KERAGAMAN LEPIDOPTERA PADA DUKUH DAN

advertisement
KERAGAMAN LEPIDOPTERA (30):31-36
KERAGAMAN LEPIDOPTERA PADA DUKUH DAN KEBUN KARET
DI DESA MANDIANGIN KABUPATEN BANJAR
Oleh/by
SUSILAWATI
Program Studi Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas
Lambung Mangkurat Jl. A. Yani KM 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
ABSTRACT
The study of Lepidoptera diversity was carried out on fruit plantation and
rubber plantation. Lepidoptera observation was done using one hectare (1 ha) of 20
m width area sampling. Day light Lepidoptera were obtained using sweep net and
night Lepidoptera were trapped using modified emergency lamp. The results
indicated the differences of species number of lepidoptera between land use types.
Diversity indices of fruit plantation, rubber plantation were 2.3094; 2.1416
respectively. It was noted that the changes at fruit plantation into rubber plantation
decreased the abudance of Lepidoptera population.
Key words : fruit plantation, sweep net.
Penulis untuk korespondensi : e-mail :[email protected]
PENDAHULUAN
Keragaman hayati fauna di
Indonesia
cukup
kaya,
namun
penelitian tentang fauna khususnya
lepidoptera masih belum banyak
dilakukan.
Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk
mengetahui
keragaman
lepidoptera yang ada di dukuh dan
kebun karet, Desa Mandiangin
Kabupaten
Banjar
Kalimantan
Selatan.
Komposisi vegetasi dan
perbedaan
penggunaan
lahan
memungkinkan terjadinya keragaman
hayati yang besar.
Kawasan Hutan sebagai salah
satu kawasan yang berfungsi menjaga
keanekaragaman hayati saat ini
mengalami perubahan tata guna
lahan. Salah satu bentuk perubahan
tersebut adalah terbentuknya dukuh
dan kebun karet.
Perubahan
peruntukan lahan di kawasan hutan
dapat
menyebabkan
terjadinya
perubahan fungsi ekosistem berupa
penurunan kualitas lahan, tata air, dan
iklim mikro. Perbedaan penggunaan
lahan ini menyebabkan berubahnya
struktur dan komposisi vegetasi pada
lahan tersebut dan pada akhirnya
akan berpengaruh pada kestabilan
ekosistem yang baru.
Perubahan
ekosistem menjadi ekosistem baru
tidak hanya melibatkan vegetasi,
tetapi juga melibatkan fauna baik yang
hidup di atas tanah maupun
permukaan tanah. Artinya fauna juga
akan mengalami urutan perubahan
yang paralel dengan tingkatan seral
tumbuhan.
Serangga, khususnya ordo
lepidoptera
mempunyai
peranan
penting bagi penyerbukan tanaman
serta dapat digunakan sebagai salah
satu indikator kesegaran lingkungan.
Manfaat lain adalah dalam bentuk
spesimen untuk koleksi, hiasan
dinding,
tatakan
gelas
dan
kepentingan ilmu pengetahuan. Ordo
Lepidoptera
merupakan serangga
yang kian diminati kolektor dunia. Dari
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010
31
KERAGAMAN LEPIDOPTERA (30):31-36
segi konservasi, pemanfaatan ordo
lepidoptera secara komersial dapat
dijadikan sarana pendidikan bagi
masyarakat.
Pada
dasarnya
konservasi tidak saja perlindungan
dan
pelestarian
tetapi
juga
pemanfaatan secara berkelanjutan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di
areal dukun dan kebun karet di Desa
Mandiangin Kabupaten Banjar. Waktu
yang diperlukan untuk penelitian ini
selama ± 3 (tiga) bulan. Obyek pada
penelitian ini adalah serangga dari
ordo lepidoptera.
Pengamatan
dilaksanakan
pada
masing-masing
lokasi
pengamatan
seluas
1
ha.
Penangkapan
lepidoptera
menggunakan jaring serangga (siang
hari) dan emergency lamp (malam
hari).
Selanjutnya
dilakukan
pemilahan koleksi dan identifikasi
sampai tingkat famili dan secara
morphospesies.
Parameter
yang
dihitung
adalah kekayaan jenis lepidoptera
(richness),
keanekaragaman
lepidoptera (diversity) dan kerataan
serangga (eveness).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah
keseluruhan
lepidoptera di lokasi pengamatan
sebanyak 221 individu yang terdiri
atas 10
famili dan 13
spesies.
Famili pyralidae mendominasi jumlah
ordo lepidoptera dari kedua lokasi
yaitu sebesar
39 %
dari
keseluruhan spesimen. Data tersebut
menunjukkan bahwa lokasi penelitian
merupakan habitat yang masih dapat
mendukung
perkembangan
keanekaragaman lepidoptera.
Dari
masing-masing famili terdapat variasi
dalam jumlah spesies dan individu.
Adapun
persentase
individu
berdasarkan famili lepidoptera yang
ditemukan
pada
kedua
lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar
1.
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010
32
KERAGAMAN LEPIDOPTERA (30):31-36
1%
Noctuidae
Pyralidae
5%
3%
7%
15%
Nymphalidae
Arctiidae
Pieridae
1%
39%
8%
Lycanidae
Geometridae
14%
7%
Danaidae
Papilionidae
Satyridae
Gambar 1.
Persentase Individu Lepidoptera berdasarkan Famili yang
diperoleh di Lokasi Penelitian
Jumlah serangga lepidoptera yang
dikoleksi
pada
beberapa
tipe
penggunaan lahan di Kawasan Bukit
Mandiangin dengan menggunakan
alat tangkap jaring serangga dan
Emergency Lamp dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa
populasi ordo lepidoptera terbanyak
ditemukan pada dukuh dibanding di
kawasan kebun karet.
Tinggi
rendahnya jumlah populasi di suatu
habitat berkaitan dengan kondisi
lingkungan habitat yang bersangkutan.
Kondisi lingkungan tersebut dapat
berubah-ubah
akibat
adanya
pengaruh atau gangguan baik faktor
eksternal maupun internal.
Faktor
eksternal dapat berupa akibat aktivitas
manusia, kebakaran hutan sedangkan
faktor internal dapat berupa adanya
persaingan dan sifat ketergantungan
dari komponen-komponen yang ada di
dalam lingkungan habitat itu sendiri
misalnya ketersediaan pakan bagi
ordo lepidoptera seperti vegetasi atau
serangga lain yang berukuran lebih
kecil sebagai mangsa.
Jumlah dan jenis dari ordo
lepidoptera akan semakin meningkat
pada
komunitas
yang
memiliki
kuantitas dan kualitas pakan yang
sesuai dengan kebutuhan lepidoptera.
Antara
vegetasi
dan
serangga
termasuk ordo lepidoptera terjadi
hubungan yang dapat menstabilkan
ekosistem hutan.
Bila salah satu
komponen terganggu maka akan
mempengaruhi keberadaan komponen
lainnya.
Hal ini ditegaskan oleh
Elzinga (1978), yang menyebutkan
bahwa serangga berperan penting
dalam proses suksesi dan menjaga
kestabilan ekosistem hutan.
Populasi lepidoptera yang
ditemukan pada kebun karet lebih
kecil daripada lepidoptera yang ada
pada dukuh, hal ini terjadi diduga
berkaitan dengan kondisi kebun karet
yang yang miskin jenis vegetasi
sehingga menjadi faktor pembatas
bagi
ketersediaan
pakan
bagi
lepidoptera.
Pada dukuh terdapat
keanekaragaman vegetasi yang lebih
banyak sehingga merupakan sumber
pakan yang melimpah bagi lepidoptera
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010
33
KERAGAMAN LEPIDOPTERA (30):31-36
yang mempengaruhi
populasinya.
Vegetasi pada dukuh di lokasi
pengamatan antara lain durian (Durio
zibethinus),
pampakin
(Durio
kutejensis), rambutan (Nephelium
lappaceum),
langsat
(Lansium
domesticum), hambawang (Mangifera
feotida),
ramania
(Benca
macrophylla), nangka (Arthocarpus
heterophyllus),
cempedak
(Arthocarpus
integra),
kesturi
(Mangifera sp) dan lain lain.
Kelimpahan populasi lepidoptera pada
suatu habitat ditentukan oleh adanya
keanekaragaman dan kelimpahan
sumber pakan maupun sumber daya
lain yang tersedia pada habitat
tersebut.
Serangga
termasuk
lepidoptera menanggapi sumber daya
tersebut dengan cara yang kompleks.
Keadaan pakan yang berfluktuasi
secara musiman akan menjadi faktor
pembatas bagi keberadaan populasi
hewan di suatu tempat oleh adanya
Tabel 1.
No
1
2
Tabel
kompetisi antar individu.
Vegetasi
dan
lepidoptera
dalam
suatu
ekosistem memiliki hubungan yang
sangat erat.
Lepidoptera akan
menjadikan vegetasi sebagai habitat
dan sumber pakan. Adanya populasi
lepidoptera yang melimpah pada
suatu habitat misalnya pada kebun
buah akan menguntungkan secara
ekonomi
sebangai
pollinator
(penyerbuk bunga). Tanaman buahbuahan tersebut tidak akan berbuah
bila tidak diserbuk oleh serangga.
Jumlah dan jenis lepidoptera akan
semakin meningkat pada komunitas
yang memiliki kuantitas dan kualitas
pakan
yang
sesuai
dengan
kebutuhannya.
Keragaman lepidoptera yang
ditangkap
dengan
menggunakan
jaring serangga (sweep net) dan
sistem ”Light trapping” dapat dilihat
pada Tabel 2.
Distribusi Lepidoptera di Lokasi Penelitian
Penggunaan Lahan
Famili
Dukuh
9
Kebun Karet
7
2.
Distribusi lepidoptera di Lokasi
Aktif Serangga
Tipe Lahan
Waktu
Famili
Aktif
Dukuh
Siang
6
Malam
3
Kebun karet
Siang
6
Malam
1
Jenis
12
8
Penelitian
Individu
151
70
berdasarkan
Jenis
Individu
7
5
6
2
76
75
36
34
Tabel 3. Total Nilai Kekayaan, Keanekaragaman dan Kerataan Jenis
pada Lokasi Penelitian
Tipe Lahan
Kekayaan Jenis (R)
Keanekaragaman
Jenis (H’)
Dukuh
35.517
2.3094
Kebun Karet
11.108
2.1416
Waktu
Lepidoptera
Kerataan
Jenis (é)
0.9294
1.0299
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010
34
KERAGAMAN LEPIDOPTERA (30):31-36
Secara umum jumlah famili serangga
malam lebih kecil dibandingkan jumlah
famili serangga yang aktif pada siang
hari, hal ini dikarenakan famili untuk
serangga yang aktif pada malam hari
tidak sebanyak pada siang hari (Borror
et all, 1992). Hal ini sejalan dengan
penelitian Harmonis (2000) dan
Latumahina
(2006)
yang
mengemukakan
bahwa
famili
serangga yang ditemukan pada
malam hari sedikit lebih berkurang
dibanding serangga pada siang hari.
Perbedaan lain yang ditimbulkan oleh
waktu penangkapan adalah terjadinya
variasi famili dan jenis yang hadir
pada dukuh dan kebun karet. Variasivariasi tersebut terjadi oleh karena
masing-masing famili atau jenis
mempunyai waktu-waktu aktif yang
berlainan.
Kehadiran lepidoptera yang
aktif pada siang hari (nocturnal) dapat
juga dikaitkan dengan potensinya
sebagai serangga pollinator (serangga
penyerbuk bagi vegetasi yang sedang
berbunga) dan perlu juga diwaspadai
kehadiran lepidoptera yang aktif pada
malam hari (diurnal) yang mempunyai
potensi sebagai hama.
Hasil pengolahan data pada
Tabel 3 menunjukkan baik nilai
kekayaan jenis, keanekaragaman
jenis maupun nilai kerataan jenis
tertinggi
pada
hutan
sekunder
dibandingkan di lahan alang-alang.
Nilai kerataan jenis di hutan sekunder
dengan lahan alang-alang memiliki
angka yang tidak jauh berbeda. Hal
ini menunjukkan bahwa pada kedua
tipe lahan , sebaran individu dari tiap
jenis individu yang hidup di dalamnya
relatif lebih merata, walaupun nilai
kekayaan dan keanekaragaman jenis
dari ordo lepidoptera pada masingmasing lokasi pengamatan berbeda.
Perbedaan nilai kekayaan jenis
(R), keanekaragaman jenis (H’)
maupun kerataan jenis (é) secara
umum dipengaruhi oleh faktor dalam
dan luar dari kehidupan lepidoptera.
Faktor dalam antara lain kemampuan
berkembang
biak,
perbandingan
kelamin, sifat mempertahankan diri
dan siklus hidup. Faktor luar yang
mempengaruhi keberadaan serangga
adalah suhu, kelembaban, cahaya,
warna, bau, angin, makanan, parasit
dan predator (Elzinga,1978).
Nilai keanekaragaman jenis dari
ordo lepidoptera pada kedua lokasi
memiliki
perbedaan.
Dukuh
mempunyai keanekaragaman jenis
yang tertinggi (2.3094) sedangkan di
kebun
karet
(2.1416).
Nilai
keanekaragaman jenis lepidoptera
yang menggambarkan keragaman
lepidoptera mengalami penurunan
seiring dengan berubahnya dukuh
menjadi kebun karet.
Hal ini
menunjukkan
adanya
degradasi
habitat di kawasan Bukit Mandiangin
antara dukuh dan kebun karet
berpengaruh
terhadap
diversitas,
dalam hal ini mempengaruhi diversitas
serangga. Jadi dapatlah dikatakan
bahwa
konversi
hutan
menjadi
peruntukan lain dapat menurunkan
nilai keanekaragaman jenis dari ordo
lepidoptera. Hal ini sejalan dengan
penelitian Subahar,T (2004), terjadi
penurunan nilai keanekaragaman
serangga dari Hutan Campuran,
Hutan Pinus, Lahan Bekas Kebun.
Konsekuensi langsung dari penurunan
keragaman
spesies
adalah
menurunnya
layanan
ekosistem
serangga dan akan menimbulkan
kerugian yang tidak sedikit bagi
manusia.
Sebagai
contoh,
menurunnya
populasi
serangga
predator dan polinator masing-masing
menyebabkan peningkatan populasi
serangga hama dan menurunnya
keberhasilan reproduksi tumbuhan.
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010
35
KERAGAMAN LEPIDOPTERA (30):31-36
Adanya perubahan komunitas
dari hutan banyak jenis (dukuh)
menjadi kebun karet (miskin jenis),
mengorbankan diversitas, sehingga
diperlukan penataan bentang alam
yang
mendukung
kelestarian
keragaman
hayati
tanpa
mengenyampingkan
kepentingan
masyarakat lokal dalam pengelolaan
Tahura
Sultan
Adam.
KESIMPULAN
Jumlah
keseluruhan
ordo
lepidoptera di lokasi pengamatan
sebanyak 221 individu yang terdiri
atas 10 famili dan 13 spesies. Famili
satyridae mendominasi jumlah ordo
lepidoptera dari kedua lokasi yaitu
sebesar 34 %
dari keseluruhan
spesimen.
Struktur
dan
kelimpahan
komunitas ordo lepidoptera akan
berbeda antara vegetasi banyak jenis
dan vegetasi miskin jenis, karena
adanya hubungan yang erat antara
ordo lepidoptera dengan kondisi
habitat lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Boror,
Triplehorn. Johnson, 1992.
Pengenalan
Pelajaran
Serangga.
Edisi Keenam.
Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Harmonis. 2000. Keanekaragaman
Serangga dan Hama pada
Anakan Acacia Mangium di
Bukit Soeharto.
Rimba
Kalimantan. Vol 4.No.1.
Latumahina,F.
2006.
Keanekaragaman
Serangga
dan Vegetasi pada Dua
Kawasan Resapan Air di Kota
Ambon Provinsi Maluku. Tesis
S-2. Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
(Tidak
dipublikasikan).
Elzinga, R.J. 1978. Fundamental of
Entomology. Prentice Hall of
India. Private Limited. New
Delhi.
Subahar, T. 2004. Keanekaragaman
Serangga pada Bentang Alam
yang Berbeda di Kawasan
Gunung Tangkuban Parahu.
Konferensi
Nasional
Konservasi Serangga, Bogor
2007.
Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010
36
Download