Makalah Seminar Kerja Praktek

advertisement
Makalah Seminar Kerja Praktek
POWER KALKULASI DAN LINK BUDGET PERANGKAT DWDM ZTE PADA SISTEM
TRANSMISI SERAT OPTIK
Eskanesiari (L2F 008 116)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Pada 30 tahun belakangan ini, telah dikembangkan sebuah teknologi baru yang menawarkan kecepatan data yang
lebih besar sepanjang jarak yang lebih jauh dengan harga yang lebih rendah daripada sistem kawat tembaga. Teknologi baru
ini adalah serat optik, serat optik menggunakan cahaya untuk mengirimkan informasi (data). Cahaya yang membawa
informasi dapat dipandu melalui serat optik berdasarkan fenomena fisika yang disebut total internal reflection
(pemantulan sempurna). Secara tinjauan cahaya sebagai gelombang elektromagnetik, informasi dibawa sebagai kumpulan
gelombang-gelombang elektro-magnetik terpandu yang disebut mode. Serat optik terbagi menjadi 2 tipe yaitu single
mode dan multi mode. Sebagai sumber cahaya untuk sistem komunikasi serat optik digunakan LED atau Laser Diode
(LD).
Salah satu teknologi dari teknik transmisi menggunakan serat optik adalah DWDM (Dense Wavelength
Division Multiplexing) yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanalkanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat
ditransmisikan melalui sebuah serat optik. Teknologi DWDM adalah teknologi yang memanfaatkan sistem SDH
(Synchronous Digital Hierarchy) yang sudah ada dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada. Dalam
penerapannya harus memperhitungkan nilai Link Budget DWDM tersebut.
Kata Kunci : Serat optik, DWDM, Link Budget.
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam
perkembangan
teknologi
telekomunikasi yang semakin pesat membawa akibat
tingginya tuntunan masyarakat pengguna jasa
telekomunikasi untuk mendapatkan layanan yang
mudah dan cepat, terlebih dalam dunia bisnis dengan
persaingan
yang
sangat
ketat,
sehingga
memungkinkan para penyediaan sarana dan jasa di
bidang
telekomunikasi
menyediakan
jasa
telekomunikasi dalam biaya yang relatif rendah,
mutu pelayanan yang tinggi, cepat, aman,
mempunyai kapasitas yang besar dalam menyalurkan
informasi.
Sehingga dengan adanya teknologi DWDM
(Dense Wavelength Division Multiplexing) ini
memberikan terobosan baru dalam sistem transmisi
serat optik dimana beberapa panjang gelombang
dapat dibawa dalam sehelai serat optik. Serat optik
sebagai sarana transmisi dalam jaringan digital
berperan sebagai pemandu gelombang cahaya. Serat
optik dari bahan gelas atau silika dengan ukuran kecil
dan sangat ringan tetapi dapat melakukan informasi
dalam jumlah yang besar dengan rugi-rugi yang
relatif rendah dan teknologi DWDM beroperasi
dalam sinyal dan domain optik dan memberikan
fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi
kebutuhan akan kapasitas transmisi yang besar dalam
jaringan. Kemampuan ini diyakini akan terus
berkembang yang ditandai dengan semakin
banyaknya jumlah panjang gelombang yang mampu
untuk ditransmisikan dalam satu fiber.
Namun dalam penerapannya tidak lepas dari
perhitungan power kalkulasi dan link budget. Oleh
karena itu mendorong penyusun dalam pembuatan
laporan ini untuk mengambil judul “POWER
KALKULASI
DAN
LINK
BUDGET
PERANGKAT DWDM ZTE PADA SISTEM
TRANSMISI SERAT OPTIK”
1.2
Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktek di Divisi
Transport PT TELKOM Netre IV Semarang
adalah :
a. Mengetahui teknik DWDM (Dense
Wavelength Division Multiplexing)
pada sistem transmisi serat optik
b. Mengetahui Cara menghitung power
kalkulasi dan link budget pada
perangkat DWDM
1.3
Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penyusunan laporan
kerja praktek ini, agar pembahasan menjadi
terarah, penulis akan membatasi kajian
mengenai masalah yang dibahas. Adapun
pembatasan masalah masalahnya sebagai
berikut :
1. Dalam laporan ini hanya dijelaskan secara
singkat tentang Sistem Komunikasi Serat
Optik.
2. Dalam laporan ini membahas transmisi
serat optik menggunakan teknik DWDM
serta keuntungan dan kerugian teknik
DWDM, sedangkan untuk teknik lainnya
dibahas secara sekilas.
3. Dalam laporan ini membahas perhitungan
power kalkulasi dan link budget
menggunakan teknik DWDM yang
diterapkan pada Tegal - Bumiayu - Purwokerto.
4. Dalam laporan ini tidak membahas trafik pada
Tegal - Bumiayu - Purwokerto.
II.
DASAR TEORI
2.1 Serat Optik
2.1.1 Pengertian Serat Optik
Fiber optic (Serat optik) adalah media saluran
transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari
suatu tempat ke tempat lain. Cahaya yang ada di
dalam serat optik sulit keluar karena indeks bias dari
kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara.
Sumber cahaya yang digunakan adalah laser karena
laser mempunyai spektrum yang sangat sempit.
Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi
sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran
komunikasi.
2.1.2 Struktur Serat Optik
Struktur serat optik terdiri dari tiga bagian,
yaitu:
2.1.3 Sistem Transmisi Serat Optik
Secara umum metode point-to-point
sistem transmisi terdiri dari tiga elemen dasar,
yaitu transmitter, tranduser elektrooptic, kabel
serat optik, receiver.
Gambar 2.2 Sistem Transmisi Serat Optik
Pertama-tama,
sinyal
awal yang
berbentuk sinyal listrik pada transmitter diubah
oleh
transducer
elektrooptic
menjadi
gelombang
cahaya
yang
kemudian
ditransmisikan melalui kabel serat optik
menuju penerima / receiver yang terletak pada
ujung lainnya dari serat optik. Pada penerima
sinyal optik ini diubah oleh transducer
optoelektronic menjadi sinyal elektris kembali.
2.2
Gambar 2.1 Susunan Serat Optik
3. Coating (Jaket)
berfungsi sebagai pelindung mekanis pada
serat optik dan identitas kode warna. Terbuat
dari bahan plastik. Berfungsi untuk melindungi
serat optik dari kerusakan.
λ1
λ2
λ2
λ3
λ4
.
.
.
.
.
.
.
.
Fiber Optik
DEMUX
berfungsi
sebagai
cermin
yaitu
memantulkan cahaya agar dapat merambat ke
ujung lainnya. Dengan adanya cladding ini
cahaya dapat merambat dalam core serat optik.
Cladding terbuat dari bahan gelas. Dengan
indeks bias yang lebih kecil dari core. Cladding
merupakan selubung dari core. Diameter
cladding antara 5 µm – 250 µm. Hubungan
indeks bias antara core dan cladding akan
mempengaruhi perambatan cahaya pada core
(mempengaruhi besarnya sudut kritis).
λ1
MUX
Keterangan :
1. Core (Inti)
berfungsi untuk menentukan cahaya merambat
dari satu ujung ke ujung lainnya. Core terbuat dari
bahan kuarsa dengan kualitas sangat tinggi. Ada juga
yang terbuat dari hasil campuran silica dan glass.
Sebagai inti, core juga tempat merambatnya cahaya
pada serat optik. Memiliki diameter 10 µm - 50 µm.
Ukuran core mempengaruhi karakteristik dari serat
optik.
2. Cladding (Lapisan)
Teknologi DWDM
Dense
Wavelength
Division
Multiplexing (DWDM) merupakan sutu teknik
transmisi yang memanfaatkan cahaya dengan
panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai
kanal-kanal informasi, sehingga setelah
dilakukan proses multiplexing seluruh panjang
gelombang tersebut dapat ditransmisikan
melalui sebuah serat optik.
λ3
.
.
.
.
.
.
.
.
λn
λ4
λn
Gambar 2.3 Prinsip dasar sistem WDM
Teknologi DWDM adalah teknologi
yang memanfaatkan sistem SDH (Synchronous
Digital Hierarchy) yang sudah ada dengan
memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang
ada. Menurut definisi, teknologi DWDM
dinyatakan sebagai suatu teknologi jaringan
transport yang memiliki kemampuan untuk
membawa sejumlah panjang gelombang dalam
satu fiber tunggal. Artinya, apabila dalam satu
fiber itu dipakai empat jenis panjang
gelombang, maka kecepatan transmisinya
menjadi 4 X 10 Gbps (kecepatan
menggunakan teknologi SDH).
Teknologi DWDM beroperasi dalam sinyal
dan domain optik dan memberikan fleksibilitas yang
cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan
kapasitas transmisi yang besar dalam jaringan.
Kemampuan ini diyakini akan terus berkembang
yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah
panjang
gelombang
yang
mampu
untuk
ditransmisikan dalam satu fiber.
Keunggulan DWDM
Secara umum keunggulan teknologi DWDM
adalah sebagai berikut:

Tepat untuk diimplementasikan pada
jaringan telekomunikasi jarak jauh (long
haul) baik untuk sistem point-to-point
maupun ring topologi

Lebih fleksibel untuk mengantisipasi
pertumbuhan
trafik
yang
tidak
terprediksi

Tepat untuk diterapkan pada daerah
dengan
perkembangan
kebutuhan
badwidth sangat cepat.
3.2
Konfigurasi Perangkat DWDM ZTE
Ruas Tegal - Purwokerto
2.3
III.
3.1
ISI
Latar Belakang
Sejak lebih kurang 6 (enam) tahun yang lalu
perangkat Backbone Jawa DWDM ZTE beroperasi,
lebih tepatnya sejak bulan Januari 2005, untuk
meningkatkan layanan sekaligus kinerja perangkat
tersebut sudah beberapa kali piranti software maupun
hardware diupgrade dari tipe M900 ke M920 dan 318
ke 319-R.1, 319-R.2. Untuk teknologinya yang
semula masih menggunakan DWDM yang
konvensional menjadi sedikit lebih pintar menjadi
DWDM ROADM (Reconfigurable Optical Add /
Drop Multiplexer).
Mengingat
begitu
pentingnya
fungsi
perangkat tersebut yaitu untuk melayani transport
backbone di Pulau Jawa ini. Maka dipandang perlu
untuk melakukan strategi pemeliharaan preventive
pada perangkat tersebut. Salah satunya adalah harus
memperhatikan nilai output/input power ideal pada
masing-masing modul, seperti: OBA (Optical
Booster Amplifier), OPA (Optical Pre Amplifier),
OMU(Optical Multiplexer Unit) dan ODU (Optial
Demultiplexer
Unit)
harus
sesuai
dengan
rekomendasi pabrikan.
Oleh karena pentingnya mengetahui nilai
power ideal untuk perangkat DWDM terutama modul
OBA (Optical Booster Amplifier), maka diperlukan
adanya perhitungan power ideal untuk perangkat
DWDM yang terpasang sebagai acuan untuk
melakukan adjustment pada modul tersebut.
Gambar 3.1 Konfigurasi perangkat DWDM ZTE
ruas Tegal - Purwokerto
Keterangan gambar:
1.
OTU (Optical Tranponder Unit)
OTU atau Optical Transponder Unit
merupakan
perangkat
yang
mengkonversi sinyal listrik menjadi
sinyal optik dalam panjang gelombang
tertentu.
2.
OMU (Optical Multiplexer Unit)
OMU atau Optical Multiplexer Unit
merupakan
perangkat
yang
menggabungkan sinyal optik pada setiap
channel menjadi satu berkas gelombang
optik.
3.
OBA (Optical Booster Amplifier)
OBA atau Optical Booster Amplifier
merupakan jenis penguat yang dipasang
pada sisi pemancar. OBA digunakan
untuk
menguatkan
sinyal
yang
dipancarkan dengan tujuan agar bisa
menempuh jarak yang jauh. Terdapat
berbagai tipe OBA, salah satunya adalah
OBA2520 (artinya gain maksimal
adalah 25dB dan output maksimalnya
adalah 20 dBm).
4.
OPA (Optical Pre Amplifier)
OPA atau Optical Pre Amplifier
merupakan penguat yang digunakan
untuk menguatkan kembali sinyal yang
diterima. Sinyal yang melalui sebuah
saluran akan mengalami pelemahan
seiring dengan meningkatnya jarak, oleh
karena itu sinyal perlu dikuatkan dan
diregenerasi kembali.
5.
LACT (Line Attenuator Control
Terminating)
LACT merupakan jenis attenuator yang
dapat diubah-ubah nilai atenuasinya.
Penggunaan LACT bisa menghemat
biaya
untuk
pembelian
serta
pemasangan attenuator biasa.
6.
ODU (Optical Demultiplexer Unit)
ODU atau Optical Demultiplexer Unit
merupakan
perangkat
yang
bekerja
berkebalikan dengan OMU. Jika OMU
menggabungkan beberapa sinyal optik pada
beberapa kanal menjadi satu berkas gelombang
optik maka ODU berfungsi memecah kembali
sinyal yang telah dimultiplex.
3.2
1.
2.
Langkah-Langkah
Power
Kalkulasi
Perangkat DWDM
Mencari daya perangkat OBA untuk satu
channel
Ps = Pmax – 10 log (N)
dimana:
Ps
= daya untuk satu channel
Pmax
= Daya keluaran maksimum
N
= Tipe OMU yang dipasang
Mencari Daya untuk N channel
Pn
= Ps + 10 log (N)
dimana:
Pn
= Daya untuk N channel
N
= Jumlah lambda yang beroperasi
3.
Mencari daya masukan OBA
Pi
= Pn – gain
dimana:
Pi
= daya masukan OBA
4.
Mencari daya keluaran OMU
Pn OMU = Pi OMU + 10 log N – IL
dimana:
N
IL
Pi OMU
= jumlah lambda yang beroperasi
= insertion loss (biasanya 6 dB)
= daya masukan OMU (biasanya
-3dBm)
5.
Mencari nilai attenuator
Dikarenakan daya keluaran OMU biasanya
lebih besar dibanding daya masukan OBA
maka perlu dipasang attenuator. Besarnya nilai
attenuator adalah sebagai berikut:
Att
= Pn OMU – Pi OBA
6.
Mencari Loss Fiber Optik
Loss FO = jarak x loss FO per km (0,3 dB
per km)
7. Mencari Daya Masukan dan keluaran OPA
Pi OPA = Pn OBA SM-I – Loss FO
Pn OPA = Pi OPA + gain OPA
dimana:
Pi OPA = daya masukan OPA
Pn OPA = daya keluaran OPA
3.4
Contoh Perhitungan Power Kalkulasi
Ruas Tegal – Bumiayu – Purwokerto
i.
Perhitungan Lokasi Tegal
Untuk lokasi Tegal yang dihitung adalah
power ideal modul OBA 2520 (artinya adalah
gain power max adalah 25 dB dan output
power max adalah 20dBm).
Langkah-langkah :
1. Mencari daya untuk satu channel
Ps = Pmax – 10 log (N) , N = Tipe OMU
yang dipasang yaitu 40
= 20 – 10 log 40
= 20 – 16
Ps = 4 dBm
2. Mencari Daya untuk 11 channel
Pn = Ps + 10 log (N) , dengan N = Jumlah
lambda yang operasi (11 lambda)
= 4 + 10 log 11
= 4 + 10,4
Pn = 14,4 dBm
3. Mencari Masukan OBA2520
Pn OBA = Pi + gain
14,4
= Pi + 25
Pi
= 14,4 – 25
Pi OBA
= -10,6 dBm
Jadi diketahui daya masukan dan
keluaran ideal untuk modul OBA2520
dengan lambda yang beroperasi sebanyak
11 channel adalah Pn = 14,4 dBm dan Pi =
-10,6 dBm.
Setelah mengetahui nilai daya ideal
untuk modul OBA2520 , langkah
berikutnya adalah menghitung output
power ideal untuk modul OMU.
4. Mencari daya keluaran OMU
Pn OMU
= Pi OMU + 10 log N – IL ,
(dengan N = 8, IL OMU = 6 dB, Pi OMU =
Pout OTU = -3dBm)
= -3 + 10 log 11 – 6
= -3 + 10,4 – 6
Pn OMU= 1,41 dBm
5. Mencari nilai attenuator
Dikarenakan daya dari keluaran OMU
lebih besar dibanding daya masukan ideal
yang dibutuhkan modul OBA 2520 maka
perlu dipasang attenuator yang berfungsi
melemahkan amplitudo daya yang masuk
sehingga
daya
keluaran
attenuator
mempunyai nilai yang lebih kecil dari daya
masukan tergantung level atenuasi dari
attenuator. Untuk mencari level atenuasi adalah
sebagai berikut:
Att
= Pn OMU – Pi OBA
= 1,41 + 10,6
Att
= 12 dB
Perhitungan Lokasi Bumiayu
Perhitungan berikutnya adalah mengitung
power ideal untuk modul OBA dan OPA di lokasi
Bumiayu. Lokasi Bumiayu ini hanya sebagai
repeater jalur Tegal-Purwokerto sehingga di
Bumiayu tidak ada modul OMU maupun ODU.
Langkah-Langkah:
1. Mencari Loss Fiber Optik Tegal - Bumiayu
Jarak antara Tegal - Bumiayu adalah 65 km
sedangkan loss FO per km adalah 0,3 dB
sehingga total loss FO antara Tegal - Bumiayu
adalah
Loss FO
= jarak x loss FO per km
= 65 km x 0,3 dB/km
Loss FO
= 19,5 dB
Setelah mengetahui daya masukan
OBA, maka dapat diketahui berapa
attenuator yang harus dipasang antara
keluaran OPA dan masukan OBA
Att
= Pn OPA – Pi OBA
= 8,9 + 10,6
Att
= 19,5 dB
ii.
2.
3.
Mencari Daya Masukan dan keluaran
OPA1412
Pi OPA
= Pn OBA Tegal – Loss FO
= 14,4 – 19,5
Pi OPA
= - 5,1 dBm
Pn OPA
= Pi OPA + gain OPA
= -5,1 + 14
Pn OPA
= 8,9 dBm
Mencari Daya masukan dan keluaran
OBA2520
OBA yang terpasang di Bumiayu adalah tipe
OBA2520 yang artinya mempunyai gain 25
dBm dan daya maksimalnya 20 dBm. Daya
masukan dan keluaran yang ideal untuk lambda
yang beroperasi 11 lambda adalah sebagai
berikut:
- Perhitungan daya untuk 1 channel
Ps
= Pmax – 10 log N , dengan N
adalah tipe OMU
= 20 – 10 log 40
= 20 – 16
Ps
= 4 dBm
- Perhitungan daya untuk 11 channel (daya
keluaran OBA)
Pn
= Ps + 10 log N, dengan N =
jumlah lambda yang beroperasi
= 4 + 10 log 11
= 4 + 10,4
Pn
= 14,4 dBm
- Perhitungan daya masukan OBA2520
Pn OBA = Pi OBA + gain OBA
14,4
= Pi OBA + 25
Pi OBA = 14,4 - 25
= - 10,6 dBm
iii. Perhitungan Lokasi Purwokerto
Jarak antara Bumiayu ke Purwokerto
adalah 41 km, sedangkan loss FO per km
adalah 0,3 dB, jadi total Loss FO dari Bumiayu
ke Purwokerto adalah
Total loss FO = jarak x loss FO per km
= 41 km x 0,3 dB/km
Total loss FO = 12,3 dB
Langkah-langkah:
1. Mencari daya masukan OPA 1712
OPA yang dipasang di Purwokerto adalah
tipe OPA1412 yang artinya mempunyai
gain 14 dB dan daya keluaran maksimal
12 dBm.
Pi OPA
= Pn OBA PWD – loss FO
= 14,4– 12,3
Pi OPA = 2,1 dBm
2.
Mencari daya input OPA1412
Pn OPA = Pi OPA + gain OPA
OPA = OPA - Gain OPA
OPA = 12 – 14
OPA = – 2 dBm
Karena
nilai
daya
masukan
OPA1412 maksimal -2 dBm sedangkan
inputan OPA dari FO arah Bumiayu (2,1
dBm), maka perlu dipasang attenuator
sebesar :
Att = 2,1 – (-2)
Att
= 4,1 dB
3. Mencari Daya masukan dan keluaran
OBA2520
- Perhitungan daya untuk 1 channel
Ps
= Pmax – 10 log N , dengan
N adalah tipe OMU
= 20 – 10 log 40
= 20 – 16
Ps
= 4 dBm
- Perhitungan daya untuk 11 channel
(daya keluaran OBA)
Pn
= Ps + 10 log N, dengan N =
jumlah lambda yang beroperasi
= 4 + 10 log 11
= 4 + 10,4
Pn
= 14,4 dBm
-
Perhitungan daya masukan OBA2520
Pn OBA = Pi OBA + gain OBA
14,4
= Pi OBA + 25
Pi OBA = 14,4 - 25
= - 10,6 dBm
Setelah mengetahui power output
OPA1412 dan power input yang ideal untuk
modul tersebut, maka kita dapat menetukan nilai
attenuator yang akan dijuster dengan LACT
(Line Attenuator Control Terminate) sebagai
berikut:
Att = Pn OPA – ( - Pi OBA)
= 12 + 10,6
Att = 22,6 dB
Tujuan mendapatkan nilai attenuator
pada LACT adalah untuk mempertahankan
power input/output ideal OBA2520 tetap -10,6
dBm dan +14,4 dBm
4. Mencari Daya Total Masukan ODU
Pada perhitungan ini disesuaikan dengan
tipe modul OUT yang digunakan. Best input
OTU (Pi) tipe PIN adalah -6 dBm sampai
dengan -9 dBm, sedangakan untuk best input
OTU tipe APD -14 dBm samapai dengan -17
dBm. Pada kali ini sebagai referensi hitungan
adalah modul OTU tipe PIN dan nilai nilai input
referensi adalah -6 dBm.
Pn = Pi + 10 log 11 + IL
= -6 + 10,4 +6
Pn = 10,4 dBm
Karena input ODU = 10,4 dBm dan
output OBA2520 = 14,4 dBm, maka perlu
dipasang attenuator, untuk nilai attenuator
sebagai berikut :
Att = Pn OBA – Pi ODU
= 14,4 – 10,4
Att = 4 dB
3.5 Contoh Perhitungan Link Budget OBA dan
OPA
Link budget merupakan suatu cara untuk
menghitung mengenai semua parameter dalam
transmisi sinyal, mulai dari gain dan losses dari Tx
sampai Rx melalui media transmisi. Dalam hal ini
perhitungan dengan media transmisi FO dengan
menggunakan teknik DWDM.
Link Budget merupakan parameter dalam
merencanakan suatu jaringan yang menggunakan
media transmisi berbagai macam. Link budget ini
dihitung berdasarkan jarak antara transmitter (Tx)
dan receiver (Rx). Link budget juga dihitung karena
adanya penghalang antara Tx dan Rx misal gedung
atau pepohonan. Link budget juga dihitung dengan
melihat spesifikasi yang ada pada antena.
Untuk menghitung Link Budget loss
antara OBA dan OPA ada beberapa parameter
perangkat yang harus diketahui diantaranya
adalah jenis OBA dan jenis OPA yang
diketahui. Untuk perhitungan nya dapat dilihat
dibawah ini:
i.
Perencanaan link budget OBA Tegal
dan OPA Bumiayu
Gambar 3.2 Konfigurasi Perangkat OBA
2520 dan OPA 1412
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa
perangkat OBA memiliki Gain maksimal 25
dan Power Output 20, sedangkan OPA
memiliki Gain maksimal 14 dan Power Output
12. Untuk menghitung Loss ideal digunakan
persamaan berikut :
Loss Ideal = (
maks OPA – Gain
OPA) +
maks OBA +
Link Budget Margin
Pabrikan
Untuk nilai link budget pabrikan
ditetapkan nilai sebesar 4 dB sehingga
didapatkan nilai nilai Loss Ideal untuk Tegal –
Bumiayu adalah
Loss Ideal = (12 – 14) + 20 + 4 = 26.
Sedangkan untuk loss sebenarnya adalah
Loss FO = 0,3 dBm x 65 Km = 19,5 dB.
Sehingga didapatkan link budget untuk OBA
Tegal dan OPA Bumiayu adalah
Link Budget 26 / 19,5 dB
ii.
Perencanaan
link
budget
Bumiayu dan OPA Purwokerto
OBA
Gambar 3.3 Konfigurasi Perangkat OBA 2520
dan OPA 1412
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa
perangkat OBA memiliki Gain maksimal 25 dan
Power Output 20, sedangkan OPA memiliki Gain
maksimal 14 dan Power Output 12. Untuk
menghitung Loss ideal digunakan persamaan berikut
Loss Ideal = ( maks OPA – Gain OPA) +
maks OBA + Link Budget
Margin Pabrikan
Untuk nilai link budget pabrikan ditetapkan nilai
sebesar 4 dB sehingga didapatkan nilai nilai Loss
Ideal untuk Bumiayu - Purwokerto adalah
Loss Ideal = (12 – 14) + 20 + 4 = 26.
Sedangkan untuk loss sebenarnya adalah
Loss FO = 0,3 dBm x 41 Km = 12,3 dB.
Sehingga didapatkan link budget untuk OBA
Bumiayu dan OPA Purwokerto adalah
Link Budget 26 / 12,3 dB
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Fiber optic (Serat optik) adalah media saluran
transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik
yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal
cahaya dari suatu tempat ke tempat lain
2. Struktur serat optik terdiri dari tiga bagian, yaitu
Core, Cladding, dan Coating.
3. Dense Wavelength Multiplexing (DWDM)
merupakan sutu teknik transmisi yang
memanfaatkan
cahaya
dengan
panjang
gelombang yang berbeda-beda (4, 8, 16, 32, dan
seterusnya)
sebagai kanal-kanal informasi,
sehingga setelah dilakukan proses multiplexing
seluruh panjang gelombang tersebut dapat
ditransmisikan dalam satu fiber tunggal.
4. Parameter yang perlu diperhatikan pada DWDM
adalah Nilai output / input power ideal pada
masing-masing modul, yaitu OBA (Optical
Booster Amplifier), OPA (Optical PreAmplifier), OMU (Optical Multiplexer Unit),
dan ODU (Optical De-Multiplexer Unit).
5. Power kalkulasi pada suatu jaringan DWDM
bertujuan untuk mengetahui power ideal dari
suatu perangkat DWDM.
6. Pada jaringan DWDM ruas Tegal - Purwokerto,
perangkat yang terpasang adalah OBA2520,
OPA1412, dan OPA1712.
7. Setelah melakukan perhitungan formula power
kalkulasi ini, maka nilai link budget perangkat
bisa diketahui.
8. Untuk menentukan link budget pada lintasan
FO, bisa menggunakan referensi perhitungan
formula power kalkulasi.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
Mulyono, Dwi Agus. 2010. Formula
Power Kalkulasi pada Perangkat BB
Jawa DWDM ZTE, PT. TELKOM
Andika, Gilang. 2006. Teknologi WDM
pada Serat Optik.
Bass, Michael. ” Fiber Optic
Handbook”, Mc Graw-Hill,2002
Alwayn, Vivek. ”Optical Network
Design and Implementation”, Cisco
Press, 2004
http://en.wikipedia.org/wiki/
Wavelength-division multiplexing
BIODATA
Eskanesiari (L2F008116).
Lahir di Jakarta, 9 Juli
1990.
Menempuh
pendidikan di TK dan SD
Islam
Ar-rahman,
kemudian dilanjutkan ke
SMP Negeri 134, SMA
Negeri 112 dan saat ini
sedang melanjutkan di
Jurusan
Teknik
Elektro
Universitas
Diponegoro
Konsentrasi
Elektronika
Telekomunikasi.
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Darjat, S.T., M.T.
NIP. 197206061999031001
Download