pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

advertisement
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VII
MTs THAMRIN YAHYA
1&2)
Yaumil *), Lusi Eka Afri 1), Nurrahmawati 2)
Program Studi Pendidikan Matematika,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Pasir Pengaraian.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen semu (Quasi Experiment). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya. Teknik
penarikan sampel yang digunakan adalah secara acak sederhana (simple random sampling) sehingga di peroleh sampel siswa
kelas VII1 dan kelas VII3. Metode pengumpulan data dengan menggunakan tes dan dokumentsi. Teknik analisis data dengan
menggunakan uji t. Dari hasil analisis data diperoleh thitung = 3,00 dan ttabel = 1,99 karena thitung > ttabel maka Ho ditolak. Hal ini
berarti bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya.
Kata kunci : pengaruh, Think Pair Share (TPS), pemecahan masalah
Abstract
This study examined the effect of cooperative learning model Think Pair Share (TPS) to the mathematical Problem Solving
ability of student class VII MTs Thamrin Yahya. This study was a quasi-experimental reseach (Quasi Experiment). The
population in this study were students of class VII MTs Thamrin Yahya. The sampling technique used randomly (simple
random sampling) so that obtained sample of students in the class VII 1 and the class VII3. Data collected by test and
dokumentsi. Data analysis techniques using t test. From the analysis of the data obtained tcount = 3.00 and ttable = 1,99 because
t count > t table so that H0 is rejected. This means that there was the effect of cooperative learning model Think Pair Share (TPS)
to the mathematical Problem Solving ability of student class VII MTs Thamrin Yahya.
Keywords : effect, Think Pair Share (TPS), Problem solving
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu yang sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Hampir bisa dipastikan,
bahwa matematika digunakan di setiap kegiatan, baik
disadari ataupun tidak. Dengan belajar matematika maka
akan dilatih untuk senantiasa berpikir logis dan kritis
ketika memecahkan permasalahan. Selain itu, kejujuran,
ketekunan dan keuletan juga akan terlatih dengan
matematika. Menurut Risnawati (2008 : 2) matematika
adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia yaitu cara menggunakan
informasi, menggunakan tentang bentuk dan ukuran,
menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan
dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggunakan hubungan-hubungan.
Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI
Nomor 22 tahun 2006 bahwa tujuan pembelajaran
matematika adalah: (1) Memahami konsep matematika,
menjelaskan
keterkaitan
antar
konsep
dan
mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2)
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan
matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh; (4) Mengomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Dilihat dari lima tujuan pembelajaran matematika
yang telah dikemukakan, pemecahan masalah merupakan
bagian dari kurikulum matematika yang cukup penting
dalam proses pembelajaran matematika. Kemampuan ini
sangat berguna bagi siswa pada saat mendalami
matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Polya (1957) dalam Suherman (2003: 91),
bahwa langkah-langkah dalam pemecahan suatu masalah
terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu
memahami masalah, merencanakan pemecahannya,
menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan memeriksa
kembali hasil yang diperoleh. Untuk mendapatkan
gambaran umum dalam pembelajaran pemecahan masalah
matematika, maka disajikan hasil penelitian yang relevan
yaitu hasil penelitian Capper (1984) dalam Suherman
(2003: 90) menunjukkan bahwa pengalaman siswa
sebelumnya, perkembangan kognitif, serta minat
(ketertarikannya) terhadap matematika merupakan faktorfaktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada
tanggal 24 desember 2015 di MTs Thamrin Yahya
Rambah Hilir, bahwa proses pembelajaran matematika
masih cenderung berpusat pada guru. Guru menjelaskan
materi, memberikan beberapa contoh soal, lalu siswa
mencatat yang dituliskan guru di papan tulis dan
dilanjutkan dengan mengerjakan beberapa soal latihan. Hal
ini membuat siswa merasa bosan, pasif serta kurang
tertarik dengan materi pelajaran matematika. Selain itu,
pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan
kurang terjadinya komunikasi dua arah, baik itu antara
guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa terkait
pelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa kurang kreatif dan
menurunkan semangat siswa dalam proses pembelajaran.
Dilihat dari soal-soal latihan yang diberikan guru,
soal tersebut masih termasuk soal-soal yang bersifat soal
rutin. Siswa tidak terbiasa memecahkan suatu masalah
dengan bebas dan mencari penyelesaiannya dengan cara
mereka sendiri. Apabila diberikan soal yang berbeda siswa
mulai kebingungan karena siswa tidak memahami
langkah-langkah dalam memecahkan suatu masalah.
Selain itu dari hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematis yang telah dilakukan diperoleh
hasilnya masih sangat rendah dengan nilai rata-rata yang
tertinggi hanya 6,32. Deskripsi hasil tes kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya
pada materi himpunan disajikan pada Tabel 1 sebagai
berikut
Tabel 1.Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Kelas VII MTs Thamrin
Yahya Rambah Hilir .
Kelas
Jumlah
siswa
Min
Maks
Nilai rata-rata
VII1
39
0
36,67
4.53
VII2
41
0
56,67
6,32
VII3
40
0
6,67
0,68
Berdasarkan Tabel 1, diperoleh bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas VII MTs
Thamrin Yahya masih tergolong rendah. Dari hasil tes
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang tuntas.
Ini membuktikan bahwa sebenarnya kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya
masih kurang berkembang.
Berdasarkan permasalahan tersebut, pembelajaran
matematika perlu diperbaharui guna meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa menjadi
lebih baik. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran
yang kemungkinan mampu mengembangkan pola pikir
matematis dan melibatkan siswa secara langsung dalam
menyelesaikan persoalan matematika. Salah satu model
pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran
kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah pengajaran dimana
para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa
diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan
dan berargumentasi, untuk mengasah kemampuan yang
mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing (Slavin, 2005: 4). Ratumanan
dalam (Trianto,113: 2014) menyatakan bahwa interaksi
yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu
terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual siswa.
Selanjutnya untuk menciptakan interaksi antara
siswa yang lebih bervariasi dalam proses pembelajaran,
dan suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif dan
menyenangkan.
Maka
diperlukan
suatu
model
pembelajaran kooperatif yang memberikan siswa
kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan
orang lain. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah
tipe Think Pair Share.
Think Pair Share (TPS) termasuk salah satu tipe
pembelajaran
kooperatif
yang
dirancang
untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran
kooperatif tipe TPS merupakan suatu model pembelajaran
yang dilakukan dengan cara sharing pendapat antar siswa
(Mulyatiningsih, 2012: 248). Model pembelajaran ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Dengan
model pembelajaran ini, siswa lebih banyak memiliki
kesempatan untuk berpartisipasi aktif sehingga siswa
memperoleh pemahaman yang lebih besar. Model
pembelajaran TPS baik digunakan dalam rangka melatih
berpikir siswa secara baik. Untuk itu, model pembelajaran
TPS menekankan pada peningkatan daya nalar siswa, daya
kritis siswa, daya imajinasi siswa dan analisis terhadap
suatu permasalahan. TPS sebagai salah satu model
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu
Think, Pair, dan Share. Guru tidak lagi sebagai satusatunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi
justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan
memahami konsep-konsep baru. Pembelajaran kooperatif
tipe TPS memberi siswa waktu lebih banyak untuk
berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen
semu (quasi eksperimen), karena pada penelitian ini tidak
memungkinkan untuk dilakukan pengontrolan terhadap
variabel penelitian secara penuh. Penelitian ini melibatkan
dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
memiliki kemampuan setara dengan menerapkan model
pembelajaran yang berbeda. Pada kelas eksperimen diberi
perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share, sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional.
Desain atau model rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah two- group posttest
only (Mulyatiningsih, 2011: 87) yang dapat digambarkan
pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Rancangan two- group posttest only
Kelompok
Perlakuan
Tes
Eksperime
X
O
n
Kontrol
O
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Thamrin
Yahya.populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII
dengan jumlah siswa 119 orang. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik penarikan sampel secara acak
sederhana (simple random sampling). Sehingga diperoleh
kelas VII1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII3 sebagai
kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah tes yang dilaksanakan berbentuk soal
uraian. Tes ini digunakan untuk melihat seberapa jauh
siswa mampu menggunakan pengetahuan yang telah
mereka bangun untuk menyelesaikan permasalahan
matematika. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai
reliabilitas butir soal 𝑟11 = 0,70 maka instrumen termasuk
dalam katagori Reliabel yang tinggi, sehingga instrumen
tersebut dapat digunakan untuk diujikan kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dapat dilihat dari hasil tes di akhir pembelajaran yang
diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hasil analisis data dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 15. Hasil Analisis Postest
Kelas
N
S2
Xmak Xmin
𝑋
Eksperimen
39 58,8 583,50 85
0
Kontrol
40 44,2 351,67 75
0
Dari Tabel 15 menunjukkan bahwa rataan skor
postest kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen
yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang
memperoleh pembelajaran konvensional. varians dari kelas
eksperimen juga lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang
berarti kelas eksperimen lebih bervariasi dari pada kelas
kontrol dan begitu juga untuk nilai tertingginya, kelas
eksperimen memperoleh skor tertinggi yang lebih tinggi
dari pada kelas kontrol. Hal ini berarti jangkauan untuk
kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Untuk mengetahui ini diterima atau ditolak maka uji
yang digunakan adalah uji-t dua pihak. Sebelum
melakukan uji t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
dan uji homogenitas.
Berdasarkan perhitungan thitung ≥ ttabel yaitu 3,00 ≥
1,99 untuk α = 0,025. Karena thitung ≥ ttabel, maka H1
diterima. Dengan demikian ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
kelas VII MTs Thamrin Yahya.
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian
hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Husna ,dkk
(2013) yang berjudul peningkatan kemampuan pemecahan
masalah dan komunikasi matematis siswa sekolah
menengah pertama melalui model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share (Tps), hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan
masalah siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : ada pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya, dengan
rata-rata kelas eksperimen = 58,85 > rata-rata kelas kontrol
= 44,25 hal ini berarti bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair share (TPS) lebih baik dari pada kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas yang diberi dengan
pembelajaran konvensional.
Saran yang dapat peneliti berikan adalah Bagi guru,
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dapat menjadi alternatif diantara banyak plihan
model
pembelajaran
matematika
yang
mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat mencoba
menerapkan model pembelajaran selain TPS dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Husna,dkk. 2013. peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah dan komunikasi Matematis Siswa
sekolah menengah pertama Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS).Banda Aceh : Unsyah Banda Aceh.
Mulyatiningsih,Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan
Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Risnawati. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika.
Pekanbaru: Suska Press
Slavin, R. 2005. Cooperatif Learning Theori, Research
and Practice. Bandung: Nusa Media.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka
Cipta
Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontenporer, Bandung: UPI
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Sundayana, Rostina. 2010. Statistika Penelitian
Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press
Suprijono, Agus. 2009. Cooverative Learning. Surabaya:
Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresi. Jakarta: kencana.
Download