Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI DAN LINK BUDGET PERANGKAT DWDM ZTE PADA SISTEM TRANSMISI SERAT OPTIK Eskanesiari (L2F 008 116) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK Pada 30 tahun belakangan ini, telah dikembangkan sebuah teknologi baru yang menawarkan kecepatan data yang lebih besar sepanjang jarak yang lebih jauh dengan harga yang lebih rendah daripada sistem kawat tembaga. Teknologi baru ini adalah serat optik, serat optik menggunakan cahaya untuk mengirimkan informasi (data). Cahaya yang membawa informasi dapat dipandu melalui serat optik berdasarkan fenomena fisika yang disebut total internal reflection (pemantulan sempurna). Secara tinjauan cahaya sebagai gelombang elektromagnetik, informasi dibawa sebagai kumpulan gelombang-gelombang elektro-magnetik terpandu yang disebut mode. Serat optik terbagi menjadi 2 tipe yaitu single mode dan multi mode. Sebagai sumber cahaya untuk sistem komunikasi serat optik digunakan LED atau Laser Diode (LD). Salah satu teknologi dari teknik transmisi menggunakan serat optik adalah DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanalkanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat ditransmisikan melalui sebuah serat optik. Teknologi DWDM adalah teknologi yang memanfaatkan sistem SDH (Synchronous Digital Hierarchy) yang sudah ada dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada. Dalam penerapannya harus memperhitungkan nilai Link Budget DWDM tersebut. Kata Kunci : Serat optik, DWDM, Link Budget. I. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat membawa akibat tingginya tuntunan masyarakat pengguna jasa telekomunikasi untuk mendapatkan layanan yang mudah dan cepat, terlebih dalam dunia bisnis dengan persaingan yang sangat ketat, sehingga memungkinkan para penyediaan sarana dan jasa di bidang telekomunikasi menyediakan jasa telekomunikasi dalam biaya yang relatif rendah, mutu pelayanan yang tinggi, cepat, aman, mempunyai kapasitas yang besar dalam menyalurkan informasi. Sehingga dengan adanya teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) ini memberikan terobosan baru dalam sistem transmisi serat optik dimana beberapa panjang gelombang dapat dibawa dalam sehelai serat optik. Serat optik sebagai sarana transmisi dalam jaringan digital berperan sebagai pemandu gelombang cahaya. Serat optik dari bahan gelas atau silika dengan ukuran kecil dan sangat ringan tetapi dapat melakukan informasi dalam jumlah yang besar dengan rugi-rugi yang relatif rendah dan teknologi DWDM beroperasi dalam sinyal dan domain optik dan memberikan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan kapasitas transmisi yang besar dalam jaringan. Kemampuan ini diyakini akan terus berkembang yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah panjang gelombang yang mampu untuk ditransmisikan dalam satu fiber. Namun dalam penerapannya tidak lepas dari perhitungan power kalkulasi dan link budget. Oleh karena itu mendorong penyusun dalam pembuatan laporan ini untuk mengambil judul “POWER KALKULASI DAN LINK BUDGET PERANGKAT DWDM ZTE PADA SISTEM TRANSMISI SERAT OPTIK” 1.2 Tujuan Tujuan dari Kerja Praktek di Divisi Transport PT TELKOM Netre IV Semarang adalah : a. Mengetahui teknik DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) pada sistem transmisi serat optik b. Mengetahui Cara menghitung power kalkulasi dan link budget pada perangkat DWDM 1.3 Pembatasan Masalah Dalam melakukan penyusunan laporan kerja praktek ini, agar pembahasan menjadi terarah, penulis akan membatasi kajian mengenai masalah yang dibahas. Adapun pembatasan masalah masalahnya sebagai berikut : 1. Dalam laporan ini hanya dijelaskan secara singkat tentang Sistem Komunikasi Serat Optik. 2. Dalam laporan ini membahas transmisi serat optik menggunakan teknik DWDM serta keuntungan dan kerugian teknik DWDM, sedangkan untuk teknik lainnya dibahas secara sekilas. 3. Dalam laporan ini membahas perhitungan power kalkulasi dan link budget menggunakan teknik DWDM yang diterapkan pada Tegal - Bumiayu - Purwokerto. 4. Dalam laporan ini tidak membahas trafik pada Tegal - Bumiayu - Purwokerto. II. DASAR TEORI 2.1 Serat Optik 2.1.1 Pengertian Serat Optik Fiber optic (Serat optik) adalah media saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya yang ada di dalam serat optik sulit keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi. 2.1.2 Struktur Serat Optik Struktur serat optik terdiri dari tiga bagian, yaitu: 2.1.3 Sistem Transmisi Serat Optik Secara umum metode point-to-point sistem transmisi terdiri dari tiga elemen dasar, yaitu transmitter, tranduser elektrooptic, kabel serat optik, receiver. Gambar 2.2 Sistem Transmisi Serat Optik Pertama-tama, sinyal awal yang berbentuk sinyal listrik pada transmitter diubah oleh transducer elektrooptic menjadi gelombang cahaya yang kemudian ditransmisikan melalui kabel serat optik menuju penerima / receiver yang terletak pada ujung lainnya dari serat optik. Pada penerima sinyal optik ini diubah oleh transducer optoelektronic menjadi sinyal elektris kembali. 2.2 Gambar 2.1 Susunan Serat Optik 3. Coating (Jaket) berfungsi sebagai pelindung mekanis pada serat optik dan identitas kode warna. Terbuat dari bahan plastik. Berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan. λ1 λ2 λ2 λ3 λ4 . . . . . . . . Fiber Optik DEMUX berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat merambat ke ujung lainnya. Dengan adanya cladding ini cahaya dapat merambat dalam core serat optik. Cladding terbuat dari bahan gelas. Dengan indeks bias yang lebih kecil dari core. Cladding merupakan selubung dari core. Diameter cladding antara 5 µm – 250 µm. Hubungan indeks bias antara core dan cladding akan mempengaruhi perambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis). λ1 MUX Keterangan : 1. Core (Inti) berfungsi untuk menentukan cahaya merambat dari satu ujung ke ujung lainnya. Core terbuat dari bahan kuarsa dengan kualitas sangat tinggi. Ada juga yang terbuat dari hasil campuran silica dan glass. Sebagai inti, core juga tempat merambatnya cahaya pada serat optik. Memiliki diameter 10 µm - 50 µm. Ukuran core mempengaruhi karakteristik dari serat optik. 2. Cladding (Lapisan) Teknologi DWDM Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) merupakan sutu teknik transmisi yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat ditransmisikan melalui sebuah serat optik. λ3 . . . . . . . . λn λ4 λn Gambar 2.3 Prinsip dasar sistem WDM Teknologi DWDM adalah teknologi yang memanfaatkan sistem SDH (Synchronous Digital Hierarchy) yang sudah ada dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada. Menurut definisi, teknologi DWDM dinyatakan sebagai suatu teknologi jaringan transport yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang gelombang dalam satu fiber tunggal. Artinya, apabila dalam satu fiber itu dipakai empat jenis panjang gelombang, maka kecepatan transmisinya menjadi 4 X 10 Gbps (kecepatan menggunakan teknologi SDH). Teknologi DWDM beroperasi dalam sinyal dan domain optik dan memberikan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan kapasitas transmisi yang besar dalam jaringan. Kemampuan ini diyakini akan terus berkembang yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah panjang gelombang yang mampu untuk ditransmisikan dalam satu fiber. Keunggulan DWDM Secara umum keunggulan teknologi DWDM adalah sebagai berikut: Tepat untuk diimplementasikan pada jaringan telekomunikasi jarak jauh (long haul) baik untuk sistem point-to-point maupun ring topologi Lebih fleksibel untuk mengantisipasi pertumbuhan trafik yang tidak terprediksi Tepat untuk diterapkan pada daerah dengan perkembangan kebutuhan badwidth sangat cepat. 3.2 Konfigurasi Perangkat DWDM ZTE Ruas Tegal - Purwokerto 2.3 III. 3.1 ISI Latar Belakang Sejak lebih kurang 6 (enam) tahun yang lalu perangkat Backbone Jawa DWDM ZTE beroperasi, lebih tepatnya sejak bulan Januari 2005, untuk meningkatkan layanan sekaligus kinerja perangkat tersebut sudah beberapa kali piranti software maupun hardware diupgrade dari tipe M900 ke M920 dan 318 ke 319-R.1, 319-R.2. Untuk teknologinya yang semula masih menggunakan DWDM yang konvensional menjadi sedikit lebih pintar menjadi DWDM ROADM (Reconfigurable Optical Add / Drop Multiplexer). Mengingat begitu pentingnya fungsi perangkat tersebut yaitu untuk melayani transport backbone di Pulau Jawa ini. Maka dipandang perlu untuk melakukan strategi pemeliharaan preventive pada perangkat tersebut. Salah satunya adalah harus memperhatikan nilai output/input power ideal pada masing-masing modul, seperti: OBA (Optical Booster Amplifier), OPA (Optical Pre Amplifier), OMU(Optical Multiplexer Unit) dan ODU (Optial Demultiplexer Unit) harus sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Oleh karena pentingnya mengetahui nilai power ideal untuk perangkat DWDM terutama modul OBA (Optical Booster Amplifier), maka diperlukan adanya perhitungan power ideal untuk perangkat DWDM yang terpasang sebagai acuan untuk melakukan adjustment pada modul tersebut. Gambar 3.1 Konfigurasi perangkat DWDM ZTE ruas Tegal - Purwokerto Keterangan gambar: 1. OTU (Optical Tranponder Unit) OTU atau Optical Transponder Unit merupakan perangkat yang mengkonversi sinyal listrik menjadi sinyal optik dalam panjang gelombang tertentu. 2. OMU (Optical Multiplexer Unit) OMU atau Optical Multiplexer Unit merupakan perangkat yang menggabungkan sinyal optik pada setiap channel menjadi satu berkas gelombang optik. 3. OBA (Optical Booster Amplifier) OBA atau Optical Booster Amplifier merupakan jenis penguat yang dipasang pada sisi pemancar. OBA digunakan untuk menguatkan sinyal yang dipancarkan dengan tujuan agar bisa menempuh jarak yang jauh. Terdapat berbagai tipe OBA, salah satunya adalah OBA2520 (artinya gain maksimal adalah 25dB dan output maksimalnya adalah 20 dBm). 4. OPA (Optical Pre Amplifier) OPA atau Optical Pre Amplifier merupakan penguat yang digunakan untuk menguatkan kembali sinyal yang diterima. Sinyal yang melalui sebuah saluran akan mengalami pelemahan seiring dengan meningkatnya jarak, oleh karena itu sinyal perlu dikuatkan dan diregenerasi kembali. 5. LACT (Line Attenuator Control Terminating) LACT merupakan jenis attenuator yang dapat diubah-ubah nilai atenuasinya. Penggunaan LACT bisa menghemat biaya untuk pembelian serta pemasangan attenuator biasa. 6. ODU (Optical Demultiplexer Unit) ODU atau Optical Demultiplexer Unit merupakan perangkat yang bekerja berkebalikan dengan OMU. Jika OMU menggabungkan beberapa sinyal optik pada beberapa kanal menjadi satu berkas gelombang optik maka ODU berfungsi memecah kembali sinyal yang telah dimultiplex. 3.2 1. 2. Langkah-Langkah Power Kalkulasi Perangkat DWDM Mencari daya perangkat OBA untuk satu channel Ps = Pmax – 10 log (N) dimana: Ps = daya untuk satu channel Pmax = Daya keluaran maksimum N = Tipe OMU yang dipasang Mencari Daya untuk N channel Pn = Ps + 10 log (N) dimana: Pn = Daya untuk N channel N = Jumlah lambda yang beroperasi 3. Mencari daya masukan OBA Pi = Pn – gain dimana: Pi = daya masukan OBA 4. Mencari daya keluaran OMU Pn OMU = Pi OMU + 10 log N – IL dimana: N IL Pi OMU = jumlah lambda yang beroperasi = insertion loss (biasanya 6 dB) = daya masukan OMU (biasanya -3dBm) 5. Mencari nilai attenuator Dikarenakan daya keluaran OMU biasanya lebih besar dibanding daya masukan OBA maka perlu dipasang attenuator. Besarnya nilai attenuator adalah sebagai berikut: Att = Pn OMU – Pi OBA 6. Mencari Loss Fiber Optik Loss FO = jarak x loss FO per km (0,3 dB per km) 7. Mencari Daya Masukan dan keluaran OPA Pi OPA = Pn OBA SM-I – Loss FO Pn OPA = Pi OPA + gain OPA dimana: Pi OPA = daya masukan OPA Pn OPA = daya keluaran OPA 3.4 Contoh Perhitungan Power Kalkulasi Ruas Tegal – Bumiayu – Purwokerto i. Perhitungan Lokasi Tegal Untuk lokasi Tegal yang dihitung adalah power ideal modul OBA 2520 (artinya adalah gain power max adalah 25 dB dan output power max adalah 20dBm). Langkah-langkah : 1. Mencari daya untuk satu channel Ps = Pmax – 10 log (N) , N = Tipe OMU yang dipasang yaitu 40 = 20 – 10 log 40 = 20 – 16 Ps = 4 dBm 2. Mencari Daya untuk 11 channel Pn = Ps + 10 log (N) , dengan N = Jumlah lambda yang operasi (11 lambda) = 4 + 10 log 11 = 4 + 10,4 Pn = 14,4 dBm 3. Mencari Masukan OBA2520 Pn OBA = Pi + gain 14,4 = Pi + 25 Pi = 14,4 – 25 Pi OBA = -10,6 dBm Jadi diketahui daya masukan dan keluaran ideal untuk modul OBA2520 dengan lambda yang beroperasi sebanyak 11 channel adalah Pn = 14,4 dBm dan Pi = -10,6 dBm. Setelah mengetahui nilai daya ideal untuk modul OBA2520 , langkah berikutnya adalah menghitung output power ideal untuk modul OMU. 4. Mencari daya keluaran OMU Pn OMU = Pi OMU + 10 log N – IL , (dengan N = 8, IL OMU = 6 dB, Pi OMU = Pout OTU = -3dBm) = -3 + 10 log 11 – 6 = -3 + 10,4 – 6 Pn OMU= 1,41 dBm 5. Mencari nilai attenuator Dikarenakan daya dari keluaran OMU lebih besar dibanding daya masukan ideal yang dibutuhkan modul OBA 2520 maka perlu dipasang attenuator yang berfungsi melemahkan amplitudo daya yang masuk sehingga daya keluaran attenuator mempunyai nilai yang lebih kecil dari daya masukan tergantung level atenuasi dari attenuator. Untuk mencari level atenuasi adalah sebagai berikut: Att = Pn OMU – Pi OBA = 1,41 + 10,6 Att = 12 dB Perhitungan Lokasi Bumiayu Perhitungan berikutnya adalah mengitung power ideal untuk modul OBA dan OPA di lokasi Bumiayu. Lokasi Bumiayu ini hanya sebagai repeater jalur Tegal-Purwokerto sehingga di Bumiayu tidak ada modul OMU maupun ODU. Langkah-Langkah: 1. Mencari Loss Fiber Optik Tegal - Bumiayu Jarak antara Tegal - Bumiayu adalah 65 km sedangkan loss FO per km adalah 0,3 dB sehingga total loss FO antara Tegal - Bumiayu adalah Loss FO = jarak x loss FO per km = 65 km x 0,3 dB/km Loss FO = 19,5 dB Setelah mengetahui daya masukan OBA, maka dapat diketahui berapa attenuator yang harus dipasang antara keluaran OPA dan masukan OBA Att = Pn OPA – Pi OBA = 8,9 + 10,6 Att = 19,5 dB ii. 2. 3. Mencari Daya Masukan dan keluaran OPA1412 Pi OPA = Pn OBA Tegal – Loss FO = 14,4 – 19,5 Pi OPA = - 5,1 dBm Pn OPA = Pi OPA + gain OPA = -5,1 + 14 Pn OPA = 8,9 dBm Mencari Daya masukan dan keluaran OBA2520 OBA yang terpasang di Bumiayu adalah tipe OBA2520 yang artinya mempunyai gain 25 dBm dan daya maksimalnya 20 dBm. Daya masukan dan keluaran yang ideal untuk lambda yang beroperasi 11 lambda adalah sebagai berikut: - Perhitungan daya untuk 1 channel Ps = Pmax – 10 log N , dengan N adalah tipe OMU = 20 – 10 log 40 = 20 – 16 Ps = 4 dBm - Perhitungan daya untuk 11 channel (daya keluaran OBA) Pn = Ps + 10 log N, dengan N = jumlah lambda yang beroperasi = 4 + 10 log 11 = 4 + 10,4 Pn = 14,4 dBm - Perhitungan daya masukan OBA2520 Pn OBA = Pi OBA + gain OBA 14,4 = Pi OBA + 25 Pi OBA = 14,4 - 25 = - 10,6 dBm iii. Perhitungan Lokasi Purwokerto Jarak antara Bumiayu ke Purwokerto adalah 41 km, sedangkan loss FO per km adalah 0,3 dB, jadi total Loss FO dari Bumiayu ke Purwokerto adalah Total loss FO = jarak x loss FO per km = 41 km x 0,3 dB/km Total loss FO = 12,3 dB Langkah-langkah: 1. Mencari daya masukan OPA 1712 OPA yang dipasang di Purwokerto adalah tipe OPA1412 yang artinya mempunyai gain 14 dB dan daya keluaran maksimal 12 dBm. Pi OPA = Pn OBA PWD – loss FO = 14,4– 12,3 Pi OPA = 2,1 dBm 2. Mencari daya input OPA1412 Pn OPA = Pi OPA + gain OPA OPA = OPA - Gain OPA OPA = 12 – 14 OPA = – 2 dBm Karena nilai daya masukan OPA1412 maksimal -2 dBm sedangkan inputan OPA dari FO arah Bumiayu (2,1 dBm), maka perlu dipasang attenuator sebesar : Att = 2,1 – (-2) Att = 4,1 dB 3. Mencari Daya masukan dan keluaran OBA2520 - Perhitungan daya untuk 1 channel Ps = Pmax – 10 log N , dengan N adalah tipe OMU = 20 – 10 log 40 = 20 – 16 Ps = 4 dBm - Perhitungan daya untuk 11 channel (daya keluaran OBA) Pn = Ps + 10 log N, dengan N = jumlah lambda yang beroperasi = 4 + 10 log 11 = 4 + 10,4 Pn = 14,4 dBm - Perhitungan daya masukan OBA2520 Pn OBA = Pi OBA + gain OBA 14,4 = Pi OBA + 25 Pi OBA = 14,4 - 25 = - 10,6 dBm Setelah mengetahui power output OPA1412 dan power input yang ideal untuk modul tersebut, maka kita dapat menetukan nilai attenuator yang akan dijuster dengan LACT (Line Attenuator Control Terminate) sebagai berikut: Att = Pn OPA – ( - Pi OBA) = 12 + 10,6 Att = 22,6 dB Tujuan mendapatkan nilai attenuator pada LACT adalah untuk mempertahankan power input/output ideal OBA2520 tetap -10,6 dBm dan +14,4 dBm 4. Mencari Daya Total Masukan ODU Pada perhitungan ini disesuaikan dengan tipe modul OUT yang digunakan. Best input OTU (Pi) tipe PIN adalah -6 dBm sampai dengan -9 dBm, sedangakan untuk best input OTU tipe APD -14 dBm samapai dengan -17 dBm. Pada kali ini sebagai referensi hitungan adalah modul OTU tipe PIN dan nilai nilai input referensi adalah -6 dBm. Pn = Pi + 10 log 11 + IL = -6 + 10,4 +6 Pn = 10,4 dBm Karena input ODU = 10,4 dBm dan output OBA2520 = 14,4 dBm, maka perlu dipasang attenuator, untuk nilai attenuator sebagai berikut : Att = Pn OBA – Pi ODU = 14,4 – 10,4 Att = 4 dB 3.5 Contoh Perhitungan Link Budget OBA dan OPA Link budget merupakan suatu cara untuk menghitung mengenai semua parameter dalam transmisi sinyal, mulai dari gain dan losses dari Tx sampai Rx melalui media transmisi. Dalam hal ini perhitungan dengan media transmisi FO dengan menggunakan teknik DWDM. Link Budget merupakan parameter dalam merencanakan suatu jaringan yang menggunakan media transmisi berbagai macam. Link budget ini dihitung berdasarkan jarak antara transmitter (Tx) dan receiver (Rx). Link budget juga dihitung karena adanya penghalang antara Tx dan Rx misal gedung atau pepohonan. Link budget juga dihitung dengan melihat spesifikasi yang ada pada antena. Untuk menghitung Link Budget loss antara OBA dan OPA ada beberapa parameter perangkat yang harus diketahui diantaranya adalah jenis OBA dan jenis OPA yang diketahui. Untuk perhitungan nya dapat dilihat dibawah ini: i. Perencanaan link budget OBA Tegal dan OPA Bumiayu Gambar 3.2 Konfigurasi Perangkat OBA 2520 dan OPA 1412 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa perangkat OBA memiliki Gain maksimal 25 dan Power Output 20, sedangkan OPA memiliki Gain maksimal 14 dan Power Output 12. Untuk menghitung Loss ideal digunakan persamaan berikut : Loss Ideal = ( maks OPA – Gain OPA) + maks OBA + Link Budget Margin Pabrikan Untuk nilai link budget pabrikan ditetapkan nilai sebesar 4 dB sehingga didapatkan nilai nilai Loss Ideal untuk Tegal – Bumiayu adalah Loss Ideal = (12 – 14) + 20 + 4 = 26. Sedangkan untuk loss sebenarnya adalah Loss FO = 0,3 dBm x 65 Km = 19,5 dB. Sehingga didapatkan link budget untuk OBA Tegal dan OPA Bumiayu adalah Link Budget 26 / 19,5 dB ii. Perencanaan link budget Bumiayu dan OPA Purwokerto OBA Gambar 3.3 Konfigurasi Perangkat OBA 2520 dan OPA 1412 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa perangkat OBA memiliki Gain maksimal 25 dan Power Output 20, sedangkan OPA memiliki Gain maksimal 14 dan Power Output 12. Untuk menghitung Loss ideal digunakan persamaan berikut Loss Ideal = ( maks OPA – Gain OPA) + maks OBA + Link Budget Margin Pabrikan Untuk nilai link budget pabrikan ditetapkan nilai sebesar 4 dB sehingga didapatkan nilai nilai Loss Ideal untuk Bumiayu - Purwokerto adalah Loss Ideal = (12 – 14) + 20 + 4 = 26. Sedangkan untuk loss sebenarnya adalah Loss FO = 0,3 dBm x 41 Km = 12,3 dB. Sehingga didapatkan link budget untuk OBA Bumiayu dan OPA Purwokerto adalah Link Budget 26 / 12,3 dB IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Fiber optic (Serat optik) adalah media saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain 2. Struktur serat optik terdiri dari tiga bagian, yaitu Core, Cladding, dan Coating. 3. Dense Wavelength Multiplexing (DWDM) merupakan sutu teknik transmisi yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda (4, 8, 16, 32, dan seterusnya) sebagai kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat ditransmisikan dalam satu fiber tunggal. 4. Parameter yang perlu diperhatikan pada DWDM adalah Nilai output / input power ideal pada masing-masing modul, yaitu OBA (Optical Booster Amplifier), OPA (Optical PreAmplifier), OMU (Optical Multiplexer Unit), dan ODU (Optical De-Multiplexer Unit). 5. Power kalkulasi pada suatu jaringan DWDM bertujuan untuk mengetahui power ideal dari suatu perangkat DWDM. 6. Pada jaringan DWDM ruas Tegal - Purwokerto, perangkat yang terpasang adalah OBA2520, OPA1412, dan OPA1712. 7. Setelah melakukan perhitungan formula power kalkulasi ini, maka nilai link budget perangkat bisa diketahui. 8. Untuk menentukan link budget pada lintasan FO, bisa menggunakan referensi perhitungan formula power kalkulasi. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] Mulyono, Dwi Agus. 2010. Formula Power Kalkulasi pada Perangkat BB Jawa DWDM ZTE, PT. TELKOM Andika, Gilang. 2006. Teknologi WDM pada Serat Optik. Bass, Michael. ” Fiber Optic Handbook”, Mc Graw-Hill,2002 Alwayn, Vivek. ”Optical Network Design and Implementation”, Cisco Press, 2004 http://en.wikipedia.org/wiki/ Wavelength-division multiplexing BIODATA Eskanesiari (L2F008116). Lahir di Jakarta, 9 Juli 1990. Menempuh pendidikan di TK dan SD Islam Ar-rahman, kemudian dilanjutkan ke SMP Negeri 134, SMA Negeri 112 dan saat ini sedang melanjutkan di Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Konsentrasi Elektronika Telekomunikasi. Menyetujui Dosen Pembimbing Darjat, S.T., M.T. NIP. 197206061999031001