BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor DC Dalam kehidupan sehari – hari penggunaan motor DC dapat kita lihat pada motor starter mobil, pada tape recorder, pada mainan anak–anak, dan pada pabrik–pabrik, motor DC digunakan untuk elevator, conveyor, dan sebagainya. Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Kumparan medan pada motor DC disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika terjadi putaran pada kumparan jangkar dalam medan magnet, maka akan timbul tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran. Prinsip kerja dari arus searah adalah membalik phasa tegangan dari gelombang yang mempunyai nilai positif dengan menggunakan komutator, dengan demikian arus yang berbalik arah dengan kumparan jangkar yang berputar dalam medan magnet. Bentuk motor paling sederhana memiliki kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas di antara kutub-kutub magnet permanen. Gambar 2.1 Motor DC Prinsip dasar dari motor arus searah adalah jika sebuah kawat berarus diletakkan diantara kutub magnet (U-S) maka pada kawat itu akan bekerja suatu 6 7 gaya yang akan menggerakkan kawat itu. Arah gerak kawat itu dapat ditentukan dengan kaidah tangan kiri yang berbunyi : “Apabila tangan kiri terbuka diletakkan diantara kutub Utara dan Selatan sehingga garis gaya yang keluar dari kutub utara menembus telapak tangan kiri dan arus didalam kawat mengalir searah dengan arah keempat jari, maka kawat itu akan mendapat gaya yang arahnya sesuai dengan arah ibu jari (gambar 2.2.)”. Gambar 2 2 Kaidah Tangan Kiri Fleming Besarnya gaya tersebut : F = B i l Newton .............................................. (2.1) Dimana: B = kerapatan fluks (webber) l = panjang penghantar (meter) i = arus yang melewati penghantar (ampere) Gambar 2.3 Gerak magnet Berdasarkan gambar 2.3 bila arus listrik yang mengalir dalam kawat arahnya menjauhi kita maka medan – medan magnet yang terbentuk di sekitar kawat 8 arahnya searah dengan putaran jarum jam. Sebaliknya bila arus listrik yang mengalir dalam kawat arahnya mendekati kita maka medan – medan magnet yang terbentuk di sekitar kawat arahnya berlawanan dengan arah perputaran jarum jam (percobaan Maxwel). 2.1.1 Komponen utama motor DC Adapun komponen utama yang dimiliki motor DC adalah sebagai berikut: a. Kutub medan permanen. Secara sederhana digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo yang menggerakkan bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau lebih kompleks terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima supply dari luar sebagai penyedia arus medan (penguat terpisah). b. Armatur / Jangkar Bila arus masuk menuju jangkar, maka arus ini akan menjadi elektromagnet. Jangkar yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, jangkar berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan. c. Komutator Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo. Komutator juga membantu dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber daya. Laju torsi dan arah dapat diubah sesuai beban bekerja pada tegangan rendah. Konduktor yang mengalirkan arus akan merasakan gaya di dalam medan magnet. 9 2.1.2 Jenis-jenis motor DC a. Motor DC penguat terpisah memiliki control arus jangkar dan medan yang terpisah. Arah putaran motor dapat diatur atau diubah dengan cara mengubah atau membalik arah aliran arus jangkar atau medan. DC Supply M Kumparan Medan Gambar 2.4 Motor DC Penguat Terpisah b. Motor DC penguat sendiri / self excited: 1. Motor shunt. Pada motor shunt, kumparan medan (medan shunt) dihubungkan secara paralel dengan kumparan jangkar (motor) seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.5 Oleh karena itu total arus dalam jalur merupakan penjumlahan arus jangkar dan arus medan. M Shunt Field DC Supply Gambar 2.5 Motor DC Shunt Kecepatan pada motor shunt relatif konstan tidak tergantung pada beban oleh karena itu cocok untuk penggunaan komersial dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan mesin. Motor ini menghasilkan torka awal yang sangat kecil, kecepatan dalam kondisi tanpa beban yang jauh lebih kecil, serta memiliki regulasi kecepatan yang baik. 10 Selain itu kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang tahanan dalam susunan seri dengan motor maka kecepatan berkurang atau dengan memasang tahanan pada arus medan maka kecepatan bertambah. 2. Motor seri Dalam motor seri, kumparan medan dihubungkan secara seri dengan kumparan jangkar seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.6 Oleh karena itu, arus medan sama dengan arus dinamo. Series Field DC Supply M Gambar 2.6 Motor DC Seri Motor ini dapat menghasilkan torka awal yang sangat tinggi serta kecepatan dalam kondisi tanpa beban yang sangat besar sehingga harus dihindarkan menjalankan motor seri tanpa ada beban. Meskipun demikian, dalam kondisi beban ringan, dapat muncul kondisi yang membahayakan di mana motor memiliki kemungkinan untuk berputar dalam kecepatan yang terlampau tinggi. Pembalikan polaritas tegangan catu tidak memiliki efek terhadap arah putaran motor, karenabaik arus jangkar dan medan keduanya berbalik arah. Kecepatan pada motor seri dibatasi pada 5000 rpm.Motormotor seri cocok untuk penggunaan yang memerlukan torque penyalaan awal yang tinggi, seperti derek dan alat pengangkat hoist. c. Motor DC kompon/gabungan Motor DC kompon merupakan gabungan motor seri dan shunt. Pada motor kompon, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara paralel dan seri 11 dengan kumparan motor (M) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.7 sehingga, motor kompon memiliki torsi penyalaan awal yang bagus dan kecepatan yang stabil. Makin tinggi persentase penggabungan (yakni persentase kumparan medan yang dihubungkan secara seri), makin tinggi pula torsi penyalaan awal yang dapat ditangani oleh motor ini. Series Field DC Supply M Shunt Field Gambar 2.7 Motor DC Kompon 2.1.3 Motor DC Magnet Permanen Motor DC magnet permanen adalah motor yang medan magnet utamanya berasal dari magnet permanen. Kumparan medan elektromagnetik digunakan untuk medan jangkar. Gambar 2.8 memperlihatkan operasi motor DC magnet permanen. Arus mengalir melalui kumparan jangkar dari sumber tegangan DC, menyebabkan jangkar berfungsi sebagai magnet. Kutub pada kumparan jangkar akan ditarik oleh kutub medan utama dari polaritas yang berbeda, sehingga jangkar berputar. Pada gambar 2.8a terlihat jangkar berputar searah dengan putaran jarum jam. Apabila kutub jangkar segaris dengan kutub medan, sikat-sikat ada pada celah di komutator sehingga tidak ada arus mengalir pada jangkar. Jadi, gaya tarik atau gaya tolak dari magnet akan berhenti, seperti tampak pada gambar 2.8b. Kemudian kelembaman membawa jangkar melewati titik netral. Komutator akan membalik arus jangkar ketika kutub yang tidak sama dari jangkar dan medan saling berhadapan satu sama lain, sehingga membalik polaritas medan jangkar. Kutub-kutub yang sama dari jangkar dan medan kemudian menjadi saling tolak 12 menolak, sehingga jangkar berputar terus menerus seperti diperlihatkan pada gambar 2.8c. Gambar 2.8 Operasi Motor DC Magnet Permanen Arah putaran dari motor DC magnet permanen ditentukan oleh arah arus yang mengalir pada jangkar. Pembalikan ujung-ujung jangkar tidak akan membalik arah putaran. Salah satu keistimewaan dari motor DC magnet permanen ini adalah kecepatannya dapat dikontrol dengan mudah. Kecepatan motor magnet permanen berbanding langsung dengan harga tegangan yang diberikan di jangkar karena memiliki nilai fluks yang konstan. Jadi, semakin besar tegangan jangkar maka kecepatan motor akan semakin tinggi. Adapun persamaan-persamaan yang digunakan dalam karakteristik kerja motor arus searah adalah sebagai berikut : Ia Ra V M Gambar 2.9 Rangkaian Pengganti Motor DC Dimana : n Ea ………………………………………………...………. ........ (2.2) K . n V Ia.Ra ………………………………...……………………......(2.3) K . V = Sumber tegangan DC (Volt) 13 n = Putaran motor (rpm) Ia = Arus jangkar (A) Ra = Tahanan jangkar (Ω) = Fluks magnet (Wb) K = Konstanta Jika tegangan diperbesar, maka putaran akan cepat. Untuk menjadikan putaran lebih lambat yaitu dengan menurunkan tegangan. 2.1.4 Karakteristik Motor DC Karakteristik – karakteristik yang penting dari motor arus searah adalah : Karakteristik pengaturan putaran (n) fungsi tegangan jangkar (Ea) : n f Ea Persamaan tegangan jangkar terhadap putaran motor adalah : n Ea ……………………………………..…………………………..(2.4) K . n 0 Ea Gambar 2.10 Karakteristik Putaran Motor DC Terhadap Tegangan Jangkar Kurva n = f(Ea) terlihat linier karena n naik ketika Ea dinaikkan, dan n turun ketika Ea diturunkan dan bentuk kurvanya yang tidak non linier ini dianggap linier. n n0 Δn n 0 V Ia.Ra K . Ia Gambar 2.11 Karakteristik Putaran Motor DC Terhadap Arus Jangkar 14 Dari gambar di atas dapat dilihat pengaturan n f Ia . Terlihat jelas bahwa semakin besar arus jangkar (Ia) maka putaran motor DC akan turun. Terjadi selisih antara pada kecepatan tanpa beban (n 0) dengan keadaan pada saat arus jangkar dinaikan. 2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Motor DC Keuntungan utama motor DC adalah kecepatannya mudah dikendalikan dan tidak mempengaruhi kualitas pasokan daya. Motor DC ini dapat dikendalikan dengan mengatur : a. Tegangan jangkar – meningkatkan tegangan jangkar akan meningkatkan kecepatan. b. Arus medan – menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan. Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya pada umumnya dibatasi untuk beberapa penggunaan berkecepatan rendah, penggunaan daya rendah hingga sedang, seperti peralatan mesin dan rolling mills, sebab sering terjadi masalah dengan perubahan arah arus listrik mekanis pada ukuran yang lebih besar. Motor tersebut dibatasi hanya untuk penggunaan di area yang bersih dan tidak berbahaya sebab risiko percikan api pada sikatnya. Selain itu motor DC juga relatif mahal dibanding motor AC. 2.2 PWM (Pulse width modulation) PWM (Pulse width modulation), adalah sebuah metode untuk pengaturan kecepatan perputaran, dalam hal ini adalah motor DC Magnet Permanen. PWM dapat dihasilkan oleh empat metode, sebagai berikut : 1. Metode analog 2. Metode digital 3. IC diskrit 4. Mikrokontroler Pada proyek akhir ini, metode PWM dihasilkan dengan menggunakan metode analog. Metode PWM ini akan mengatur lebar atau sempitnya periode pulsa aktif yang dikirimkan oleh IC PWM SG3525 ke IC L298 driver motor. 15 Sinyal PWM digunakan untuk mengaktifkan rangkaian driver motor DC, perubahan lebar pulsa PWM menyebabkan terjadinya perubahan tegangan input motor DC. PWM pada dasarnya adalah sarana transmisi informasi dalam serangkaian pulsa, dimana data yang dikirim dikodekan melalui lebar dari pulsa yang ditransmisikan. PWM merupakan suatu teknik dalam mengatur kerja suatu peralatan yang memerlukan arus pull in yang besar dan untuk menghindari disipasi daya yang berlebihan dari peralatan yang akan dikontrol. PWM merupakan suatu metoda untuk mengatur kecepatan perputaran motor dengan cara mengatur prosentase lebar pulsa high terhadap perioda dari suatu sinyal persegi dalam bentuk tegangan periodik yang diberikan ke motor sebagai sumber daya. Semakin besar perbandingan lama sinyal high dengan perioda sinyal maka semakin cepat motor berputar. Pulse width modulation (PWM) sering digunakan di dalam sistem pengontrolan kecepatan motor dan bisa mengatasi masalah pada starting motor yang jelek. PWM, bisa dianalogikan seperti kegiatan naik sepeda. Sewaktu mengendarai sepeda, ada saat dimana mengayuh pedal dan ada saat relaks atau kondisi santai (tidak mengayuh). Ketika sepeda melambat, misalkan pada jalan yang agak menanjak, maka pedal akan dikayuh lebih cepat dan setelah mencapai kondisi yang di inginkan kayuhan pedal akan diperlambat. Fungsi PWM digunakan dalam mengurangi daya total yang disediakan untuk beban dengan daya rata-rata yang disampaikan adalah sebanding dengan duty cycle modulasi. Duty cycle adalah rasio atau perbandingan antara waktu mengayuh pedal dengan waktu rilek / santai. Duty cycle pada kondisi 100% berarti pada saat bersepeda pedal dikayuh terus tanpa waktu santai, sedangkan kondisi duty cycle 50% berarti mengayuh pedal selama setengah dari waktu total. 2.2.1 Prinsip Dasar PWM Modulasi lebar pulas (PWM) dapat diperoleh dengan bantuan sebuah gelombang kotak yang siklus kerja (duty cycle) gelombangnya dapat diubah-ubah untuk mendapatkan sebuah tegangan keluaran yang bervariasi yang merupakan 16 nilai rata-rata dari gelombang tersebut. Lebih jelasnya mari kita simak gambar dibawah ini. Gambar 2.12 Gelombang pulsa duty cycle Berdasarkan gambar diatas, Ton adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi high atau 1 sedangkan Toff adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi low. Anggap Ttotal adalah waktu satu siklus atau penjumlahan antara Ton dengan Toff , biasa dikenal dengan istilah periode satu gelombang. T total = Ton + Toff .................................................................................. (2.5) Siklus kerja atau duty cycle sebuah gelombang didefinisikan sebagai, D ( ) ....................................................................... (2.6) Tegangan keluaran dapat bervariasi dengan duty-cycle dan dapat dirumuskan sebagai berikut, Vout Vin ...................................................................................... (2.7) sehingga: Vout = Vin ....................................................................................(2.8) Dari rumus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tegangan keluaran dapat diubah-ubah secara langsung dengan mengubah nilai Ton. Apabila Ton adalah 0, Vout juga akan 0. Apabila Ton adalah Ttotal maka Vout adalah Vin atau katakanlah nilai maksimumnya. 17 2.2.2 Pembangkitan PWM Dasar pembangkitan PWM adalah dengan membandingkan tegangan (+) non-inverting dengan tegangan (-) inverting menggunakan rangkaian komparator. dibangkitkan dengan membandingkan gelombang segitiga (ramp wave) Pulsa dengan VDC (V control) melalui komparator. Dengan ramp wave yang mempunyai amplitudo dan frekwensi tetap, duty cycle dari PWM bisa berubah dengan mengatur tegangan DC. Gambar 2.13 Rangkaian komparator Prinsip kerja rangkaian komparator adalah bila tegangan non-inverting lebih besar daripada tegangan inverting maka keluaran pembanding mendekati Vdd dan apabila sebaliknya maka keluaran pembanding mendekati Vss. Bila diberikan input pada inverting berupa tegangan DC, sedangkan pada noninverting diberi input gelombang segitiga dengan amplitudo dan frekwensi tetap maka akan dihasilkan sinyal PWM. IC yang digunakan pada proyek akhir ini adalah IC SG3525 yang terdiri dari 16 pin. Gambar 2.14 Pin IC SG3525 18 Proses pembentukan PWM pada IC ini dengan membandingkan rangkaian komparator seperti pada gambar dibawah ini. Gambar 2.15 Diagram Blok IC SG3525 Gambar2.16 Proses Pembentukan PWM Menggunakan Komparator Pada gambar diatas terdapat rangkaian komparator yang akan menghasilkan keluaran PWM. Prinsip kerjanya adalah jika pin 2 diberi tegangan masukan 1-5 volt maka tegangan input itu akan dibandingkan dengan tegangan segitiga pada komparator. Tegangan segitiga tersebut dapat diatur besar frekuensinya dengan mengatur besarnya Ct dan Rt. Jika tegangan masukan 1 volt 19 maka akan memotong tegangan segitiga kecil sehingga duty cycle yang dihasilkan kecil tetapi jika tegangan masukan sebesar 5 volt akan memotong semua tegangan segitiga sehingga duty cycle yang dihasilkan akan 100%. Adapun fungsi dari masing-masing pin adalah : Tabel 2.1 Fungsi masing-asing pin IC SG3525 Pin Fungsi Adalah input dari tegangan yang akan distabilkan dari output. Bila tegangan feedback dari output lebih besar dari 2,5V akan bereaksi menghentikan pengeluaran pulsa dibagian output, Pin 1 sehingga pulsa jadi menyempit. Sebaliknya ketika terbaca tegangan output kurang dari 2,5V akan membiarkan pulsa terus melebar hingga tercapai tegangan output yg sesuai. Tetapi lebar pulsa ada batasnya yaitu lebar maksimal pulsa yg dihasilkan oleh oscillator PWM. Adalah referensi pembanding tegangan. Tegangan +5V dari Pin 2 pin16 diberikan ke resistor pembagi tegangan yg terdiri dari 2 resistor 10K, sehingga menghasilkan tegangan referensi +2,5V. Sychroniser hanya dibutuhkan untuk penggunaan khusus, seperti aplikasi dipesawat penerima TV / Monitor Komputer Pin 3 atau Amplifier kelas D. Maksudnya agar langkah kerja frekuensi selaras dengan alat yang menggunakannya. Atau bisa juga digunakan bila kita menginginkan penggunaan oscillator external. Pin 4 Pin 5 Pin 6 Pin 7 Oscillator Out, untuk mengukur frekuensi kerja oscillator Adalah untuk hubungan kapasitor penentu frekuensi kerja PWM Oscillator, bekerja bersama pin 6. Adalah untuk hubungan resistor penentu frekuensi kerja PWM Oscillator, bekerja bersama pin 5. Adalah Discharge untuk oscillator PWM. Kelengkapan dari bagian oscillator PWM. 20 Adalah untuk soft start. Disaat start akan membatasi oscillator PWM agar bekerja mulai dari pulsa-pulsa yg sangat sempit kemudian secara bertahap akan memperlebar pulsa, hingga Pin 8 akhirnya dicapai lebar pulsa yang sesuai kebutuhan untuk menghasilkan tegangan output yg dibutuhkan. Hasilnya di output tegangan akan keluar dari tegangan mendekati 0V kemudian secara perlahan naik secara bertahap hingga tercapai tegangan output yg sesuai dengan tegangan yang diharapkan. Adalah Shutdown untuk mengaktifkan penghentian kerja IC PWM. Bisa digunakan untuk pengaktifan jarak jauh, seperti Tape mobil. Di smps PC shutdown digunakan untuk mematikan kerja IC PWM saat terjadi insiden tegangan lebih yang tak Pin 10 terkendali, atau tegangan drop yang tidak wajar, atau beban output melebihi batas yg ditentukan. Shutdown akan aktip bila diberi tegangan +5V, dalam rangkaian proyek akhir ini belum digunakan sebagaimana mestinya, maka harus dihubungkan ke Ground. Pin 11 & pin Adalah output dimana kedua pin tersebut berbeda fase 180 14 derajat, atau bekerja secara bergantian. adalah catu untuk bagian output, bisa dipisah dari tegangan catu Pin 13 utama pada pin 15, bila kita menginginkan tegangan output yg berbeda dgn tegangan catu utama. Tegangan maksimum untuk catu ini adalah +18VDC dgn arus maksimal 100mA. Adalah input catu tegangan utama untuk semua rangkaian IC Pin 15 PWM, tidak termasuk tegangan catu untuk bagian output. Batas tegangan yg diijinkan mulai dari +8V ~ +35VDC. Adalah referensi voltage, yang memberi tegangan +5V yang Pin 16 sudah distabilkan didalam IC tersebut. 21 2.3 Driver Motor H-Bridge Driver Motor adalah sebuah rangkaian yang digunakan untuk mengendalikan sebuah motor DC sehingga dapat berputar searah ataupun melawan jarum jam.Prinsip kerja driver motor adalah mengatur aliran arus pada motor DC. Apabila arah arus dibalikkan maka putaran motor akan berputar kearah sebaliknya juga. Driver motor pada dasarnya berfungsi sebagai penguat, sehingga daya yang besar dapat dikontrol pada tegangan 1-5 volt. Seperti kita ketahui biasanya standar kontrol itu antara 1-5 volt atau 1-10 volt sehingga driver tersebut diintegrasikan dalam suatu rangkaian pengendali misalnya PID. Jika dapat diintegrasikan dengan rangkaian PID pada saat motor dibebani putaran motor DC akan tetap konstan atau stabil. Selain itu rangkaian driver berfungsi untuk mengatur kerja peralatan dimana ia dihubungkan atau dirangkai dalam suatu fungsi elektronika. Driver motor DC membentuk beberapa fungsi dasar seperti men-start dan mempercepat motor, menghentikan gerak motor, membalik putaran motor, mengendalikan putaran, dan menyediakan beberapa upaya untuk melindungi motor dari kerusakan elektronik. H-Bridge atau yang diterjemahkan secara kasar sebagai Jembatan H (Gambar 2.17), adalah sebuah rangkaian dimana motor menjadi titik tengahnya dengan dua jalur yang bisa dibuka tutup untuk melewatkan arus pada motor tersebut, persis seperti huruf “H” (dengan motor berada pada garis horizontal). Gambar 2.17 Rangkaian H-Bridge Secara Umum Dua terminal motor a dan b dikendalikan oleh 4 saklar (1 s.d. 4). Ketika saklar satu dan dua diaktifkan (saklar 3 dan 4 dalam keadaan off), maka terminal motor a 22 akan mendapatkan tegangan (+) dan terminal b akan terhubung ke ground (-), hal ini menyebabkan motor bergerak maju (atau searah jarum jam). Lihat Gambar 2.18 di bawah ini: Gambar 2.18 Motor Berputar Searah Jarum Jam Sedangkan sebaliknya, bila saklar 1 dan 2 dalam keadaan off, saklar 3 dan 4 dalam keadaan aktif, maka terminal a akan terhubung ke ground (-) dan terminal b akan mendapatkan tegangan (+), dan tentunya hal ini dapat menyebabkan motor berubah arah putarnya, menjadi bergerak mundur (atau berlawanan dengan arah jarum jam) seperti ditunjukan pada Gambar 2.19 Gambar 2.19 Motor Berputar Berlawanan Arah Jarum Jam 2.3.1 IC L298 Motor Driver L298 adalah IC yang dapat digunakan sebagai driver motor DC. IC ini menggunakan prinsip kerja H-Bridge. IC L298 memiliki dua buah rangkaian HBridge di dalamnya, sehingga dapat digunakan untuk men-drive dua buah motor 23 DC. IC L298 masing-masing dapat menghantarkan arus hingga 2A. Namun, dalam penggunaannya, IC ini dapat digunakan secara paralel, sehingga kemampuan menghantarkan arusnya menjadi 4A. Dalam proyek akhir ini pin IC dihubungkan dalam modus operasi paralel.Adapun pin IC L298 L298 yang dihubungkan secara parallel yaitu : OUT1 dihubungkan dengan OUT3 OUT2 dihubungkan dengan OUT4 IN1 dihubungkan dengan IN3 IN2 dihubungkan dengan IN4 ENABLE A dihubungkan dengan ENABLE B IC ini memiliki empat channel masukan yang didesain untuk dapat menerima masukan level logika TTL. Masing-masing channel masukan ini memiliki channel keluaran yang bersesuaian. Gambar 2.20 memperlihatkan penampang IC L298. Dengan memberi tegangan 5 volt pada pin enable A dan enable B, masing-masing channel output akan menghasilkan logika high (1) atau low (0) sesuai dengan input pada channel masukan. Untuk lebih jelasnya prinsip kerja IC L298 dapat dilihat pada tabel 2.1 Gambar 2.20 Penampang IC L298 24 Tabel 2.1 Tabel Logika Prinsip Kerja IC L298 Enable A,B 1 0 Input 1,3 Output 1,3 Input 2,4 Output 2,4 0 0 0 0 1 1 1 1 0 x 0 x 1 x 1 x Keterangan: x : kondisi don’t care (tidak dihiraukan) 2.4 Komponen Elektronik 2.4.1 Dioda Bahan dasar yang banyak digunakan untuk membuat piranti elektronik adalah bahan semikonduktor germanium (Ge) dan Silikon (Si), yang mana kedua bahan ini mempunyai electron valensi yang sama. Sambungan bahan semikonduktor P dan N mendasari suatu piranti elektronik aktif yang disebut sebagai dioda. Dioda mempunyai elektroda anoda yang berkutub positif dan elektroda katoda yang berkutub negatif. Simbol dioda diperlihatkan seperti pada gambar Gambar 2.21 Simbol Dioda A. Bias Maju Dioda Jika anoda dihubungkan pada polaritas positif batere, sedangkan katoda pada polaritas negative seperti pada gambar 2.22, maka keadaan dioda disebut arah maju (forward-bias) aliran arus dari anoda menuju katoda, dan aksinya sama dengan rangkaian tertutup. 25 Gambar 2.22 Bias Maju Saklar On Gambar 2.23 Kurva Hubungan Arus dengan Tegangan Bias Maju B. Bias mundur Dioda Jika katoda dihubungkan pada polaritas positif batere, sedangkan aooda pada polaritas negatif seperti gambar 2.24, maka keadaan dioda disebut arah mundur (reverse-bias) dan aksinya sama dengan rangkaian terbuka. Gambar 2.24 Bias Mundur- Saklar Off 26 Sebagai sifat dioda, pada saat reverse, nilai tahanan dioda relatif sangat besar dan dioda ini tidak dapat menghantarkan arus. Gambar 2.25 memperlihatkan kurva pada saat reverse. Harga-harga nominal baik arus maupun tegangan tidak boleh dilampaui,karena akan mengakibatkan rusaknya dioda. Gambar 2.25 Kurva Hubungan Arus dan Tegangan Bias Mundur Secara umum dioda digunakan sebagai penyearah (rectifier) tegangan AC satu fasa atau tiga fasa kedalam bentuk gelombang arus searah (DC). 2.4.2 Dioda Schottky Dioda Schottky menggunakan logam emas, perak atau platina pada salah satu sisi dan silikon yang didop ( N+ ) pada sisi lain. Sehingga dioda semacam ini adalah piranti unipolar karena elektron merupakan pembawa mayoritas pada kedua sisi junction. Gambar 2.26 Dioda Schottky 27 Dioda Schottky dibuat dengan cara menggabungkan suatu logam seperti emas , perak atau platina dengan silikon jenis n. Alat ini mempunyai penyimpanan muatan yang sangat kecil dan banyak dijumpai dalam penerapan sebagai saklar kecepatan tinggi. Suatu jenis logam itu berlaku sebagai acceptor bagi elektron bila digabungkan ke silikon type n. Selanjutnya elektron berdifusi dari silicon ke logam tadi. Pada kontak penyearah , arus yang sangat kecil mengalir hingga tegangan UN melampaui tegangan minimum tertentu . Uj adalah tegangan yang diperlukan untuk mencapai kurva tegangan datar seperti gambar 2.27 Gambar 2.27 Elektron berdifusi dari silikon ke logam Difusi ini mengakibatkan terjadi penipisan elektron dekat sambungan pada bahan n dan cenderung bermuatan positif. Bila daerah ini menjadi cukup lebar tegangan positif ini menghalangi difusi lebih lanjut. elektron mengalir. Bila dioda Schottky dioperasikan dalam mode maju , arus electron bergerak dari silikon type N. Karena elektron bergerak melalui logam berimpendansi rendah waktu rekombinasi τ sangat kecil , bernilai sekitar 10 ps. Dioda Schottky adalah dioda yang tidak mempunyai lapisan pengosongan atau penyimpanan muatan, dapat dioperasikan nyala dan mati lebih cepat daripada dioda bipolar selain itu banyak digunakan sebagai rangkaian saklar (switching). 28 Biasanya, digunakan pula untuk menyearahkan frekuensi diatas 300MHz dan mempunyai batasan tegangan yang rendah dan waktu operasi yang cepat. Kapasitor Electrolytic 2.4.3 Kapasitor merupakan komponen elektronik yang dapat menyimpan muatan listrik. Kapasitor electrolytic terdiri atas kapasitor-kapasitor yang bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Elektroda kapasitor ini terbuat dari alumunium yang menggunakan membran oksidasi yang tipis. Umumnya kapasitor termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda + dan – yang dibadannya. Biasanya jenis kapasitor ini digunakan pada rangkaian power supply, low pass filter, dan rangkaian pewaktu. Gambar 2.28 Kapasitor Electrolytic Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal satu lagi. Muatan positif tidak mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non konduktif sehingga muata elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. 2.4.4 Penyearah Gelombang Satu Fasa Penyearah gelombang (rectifier) merupakan bagian dari power supply / catu daya yang berfungsi untuk mengubah sinyal tegangan AC (Alternating current) menjadi tegangan DC (Direct Current). Komponen utama dalam penyearah 29 gelombang adalah dioda yang dikonfiguarsikan secara forward bias. Dalam sebuah power supply tegangan rendah, sebelum tegangan AC tersebut di ubah menjadi tegangan DC maka tegangan AC tersebut perlu di turunkan menggunakan transformator stepdown. Ada 3 bagian utama dalam penyearah gelombang pada suatu power supply yaitu, penurun tegangan (transformer), penyearah gelombang / rectifier (dioda) dan filter (kapasitor) yang digambarkan dalam blok diagram berikut. AC Input Transformer Rectifier Filter DC Output Gambar 2.29 Blok Diagram Power supply Pada dasarnya konsep penyearah gelombang dibagi dalam 2 jenis yaitu, penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh. Pada proyek akhir ini penulis akan membuat power supply setengah gelombang ± 15 V. 2.4.4.1 Penyearah Setengah Gelombang Penyearah setengah gelombang hanya menggunakan 1 buah diode sebagai komponen utama dalam menyearahkan gelombang AC. AC Vi IRL RL Gambar 2.30 Penyearah setengah gelombang 30 Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah bahwa pada saat sinyal input (Vi) pada setengah perioda positif, maka dioda mendapat bias maju sehingga arus (IRL) mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input pada setengah perioda negatif maka dioda mendapat bias mundur sehingga tidak ada arus (IRL) yang mengalir ke beban (RL) dan berarti tegangan V RL sama dengan nol. Bentuk tegangan masukan dan keluaran penyearah setengah gelombang diperlihatkan pada gambar 2.31 dibawah ini. Gambar 2.31 Bentuk Gelombang Penyearah Setengah Gelombang 2.4.5 Transformator Step Down Transformator step down adalah komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik bolak-balik (AC). Bentuk dasar transformator adalah sepasang ujung pada bagian primer dan sepasang ujung pada bagian sekunder. Bagian primer dan sekunder adalah merupakan lilitan kawat email yang tidak berhubungan secara elektris. Kedua lilitan kawat ini dililitkan pada sebuah inti yang dinamakan inti trafo. Untuk trafo frekuensi rendah contohnya adalah trafo penurun tegangan (Step Down Trafo) yang digunakan pada peralatan-peralatan elektronik tegangan rendah. Trafo jenis ini jika pada bagian primernya dihubungkan dengan tegangan AC misalnya 220 volt maka pada bagian sekundernya akan mengeluarkan tegangan yang lebih rendah. Pada rangkaian tersebut trafo berfungsi untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala PLN yang 220 volt menjadi sebesar tegangan yang dibutuhkan peralatan tersebut agar dapat bekerja normal, misalya 3 volt, 6 olt, atau 12 volt. 31 Gambar 2.32 Transformator Step Down 2.4.6 IC Regulator Regulator tegangan berfungsi untuk filter tegangan atau untuk menstabilkan tegangan agar tegangan yang ada selalu konstan. Hal ini dimaksudkan agar pasokan tegangan yang akan digunakan selalu stabil, sebab IC dan komponen yang ada dalam robot tersebut memerlukan tegangan yang stabil agar sistem kerjanya tidak terganggu. Oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply dipakai IC Regulator tegangan agar tegangan outputnya stabil. IC yang biasa digunakan adalah IC 78XX, IC seri 78xx (kadang-kadang dikenal sebagai LM78xx) adalah sebuah keluarga IC regulator tegangan linier monolitik bernilai tetap. Keluarga 78xx adalah pilihan utama bagi banyak sirkuit elektronika yang memerlukan catu daya teregulasi karena mudah digunakan dan harganya relatif murah. Untuk spesifikasi IC individual, xx digantikan dengan angka dua digit yang mengindikasikan tegangan keluaran yang didesain, contohnya 7805 mempunyai keluaran 5 volt dan 7812 memberikan 12 volt. Keluarga 78xx adalah regulator tegangan positif, yaitu regulator yang didesain untuk memberikan tegangan keluaran yang relatif positif terhadap ground bersama. Sedangkan keluarga 79xx adalah peranti komplementer yang didesain untuk catu negatif. IC 78xx dan 79xx dapat digunakan bersamaan untuk memberikan regulasi tegangan terhadap pencatu daya split. Pada gambar 2.33 berikut merupakan susunan kaki IC regulator tersebut. 32 Gambar 2.33 Susunan Kaki IC Regulator Keunggulan seri 78xx diantaranya : 1) Seri 78xx tidak memerlukan komponen tambahan untuk meregulasi tegangan, membuatnya mudah digunakan, ekonomis dan hemat ruang. Regulator tegangan lainnya mungkin memerlukan komponen tambahan untuk membantu peregulasian tegangan. Bahkan untuk regulator bersakelar, selain membutuhkan banyak komponen, juga membutuhkan perencanaan yang rumit. 2) Seri 78xx memiliki rangkaian pengaman terhadap pembebanan lebih, panas tinggi dan hubung singkat, membuatnya hampir tak dapat dirusak. Dalam keadaan tertentu, kemampuan pembatasan arus peranti 78xx tidak hanya melindunginya sendiri, tetapi juga melindungi rangkaian yang ditopangnya. Kekurangan seri 78xx diantaranya : 1) Tegangan masukan harus lebih tinggi dari tegangan keluaran (biasanya 2-3 volt). Ini membuatnya tidak tepat digunakan untuk penggunaan tegangan rendah, misalnya regulasi 5 volt dari sumber baterai 6 volt tidak akan bekerja dengan 7805. 2) Sebagaimana regulator linier lainnya, arus masukan sama dengan arus keluaran. Karena tegangan masukan lebih tinggi daripada tegangan keluaran, berarti ada daya yang diboroskan. 2.4.7 Transistor Sebagai Penguat Arus Transistor sebagai penguat adalah salah satu fungsi transistor selain transistor sebagai saklar. Pada saat ini penggunaan transistor sebagai penguat sudah banyak di gunakan dalam sebuah perangkat elektronik. Contohnya adalah 33 Tone Control, Amplifier (Penguat Akhir), Pre-Amp dan rangkaian elektronika lainnya. Penggunaan transistor ini memang sudah menjadi keharusan dalam komponen elektronika. Transistor merupakan suatu komponen monokristal semi konduktor di mana dalam komponen terdapat dua pertemuan antara P-N. Sehingga kita dapat membuat dua rangkaian yaitu P-N-P dan N-P-N. Transistor merupakan suatu komponen yang dapat memperbesar level sinyal keluaran sampai beberapa kali sinyal masukan. Sinyal masukan disini dapat berupa sinyal AC ataupun DC. Prinsip dasar transistor sebagai penguat adalah arus kecil pada basis mengontrol arus yang lebih besar dari kolektor melewati transistor. Transistor berfungsi sebagai penguat ketika arus basis berubah. Perubahan kecil arus basis mengontrol perubahan besar pada arus yang mengalir dari kolektor ke emitter. Kelebihan dari transistor penguat tidak hanya dapat menguatkan sinyal, tapi transistor ini juga bisa digunakan sebagai penguat arus, penguat tegangan dan penguat daya. Pada proyek akhir ini Penguat arus diterapkan pada adaptor atau power supply dengan daya rendah. Fungsi rangkaian ini adalah meningkatkan kemampuan power supply atau adaptor tersebut dalam memberikan sumber arus yang lebih besar. Rangkaian ini dibuat dengan komponen utama berupa transistor yang dipasang sebagai penguat arus dari suatu regulator tegangan positif. Gambar 2.34 Transistor Sebagai Penguat Arus Rangkaian penguat arus ini merupakan teknik penguatan arus secara umum dari regulator positif LM78xx atau regulator LM317 yang hanya mampu mengallirkan arus maksimal 1A. Dengan pemasangan transistor sebagai penguat arus tersebut maka arus maksimal yang mampu di supply adalah sesuai kemampuan maksimal transistor mengalirkan arus. 34 2.5 Enkoder Enkoder adalah alat yang dapat menghasilkan keluaran digital sebagai akibat dari pergeseran sudut atau linear. Enkoder posisi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu encoder incremental yang mendeteksi perubahan pergeseran dari beberapa posisi data, dan enkoder absolut yang memberikan posisi aktual. Gambar 2.35 Enkoder inkremental optis Pada gambar 2.35 menunjukkan bentuk dasar dari sebuah enkoder incremental untuk pengukuran pergeseran sudut sebuah batang. Enkoder ini terdiri dari sebuah piringan yang berputar bersama batang. Pada bentuk ini, piringan putar memiliki sejumlah jendela di mana berkas cahaya dapat lewat dan dideteksi oleh sensor cahaya yang sesuai. Pada saat batang dan piringannya berputar, maka sensor akan menghasilkan sebuah keluaran berupa pulsa di mana jumlah pulsa berbanding lurus dengan sudut yang dilewati oleh putaran piringan. Pergeseran sudut piringan, yang juga berarti pergeseran batangan yang memutarnya, dengan demikian dapat ditentukan berdasarkan banyaknya pulsa yang dihasilkan pada pergeseran sudut dari beberapa posisi data. Jumlah jendela pada sebuah piringan bervariasi antara 60 hingga ribuan dengan banyak lintasan memiliki slot-slot yang hampir sama banyak pada tiap-tiap lintasan. Dengan 60 buah slot dalam 1 kali revolusi, di mana satu revolusi sama dengan putaran sejauh 360º, maka pergeseran sudut minimum , yang dikenal dengan istilah resolusi, yang dapat dideteksi adalah ⁄ = 6º. Dengan encoder inkremental banyaknya pulsa yang terhitung akan menggambarkan besarnya pergeseran sudut yang terjadi. Sebuah pergeseran, 35 misalnya 50º, akan menghasilkan jumlah pulsa yang sama bagaimanapun posisi sudut batangan saat memulai rotasinya. 2.6 Sistem Kendali adalah sistem yang dibangun untuk menghasilkan Sistem Kendali karakteristik kerja yang mampu menekan atau meminimalisasi faktor pengaruh yang dapat menyimpangkan keluaran sistem dari yang diinginkan agar diperoleh hasil yang teregulasi (berada sekitar nilai standar yang telah ditetapkan sebelumnya). Menurut Pakpahan, 1988, istilah lain sistem kontrol atau teknik kendali adalah teknik pengaturan, sistem pengendalian, atau sistem pengontrolan. Sistem kendali dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan prinsip kerja pengaturan, sistem kendali ada dua macam, yaitu sistem kendali umpan maju (kalang terbuka/open loop) dan sistem kendali umpan balik (kalang tertutup/close loop). 2.6.1 Sistem Kendali Loop Terbuka Sistem kendali loop terbuka merupakan sistem kontrol yang keluarannya tidak berpengaruh pada aksi pengontrolan, atau dengan kata lain sistem kendali loop terbuka keluarannya (output) tidak dapat digunakan sebagai perbandingan umpan balik dengan inputnya. Akibatnya ketetapan dari sistem tergantung dari kalibrasi. Pada umumnya, sistem kendali loop terbuka tidak tahan terhadap gangguan luar. Dibawah ini adalah gambar diagram blok sistem kendali loop terbuka. Disturbances Summator R(s) C(s) e(s) Controller Set- Point + Error Actuator Process Manipulated Variabel Gambar 2.36 Blok Diagram Sistem Kendali Loop Terbuka Process Variable 36 2.6.2 Sistem Kendali Loop Tertutup Sistem kendali loop tertutup seringkali disebut sistem kendali umpan balik. Sistem umpan balik ini adalah sistem kendali yang mengawasi nilai-nilai keluaran yang aktual dan membandingkan agar tetap pada nilai-nilai yang diinginkan, untuk kemudian mengubah set aktuator agar kesalahan (error) semakin diperkecil. Sinyal kesalahan (error) merupakan selisih antara besaran setpoint dengan besaran aktualnya. Selisih ini akan mempengaruhi kontroler, untuk mengeluarkan sinyal positif (mempercepat pencapaian harga setting) atau negatif (memperlambat tercapainya harga yang diinginkan). Pada umumnya sistem kendali loop tertutup tahan terhadap gangguan dari luar sehingga dapat mengkompensasi ketidaktepatan di dalam model proses, kesalahan pengukuran, dan gangguan-gangguan tak terukur. Disturbances Summator R(s) C(s) e(s) Controller Set- Point + Actuator Process Error Manipulated Variabel Sensor Gambar 2.37 Blok Diagram Sistem Kendali Loop Tertutup Process Variable 37 Gambar 2.38 Ilustrasi Spesifikasi Respon 2.6.3 Macam Sistem Kendali Dalam sistem kendali dikenal beberapa macam pengendali yang umum digunakan, antara lain : 1. Pengendali P (Proporsional) 2. Pengendali I (Integral) 3. Pengendali D (Derivatif) Pada proyek akhir ini modul pengendali motor DC magnet permanen dapat dihubungkan pada suatu kontroler PID, sehingga selain dapat dikontrol secara loop terbuka juga dapat dikontrol secara loop tertutup. Jenis pegendali yang akan digunakan adalah pengendali Proporsional Integral (PI). a. Pengendali Proporsional Integral (PI) Summator R(t) Set - Point e(t) + P+I C(t) upi(t) Process Process Variable Error Manipulated Variabel Gambar 2.39 Diagram Blok Pengendali PI pada Sistem Kendali Loop Tertutup Alat pengendalian proporsional–integral (PI) adalah alat pengendalian hasil kombinasi dari alat pengendalian proporsional (P) dan alat pengendalian integral 38 (I). Bentuk matematis alat pengendalian ini merupakan kombinasi penambahan persamaan pengendalian dari alat pengendalian P dan alat pengendalian.. Upi(t)=K e(t) p Kp T1 t e(t )dt …….……………….………………......... (2.9) 0 Jika harga awal dianggap nol, maka transformasi Laplace persamaan di atas adalah Upi(s) = KpE(s) + Kp TI s E(s) ……………………….…………………… (2.10) Maka fungsi alih alat pengenalian dapat dituliskan : ( ) ( ( ) ) ….………………………………………..………… (2.10) Kp adalah penguatan proporsional, dan T1 adalah waktu integral. Kedua parameter ini dapat diset harganya. Waktu integral mengatur aksi pengendalian integral namun pengubahan penguatan proporsional mempengaruhi kedua bagian aksi pengendalian, yakni bagian proporsional dan bagian integral. Dalam alat pengendalian integral, parameter pengendaliannya biasa juga dinyatakan dengan laju reset (reset rate) atau Ki yang merupakan kebalikan dari waktu integral Ti. Laju reset ini adalah berapa kali per menit aksi bagian pengendalian proporsional menjadi dua kali lipat. Untuk memperjelas pengertian waktu integral dapat dilihat dalam penjelasan tanggapan step alat pengendalian. Tabel 2.2 Pengaruh Tunning Parameter PI Secara Independen Terhadap Respon Proses Waktu Tanjakan Pembesaran Kp Overshoot Berkurang Bertambah Pembesaran Sedikit Ki Berkurang Waktu Error Penetapan Tunak Sedikit Bertambah Bertambah Bertambah Berkurang Banyak Berkurang Kestabilan Menurun Menurun Dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari pengendalian PID adalah sebagai berikut. 39 Efek P yang dapat mempercepat respon dan terjadi offset, efek I yang dapat menghilangkan offset namun responnya lambat, sehingga efek PI adalah respon yang cukup cepat dan nilai offset nol. 2.6.4 Aksi Kontrol Dasar Pada pengerjaan tugas akhir ini digunakan tipe kontroler feedback. Nilai Manipulative Variable (MV) pada kontroler feedback bergerak kearah kebalikan dari nilai Process Variable (PV). Sehingga nilai PV melebihi nilai Set point Variable (SV) maka nilai error akan bertambah dan nilai output dari kontroler akan menurun sehingga nilai PV menurun. Pada dasarnya, tugas sebuah pengontrol otomatis terbagi dalam dua tahap, yaitu membandingkan dan menghitung. Kedua tugas tersebut di dalam diagram blok diwakili oleh kerja summing junction dan kerja unit kontrol, seperti terlihat pada Gambar 2.40s. SP error + Pengontrol MV Proses CV PV Gambar 2.40 Diagram Blok Sistem Pengontrolan Feedback Summing junction bertugas membandingkan Variable Process (PV) dengan titik acuan (SP) sehingga akan dihasilkan kesalahan (error = SP – PV). Unit pengontrol bertugas menghitung besar kecilnya koreksi yang diperlukan akibat adanya error ini dan menghasilkan sinyal kontrol (MV) menuju elemen kontrol akhir. 2.6.5 Tanggapan Sistem Kendali Umum Ketelitian adalah menunjukkan deviasi keluaran sebenarnya terhadap nilai yang diinginkan. Umumnya ketelitian sistem pengaturan diperbaiki dengan menggunakan mode pengontrol seperti integrasi atau integrasi proporsional. Kestabilan adalah suatu sistem dikatakan stabil jika keluarannya tetap pada nilai tertentu dalam jangka waktu yang ditetapkan setelah diberi masukan. 40 Keluaran suatu sistem tak stabil akan terus naik dan atau turun hingga kondisi break down. Kecepatan respon (response) adalah mengukur kecepatan keluaran dalam menanggapi perubahan nilai masukan. Pada sistem orde dua, tanggapan sistem kendali terbagi menjadi tiga berdasarkan konstanta peredamannya, yaitu sistem kurang teredam/under damped (ζ < 1), teredam kritis/critical damped (ζ = 1) dan teredam lebih/over damped (ζ > 1). Gambar 2.41 Kurva Peredaman (Damped Curve) 2.6.6 Tanggapan Transien Tanggapan transien adalah tanggapan sistem yang berlangsung dari awal dikenai perubahan masukan atau gangguan sampai keadaan akhir atau kondisi tunak (steady state). Secara umum bentuk respon output sistem orde 2, untuk input unit step sebagai berikut : Gambar 2.42 Tanggapan Transien 41 Parameter-parameter transien : td = tr = 50% amplitudo input. rise time = waktu yang dibutuhkan sistem untuk kenaikan respons dari delay time = waktu yang dibutuhkan utuk mencapai amplitude sebesar (10% - 90%) amplitudo input. tp = peak time = waktu yang dibutuhkan sistem untuk mencapai respons sampai amplitudo maximum/ maximum overshoot pertama. ts = settling time = waktu yang dibutuhkan untuk mencapai simpangan amplitudo tidak lebih dari 5% pertama kali. Mp = maximum persent over shoot = perbandingan diantara simpangan tertinggi yang tercapai dengan amplitudo steady state (amplitudo input). ( ) ( )