TINJAUAN ARRANSEMEN LAGU ETNIS SUMATERA UTARA STUDI KASUS SIHUTUR SANGGUL PADA KELOMPOK MUSIK INSIDENTAL DI TAMAN BUDAYA SUMATERA UTARA Evinora Rasmiaty Nainggolan ABSTRAK Kelompok musik Insidental adalah salah satu kelompok musik yang menyajikan musik etnis Sumatera Utara. Pada mulanya kelompok musik Insidental ini menggarap musik etnis sebagai musik pertunjukkannya untuk mengiringi tarian dan teater di sanggar- sanggar yang ada di Taman Budaya Sumatera Utara saja. Namun seiring dengan perjalanan waktu, kelompok musik Insidental ini pun mengadakan pertunjukkan diluar Taman Budaya Sumatera Utara untuk memperkenalkan lagu etnis dengan arransemennya. Adapun tujuannya adalah mengangkat lagu etnis tersebut mendapat pengakuan dari kalangan masyarakat budaya Sumatera Utara karena musik tradisional sudah mulai punah dan kurang digemari para kaum muda. Kelompok musik Insidental mencoba mengaplikasikan penggarapan musik/lagu etnis Sumatera Utara dengan cara mengeksploitasikan dan mengekplorasikan kekayaan budaya Sumatera Utara melalui permainan alat musik atau instrument masingmasing etnis/daerah. Kelompok musik Insidental juga lebih mengarahkan lagu etnis tersebut untuk mengiringi tari dan teater. Tulisan ini memaparkan bagaimana bentuk analisis arransemen musik etnis yang ditampilkan oleh kelompok musik Insidental terhadap lagu Sihutur Sanggul. Mendeskripsikan dan menganalisa apa yang kita dengar dan kita dapat menuliskan dalam berbagai cara keatas kertas untuk mendeskripsikan arransemen Sihutur Sanggul. Kata Kunci : Arransemen Lagu Etnis I. PENDAHULUAN Musik tradisional (etnis) adalah musik yang hidup, tumbuh dan berkembang atau lahir dari budaya setempat. Musik tradisional diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi yang berpadu dengan kegiatan sehari hari sesuai dengan kondisi sosial budaya serta alam daerah setempat. Daerah Sumatera Utara terdiri dari delapan etnik (suku) yaitu : Melayu, Batak Toba, Mendailing Angkola, Simalungun, Karo, Pakpak Dairi, Pesisir Barat dan Nias. Kedelapan 1 etnik tersebut masing-masing memiliki musik tradisional yang menunjukkan ciri khas dan keunikannya.Pada awalnya musik tradisional ditempatkan pada musik yang berkaitan dengan kehidupan masyarakatnya baik dari aspek religi maupun aspek kekerabatan atau adat-istiadatnya dikalangan daerah itu sendiri tetapi sekarang ini musik daerah/tradisional sudah difungsikan pada acara non seremonial yang sifatnya terbuka untuk masyarakat umum. Salah satu dari delapan etnik ini, penulis tertarik untuk melihat fenomena budaya musik tradisional seperti pada musik trdisional Batak Toba, yang mana dalam musiknya terkandung keunikan tersendiri baik instrumentnya, melodinya, ritmenya, harmonisasinya, warna (timbre) musiknya maupun bangunan karya/komposisi musiknya secara keseluruhan. Namun sekali pun masyarakat budaya Sumatera Utara telah diperkenalkan dan diperhadapkan kepada musik daerahnya masing-masing dengan keunikannya, tetapi banyak juga yang kurang menggemarinya seperti salah satunya di kalangan kaum muda. Kaum muda lebih menggemari modern dan lebih menyukai memaki alat musik modern. Untuk mengatasi agar musik etnis tersebut tetap dikenal dan tidak pudar keberadaannya pada masyarakat daerah itu sendiri maka para musisi Batak Toba yang ada di kota Medan mencoba untuk mampu menunjukkan kreativitasnya dalam mengeksploitasi (mendayagunakan) alat-alat musik tradisional yang ada. pada daerahnya. Adapun cara para musisi kota Medan tersebut adalah mengubah warna musiknya dari yang sederhana menjadi yang lebih menarik dengan mengarransemen komposisi lagu daerahnya. Bahkan saat ini banyak kita saksikan bukan hanya penampilan jenis instrument musik daerah/etnis saja yang disajikan dalam acara-acara tertentu maupun acara hiburan melainkan juga para musisi kota Medan justru juga menyajikan jenis instrument musik kolaborasi antar daerah maupun luar daerah. Salah satu kelompok musik di kota Medan yang mampu menggarap lagu etnik tradisional adalah kelompok musik Insidental di Taman Budaya Sumatera Utara. Kelompok musik Insidental dalam hal ini sangat memperhatikan unsurunsur musikal baik dalam permainan musiknya maupun dalam bentuk arransemennya. 2 Melalui nara sumber penulis mencoba mendeskripsikan lagu Sihutur sanggul dengan aspek-aspek musikalnya sehingga mendapat penemuan-penemuan terhadap bentuk arransemennya tiap bagian maupun keseluruhannya lagu Sihutur Sanggul mengandung arti suatu tempat yang digoncang/digoyang. Goyangan yang menggoncang seluruh tubuh sangat didukung oleh permainan alat-alat musiknya baik sebagai pembawa melodi maupun pembawa ritme yang memberi aksentuasi ritmis terhadap tempo dan dinamik sehingga menghidupkan warna musik dan menyemarakkan suasana. II. PEMBAHASAN 1. Bentuk Analisis Arransemen Lagu Sihutur Sanggul Yang Dibawakan Kelompok Musik Insidental. Bentuk analisis arransemen lagu Sihutur Sanggul yang dibawakan oleh kelompok musik Insidental terdiri dari : - Pengolahan struktur melodi yaitu memberikan introduksi/prelude (musik pendahulu) pada bar 1 – 13 dengan permainan taganing, interlude (musik tengah) pada bar 14 – 20 dengan permainan melodi keyboard dan pada bar 61 – 69 dengan permainan keyboard untuk pengantar musik ke permainan sulim dan hasapi pada bar 70 -109, pada bar110 – 134 dengan permainan keyboard untuk pengantar musik ke permainan sarune bolon, postlude (musik akhir) terdapat pada bar 181. Penggunaan tanda abbreviatura (penyingkatan lagu) seperti D.S al Coda artinya diulangi pada tanda Segno sampai ke tanda Coda (bar 167-174 laulu diulangi bar 167-171 lompat ke bar 181). Coda artinya ekor. Fine artinya berakhir. - Pengolahan struktur irama/rhythm/ritme dengan menampilkan permainan alat musik yang bernada ( instrument bersuara majemuk) seperti taganing dan keyboard dan alat musik yang tak bernada (instrument bersuara tunggal) seperti gordang bolon, snar drum, hesek dengan pola ritem yang bervariasi. - Pengolahan struktur harmoni dengan mengembangkan harmonisasinya melalui pemakaian akor baik akor asal maupun akor balikan sebagai 3 variasi dalam jalinan melodi dan akornya berdasarkan tangga nada, nada dasar dan tanda kuncinya. - Dalam lagu Sihutur Sanggul untuk permainan sulim dan hasapi (bar 70– 109) memakai tangga nada D=1 dengan wilayah nada D sampai nada A : D-E-Fis-G-A dengan interval nada 3,5 laras dimodulasikan (peralihan tangga nada dan nada dasar) untuk permainan sarune bolon (bar 134-181) memakai tangga nada Bes=1 dengan wilayah nada Bes sampai nada F : Bes-C-D-Es-F berinterval 3,5 laras, sedangkan keyboard sebagai unsur musik pendukung untuk melengkapi iringan musik tradisional dengan progressi melodis, dan choirnya sudah memakai interval nada 6 laras dengan wilayah nada D-D’ untuk mengiringi sulim dan hasapi dan BesBes’ untuk mengiringi sarune bolon. Frase lagu yang terdapat pada lagu Sihutur Sanggul yang diciptakan oleh kelompok musik Insidental adalah frase tanya (anteseden) dan frase jawab (konsekwen). Frase tersebut masingmasing sebanyak 4 birama. Adapun bentuk frase lagu tersebut setelah dianalisa adalah bentuk A-A’, B-B’, C-C’, D-D’, E-E’ pada sulim, hasapi dan sarune bolon. - Motif yang terdapat pada lagu Sihutur Sanggul ciptaan kelompok musik Insidental adalah : bentuk A-A’, B-B’, C-C, D-D’, E-E’ (pada sulim dan hasapi), demikian juga pada sarune bolon. Bentuk motifnya adalah A-A’, B-B’, C-C, D-D’, E-E’. Pada bar 166-168 adalah motif E, bar 169 mengalami sedikit perubahan motif (E’) demikian seterusnya sampai ke bar 181. - Tehnik pengolahan/modifikasi motif yang terdapat pada lagu Sihutur Sanggul adalah : a. Memakai repetisi (pengulangan motif yang sama) mulai bar 70-72, 7476, 86-93, 101-105 (untuk sulim), untuk hasapi mulai bar 70-76, 78-81 diulang ke bar 82-85, 86-93, bar 94-97 lalu ke bar 98-101, 102-105, untuk sarune bolon mulai bar 134-137 diulangi ke bar 138-141, 142- 4 145 diulangi ke bar 146-149, 150-157, 158-161 diulangi ke bar 162165, 166- 180. b. Memakai sekwens (pengulangan motif dengan tingkatan nada yang berbeda terletak pada bar 86-93 (sekwens turun untuk sulim dan hasapi), bar 150-157 (sekwens turun untuk sarune bolon). c. Memakai augmentasi (perluasan nilai nada) terletak pada bar 83 ke bar 85, bar 95 ke bar 97 (untuk sulim dan hasapi), bar 143 ke bar 145, bar 147 ke bar 149, bar 159 ke bar 160, 163 ke bar 165 (untuk sarune bolon). d. Memakai diminished (penyempitan nilai nada) terletak pada bar 73, 77, 83, 137, 141, 143, 147, 159, 163. 5 e. Memakai inversi terdapat pada bar 77-78, 80-81, 82-83, 84-85 (sulim dan hasapi), bar 136-137, 140-141, bar 142-143, 144-145, 146-147, 148-149 (sarune bolon). f. Memakai kadens tertutup (I-V-I) pada bar 62-70, 71-84, 102-117, 130181. g. Memakai ornamentasi (nada hias) karena dalam permainan melodinya muali dari awal lagu sampai akhir lagu lebih banyak memakai not perdelapanan dan not perenambelasan dalam tempo cepat dan arah gerak nadanya bersifat mangarapat. h. Memakai gradasi (perjenjangan nada yang naik-turun kearah yang berbeda) terletak pada bar 62-68 (big and row), 70-71, 74-75 (sulim dan hasapi), 134-135, 138-139 (sarune bolon). Permainan ritem ostinato konstan atau variatif dengan saling bersahutan oleh alat musik taganing diikuti pukulan hesek sebagai pemegang ketukan dasar dengan aksentuasinya dimulai dan bar 1 sampai bar 13 sebagai introduksi lagu. Lalu pada bar 14 sampai bar 21 permainan melodi dari keyboard (big & row) yang bersamaan dengan choir sebagai pembawa akor / pengiring dan taganing sebagai pembawa ritem. Keyboard sebagai melodis pada bar ini merupakan bridge lagu atau musik jembatan untuk menunjukkan bagian dari komposisi musik (sebagai fase antara) yang mana melodi pokok belum dimulai. 6 Pada bar 22 sampai 37 permainan taganing kembali dengan pukulan ritem ostinato konstan atau variatif yang diselang-selingi dengan permainan drum, kemudian pada bar 38 sampai 61 pukulan gordang bolon diperdengarkan untuk memperjelas pukulan ritem tradisional pada taganing. Pada bar 62 sampai 69 merupakan musik pengantar untuk memasuki melodi suling dan hasapi yang mana pemain keyboard dan iringannya (alat musik lainnya) menunjukkan ekspresi melodis masing-masing secara bebas. Pasasi lagu yang dikosongkan untuk diisi secara bebas dalam permainan salah seorang menunjukkan keterampilan musiknya sebagai suatu sisipan disebut fill-in (isi). Pada bar 70 sampai 109 merupakan progresi melodis secara oktaf dalam permainan suling dan hasapi yang diiringi oleh taganing, hesek, gordang bolon, keyboard. Pada bar 110 sampai 117 musik tengah (prelude) sebagai musik pengantar untuk vokal. Pada bar 118 sampai 129 merupakan vokalis secara a capella (memperdengarkan vokal penyayi dengan menyebutkan dadadinggadingdang dengan mengikuti setiap progresi molodinya tanpa iringan alat musik melodis lainnya). Dan pada bar 130 - 133 merupakan prelude (musik tengah) atau sebagai musik pengantar untuk memasuki permainan melodis sarune bolon. Dan pada bar ini menegaskan fill-in untuk melodis sarune bolon yang sudah mengalami peralihan nada dasar dan D = 1 menjadi Bes = 1. Adapun alal musik yang diperdengarkan untuk mengiringi sarune bolon adalah keyboard, taganing, gordang, hesek dan bas. Kemudian pada bar 134 - 181 merupakan progresi melodis sarune bolon yang motif melodisnya sama dengan melodis sulim. Bentuk pengulangan motif ini disebut dengan imitasi yang artinya pengulangan motif melodi yang sama dengan pemakaian alat musik yang berbeda. 7 2. Jenis Instrument Yang dipakai oleh Kelompok Musik Insidental dalam membawakan lagu Sihutur Sanggul. Adapun jenis instrument yang dipakai masing-masing musisinya dalam menampilkan lagu Sihutur Sanggul adalah : a. Taganing berperan sebagai pembawa melodi atau dapat juga berperan sebagai pembawa ritme (ostinato konstan atau variatif), mengawali tempo lagu, mengikuti secara paralel atau hanya memberikan aksentuasi ritmis pada permainan sulim dan sarune bolon. b. Hesek berperan sebagai pemegang ketukan disarm dan tempo lagu. c. Gordang bolon berperan sebagai pembawa ritme (ostinato konstan atau variatif), menimpali/.emberikan aksentuasi pada permainan taganing atau berfungsi sebagai bass drum. d. Sulim berperan sebagai pembawa melodi, sebagai penentu gondang/lagu yang dimainkan mengawali dan mengakhiri gondang. e. Hasapi berperan sebagai pembawa melodi yang mengikutisecara paralel permainan melodi sulim. f. Bass berperan sebagai pembawa aksentuasi pada permainan keyboard, taganing. g. Keyboard berperan sebagai pembawa melodi (big and row) dan pembawa akor (choir) dalam iringannya pada sulim, hasapi dan sarune bolon. h. Vokalis berperan sebagai penyanyi dalam accapela (tanpa iringan musik) dengan membawakan melodi sulim. 3. Peranan setiap musisi kelompok musik Insidental dalam membawakan lagu Sihutur Sanggul. Salah satu musik etnis perdana dari kelompok musik Insidental yang dirilis dalam album Sumateran Incidental Music ( Insidental Satu ) adalah lagu Sihutur Sanggul. Pada masa tahun 2000 kelompok musik Insidental ini mempunyai anggota lima orang personil dalam membawakan lagu Sihutur Sanggul. Lima orang personil tersebut adalah : 8 a. Hendri Perangin-angin yang secara tunggal mengkomposisikan semua musik dalam album Insidental satu. Beliau juga bertindak sebagai pemegang keyboard, gitar, akustik, kulcapi, hasapi, sordam, gambus taganing gending karo, ketipung dan vokalis. b. Winarto Kartupat memegang alat musik dol, jimbe, musicraf, gendang live artistik. c. Hardoni Sitohang memegang taganing, ketipung, sarune bolon, dan sulim. d. Sirtoyono memegang gendang melayu dan vokal. e. Yondik Tanto sebagai vokalis dan pembaca puisi. Pada masa sekarang sudah mengalami penambahan jumlah anggota tetap pada kelompok musik Insidental yakni Hendri Perangin-angin, Winarto kartupat Irma Karyono, Hardoni Sitohang, Martahan Sitohang, Saridin Tua Sinaga, Bonggud Sidabutar, Desmaret Napitupulu, Brepin Tarigan, Nominanda sagala, tri saputra dan Ali Gusti. Masing-masing musisi menunjukkan keprimavistaannya ( kebolehannya atau skillnya) dalam memainkan setiap alat musik yang dipakai. a. Hendri Perangin-angin dalam mengalunkan setiap melodi maupun choir yang ada dalam permainan keyboardnya, dimana Hendri Perangin-angin juga lihai dan cekatan dalam menggantikan suara - suara melodi baik untuk big & row, choir, dan bass menurut ekspresinya dan seleranya sendiri untuk menghidupkan suasana yang lebih gembira dan meriah. b. Winarto Kartupat juga menunjukkan kebolehannya dalam permainan perkusinya yang selalu memakai gaya contrapunk artinya menyeimbangkan/menyelaraskan pukulan perkusi dengan alur bass dan melodi yang saling kontra hingga membentuk aliran harmoni. c. Hardoni Sitohang dalam memainkan sulim (bar 70-109) dan sarune bolon (bar 134-181) dengan hembusan nafas panjang yang tak kenal lelah dalam memainkan alat musiknya dan mampu memodifikasi setiap melodi yang ada dengan improvisasinya tanpa terlepas dari tanda birama sekalipun 9 mengikuti tempo yang cepat. Progressi melodi yang dimainkan bersifat mangarapat dan memakai tehnik pengulangan-pengulangan motif. d. Martahan Sitohang juga menunjukkan perannya dalam memainkan taganing dan gordang silih berganti dengan menampilkan pukulan-pukulan bervariasi (memodifikasikan ritem) mengikuti gerakan perkusi, melodi dan bass untuk menciptakan warna musik (timbre) pada lagu etnisnya. e. Saridin Tua Sinaga dengan ekspresinya dan kelentikan jarinya memetik setiap tali/senar hasapi mengikuti permainan sulim yang dibawakan oleh Hardoni Sitohang dengan jalinan melodi yang harmonisasi. f. Desmaret Napitupulu juga tidak kalah pentingnya dalam permainan hesek karena setiap pukulannya merupakan ketukan dasar untuk memulai dan mengakhiri lagu Sihutur Sanggul. g. Sirtoyono sebagai vokalis mengikuti melodi yang di dalam partiturnya dengan suara tinggi (bar 118-129). III. KESIMPULAN Setelah ditinjau bentuk analisis arranseen lagu Sihutur Sanggul adapun kesimpulan yang diambil penulis berikutnya adalah terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pertama merupakan permainan alat musik taganing secara tradisional, bagian kedua permainan melodis dari alat musik sulim dan hasapi, yang bagian ketiga menampilkan permainan alat musik sarune bolon, taganing dan sarune bolon yang dipadu dengan alat musik modern seperti keyboard dengan tujuan untuk menambah suasana dan nuansa musik yang lebih indah, tekstur lagunya dalam bentuk heterofonis yaitu tiap-tiap alat musik pada prinsipnya memainkan motif melodi yang sama dengan variasi yang berbeda sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, karakteristik melodinya adalah struktur melodis yakni rangkaian garis melodi gondang yang dibentuk dari motif-motif melodi yang kecil, mangarapat dan bertempo cepat, frase lagu Sihutur Sanggul terdiri dari frase tanya (anteseden) dan frase jawab (konsekwen), karena jenis lagunya merupakan lagu tradisional rakyat, memiliki pengulangan melodi yang membentuk frase–frase melodi gondang dan variasi ritmis yang berulng-ulang. 10 Dari uraian yang terdapat pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai bentuk analisis arransemen lagu Sihutur Sanggul adalah bentuk komposisi A- A’, B-B’, C-C, D-D’, E-E’. Adapun modifikasi atau pengolahan struktur, melodi, irama/ ritem/ ritme dan harmoni terdapat pada bentuk arransemen lagu Sihutur Sanggul memakai teknik pengolahan struktur melodi seperti memberikan introduksi/prelude (musik awal), interlude (musik tengah) dan postlude (musik akhir), meletakkan tanda abbreviatura (penyingkata lagu) dengan memakai istilah D.S al Coda artinya diulang dari tanda Segno ke tanda Coda. Coda artinya ekor. Fine artinya lagu berakhir, maupun dalam pengolahan struktur irama/ ritem/ rtyhm dengan menampilkan permainan alat musik perkusi yang bernada (instrument bersuara majemuk) seperti taganing, keyboard dan alat musik tak bernada (instrument bersuara tunggal) seperti gordang bolon, 1 set drum, hesek dengan memodifikasikan pola ritem yang bervariasi dan pengolahan struktur harmoni. Frase lagu Sihutur Sanggul terdiri dari frase tanya (anteseden) dan frase jawab (konsekwen) yang masing-masing memiliki 4 birama dalam tiap bagiannya. Pengembangan motif dari lagu Sihutur Sanggul adalah memakai repetisi, sekwens, inverse, augmentasi, diminished, ornamentasi, gradasi, dan kadens. Jenis Instrument yang dipakai kelompok musik Insidental dalam membawakan lagu Sihutur Sanggul adalah taganing, hesek, gordang bolon, sulim, hasapi, bass, keybord, dan vokalis. 11 DAFTAR PUSTAKA Banoe, Pono. (2003:192). Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta : Kanisius. Gustina, Susi (2005). Jurnal Seni Musik, Vol. 2. Tengerang : Jurusan Musik Fakultas Ilmuseni UPH. Harahap, Irwansyah dan Hutajulu Riythaony. (2005 : 51), Gondang Batak Toba. Bandung : P4ST UPI Hutagalung Jefry. 2011. Sumatera Incidental Musik di Taman Budaya Sumatera Utara : Deskripsi Pengelolaan, Pertunjukkan dan Struktur Musik. Medan : Etnomusikologi, USU. KBBI, (2002:1998). Balai Pustaka. Jakarta. KBBI, (2002:43). Balai Pustaka. Jakarta. KBBI, (2002:30). Balai Pustaka. Jakarta. KBBI. (2002:63-64). Balai Pustaka. Jakarta. Manalu, Lando MP. 2011 Peranan Grup Marsada Band Dalam Mempopulerkan Musik Tradisiona Batak Toba ke Mancanegara. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni. Unimed. Maryaeni, (2005:1). Metode Penelitian, Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara. Manurung, Daniel miduentus. 2008. Analisis Lagu Palti Raja Arransemen Viky Sianipar. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni, Unimed. Miles, B. Matthew dan Huberman, A. Michael.2005. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI-PRESS. Rosita, Afe Rohani. 2007. Metode Pembelajaran Arransemen Musik di SMP Negeri 3 Satu Atap Siria-ria. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni, Unimed. 12 Pasaribu, Ben M. (2004:4-5). “Musikalitas + Etnitas = Pluralitas” Dalam Pluralitas Musik Etnik. Medan : Pusat Dokumnetasi Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen. Pasaribu, Sarah Dermawan. 2010. Analisis Komposisi Piano Kemadjaja Karya Mochtar Embut. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni, Unimed. Supranto, J. (2004:27). Proposal Penelitian Contoh. Jakarta : Universitas Indonesia (UNI-PRESS). Purba, Mauly. (2006:61). Mengenai Tradisi Gondang dan Tor-tor Masyarakat Batak Toba. Medan : USU. Purba, Mauly. (2007). Musik Tradisional Masyarakat Sumatera Utara : Harapan Peluang dan Tantangan. Medan : USU. 13