Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA Titiek Hariyati [email protected] Astri Fitria Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of the characteristic of the company to the income smoothing action on manufacturing companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. The multiple regression analysis is employed in this research.The result of the research describes that firm size and profitability have significant influence to the income smoothing practice on manufacturing companies which are listed in Indonesia Stock Exchange whereas the level of debt does not have any significant influence to the income smoothing practice on the manufacturing companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. Keywords: Firm Size, Profitability, Level of Debt, Income Smooting. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan tingkat hutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kata kunci: Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Tingkat hutang, Perataan Laba PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian dan kemajuan teknologi di Indonesia yang semakin pesat membuat para pelaku bisnis semakin ketat dalam bersaing. Persaingan tersebut dapat menimbulkan dampak positif dan negatif yang mana mengacu pada perekonomian di Indonesia. Dalam hal ini para pelaku bisnis harus mempunyai kemampuan, pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai cara untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui perkembangan bisnis perusahaan yang telah dijalankan. Laporan keuangan perusahaan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi keuangan, yang pada umumnya menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum. Laporan keuangan juga harus memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, laba, perubahaan kekayaan dan kewajiban maupun informasi lainnya yang relevan. Dari laporan keuangan tersebut salah satu parameter yang yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 2 IAI dalam PSAK No.25 (2009:2) menyatakan manfaat dari informasi laba yaitu untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Oleh karena itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik. Salah satu bentuk dari tindakan ini adalah praktik perataan laba ( income smoothing ) yang pada dasarnya merupakan tindakan yang dinilai bertentangan dengan tujuan perusahaan ( Widyaningdyah, 2001 ). Laba merupakan salah satu informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan sebagai dasar dalam penentuan kompensasi manajemen dan merupakan sumber informasi yang penting untuk melakukan praktik perataan laba. Income smoothing merupakan bagian dari manajemen laba dan merupakan bagian dari creative accounting yaitu setiap dan semua langkah yang digunakan untuk memainkan angka-angka keuangan, termasuk memilih dan melakukan prinsip-prinsip akuntansi secara agresif atau berani baik yang patuh maupun yang melanggar prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum ( Hidayat, 2007 ). Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan jumlah laba periode sebelumnya. Perataan laba tidak excess return akan terjadi apabila laba yang dihasilkan sesuai dengan laba yang diharapkan. Perusahaan yang melakukan praktik perataan laba, akan mampu mengendalikan ketika perusahaan mengumumkan laba. Jika informasi laba yang diumumkan merupakan good news bagi investor, maka harga saham akan meningkat dan memberikan excess return yang besar bagi investor sehingga hal tersebut menarik perhatian investor lain untuk berinvestasi diperusahaan tersebut. Dengan menampilkan laba yang relatif stabil diharapkan dapat meningkatkan persepsi pihak eksternal mengenai kinerja manajemen perusahaan. Perusahaan yang ukurannya lebih besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin banyak mendapatkan perhatian baik dari para analisis, investor maupun pemerintah. Dalam teori akuntansi dikemukakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk melakukan pengelolaan atas laba di antaranya melakukan income decreasing (penurunan laba) saat memperoleh laba tinggi untuk menghindari munculnya peraturan baru dari pemerintah. Dalam hal ini kinerja manajemen dinilai berdasarkan besar kecilnya perusahaan yang dilihat berdasarkan total modal yang digunakan, total aset perusahaan atau berdasarkan total penjualan yang diperoleh. Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan serta mengukur tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Untuk menarik minat investor dalam berinvestasi, manajemen akan berusaha untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan laba pada setiap periodenya. Akan tetapi jika laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan akan memicu tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen agar laba yang dihasilkan sesuai yang diharapkan. Hal inilah yang memicu timbulnya peraatan laba, fluktuasi profitabilitas yang rendah atau menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba. Tingkat hutang ( financial leverage ) merupakan rasio antara total kewajiban dengan total aset. Semakin besar tingkat leverage berarti semakin tinggi nilai hutang perusahaan. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi akibat besarnya jumlah hutang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba (Widyaningdyah, 2001). Manajemen diduga akan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 3 memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan aktiva, mengurangi utang dan meningkatkan pendapatan dengan tujuan untuk menghindari pelanggaran kontrak hutang jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal jangka waktu pengambilan sampel yaitu antara 2010-2012. Sampel penelitian terdiri dari 59 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penambahan periode pengamatan dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan hasil penelitian ini mempunyai daya komparasi yang lebih baik. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Anthony dan Govindrajan ( 2005 ), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap- tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Agency Theory menunjukkan bahwa perusahaan dapat dilihat sebagai suatu hubungan kontrak (loosely defined) antara pemegang sumber daya. Suatu hubungan agency muncul ketika satu atau lebih individu, yang disebut pelaku (principals), memperkerjakan satu atau lebih individu lain, yang disebut agen. Hubungan utama agency dalam bisnis adalah mereka (pemegang saham dan manager) dan antara (debtholders dan pamegang saham). Agency Theory menimbulkan masalah mendasar dalam organisasi “perilaku mementingkan diri sendiri “. Manajer sebuah perusahaan mungkin memiliki tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik pemegang saham. Karena manajer pemegang saham memiliki hak untuk mengelola asset perusahaan, sebuah potensi konflik kepentingan muncul antara dua kelompok. Untuk mengatasi perilaku manajer tersebut pemegang saham selaku prinsipal melakukan suatu langkah pengendalian yaitu dengan mengevaluasi kinerja manajer, memberikan reward maupun punishment, dan memberikan bagi hasil dari keuntungan bersama perusahaan untuk memberikan rasa memiliki sebagai bagian terpenting dari perusahaan. Pengendalian tersebut diharapkan efektif bagi suatu organisasi perusaahan baik dalam hal peningkatan maupun perbaikan kinerja perusahaan. Dengan asumsi bahwa pemberian reward diharapkan dapat memberikan dorongan positif terhadap manajer untuk dapat meningkatkan kinerjanya yang nantinya juga dapat memberikan keuntungan bagi prinsipal selaku pemegang saham, dan punishment diberikan dengan harapan untuk memberikan efek jera atau peringatan agar manajer dapat memperbaiki kinerja dan tidak mengulangi kesalahan yang dibuatnya. Namun informasi akuntansi yang digunakan principal sebagai acuan untuk mengukur kinerja manajer dan sebagai dasar pemberian reward membuat timbulnya disfuncional behavior dikalangan manajer dan cenderung melakukan perataan labadengan memanipulasi informasisedemikian rupa agar terlihat kinerja manajer lebih bagus. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah informasi yang disajikan dan disiapkan oleh manajeman dari satu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Tujuan dasar laporan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 4 keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja perusahaan dan perubahan posisi laporan keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai laporan keuangan yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas pelaporan keuangan. Neraca merupakan gambaran posisi keuangan dari satu kesatuan usaha yang mana merupakan keseimbangan antara aktiva ( assets ), utang ( liabilities ), dan modal ( equity ) pada satu periode tertentu. Laporan laba rugi merupakan ikhtiar dari seluruh pendapatan dan beban dari satu kesatuan usaha pada satu periode tertentu. Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan perubahan modal dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu yang meliputi laba komperhensif, investasi, dan distribusi dari dan kepada pemilik. Laporan arus kas merupakan seluruh penerimaan dan pengeluaran kas baik yang berasal dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu. Catatan laporan keuangan merupakan informasi yang tidak dapat diungkapkan yang berisi seluruh prinsip, prosedur, metode, dan teknik yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut dapat berguna bagi pemakai. Karakteristik tersebut antara lain : 1. Dapat dipahami Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan harus dapat dengan mudah dipahami oleh pemakai. Untuk itu, para pemakai diasumsikan telah memiliki pengetahuan yang cukup dan memadai tentang kegiatan atau aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta memiliki kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang semestinya atau wajar. 2. Relevan Suatu informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa yang akan datang, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. 3. Keandalan Agar informasi keuangan yang disajikan bermanfaat bagi pemakai, informasi keuangan harus andal. Informasi dapat diandalkan jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang jujur dari apa yang seharusnya disajikan dan tepat waktu dalam penyajiannya. 4. Dapat diperbandingkan Informasi keuangan akan lebih berguna bagi para pemakainya apabila dapat diperbandingkan dengan informasi keuangan pada laporan keuangan tahun sebelumnya dan laporan keuangan antar perusahaan. Dengan demikian pemakai laporan keuangan akan lebih mudah untuk mengevaluasi posisi keuangan, kenerja perusahaan, dan posisi keuangan perusahaan. Pengertian Laba Laba adalah selisih total pendapatan dengan total beban perusahaan yang tidak termasuk komponen dari penghasilan komprehensif lainnya. Menurut Ghozali dan Chariri (2007), pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva tergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Laba bersih mencerminkan semua pos laba dan rugi selama satu periode, kecuali untuk koreksi periode yang telah lalu. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 5 Koreksi masa lalu disajikan sebagai penyesuaian atas saldo awal laba yang ditahan. Para pemakai laporan keuangan memiliki konsep laba yang berbeda-beda karena disesuaikan dengan tujuan pengambilan keputusan. Laba dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan perusahaan. Pengukuran terhadap laba tidak akan memberikan informasi yang bermanfaat bila tidak menggambarkan sebab-sebab timbulnya laba. Tujuan Pelaporan Laba Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfat bagi pihak yang berkepentingan seperti investor, kreditor, dan pihak-pihak lain. Informasi tentang laba perusahaan tersebut dapat dipergunakan antara lain : a. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital ). b. Sebagai pengukur prestasi manajemen. c. Sebagai dasar penentuan besarnya pajak. d. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara. e. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus. f. Sebagai alat motiivasi manejemen dalam pengendalian perusahaan. g. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran. h. Sebagai dasar pembagian deviden. Manajemen Laba Adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan agen, perbedaan ini terjadi karena kemakmuran manajer sangat kecil dibandingkan dengan perubahan kemakmuran pemegang saham, sehingga manajer cenderung untuk mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Kecenderungan tersebut membuat praktek manajemen laba sering dilakukan oleh manajemen. Menurut Belkaoui (2006:74) manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk "memanipulasi" pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan. Manajemen laba dapat terjadi karena manajer diberi keleluasaan untuk memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam mencatat dan mengungkapkan informasi keuangan privat yang dimiliki. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba juga menambahkan bias dalam laporan keuangan dan dapat menggangu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa Menurut Scott (2000) ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba, yaitu: (1)Bonus Purposes (Rencana Bonus),para manajer yang berkerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya; (2)Debt Convenant (Kontrak Utang Jangka Panjang),menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang; (3)Political Motivation (Motivasi Politik),menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah; (4)Taxation Motivation (Motivasi Perpajakan),menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkanya. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 6 Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar; (5) Chief Executive Officer (Pergantian CEO),biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan; (6)Initial Public Offering (Penawaran Saham Perdana),menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang akan dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor terkait dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu untuk mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan. Menurut Scott (2000), pola manajemen labadapat dilakukan dengan empat cara yaitu: (a) Taking a Bath, pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa mendatang; (b)Income Minimization, pola ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya; (c) Income Maximization, pola ini dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian utang; (d )Income Smoothing,pola ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Perataan Laba ( Income Smoothing ) Praktik perataan laba dilakukan oleh manajemen perusahaan yang dapat menyebabkan pengungkapan laba di laporan keuangan menjadi tidak memadai, bahkan terkesan menyesatkan. Hal ini berakibat investor tidak memiliki informasi yang akurat tentang laba, sehingga investor gagal dalam menaksir risiko investasi mereka. Pemilihan metode akuntansi yang menyajikan adanya laba yang rata dari tahun ke tahun merupakan salah satu hal yang sangat disukai oleh manajemen dan para investor, karena laba yang rata mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut kuat dan stabil . Menurut Zuhroh ( 1996 ) perataan laba adalah cara yang digunakan manajer untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi maupun metode transaksi. Perataan laba mempunyai peranan penting dalam mengurangi bias dari para pemegang saham dalam memperhitungkan laba di masa lalu dan memprediksikan laba di masa yang akan datang ( Jatiningrum : 2000 ). Menurut Belkaoui (2000), perataan laba adalah sebagai suatu upaya yang disengaja dilakukan manajemen untuk mencoba mengurangi variasi abnormal dalam laba perusahaan dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat yang normal bagi perusahaan. Menurut Hepworth,1953 (dalam Subekti 2005),praktik perataan laba dilakukan manajemen dengan alasan sebagai berikut sebagai berikut : a. Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat mengurangi utang pajak. b. Dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan penghasilan dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 7 c. Dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah atau gaji oleh karyawan. Menurut Sugiarto (2003) ada beberapa teknik yang digunakan dalam perataan laba antara lain : 1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Dimana pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals). Misalnya pada biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menerapkan kebijakan diskon dan kredit sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter, sehingga laba kelihatan stabil pada periode tertentu. 2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu Manajer memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pospos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi. Dan hal ini dapat digunakan sewaktu-waktu untuk meratakan laba melihat kondisi pendapatan periode itu. 3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya: jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa perataan laba adalah cara yang digunakan manager untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi maupun metode transaksi yang mana bertujuan untuk mengurangi bias dari para pemegang saham dalam memperhitungkan laba di masa lalu dan memprediksikan laba di masa yang akan datang. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut besar kecilnya berdasarkan pada total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan dalam pengaruhnya terhadap praktik perataan laba yaitu berupa pengawasan dan pengamatan terkait kinerja perusahaan tersebut, semakin besar perusahaan maka semakin besar sorotan dan pengamatan yang akan di dapat perusahaan. Perusahaan yang ukurannya lebih besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba ( Herawaty, 2005). Berdasarkan political cost hypothesis dalam teori akuntansi positif dikemukakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk melakukan pengelolaan atas laba di antaranya melakukan income decreasing (penurunan laba) saat memperoleh laba tinggi untuk menghindari munculnya peraturan baru dari pemerintah, contohnya menaikkan pajak penghasilan perusahaan. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 8 tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Analisis profabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaandalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun modal sendiri. Jadi hasil profabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperolah dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan. Tingkat Hutang ( Financial Leverage ) Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Financial leverage menunjukan seberapa efisien perusahaan memanfaatkan ekuitas pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka panjang dan jangka pendek perusahaan sehingga tidak akan menggangu operasi perusahaan secara keseluruhan dalam jangak panjang. Hutang yang besar berarti rasio leverage yang besar. Hutang yang besar menyebabkan faktor resiko yang semakin meningkat. Rasio leverage yang besar menyebabkan turunnya minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga dapat memicu adanya tindakan perataan laba. Pengembangan Hipotesis Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap perataan laba. Moes (1987) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar menjadi subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tindakan perataan laba. Pengaruh Profitabilitas terhadap perataan laba. Carlson dan Bathala ( 1997 ) dalam Suranta dan Merdistuti ( 2004 ) menyimpulkan salah satu variabel penentu perataan laba adalah tingkat profitabilitas dimana semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tindakan perataan laba. Pengaruh Tingkat hutang terhadap perataan laba. Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3 : Tingkat hutang ( financial leverage ) berpengaruh positif terhadap tindakan perataan laba. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 9 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah di audit dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012, (2) Perusahaan yang memperoleh laba dan mempublikasikan laporan keuangannya selama tahun 2010 sampai tahun 2012, (3) Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut besar kecilnya berdasarkan pada total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Cara untuk mengukur variabel ini yaitu dengan rata-rata jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva). Ukuran perusahaan : log total aktiva b. Rasio Profitabilitas Perusahaan Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat tidaknya perusahaan yang akan mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Cara untuk mengukur variabel ini yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Profitabilitas = Laba bersih setelah pajak -----------------------------------Total Aktiva c. Tingkat Hutang ( financial leverage ) Financial leverage menunjukan seberapa efisien perusahaan memanfaatkan ekuitas pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka panjang dan jangka pendek perusahaan sehingga tidak akan menggangu operasi perusahaan secara keseluruhan dalam jangka panjang. Cara untuk mengukur variabel ini yaitu perbandinagn antara total hutang dengan total aktiva: Debt to Asset Ratio = Total Hutang ---------------------Total Aktiva Variabel Dependen Tindakan Perataan Laba Cara untuk menguji tindakan perataan laba yaitu dengan indeks Eckel (1981). Indeks perataan laba dapat dihitung sebagai berikut (Eckel, dalam Suwito dan Herawaty 2005 ) Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 10 Indeks Perataan Laba = CV ∆I -----------CV ∆S Dimana: ∆I :Perubahan laba dalam satu periode ∆S :Perubahan penjualan dalam satu periode CV :Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan Apabila CV ∆I > CV ∆S , maka perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba dengan nilai < 1 (Eckel,dalam Suwito dan Herawaty 2005). CV ΔI : Koefisien variasi untuk perubahan laba. CV ΔS : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan. CV ΔI dan CV ΔS dapat dihitung sebagai berikut: Variance CV ΔI dan CV ΔS = Expected Value Atau Dimana : ∆x : perubahan penghasilan bersih / laba(1)atau penjualan (s) antara tahun n-1 ∆X : rata-rata perubahan penghasilan bersih/laba (1) atau penjualan antara tahun n-1 n : banyaknya tahun yang diamati Pengujian Hipotesis Uji statistik multivariate dipergunakan apabila variabel penelitian terdiri dari dua atau lebih, dan diantara variabel – variabel itu akan diteliti apakah ada pengaruh, korelasi, atau pertautan antara dua atau lebih variabel itu. Dalam pengujian multivariate, digunakan regression untuk melihat faktor – faktor yang dapat dikaitkan dengan perataan laba. Untuk menguji H1 sampai dengan H3 digunakan persamaan regression sebagai berikut : TP = a + b (SZ) + c (P) + d (L) Dimana : TP = Tindakan Perataan Laba Perusahaan SZ = Ukuran Perusahaan P = Profitabilitas Perusahaan L = Tingkat Hutang Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 11 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu perataan laba, ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang. Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Perataan Laba Minimum -9.095 Maximum 9.969 Mean 0.863 Std. Deviation 2.876 Ukuran Perusahaan 16.175 25.929 20.938 1.718 Profitabilitas -0.756 0.890 0.086 0.127 0.001 Sumber: Laporan tahunan 2010-2012 (diolah) 1.839 0.451 0.234 Tingkat Hutang Tabel 1 menjelaskan nilai minimum, maksimal, rata-rata, dan standar deviasi dari perataan laba, ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012. Berikut penjelasan data-data yang digunakan: Perataan laba memiliki nilai minimum sebesar -9,095 terdapat pada perusahaan PT Akasha Wira International Tbk tahun 2011 dan nilai maksimum 9,969 terdapat pada perusahaan PT Pyridam Farma Tbk tahun 2012. Nilai rata-rata sebesar 0,863 dengan standard deviasi sebesar 2,876, hal ini menunjukkan rata-rata usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih besar dari laba normal, dan usaha untuk memperbesar jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal. Ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 16,175 terdapat pada perusahaan PT Alam Karya Unggul Tbk tahun 2012 dan nilai maksimum 25,929 terdapat pada perusahaan PT Arwana Citramulia Tbk tahun 2012. Nilai rata-rata sebesar 20,938 dengan standard deviasi sebesar 1,718, hal ini menunjukkan rata-rata skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut besar kecilnya berdasarkan pada total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Profitabilitas memiliki nilai minimum sebesar -0,756 terdapat pada perusahaan PT Alam Karya Unggul Tbk tahun 2011 dan nilai maksimum 0,890 terdapat pada perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2011. Nilai rata-rata sebesar 0,086 dengan standard deviasi sebesar 0,127, hal ini menunjukkan rata-rata kemampuan perusahaandalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun modal sendiri. Jadi hasil profabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperolah dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan. Tingkat Hutang memiliki nilai minimum sebesar 0,001 terdapat pada perusahaan PT Astra International Tbk tahun 2011 dan nilai maksimum 1,839 terdapat pada perusahaan PT Hanson International Tbk tahun 2010. Nilai rata-rata sebesar 0,451 dengan standard deviasi sebesar 0,234, hal ini menunjukkan rata-rata efisien perusahaan dalam memanfaatkan ekuitas pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka panjang dan jangka pendek Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 12 perusahaan sehingga tidak akan menggangu operasi perusahaan secara keseluruhan dalam jangka panjang. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10, artinya seluruh variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang tidak ada gejala multikolinier, dimana jika VIF < 10 maka tidak terjadi gejala Multikolinearitas. b. Uji Autokorelasi. Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai DW sebesar 1,894. Nilai DW 1,894 terletak antara 1,65 dan 2,35 dengan demikian dapat dianggap bahwa asumsi tidak terjadi autokorelasi dapat dipenuhi. c. Uji Heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan uji glejser. Hasil perhitungan heteroskedastisitas dengan uji glejser diketahui bahwa nilai signifikansi untuk variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang lebih dari 5%, ini berarti bahwa tidak ada hubungan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang dengan nilai residunya, maka penelitian ini tidak terdapat gejala heteroskedastisiitas pada penelitian ini, karena tingkat signifikansinya > 0,05. d. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa data sampel menjadi terdistribusi dengan normal. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi KolmogorovSmirnov > 0,05 yaitu sebesar 0,116. Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis 1, 2, dan 3 Hasil perhitungan dengan komputer dengan aplikasi program SPSS 20.0 (Statistical Program for Social Science) adalah sebagai berikut: Tabel 2 Model Regresi Linier Berganda Variable bebas Konstanta Ukuran Perusahaan Profitabilitas Tingkat Hutang Variable terikat Adjusted Square F hitung Sumber : Lampiran (diolah) B -0.021 0.036 0.698 -0.458 T Sig Keterangan 3.262 2.147 -0.490 0.001 0.033 0.625 Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Perataan laba 0,361 34,158 ; Sig : 0,000 Diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: PL= -0,021 + 0,036UP + 0,698PROF – 0,458TH Persamaan diatas dapat di jelaskan sebagai berikut: 1. Persamaan regresi linier berganda tersebut menunjukkan nilai o (konstanta) sebesar 0,021 dan mempunyai nilai negatif. Nilai tersebut berarti bahwa jika variabel bebas yaitu Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 13 ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang sama dengan 0 (nol) atau konstan, nilai perataan laba adalah sebesar 0,021. 2. Nilai 1 sebesar 0,036 tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan ukuran perusahaan maka akan terjadi peningkatan perataan laba sebesar 0,036. 3. Nilai 2 sebesar 0,698 tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan profitabilitas maka akan terjadi peningkatan perataan laba sebesar 0,698. 4. Nilai 3 sebesar -0,458 tersebut mempunyai arti bila terjadi penurunan tingkat hutang, maka akan terjadi peningkatan perataan laba sebesar 0,458. Uji Goodness of Fit 1. Koefisien determinasi Koefisien determinasi (Adjusted R2) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0,361, yang berarti bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang mampu menjelaskan variasi pada variabel perataan laba sebesar 36,1% 2. Uji F Uji F dilakukan untuk menguji kelayakan suatu model regresi. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F. Berdasarkan tabel 8 didapatkan angka F yaitu 34,158 dengan Sig.0,000 < 0,05, artinya ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap perataan laba, sehingga model layak memenuhi goodness of fitinstitusional maka semakin besar discretionary accrual maka kualitas laba semakin rendah. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan. Penjelasan terkait dengan hasil uji t sebagai berikut : a. Ukuran perusahaan menghasilkan nilai koefisien regresi 0,036 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 dan lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, sehingga H1 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba diterima. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar akan menghindari kenaikan laba secara drastis supaya terhindar dari pembebanan kenaikan biaya oleh pemerintah seperti kenaikan beban pajak yang harus ditanggung perusahaan. Perusahaan besar juga akan menghindari penurunan laba secara drastis karena dapat menjadi tanda bahwakinerja perusahaan semakin menurun. Akibatnya, perusahaan besar mempunyai dorongan yang lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba.Semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula kesempatan manajer untuk melakukan praktik perataan laba karena perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih komplek dibandingkan perusahaan kecil. Temuan ini mendukung penelitian Moses (dalam Suwito dan Herawaty, 2005) yang menunjukkan bahwa perusahaan–perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar biasanya diminta memikul biaya yang lebih besar karena perusahaan besar diperkirakan memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan laba. b. Profitabilitas menghasilkan nilai koefisien regresi 0,698 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,033 dan lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, sehingga H2 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba diterima. Hal ini menunjukkan laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 14 perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh perusahaan dimasa yang akan datang. Hasil ini sesuai dengan teori keagenan (agency theory) yang merupakan salah satu teori yang menjelaskan konsep manajemen laba. Teori keagenan didefinisikan oleh Michelson et.al, 1995 (dalam Prasetio, J.E, S. Astuti dan A. Wiryawan,2002) yang menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Konflik keagenan muncul karena manajer dan pemegang saham seringkali tidak memperoleh informasi yang sama tentang perusahaan, meskipun harus diasumsikan bahwa manajer memiliki tujuan yang sama dengan pemiliknya. Selain itu hasil ini juga mendukung penelitian Suranta dan Merdistuti (2004) yang menyatakan peningkatan nilai perusahaan yang dilakukan dengan praktek perataan laba disebabkan adanya insentif para manajer dan kurangnya monitoring sehingga sebenarnya peningkatan nilai perusahaan lebih disebabkan oleh upaya manajer dalam melakukan manipulasi yang akhirnya merugikan pemilik perusahaan. c. Tingkat Hutang menghasilkan nilai koefisien regresi -0,458 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,625 dan lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa tingkat hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, sehingga H3 yang menyatakan bahwa tingkat hutang berpengaruh positif terhadap perataan laba ditolak. Hal ini berarti bahwa financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang aman oleh karena itu pihak manajemen tidak perlu melakukan praktik perataan laba. Perusahaan yang diduga cenderung untuk melakukan praktik perataan laba ialah perusahaan yang mempunyai nilai leverage tinggi yaitu lebih dari 50%, semakin tinggi nilai leverageakan semakin tinggi risiko yang harus dihadapiserta semakin besar tingkat return atas pengembalian yang diharapkan. Oleh karena itu untuk mengimbangi tingkat risiko yang tinggi maka pihak manajemen akan melakukan praktik perataan laba. Tindakan manajer melakukan praktik perataan laba disebabkan karena manajer ingin menunjukkan bahwa perusahaan yang dipimpin mempunyai risiko yang rendah dan merupakan lahan yang menarik untuk berinvestasi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Narsa (2003) yang menunjukkan bahwa variabel financial leverage tidak berpengaruh terhadap tindakanperataan laba. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan hutang yang ketat sehingga perusahaan sulit untuk memperoleh kredit. Pihak kreditor lebih memperhatikan pemenuhan persyaratan perusahaan pada kondisi keuangan dan modal. Adanya persyaratan yang harus dipenuhi, dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi kreditor dalam memberi keputusan pinjaman kepada perusahaan. Perusahaan yang memiliki sejarah kredit atau pinjaman yang baik, tentu akan memberi penilaian yang positif pula bagi pihak kreditor, sehingga kreditor lebih mempercayai perusahaan dalam hal pengembalian pinjaman. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Ukuran Perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (2) Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (3) Financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) 15 Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah: (1) Penelitian ini hanya menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga generalisasi hasil penelitian dibatasi hanya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 – 2012 yang menjadi anggota sampel penelitian; (2) Penelitian ini hanya menggunakan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage; (3)Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian hanya 3 tahun sehingga hasil pengujian menjadi kurang akurat DAFTAR PUSTAKA Anthony, R.N. and V.Govindarajan. 2005. Management Control Systems. Irwin: Homewood. Illinois.. Belkaouli, A.R. 2000. Accounting Theory. Edisi Kelima. Jakarta : Salemba Empat. ____________. 2006. Accounting Theory (Buku 1). Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, I. Dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi . UNDIP. Semarang. Hidayat, I.P. 2007. Dampak Financial Number games. Jurnal Akuntansi FE UNSIL ISSN: 19079558. Jatiningrum. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang berpengaruh Terhadap Perataan Penghasil Bersih / Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2. hal: 144-145. Narsa, I.M, B. Diana, dan B.Maritza. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Selama Krisis Moneter Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Surabaya. Majalah Ekonomi. No.2 : 128 – 145. Prasetio, J.E, S. Astuti dan A. Wiryawan. 2002. Praktik Perataan Laba dan Kinerja Saham Publik di Indonesia . Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 6, No. 2. Desember. Hal: 45 – 46. Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi.Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE. Scott, R.W. 2000. Financial Accounting Theory, 2nd edition. Prentice Hall Canada Inc, Scarborough, Ontario Subekti, I. 2005. Asosiasi Antara Praktik Perataan Laba dan Reaksi Pasar Modal di Indonesia. SNA VIII Solo. September. Sugiarto, S. 2003. Perataan Laba Dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi. Surabaya. Suranta, E. dan P. Merdistuti. 2004 . Income smoothing, Tobin’s Q. Agency problems dan kinerja perusahaan . Simposium Nasional Akuntansi. Bali. Suwito, E. dan A. Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII . Solo. 15-16 September. Widyaningdyah, A.U. 2001. Analisis Faktor - faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia .Jurnal Akuntansi & Keuangan. November Vol. 3 No. 2. Zuhroh, D. 1996. Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Pada Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Go Publik di Indonesia. Pogram Pasca sarjana Universitas Gajah Mada. Tesis. ●●●