1 KELAINAN YANG MENYERUPAI EPILEPSI ( Non

advertisement
KELAINAN YANG MENYERUPAI EPILEPSI
( Non-Epileptic Seizure (NES) )
Oleh : adhi nugroho latief
A. Latar Belakang
Kata kejang saat ini sering di hubungkan dengan penyakit epilepsi atau
dalam bahasa awam seperti ayan atau sawan, sebenarnya tidak semua
kejang adalah epilepsi.
Penentuan diagnosa yang keliru pada epilepsi membawa berbagai
dampak negative pada penderitanya. Apabila diagnosa epilepsi telah
ditegakkan, konsekuensinya penderita harus rutin minum obat anti epilepsi
( OAE ) secara bertahun-tahun dan relative merupakan medikasi yang
toksik, dengan berbagai efek samping. Disritmia jantung dan depresi
pernapasan dapat terjadi akibat pemberian OAE. Dan sebaliknya,
diagnosa yang tidak benar sering penderita mendapatkan penanganan
psikiatri yang tidak perlu.
Epilepsi merupakan salah satu penyebab morbiditas di bidang saraf
anak yang berdampak pada tumbuh-kembang anak. Epilepsi adalah suatu
kondisi neurologik yang mempengaruhi sistem saraf. Epilepsi juga dikenal
sebagai penyakit kejang.
Terdapat banyak perbedaan bentuk kejang dan hal ini berbeda dengan
kejang yang lainnya. Setiap orang memiliki bentuk kejang yang berbedabeda. Sebagai contoh, setiap 15 dari 100 orang merupakan kelainan yang
menyerupai epilepsi. Epilepsi dan kelainan yang menyerupai epilepsi
terlihat sama secara kasat mata, sebenarnya terdapat perbedaan antara
epilepsi dan kelainan yang menyerupai epilepsi dari penyebabnya.1
Kelainan yang menyerupai epilepsi atau di sebut juga serangan kejang
bukan epilepsi ( SKBE) telah lama dikenal dan sering menyulitkan para
pakar di bidang neurologi atau epilepsi. Istilah yang sering digunakan
adalah
Nonseizure
episode,
Nonepileptice
seizure,
Nonepileptic
paroxysmal disorder, Nonepileptic attack disorder. Serangan tersebut
1
menyerupai epilepsi tetapi tidak disertai letupan muatan listrik abnormal di
otak atau dalam pemeriksaan EEG normal. Gangguan-gangguan tersebut
penatalaksanaannya tidak optimal. Dalam pemberian obat antiepilepsi
sering tidak berespon dengan baik. SKBE diklasifikasikan menjadi
fisiologik dan psikologik. Karena banyaknya pemahaman yang kurang
tepat dan terlalu cepatnya mendiagnosa penyakit epilepsi penulis
bertujuan untuk mengetahui kelainan yang menyerupai epilepsi. 2
B. Pembahasan epilepsi dan kelainan yang menyerupai epilepsi
1. Epilepsi
Epilepsi adalah sebuah kondisi dimana terjadi kejang berulang. Kejang
diartikan sebagai adanya gangguan pelepasan muatan listrik abnormal
pada sel saraf diotak yang menyebabkan gangguan sementara pada
fungsi motorik, sensorik dan mental.3
International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau
for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 merumuskan kembali definisi epilepsi
yaitu suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi
yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis,
kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya.
Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat bangkitan epileptik
sebelumnya. Sedangkan bangkitan epileptik didefinisikan sebagai tanda
dan/atau gejala yang timbul sepintas (transien) akibat aktivitas neuron
yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak.3
Ada banyak tipe kejang, tergantung pada bagian utama otak yang
terlibat. Syarat epilepsi tidak dilihat dari tipe kejang atau penyebab kejang,
hanya menandakan adanya kejang yang terjadi lagi dan lagi.
Epilepsi merupakan diagnosis klinis, pemeriksaan EEG merupakan
neurofisiologi yang diperlukan untuk melihat adanya fokus epileptogenik.
Menentukan sindrom epilepsi tertentu dan kelainan yang menyerupai
epilepsi.
2
Pada penelitian terbaru memperlihatkan bahwa 70% kejang yang
terjadi pada anak-anak dan dewasa yang baru terdiagnosis epilepsi dapat
dikontrol dengan baik oleh pengobatan. Dan 30% orang yang mengalami
kejang tidak memberikan respon yang baik dengan pengobatan yang
tersedia.
2. Kelainan yang menyerupai epilepsi
Kejang pada epilepsi di sebabkan karena adanya ketidakseimbangan
aktivitas listrik pada otak ( kelainan ini berasal dari otak ). Otak kita
mengontrol bagaimana kita berpikir, bergerak dan merasakan. Dengan
cara mengantarkan informasi listrik dari sel otak ke sel otak lainnya.
Kejang pada epilepsi terjadi karena terganggunya aktivitas listrik di otak.
Kelainan yang menyerupai epilepsi tidak terjadi gangguan aktivitas listrik
di otak, sehingga kelainan menyerupai epilepsi merupakan kejang yang
tidak sama dengan epilepsi.1,3
Kelainan yang menyerupai epilepsi atau yang disebut non-epileptic
seizure, unlike epileptic seizure adalah kejang yang sebenarnya
pseudoseizure, para pakar biasanya mendiagnosa dengan “non-epileptic
seizure” dan ada juga para pakar yang mendiagnosa “non-epileptic attack
disorder”, pada pasien yang terlihat memiliki penyakit kejang.4
Seperti yang telah di singgung di atas, setiap serangan/kejadian
paroksismal yang disertai dengan gangguan neurologi sepintas dapat
serupa dengan serangan epilepsi, meskipun kenyatannya tidak sama.
Aicardi membagi kelainan menyerupai epilepsi menjadi tujuh kategori
seperti kejang anoksik, Episode Apnea, Bradikardia pada bayi muda (
Near-Miss-Sudden Death Syndrome ), Vertigo Paroksismal, Manifestasi
psikiatri akut, Migren dan sindroma periodik, Tic dan gerakan/kebiasan
abnormal, Gangguan paroksismal yang terjadi pada waktu tidur. Gestaut
dan Brouhton mengklasifikasikan menjadi empat kategori besar seperti
anoksik, toksik, psikik dan hipnik atau “sleep related”. Pada tahun 1991,
Porter membagi kelainan menyerupai epilepsi menjadi dua bagian besar
3
yaitu psikogenik dan fisiologik. Kedua kejang pada non-epileptic memiliki
perbedaan tingkah laku ketika dibandingkan dengan kejang epilepsi.
Tabel. Serangan Kejang Epilepsi dan Serangan Kejang Bukan Epilepsi
Kejang
SKBE
SKE
Psikologik
Pembagian
ILAE
Fisiologik/
Organik
Menurut Jeavons dan Cook ( 1983 ) 20-30 % penderita yang dirujuk ke
klinik karena epilepsi ternyata bukanlah epilepsi dan diantaranya 44%
adalah penderita sinkop, 20% kelainan psikiatrik, 11% serangan menahan
napas ( Breath Holding Spell ), 6% migren, 6% night terror dan lain-lainnya
11%. Demikian pula yang di laporkan Aicardi ( 1986 ). Perbedaan yang
paling utama antara epilepsi dan non-epilepsi menurut Engel dan Peddy (
2002 ) yakni tidak terdapatnya faktor pencetus serangan epilepsi (
unprovoked paroxysmal repeated seizure ) sedangkan pada serangan
non-epilepsi selalu ada.5
2.1.
Kelainan yang menyerupai epilepsi Psikologik
Bentuk kelainan yang menyerupai epilepsi yang pertama adalah
kelainan yang menyerupai epilepsi psikologik, seperti yang tercantum
dalam Epilepsy Foundation, adalah kelainan menyerupai epilepsi
psikologik. Kelainan yang menyerupai epilepsi psikologik atau yang di
sebut “kejang psikogenik”. Kelainan yang menyerupai epilepsi psikologik
memiliki gejala pada tingkah laku yang berbeda dan lebih berat dari
kejang epilepsi. Kelainan yang menyerupai epilepsi psikologik biasanya di
mulai pada masa anak-anak atau lebih muda. Kelainan yang menyerupai
epilepsi psikologik, penderita akan kejang ketika ada orang di sekitar.
Berbeda dengan kejang epilepsi, penderita akan kejang tidak memilih
4
tempat dan keadaan baik ada orang atau dalam ruangan sendiri. Kelainan
yang menyerupai epilepsi psikologik di sebabkan oleh trauma psikologis
atau masalah yang mempengaruhi pola pikir penderita dan kerja otak.
Selim R. Benbadis, M. D., dan Leanne Herriaud, R. N penulis dari artikel
“Psychogenic ( Non-epileptic ) Seizure”, mengatakan kelainan yang
menyerupai epilepsi psikologik mirip kejang grand mal dengan gerakan
kejang yang seluruh badan. Sebagian kecil, mirip kejang parsial komplek
dengan kehilangan perhatian. Karena kelainan menyerupai epilepsi
psikologik, terapi yang diberikan adalah konseling untuk membangun
mental penderita, prognosis baik berkisar 60-70% penderita tidak ada
gejala kejang.4
Kelainan yang menyerupai epilepsi psikogenik terdapat 3 tipe yang
berbeda.1
1. Kejang disosiasi adalah involunter dan terjadi tanpa disadari.
Orang yang tidak dapat mengontrol kelebihan pada ketakutan
dan penderita tidak dapat menghilangkan rasa takut yang
mendalam. Bentuk ini adalah yang paling sering pada kelainan
yang menyerupai epilepsi psikologik.
2. Serangan panik adalah masalah kondisi psikiatrik. Penderita
dapat
terjadi
pada
saat
ketakutan,
ketika
mengingat
pengalaman yang menakutkan, atau dalam situasi tidak
diharapkan
menyebabkan
menjadi
ketakutan.
penderita
Serangan
menjadi
panik
berkeringat,
akan
palpitasi
(
merasakan denyut jantung ), gemetaran dan sulit bernapas.
Penderita ada juga yang sampai kehilangan kesadarannya
sampai pingsan dan tubuh bergetar ( kejang ).
3. Kejang tiruan terjadi di bawah kesadaran. Sebagai contoh ketika
kejang bagian dari Munchausen’s syndrome, kejadian psikiatrik
yang
langka
ketika
penderita
mengemudi
pemeriksaan menyeluruh dan pengobatan.
5
membutuhkan
2.2.
Fisiologik/ Organik
Bentuk kedua dari kelainan yang menyerupai epilepsi, seperti yang
tercantum dalam Epilepsi Foundation, adalah kelainan yang menyerupai
epilepsi fisiologik. Kelainan ini tidak sama seperti kelainan yang
menyerupai epilepsi psikogenik, kelainan yang menyerupai epilepsi
fisiologik terjadi karena ada perubahan fungsi pada otak, seperti
perubahan metabolik. Sebagai contoh kelainan yang menyerupai epilepsi
adalah breath holding spell, benign paroksismal vertigo, episode sinkope
dan migraine, National Institutes of Neurogical Disorder and Stroke
menambahkan Narcolepsi dan Tourette sindrom salah satu penyebab
kelainan yang menyerupai epilepsi fisiologik. Perbedaan kelainan yang
menyerupai epilepsi fisiologik dan kejang epilepsi sangat sulit, oleh karena
itu di butuhkan observasi medis yang rutin dan pemeriksaan penunjang
yang berarti.4
2.2.1. Migren dengan aura
Migren dengan aura / migren klasik ditemukan lebih sering pada
orang dewasa, jarang pada anak-anak yang berkisar 2-15%. Migren ini
secara patofisiologi terdiri dari 2 fase yaitu fase konstriksi pada arteri
carotis interna dan vasodiltasai pada arteri carotis eksterna. Pada fase
konstriksi, gejala aura yang timbul terutama gangguan visual dan
kadang-kadang
aura
sensoris/otonomik.
Aura
visual
berupa
penglihatan yang tiba-tiba kabur, buta sejenak atau cahaya yang
terang-benderang, skotoma, hemianopsia dan halusinasi visual.
Sedangkan aura somato-otonomik antara lain gangguan bicara,
amnesia, perubahan kelemahan motorik yang fokal, opistotonus,
hemiplegic dan oftalmoplegi. Keadaan inilah yang disalah diagnosiskan
sebagai epilepsi. Fase vasokonstriksi ini berlangsung kurang dari 20
menit.3,5
6
2.2.2. Migren tanpa aura
Migren tanpa aura/ migren umum lebih banyak ditemukan pada
anak-anak dan remaja. Gejala-gejalanya lebih bervariasi, tidak bifasik
dan tidak khas. Gangguan penglihatan tidak menonjol, yang lebih
menyolok ialah perubahan kepribadian seperti irritable dan letargi yang
oleh orang tuanya menggambarkan sebagai pucat, lemas dan terdapat
lingkaran hitam di bawah mata. Nyeri kepalanya bifrontal dan
bitemporal, berdenyut disertai kehilangan nafsu makan, nyeri perut,
mual dan muntah. Anak-anak ini biasanya terganggu oleh cahaya dan
suara atau keributan, lalu mencari tempat tenang untuk tidur dan
setelah sadar keadaannya menjadi lebih baik. Lama serangan
beberapa jam dalam sehari. Kelainan ini mudah dibedakan dengan
epilepsi, karena serangan berlangsung beberapa jam atau beberapa
hari.3,5
2.2.3. Migren kompleks
Migren kompleks yaitu migren yang disertai dengan disfungsi
neurologis antara lain, migren oftalmoplegi, migren hemiplegic, migren
arteria basilaris dan migren konfusional. Pada migren ini defisit
neurologis terjadi akibat vasokonstriksi intrakranial yang menimbulkan
terjadinya
iskemi
dan
edema
pada
daerah
otak/organ
yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Bila iskemi dan
edema ringan, gejala-gejala akan berlangsung singkat dan sembuh
sempurna. Akan tetapi bila vasokonstriksi berlangsung lama akan
terjadi infark serebri dan defisit neurologis akan menetap. Setiap
penderita migren kompleks harus dievaluasi secara lengkap seperti
penderita dengan sindrom neurologi akibat kelainan struktural sampai
terbukti bukan epilepsi. Penderita harus menjalani pemeriksaan seperti
EEG, CT-Scan dan MRI sebelum diagnosis ditegakkan.3,5
7
2.2.4. Migren varian
Migren varian adalah disfungsi neurologis yang bersifat
paroksismal rekuren pada anak dengan riwayat migren dalam keluarga
dan atau kelak akan menderita migren dikemudian hari, contoh migren
varian : Benign Paroksismal Vertigo ( BPV ) dan Benign Paroksismal
Torticolis ( BPT ).3,5
2.2.4.1.
Benign Paroksismal Vertigo
Pertama kali dilaporkan oleh Baser. Gejala-gejala kardinal
atau serangan vertigo timbul dengan tiba-tiba dengan faktor provokasi
yang
kadang-kadang
tidak
teridentifikasi,
berlangsung
singkat,
beberapa detik sampai beberapa menit, serangan disertai ataksia dan
nistagmus. Gejala-gejala tambahan : anak pucat dan berkeringat. Anak
tidak dapat bergerak, duduk atau berdiri tanpa bantuan, kesadaran
tidak terganggu. Usia onset dibawah 4 tahun dengan distribusi kelamin
yang sama. Frekuensi serangan lebih banyak pada bulan-bulan
pertama sesudah onset dan berlangsung beberapa kali, sehari atau
seminggu kemudian semakin jarang dan berhenti spontan sesudah
beberapa bulan atau tahun. Dari penelitian, hubungan antara BPV
dengan migren tidak jelas, hanya sebagian kecil yang kelak akan
menderita migren dan juga tidak ada hubungan dengan riwayat
keluarga yang menderita migren.3,5
2.2.4.2.
Benign Paroksismal Tortikolis
Gejala cardinal hampir mirip dengan BPV tetapi lebih jarang.
Gejala utamanya adalah serangan berulang ekstensi kepala disertai
dengan nyeri kepala, mual dan muntah. Hanya terjadi pada bayi-bayi
berusia 2-8 bulan. Diantaranya serangan anak nampak sehat seperti
biasa. Tidak diperlukan pengobatan, hanya bimbingan psikis pada
orang tua dan pemantauan medis selanjutnya untuk menghindari
kelainan pada vertebrae servikal seperti fraktur atau dislokasi.
8
Beberapa bayi dengan benign paroksismal tortikolis akan berkembang
menjadi migren pada remaja.3,5
2.2.5. Serangan Menahan Napas
Serangan Menahan Nafas ( SMN ) atau Breath Holding Spell (
BHS ), serangan menahan nafas tidak jarang dijumpai pada anak-anak
dengan insiden 4,6-4,7% terutama pada usia 6-18 bulan. Pada usia
lebih dari 2 tahun, onset kurang dari 10%. Frekuensi serangan
bervariasi, biasa beberapa kali dalam sehari sampai sekali dalam
setahun.
Dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu SMN biru ( Blue BHS )
dan SMN putih ( Palid BHS ).3,5
2.2.5.1.
Serangan Menahan Napas biru
SMN biru ( Blue BHS ) diawali dengan anak menangis oleh
karena rasa takut, dimarahi, frustasi dan rasa nyeri. Tangisannya
makin lama, makin keras dan pada puncak tangis sesudah ± 15 detik,
pernafasan tertahan ( apnea ) yang selalu terjadi pada waktu ekspirasi.
Apnea dengan segera diikuti oleh sianosis, tidak sadar, lemas dan
segera akan sadar kembali. Kadang-kadang dapat juga menjadi kaku
dan diikuti oleh beberapa sentakan ( kejang ) dengan mata membalik
ke atas, kemudian akan bernafas lagi dan sadar. Keadaan ini terjadi,
oleh karena berkurangnya aliran darah ke otak karena peninggian
tekanan dalam rongga dada. Lama serangan biasanya berlangsung 1
sampai 5 menit. Tidak memerlukan pengobatan, hanya konseling dan
bimbingan psikis pada keluarga. Tidak ada komplikasi di kemudian
hari.3,5
2.2.5.2.
Serangan Menahan Napas putih
SMN putih ( Palid BHS ) sangat berbeda dengan serangan
SMN biru. Serangan ini terjadi karena trauma ringan benturan kepala.
Anak menjadi frustasi dan marah, kemudian menjadi tidak sadar, pucat
9
dan kaku atau lemas. Peristiwa ini disangka penderita meninggal
dunia. Lama serangan kurang dari 1 menit, lalu anak sadar dan tertidur
kembali selama beberapa jam. Kadang-kadang tidak didahului oleh
menangis atau menangis singkat dan tidak terdapat sianosis dan
terkadang disertai sentakan klonik dengan mata melirik ke bawah.
Peristiwa inilah yang menyebabkan salah diagnosis, sebagai epilepsi.
Mekanisme SMN putih berbeda dengan SMN biru, SMN jenis ini
dikenal dengan refleks anoksik sinkop ( RAS ). Serangan ini terjadi
akibat kegagalan sirkulasi ( bradikardi ) dan asistole oleh karena
pengaruh refleks vasovagal. Hal ini bisa terbukti dengan melakukan
penekanan pada bola mata, dengan segera timbul serangan SMN
putih. Kedua jenis SMN ini sering didagnosis sebagai epilepsi, tetapi
dengan anamnesis yang cermat dan teliti dapat di bedakan dengan
epilepsi.3,5
2.2.6. Sinkop
Sinkop dan sejenisnya, sinkop berasal dari bahasa Yunani
“Sjynkope” yang berarti memotong dan memecahkan. Sinkop adalah
kehilangan dengan tiba-tiba kesadaran dan tonus postural akibat
berkurangnya aliran darah ke otak. Umumnya terjadi pada anak dan
remaja yang sehat. Menurut mekanisme terjadinya sinkop dapat
dibedakan atas sinkop oleh karena gangguan kardiovaskuler (
cardiovascular mediated syncope ) dan neuromediated syncope.
Cardiovascular mediated syncope mempunyai mortalitas dengan
insidensi mati mendadak yang lebih tinggi. Apapun penyebabnya,
sinkop selalu disertai penurunan tekanan darah yang sangat hebat.
Dalam hal demikian otoregulasi pembuluh darah di otak tidak dapat
berfungsi efektif dan mengakibatkan terhentinya atau berkurangnya
aliran darah ke otak. Neuromediated syncope sebelumnya disebut
vasovagal syncope atau sinkop vasodepresi yang biasanya sukar
dibedakan daripada epilepsi. Serangan biasanya terjadi pada anak
10
yang normal dan sehat. Mula-mula terjadi fase prodromal kepala
terasa ringan penglihatan kabur, nyeri daerah epigastrium, rasa mual,
pucat dan berkeringat dingin. Faktor pencetusnya seperti berdiri terlalu
lama, perubahan posisi ( ortostasis ), kerumunan orang banyak,
kepanasan, kelelahan, kelaparan. Faktor emosi atau stress seperti
nyeri dan rasa takut situasi kebingungan ( fight or flight ) juga sering
terindentifikasi sebagai faktor pencetus. Sesudah fase prodromal ini,
diikuti dengan kehilangan kesadaran kemudian penderita jatuh lemas
dan tidak sadar yang biasanya singkat dengan durasi 1-2 menit, lalu
akan pulih kembali secara spontan tanpa ada defisit neurologi yang
menyertai. Selama serangan kadang-kadang pasien memperlihatkan
posisi opistotonus atau sentakan-sentakan singkat dan jarang terjadi
inkontinensia. Pada pemeriksaan EEG, CT-scan dan MRI tidak
terdapat kelainan yang berarti.3,5
2.2.7. Tourette sindrom
Suatu kelainan neurologis dengan karakteristik kebiasaan
pengulangan ( repetitive ), meniru gerakan ( stereotyped ), gerakan
yang tidak sesuai kehendak ( involuntary movement ) dan gejala
kejang fokal yang di sebut tics. Gejala tourette syndrome ditemukan
pada masa anak-anak, rata-rata berusia 3-9 tahun. Anak laki-laki 3-4x
lebih banyak daripada anak perempuan. Pada
gejala tics di
klasifikasikan menjadi dua yaitu simpel dan komlpek. Gejala simpel
adalah tiba-tiba, singkat, pengulangan gerakan yang tidak disadari
dengan jumlah yang terbatas pada beberapa otot. Beberapa
melakukan mengedipkan mata berulang dan bola mata bergerak,
muka merintih, bahu diangkat dan kepala atau bahu digerak-gerakan.
Suara yang di keluarkan pada simpel tics antara lain pengulangan
membersihkan tenggorokkan ( berdehem ), mengendus-endus atau
suara merintih. Sedangkan pada komplek tics adalah berbeda,
koordinasi gerakan yang tidak disadari pada banyak otot. Gerakan
11
motorik pada kompleks antara lain muka merintih bersamaan kepala
berputar dan bahu diangkat. Beberapa menunjukkan muka memohon
disertai mengendus-endus atau menyentuh benda, jingkrak-jingkrak,
lompat-lompat, pembengkokkan atau berputar. Dan adanya korprolalia
yang di mulai masa remaja awal dan terjadi pada sepertiga dari semua
kasus. Pada beberapa kasus yang berat, terjadi cedera fisik.
Sampai sekarang penyebab pasti dari tourette syndrome masih
tidak diketahui, beberapa penelitian mengatakan adanya abnormalitas
di region otak ( termasuk ganglia basalis, lobus frontalis dan korteks
serebri ), beberapa bagian saling berhubungan pada region ini dan
neurotransmitter ( dopamine, serotonine dan norepinephrine ) yang
mempengaruhi informasi pada sel syaraf.3,6,7
2.2.8. Gangguan Tidur
Ganggun proksismal selama tidur yang paling sering pada anak
adalah parasomnia. Parasomnia dilukiskan sebagai fenomena motorik,
otonom atau pengalaman yang tidak dikehendaki, yang terjadi selama
tidur. Parasomnia biasanya timbul pada waktu tidur gelombang
lambat.3,5,7
2.2.8.1.
Nightmare
Gangguan ini terjadi pada fase tidur yang tidak dalam ( rem
sleep ). Nightmare pada anak memberikan gambaran yang hampir
sama seperti night terror, cuma hanya terjadi pada fase rem sleep.
Serangan berhubungan dengan manifestasi stereotipik automatisme,
altimeter, seperti gerakan menelan atau kecap gigi yang berulangulang pada waktu tidur. Frekuensi nightmare paling sering di pagi hari.
Biasanya terdapat pada anak usia 3-6 tahun dan lebih sering pada
anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak sadar sepenuhnya dan
member respon bila ditenangkan dan melukiskan dengan jelas sebabsebab terjadinya peristiwa tersebut.3,5,7
12
2.2.8.2.
Pavor Nocturnus ( Night Terror )
Gangguan ini terjadi pada anak usia 18 bulan-5 tahun dalam
bentuk serangan yang berulang-ulang setelah 1-2 jam tidur, anak tibatiba berteriak dan menjerit, nampak ketakutan, mata terbelalak,
walaupun kelihatan seperti sadar, anak tidak mengenal orang lain dan
terus-menerus
menangis,
walaupun
ditenangkan.
Serangan
ini
berlangsung beberapa menit dan kemudian anak tidur lelap dan
setelah bangun tidak mengingat lagi peristiwa yang terjadi. Serangan
biasanya terjadi setiap malam, selama beberapa hari, lalu akan
berhenti dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Night terror terjadi
selama tidur non-REM yang dalam, sehingga mereka melupakan
kejadian tersebut. Seringkali night terror berkembang menjadi
somnabulisme ( sleep walking ).5,7
2.2.8.3.
Somnabulisme ( Tidur Berjalan )
Ditemukan pada anak berumur 5-12 tahun seperti Night
Terror, peristiwa ini terjadi sesudah 1-2 jam. Penderita bangun dari
tidur, melihat ke sekitar lalu berjalan atau naik tangga, anak nampak
kebingungan tetapi sepenuhnya sadar dan melakukan aktifitas yang
tidak bertujuan jelas. Biasanya penderita tidak menjawab bila disapa.
Serangan berlangsung selama beberapa menit, kadang-kadang bisa
20-30 menit, kemudian anak tidur kembali. Aktifitas yang dilakukan
biasanya anak ke kamar mandi. Penderita biasanya tidak mengingat
peristiwa tersebut walaupun jarang epilepsi parsial kompleks harus
dibedakan dari somnabulisme, hal ini dikarenakan somnabulisme
merupakan non-REM. Perlu dilakukan poli samnografi atau EEG, jika
terjadi serangan di pagi hari atau REM sleep, somnabulisme harus
diragukan. Tidak diperlukan pengobatan, hanya harus diawasi untuk
mencegah terjadinya cedera.3,5,7
13
2.2.8.4.
Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan mekanisme tidur secara
spesifik, mekanisme penghambat REM dan telah dipelajari pada anjing
dan manusia. Gejala paling sering penderita adalah tidak dapat
menghindari serangan tidur. Hampir 50% pada kasus jangka panjang
adalah katapleksi, hilangnya tonus otot secara tiba-tiba seperti “jaw
drop”, “head drop”, kelemahan lutut atau paralisis semua otot rangka
dengan kolaps dan kejang yang merupakan masuknya proses tidur
yang dalam. Penderita tetap terjaga selama episode katapleksi singkat.
Gejala lain adalah halusinasi hipnagogik atau hipnopompik, baik
auditorius maupun visual yang terjadi pada onset tidur atau saat
terjaga. Narkolepsi dapat terjadi pada setiap umur, tetapi paling sering
pada awal masa remaja atau dewasa muda, sebagian besar sebelum
usia
30
tahun.
Narkolepsi
dapat
berbahaya
karena
dapat
menyebabkan kecelakaan kendaraan bermotor atau kerja.3,7 8
2.2.9. Head Banging ( Bentur Kepala )
Gerakan kepala secara ritmik pada bayi dan anak, biasanya
mulai terjadi sebelum tidur dan pada stadium satu dan dua fase tidur
non-rem. Anak mungkin akan membenturkan kepalanya atau seluruh
tubuhnya pada kasur atau benda keras. Kebiasaan ini dimulai pada
umur 6 bulan dalam bentuk tubuh seperti batu dan 3 bulan kemudian
berubah menjadi BK atau head rolling ( kepala berguling ). Sering
ditemukan pada usia kurang dari 12 bulan dan akan menghilang pada
usia 4 tahun. Lebih banyak ditemukan pada anak lelaki daripada anak
perempuan. Etiologi hingga saat ini tidak diketahui secara pasti. Pada
pantauan yang lebih lanjut, anak dengan BK lebih sering ditemukan
pada mereka yang menderita retardasi mental. Selain mereka,
terdapat pula gejala-gejala lain seperti menarik-narik rambut, memukul,
mencakar, menggigit dan perbuatan lain yang menyakitkan diri sendiri
dan orang lain.5
14
C. Kesimpulan
1. Epilepsi bergejala klinis kejang, namun tidak semua kejang adalah
epilepsi.
2. 15 dari 100 penderita adalah kelainan yang menyerupai epilepsi.
3. Kelainan yang menyerupai epilepsi bisa juga disebut serangan kejang
bukan
epilepsi,
Nonseizure
episode,
Nonepileptice
seizure,
Nonepileptic paroxysmal disorder, Nonepileptic attack disorder dan
pseudoseizure.
4. Kelainan yang menyerupai epilepsi tidak sama dengan epilepsi, karena
pada kelainan yang menyerupai epilepsi tidak ada letupan listrik yang
abnormal pada otak.
5. Secara garis besar kelainan yang menyerupai epilepsi dibagi menjadi
2, yaitu kelainan yang menyerupai epilepsi psikologik/psikogenik dan
fisiologik/organik.
6. Kejang disosiasi, serangan panik dan kejang tiruan adalah kelainan
yang menyerupai epilepsi psikologik/psikogenik karena berhubungan
dengan mood dan perasaan penderita.
7. Migren, Benign Paroksismal Vertigo, Benign Paroksismal Tortikolis,
Serangan Menahan Napas, Tourette Sindrom, Nightmare, Night Terror,
Somnabulisme, Narkolepsi dan Head Banging adalah kelainan yang
menyerupai epilepsi fisiologik/organik karena berhubungan dengan
perubahan neurotransmitter pada otak namun tidak mencetuskan
letupnya kejang pada sel-sel otak.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Epilepsy
society.
Non-epileptic
seizure
:
http://www.epilepsysociety.org.uk/AboutEpilepsy/Associatedconditio
ns/Non-epilepticseizures
2. Children allergy center. Kejang epilepsy, Nonseizure episode,
Nonepileptic seizure, Nonepileptic paroxysmal disorder atau
nonepileptic attack disorder dan alergi-hipersensivisitas makanan :
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2010/09/22/kejangepilepsi-nonsiezure-episode-nonepilepticseizure-nonepilepticparaxysmal-disorders-atau-nonepileptic-attack-disorders-dan-alergihipersensitifitas-makanan/
3. Behrman, Kliegman dan Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics 17 th
Edition. Saunders: Philadelphia. 2004
4. Livestrong.
Type
of
Non
Epileptic
Seizures
:
http://www.livestrong.com/article/53281-types-nonepilepticseizures/
5. Bagian
Kelainan
Anak
Fakultas
yang
Kedokteran
menyerupai
Universitas
epilepsy
:
Hasanuddin.
http://pediatric-
unhas.com/kelainan-menyerupai-epilepsi-2/
6. Tourette syndrome fact sheet. National Institute of Neurological
Disorder
and
Stroke
:
http://www.ninds.nih.gov/disorders/tourette/detail_tourette.htm
7. Harold I, Kaplan, Benjamin J, Sadock dan Jack A, Grebb. Sinopsis
Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Binarupa
Aksara: Tangerang. 2010.
8. Thoracic
and
Sleep
Group.
http://www.thoracicandsleep.com.au/sleep/sleepdisorders/narcolepsy
16
Narcolepsy
:
Download