EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR

advertisement
EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI
CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)
Novi Anggraeni1)
Dedi Darusman2)
Dedi Sufyadi3)
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya 1)
([email protected])
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2)
([email protected])
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya 3)
([email protected])
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi
terhadap hasil produksi secara simultan maupun parsial dan mengetahui efisiensi
penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani cabai merah. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada usahatani cabai merah di
Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. Data yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari data primer dan data sekunder dengan model pendekatan fungsi produksi
Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi secara
simultan berpengaruh nyata terhadap hasil produksi, dan secara parsial faktor produksi
lahan, insektisida, dan tenaga kerja yang berpengaruh nyata, sedangkan faktor produksi
benih, pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk SP36, pupuk KCL, fungisida, dan bakterisida
tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi cabai merah di Kecamatan Sariwangi.
Berdasarkan tingkat efisiensi harga yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan
faktor produksi lahan, pupuk ZA, pupuk SP36, insektisida dan tenaga kerja belum
efisien, dan untuk faktor produksi benih, pupuk kandang, pupuk KCL, fungisida, dan
bakterisida tidak efisien.
Kata Kunci : Efisiensi, Elastisitas, Cabai
ABSTRACT
This research aimed to know the effect of farm production factors application to red
chili production simultaneously and partially and to know the efficiency of production
factors application of red chili. The method used in this research was case study on red
chili farm at Subdistrict of Sariwangi in District of Tasikmalaya. The data used in this
research included primary data and secondary data with approach model of production
function of Cobb-Douglas. The result showed simultaneously that farm production
factors have significant effect to red chili production, and partially land, insecticide, and
labor have significant effect, while seed, compost, ZA, SP36, KCL, fungicide and
bactericide was not significant to red chili production at Subdistrict of Sariwangi. Based
on the level of efficiency of the price obtained shows that the production factor
application land, ZA, SP36, insecticide and labor not yet efficient, and for the seed of
red chili, compost, KCL, fungicide and bactericide was not efficient.
Key Word : Efficiency, Elasticity, Chili
PENDAHULUAN
Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian yang penting dalam
pembangunan nasional. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman
pangan dan hortikultura, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan. Salah satu
subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu hortikultura.
Isu dan tantangan dalam bidang hortikultura pada saat ini menyangkut
paradigma budidaya dan produksi yang aman konsumsi, bermutu ramah lingkungan dan
berkelanjutan, serta harus berdaya saing. Sehingga membutuhkan peningkatan daya
saing melalui efisiensi, produktivitas, kualitas, penampilan yang menarik, dan good
delivery (Ditjen Hortikultura, 2012).
Cabai merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki
peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat
dan perdagangan
internasional. Selain itu, berdasarkan SK MENTAN No. 511 Tahun 2006, cabai merah
merupakan salah satu komoditas unggulan daerah dan nasional serta mendapatkan
prioritas pengembangan oleh pemerintah sebagaimana tercantum dalam salah satu
kebijakan pengembangan sayuran yang dilakukan oleh pemerintah yaitu fokus pada
pengembangan komoditas utama nasional seperti cabai, bawang merah dan kentang
(Ditjen Hortikultura, 2012).
Sentra produksi cabai merah di Indonesia salah satunya yaitu berada di Provinsi
Jawa Barat dengan sebaran di tiap kabupaten, seperti kabupaten Garut, Tasikmalaya,
Sukabumi, Ciamis, Bogor, Bandung, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Indramayu,
Bekasi dan Cianjur (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat,
2012).
Kecamatan Sariwangi merupakan salah satu sentra produksi cabai merah di
Kabupaten Tasikmalaya. Sariwangi termasuk pada kawasan II produsen cabai dengan
produktivitas yang baik (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2011). Akan tetapi dengan
adanya informasi yang sangat terbatas mengenai penggunaan faktor-faktor produksi
pada usahatani cabai merah di Kabupaten Tasikmalaya, mengakibatkan petani selalu
berubah-ubah dalam menggunakan faktor-faktor produksi yang meliputi penggunaan
lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Seperti petani di Indonesia pada
umumnya, petani di Kecamatan Sariwangi khususnya dalam menggunakan faktor-faktor
produksi sering mengikuti petani lain yang telah berhasil, bahkan tidak jarang petani
menggunakan pupuk atau pestisida yang berlebih dengan harapan dapat meningkatkan
produksi cabai, atau juga mengurangi penggunaannya dengan tujuan untuk memperkecil
biaya produksi. Oleh karena itu, perlu diteliti pengaruh penggunaan faktor-faktor
produksi usahatani cabai merah di Kecamatan Sariwangi terhadap hasil produksi cabai
baik secara simultan maupun parsial, serta tingkat efisiensi dalam penggunaan faktorfaktor produksi tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus, yaitu
metode penelitian yang dilakukan secara intensif dan mendetail terhadap suatu kasus,
yang bisa berupa peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan untuk
mengungkapkan atau memahami sesuatu hal (Andi Prastowo, 2011). Lokasi penelitian
dipilih secara purposive di Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya dengan
teknik penentuan responden yaitu sebanyak 19 orang petani cabai merah diambil secara
sensus.
Kerangka Analisis
Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang digunakan untuk menggambarkan
hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X).
Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan
biasanya berupa input. Fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
fungsi Cobb-Douglas.
Secara matematis, fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = aXb
Model fungsi produksi tersebut dapat ditransformasikan dalam bentuk linier
logaritma, maka dapat ditulis sebagai berikut :
ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6 + b7 ln X7 +
b8 ln X8 + b9 ln X9 + b10 ln X10
Keterangan:
ln Y
= Jumlah produksi cabai merah
ln a
= Konstanta
ln X1
= Jumlah penggunaan luas lahan
ln X2
= Jumlah penggunaan benih
ln X3
= Jumlah penggunaan pupuk kandang
ln X4
= Jumlah penggunaan pupuk ZA
ln X5
= Jumlah penggunaan pupuk SP36
ln X6
= Jumlah penggunaan pupuk KCL
ln X7
= Jumlah penggunaan fungisida
ln X8
= Jumlah penggunaan insektisida
ln X9
= Jumlah penggunaan bakterisida
ln X10
= Jumlah penggunaan tenaga kerja
b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9, b10 = koefisien regresi
Pendugaan Parameter Fungsi Produksi
Abdul Hamang (2005) menyatakan bahwa untuk mengetahui pengaruh faktorfaktor produksi secara simultan dapat dilakukan pengujian dengan mengunakan uji F
sebagai berikut:
πΉβ„Žπ‘–π‘‘ =
𝐾𝑇 π‘…π‘’π‘”π‘Ÿπ‘’π‘ π‘–
𝐾𝑇 πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘
Keputusan:
a)
Jika Fhit ≥ Ftab maka H0 ditolak, berarti pada taraf nyata tersebut variabel-variabel
Xi, yaitu lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara simultan
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi cabai merah.
b) Jika Fhit < Ftab maka H0 diterima, berarti pada taraf nyata tersebut variabel-variabel
Xi, yaitu lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara simultan tidak
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi cabai merah.
Sedangkan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi secara parsial
dapat dilakukan uji t dengan rumus sebagai berikut:
𝑏𝑖
π‘‘β„Žπ‘–π‘‘ = 𝑆𝑏𝑖
Keterangan:
bi
= koefisien regresi faktor produksi
Sbi
= galat baku bi
Keputusan:
a)
Jika thit ≥ ttab maka H0 ditolak, berarti pada taraf nyata tersebut variabel Xi
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi cabai merah.
b) Jika thit < ttab maka H0 diterima, berarti pada taraf nyata tersebut variabel Xi tidak
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi cabai merah.
Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi
Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah
bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut secara efisien mungkin. Dalam
terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3
macam, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga), dan efisiensi ekonomi
(Soekartawi, 2005).
Efisiensi teknis mengukur penggunaan input secara fisik yaitu terjadi pada saat
produk rata-rata maksimum yang merupakan perbandingan output dan input yang
paling besar, efisiensi harga mengukur penggunaan input dalam ukuran biaya,
sedangkan efisiensi ekonomi merupakan perkalian antara efisiensi teknis dan efisiensi
harga ekonomi.
Tingkat efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan nilai elastisitas.
Efisiensi teknis tercapai jika elastisitas produksi dari faktor produksi yang digunakan
sama dengan satu (EP=1). Bila elastisitas produksi lebih dari satu (EP>1) maka
penggunaan faktor produksi secara teknis belum efisien, sedangkan jika elastisitas
produksi lebih kecil dari satu (EP<1) maka penggunaan faktor produksi tidak efisien
secara teknis.
Besarnya
koefisien
regresi
(bi)
pada
fungsi
produksi
Cobb-Douglas
mencerminkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi (input).
Dari besaran elastisitas produksi dapat diketahui skala kenaikan hasil sebagai berikut:
i)
Jika
𝑏𝑖 = 1, hal ini berarti proses produksi berlangsung pada tahapan keadaan
kenaikan hasil yang tetap (Constan Return to Scale);
ii) Jika
𝑏𝑖 > 1, hal ini berarti proses produksi berlangsung pada tahapan keadaan
kenaikan hasil yang semakin bertambah (Increasing Return to Scale); dan
iii) Jika
𝑏𝑖 < 1, hal ini berarti proses produksi berlangsung pada tahapan keadaan
kenaikan hasil yang semakin berkurang (Decreasing Return to Scale).
Efisiensi harga dapat terjadi jika petani mampu membuat suatu upaya jika nilai
produk marjinal (NPMx) untuk suatu input sama dengan harga input (Px) tersebut, atau
dapat dituliskan:
NPMx = Px ; atau
𝑁𝑃𝑀π‘₯
𝑃π‘₯
= 1; penggunaan input X sudah efisien.
NPMx dalam banyak kenyataan tidak selalu sama dengan Px, yang sering terjadi
adalah sebagai berikut:
a)
b)
𝑁𝑃𝑀π‘₯
𝑃π‘₯
𝑁𝑃𝑀π‘₯
𝑃π‘₯
> 1; artinya penggunaan input X belum efisien.
< 1; artinya penggunaan input X tidak efisien.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil nilai
koefisien determinasi (R2) untuk usahatani cabai merah di daerah penelitian sebesar
0,975. Hal ini berarti 97,5 persen keragaman hasil (Y) dapat diterangkan oleh
keragaman variabel-variabel input (X) yang terlibat didalamnya, sedangkan sisanya
sebesar 2,5 persen disebabkan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti. Hasil
analisis lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Uji Parsial, Koefisien Regresi dan Tingkat Efisiensi Harga
Fungsi Produksi Cobb Douglas Pada Usahatani Cabai Merah
Koefisien
Regresi
Simpangan
Baku
thit
Tingkat
Efisiensi
Harga
0,889
0,426
2,089*
41,713
Benih (X2)
-0,454
0,361
-1,256
-87,264
3.
Pupuk Kandang (X3)
-0,172
0,183
-0,939
-11,596
4.
Pupuk ZA (X4)
0,309
0,180
1,712
109,409
5.
Pupuk SP36 (X5)
0,119
0,179
0,667
18,966
6.
Pupuk KCL (X6)
-0,106
0,164
-0,645
-15,450
7.
Fungisida (X7)
-0,206
0,130
-1,590
-14,866
8.
Insektisida (X8)
0,177
0,078
2,272*
17,304
9.
Bakterisida (X9)
-0,038
0,047
-0,803
-11,328
10.
Tenaga Kerja (X10)
0,484
0,186
2,603*
4,929
No.
Variabel Bebas
1.
Luas Lahan (X1)
2.
R2 = 0,975
Fhit =31,812
Sumber : Data Primer Diolah
*
adalah nyata pada α 0,1
Tabel 1. menunjukkan nilai Fhit (31,812) lebih besar dari Ftab (2,54), ini berarti
bahwa secara simultan faktor-faktor produksi berpengaruh nyata terhadap hasil produksi
cabai merah sehingga model fungsi Cobb-Douglas yang dapat digunakan sebagai
penduga hubungan antara produksi cabai merah dengan faktor-faktor produksinya
dengan formulasi sebagai berikut :
ln Y = 7,681 + 0,889 ln X1 – 0,454 ln X2 – 0,172 ln X3 + 0,309 ln X4 + 0,119 ln X5 –
0,106 ln X6 – 0,206 ln X7 + 0,177 ln X8 – 0,038 ln X9 + 0,484 ln X10
Y = 2.166,785 X10,889 X2-0,454 X3-0,172 X40,309 X50,119 X6-0,106 X7-0,206 X80,177 X9-0,038 X100,484
Pengaruh dari masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi cabai
merah (uji parsial) dapat diketahui dengan menggunakan uji-t. Tabel 1. menjelaskan
hasil nilai perhitungan uji-t yang menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi
lahan (X1), insektisida (X8) dan tenaga kerja (X10) berpengaruh nyata terhadap hasil
produksi cabai merah. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hit (X1=2,089; X8= 2,272; dan
X10=2,603) lebih besar dari ttab (1,895).
Dalam penelitian ini, penggunaan faktor produksi lahan sebagai komponen
utama dalam usahatani cabai merah sudah memberikan kontribusi yang penting dalam
proses produksi yang dijalankan. Hal ini dimungkinkan karena lahan yang digunakan
petani merupakan jenis lahan yang cocok untuk berusahatani cabai merah, sedangkan
insektisida berpengaruh nyata dalam usahatani cabai merah karena cabai merah
merupakan tanaman yang peka terhadap serangan hama dan penyakit, sehingga
berpengaruh terhadap hasil produksi. Dan untuk penggunaan faktor produksi tenaga
kerja ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang digunakan, sangat berpengaruh terhadap
waktu penyelesaian pekerjaan, dengan jumlah tenaga kerja yang memadai dan
pengalaman pelaku usaha yang sudah cukup lama, sehingga dengan pengalaman dan
kemampuan yang dimilikinya dapat berusahatani dengan teknologi yang cukup baik.
Penggunaan faktor produksi benih (X2), pupuk kandang (X3), pupuk ZA (X4),
pupuk SP36 (X5), pupuk KCL (X6), fungisida (X7), dan bakterisida (X9) tidak
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hit (X2= 1,256; X3= -0,939; X4=1,712; X5= 0,667; X6= -0,645; X7= -1,590; dan X9= -0,803)
yang lebih kecil dari nilai t tab (1,895). Keadaan ini dapat disebabkan oleh penggunaan
benih, pupuk, dan pestisida yang belum sesuai dengan anjuran dalam usahatani cabai
merah.
4.1. Elastisitas Produksi
Soekartawi (2003) menyatakan bahwa pada fungsi produksi Cobb-Douglas,
besar koefisien regresi (bi) juga merupakan besarnya nilai elastisitas produksi bagi
masing-masing faktor produksi. Elastisitas produksi merupakan persentase perubahan
output sebagai akibat perubahan input yang digunakan.
Elastisitas faktor produksi lahan (X1) adalah 0,889 yang artinya setiap
penambahan luas lahan 1 persen akan mengakibatkan kenaikan hasil produksi sebesar
0,889 persen (ceteris paribus), maka peningkatan hasil produksi masih dapat
diupayakan dari penggunaan lahan. Luas lahan yang digunakan petani dapat diperluas
dengan cara sewa lahan.
Elastisitas faktor produksi benih (X2) adalah -0,454 yang berarti setiap
penambahan jumlah penggunaan benih 1 persen akan mengakibatkan penurunan hasil
sebesar 0,454 persen (ceteris paribus). Kenyataan di lapangan menunjukkan
penggunaan benih yang dilakukan oleh petani sebanyak 197,67 gram per hektar,
sedangkan Nani Sumarni dan Agus Muharam (2005) menyatakan kebutuhan benih per
hektar adalah 300 gram. Penggunaan benih tersebut belum sesuai dengan yang
dianjurkan, namun berdasarkan hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa
penggunaan benih tersebut sudah berlebih. Hal demikian dapat terjadi dengan beberapa
kemungkinan. Penggunaan benih pada dasarnya dipengaruhi oleh jarak tanam yang
digunakan, jika jarak tanam semakin lebar maka kebutuhan benih per hektar lebih
sedikit, sebaliknya jika jarak tanam sempit kebutuhan benih akan lebih banyak. Akan
tetapi, kualitas benih menjadi hal yang penting juga dalam berusahatani cabai merah,
dengan benih berkualitas baik diharapkan mempunyai daya kecambah yang baik pula
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan tahan terhadap serangan hama
penyakit. Berdasarkan hasil penelitian, diduga kualitas benih yang digunakan petani
baik dengan penggunaan jarak tanam yang lebar sehingga kebutuhan benih lebih sedikit
dari anjuran. Maka dari itu, penggunaan faktor produksi benih perlu diperhatikan karena
dengan penambahan benih tidak akan menaikan hasil produksi cabai merah di
Kecamatan Sariwangi.
Elastisitas faktor produksi pupuk kandang (X3) adalah -0,172 yang artinya setiap
penambahan pupuk kandang 1 persen akan mengakibatkan penurunan hasil sebesar
0,172 persen (ceteris paribus). Keadaan di lapangan menunjukkan penggunaan pupuk
kandang yang dilakukan oleh petani sebanyak 13.244,05 kilogram per hektar,
sedangkan Nani Sumarni dan Agus Muharam (2005) menyatakan bahwa penggunaan
pupuk kandang ayam pada lahan kering di dataran tinggi atau medium jenis andisol atau
latosol per hektar sebanyak 15.000-20.000 kilogram. Penggunaan pupuk kandang yang
dilakukan petani belum sesuai dengan anjuran, namun hasil perhitungan statistik
menunjukkan bahwa penggunaannya sudah berlebih sehingga perlu dikurangi. Hal
tersebut dapat terjadi dengan dugaan bahwa struktur tanah di Kecamatan Sariwangi baik
dan mengandung unsur hara yang cukup bagi tanaman sehingga tidak perlu
menggunakan pupuk kandang terlalu banyak.
Elastisitas faktor produksi pupuk ZA (X4) adalah 0,309 yang artinya setiap
penambahan pupuk ZA 1 persen akan mengakibatkan kenaikan hasil sebesar 0,309
persen (ceteris paribus). Penggunaan pupuk ZA yang dilakukan petani sebanyak 401,54
kilogram per hektar, sedangkan Nani Sumarni dan Agus Muharam (2005) menyatakan
bahwa penggunaan pupuk ZA pada lahan kering di dataran tinggi atau medium jenis
andisol atau latosol per hektar sebanyak 300-400 kilogram. Penggunaan pupuk ZA
tersebut sudah melebihi dari anjuran, akan tetapi hasil perhitungan statistik
menunjukkan bahwa penggunaan pupuk ZA tersebut masih kurang sehingga perlu
ditambah. Hal demikian dapat terjadi dengan beberapa kemungkinan seperti pemberian
pupuk yang tidak tepat karena dalam pemberian pupuk harus tepat waktu, tepat jenis,
tepat tempat dan tepat dosis, kehilangan unsur hara setelah pemupukan karena
penguapan dan terbawa hanyut oleh air hujan, atau juga diduga bahwa unsur nitrogen
dan belerang yang terkandung dalam tanah di Kecamatan Sariwangi sangat kurang
sehingga memerlukan tambahan pupuk ZA yang lebih banyak dari dosis yang
dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Elastisitas faktor produksi pupuk SP36 (X5) adalah 0,119 yang artinya setiap
penambahan pupuk SP36 1 persen akan mengakibatkan kenaikan hasil sebesar 0,119
persen (ceteris paribus). Penggunaan pupuk SP36 di lapangan sebanyak 603,67
kilogram per hektar, sedangkan Nani Sumarni dan Agus Muharam (2005) menyatakan
bahwa penggunaan pupuk SP36 pada lahan kering di dataran tinggi atau medium jenis
andisol atau latosol per hektar sebanyak 300 kilogram. Penggunaan pupuk SP36
tersebut sudah melebihi dari anjuran, akan tetapi hasil perhitungan statistik
menunjukkan bahwa penggunaan pupuk SP36 tersebut masih kurang sehingga perlu
ditambah. Hal demikian dapat terjadi dengan berbagai kemungkinan seperti yang telah
dijelaskan di atas atau diduga bahwa unsur fosfat yang terkandung dalam tanah di
Kecamatan Sariwangi sangat kurang sehingga memerlukan tambahan pupuk SP36 yang
lebih banyak dari dosis yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Elastisitas faktor produksi pupuk KCL (X6) adalah -0,106 yang artinya setiap
penambahan pupuk KCL 1 persen akan mengakibatkan penurunan hasil sebesar 0,106
persen (ceteris paribus), maka faktor produksi pupuk KCL perlu mendapat perhatian
karena dengan penambahan pupuk KCL tidak akan menaikkan hasil produksi.
Penggunaan pupuk KCL yang dilakukan petani sebanyak 373,51 kilogram per hektar,
sedangkan Nani Sumarni dan Agus Muharam (2005) menyatakan bahwa penggunaan
pupuk KCL pada lahan kering di dataran tinggi atau medium jenis andisol atau latosol
per hektar sebanyak 250-300 kilogram, sehingga penggunaan pupuk KCL perlu
dikurangi karena sudah berlebih.
Elastisitas faktor produksi fungisida (X7) adalah -0,206 yang artinya setiap
penambahan fungisida 1 persen akan mengakibatkan penurunan hasil sebesar 0,206
persen (ceteris paribus). Penggunaan fungisida ini pada dasarnya tergantung pada
serangan cendawan penyebab penyakit yang menyerang tanaman cabai. Jika
serangannya sudah melebihi ambang ekonomi maka pengendaliannya dapat
menggunakan fungisida dengan dosis yang sesuai anjuran. Dalam penelitian ini diduga
penggunaan fungisida sudah berlebih sehingga perlu dikurangi.
Elastisitas faktor produksi insektisida (X8) adalah 0,177 yang artinya setiap
penambahan insektisida 1 persen akan mengakibatkan kenaikan hasil sebesar 0,177
persen (ceteris paribus). Penggunaan insektisida juga tergantung pada serangan hama
yang menyerang tanaman cabai. Jika serangannya sudah melebihi ambang ekonomi
maka pengendaliannya dapat menggunakan insektisida dengan dosis yang sesuai
anjuran. Dalam penelitian ini diduga serangan hama tinggi sedangkan dosis penggunaan
insektisida
kurang sehingga perlu ditambah untuk mengendalikan hama agar
pertumbuhan tanaman cabai tidak terganggu.
Elastisitas faktor produksi bakterisida (X9) adalah -0,038 yang artinya setiap
penambahan bakterisida 1 persen akan mengakibatkan penurunan hasil sebesar 0,038
persen (ceteris paribus). Penggunaan bakterisida ini pada dasarnya tergantung pada
serangan bakteri penyebab penyakit yang menyerang tanaman cabai. Jika serangannya
sudah melebihi ambang ekonomi maka pengendaliannya dapat menggunakan
bakterisida dengan dosis yang sesuai anjuran. Dalam penelitian ini diduga penggunaan
bakterisida sudah berlebih sehingga perlu dikurangi.
Elastisitas faktor produksi tenaga kerja (X10) adalah 0,484 artinya setiap
penambahan tenaga kerja sebesar 1 persen akan mengakibatkan kenaikan hasil sebesar
0,484 persen (ceteris paribus), maka peningkatan hasil dapat dilakukan dengan upaya
menambah tenaga kerja dalam usahatani cabai merah di Kecamatan Sariwangi. Keadaan
di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja terdiri dari Hari Kerja Pria
(HKP) dan Hari Kerja Wanita (HKP), dengan persentase HKP dan HKW rata-rata
sebesar 75,67 persen dan 24,33 persen. Namun untuk memudahkan dalam perhitungan
digunakan satuan hitung untuk tenaga kerja yaitu Hari Orang Kerja (HOK), yaitu
dengan mentransformasikan HKW menjadi HKP dengan perbandingan 2 : 1.
Penggunaan pupuk kandang dan pupuk kimia untuk setiap daerah pada dasarnya
berbeda-beda tergantung pada spesifik lokalita seperti jenis tanah, tingkat kesuburan
tanah, ketinggian, suhu dan kelembaban, sehingga pada penelitian ini perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk menganalisis tanah di Kecamatan Sariwangi untuk
dijadikan bahan informasi guna menunjang penelitian di masa yang akan datang.
Sedangkan untuk penggunaan pestisida digunakan jika serangan sudah melebihi
ambang ekonomi, tergantung pada besarnya serangan
hama dan penyakit yang
menyerang tanaman cabai merah, sehingga petani harus mampu melakukan penanganan
hama dan penyakit melalui teknik pengendalian hama dan penyakit terpadu dan sesuai
anjuran yang berlaku agar tidak terjadi penggunaan pestisida yang berlebih.
4.2. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi
Soekartawi (2005) menyatakan bahwa efisiensi teknis tercapai pada elastisitas
produksi sama dengan satu (EP=1). Apabila elastisitas produksi lebih kecil dari satu
(EP<1) maka penggunaan faktor produksi tidak efisien secara teknis, dan apabila
elastisitas produksi lebih besar dari satu (EP>1) maka penggunaan faktor produksi
secara teknis belum efisien.
Persamaan regresi yang diketahui hanya faktor produksi lahan (X 1), insektisida
(X8) dan tenaga kerja (X10) yang berpengaruh nyata. Nilai elastisitas produksi lahan
(X1) adalah 0,889, hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi lahan tidak efisien secara
teknis karena nilainya lebih kecil dari satu. Artinya setiap penambahan luas lahan 1
persen akan diikuti oleh peningkatan hasil produksi sebesar 0,889 persen.
Nilai elastisitas produksi insektisida (X8) adalah 0,177, hal ini menunjukkan
bahwa faktor produksi insektisida tidak efisien secara teknis karena nilainya lebih kecil
dari satu. Artinya setiap penambahan insektisida 1 persen akan diikuti oleh peningkatan
hasil produksi sebesar 0,177 persen.
Nilai elastisitas produksi tenaga kerja (X10) adalah 0,484, hal ini menunjukkan
bahwa faktor produksi tenaga kerja tidak efisien secara teknis karena nilainya lebih
kecil dari satu. Artinya setiap penambahan tenaga kerja 1 persen akan diikuti oleh
peningkatan hasil produksi sebesar 0,177 persen.
Koefisien regresi dari fungsi produksi Cobb-Douglas selain menunjukkan
besaran elastisitas produksi, juga sekaligus menunjukkan tingkat besaran skala usaha
(Return to Scale) yaitu melalui penjumlahan koefisien regresi ( 𝑏𝑖). Jumlah koefisien
regresi ( 𝑏𝑖) yang dihasilkan pada usahatani cabai merah sebesar 1,00 yang berarti
sama dengan satu ( 𝑏𝑖 = 1), dengan demikian tingkat besaran skala usahatani cabai
merah di Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya berada pada kondisi Constan
Return to Scale atau kenaikan hasil yang tetap. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
penambahan 1 persen faktor produksi lahan, insektisida, dan tenaga kerja akan
menghasilkan tambahan produksi sebesar 1 persen atau constan (tetap).
Efisiensi harga terjadi apabila nilai produk marjinal (NPMx) suatu input sama
dengan harga input tersebut (Px). Tabel 1. menunjukkan bahwa faktor produksi luas
lahan, pupuk ZA, pupuk SP36, insektisida dan tenaga kerja memiliki tingkat efisiensi
harga lebih besar dari satu (
𝑁𝑃𝑀π‘₯
𝑃π‘₯
>1), yang berarti penggunaan kelima faktor produksi
tersebut belum efisien, sehingga penambahan kelima faktor produksi masih
memberikan manfaat yang baik bagi petani, sedangkan untuk faktor produksi benih,
pupuk kandang, pupuk KCL, fungisida dan bakterisida memiliki tingkat efisiensi lebih
𝑁𝑃𝑀π‘₯
kecil dari satu (
𝑃π‘₯
<1), artinya kelima faktor produksi tersebut tidak efisien dalam
penggunaannya sehingga perlu mendapat perhatian bahwa dengan penambahan faktorfaktor produksi tersebut tidak akan mamberikan manfaat bagi petani.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan maka dapat
diambil simpulan sebagai berikut :
1) Secara simultan faktor-faktor produksi berpengaruh nyata terhadap hasil produksi
cabai merah. Secara parsial faktor produksi lahan, insektisida, dan tenaga kerja
yang berpengaruh nyata, sedangkan faktor produksi benih, pupuk kandang, pupuk
ZA, pupuk SP36, pupuk KCL, fungisida, dan bakterisida tidak berpengaruh nyata
terhadap hasil produksi cabai merah di Kecamatan Sariwangi.
2) Penggunaan faktor produksi lahan, pupuk ZA, pupuk SP36, insektisida dan tenaga
kerja belum efisien, sedangkan faktor produksi benih, pupuk kandang, pupuk KCL,
fungisida, dan bakterisida tidak efisien.
Saran
Petani cabai merah di daerah penelitian disarankan untuk mengurangi
penggunaan faktor produksi benih, pupuk kandang, pupuk KCL, fungisida, dan
bakterisida karena sudah berlebih, sedangkan untuk penggunaan faktor produksi lahan,
pupuk ZA, pupuk SP36, insektisida, dan tenaga kerja disarankan untuk ditambah
sampai batas tertentu, sehingga petani diharapkan akan memperoleh keuntungan yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamang. 2005. Metode Statistika. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Andi Prastowo. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian. Ar-Ruzz Media.
Jogjakarta.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2011. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Budidaya Cabai. Kabupaten Tasikmalaya.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. 2012. Booklet
Sayuran dan Tanaman Obat. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal
Hortikultura.
Ditjen Hortikultura. 2012. Tantangan dan Paradigma Pembangunan Agribisnis
Hortikultura Nasional. Paper pada Studium General Fakultas Pertanian
Universitas Siliwangi. Tasikmalaya.
Nani Sumarni, Agus Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Saifuddin Sarief. 1993. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. CV Pustaka
Buana. Bandung.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
Cobb-Douglas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
. 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Download