A Mathematical Model for Predicting the Performance of the

advertisement
Vol. 5, No. 1, November 2013
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
PENGEMBANGAN KOMPOR BERTEKANAN PENGGANTI KOMPOR LPG
YANG AMAN, MURAH DAN RAMAH LINGKUNGAN *
Muhammad Hasbi dan Nanang Endriatno
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo, Kendari
E-mail : [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui aplikasi penggunaan bahan bakar nabati pada kompor bertekanan. Penelitian
yang dilakukan berupa eksperimen dengan memodifikasi kompor menjadi bertekanan dengan menggunakan tabung
sebagai tempat bahan bakar. Pada penelitian ini diinginkan agar viskositas bahan bakar yang keluar dari dalam tangki
turun serendah mungkin agar bahan bakar yang yang keluar dari nozzel dalam bentuk spray. Oleh karena itu dilakukan
pemanasan awal pada bahan bakar sebelum masuk nozzel dengan cara pipa saluran bahan bakar dibuat melingkar pada
body burner. Jumlah lilitan yang dilakukan adalah satu, dua dan tiga lilitan. Dari hasil penelitian diperoleh temperatur
nyala api tertinggi terdapat pada campuran bahan bakar 50% minyak jelantah : 50% minyak tanah dengan temperatur
rata – rata 509 ˚c. Keuntungan yang diperoleh 1 hari untuk minyak tanah adalah 10.8 ltr dan dirupiahkan dengan harga
minyak tanah sekarang adalah Rp 64.000,00.
Katakunci: kompor bertekanan, minyak jelantah, temperatur
Abstract
The Development Of Pressurized Stove Safe, Cheap and Eco-Friendly As Replacement For Lpg Stove. The
study aims to determine the application of the using of biofuels in the pressurized stove. Research done in the form of
experiment by modifying stove become pressurized stove be using the tube as place of fuel . In this study desirable
that the viscosity of the fuel out of the tank dropped as low as possible so that the fuel out of the Nozzle in the form of
spray. Therefore conducted preheating the fuel before entering the nozzle by way a fuel pipeline is made circular to
burner body. The number of loops is done is one , two and three loops . The results were obtained flame temperature is
highest at 50 % fuel mix used jelantah oil : 50 % kerosene with average temperature - average 509 ˚ c . Gains derived
for 1 day was 10.8 liters of kerosene and converted to rupiah at a price of kerosene now is Rp. 64000.00.
Keywords: pressurized stove, jelantah oil , temperature
1. Pendahuluan
minyak bumi merupakan komoditas yang tidak
dapat diperbaharui.
Energi merupakan kebutuhan vital dalam
kehidupan masyarakat dan merupakan faktor
penentu
keberhasilan
pembangunan
dan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan
hampir semua sektor kehidupan diantaranya rumah
tangga, industri, transportasi, jasa dan hiburan
tidak dapat lepas dari pasokan energi. Pada
perkembangannya, kebutuhan minyak bumi
sebagai bahan bakar semakin meningkat. Hal ini
ternyata tidak diimbangi dengan peningkatan
ketersediaan minyak di dalam perut bumi, karena
Lebih dari 68% rumah tangga mengkonsumsi
minyak tanah sebagai energi untuk memasak dan
penerangan dan ini merupakan 20% dari total
konsumsi minyak nasional yang berasal dari
minyak bumi. Hal itu mengakibatkan impor
bertambah besar dan subsidisasi minyak tanah
semakin memberatkan anggaran pemerintah
(Kudrat Sunandar, 2010).
Untuk mengatasi
masalah ini, pemerintah menerbitkan Peraturan
Presiden No.5, 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional (KEN) dan Peraturan Menteri Sumber
* Penelitian ini dibiayai oleh BOPTN 2013
9
Vol. 5, No. 1, November 2013
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
Daya dan Mineral No. 32, 2008 yang ditindak
lanjuti oleh Program Desa Mandiri Energi oleh
Departemen Dalam Negeri. Diharapkan melalui
program desa mandiri energi dapat memanfaatkan
keberagaman hayati sebagai sumber bahan bakar.
Bahan bakar minyak nabati merupakan sumber
energi alternatif yang memiliki berbagai
keuntungan ekonomi dan ekologi.
diharapkan minyak jelantah dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan
bakar fosil. Oleh karena itu penelitian kali ini
dilakukan untuk mengetahui aplikasi penggunaan
bahan bakar nabati tersebut pada kompor
bertekanan.
Saat ini kebutuhan paling berat yang dialami
masyarakat kalangan menengah ke bawah adalah
kebutuhan minyak tanah sebagai bahan bakar
untuk memasak. Di berbagai tempat terjadi antrian
panjang untuk mendapatkan minyak tanah, itupun
dengan harga yang tinggi. Oleh karena itu
kebutuhan minyak tanah untuk kepentingan
domestik mengalami peningkatan. Namun produk
dalam negeri yang tidak mencukupi menyebabkan
pemerintah melakukan impor minyak bumi.
Hasbi dan Wiwin (2010) melakukan penelitian
dengan membuat kompor dari bahan-bahan bekas
papan tripleks sebagai kerangka kompor, kaleng
ikan sarden dan kaleng cat sebagai saringan dalam
dan luar, serta segenggam beras dibuat sebagai
bahan untuk sumbu kompor (briket). Bahan bakar
kompor ini adalah minyak jelantah (minyak sisa
rumah makan cepat saji). Kompor dengan ukuran
55 cm x 30 cm x 11 cm seperti tampak pada
Gambar 1. Pengujian yang dilakukan dengan
membandingkan waktu dalam mendidihkan air
sebanyak 1, 2 dan 3 liter dan volume bahan bakar
yang digunakan. Sebagai pembanding digunakan
kompor minyak tanah dengan 16 sumbu. Hasil dari
penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 1.
Keunggulan kompor minyak jelantah ini antara
lain mudah perawatannya, tidak mudah meledak,
bahan bakarnya mudah diperoleh, ramah
lingkungan dan yang terpenting adalah bahan
bakarnya (minyak jelantah) digunakan untuk
memadamkan api. Kekurangan dari kompor ini
adalah membutuhkan waktu lama untuk menyalaan
awal, digunakan untuk memasak dalam jumlah
yang banyak (terus menerus) dan api masih
berwarna merah.
Program pemerintah untuk mengganti minyak
tanah yang mempunyai subsidi paling besar, dirasa
sangat menggerogoti devisa negara. Pemerintah
mengatasi hal tersebut dengan mencanangkan
program baru untuk memakai bahan bakar lain
selain minyak tanah di antaranya adalah
penggunaan bahan bakar gas. Namun mengingat
semakin menipisnya persediaan minyak bumi,
maka perlu dilakukan penelitian untuk mengganti
peran minyak bumi dengan bahan bakar nabati.
Bahan bakar nabati yang dipilih adalah bahan
bakar dari minyak sisa penggorengan yang dikenal
dengan istilah jelantah. Telah banyak penelitian
tentang biofuel dengan memanfaatkan biji tanaman
jarak. Dimana tanaman jarak merupakan alternatif
utama karena mempunyai keuntungan paling besar
yaitu tidak memotong rantai makanan, cukup
mudah ditanam dan mudah proses pembuatan
minyaknya. Namun minyak jarak juga mempunyai
kerugian – kerugian, diantaranya: terlalu kental
(higher kinematic viscosity), nilai kalor lebih
rendah dari kerosen, dan belum ada alat pembakar
bahan bakar ini yang dijual dipasaran.
Minyak jelantah (used cooking oil) dapat
digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti
minyak tanah atau solar. Berdasarkan penelitian
Saraswati Porbo Kayun-MB IPB, total jumlah
minyak jelantah yang tersedia dari berbagai pihak
yang menggunakan minyak goreng adalah
sebanyak 3.886.686,63 ton per tahun. Hasil ini
dikumpulkan dari beberapa sumber yaitu rumah
tangga, restoran, hotel dan industri pengolahan
makanan. Dengan jumlah yang relatif besar, maka
10
Kompor Minyak Jelantah
Gambar 1. Kompor berbahan bakar minyak jelantah
Vol. 5, No. 1, November 2013
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
Tabel 1. Perbandingan unjuk kerja kompor minyak
tanah 16 sumbu dengan kompor minyak
jelantah
Vol.
Air
Kompor Minyak Tanah
(16 sumbu)
(Liter)
Waktu
(menit)
Kebutuhan
BB
(ml)
1
2
3
21,19
44,29
60,14
124
156
275
Kompor Minyak
Jelantah
(sumbu briket)
Waktu
Kebutuhan
(menit)
BB
(ml)
14,56
34,43
57,39
60
96
135
Hasbi dan Aprianto (2011) melakukan penelitian
dengan menggunakan kompor minyak tanah
bersumbu. Metode yang dilakukan yaitu dengan
menentukan tinggi cerobong sumbu kompor 30 cm
dan 25 cm. Bahan bakar yang digunakan adalah
minyak jelantah sisa penggorengan rumah tangga.
Permasalahan yang ditemui adalah sumbu kompor
sulit untuk menyala diakibatkan oleh tingginya
viskositas bahan bakar sehingga proses kapilarisasi
bahan bakar pada sumbu kompor sangat lambat.
Untuk mengatasi masalah viskositas maka
dilakukan blending /pencampuran antara bahan
bakar minyak jelantah dengan minyak tanah. Dari
hasil
percobaan
di
laboratorium
untuk
pencampuran 50 : 50 ( minyak jelantah : minyak
tanah) menghasilkan temperatur 290 oC untuk
tinggi cerobong sumbu 25 cm dan 248oC untuk
tinggi cerobong sumbu 30 cm. Kualitas api yang
dihasilkan
masih
berwarna
merah
dan
menimbulkan jelaga atau asap hitam. Meskipun
demikian kompor sudah dapat dimanfaatkan untuk
memasak dengan menghemat bahan bakar minyak
tanah seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah.
2. Metodologi Penelitian
Penelitian yang dilakukan berupa eksperimen
dengan memodifikasi kompor menjadi bertekanan
dengan menggunakan tabung sebagai tempat bahan
bakar. Pada penelitian ini diinginkan agar
visikositas bahan bakar yang keluar dari dalam
tangki turun serendah mungkin agar bahan bakar
yang yang keluar dari nozzel dalam bentuk spray.
Oleh karena itu dilakukan pemanasan awal pada
bahan bakar sebelum masuk nozzel dengan cara
pipa saluran bahan bakar dibuat melingkar pada
body burner. Jumlah lilitan yang dilakukan adalah
satu, dua dan tiga lilitan. Bahan bakar yang telah
mengalami pemanasan awal akan diukur nilai
viskositasnya.
3. Hasil dan Pembahasan
Minyak jelantah yang digunakan adalah sisa
penggorengan sekali pakai. Minyak jelantah
memiliki viscositas (kekentalan) yang cukup
tinggi, sehingga pada penggunaan kompor minyak
jelantah 100% nyala api yang dihasilkan kurang
maksimal dan tidak bertahan lama. Nyala api
dihasilkan hanya menyerupai nyala sebuah lilin,
seperti pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Nyala api minyak jelantah murni
Gambar 2.
Kompor Sumbu berbahan bakar minyak
jelantah
Walau sudah diberikan tekanan sebesar 0,4 Mpa
bahan bakar yang keluar dari nozzel masih berupa
percikan. Akibatnya nyala yang dihasilkan seperti
terlihat pada Gambar 5. Bahan bakar masih sangat
kental dan banyak yang terbuang atau tumpah ke
lantai. Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan
pencampuran antara minyak jelantah dengan
minyak tanah dengan kombinasi berturut-turut
90 : 10 , 70 : 30 dan 50 : 50.
Nilai specific gravity (SG) dari percobaan
menggunakan minyak jelantah yang telah
dicampur dengan minyak tanah dengan
11
Vol. 5, No. 1, November 2013
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
perbandingan 50 : 50. Densitas bahan bakar (ρ bb =
Tabel 2. Nilai Properties dari campuran bahan bakar
924.40 kg/m³) , densitas air (ρ air = 999 kg/m³)
diperoleh :
SG=
924,40kg/m3
999kg/m3
SG 0.9253
Besarnya API gravity
0,9253
141,5
131,5 API
0.9253
API
pada specific gravity =
21.4192
Perhitungan kinematic viscosity (ν)
(1)
C.t
Dimana :
C = konstanta viskometer tube, (0,0913 cSt/s)
T = waktu alir sample uji (95 s)
diperoleh
0,0913 cSt / s .319 s
29.124 c St .
Perhitungan Nilai Kalor Bawah (NKB) diperoloeh
dengan persamaan :
NKB
NKA
mair
xLH
msam ple
(2)
Dimana :
NKA
mair
msample
LH
= nilai kalor atas ( 10662.46 kal/gr)
= massa air yang terbentuk dalam proses
pembakaran (m air = 0,676 gr)
= 0,700 gr
= panas latent penguapan air ( 586,08
kal/gr)
NKB 10370.88(kal / gr )
0,676( gr )
x586.08kal / gr )
0,700( gr )
NKB
9804.9kal / gr
Setelah melakukan pengukuran dan perhitungan
diperoleh data properties dri campuran bahan bakar
seperti terlihat pada Tabel 2.
12
Dari data diukur pada temperatur 150C. Spesific
grafity dan density yang ditunjukkan Tabel 2
menunjukkan bahwa specific grafity dan density
yang dimiliki oleh bahan bakar jelantah 50:50
lebih besar daripada minyak tanah dan bahan bakar
lainnya. Oleh karena itu pada volume yang sama
bahan bakar minyak jelantah 50 : 50yang
diinjeksikan ke dalam silinder akan lebih banyak
dari pada minyak tanah.
Kinematic viscosity terkait dengan tahanan yang
dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa tangki
terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam
waktu yang diperlukan untuk mengalir pada jarak
tertentu. Jika viskositas semakin tinggi, maka
tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi.
Karakteristik
ini
sangat
penting
karena
mempengaruhi keluarnya bahan bakar pada nozel.
Pada Tabel 2 tampak bahwa kinematic viscosity
minyak jelantah 50 : 50 paling tinggi. Sehingga
karakteristik semprotan nozzle untuk bahan bakar
biofuel tidak sebaik minyak tanah. Sehingga proses
atomisasi bahan bakar tidak sebagus minyak tanah
sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
proses penguapan pada head kompor.
Flash point adalah temperatur terendah dimana
bahan
bakar
yang
dipanaskan
mampu
menghasilkan campuran uap bahan bakar-udara
yang dapat menyala ketika ada sumber api yang
didekatkan. Flash Point berhubungan terhadap
tingkat keamanan terhadap bahaya kebakaran pada
saat penyimpan dan pengangkutan bahan bakar.
Flash point mengindikasikan tinggi rendahnya
Vol. 5, No. 1, November 2013
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
volatilitas dan kemampuan untuk terbakar dari
suatu bahan bakar.
Pada biofuel memiliki nilai flash pointnya yang
lebih tinggi, hal ini membuktikan bahwa bahan
bakar tersebut memiliki tingkat keamanan terhadap
bahaya kebakaran yang lebih tinggi jika
dibandingkan minyak tanah disamping itu juga
membuktikan bahwasanya tingkat volatilitasnya
lebih rendah daripada minyak tanah. Dengan
mempunyai flashpoint yang tinggi maka ini berarti
biofuel minyak jelantah dapat memudahkan dalam
hal penanganan, penyimpanan, dan juga
pendistribusian. Sedangkan dengan volatilitas yang
lebih rendah biofuel lebih sulit bercampur dengan
udara dalam proses pembakaran. tetapi pada bahan
bakar jelantah 50 : 50 mempunyai harga flash point
terendah daripada bahan bakar nabati lainnya.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa kandungan sulfur
dalam bahan bakar biofuel lebih tinggi dari pada
minyak tanah. Sulfur sendiri adalah zat yang
terkandung dalam bahan bakar yang menjadi
penyumbang timbulnya kerak dan juga emisi SOx
pada asap jelaga gas hasil pembakaran. Bila
semakin sedikit ini berarti bahwa emisi yang
timbul dari gas buang hasil pembakaran dapat
berkurang. Jelantan 50 : 50
mempunyai
kandungan sulphur terbanyak 0,1%.
Nilai Kalor Atas (NKA) bahan bakar menyatakan
kandungan energi panas per satuan massa yang
terdapat pada bahan bakar tanpa memperhitungkan
energi yang hilang untuk penguapan air yang
tebentuk selama proses pembakaran.
Melihat hasil pengujian nilai kalor Biofuel dan
minyak tanah di atas menunjukkan nilai kalor yang
cenderung turun. Nilai kalor atas Biofuel Minyak
Jelantah
yang
lebih
rendah
disebabkan
komposisinya mengandung unsur oksigen sebesar
10-13%. Penurunan jumlah karbon pada biofuel
menyebabkan energi panas yang dibebaskan pada
saat pembakaran menjadi lebih rendah.
Termometer. Pengujian kompor terdapat tiga
macam pengujian dengan berdasakan campuran
bahan bakar yaitu campuran 90% minyak jelantah :
10% minyak tanah, campuran 70% minyak
jelantah : 30 % minyak tanah dan campuran 50%
minyak jelantah : 50% minyak tanah. Dari ketiga
macam pengujian ini dibagi lagi menjadi tiga
berdasarkan bukaan katup 20˚, 30˚ dan 90˚.
Pengabilan data temperatur kami memilih 4 titik
untuk menetukan temperatur nyala api, sesuai
dengan bentuk atau tempat keluarnya nyala api
pada burner. Seperti yang terlihat Gambar 4 di
bawah ini.
Gambar 4. Titik pengukuran temperatur api biru
Pada pengujian ini menujukan perbandingan
temperatur rata-rata yang cukup tinggi antara
pengujian campuran bahan bakar 90%: 10% ,
campuran 70% : 30% dan campuran 50% : 50%.
Penyebab dari perbedaan temperatur ini akibat
nilai kekentalan minyak jelantah pada masingmasing pengujian. Semakin besar campuran bahan
bakar minyak jelantah maka semakin tinggi pula
nilai temperaturnya.
Untuk nilai kalor bawah cenderung sama dengan
tren nilai kalor atas. Besarnya nilai kalor bawah
dipengaruhi oleh berat sample dan berat air sisa
pembakaran.
Temperatur Nyala Api
Pada penelitian ini, menentukan temperatur nyala
api berdasarkan hasil pengamatan pada saat proses
pengujian kompor. Untuk menetukan temperatur
maka dalam penelitian ini digunakan alat Infrared
Gambar 5. Temperatur rata-rata pengujian
13
Vol. 5, No. 1, November 2013
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
dipakai untuk memasak sudah tidak terdapat
bentuk warna hitam pada panci dan asap.
Tabel 3. Waktu Pendidihan Air
Katup 20
Katup 30
Katup 90
Gambar 6. Nyala api pada pencampuran 90 : 10
dengan bukaan katup bahan bakar yang
berbeda
Katup 20
Katup 30
Katup 90
Gambar 7. Nyala api pada pencampuran 70 : 30
dengan bukaan katup bahan bakar yang
berbeda
Bukaan
Katup
Tekanan
Tangki
(Mpa)
Temperatur
Rata –rata
Vol.
Air
20˚
0.4 Mpa
481 c˚
5 ltr
30˚
0.4 Mpa
486 c˚
5 ltr
90˚
0.4 Mpa
509.75 c˚
5 ltr
Waktu
pendidihan
air
11 : 40 : 25
detik
08 : 57 : 42
detik
07 : 01 : 37
detik
Pada Tabel 3 diatas menujukan bahwa pengujian
ke 3 lebih cepat waktunya untuk mendidihkan air
dengan waktu 07 : 01 : 37 detik. Sedangkan
pengujian ke 2 waktu yang dibutuhkan untuk
mendidihkan air adalah 08 : 57 : 42 detik. Dan
untuk pengujian pertama waktu yang dibutuhkan
11: 40 : 25 detik. Dari waktu pendidihan air ini
mengakibatkan perbedaan nyala api dan
temperatur pada masing-masing pengujian.
Konsumsi Bahan Bakar
Katup 20
Gambar 8.
Katup 30
Katup 90
Nyala api pada pencampuran 50 : 50
dengan bukaan katup bahan bakar
yang berbeda
Dari ketiga jenis nyala tersebut untuk campuran
bahan bakar 90% minyak jelantah : 10% minyak
tanah (Gambar 8) dan campuran 70% minyak
jelantah : 30 % minyak tanah (Gambar 9), nyala
api yang dihasilkan kurang efisien akibat
kekentalan yang cukup tinggi. Sehingga bahan
bakar yang keluar dari nozzle masih berbentuk
cairan dan untuk mendapatkan nyala api yang
efisien seharusnya yang keluar dari nozzle
berbentuk kabut, seperti pada pengujian ke tiga
pada campuran bahan bakar 50% minyak jelantah :
50% minyak tanah. Nyala api yang dihasilkan
cukup efisien, nyala api terdapat warna biru dan
merah belum mencapai api biru maksimal. Namun
14
Pengujian konsumsi bahan bakar hanya terdapat
pada perbandingan campuran bahan bakar 50% :
50% sebab pada campuran 90% :10% dan 70% :
30% tidak diuji konsumsi bahan bakarnya akibat
nyala api tidak efisien dan tidak memungkinkan
untuk mendidihkan air. Dan pengujian konsumsi
bahan bakar berdasarkan bukaan katup, yaitu
bukaan katup dengan sudut 20˚, 30˚ dan 90˚.
Bahan bakar sebelum dimasukan ke dalam tangki
bahan bakar, diukur dengan gelas ukur dan dicatat
volumenya.
Setelah proses pendidihan air selesai, sisa bahan
bakar diukur kembali dengan cara dituang dalam
gelas ukur. Kemudian dicari selisinya antara bahan
bakar yang terpakai dan bahan bakar awal. Seperti
yang terdapat pada tabel pengujian di bawah ini.
Tabel 4. Data konsumsi bahan bakar
20˚
Volume
awal
bahan
bakar
2000 ml
Volume
akhir
bahan
bakar
1700 ml
Konsumsi
bahan
bakar
terpakai
300 ml
30˚
2000 ml
1650 ml
350 ml
90˚
2000 ml
1600 ml
400 ml
Bukaan
katup
Vol. 5, No. 1, November 2013
ISSN : 2085-8817
Volume bahan bakar (ml)
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
Grafik Konsumsi Bahan Bakar
2500
2000
1500
1000
500
0
volume bahan bakar
awal
volume bahan bakar
akhir
20˚ 30˚ 90˚
konsumsi bahan
bakar terpakai
Bukaan katup
Gambar 9. Grafik volume bahan bakar yang terpakai
Pada Tabel 4 dan Gambar 9 diatas menujukan
bahwa konsumsi bahan bakar pada pengujian ke 1
lebih hemat pemakaian bahan bakar dibanding
dengan pengujian ke 2 dan ke 3 saat mendidihkan
air dengan volume 5 liter. Hal ini pada pengujian
pertama bukaan sudut katup hanya 20˚ sehingga
bahan bakar yang keluar sedikit dibanding dengan
bukaan sudut katup 30˚ dan 90˚ pemakain bahan
bakar lebih banyak. Semakin besar bukaan sudut
katup maka semakin banyak pula pemakain bahan
bakar.
4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan data yang
telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Penelitian kompor dengan sistem tekanan
dengan menggunakan minyak jelantah sebagai
bahan bakar, namun dengan menggunakan
bahan bakar 100% minyak jelantah nyala api
yang dihasilkan hanya menyerupai nyala api
sebuah lilin. Dengan melihat nyala api yang
dihasilkan tersebut sehingga diadakan blending
bahan bakar dan diantaranya campuran 90%
minyak jelantah : 10% minyak tanah, campuran
70% minyak jelantah : 30% minyak tanah dan
campuran 50% minyak jelantah : 50% minyak
tanah.
2. Perbedaan campuran bahan bakar dan variasi
bukaan katup mengakibatkan perbedaan
temperatur nyala api, profil nyala api, waktu
pendidihan air dan konsumsi bahan bakar .
Temperatur nyala api tertinggi terdapat pada
campuran bahan bakar 50% minyak jelantah :
50% minyak tanah dengan temperatur rata –
rata 509 ˚c.
3. Setelah melakukan studi eksperimen, maka
kami mengkalkulasikan keuntungan bahan
bakar jika menggunakan kompor tersebut
dengan perbandingan campuran bahan bakar
50% minyak jelantah : 50% minyak tanah. Dari
kalkulasi tersebut keuntungan yang diperoleh 1
hari untuk minyak tanah adalah 10.8 ltr dan
dirupiahkan dengan harga minyak tanah
sekarang adalah Rp 64.000,00. Dan untuk 1
bulan minyak tanah adalah 324 ltr jika
dirupiahkan sebesar 1.944.000,00. Sedangkan
untuk 1 tahun kentungan yang diperoleh dari
minyak tanah adalah 3.888 ltr dan dirupiahkan
sebesar 23.328.000,00.
Daftar Pustaka
Daywin, F. J., Djojomartono, M., dan Sitompul, R.
G.. 1991.“Motor Bakar Internal dan Tenaga di
Bidang Pertanian”. JICA, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Hasbi,M dan Muzair, Wiwin.W. 2010. “
Pembuatan Kompor Berbahan Bakar Nabati”.
Program Studi DIII Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Haluoleo, Kendari.
Hasbi,M dan Aprianto. 2011. ”Pemanfaatan
Minyak Jelantah Sebagai Bahan Bakar
Alternatif (studi kasus pada tinggi sumbu
kompor 30 cm dan 25 cm)”. Program Studi
DIII Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Haluoleo.
Hasbi,M dan Budiman. 2011.” Memanfaatkan
Minyak Jelantah sebagai bahan bakar
alternatif pada kompor bertekanan”. Penelitian
BLU Universitas Halu Oleo, Kendari
Reksowardojo I. 2008. Stove for Plant Oils.
“Workshop on Renewable Energy Technology
Application To support Eenergu. Economics.
and Environment Vilage”. 22-24 Juli 2008,
Jakarta.
Sunandar, Kudrat. 2010. ” Kajian Kapilaritas
Minyak Nabati Pada Kompor Sumbu”
.Disertasi Pascasarjana Program Studi Ilmu
Keteknikan Pertanian Institut Pertanian Bogor,
Bogor
Suwanda. 2011. “ Desain Eksperimen untuk
Penelitian Ilmiah”. Alfabeta, bandung
Turns, Stephen R.. 2000. “An Introduction to
Combustion : Concepts and Applications
15
Vol. 5, No. 1, November 2013
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
second Edition”. ISBN 0-07-230096-5,
McGraw-Hill Higher Education, Boston
Wibisono, A.M. 2008. “Komparasiunjuk kerja
Kerosin dan 100% Biofuel pada Kompor
Beretekanan Kapasitas 1 Liter”. Tugas Akhir
Teknik Mesin ITS, Surabaya.
16
Download