Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL) merupakan lesi

advertisement
Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL) merupakan lesi yang
meluas atau menempati ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses.
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi
maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas
pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari
rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi
darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai
naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan
absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali halhal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada
tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari
cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar,
meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tandatanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi akan tergantung
pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf yang
ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan
durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan
keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien yang
diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada
timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium
kedalam fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum
melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk
menegakkan diagnose.
Patofisiologi Peningkatan Tekanan Intrakranial
Kranium merupakan kerangka kaku yang berisi tiga komponen: otak,
cairan serebrospinal (CSS) dan darah yang masing-masing tidak dapat diperas.
Kranium hanya mempunyai sebuah lubang keluar utama yaitu foramen magnum.
Ia juga memiliki tentorium yang kaku yang memisahkan hemisfer serebral dari
serebelum. Otak tengah terletak pada hiatus dari tentorium.
Sirkulasi cairan serebrospinal
Produksi
CSS diproduksi terutama oleh pleksus khoroid ventrikel lateral, tiga dan
empat, dimana ventrikel lateral merupakan bagian terpenting. 70 % CSS
diproduksi disini dan 30 % sisanya berasal dari struktur ekstrakhoroidal seperti
ependima dan parenkhima otak.
Pleksus khoroid dibentuk oleh invaginasi piamatervaskuler (tela
khoroidea) yang membawa lapisan epitel pembungkus dari lapis ependima
ventrikel. Pleksus khoroid mempunyai permukaan yang berupa lipatan-lipatan
halus hingga kedua ventrikel lateral memiliki permukaan 40 m 2. Mereka terdiri
dari jaringan ikat pada pusatnya yang mengandung beberapa jaringan kapiler yang
luas dengan lapisan epitel permukaan sel kuboid atau kolumner pendek. Produksi
CSS merupakan proses yang kompleks. Beberapa komponen plasma darah
melewati dinding kapiler dan epitel khoroid dengan susah payah, lainnya masuk
CSS secara difusi dan lainnya melalui bantuan aktifitas metabolik pada sel epitel
khoroid. Transport aktif ion ion tertentu (terutama ion sodium) melalui sel epitel,
diikuti gerakan pasif air untuk mempertahankan keseimbangan osmotik antara
CSS dan plasma darah.
Sirkulasi Ventrikuler
Setelah dibentuk oleh pleksus khoroid, cairan bersirkulasi pada sistem
ventrikuler,
dari
ventrikel
lateral
melalui
foramen
Monro
(foramen
interventrikuler) keventrikel tiga, akuaduktus dan ventrikel keempat. Dari sini
keluar melalui foramina diatap ventrikel keempat kesisterna magna.
Sirkulasi Subarakhnoid
Sebagian cairan menuju rongga subarakhnoid spinal, namun kebanyakan
melalui pintu tentorial (pada sisterna ambien) sekeliling otak tengah untuk
mencapai rongga subarakhnoid diatas konveksitas hemisfer serebral.
Absorpsi
Cairan selanjutnya diabsorpsi kesistem vena melalui villi arakhnoid. Villa
arakhnoid adalah evaginasi penting rongga subarakhnoid kesinus venosus dural
dan vena epidural; mereka berbentuk tubuli mikro, jadi tidak ada membran yang
terletak antara CSS dan darah vena pada villi. Villi merupakan katup yang sensitif
tekanan hingga aliran padanya adalah satu arah. Bila tekanan CSS melebihi
tekanan vena, katup terbuka, sedang bila lebih rendah dari tekanan vena maka
katup akan menutup sehingga mencegah berbaliknya darah dari sinus kerongga
subarakhnoid. Secara keseluruhan, kebanyakan CSS dibentuk di ventrikel lateral
dan ventrikel keempat dan kebanyakan diabsorpsi di sinus sagittal. Dalam
keadaan normal, terdapat keseimbangan antara pembentukan dan absorpsi CSS.
Derajat absorpsi adalah tergantung tekanan dan bertambah bila tekanan CSS
meningkat. Sebagai tambahan, tahanan terhadap aliran tampaknya berkurang pada
tekanan CSS yang lebih tinggi dibanding tekanan normal. Ini membantu untuk
mengkompensasi peninggian TIK dengan meningkatkan aliran dan absorpsi CSS.
Hampir dapat dipastikan bahwa jalur absorptif adalah bagian dari villi arakhnoid,
seperti juga lapisan ependima ventrikel dan selaput saraf spinal; dan kepentingan
relatifnya mungkin bervariasi tergantung pada TIK dan patensi dari jalur CSS
secara keseluruhan. Sebagai tambahan atas jalur utama aliran CSS, terdapat aliran
CSS melalui otak, mirip dengan cara cairan limfe. Cara ini kompleks dan
mungkin berperan dalam pergerakan dan pembuangan cairan edem serebral pada
keadaan patologis.
Volume Otak
Rata-rata berat otak manusia sekitar 1400 g, sekitar 2 % dari berat badan
total. Volume glial sekitar 700-900 ml dan neuron-neuron 500-700 ml. Volume
cairan ekstraselular (ECF) sangat sedikit. Sebagai perkiraan, glia dan neuron
mengisi 70 % kandung intrakranial, dimana masing-masing 10% untuk CSS,
darah dan cairan ekstraselular. Perubahan otak sendiri mungkin bertanggungjawab dalam peninggian kandung intrakranial. Contoh paling jelas adalah pada
tumor otak seperti glioma. Disamping itu, penambahan volume otak sering secara
dangkal dikatakan sebagai edema otak dimana maksudnya adalah pembengkakan
otak sederhana. Penggunaan kata edema otak harus dibatasi pada penambahan
kandung air otak. Otak mengandung kandung air yang tinggi: 70 % pada substansi
putih dan 80% pada substansi kelabu yang lebih seluler. Kebanyakan air otak
adalah (80%) intraseluler. Volume normal cairan ekstraseluler kurang dari 75 ml,
namun bertambah hingga mencapai 10% volume intra- kranial. Rongga
ekstraseluler berhubungan dengan CSS via ependima. Air otak berasal dari darah
dan akhirnya kembali kesana juga. Relatif sedikit air otak yang berjalan melalui
jalur lain, yaitu melalui CSS.
Autoregulasi
Fenomena autoregulasi cenderung mempertahankan CBF pada tekanan
darah rata-rata antara 50-160 mmHg. Dibawah 50 mmHg CBF berkurang
bertahap, dan diatas 160 mmHg terjadi dilatasi pasif pembuluh serebral dan
peninggian TIK. Autoregulasi sangat terganggu pada misalnya cedera kepala .
Karena peninggian CBV berperan meninggikan TIK, penting untuk mencegah
hipertensi arterial sistemik seperti juga halnya mencegah syok pada cedera kepala
berat. Pengobatan hipertensi sedang yang sangat agresif atau koreksi hipotensi
yang tidak memadai bisa berakibat gawat, terutama pada pasien tua.
Hubungan antara tekanan dan voluime
Karena sutura tengkorak telah mengalami fusi, volume intra kranial total
tetap konstan. Isi intrakranial utama adalah otak, darah dan CSS yang masingmasing tak dapat diperas. Karenanya bila volume salah satu bertambah akan
menyebabkan peninggian TIK kecuali terjadi reduksi yang bersamaan dan ekual
volume lainnya. TIK normal pada keadaan istirahat adalah 10 mmHg (136
mmH2O). Sebagai pegangan , tekanan diatas 20 mmHg adalah abnormal, dan
diatas 40 mmHg dikategorikan sebagai peninggian yang parah. Semakin tinggi
TIK pada cedera kepala, semakin buruk outcomenya.
Konsekuensi dari lesi desak ruang
Bila timbul massa yang baru didalam kranium seperti tumor, abses atau
bekuan darah, pertama-tama ia akan menggeser isi intrakranial normal.
Doktrin Monro-Kellie
Konsep vital terpenting untuk mengerti dinamika TIK. Dinyatakan bahwa volume
total isi intrakranial harus tetap konstan. Ini beralasan karena kranium adalah
kotak yang tidak ekspansil. Bila V adalah volume, maka
VOtak + VCSS + VDarah + V Massa = Konstan
Karena
ukuran
lesi
massa
intrakranial,
seperti
hematoma,
bertambah,
kompensasinya adalah memeras CSS dan darah vena keluar. Tekanan intrakranial
tetap normal. Namun akhirnya tak ada lagi CSS atau darah vena yang dapat
digeser, dan mekanisme kompensasi tak lagi efektif. Pada titik ini, TIK mulai naik
secara nyata, bahkan dengan penambahan sejumlah kecil ukuran massa
intrakranial. Karenanya TIK yang normal tidak menyingkirkan kemungkinan
adanya lesi massa.
Pergeseran CSS
CSS dapat dipaksa dari rongga ventrikel dan subarakhnoid kerongga
subarakhnoid spinal melalui foramen magnum. Rongga subarakhnoid spinal
bersifat distensibel dan mudah menerima CSS ekstra. Namun kemampuan ini
terbatas oleh volume CSS yang telah ada dan oleh kecenderungan jalur CSS untuk
mengalami obstruksi. Sekali hal ini terjadi, produksi CSS diatas bendungan yang
tetap berlangsung akan menambah peninggian TIK. Jalur subarakhnoid mungkin
terbendung di tentorium atau foramen magnum. Jalur CSS intraventrikular
mungkin terbendung pada ventrikel tiga atau akuaduktus yang akan menyebabkan
temuan yang khas pada sken CT dimana ventrikel lateral kolaps pada sisi massa,
sedangkan ventrikel lateral disisi berlawanan akan tampak distensi.
Pergeseran Volume Otak
Pergeseran otak sendiri oleh lesi massa hanya dapat terjadi pada derajat
yang sangat terbatas. Pada tumor yang tumbuh lambat seperti meningioma,
pergeseran otak mungkin sangat nyata, terdapat kehilangan yang jelas dari volume
otak, mungkin akibat pengurangan cairan ekstraselular dan kandung lemak otak
sekitar tumor. Bagaimanapun dengan massa yang meluas cepat, otak segera
tergeser dari satu kompartemen intrakranial ke kompartemen lainnya atau melalui
foramen magnum.
Bila massa terus membesar, volume yang dapat digeser terpakai semua
dan TIK mulai meningkat. Selama fase kompensasi, terjadi penggantian volume
yang hampir ekual dan sedikit saja perubahan pada TIK. Pada titik dekompensasi,
peninggian volume selanjutnya akan menyebabkan penambahan tekanan yang
makin lama makin besar. Peninggian TIK yang persisten diatas 20 mmHg
tampaknya berhubungan dengan peninggian tahanan aliran CSS. Hasil CT
menampakkan bagian yang tahanannya meningkat adalah pada tentorium.
Karenanya temuan CT yang menampakkan obliterasi sisterna perimesensefalik
merupakan bukti penting bahwa TIK meninggi atau pertanda bahwa bahaya
segera datang.
Perlu disadari bahwa segala sesuatu yang mencegah atau menghalangi
pergeseran volume kompensatori akan menyebabkan peningkatan TIK yang lebih
segera. Misalnya tumor fossa posterior adalah merupakan lesi massa sendiri,
namun juga memblok aliran CSS dari ventrikel atau melalui foramen magnum.
Karenanya volume CSS bertambah dan kompensasi untuk massa tumornya sendiri
akan terbatas. Selanjutnya penderita dengan massa yang terus meluas akan
mendadak sampai pada titik dekompensasi bila aliran vena serebral dibatasi oleh
peninggian tekanan vena jugular akibat kompresi leher atau obstruksi pernafasan.
Perubahan volume sendiri bersifat penjumlahan. Efek tumor otak akan
sangat meningkat oleh edema otak. Pada banyak keadaan klinis, perubahan
volume sangat kompleks. Ini terutama pada cedera kepala dimana mungkin
terdapat bekuan darah, edema otak serta gangguan absorpsi CSS akibat
perdarahan subarakhnoid atau perdarahan intraventrikuler. Mungkin dapat
ditambahkan vasodilatasi akibat hilangnya autoregulasi atau hiperkarbia.
Walau urut-urutan kejadian berakibat perubahan yang terjadi dengan
peninggian TIK progresif karena sebab apapun, hubungan antara tingkat TIK dan
keadaan neurologik juga tergantung pada tingkat perubahan dan adanya
pergeseran otak. Tumor tumbuh lambat seperti meningioma mungkin tumbuh
hingga ukuran besar tanpa adanya tanda peninggian TIK. Sebaliknya hematoma
ekstradural akut yang lebih kecil mungkin menyebabkan kompresi otak yang berat
dan cepat.
Untuk lesi yang membesar cepat seperti hematoma epidural, perjalanan
klinik dapat diprediksi dari hubungan volume-tekanan yang sudah dijelaskan
terdahulu. Pada tahap awal ekspansi massa intrakranial, perubahan TIK sedikit
dan pasien tetap baik dengan sedikit gejala. Bila massa terus membesar,
mekanisme kompensasi berkurang dan TIK meningkat. Pasien mengeluh nyeri
kepala yang memburuk oleh faktor-faktor yang menambah TIK seperti batuk,
membungkuk atau berbaring terlentang, dan kemudian menjadi mengantuk.
Penderita menjadi lebih mengantuk. Kompresi atau pergeseran batang otak
menyebabkan peninggian tekanan darah, sedang denyut nadi dan respirasi
menjadi lambat.
Dengan ekspansi dan peninggian TIK selanjutnya, pasien menjadi tidak
responsif. Pupil tak berreaksi dan berdilatasi, serta tak ada refleks batang otak.
Akhirnya fungsi batang otak berhenti. Tekanan darah merosot, nadi lambat,
respirasi menjadi lambat dan tak teratur serta akhirnya berhenti.
TIK DAN Pergeseran Otak
Pada kenyataannya, banyak dari akibat klinis dari peninggian TIK adalah akibat
pergeseran otak dibanding tingkat TIK sendiri.
Transtentorial
Lateral
Massa yang terletak lebih kelateral menyebabkan pergeseran bagian medial lobus
temporal (unkus) melalui hiatus tentorial serta akan menekan batang otak secara
transversal. Saraf ketiga terkompresi menyebabkan dilatasi pupil ipsilateral.
Penekanan pedunkel serebral menyebabkan hemiparesis kontralateral. Pergeseran
selanjutnya menekan pedunkel serebral yang berseberangan terhadap tepi tentorial
menyebabkan hemiparesis ipsilateral hingga terjadi kuadriparesis. Sebagai
tambahan, pergeseran pedunkel yang berseberangan pada tepi tentorial sebagai
efek yang pertama akan menyebabkan hemiparesis ipsilateral. Indentasi pedunkel
serebral ini disebut 'Kernohan's notch'. Arteria serebral posterior mungkin tertekan
pada tepi tentorial, menyebabkan infark lobus oksipital dengan akibat hemianopia.
Sentral
Bila ekspansi terletak lebih disentral seperti tumor bifrontal, masing-masing lobus
temporal mungkin menekan batang otak. Kompresi tektum berakibat paresis
upward gaze dan ptosis bilateral.
Tonsilar
Mungkin merupakan tahap akhir kompresi otak supra-tentorial progresif, dan
menampakkan tahap akhir dari kegagalan batang otak. Kadang-kadang pada
tumor fossa posterior, herniasi tonsilar berdiri sendiri, menyebabkan tortikolis,
suatu refleks dalam usaha mengurangi tekanan pada medulla. Kesadaran mungkin
tidak terganggu, namun gangguan respirasi terjadi berat dan cepat.
Subfalsin
Pergeseran permukaan medial hemisfer (girus singulata) didekat falks mungkin
menekan arteria serebral anterior menimbulkan paralisis tungkai kontralateral. Ini
jarang ditemukan berdiri sendiri.
Gambaran Klinik (Triad Klasik)
Triad nyeri kepala, edema papil dan muntah secara umum dianggap sebagai
karakteristik peninggian TIK. Namun demikian, dua pertiga pasien dengan lesi
desak ruang memiliki semua gambaran tersebut, sedang kebanyakan sisanya
umumnya dua. Walau demikian, tidak satupun dari ketiganya khas untuk
peninggian tekanan, kecuali edema papil, banyak penyebab lain yang
menyebabkan masing-masing berdiri sendiri dan bila mereka timbul bersama akan
memperkuat dugaan adanya peninggian TIK.
Simtomatologi peninggian TIK tergantung lebih banyak pada penyebab daripada
tingkat tekanan yang terjadi. Tak ada korelasi yang konsisten antara tinggi tekanan
dengan beratnya gejala.
LESI DESAK RUANG (SOL) BERDASARKAN LOKASI
Berdasarkan lokasinya lesi desak ruang (SOL) dap0at dibedakan menjadi SOL
yang terletak di Supratentorium dan SOL yang terletak di Infratentorium.
TUMOR OTAK
A. Definisi
Tumor otak merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berasal dari sel-sel
otak atau dari struktur di sekelilingnya. Sama seperti tumor lainnya tumor otak
dapat dibagi menjadi tumor otak jinak (benigna) dan ganas (maligna).
· Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi
tidak ganas.
· Tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan
menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase)
ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Terdapat 2 kategori tumor otak, yaitu :
1. Tumor otak primer - tumor ini berasal dari otak itu sendiri.
2. Tumor otak sekunder (dikenali sebagai metastatik) - ia berasal atau penyebaran
dari organ tubuh yang lain seperti paru-paru, ginjal, payudara, tulang, kulit dan
organ tubuh lainnya.
Tumor otak primer bermula dan terbentuk di dalam otak. Tumor tersebut mungkin
tumbuh dan terbentuk di suatu tempat yang kecil atau ia dapat meluas ke daerahdaerah sekitar yang berdekatan. Tumor sekunder (metastatik) bermula atau
tumbuh di tempat lain dan kemudiannya menyebar melalui saluran darah ke otak
untuk membentuk tumor otak sekunder (tempat asalnya ialah kanker paru-paru,
payudara, usus, kulit dan lain-lain). Tumor otak metastasis merupakan komplikasi
neurologis yang paling sering dari kanker sistemik.
B. Lokasi Tumor Otak
Pada dewasa, 80-85 persen terjadi supratentorial. Tumor terbanyak adalah glioma,
metastase dan meningioma. Pada anak-anak 60 persen terjadi infratentorial.
Medulloblastoma dan astrositoma serebelar adalah predominan.
C. Patologi Tumor Otak
Tumor intrakranial sering diuraikan sebagai 'jinak' dan 'ganas', namun istilah ini
tidak dapat langsung dibandingkan dengan tumor yang terjadi ekstrakranial.
Tumor intrakranial jinak mempunyai efek merusak karena ia berkembang di
dalam rongga tengkorak yang berdinding kaku. Astrositoma jinak bisa
menginfiltrasi jaringan otak secara luas hingga mencegah untuk pengangkatan
total, atau mengisi daerah
neurologis yang kritis yang bahkan mencegah
pengangkatan parsial sekalipun.Tumor intrakranial ganas berarti pertumbuhan
yang cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis, nekrosis
dan proliferasi vaskuler. Namun metastasis kedaerah ekstrakranial jarang terjadi.
D. Insidensi dan prevalensi
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh
tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis
spinalis. Di Amerika didapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun,
sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari
seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum.
Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden
tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1 (3-12 tahun), sedangkan pada
dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.
Tumor otak primer terjadi pada sekitar enam kasus per 100.000 populasi per
tahun. Lebih sedikit pasien dengan tumor metastatik yang datang ke pusat bedah
saraf,walau insidens sebenarnya harus sebanding, bahkan melebihi tumor primer.
Sekitar 1 dari tumor otak primer terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Sekitar 15-20% pasien kanker akan didiagnosis dengan tumor otak metastasis.
Insiden dari tumor ini + 4.1-11.1 per 100.000 populasi/tahun. Insiden tumor otak
metastasis meningkat sejalan dengan semakin majunya terapi sistemik yang
memperpanjang angka harapan hidup, semakin banyaknya populasi lanjut usia,
meningkatnya insiden kanker paru dan melanoma dan kemampuan MRI dalam
mendeteksi metastasis berukuran kecil. Saat ini tumor otak metastasis dianggap
sebagai tumor intrakranial yang tersering dengan ratio 10:1 dibandingkan dengan
tumor otak primer.
Enampuluh sampai 80% tumor otak metastasis pada orang dewasa berasal dari
paru, payudara, melanoma, kolon dan ginjal. Tumor primer yang tersering adalah
paru (40-60%), diikuti oleh payudara, melanoma, kolon dan ginjal dengan insiden
relatif 10%, 3.5%, 2.8% dan 1.2% Umur saat didiagnosis tumor otak metastasis
berkorelasi dengan umur saat tumor primernya didiagnosis. Paling sering
ditemukan pada dekade ke 5 sampai dekade ke 7
Tabel 1. Insidensi tumor otak (Schwartz, Prinsip-prinsip Bedah)
Jenis Tumor
Persentase
Glioma
40-50
Astrositoma stadium 1
5-10
Astrositoma stadium 2
2-5
Astrositoma stadium 3 dan 4 (glioblastoma multiformis) 20-30
Medulloblastoma
3-5
Oligodendroglioma
1-4
Ependimoma stadium 1-4
Meningioma
Tumor hipofise
Neurolemoma (terutama saraf VII)
Tumor metastatik
Tumor pembuluh darah
Malformasi
arteriovenosa,
1-3
12-20
5-15
3-10
5-10
0,5-1
hemangioblastoma,
endothelioma
Tumor defek-defek yang berkembang
2-3
Dermoid, epidermoid, teratoma
Kordoma, kista parafiseal
Kraniofaringioma
Pinealoma
Lain-lain
3-8
0,5-0,8
1-3
Sarkoma, papiloma dari pleksus koroid, lipoma, tak
terklasifikasi, dan lain-lain
Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak pada usia
pertengahan. Meningioma intrakranial merupakan 15-20% dari semua tumor
primer di regio ini. Meningioma juga bisa timbul di sepanjang kanalis spinalis,
dan frekuensinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tumor lain yang tumbuh
di regio ini.
Di rongga kepala, meningioma banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2 :
1), sedangkan pada kanalis spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1).
Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria Ependimoma banyak ditemukan
pada anak-anak dan dewasa muda
E. Etiologi dan Patofisiologi Tumor Otak
1 Etiologi Tumor Otak
Penyebab dari kebanyakan tumor otak tetap tidak diketahui, namun beberapa
tumor, faktor predisposisinya diketahui:
a.
Iradiasi Kranial: Pengamatan jangka panjang setelah radiasi kepala
menyeluruh (antaranya untuk tinea kapitis) memperlihatkan
peninggian
insiden tumor jinak maupun ganas; astrositoma, meningioma.
b.
c.
Substansi-substansi karsinogenik.Bahan-bahan kimia seperti vinyl-chloride
Terapi Immunosupressif: Meninggikan insiden limfoma dan tumor
limforetikuler.
d.
Neurofibromatosis: Berkaitan dengan peninggian insidens glioma saraf optik
serta meningioma.
e.
Sklerosis Tuberosa: berhubungan dengan pembentukan
astrositoma
subependimal.
f.
Kelainan genetik : mutasi and delesi genetic tumor suppressor genes seperti
mutasi gen TP53 (sindrom Li-Fraumeni), P16 (sindrom melanoma-glioma),
dan MMAC1 (termutasi pada kanker lanjut). Von Hippel-Lindau syndrome,
Turcot's syndrome.
g.
Pasien dengan riwayat melanoma, kanker paru, mammae, colon, atau
h.
kanker ginjal beresiko besar terhadap tumor otak sekunder.
2 Patofisiologi Tumor Otak
Tumor secara langsung dapat memusnahkan sel-sel otak dan secara tidak langsung
memusnahkan
sel-sel
apabila
terjadi
peradangan,
penyumbatan
akibat
pertumbuhan tumor, pembengkakan dan peningkatan tekanan dalam otak (tekanan
intrakranium). Tumor ini dapat menyerang baik serebrum serebelum ataupun
pangkal otak.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gejala – gejalanya
terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan
penderita. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan
oleh dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan
intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan
otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neuron, misalnya glioblastoma multiforme.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskular primer.Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi,
invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
1. massa dalam tengkorak
2. terbentuknya edema sekitar tumor, dan
3. perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan
mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang
kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya.
Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih
osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikal lateral ke
ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat
akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari–hari atau berbulan–bulan untuk menjadi
efekif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi
sel–sel
parenkim.
Kenaikan
mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum.
tekanan
yang
tidak
diobati
Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran, dan menekan saraf otak ketiga.
Pada herniasi serebelum, tonsi serebelum tergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti
pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat
peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi
sistemik (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernapasan
2.6 Klasifikasi
Tumor otak dapat diklasifikasikan menurut lokasi, asal sel dan WHO.
A. berdasarkan lokasi
Tumor
Cerebral lobe and deepGliomas
Suprat
hemispheric tumor
(astrocytom
entoria
a&
l
glioblastom
Sella turcica tumor
a)
Meningiom
a
Metastase
Pitutary
adenoma
Craniophary
ngioma
Tumor dewasa
Acoustic
Infrate
Cerebellopontine
ntorial
tumor
a
Bagian otak lain
Brainstem
Midline tumor
glioma
anak-anak
angleschwannom
Metastases
Hemangiobl
Tumor lobus cerebellum
astoma
Meningiom
a
Medulloblas
toma
Ependymo
ma
Astrocytom
a
Tabel 2. Prediksi dan topografi tumor otak
Dapat pula kita bagi menjadi letaknya di bagian otak :
1. Hemisfer Serebral
- ekstrinsik: meningioma, sista (dermoid, epidermoid, arakhnoid)
- intrinsik : astrositoma, glioblastoma, oligodendroglioma,
ganglioglioma, linfoma, metastasis
2. Hipotalamus
astrositoma
3. Daerah Seller/Supraseller
adenoma pituitaria, kraniofaringioma *, meningioma,
optik *, sista episermoid/dermoid
4. Dasar Tengkorak dan Sinus
glioma saraf
karsinoma: nasofaringeal / bisa berakibat sinus, telinga /meningitiskarsinomatosa, khordoma, tumor glomus jugulare, osteoma
(mukosel)
5. Sistema ventrikuler
kista koloid, papiloma pleksus khoroid, ependimoma, germinoma,
teratoma, meningioma, pineositoma/pineoblastoma, astrositoma
6. Daerah Pineal
Ependimoma,
germinoma,
teratoma,
meningioma,
astrositoma,
pineositoma/pineoblastoma
7. Fossa Posterior
ekstrinsik:
neurilemmoma
(VIII,
V),
meningioma
,
sista
epidermoid/dermoid, kista arakhnoid
intrinsik : metastasis, hemangioblastoma, medulloblastoma *,
astrositoma * serebelum, batang otak
Berdasarkan
asal
sel/
jaringan tumor
Tahun 1979, WHO mengajukan
dan disetujui secara internasional, klasifikasi tumor intrakranial berdasarkan
pada jaringan asal tumornya. Ini mencegah pemakaian istilah 'glioma', yang
sebelumnya mencakup
astrositoma, oligodendroglioma, ependimoma, dan
glioblastoma multiforme. Karena sel asal glioblastoma yang sangat ganas
tidak diketahui, ia diklasifikasikan ke dalam tumor yang berasal embrionik.
Neuroepitelial
1. Astrosit
Astrositoma adalah tumor otak primer yang paling sering terjadi.
Gambaran histologis memungkinkan pemisahan ke dalam empat tingkat
tergantung tingkat keganasan. Penderajatan ini ketepatannya terbatas dan
hanya menunjukkan gambaran contoh biopsi dan tidak selalu mewakili
tumor keseluruhan. Jenis paling ganas, astrositoma anaplastik (derajat
IV), terjadi paling sering dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara
luas. Astrositoma derajat rendah yang lebih jarang terjadi, antaranya jenis
pilositik (juvenil) dan fibriler, protoplasmik dan gemistositik.
2. Oligodendrosit
Oligodendroglioma: Biasanya tumbuh lambat, tumor berbatas tegas.
Variannya antara lain bentuk anaplastik (ganas) dan 'campuran' astrositoma
oligodendroglioma.
3. Sel ependimal dan pleksus khoroid
Ependimoma: Terjadi dimana saja sepanjang sistem ventrikuler dan kanal
spinal, namun terutama terjadi pada ventrikel keempat dan kauda ekuina.
Ia menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan mungkin menyebar melalui jalur
CSS. Variannya antara lain jenis anaplastik dan subependimoma yang
berasal dari astrosit subependimal.
Papiloma pleksus khoroid: Tumor yang jarang dan terkadang sebagai
penyebab hidrosefalus akibat produksi CSS berlebihan. Biasanya jinak
namun terkadang dalam bentuk ganas.
4. Sel saraf
Ganglioglioma/Gangliositoma/Neuroblastoma: Tumor jarang berisi
sel
ganglion dan neuron abnormal. Terjadi dalam berbagai tingkat keganasan.
5. Sel pineal
Pineositoma/Pineoblastoma: Tumor yang sangat jarang. Yang disebut
terakhir kurang berdiferensiasi dengan baik dan memperlihatkan
pertumbuhan yang lebih ganas.
6. Sel berdiferensiasi buruk dan sel embrionik
Glioblastoma multiforme: Tumor sangat ganas. Dengan tidak adanya
diferensiasi sel, mencegah identifikasi jaringan asal.
Medulloblastoma: Tumor ganas anak-anak berasal dari vermis serebellar.
Kelompok kecil sel yang terkumpul padat membentuk roset sekeliling
akson yang rusak. Mungkin menyebar melalui jalur cerebrospinal.
7. Meningen
Meningioma: Berasal dari granulasi arakhnoid, biasanya sangat
dengan sinus venosa namun juga
dekat
ditemukan di atas konveksitas
hemisferik. Tumor lebih bersifat menekan daripada menginvasi otak
sekitarnya. Ia juga terjadi pada orbita dan tulang belakang. Kebanyakan
jinak (walau cenderung menginvasi tulang berdekatan) namun beberapa
mengalami perubahan sarkomatosa. Secara histologis memperlihatkan
whorls jaringan fibrosa serta sel kumparan. Tampak badan psammoma
dan kalsifikasi. Histologis terdiri jenis sinsitial, transisional, fibroblastik,
dan angioblastik.
Sarkoma meningeal dan Melanoma meningeal primer:
Tumor yang
sangat jarang.
8. Sel Selubung Saraf
Tumor intrakranial sel selubung saraf yang biasanya mengenai saraf
akustik, dan terkadang saraf trigeminal.
Neurinoma (sin. shwannoma, neurilemmoma): Tumor tumbuh lambat,
non invasif, terletak erat pada sisi saraf asalnya. Histologis terdiri dari
Antoni jenis A; kelompok padat sel yang dangkal atau berbentuk
lingkaran 'whorl'), berkelompok atau membentuk pallisade, dan
Antoni jenis B; jaringan kelompok sel stelata yang berhubungan secara
renggang.
Neurofibroma: Tumor difusa, meluas keseluruh saraf, melalui
serabut saraf lewat. Tumor ini
mana
berhubungan dengan sindroma von
Recklinghausen dan mempunyai kecenderungan yang besar menjadi
ganas dibanding neurinoma.
9. Pembuluh Darah
Hemangioblastoma: Terjadi di dalam parenkhima serebellar atau cord
spinal. 1926, Lindau
menguraikan sindroma yang berkaitan dengan
hemangioblastoma serebeler dan atau spinal dengan tumor serupa pada
retina (penyakit von Hippel) serta lesi sistik dipankreas dan ginjal.
10. Sel Germinal
Germinoma: tumor sel sferoid primitif sejenis seminoma testis.
Teratoma: Tumor mengandung campuran jaringan berdiferensiasi baik;
dermis,otot,tulang.
Keduanya adalah tumor jarang pada regio pineal (yang tidak berasal dari
sel pineal).
11. Tumor Karena Gangguan Perkembangan
Kraniofaringioma:
Asal dari sisa sel epitel bukal dan terletak dalam
hubungan yang erat dengan tangkai pituitari. Biasanya non-noduler
dengan
daerah
kistik
berisi
cairan
kehijauan
serta
material
kholesteatomatosa.
Kista epidermoid/dermoid: Tumor kistik jarang, berasal dari sisa sel yang
akan membentuk epidermis/dermis.
Kista koloid: Tumor sistik berasal dari sisa embriologis pada atap
ventrikel ketiga.
12. Kelenjar Pituitari Anterior
Adenoma pituitari: Tumor jinak, biasanya mengsekresikan jumlah yang
berlebihan dari hormon prolaktin, pertumbuhan dan adrenokortikotropik.
Adenokarsinoma: Tumor ganas yang terkadang terjadi pada pituitari.
13. Ekstensi Lokal Dari Tumor Berdekatan
Khordoma: Tumor jarang, berasal dari sisa sel notokhord. Mungkin
terjadi di mana saja dari sfenoid hingga koksiks, namun tersering di
daerah basi-oksipital dan sakrokoksigeal, menginvasi dan menghancurkan
tulang sekitarnya.
Tumor glomus jugulare (sin. khemodektoma): Tumor vaskuler berasal dari
jaringan glomus jugulare yang terletak baik pada bulbus vena jugular
internal atau pada mukosa telinga tengah. Tumor menginvasi tulang
petrosa dan bisa meluas kefossa posteior atau leher.
Tumor lokal lainnya: Antara lain khondroma, khondrosarkoma, dan
silindroma.
Limfoma Maligna Primer (sin. mikrogliomatosis): Terbentuk sekitar
pembuluh darah parenkhimal. Bisa soliter atau
multifokal. Sebagian
pasien kelainannya mengenai ekstrakranial; yang mana yang merupakan
fokus primer (intra atau ekstrakranial) tetap belum diketahui.
14. Tumor metastatik: Bisa berasal dari semua fokus primer, namun paling
sering berasal dari brokhus atau mammae.
Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan tumor primer
Jenis Tumor
Asal
Status
Keganasan
Persentase
Dari Semua
Tumor Otak
Yang
Terkena
Sering
Kordoma
Tumor sel germ
Glioma
(glioblastoma
multiformis,
astrositoma,
oligodendtrositoma)
Sel
saraf
dariJinak tetapi
kolumna spinalis invasif
Sel-sel embrionik
Ganas
jinak
Dewasa
1%
Anak-anak
Sel-sel
penyokong otak,Ganas
atau
termasuk astrositrelatif jinak
65%
Anak-anak
&
dewasa
& oligodendrosit
Hemangioblastoma
Pembuluh darah Jinak
Meduloblastoma
Sel-sel embrionik Ganas
Meningioma
atau
<>
Sel-sel
dari
selaput
yg
membungkus
Jinak
1-2%
Anak-anak
&
dewasa
Anak-anak
20%
Dewasa
otak
Osteoma
Tulang tengkorak Jinak
2&
Osteosarkoma
Tulang tengkorak Ganas
<>
Pinealoma
Adenoma hipofisa
Sel-sel
di
kelenjar pinealis
Sel-sel
epitel
hipofisa
Jinak
1%
Jinak
2%
Jinak
3%
Anak-anak
dewasa
Anak-anak
membungkus
persarafan
H. Gejala Klinis
&
dewasa
Anak-anak
Anak-anak
dewasa
Sel Schwann yg
Schwannoma
&
Dewasa
&
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini, karena pada
awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan meragukan tapi
umumnya berjalan progresif. Baik pada tumor jinak maupun ganas, gejalanya
timbul jika jaringan otak mengalami kerusakan atau otak mendapat penekanan.
Jika tumor otak merupakan penyebaran dari tumor lain, maka akan timbul gejala
yang berhubungan dengan kanker asalnya. Misalnya batu berlendir dan berdarah
terjadi pada kanker paru-paru, benjolan di payudara bisa terjadi pada kanker
payudara.
Gejala dari tumor otak tergantung kepada ukuran, kecepatan pertumbuhan dan
lokasinya.Tumor di beberapa bagian otak bisa tumbuh sampai mencapai ukuran
yang cukup besar sebelum timbulnya gejala; sedangkan pada bagian otak lainnya,
tumor yang berukuran kecilpun bisa menimbulkan efek yang fatal.
Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
1. Gejala serebral umum, nyeri kepala, kejang
2. Gejala tekanan tinggi intrakranial
3. Gejala tumor otak yang spesifik
1 Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat
dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil,
pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan
spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan
progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.
a. Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal
tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus.
Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut,
umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta
pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Nyeri kepala
terutama terjadi pada waktu bangun tidur, karena selama tidur PCO2 arteri
serebral meningkat, sehingga mengakibatkan peningkatan dari serebral blood flow
dan dengan demikian mempertinggi lagi tekanan intrakranium. Juga lonjakan
tekanan intrakranium sejenak karena batuk, bersin, coitus dan mengejan akan
memperberat nyeri kepala.
Nyeri kepala juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila
duduk. Adanya nyeri kepala dengan psicomotor asthenia perlu dicurigai tumor
otak. Nyeri kepala pada tumor otak, terutama ditemukan pada orang dewasa dan
kurang sering pada anak-anak. Pada anak kurang dari 10-12 tahun, nyeri kepala
dapat hilang sementara dan biasanya nyeri kepala terasa di daerah bifrontal serta
jarang didaerah yang sesuai dengan lokasi tumor. Pada tumor di daerah fossa
posterior, nyeri kepala terasa dibagian belakang dan leher.Penyebab nyeri kepala
ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura,
pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari
tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.
b. Muntah
Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala tumor otak dan biasanya
disertai dengan nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat tumor di fossa
posterior. Muntah tersebut dapat bersifat proyektil atau tidak dan sering tidak
disertai dengan perasaan mual serta dapat hilang untuk sementara waktu.
c. Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus,
dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab
bangkitan kejang adalah tumor otak.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
- Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
- Mengalami post iktal paralisis
- Mengalami status epilepsi
- Resisten terhadap obat-obat epilepsi
- Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Frekwensi kejang akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan tumor. Pada tumor
di fossa posterior kejang hanya terlihat pada stadium yang lebih lanjut. Schmidt
dan Wilder (1968) mengemukakan bahwa gejala kejang lebih sering pada tumor
yang letaknya dekat korteks serebri dan jarang ditemukan bila tumor terletak
dibagian yang lebih dalam dari himisfer, batang otak dan difossa posterior.
Bangkitan kejang ditemukan pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien dengan
astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
2 Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi
hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada
pemeriksaan diketemukan. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat
dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat
teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK
anpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma
dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.
Papil edema
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan
oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah
menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang
tampak terputus-putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita
sudah mengetahui gambaran papil normal terlebih dahulu. Penyebab edema papil
ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis
retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan
jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrosefalus
interim.
3 Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
a. Lobus frontal
- Menimbulkan gejala perubahan kepribadian apatis dan masa bodoh
euphoria, tetapi lebih sering ditemukan adalah gabungan dari kedua
tipe tersebut.
- Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontralateral,
kejang fokal
- Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
- Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom fosterkennedy
- Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia motorik dan disartria.
b. Lobus parietal
- Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonymus
- Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
gyrus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s. Bangkitan
kejang dapat umum atau fokal, hemianopsia homonim, apraksia. Bila
tumor terletak pada lobus yang dominan dapat menyebabkan afasia
sensorik atau afasia sensorik motorik, agrafia dan finger agnosia.
c. Lobus temporal
- Akan menimbulkan gejala hemianopsia kontralateral, bangkitan
psikomotor atau kejang yang didahului dengan aura atau halusinasi
(auraolfaktorius)
- Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia sensorik
motorik atau disfasia serta hemiparese.
- Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan
gejala choreoathetosis, parkinsonism.
d. Lobus oksipital
- Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan (aura berupa kilatan sinar yang tidak berbentuk) dimana
makula masih baik.
- Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia.
e. Tumor di ventrikel ke III
- Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan
obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan
intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan
penurunan kesadaran
f. Tumor di cerebello pontin angie
- Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
- Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
- Gejala lain timbul bila tumor membesar dan keluar dari daerah pontin angel
g. Tumor Hipotalamus
- Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
-
Gangguan
fungsi
hipotalamus
menyebabkan
gejala:
gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism, gangguan
cairan dan elektrolit, bangkitan
h. Tumor di cerebelum
- Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi
disertai dengan papil udem
- Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari
otot-otot servikal
Gangguan Gerak Pada Tumor Serebelum
Gangguan
Tremor intensional
Keterangan
Tremor osilasi yang paling jelas pada
Asinergia
Dekomposisi gerakan
akhir gerakan halus
Kurangnya kerjasama antara otot-otot
Gerakan dilakukan secara terpisah-pisah
Dismetria
Deviasi dari jalur gerakan
Disdiadokokinesis
bukan sebagai satu gerakan yang utuh
Kesalahan dalam mengarahkan gerakan
Salah tujuan gerakan
Tidak dapat melakukan gerkan yang
Nistagmus
bergantian
Osilasi mata yang cepat saat memandang
atau meilah suatu benda
i. Tumor fosa posterior
Ditemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan
nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.Tumor pada
ventrikel IV dan serebelum akan menggangu sirkulasi cairan serebrospinalis
sehingga memperlihatkan gejala tekanan tinggi intrakranial. Keluhan nyeri kepala,
muntah dan papil edem akan terlihat secara akut, sedangkan tanda-tanda lain dari
serebelum akan mengikuti kemudian.
o False localizing sign: yaitu parese N.VI bilateral/unilateral, respons ekstensor
yang bilateral, kelainann mental dan gangguan endokrin
o Gejala neurologis fokal, dapat ditemukan sesuai dengan lokalisasi tumor.
Efek Klinis
Peninggian TIK: nyeri kepala, muntah, edema papil.
Pergeseran otak: perburukan tingkat kesadaran, dilatasi pupil.
Epilepsi: terjadi pada 30 persen pasien dengan tumor otak. Bisa umum, fokal, atau
fokal berkembang menjadi umum.
1.
2.
Bangkitan parsial membantu lokalisasi lokasi tumor:
Bangkitan motor Jacksonian timbul dari korteks motor, tonik atau
klonik, dimuka atau anggota kontralateral.
3.
Bangkitan sensori timbul dari korteks sensori dan menyebabkan baal dan
tingling muka dan anggota kontralateral.
4.
5.
Bangkitan visual atau auditori sejati jarang.
Bangkitan partial kompleks (lobus temporal) timbul dari lobus
temporal medial, membentuk halusinasi visual atau auditori, perasaan rasa
abnormal, perasaan cemas, deja vu, tidak familier atau depersonalisasi
serta automatisme.
Gangguan Fungsi:
Supratentorial
Lobus Frontal:
- Kelemahan muka, lengan, tungkai kontralateral
- Disfasia ekspresif (hemisfer dominan)
- Perubahan personalitas:
tabiat antisosial, kehilangan inhibisi, kehilangan inisiatif, gangguan intelektual,
ditemukan demensia terutama bila korpus kalosum terkena (terkenanya jalur
fronto-ponto-serebeler mungkin menyerupai penyakit serebeler)
Lobus Temporal:
- Disfasia reseptif (hemisfer dominan)
- Defek lapang pandang, kuadrantanopia homonim atas
Lobus Oksipital:
- Defek lapang pandang, hemianopia homonim
Korpus Kalosum:
- Sindroma diskoneksi, Apraksia, Buta kata-kata
Lobus Parietal:
- Gangguan sensasi:
lokalisasi sentuh,
diskriminasi dua titik, gerak pasif, astereognosis, inatensi
sensori
- Gangguan lapang pandang, kuadrantanopia homonim bawah
Hemisfer dominan: disfasia reseptif, konfusi kiri/kanan, agnosia jari, akalkulia,
agrafia
Hemisfer nondominan: apraksia, agnosia
Hipotalamus/Pituitari:
- Disfungsi endokrin
Tumor supratentorial mungkin langsung merusak saraf kranial I dan II.
Penekanan atau invasi pada sinus kavernosus mungkin mengenai saraf kranial
III-VI.
Infratentorial
Otak Tengah/Batang Otak:
- Lesi saraf kranial III-XII
Tanda traktus panjang, motor dan sensori, Perburukan tingkat kesadaran, Tremor
(nukleus merah), Gangguan gerak mata, Abnormalitas pupilMuntah, tersedu
(medulla)
Serebelum:
Langkah ataksik, Tremor intensi, Inkoordinasi, Disartri, Nistagmus
Tumor batang otak intrinsik berlawanan dengan yang ekstrinsik, lebih sering
menimbulkan tanda traktus panjang (motor dan sensori) pada awal perjalanan
penyakit.
Gejala Astrositoma & Oligodendroglioma
Astrositoma dan oligodendroglioma merupakan tumor yang pertumbuhannya
lambat dan mungkin hanya menyebabkan kejang. Jika lebih ganas (astrositoma
anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik) bisa menyebabkan kelainan fungsi
otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa dan langkah yang goyah.
Astrositoma yang paling ganas adalah glioblastoma multiformis, yang tumbuh
sangat cepat sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak dan
menyebabkan sakit kepala, berfikir menjadi lambat dan rasa ngantuk atau bahkan
koma.
Download