Informasi laba dalam laporan keuangan pada umumnya penting

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TINDAKAN
PERATAAN LABA
Titiek Hariyati
[email protected]
Astri Fitria
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the influence of the characteristic of the company to the income
smoothing action on manufacturing companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. The multiple
regression analysis is employed in this research.The result of the research describes that firm size and
profitability have significant influence to the income smoothing practice on manufacturing companies which are
listed in Indonesia Stock Exchange whereas the level of debt does not have any significant influence to the
income smoothing practice on the manufacturing companies which are listed in Indonesia Stock Exchange.
Keywords: Firm Size, Profitability, Level of Debt, Income Smooting.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan
Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis
menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan
dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan tingkat hutang tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Kata kunci: Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Tingkat hutang, Perataan Laba
PENDAHULUAN
Perkembangan perekonomian dan kemajuan teknologi di Indonesia yang semakin
pesat membuat para pelaku bisnis semakin ketat dalam bersaing. Persaingan tersebut dapat
menimbulkan dampak positif dan negatif yang mana mengacu pada perekonomian di
Indonesia. Dalam hal ini para pelaku bisnis harus mempunyai kemampuan, pengetahuan
dan wawasan yang luas mengenai cara untuk memajukan dan menjalankan perusahaan,
sehingga perusahaan membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui
perkembangan bisnis perusahaan yang telah dijalankan.
Laporan keuangan perusahaan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi
keuangan, yang pada umumnya menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum.
Laporan keuangan juga harus memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban,
kekayaan bersih, laba, perubahaan kekayaan dan kewajiban maupun informasi lainnya yang
relevan. Dari laporan keuangan tersebut salah satu parameter yang yang digunakan untuk
mengukur kinerja manajemen adalah laba.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
2
IAI dalam PSAK No.25 (2009:2) menyatakan manfaat dari informasi laba yaitu untuk
menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di
masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan
pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
Oleh karena itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang
dapat membuat laporan keuangan menjadi baik. Salah satu bentuk dari tindakan ini adalah
praktik perataan laba ( income smoothing ) yang pada dasarnya merupakan tindakan yang
dinilai bertentangan dengan tujuan perusahaan ( Widyaningdyah, 2001 ). Laba merupakan
salah satu informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan sebagai dasar dalam
penentuan kompensasi manajemen dan merupakan sumber informasi yang penting untuk
melakukan praktik perataan laba.
Income smoothing merupakan bagian dari manajemen laba dan merupakan bagian dari
creative accounting yaitu setiap dan semua langkah yang digunakan untuk memainkan
angka-angka keuangan, termasuk memilih dan melakukan prinsip-prinsip akuntansi secara
agresif atau berani baik yang patuh maupun yang melanggar prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum ( Hidayat, 2007 ). Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu
bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan jumlah
laba periode sebelumnya.
Perataan laba tidak excess return akan terjadi apabila laba yang dihasilkan sesuai
dengan laba yang diharapkan. Perusahaan yang melakukan praktik perataan laba, akan
mampu mengendalikan ketika perusahaan mengumumkan laba. Jika informasi laba yang
diumumkan merupakan good news bagi investor, maka harga saham akan meningkat dan
memberikan excess return yang besar bagi investor sehingga hal tersebut menarik perhatian
investor lain untuk berinvestasi diperusahaan tersebut. Dengan menampilkan laba yang
relatif stabil diharapkan dapat meningkatkan persepsi pihak eksternal mengenai kinerja
manajemen perusahaan.
Perusahaan yang ukurannya lebih besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang
lebih besar untuk melakukan perataan laba. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka
semakin banyak mendapatkan perhatian baik dari para analisis, investor maupun
pemerintah. Dalam teori akuntansi dikemukakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk
melakukan pengelolaan atas laba di antaranya melakukan income decreasing (penurunan
laba) saat memperoleh laba tinggi untuk menghindari munculnya peraturan baru dari
pemerintah. Dalam hal ini kinerja manajemen dinilai berdasarkan besar kecilnya perusahaan
yang dilihat berdasarkan total modal yang digunakan, total aset perusahaan atau
berdasarkan total penjualan yang diperoleh.
Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan serta mengukur tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Untuk
menarik minat investor dalam berinvestasi, manajemen akan berusaha untuk meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan laba pada setiap periodenya. Akan tetapi jika laba yang dihasilkan tidak
sesuai dengan yang diharapkan akan memicu tindakan oportunistik yang dilakukan
manajemen agar laba yang dihasilkan sesuai yang diharapkan. Hal inilah yang memicu
timbulnya peraatan laba, fluktuasi profitabilitas yang rendah atau menurun memiliki
kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba.
Tingkat hutang ( financial leverage ) merupakan rasio antara total kewajiban dengan
total aset. Semakin besar tingkat leverage berarti semakin tinggi nilai hutang perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi akibat besarnya jumlah hutang
dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan akan cenderung melakukan
manipulasi dalam bentuk manajemen laba (Widyaningdyah, 2001). Manajemen diduga akan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
3
memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan aktiva, mengurangi utang dan
meningkatkan pendapatan dengan tujuan untuk menghindari pelanggaran kontrak hutang
jangka panjang.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap
tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal jangka waktu
pengambilan sampel yaitu antara 2010-2012. Sampel penelitian terdiri dari 59 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penambahan periode pengamatan
dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan hasil penelitian ini
mempunyai daya komparasi yang lebih baik.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Anthony dan Govindrajan ( 2005 ), teori agensi adalah hubungan atau
kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap- tiap individu
semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent.
Agency Theory menunjukkan bahwa perusahaan dapat dilihat sebagai suatu
hubungan kontrak (loosely defined) antara pemegang sumber daya. Suatu hubungan agency
muncul ketika satu atau lebih individu, yang disebut pelaku (principals), memperkerjakan
satu atau lebih individu lain, yang disebut agen. Hubungan utama agency dalam bisnis
adalah mereka (pemegang saham dan manager) dan antara (debtholders dan pamegang
saham).
Agency Theory menimbulkan masalah mendasar dalam organisasi “perilaku
mementingkan diri sendiri “. Manajer sebuah perusahaan mungkin memiliki tujuan-tujuan
pribadi yang bersaing dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik pemegang
saham. Karena manajer pemegang saham memiliki hak untuk mengelola asset perusahaan,
sebuah potensi konflik kepentingan muncul antara dua kelompok. Untuk mengatasi
perilaku manajer tersebut pemegang saham selaku prinsipal melakukan suatu langkah
pengendalian yaitu dengan mengevaluasi kinerja manajer, memberikan reward maupun
punishment, dan memberikan bagi hasil dari keuntungan bersama perusahaan untuk
memberikan rasa memiliki sebagai bagian terpenting dari perusahaan. Pengendalian
tersebut diharapkan efektif bagi suatu organisasi perusaahan baik dalam hal peningkatan
maupun perbaikan kinerja perusahaan. Dengan asumsi bahwa pemberian reward diharapkan
dapat memberikan dorongan positif terhadap manajer untuk dapat meningkatkan
kinerjanya yang nantinya juga dapat memberikan keuntungan bagi prinsipal selaku
pemegang saham, dan punishment diberikan dengan harapan untuk memberikan efek jera
atau peringatan agar manajer dapat memperbaiki kinerja dan tidak mengulangi kesalahan
yang dibuatnya.
Namun informasi akuntansi yang digunakan principal sebagai acuan untuk mengukur
kinerja manajer dan sebagai dasar pemberian reward membuat timbulnya disfuncional
behavior dikalangan manajer dan cenderung melakukan perataan labadengan memanipulasi
informasisedemikian rupa agar terlihat kinerja manajer lebih bagus.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah informasi yang disajikan dan disiapkan oleh manajeman
dari satu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan
bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan
komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Tujuan dasar laporan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
4
keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja perusahaan dan
perubahan posisi laporan keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai laporan
keuangan yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas pelaporan keuangan. Neraca
merupakan gambaran posisi keuangan dari satu kesatuan usaha yang mana merupakan
keseimbangan antara aktiva ( assets ), utang ( liabilities ), dan modal ( equity ) pada satu
periode tertentu. Laporan laba rugi merupakan ikhtiar dari seluruh pendapatan dan beban
dari satu kesatuan usaha pada satu periode tertentu. Laporan perubahan ekuitas merupakan
laporan perubahan modal dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu yang
meliputi laba komperhensif, investasi, dan distribusi dari dan kepada pemilik. Laporan arus
kas merupakan seluruh penerimaan dan pengeluaran kas baik yang berasal dari aktivitas
operasional, investasi, dan pendanaan dari satu kesatuan usaha selama satu periode
tertentu. Catatan laporan keuangan merupakan informasi yang tidak dapat diungkapkan
yang berisi seluruh prinsip, prosedur, metode, dan teknik yang diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan tersebut.
Laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif yang membuat informasi dalam
laporan keuangan tersebut dapat berguna bagi pemakai. Karakteristik tersebut antara lain :
1. Dapat dipahami
Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan harus dapat dengan mudah dipahami
oleh pemakai. Untuk itu, para pemakai diasumsikan telah memiliki pengetahuan yang
cukup dan memadai tentang kegiatan atau aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta
memiliki kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang semestinya atau
wajar.
2. Relevan
Suatu informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa
yang akan datang, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.
3. Keandalan
Agar informasi keuangan yang disajikan bermanfaat bagi pemakai, informasi keuangan
harus andal. Informasi dapat diandalkan jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang jujur dari
apa yang seharusnya disajikan dan tepat waktu dalam penyajiannya.
4. Dapat diperbandingkan
Informasi keuangan akan lebih berguna bagi para pemakainya apabila dapat
diperbandingkan dengan informasi keuangan pada laporan keuangan tahun sebelumnya
dan laporan keuangan antar perusahaan. Dengan demikian pemakai laporan keuangan akan
lebih mudah untuk mengevaluasi posisi keuangan, kenerja perusahaan, dan posisi keuangan
perusahaan.
Pengertian Laba
Laba adalah selisih total pendapatan dengan total beban perusahaan yang tidak termasuk
komponen dari penghasilan komprehensif lainnya. Menurut Ghozali dan Chariri (2007),
pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang
merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur
kenaikan aktiva tergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Laba bersih
mencerminkan semua pos laba dan rugi selama satu periode, kecuali untuk koreksi periode
yang telah lalu.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
5
Koreksi masa lalu disajikan sebagai penyesuaian atas saldo awal laba yang ditahan.
Para pemakai laporan keuangan memiliki konsep laba yang berbeda-beda karena
disesuaikan dengan tujuan pengambilan keputusan. Laba dapat dijadikan ukuran untuk
menilai keberhasilan perusahaan. Pengukuran terhadap laba tidak akan memberikan
informasi yang bermanfaat bila tidak menggambarkan sebab-sebab timbulnya laba.
Tujuan Pelaporan Laba
Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfat bagi pihak
yang berkepentingan seperti investor, kreditor, dan pihak-pihak lain. Informasi tentang laba
perusahaan tersebut dapat dipergunakan antara lain :
a. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital ).
b. Sebagai pengukur prestasi manajemen.
c. Sebagai dasar penentuan besarnya pajak.
d. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara.
e. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus.
f. Sebagai alat motiivasi manejemen dalam pengendalian perusahaan.
g. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran.
h. Sebagai dasar pembagian deviden.
Manajemen Laba
Adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan agen, perbedaan ini
terjadi karena kemakmuran manajer sangat kecil dibandingkan dengan perubahan
kemakmuran pemegang saham, sehingga manajer cenderung untuk mencari keuntungan
sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Kecenderungan tersebut membuat
praktek manajemen laba sering dilakukan oleh manajemen.
Menurut Belkaoui (2006:74) manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk
"memanipulasi" pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk
dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan.
Manajemen laba dapat terjadi karena manajer diberi keleluasaan untuk memilih metode
akuntansi yang akan digunakan dalam mencatat dan mengungkapkan informasi keuangan
privat yang dimiliki. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba juga menambahkan bias
dalam laporan keuangan dan dapat menggangu pemakai laporan keuangan yang
mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa
Menurut Scott (2000) ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer
melakukan manajemen laba, yaitu: (1)Bonus Purposes (Rencana Bonus),para manajer yang
berkerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba
yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan
diterimanya; (2)Debt Convenant (Kontrak Utang Jangka Panjang),menyatakan bahwa
semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para
manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba
periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan
perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang; (3)Political Motivation (Motivasi
Politik),menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri
strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada saat periode kemakmuran yang
tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari
pemerintah; (4)Taxation Motivation (Motivasi Perpajakan),menyatakan bahwa perpajakan
merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkanya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
6
Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar; (5) Chief Executive
Officer (Pergantian CEO),biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa
kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan
laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan
dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri
dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan;
(6)Initial Public Offering (Penawaran Saham Perdana),menyatakan bahwa pada awal
perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang akan
dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting.
Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor terkait
dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu untuk mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh
para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.
Menurut Scott (2000), pola manajemen labadapat dilakukan dengan empat cara yaitu:
(a) Taking a Bath, pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat
meningkatkan laba di masa mendatang; (b)Income Minimization, pola ini dilakukan pada saat
perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode
mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode
sebelumnya; (c) Income Maximization, pola ini dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan
atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan
bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran
perjanjian utang; (d )Income Smoothing,pola ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan
laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena
pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Perataan Laba ( Income Smoothing )
Praktik perataan laba dilakukan oleh manajemen perusahaan yang dapat
menyebabkan pengungkapan laba di laporan keuangan menjadi tidak memadai, bahkan
terkesan menyesatkan. Hal ini berakibat investor tidak memiliki informasi yang akurat
tentang laba, sehingga investor gagal dalam menaksir risiko investasi mereka. Pemilihan
metode akuntansi yang menyajikan adanya laba yang rata dari tahun ke tahun merupakan
salah satu hal yang sangat disukai oleh manajemen dan para investor, karena laba yang rata
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut kuat dan stabil .
Menurut Zuhroh ( 1996 ) perataan laba adalah cara yang digunakan manajer untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik
melalui metode akuntansi maupun metode transaksi. Perataan laba mempunyai peranan
penting dalam mengurangi bias dari para pemegang saham dalam memperhitungkan laba
di masa lalu dan memprediksikan laba di masa yang akan datang ( Jatiningrum : 2000 ).
Menurut Belkaoui (2000), perataan laba adalah sebagai suatu upaya yang disengaja
dilakukan manajemen untuk mencoba mengurangi variasi abnormal dalam laba perusahaan
dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat yang normal bagi perusahaan.
Menurut Hepworth,1953 (dalam Subekti 2005),praktik perataan laba dilakukan
manajemen dengan alasan sebagai berikut sebagai berikut :
a. Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan
yang dapat mengurangi utang pajak.
b. Dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan penghasilan dan kebijakan
dividen sesuai dengan keinginan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
7
c. Dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari
permintaan kenaikan upah atau gaji oleh karyawan.
Menurut Sugiarto (2003) ada beberapa teknik yang digunakan dalam perataan laba
antara lain :
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi.
Dimana pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi
melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals). Misalnya pada biaya riset dan
pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menerapkan kebijakan diskon dan
kredit sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan
pada bulan terakhir tiap kuarter, sehingga laba kelihatan stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu
Manajer memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pospos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan non-operasi sulit
untuk didefinisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan
operasi atau pendapatan non-operasi. Dan hal ini dapat digunakan sewaktu-waktu untuk
meratakan laba melihat kondisi pendapatan periode itu.
3. Perataan melalui klasifikasi.
Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam
kategori yang berbeda. Misalnya: jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan,
maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan
non-operasi.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa perataan laba adalah cara yang
digunakan manager untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan
target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi maupun metode transaksi yang mana
bertujuan untuk mengurangi bias dari para pemegang saham dalam memperhitungkan laba
di masa lalu dan memprediksikan laba di masa yang akan datang.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut
besar kecilnya berdasarkan pada total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva
maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan dalam
pengaruhnya terhadap praktik perataan laba yaitu berupa pengawasan dan pengamatan
terkait kinerja perusahaan tersebut, semakin besar perusahaan maka semakin besar sorotan
dan pengamatan yang akan di dapat perusahaan.
Perusahaan yang ukurannya lebih besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang
lebih besar untuk melakukan perataan laba ( Herawaty, 2005). Berdasarkan political cost
hypothesis dalam teori akuntansi positif dikemukakan bahwa perusahaan besar cenderung
untuk melakukan pengelolaan atas laba di antaranya melakukan income decreasing
(penurunan laba) saat memperoleh laba tinggi untuk menghindari munculnya peraturan
baru dari pemerintah, contohnya menaikkan pajak penghasilan perusahaan.
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu
periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari
laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
8
tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini
digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.
Analisis profabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaandalam
memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun modal
sendiri. Jadi hasil profabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun gambaran tentang
efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperolah dibandingkan
dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan.
Tingkat Hutang ( Financial Leverage )
Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukan proporsi penggunaan utang
untuk membiayai investasinya. Financial leverage menunjukan seberapa efisien perusahaan
memanfaatkan ekuitas pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka panjang dan
jangka pendek perusahaan sehingga tidak akan menggangu operasi perusahaan secara
keseluruhan dalam jangak panjang. Hutang yang besar berarti rasio leverage yang besar.
Hutang yang besar menyebabkan faktor resiko yang semakin meningkat. Rasio leverage yang
besar menyebabkan turunnya minat investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut, sehingga dapat memicu adanya tindakan perataan laba.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap perataan laba.
Moes (1987) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan
yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar
menjadi subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat
umum). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tindakan perataan laba.
Pengaruh Profitabilitas terhadap perataan laba.
Carlson dan Bathala ( 1997 ) dalam Suranta dan Merdistuti ( 2004 ) menyimpulkan
salah satu variabel penentu perataan laba adalah tingkat profitabilitas dimana semakin
tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan
melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki profitabilitas
yang rendah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tindakan perataan laba.
Pengaruh Tingkat hutang terhadap perataan laba.
Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang
untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula
risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang
semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik
perataan laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H3 : Tingkat hutang ( financial leverage ) berpengaruh positif terhadap tindakan perataan laba.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
9
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang menerbitkan
laporan keuangan tahunan yang telah di audit dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang
digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012, (2) Perusahaan yang
memperoleh laba dan mempublikasikan laporan keuangannya selama tahun 2010 sampai
tahun 2012, (3) Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Independen
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut
besar kecilnya berdasarkan pada total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva
maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Cara untuk mengukur variabel ini
yaitu dengan rata-rata jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total
aktiva).
Ukuran perusahaan : log total aktiva
b. Rasio Profitabilitas Perusahaan
Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat tidaknya perusahaan yang
akan mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Cara untuk mengukur variabel
ini yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva.
Profitabilitas =
Laba bersih setelah pajak
-----------------------------------Total Aktiva
c. Tingkat Hutang ( financial leverage )
Financial leverage menunjukan seberapa efisien perusahaan memanfaatkan ekuitas
pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka panjang dan jangka pendek
perusahaan sehingga tidak akan menggangu operasi perusahaan secara keseluruhan
dalam jangka panjang. Cara untuk mengukur variabel ini yaitu perbandinagn antara total
hutang dengan total aktiva:
Debt to Asset Ratio =
Total Hutang
---------------------Total Aktiva
Variabel Dependen
Tindakan Perataan Laba
Cara untuk menguji tindakan perataan laba yaitu dengan indeks Eckel (1981). Indeks
perataan laba dapat dihitung sebagai berikut (Eckel, dalam Suwito dan Herawaty 2005 )
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
10
Indeks Perataan Laba
=
CV ∆I
-----------CV ∆S
Dimana:
∆I
:Perubahan laba dalam satu periode
∆S
:Perubahan penjualan dalam satu periode
CV
:Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang
diharapkan
Apabila CV ∆I > CV ∆S , maka perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan
yang melakukan tindakan perataan laba dengan nilai < 1 (Eckel,dalam Suwito dan Herawaty
2005).
CV ΔI : Koefisien variasi untuk perubahan laba.
CV ΔS : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan.
CV ΔI dan CV ΔS dapat dihitung sebagai berikut:
Variance
CV ΔI dan CV ΔS =
Expected Value
Atau
Dimana :
∆x
: perubahan penghasilan bersih / laba(1)atau penjualan (s) antara tahun n-1
∆X
: rata-rata perubahan penghasilan bersih/laba (1) atau penjualan antara tahun n-1
n
: banyaknya tahun yang diamati
Pengujian Hipotesis
Uji statistik multivariate dipergunakan apabila variabel penelitian terdiri dari dua atau
lebih, dan diantara variabel – variabel itu akan diteliti apakah ada pengaruh, korelasi, atau
pertautan antara dua atau lebih variabel itu. Dalam pengujian multivariate, digunakan
regression untuk melihat faktor – faktor yang dapat dikaitkan dengan perataan laba.
Untuk menguji H1 sampai dengan H3 digunakan persamaan regression sebagai berikut :
TP = a + b (SZ) + c (P) + d (L)
Dimana :
TP = Tindakan Perataan Laba Perusahaan
SZ = Ukuran Perusahaan
P = Profitabilitas Perusahaan
L = Tingkat Hutang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
11
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu
perataan laba, ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang.
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Variabel
Perataan Laba
Minimum
-9.095
Maximum
9.969
Mean
0.863
Std. Deviation
2.876
Ukuran Perusahaan
16.175
25.929
20.938
1.718
Profitabilitas
-0.756
0.890
0.086
0.127
0.001
Sumber: Laporan tahunan 2010-2012 (diolah)
1.839
0.451
0.234
Tingkat Hutang
Tabel 1 menjelaskan nilai minimum, maksimal, rata-rata, dan standar deviasi dari
perataan laba, ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012. Berikut penjelasan data-data yang
digunakan:
Perataan laba memiliki nilai minimum sebesar -9,095 terdapat pada perusahaan PT
Akasha Wira International Tbk tahun 2011 dan nilai maksimum 9,969 terdapat pada
perusahaan PT Pyridam Farma Tbk tahun 2012. Nilai rata-rata sebesar 0,863 dengan
standard deviasi sebesar 2,876, hal ini menunjukkan rata-rata usaha untuk memperkecil
jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih besar dari laba normal, dan usaha untuk
memperbesar jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal.
Ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 16,175 terdapat pada perusahaan
PT Alam Karya Unggul Tbk tahun 2012 dan nilai maksimum 25,929 terdapat pada
perusahaan PT Arwana Citramulia Tbk tahun 2012. Nilai rata-rata sebesar 20,938 dengan
standard deviasi sebesar 1,718, hal ini menunjukkan rata-rata skala dimana perusahaan
diklasifikasikan menurut besar kecilnya berdasarkan pada total aktiva suatu perusahaan,
semakin besar total aktiva maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
Profitabilitas memiliki nilai minimum sebesar -0,756 terdapat pada perusahaan PT
Alam Karya Unggul Tbk tahun 2011 dan nilai maksimum 0,890 terdapat pada perusahaan
PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2011. Nilai rata-rata sebesar 0,086 dengan standard deviasi
sebesar 0,127, hal ini menunjukkan rata-rata kemampuan perusahaandalam memperoleh
laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun modal sendiri. Jadi hasil
profabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja
manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperolah dibandingkan dengan hasil penjualan
dan investasi perusahaan.
Tingkat Hutang memiliki nilai minimum sebesar 0,001 terdapat pada perusahaan PT
Astra International Tbk tahun 2011 dan nilai maksimum 1,839 terdapat pada perusahaan PT
Hanson International Tbk tahun 2010. Nilai rata-rata sebesar 0,451 dengan standard deviasi
sebesar 0,234, hal ini menunjukkan rata-rata efisien perusahaan dalam memanfaatkan
ekuitas pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka panjang dan jangka pendek
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
12
perusahaan sehingga tidak akan menggangu operasi perusahaan secara keseluruhan dalam
jangka panjang.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10,
demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10, artinya seluruh variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang tidak ada gejala multikolinier, dimana jika VIF
< 10 maka tidak terjadi gejala Multikolinearitas.
b. Uji Autokorelasi. Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai DW sebesar 1,894. Nilai
DW 1,894 terletak antara 1,65 dan 2,35 dengan demikian dapat dianggap bahwa asumsi
tidak terjadi autokorelasi dapat dipenuhi.
c. Uji Heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan uji glejser. Hasil perhitungan heteroskedastisitas dengan
uji glejser diketahui bahwa nilai signifikansi untuk variabel ukuran perusahaan, profitabilitas
dan tingkat hutang lebih dari 5%, ini berarti bahwa tidak ada hubungan variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang dengan nilai residunya, maka penelitian ini
tidak terdapat gejala heteroskedastisiitas pada penelitian ini, karena tingkat signifikansinya
> 0,05.
d. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa data sampel
menjadi terdistribusi dengan normal. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi KolmogorovSmirnov > 0,05 yaitu sebesar 0,116.
Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis 1, 2, dan 3
Hasil perhitungan dengan komputer dengan aplikasi program SPSS 20.0 (Statistical
Program for Social Science) adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Model Regresi Linier Berganda
Variable bebas
Konstanta
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Tingkat Hutang
Variable terikat
Adjusted Square
F hitung
Sumber : Lampiran (diolah)
B
-0.021
0.036
0.698
-0.458
T
Sig
Keterangan
3.262
2.147
-0.490
0.001
0.033
0.625
Signifikan
Signifikan
Tidak
Signifikan
Perataan laba
0,361
34,158 ; Sig : 0,000
Diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
PL=
-0,021 + 0,036UP + 0,698PROF – 0,458TH
Persamaan diatas dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Persamaan regresi linier berganda tersebut menunjukkan nilai o (konstanta) sebesar 0,021 dan mempunyai nilai negatif. Nilai tersebut berarti bahwa jika variabel bebas yaitu
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
13
ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang sama dengan 0 (nol) atau konstan,
nilai perataan laba adalah sebesar 0,021.
2. Nilai 1 sebesar 0,036 tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan ukuran perusahaan
maka akan terjadi peningkatan perataan laba sebesar 0,036.
3. Nilai 2 sebesar 0,698 tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan profitabilitas maka
akan terjadi peningkatan perataan laba sebesar 0,698.
4. Nilai 3 sebesar -0,458 tersebut mempunyai arti bila terjadi penurunan tingkat hutang,
maka akan terjadi peningkatan perataan laba sebesar 0,458.
Uji Goodness of Fit
1. Koefisien determinasi
Koefisien determinasi (Adjusted R2) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi sebesar 0,361, yang berarti bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat
hutang mampu menjelaskan variasi pada variabel perataan laba sebesar 36,1%
2. Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji kelayakan suatu model regresi. Pengujian ini dilakukan
dengan melihat nilai signifikansi F. Berdasarkan tabel 8 didapatkan angka F yaitu 34,158
dengan Sig.0,000 < 0,05, artinya ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat hutang secara
simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap perataan laba, sehingga model layak
memenuhi goodness of fitinstitusional maka semakin besar discretionary accrual maka kualitas
laba semakin rendah.
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan.
Penjelasan terkait dengan hasil uji t sebagai berikut :
a. Ukuran perusahaan menghasilkan nilai koefisien regresi 0,036 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,001 dan lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, sehingga H1 yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar akan menghindari kenaikan laba secara
drastis supaya terhindar dari pembebanan kenaikan biaya oleh pemerintah seperti kenaikan
beban pajak yang harus ditanggung perusahaan. Perusahaan besar juga akan menghindari
penurunan laba secara drastis karena dapat menjadi tanda bahwakinerja perusahaan
semakin menurun. Akibatnya, perusahaan besar mempunyai dorongan yang lebih besar
untuk melakukan tindakan perataan laba.Semakin besar suatu perusahaan maka semakin
besar pula kesempatan manajer untuk melakukan praktik perataan laba karena perusahaan
besar memiliki aktivitas operasional yang lebih komplek dibandingkan perusahaan kecil.
Temuan ini mendukung penelitian Moses (dalam Suwito dan Herawaty, 2005) yang
menunjukkan bahwa perusahaan–perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang
lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan yang
lebih kecil. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar biasanya diminta memikul biaya
yang lebih besar karena perusahaan besar diperkirakan memiliki kemampuan yang lebih
besar dalam menghasilkan laba.
b. Profitabilitas menghasilkan nilai koefisien regresi 0,698 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,033 dan lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap perataan laba, sehingga H2 yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba diterima.
Hal ini menunjukkan laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan
kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
14
perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan
tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh perusahaan dimasa yang akan datang.
Hasil ini sesuai dengan teori keagenan (agency theory) yang merupakan salah satu teori
yang menjelaskan konsep manajemen laba. Teori keagenan didefinisikan oleh Michelson
et.al, 1995 (dalam Prasetio, J.E, S. Astuti dan A. Wiryawan,2002) yang menyatakan bahwa
praktek manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent)
dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Konflik keagenan muncul
karena manajer dan pemegang saham seringkali tidak memperoleh informasi yang sama
tentang perusahaan, meskipun harus diasumsikan bahwa manajer memiliki tujuan yang
sama dengan pemiliknya.
Selain itu hasil ini juga mendukung penelitian Suranta dan Merdistuti (2004) yang
menyatakan peningkatan nilai perusahaan yang dilakukan dengan praktek perataan laba
disebabkan adanya insentif para manajer dan kurangnya monitoring sehingga sebenarnya
peningkatan nilai perusahaan lebih disebabkan oleh upaya manajer dalam melakukan
manipulasi yang akhirnya merugikan pemilik perusahaan.
c. Tingkat Hutang menghasilkan nilai koefisien regresi -0,458 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,625 dan lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa tingkat hutang tidak
berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, sehingga H3 yang menyatakan bahwa
tingkat hutang berpengaruh positif terhadap perataan laba ditolak.
Hal ini berarti bahwa financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik
perataan laba. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang aman
oleh karena itu pihak manajemen tidak perlu melakukan praktik perataan laba. Perusahaan
yang diduga cenderung untuk melakukan praktik perataan laba ialah perusahaan yang
mempunyai nilai leverage tinggi yaitu lebih dari 50%, semakin tinggi nilai leverageakan
semakin tinggi risiko yang harus dihadapiserta semakin besar tingkat return atas
pengembalian yang diharapkan. Oleh karena itu untuk mengimbangi tingkat risiko yang
tinggi maka pihak manajemen akan melakukan praktik perataan laba. Tindakan manajer
melakukan praktik perataan laba disebabkan karena manajer ingin menunjukkan bahwa
perusahaan yang dipimpin mempunyai risiko yang rendah dan merupakan lahan yang
menarik untuk berinvestasi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Narsa (2003) yang menunjukkan
bahwa variabel financial leverage tidak berpengaruh terhadap tindakanperataan laba. Hal ini
dikarenakan adanya kebijakan hutang yang ketat sehingga perusahaan sulit untuk
memperoleh kredit. Pihak kreditor lebih memperhatikan pemenuhan persyaratan
perusahaan pada kondisi keuangan dan modal. Adanya persyaratan yang harus dipenuhi,
dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi kreditor dalam memberi keputusan pinjaman
kepada perusahaan. Perusahaan yang memiliki sejarah kredit atau pinjaman yang baik,
tentu akan memberi penilaian yang positif pula bagi pihak kreditor, sehingga kreditor lebih
mempercayai perusahaan dalam hal pengembalian pinjaman.
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Ukuran Perusahaan
berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (2) Profitabilitas berpengaruh secara signifikan
terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia; (3) Financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
15
Keterbatasan
Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah: (1) Penelitian ini hanya
menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
sehingga generalisasi hasil penelitian dibatasi hanya pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 – 2012 yang menjadi anggota sampel
penelitian; (2) Penelitian ini hanya menggunakan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas
dan financial leverage; (3)Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian hanya 3 tahun
sehingga hasil pengujian menjadi kurang akurat
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R.N. and V.Govindarajan. 2005. Management Control Systems. Irwin: Homewood.
Illinois..
Belkaouli, A.R. 2000. Accounting Theory. Edisi Kelima. Jakarta : Salemba Empat.
____________. 2006. Accounting Theory (Buku 1). Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, I. Dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi . UNDIP. Semarang.
Hidayat, I.P. 2007. Dampak Financial Number games. Jurnal Akuntansi FE UNSIL ISSN: 19079558.
Jatiningrum. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang berpengaruh Terhadap Perataan Penghasil
Bersih / Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.
2, No. 2. hal: 144-145.
Narsa, I.M, B. Diana, dan B.Maritza. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba
Selama Krisis Moneter Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Surabaya.
Majalah Ekonomi. No.2 : 128 – 145.
Prasetio, J.E, S. Astuti dan A. Wiryawan. 2002. Praktik Perataan Laba dan Kinerja Saham
Publik di Indonesia . Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 6, No. 2. Desember.
Hal: 45 – 46.
Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi.Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE.
Scott, R.W. 2000. Financial Accounting Theory, 2nd edition. Prentice Hall Canada Inc,
Scarborough, Ontario
Subekti, I. 2005. Asosiasi Antara Praktik Perataan Laba dan Reaksi Pasar Modal di Indonesia.
SNA VIII Solo. September.
Sugiarto, S. 2003. Perataan Laba Dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi.
Surabaya.
Suranta, E. dan P. Merdistuti. 2004 . Income smoothing, Tobin’s Q. Agency problems dan
kinerja perusahaan . Simposium Nasional Akuntansi. Bali.
Suwito, E. dan A. Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII . Solo. 15-16 September.
Widyaningdyah, A.U. 2001. Analisis Faktor - faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings
Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia .Jurnal Akuntansi & Keuangan.
November Vol. 3 No. 2.
Zuhroh, D. 1996. Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Pada Tindakan Perataan Laba Pada
Perusahaan Go Publik di Indonesia. Pogram Pasca sarjana Universitas Gajah Mada.
Tesis.
●●●
Download