya tingkat kesuburan lahan yang sangat rendah, maka perlu dilakukannya penggunaan pupuk yang sesuai anjuran, tepat waktu, tepat jenis pemberian pupuk yang digunakan untuk memberikan unsur hara K pada tanah.kesuburan lahan dipengaruhi oleh jenis tanah,yang memiliki tekstur kesuburan yang baik dengan pH 6-6,5. Sedangkan di Kabupaten Batang Hari umumnya didominasi oleh Ultisol yang memiliki pH rendah (kemasaman tanah tinggi) dan ini sangat mempengaruhi ketersediaan kalium dalam tanah oleh karenanya kebutuhan kalium perlu dilakukan dengan melakukan pemupukan KCl ke tanah. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Graha Karya Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Kebun percobaan ini memiliki ketinggian tempat 12 meter diatas permukaan laut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan satu faktor. Hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengn menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DNMRT ( Duncan New Multiple Range Test ) pada taraf α = 5 %. Hasil penelitian menunjukan dosis pemberian pupuk KCl berpengaruh terhadap jumlah cabang, dan komponen hasil (jumlah polong pertanaman, jumlah polong berisi pertanaman, berat biji kering pertanaman, berat 100 biji dan hasil perhektar.). Pertumbuhan terbaik dan hasil tertinggi diperoleh dari pemberian pupuk KCl pada dosis 100 kg/ha. Key words : KCl, kedelai, ultisol PENDAHULUAN Tanaman kedelai memiliki banyak kegunaan maka komoditas kedelai diprioritaskan untuk dikembangkan. Selanjutnya Gatra (2015) menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Batang Hari, menetapkan Tiga Target Produksi Komoditas. Tiga komunitas itu, Padi sebesar 49.757 Ton Gabah Kering Giling, Jagung sebesar 1.408 Ton Pipilan Kering dan Kedelai sebesar 925 Ton Biji Kering. Target Produksi, dibebankan kepada Kabupaten Batang Hari diatas memang cukup besar. Jika, dibandingkan dengan luas lahan yang telah digarap secara reguler oleh petani. Disisi lain, tantangan dan kendala yang dihadapi adalah penggunaan pupuk tidak sesuai anjuran, alih fungsi lahan, perubahan iklim, degradasi lingkungan, sarana irigasi yang rusak dan minat berusahatani yang rendah. Sebagai akibat dari kendala yang dihadapi adalah rendahnya produksi kedelai di Kabupaten Batang Hariyaitu 1,07 to/ha dimana produktivitas ini lebih rendah dari provinsi Jambi. Lingga P dan Marsono, (2001) menyatakan bahwa rendahnya produksi suatu tanaman dapat disebabkan diantaranya tingkat kesuburan lahan yang sangat rendah, maka perlu dilakukannya penggunaan pupuk yang sesuai anjuran, tepat waktu, tepat jenis pemberian pupuk yang digunakan untuk memberikan unsur hara K pada tanah.kesuburan lahan dipengaruhi oleh jenis tanah,yang memiliki tekstur kesuburan yang baik dengan pH 6-6,5. Kalium merupakan unsur hara makro yang penting selain N dan P serta diserap tanaman dalam jumlah besar, kalium dalam tanaman berfungsi sebagai kofaktor untuk 40 enzim bahkan lebih, meningkatkan ukuran dan berat buah, meningkatkan respon penyerapan P, menyehatkan proses fisiologi tanaman, dan meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi iklim yang ekstrim serta ketahanan terhadap penyakit. Hasil penelitian Maruapey (2010) menunjukan perlakuan dengan dosis pupuk KCl 75 kg/ha berpengaruh baik pada tinggi tanaman tetapi tidak berpengaruh pada jumlah cabang primer, Jumlah polong pertanaman dan berat 100 biji kering tanaman kedelai. Selanjutnya hasil penelitian Amisnaipa (2009) menjelaskan bahwa pemberian dosis pupuk KCl 300.33 kg/ha meningkatkan pengaruh perlakuan pupuk K terhadap tinggi tanaman, diameter batang, bobot segar biomassa dan bobot kering tanaman tomat. Selain bibit, ketepatan waktu pemberian pupuk serta dosis pupuk yang diberikan juga penting diketahui. Menurut anjuran Petrokimia Gersik pemberian pupuk KCl sebaiknya dilakukan pada saat tanaman sudah mulai memasuki pase berbunga dengan dosis 50 kg/ha (petrokimia-gresik, 2015). Melihat fungsi dan manfaat pupuk KCl, maka untuk tanaman kedelai diaplikasikan saat tanaman sudah mulai berbunga yaitu 37 hari setelah tanam. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Graha Karya Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Kebun percobaan ini memiliki ketinggian tempat 12 meter diatas permukaan laut. Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni s/d September 2015. Bahan yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Anjasmoro, dolomite, Pupuk KCl, Urea, SP36, Dithane M 45, dan Decis 2,5 EC. Alat yang telah digunakan adalah parang, cangkul, meteran, tali rapia, alat tulis, tugal kayu, ember, baskom, timbangan analitik, papan merek, gembor, handspayer, plastik hitam, kayu, pisau tajam, gunting dan selang plastik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu pemberian pupuk KCl yang terdiri dari : K0 = Tanpa Pemberian KCl pada umur 37 hari K1 = Pemberian KCl 25 kg/ha pada umur 37 hari setara dengan dosis 5 gr/petak K2 = Pemberian KCl 50 kg/ha pada umur 37 hari setara dengan dosis 10 gr/petak K3 = Pemberian KCl 75 kg/ha pada umur 37 hari setara dengan dosis 15 gr/petak K4 = Pemberian KCl 100 kg/ha pada umur 37 hari setara dengan dosis 20 gr/petak K5 = Pemberian KCl 125 kg/ha pada umur 37 hari setara dengan dosis 25 gr/petak Ulangan 4 kali,dengan demikian dalam penelitian ini terdapat 6 x 4 = 24 plot percobaan, Ukuran plot percobaan 100 cm x 200 cm, jarak tanam 40 x 20 cm dengan demikian terdapat 25 tanaman perpetak. Jarak antar petak perlakuan 50 cm dan jarak antar ulangan 100 cm. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak 3 tanaman setiap plot. Persiapan lahan ini dilakukan dengan cara lahan dibersihkan dari gulma-gulma dan rumput liar yang dapat mengganggu tanaman. Selanjutnya melakukan pengolahan tanah dengan cara pencangkulan untuk menggemburkan tanah, tanah dibiarkan selama 7 hari setelah tanam agar terjadi proses oksidasi seminggu setelah pengolahan pertama, selanjutnya tanah di cangkul agar gembur, dan kemudian diratakan dan dibuat petakan sesuai ukuran yang telah ditentukan yaitu 100 cm x 200 cm, jumlah petakan percobaan yaitu 24 petakan. Pemberian kapur dilakukan pada saat pengolahan tanah yang kedua, yaitu 14 hari setelah tanam sebelum tanam, kapur yang diberikan yaitu dengan ketentuan 1,5 ton/ha. Pemberian kapur dilakukan dengan cara kapur ditaburkan di atas lahan penelitian, kemudian diaduk dengan lapisan tanah. Pemberian pupuk dasar dilakukan dengan pupuk KCl sebanyak 25 kg/ha, pupuk Urea 75 kg/ha dan pupuk SP-36 100 kg/ha. Waktu pemberian pupuk pada saat 1 minggu sebelum tanam setelah pengapuran dengan cara disebar dipermukaan tanah. Benih kedelai yang akan di gunakan yaitu kedelai varietas anjasmoro. Sebelum penanaman, terlebih dahulu membuat lubang tanam dengan ditugal ± 3 cm, kemudian benih dimasukan kedalam lubang tanam sebanyak 2 biji perlubang tanam dan dilanjutkan dengan menutup lubang dengan tanah. Jarak tanam kedelai yang diambil yaitu 40 cm x 20 cm. Pemberian pupuk KCl diberikan saat tanaman mulai berbunga atau umur 37 hari setelah tanam dengan dosis sesuai perlakuan,pemberian pupuk KCL diberikan dengan cara larikan +15 cm dari batang. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari setelah tanam. Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman yang tidak perlu sehingga hanya tinggal 1 tanaman yang baik pertumbuhannya. Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari dan apabila hujan tidak perlu dilakukan penyiraman. Penyulaman dilakukan terhadap benih yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya dianggap kurang baik atau kurang normal yaitu pada umur 7 hari setelah tanam. Panyulaman dilakukan dengan bibit sulaman yang telah disiapkan sebelumnya agar pertumbuhan seragam. Penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 14 hari dan 40 hari setelah tanam. Penyiangan didalam petak tanam dilakukan dengan cara manual dan untuk areal pertanaman menggunakan cangkul. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur 28 hari setelah tanam. Adapun tujuan dari pembubunan yaitu untuk memperkokoh posisi batang agar tetap kokoh dan tidak gampang roboh. Selain itu juga tujuan dari pembubunan ini yaitu untuk menutupi akar yang bermunculan diatas permukaan agar tidak kering dan dimakan oleh hewan pengganggu. Pengendalian hama mengunakan insektisida hostathion 40 EC dengan konsentrasi 2 cc/liter air dan dilakukan 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam dan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam. Sedangkan pengendalian penyakit menggunakan Fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/per liter air. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman waktunya bersamaan dapat dilakukan dengan cara mencampurkan kedua bahan tersebut. Kedelai dipanen pada saat umur panen sudah optimal yaitu sudah masak fisiologis agar diperoleh mutu hasil dan produksi yang tinggi. Kedelai dipanen pada umur 83 hari. Dengan tanda-tanda tanman yang siap dipanen yaitu : daun telah menguning dan sebagian sudah rontok, batang bewarna kuning sampai cokelat, dan polong bewarna kuning sampai cokelat. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang tanaman kedelai sedekat mungkin dengan permukaan tanah menggunakan sabit atau yang tajam. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hingga siang hari. Variabel yang diamati terdiri dari jumlah cabang primer, jumlah polong pertanaman, jumlah polong berisi pertanaman, berat biji kering pertanaman, berat 100 biji, hasil per hektar. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati, maka data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengn menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DNMRT ( Duncan New Multiple Range Test ) pada taraf α = 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Cabang Primer Tabel 2 : Jumlah Cabang Primer Menurut Pemberian Pupuk KCl Dosis pupuk KCl Jumlah Cabang Primer (kg/ha) (Cabang) 100 3.25 a 125 3.00 ab 75 2.75 b 25 2.17 c 50 2.00 d 0 1.58 e Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT taraf 5%. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 100 kg/ha menunjukkan tidak berbedanya dengan pemberian pupuk KCl 125 kg/ha,tetapi pemberian pupuk KCL 100 kg/ha berbeda nyata dengan pemberian KCL 75 kg/ha,akan tetapi pemberian KCL 75 kg/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian KCL 125 kg/ha,sedangkan pemberian pupuk KCL 100 kg/ha,125 kg/ha,75 kg/ha berbeda nyata dengan 25 kg/ha,50 kg/ha dan tanpa pemberian pupuk KCl. Jumlah Polong Pertanaman Tabel 3. Jumlah Polong Pertanaman Menurut Pemberian Pupuk KCl Dosis pupuk KCl Jumlah Polong Pertanaman (kg/ha) (polong) 100 133.50 a 125 110.08 b 50 107.42 b 25 100.42 b 75 95.83 bc 0 84.58 c Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT taraf 5%. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 100 kg/ha berbeda nyata dengan pemberian pupuk KCl 125 kg/ha,50 kg/ha,25 kg/ha,75 kg/ha,dan tanpa perlakuan,akan tetapipemberian dosis pupuk KCl 125 kg/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk KCl 50 kg/ha,25 kg/ha dan 75 kg/ha,akan tetapi pemberian dosis pupuk KCl 75 kg/ha tidak berbeda nyata dengan tanpa pemberian dosis pupuk KCl. Jumlah Polong Berisi Pertanaman Tabel 4 : Jumlah Polong Berisi Pertanaman Menurut Pemberian Pupuk KCl Dosis pupuk KCl Jumlah Polong Berisi Pertanaman (kg/ha) (polong) 100 116.50 a 50 96.50 ab 125 94.33 bc 25 89.42 cd 75 84.33 cd 0 72.58 d Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT taraf 5%. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 100 kg/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk KCl 50 kg/ha,tetapi bebeda nyata dengan pemberian dosis pupuk KCl 125 kg/ha,25 kg/ha,75 kg/ha dan tanpa pemberian dosis pupuk KCl. Berat Biji Kering Pertanaman Tabel 5 : Berat Biji Kering Pertanaman Menurut Pemberian Pupuk KCl Dosis pupuk KCl Berat Biji Kering Pertanaman (kg/ha) (g) 100 30.40 a 50 25.74 ab 125 24.23 b 25 23.20 b 75 22.50 b 0 21.49 b Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT taraf 5%. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 100 kg/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian dosis pupuk KCl 50 kg/ha,akan tetapi berbeda nyata dengan pemberian dosis pupuk KCl 125 kg/ha, 25 kg/ha, 75 kg/ha dan tanpa pemberian pupuk KCl terhadap berat biji kering pertanaman. Berat 100 Biji Tabel 6 : Berat 100 Biji Menurut Pemberian Pupuk KCl Dosis pupuk KCl Berat 100 Biji (kg/ha) (g) 125 9.49 a 100 9.31 a 75 9.29 a 50 9.27 a 25 9.12 a 0 8.59 b Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT taraf 5%. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 125 kg/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian 100 kg/ha,75 kg/ha, 50 kg/ha, 25 kg/ha,tetapi berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk KCl. Hasil Per Hektar Tabel 7 : Hasil Perhektar Menurut Pemberian Pupuk KCl Dosis pupuk KCl Hasil Perhektar (kg/ha) (ton/ha) 100 1.52 a 50 1.27 b 125 1.21 b 75 1.16 b 25 1.14 b 0 1.06 b Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada DNMRT taraf 5%. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk KCl 100 kg/ha menunjukan berbeda nyata dengan pemberian dosis pupuk KCl 50 kg/ha, 125 kg/ha, 75 kg/ha, 25 kg/ha dan tanpa pemberian dosis pupuk KCl,tetapi pemberian dosis pupuk KCl 50 kg/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian dosis pupuk KCl 125 kg/ha, 75 kg/ha, 25 kg/ha dan tanpa pemberian pupuk KCl. Pembahasan Berdasarkan hasil sidik ragam pemberian dosis pupuk KCl diantara beberapa dosis berpengaruh terhadap jumlah cabang, jumlah polong pertanaman, jumlah polong berisi pertanaman, berat 100 biji dan hasil perhektar. Tabel 2 menunjukkan pemberian pupuk KCl 100 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan tanpa pemberian pupuk KCl terhadap jumlah cabang primer. Hal ini disebabkan pemberian pupuk KCl 100 kg/ha menyediakan unsur hara yang dapat mendukung proses fotosintesis tanaman sehingga meningkatkan tranlokasi fotosintat ke organ tanaman lainnya mencapai maksimal. Sutedjo (2010), menyatakan unsur hara yang diberikan ke tanaman dalam keadaan cukup dan sesuai akan mendukung lajunya fotosintesis tanaman dan fotosintat yang dihasilkan ditranlokasikan ke organ tanaman lainnya sehingga dapat mendukung pembentukan sel-sel pada organ tanaman lainnya dan pada akhirnya mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman. Dwidjoseputro (1993), menyatakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman membutuhkan unsur hara makro maupun mikro dan apabila tidak terpenuhi maka akan menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Selanjutnya Sutedjo (2010), menyatakan bahwa jumlah unsur hara yang diperlukan tanaman sebanyak 16 jenis yaitu C, H, O yang berasal dari udara bebas dan N, P, K, S, Ca, Mg, Fe, Cl, Cu, Zn, B, Mo dan Na yang berasal dari dalam tanah. Sementara pada pemberian dosis perlakuan pupuk KCl 100 kg/ha cenderung menunjukan jumlah cabang primer rendah dibandingkan dosis pupuk KCl 75 kg/ha. Hal ini dikarenakan ketidakseimbangan unsur hara makro yang terkandung pada pupuk KCl 125 kg/ha menyebabkan berkurangnya daya serap tanaman terhadap unsur hara lainnya. Sarwono (1987), menyatakan unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak, maka apabila diberikan dalam jumlah besar maka akan mengurangi daya serap unsur hara lain sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Tabel 3 menunjukkan pemberian dosis pupuk KCl 100 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan lainnya terhadap jumlah polong pertanaman. Hal ini disebabkan pupuk KCl meningkatkan KTK tanah unsur hara yang diserap tanaman berpengaruh terhadap jumlah polong pertanaman. Agustina (2004), menyatakan bahwa unsur hara yang tersedia dalam keadaan cukup dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, maka dapat meningkatkan hasil tanaman. Dwidjoseputro (1993), menyatakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman dibutuhkan unsur hara makro maupun mikro dan apabila tidak terpenuhi maka akan menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Tabel 4 menunjukkan menunjukkan pemberian dosis pupuk 100 kg/ha tidak bebeda nyata dengan pemberian 50 kg/ha, tetapi berbeda nyata dengan pemberian pupuk KCl 125 kg/ha, 25 kg/ha, dan 75 kg/ha terhadap polong berisi pertanaman. Agustina (1992), menyatakan bahwa fungsi unsur hara makro dan mikro samasama dibutuhkan dalam setiap aktifitas pertumbuhan tanaman sehingga apabila salah satu unsur hara tersebut dalam jumlah terbatas, maka akan mengurangi aktifitas di dalam tubuh tanaman. Selanjutnya menurut Lubis (2004) menyatakan bahwa pemberian pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap polong berisi per sampel. Hal ini mungkin disebabkan peranan unsur hara makro yang di kandung pupuk KCl. Dimana unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi masing-masing dalam proses metabolisme tumbuhan. Tabel 5 menunjukkan pemberian dosis pupuk KCl 100 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan lainnya terhadap hasil berat kering pertanaman. Hal ini disebabkan adanya korelasi antara peningkatan berat kering pertanaman dengan hasil pertanaman sehingga terjadinya peningkatan pada pemberian dosis pupuk KCl 100 kg/ha, maka terjadi peningkatan pula pada konversi hasil berat kering pertanaman. Terjadinya peningkatan laju fotosintesis akan menghasilkan fotosintat yang cukup terutama dalam pembentukan biji. Selain kandungan kimia yang dibutuhkan tanaman, pupuk KCl yang diberikan dapat berperan terhadap peningktan pH tanah dan KTK tanah mengakibatkan unsur hara yang tersedia dalam tanah dalam keadaan cukup dan sesuai dengan dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan hasil tanaman. Tabel 6 menunjukka pemberian dosis pupuk KCl 125 kg/ha tidak berbedanyata dengan perlakuan K1, K2, K3, K4 dan K5,hal ini disebabkan jumlah biji dan besar biji tidak beda antara perlakuan. Tabel 7 menunjukkan pemberian dosis pupuk KCl 100 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan lainnya terhadap hasil per hektar. Hal ini disebabkan adanya korelasi antara peningkatan berat buah pertanaman dengan hasil per hektar tanaman sehingga terjadinya peningkatan pada pemberian dosis pupuk KCl 100 kg/ha, maka terjadi peningkatan pula pada konversi hasil per hektar. Terjadinya peningkatan laju fotosintesis akan menghasilkan fotosintat yang cukup terutama dalam pembentukan biji. Selain kandungan kimia yang dibutuhkan tanaman. Perbedaan rata-rata antar perlakuan yang satu dengan yang lain diduga banyaknya dosis pupuk KCl yang diberikan berpengaruh terhadap ketersediaan unsur kalium dalam tanah yang dibutuhkan tanaman sehingga berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman. Hasil penelitian ini belum optimal hal ini diduga pada saat penelitian di lapangan kurangnya pencahayaan laju fotosintesis dan kadar air yang dapat menyebabkan rendahnya hasil tanaman kedelai, kedelai dapat tumbuh optimal di daerah yang curah hujannya yaitu 100-400 mm/bulan dan suhu antara 21-34ᵒ C.sedangkan pada saat penelitian curah hujan dan suhu yang tidak optimal untuk tanaman kedelai, pada saat penelitian banyak hambatan yang di hadapi salah satunya yaitu pertama susahnya air,suhu yang terlalau panas dan pada saat penelitian juga terjadi kabut asap yang bikin proses fotosintesis tidak sempurna di karenakan cahaya mata hari tidak dapat menembus kabut asap, karena susahnya air, suhu yang terlalu panas dan di tambah kabut asap yang tebal maka produksi tanaman kedelai tidak optimal (Sutedjo, 2008). Hal ini disebabkan pada curah hujan tersebut tidak optimal mendorong peningkatan fisiologis tanaman Berbagai hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun hasilnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan rendahnya kandungan organik dalam tanah. KESIMPULAN Dosis pemberian pupuk KCl berpengaruh terhadap jumlah cabang, dan komponen hasil (jumlah polong pertanaman, jumlah polong berisi pertanaman, berat biji kering pertanaman, berat 100 biji dan hasil perhektar.). Pertumbuhan terbaik dan hasil tertinggi diperoleh dari pemberian pupuk KCl pada dosis 100 kg/ha. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto. 2013. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Bogor. Amisnaipa. (2009). Penentuan Kebutuhan Pupuk Kalium untuk Budidaya Tomat Menggunakan Irigasi Tetes dan Mulsa Polyethylene. Institut Pertanian Bogor. Azhar. 2013. Penentuan Metode Terbaik Uji Kalium untuk Tanaman Tomat Pada Tanah Inceptisols (Determination of the Best Method of Soil K Test for Tomato On Inceptisols Soil Type). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. BPS. 2014. Batang Hari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kab. Batang Hari. Gatra. S. 2015. Laporan program revitalisasi padi jagung dan kedelai. Harian pagi kompas.com di akses tanggal 8 Juni 2015. Hardjowigeno. S. 1986. Genensis dan Klafikasi Tanah. Penerbit Pustaka Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. Halid dan Erlin. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Dan Kcl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat (Lycopersium Escuslentum Mill) Di Kelurahan Dulomo Utara Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. tanggal unduh 29 September 2014 Hasanudin, 2005. Cara budidaya tanaman kedelai. Penebar swadaya Jakarta Hidayat. O. D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Puslitbangtan. Bogor Lamina. 1989. Kedelai dan Pengembangannya. Simplex. Jakarta. Lingga. P dan Marsono. 2001 cetakan edisi XIX. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Maruapey. 2010. Pemberian Perlakuan Dosis Pupuk KCl Terhadap Hasil Kedelai. Prosiding Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. Muhrizal Sarwani, M. 2008. Teknologi budidaya padi, jagung, kedelai, ketela pohon, cabai merah, pisang, kambing, itik, sapi potong, ayam buras, kelapasawit, karet, kakao,kopi, jarak pagar, lada, nilam, jahe, dan panili Balai Besar Pengkajian Pertanian Bogor PT. Petrokimia Gersik. 2015. Anjuran Umum Pemupukan Berimbang Menggunakan Pupuk Tunggal tanggal unduh 18 Mei 2015. Rachman. S.2002. Penerapan Pertanian Organik . Edisi 5. Kanisus Jakarta. Soegiman. 1982. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta Sutedjo. M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta Septiatin. 2012. Meningkatkan Produksi Kedelai Dilahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. CV. Yrama Widya. Bandung. Suprapto. H. 1998. Bertanam Penebar Swadaya. Jakarta. kedelai. Sumarno. N. dan W. Gunawan. 1987. Pengaruh pengelolaan tanah dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan kedelai, laporan kemajuan penelitian seri argon kacang-kacangan, LP3 Bogor. Sumarno dan Harnoto. 1983. Kedelai dan cara bercocok tanamnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Buletin Teknik Tohari. Y. 2010. Unsur Hara dan Fungsinya. http://hmjbio.blogspot.com. Diakses 29 April 2011.