This page was exported from - Universitas Lampung Export date: Wed Oct 25 1:52:25 2017 / +0000 GMT Potensi Perempuan dalam Koperasi Bisa Kurangi Kemiskinan (Unila): Selama ini telah banyak kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi kemiskinan. Namun demikian, masing-masing kebijakan tersebut terlihat belum efektif. Indikator yang mudah diukur adalah justru semakin bertambahnya kemiskinan. Salah satu faktor yang menyebabkan tidak efektifnya program-program pengentasan kemiskinan adalah karena program tersebut kurang memperhatikan perempuan. Hal ini diungkapkan dosen Jurusan Sosiologi, FISIP Universitas Lampung, Endry Fatimaningsih. Maka itu, bersama dosen Jurusan ilmu Administrasi Negara, Rahayu Sulistyowati, ia melakukan penelitian tentang pemberdayaan perempuan untuk mengatasi kemiskinan. “Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan perempuan untuk mengatasi kemiskinan itu berbasis koperasi,― ungkap Endry, Rabu (16/7). Menurut data dari Dinas Koperindag dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tahun 2013, dari 4497 jumlah koperasi yang ada di Lampung, baru sekitar 65 persen yang aktif atau sekitar 2923 koperasi. Berarti, masih ada sekitar 1574 atau 35 persen lagi yang dinyatakan tidak aktif. Jumlah koperasi yang aktif ini memang meningkat dari tahun 2012, yang saat itu ada 2615 koperasi aktif. Maka itu, menurut Endry, peran perempuan dalam pemberantasan kemiskinan ini sangat mungkin dilakukan. “Karena secara statistik, jumlah perempuan saat ini lebih banyak dari laki-laki. Secara aspek ekonomis, ini juga merupakan kekuatan yang sangat potensial jika dikelola dengan baik. Sementara ini, penelitian terkait perempuan dan koperasi ini kami lakukan di Lampung Tengah,― ungkapnya. “Keresahan ini karena sebelumnya perempuan hanya dijadikan objek sehingga program-program pengentasan kemiskinan kurang berhasil,― tukas Endry lagi. Maka, muncul gagasan untuk upaya pemberdayaan perempuan sebagai upaya pemberantasan kemiskinan, khususnya dipedesaan. Karena, mayoritas penduduk Indonesia memang tinggal di pedesaan. Bentuk upaya pemberdayaan perempuan ini dilakukan pada sebuah jenis koperasi yang khusus, yakni koperasi perempuan. Endry menilai, koperasi perempuan merupakan wadah yang paling tepat bagi kelompok perempuan pelaku usaha produktif. Diharapkan, nantinya ada model koperasi perempuan yang lebih baik yang bisa dijadikan acuan untuk pemberdayaan perempuan. Nantinya, dari penelitian yang didesain menggunakan penggabungan beberapa alat analisi yang biasa dipakai pada kajian gender ini, dapat dikaji beberapa aspek. “Nantinya akan dikaji pemberdayaan perempuan berbasis koperasi dari relasi laki-laki dan perempuan. Serta implikasinya untuk laki-laki dan perempuan serta masyarakat umum lainnya,― tambah Endry. Dari Jurnal Perempuan, model koperasi perempuan sebenarnya sudah ada sejak 1953 di Madiun, yakni Koperasi Mantratuti, yang menjadi cikal bakal koperasi perempuan. Koperasi perempuan diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi perempuan kini. Koperasi ini membuat perempuan pengusaha mikro menjadi mudah dalam mengakses modal untuk meningkatkan usahanya. Sehingga mampu meningkat pula kesejahteraan keluarganya dan berkurang pula angka kemiskinan. [] Andry Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com | Page 1/1 |