ISSN : 2087-0795 PENDAHULUAN narnya dalam kehidupan sehari- Seperti apa yang telah dikata- hari ini, kita selalu berhubungan kan Sudiro Satoto (seorang pakar dengan semiotika, karena hampir semiotika dari UNS) bahwa sebe- setiap saat kita selalu bersentuhan 66 Vol. 8, No. 2, Desember 2016 ISSN : 2087-0795 dengan tanda. Hal itu dapat di- risan nenek moyang yang bersifat temukan dengan berbagai interaksi intangible yang disebut Keris. dengan segala apa yang ada di Ketika keris dikategorikan su- sekeliling kita yang merupakan se- atu hasil budaya bangsa yang ber- buah tanda. Hal itu sangat sesuai nilai seni dan keindahan yang ting- dengan yang gi, adalah tidak lepas dari sebuah berarti sebuah cabang ilmu yang tampilan secara total dari apa yang berhubungan dengan tanda dan terkandung di dalamnya. Orang Ja- segala sesuatu yang berhubungan wa menafsirkan bentuk dari bilah dengan tanda, seperti tanda dan keris itu bukan sekedar untuk mem- proses yang berlaku bagi pengguna berikan sajian tentang kekuatan (fi- tanda (Art Van Zoest, 1993 :1). sik) dan keindahan (artistik) belaka. definisi semiotika Namun anehnya cabang ilmu Pada kehadiran simboliknya juga tersebut baru dipelajari pada abad mengandung makna yang menda- kedua puluh, apalagi di Indonesia lam, dengan berbagai pesan moral baru pada tahun 1970-an, mungkin dan etika tertentu. Sebagian ma- ini justru yang menimbulkan motiva syarakat memiliki keyakinan, justru -si tersendiri untuk mempelajari ten- dengan kandungan yang maknawi tang ilmu semiotik bagi kalangan tersebut maka keris memiliki nilai- ahli ilmu tersebut. Berdasarkan apa nilai pedagogis dan secara terus- yang telah dikatakan di atas, saya menerus dianggap akan memiliki menjadi lebih tertarik untuk menge- relevansi untuk diwariskan kepada tahui lebih jauh mengenai semiotika generasi yang lebih muda, meski tersebut. Namun demikian pada keris tidak lagi menjadi senjata kesempatan ini kami ingin mencoba yang diperlukan di dalam kehidup- memahami semiotika sebagai ilmu an masyarakat sehari-hari. Makna pengetahuan, dan sekaligus pene- simbolik yang mendalam dan ber- rapannya sebagai disiplin untuk bagai pesan moral dan etika ter- mengkaji suatu karya seni budaya sebut yang bagi masyarakat Jawa bah- bagian dari pemikiran orang Jawa kan Indonesia merupakan karya terhadap seni budaya yang adiluhung dan dahulunya merupakan bagian dari hingga kini masih eksis bahkan wacana kebudayaan yang dikem- menjadi karya agung Haritage, wa- bangkan oleh para nenek moyang dianggap Vol. 8, No. 2, Desember 2016 sebagai kebudayaannya, suatu yang 67 ISSN : 2087-0795 kita. Mengenai bentuk keris secara dan lukisan logam yang disebut tafsir kultural terhadap makna sim- dengan pamor, artinya tampilan boliknya, yang sejak dahulu ter- sebuah keris dikatakan memiliki utama sejak jaman Mataram selalu nilai estetika dan artistik yang diajarkan kepada masyarakat oleh sempurna, apabila para pujangga atau lurahing empu antara, bilah dengan pamornya, (R Prasena, 2009: 19 ). Hal ini se- ukiran atau hulu dan warangka be- jalan dengan definisi kebudayaan nar menjadi satu kesatuan yang yang secara semiotik adalah me- utuh. Pada umumnya ketika berbi- rupakan reaksi dari competence cara mengenai keris pasti yang dimiliki bersama oleh anggota kaitan dengan pamor dan dapur, -anggota suatu masyarakat untuk padahal sebenarnya masih ada un mengenal lambing-lambang, untuk -sur lain yang mendukungnya (KG menginterpretasi dan untuk meng- PAA Amangkurat III, 1985 : 71- 91 ) hasilkan sesuatu, kebudayaan da- Eksitensi keris tidak terlepas lam batasan ini akan mengejawan- dari tukang pande besi (empu ke- tahkan terutama sebagai perfor- ris). Popularitas keris tidak hanya di mance sebagai suatu keseluruhan pulau Jawa, tetapi telah menjadi dari kebiasaan-kebiasaan tingkah- warisan budaya besar dunia. Keris laku dan hasil-hasil darinya. Menu- adalah merupakan karya besar bu- rut Bach-Monet ahli semiotika, ke- daya Indonesia yang layak sejajar budayaan adalah suatu unsur yang dengan karya masterpies dari selu- telah mempunyai gaya indah di ruh dunia. dalam sesuatu yang jauh lebih luas jangkauannya (Panuti Sudjiman dan Art van Zoest, 1992 : 96). secara utuh ber- Kekayaan budaya bangsa Indonesia memang beraneka ragam bentuk dan memiliki ciri khas ma- Keris dalam tampilan secara sing-masing, hal ini dapat dilihat da utuh hampir setiap elemen yang di -ri keberadaan di setiap daerah- kandungnya memiliki nilai makna daerah yang pasti mempunyai bu- simbolik. Nilai seni keris terletak daya lokal cenderung bernuansa et pada berbagai elemen yang men- -nik, ada yang bersifat bendawi dan dukungnya antara lain : bentuk ukir tan bendawi, dan dari beberapa bu- -an, warangka, ornamen atau pahat daya tersebut adalah keris yang me -an (ricikan) pada bagian bilahnya, -rupakan warisan budaya nenek 68 Vol. 8, No. 2, Desember 2016 ISSN : 2087-0795 moyang kita yang memiliki nilai adi- -luhung dan penuh makna simbolik luhung. yang perlu dilestarikan di satu sisi, Di Indonesia keris yang baik dan dikembangkan di sisi lain. oleh umumnya selain berpamor juga di- karena keberadaan keris yang sa- hias lagi dengan emas murni, intan rat makna simbolik tersebut, baik berlian dan batu mulia lainnya. Hia- sebagai tanda, ikon dan lambang, san ini dibuat sebagai penghargaan akan sangat menarik untuk dijadi- si pemiliknya terhadap kerisnya. kan bahan kajian ilmiah dengan Atau dapat pula sebagai anugerah pendekatan semiotika, dengan ju- dari raja atas jasa pemilik keris itu. dul: Tinjauan Semiotika terhadap Hiasan yang Eksistensi Keris dalam Budaya Ja- memiliki nilai paling tinggi adalah wa, karena bidang ini merupakan bila keris itu diberi kinatah. Ditinjau suatu ilmu yang mempelajari ten- dari bentuk dan kelengkapan ba- tang tanda. pada bilah keris gian-bagiannya, keris terbagi menja -di sekitar 250 dhapur keris. Ben- Metode Penelitian tuk bilahnya ada dua macam yaitu Penelitian tentang tinjauan se yang lurus dan luk (bergelombang). -miotik terhadap eksistensi keris Apabila ditinjau dari cara pembuat- dalam budaya Jawa, adalah untuk annya keris dapat dibagi tiga go- menjelaskan mengenai keberadaan longan yaitu keris ageman, yang keris budaya sebagai tanda dalam mementingkan keindahan bentuk budaya Jawa. Oleh karena peneli- lahiriah (eksoteris) dari keris itu, go- tian yang dilakukan akan lebih me- longan kedua adalah keris tayuhan, nekankan pada data empiris yang yang lebih mementingkan tuah dan diperoleh dari lapangan, di samping kekuatan gaib (esoteri), keris itu, data putaka. Penelitian ini berusaha dan golongan yang ketiga adalah memahami peran sebuah keris da- pusaka, yang tetap mementingkan lam budaya masyarakat pada za- keduanya (MT Arifin, 2006: 232- man sekarang. Sehingga penelitian 237). ini memerlukan data-data lapangan Dari sedikit uraian tersebut di maupun data pustaka yang dapat atas dapat disarikan bahwa keris dipertanggung-jawabkan secara il- sebagai produk budaya bangsa In- miah, untuk itu diperlukan langkah- donesia yang memiliki nilai seni adi langkah metodologinya. Vol. 8, No. 2, Desember 2016 69 ISSN : 2087-0795 Data yang bersumber dari lo- untuk merekam berbagai peristiwa kasi penelitian menyangkut serang- budaya perkerisan adalah teknik fo- kaian aktivitas perkerisan dan se- tografi agar dapat lebih menjelas- gala aspeknya menjadi sumber da- kan permasalahannya. ta utama penelitian ini. Upaya untuk Validatasi data yang diper- mendapatkan data tersebut peneliti oleh akan diuji dengan teknik triang melakukan pengamatan langsung -gulasi. Trianggulasi data meng- (HB Sutopo, 1986: 56). Karena de- arahkan penelitian untuk meng- ngan melibatkan diri dalam aktivitas gunakan beberapa data sejenis se- budaya perkerisan, akan memper- bagai pembanding dengan demi- oleh gambaran mengenai peran ke- kian data yang satu bisa lebih teruji ris sebagai tanda dalam budaya Ja- jika dibanding dengan data sejenis wa. yang diperoleh dari sumber lain, Wawancara dilakukan pada in sedangkan teknik trianggulasi me- -forman yang dipandang memiliki tode dilakukan dengan cara mem- kompetensi dan memahami perma- bandingkan data sejenis dengan salahan studi, seperti para empu pengumpulan data yang berbeda. kamardikan, para pakar keris, dan para pecinta keris, Analisa data ini dilakukan se- Wawancara cara simultan, berjalan seiring de- yang dilakukan lebih bersifat ter- ngan pengumpulan data-data la- buka ini akan memberi peluang pangan, dan menyajikannya dalam keleluasaan terhadap penggalian in bentuk laporan penelitian. Analisa -formasi dengan fokus-fokus terten- tafsir dalam penelitian ini dirang- tu sehingga akan diperoleh infor- kum melalui tiga fakta yaitu peng- masi mendalam terkait dengan unit amatan di lapangan, studi pustaka, analisisnya. dan hasil wawancara. Sementara metode dokumen- Model analisa data ini akan tasi yang melaluinya diperoleh do- dipergunakan untuk menguraikan kumen-dokumen penting baik ter- masalah yang terkait dari berma- tulis maupun data visual diupaya- cam-macam fakta yang sudah ter- kan menjadi bahan analisis dan kumpul kemudian diuraikan dan media penjelas dalam mengurai dari unsur-unsur masalah yang fenomena yang hendak ditelaah. sangat erat hubungannya dengan Media perekaman yang digunakan pokok bahasan yang dijelaskan, 70 Vol. 8, No. 2, Desember 2016 ISSN : 2087-0795 dikaitkan sehingga merupakan sua- ujung pesi sebagai jelujur logam tu uraian yang lebih menjelaskan berbentuk kecil namun bulat dan pokok persoalan. Model analisa panjang atau gilig terus dilengkapi data tersebut adalah analisa data dengan pegangan untuk tangan interaktif. yang bernama hulu keris yang disebut ukiran. Bentuk umum dari PEMBAHASAN keadaan fisik keris yang lebar dan Eksistensi Keris Hingga Saat kini memanjang itu oleh masyarakat di- Secara fisik keris merupakan sebut wilahan atau bilah keris. suatu bentuk yang memanjang dari Bentuk dari suatu bilah keris ujung ke ujung, yakni dari ujung ke yang meruncing pada bagian ujung ujung pada sisi lebar dari bilah. -nya, mempunyai kecenderungan Pada sisi bilah yang melebar ke- untuk meniru sesuatu yang dapat adaan keris biasanya melintang da- menjadi simbol dari ketajaman sua ri sisi bagian depan kearah sisi ba- -tu senjata tikam. Dilihat dari model gian belakang yang ditandai oleh bentuk ricikan yang ada pada ba- posisi ganja dan bagian pangkal gian gandhik (seperti; kembang ka- keris yang disebut sor-soran. cang, jalen, lambe gajah, ataupun Bagian depannya yang ter- relief dari kepala ular naga, dll) lihat lebih tebal atau agak bulat dan memperlihatkan bahwa sebenarnya kokoh, dapat diperiksa melalui ke- bayangan terhadap ketajaman dari beradaan dari sirah cecak dan gan- ujung keris dapat diindentifikasikan dhik, sedang bagian belakang yang dengan bentuk suatu binatang ter- terlihat lebih tipis dan melebar da- tentu yang distilirisasi (diperhalus pat diperiksa melalui keberadaan sebagai suatu bentuk yang simbolik buntut dan wadidang. atau artistik) (MT Arifin, 2006: 47 ). Pada bagian badan keris Gandhik sendiri yang keada- yang disebut awak-awakan, kele- an polos merupakan bentuk dari barannya itu akan dapat diperiksa wajah keris yang secara sengaja dari sisi bilah yang tajam (pada oleh empu pembuatnya tanpa di- bagian muka) dan sisi bilah yang bubuhi lukisan pada mukanya. Di- tajam (pada bagian belakang). Pa- perkirakan merupakan suatu peng- da bagian sisi bilah yang meman- halusan terhadap keberadaan dari jang keadaan keris meruncing dari bentuk suatu binatang yang diguna- Vol. 8, No. 2, Desember 2016 71 ISSN : 2087-0795 kan untuk model mata bilah, se- -wa sejak dahulu hingga sekarang hingga dapat menjadi lebih ima- masih memiliki peran yang penting, jinatif, dapat menjadi media untuk walaupun mungkin secara subtansi suatu karya yang lebih bersifat ar- sedikit sudah terjadi perubahan alih tistik, serta dapat mengurangi ke- fungsi. Di mana awalnya pada ja- san keganasan moral yang dapat man dahulu keris cenderung ber- muncul dari bagian bentuk fisiknya. fungsi sebagai senjata tajam yang Berdasarkan uraian di atas dipergunakan untuk peyandel da- maka seperti telah dijelaskan di de- lam peperangan, tetapi sekarang pan bahwa definisi keris adalah dapat kita lihat dalam kehidupan merupakan senjata tusuk yang me- sehari-hari terutama dalam aktivitas miliki ciri khusus antara lain: ada budaya khususnya dalam upacara- condong leleh, ada ganja, dan ada upacara tradisional Jawa, di mana pesi, serta memiliki ukuran tertentu, fungsi keris telah terjadi perubahan yakni panjang maksimal 42 cm, yaitu sebagai pelengkap pakaian ukuran normal 35-37 cm dan ukur- adat Jawa cenderung sebagai per- an minimal 30 cm, yang terbuat dari hiasan dan pusaka warisan nenek berbagai lapisan logam yang ber- moyang kita yang memiliki adi- lainan minimal dua unsure logam, luhung yang dilihat dari segi atau yang disatukan dengan penempaan perspektif antara lain; keindahan pada sistem pemanasan dengan garapnya, sejarah para empu yang teknik pijar (Joko Suryono, 2009: membuatnya, sejarah yang memili- 12). Keris adalah benda seni yang kinya, turun-temurun, dan kesem- meliputi seni tempa, seni ukir, dan purnaan dalam keseluruhannya (Su pahat, seni bentuk serta seni per- wito Santoso, 1990: 60). Sehingga lambang. Bahan baku pembuatan belakangan ini keris telah diakui keris adalah besi, baja, dan bahan sebagai World Hertige of Humanity pamor, bahan pamor ini ada be- dari badan dunia yaitu UNESCO, berapa jenis yakni batu meteorit, ini merupakan bukti dari eksistensi pamor luwu, pamor sanak dan lo- keris yang hingga kini masih layak gam nickel. dan patut dilestarikan dan dikem- Eksistensi budaya keris selain bangkan sebagai karya agung wa- dilakukan proses kreativitas, ternya risan budaya nenek moyang bang- -ta dalam kehidupan masyarakat Ja sa Indonesia. 72 Vol. 8, No. 2, Desember 2016 ISSN : 2087-0795 Keris sebagai produk budaya Keris sebagai produk budaya dimanfaatkan sebagai identitas ko munitasnya. Suatu simbol mene- merupakan hasil dari sistem ga- rangkan fungsi ganda yaitu transe- gasan, tindakan, dan hasil karya nden-vertikal (berhubungan dengan manusia dalam rangka kehidupan acuan, ukuran, pola masyarakat da masyarakat. Hasil kebudayaan ber- lam berprilaku), dan imanen hori- kaitan dengan sistem simbol, yaitu sontal (Sebagai wahana komuni- merupakan acuan dan pedoman kasi berdasarkan konteknya dan pe bagi kehidupan masyarakat dan rekat hubungan solidaritas masya- sebagai sistem simbol, pemberian rakat pendukungnya) (IBG Yudha makna, model yang ditransmisikan Triguna , 1997 : 131). melalui kode-kode simbolik. Keris Ajaran filsafat Jawa secara sebagai hasil budaya merupakan tersirat menjelaskan hubungan mi- karya manusia yang akrab dengan kro-makro-metakosmos, sesuai sis- masyarakatnya. Bahkan keris mam tem berpikir budaya mistis Indo- -pu memberikan nilai dan citra sim- nesia. Pandangan tentang makro- bolik yang diyakini oleh masyarakat kosmos sebagai satu bentuk kebudayaan sebagai bagian dari semesta ini, yang adiluhung (klasik). manusia harus menyadari tempat mendudukkan manusia Kini menjadi warisan budaya kedudukannya dalam jagad raya yang perlu dilestarikan karena di- ini. Pandangan tentang mikro-meta- anggap mempunyai nilai dan sim- makrokosmos, konsep tersebut di- bol dalam kehidupan masyarakat sebut ajaran Tribuana/Triloka, yakni Jawa. Secara estimologis kata sim- : (1). Alam niskala (alam yang tak bol berasal dari bahasa Yunani ya- tampak dan tak terindera), (2) alam itu sumballo (sumballien) yang ber- sakala niskala (alam yang wadag arti berwawancara, merenungkan, dan tak wadag, yang terindera te- memperbandingkan, menyatukan. tapi juga tak terindera). Dan juga Simbol merupakan pernyataan dua alam sakala (alam wadag dunia hal yang disatukan dan berdasar- lain). Manusia dapat bergerak ke kan dimensinya. Nilai berkaitan de- tiga alam metakosmos itu lewat sa- ngan sesuatu yang dianggap ber- kala niskala yakni lewat kekuasaan harga, sedangkan simbol selain perantara yakni shaman atau pa- memiliki fungsi tertentu juga dapat wang dan lewat kesenian (Dharso Vol. 8, No. 2, Desember 2016 73 ISSN : 2087-0795 no, 2007: 133). Meskipun penger- bahwa tradisi dalam suatu ma- tian kebudayaan sangat bervariasi, syarakat bisa berubah tetapi nilai- ada merumuskan nilai budaya yang dianggap adi- kembali konsep kebudayaan bahwa luhung tetap dilestarikan (Tjetjep yang dimaksud dengan kebudaya- Rohendi, 2000 : 2 ). suatu upaya an adalah keseluruhan pola-pola Keris merupakan bagian dari tingkah laku dan pola-pola ber- sistem dalam kebudayaan, Koentja- tingkah laku, baik eksplisit maupun raningrat menyatakan: bahwa kebu implisit, yang diperoleh dan diturun- -dayaan merupakan keseluruhan kan melalui simbol, yang akhirnya sistem gagasan, tindakan dan hasil mampu membentuk sesuatu yang karya manusia dalam kehidupan khas dan karakteristik dari kelom- masyarakat. Wujud dan Isi kebu- pok manusia, termasuk perwujud- dayaan, menurut ahli antropologi annya dalam benda-benda materi sedikitnya ada tiga wujud, yaitu (1) (Nooryan Bahari, 2004 : 21). Ideas, (2) activities dan (3) artifacts. Karakteristik tersebut oleh Si- Ketiga wujud kebudayaan tersebut muh dinyatakan sebagai ciri-ciri oleh Koentjaraningrat dinyatakan yang menonjol dalam kebudayaan sebagai sistem-sistem yang erat Jawa adalah penuh dengan simbol- kaitannya satu sama lainnya, dan simbol atau lambang-lambang. Se- dalam hal ini sistem yang paling gala ide diungkapkan dalam bentuk abstrak (ideas) seakan-akan ber- simbol yang lebih kongkret, dengan ada di atas untuk mengatur akti- demikian segalanya dapat menjadi vitas sistem sosial yang lebih kong- teka-teki, karena simbol dapat di- krit, sedangkan aktivitas dalam sis- tafsirkan secara ganda (Simuh, 19 tem sosial menghasilkan kebudaya- 88: 131). Makna unsur hias me- an materialnya (artifact) (Koentja- miliki sifat generalistik, mengingat raningrat, 1988 : 1993-1995). Seba- nilai-nilai budaya seperti wayang liknya sistem yang berada di bawah memiliki akar yang sama antara dan yang bersifat kongkrit memberi gagrag satu dengan lainnya (dari energi kepada yang di atas (Ayat masa ke masa), yakni nilai-nilai Rohaidi, dalam Dharsono, op. cit, budaya Jawa yang adiluhung yang 113 ). dilestarikan dalam tradisi wayang. Pendapat tersebut memberi- Hal ini sesuai dengan pendapat kan gambaran bahwa kebudayaan 74 Vol. 8, No. 2, Desember 2016 ISSN : 2087-0795 Jawa merupakan interaksi timbal- yakni: ikon, indeks dan lambang balik di antara sistem-sistem dalam (simbol). Tanda ikonis adalah tan- wujud kebudayaan tersebut, yaitu da yang ada sedemikian rupa se- hubungan antara idea, aktivitas dan bagai kemungkinan, tanpa tergan- artifact, dari karya yang dihasilkan tung pada adanya sebuah deno- oleh masyarakat Jawa (termasuk tatum, tetapi dapat dikaitkan de- keris) (Dharsono, 2007 hal : 114 ). ngannya atas dasar suatu persa- Sedikit uraian di atas cukup maan yang secara potensial di- jelas memberikan gambaran yang milikinya. Sebuah indeks adalah jelas bahwa karya seni budaya tandanya dari adanya sebuah de- yakni keris akan menjadi lebih notatum. Dan simbol adalah tanda menarik karena keris dengan se- yang berhubungan antara tanda gala sarat dan denotatumnya ditentukan oleh dengan makna simbolik. Dalam suatu aturan yang berlaku umum. konteks semiotik secara jelas di- Tanda ikonis katakan bahwa cabang ilmu ter- menggambarkan yang bersandar sebut merupakan suatu ilmu yang pada suatu persamaan dengan selalu membahas tentang berbagai sesuatu yang telah dikenal. Tanda tanda. Tanda adalah sesuatu yang indeksikal adalah tanda yang me- berdiri pada sesuatu yang lain atau nunjuk (merujuk) yang menambahkan dimensi yang ber- pada keadaan terbatas (berdam- beda pada sesuatu, dengan me- pingan, bersebelahan) secara ek- makai segala apapun yang dapat sistensial. Tanda simbolis dipakai untuk mengartikan sesuatu tanda melalui perjanjian (Art van hal lainnya. Menurut C.S. Pierce Zoest, op.cit, hal. 23-27 ). tampilannya sangat adalah tanda yang bersandar adalah tanda sebagai suatu pegangan se- Seperti yang telah disinggung seorang akibat keterkaitan dengan di depan bahwa tanda yang meng- tanggapan atau kapasitasnya (Ar- gambarkan dan memikat, tanda thur Asa Berger, 2000 : 1 ). Tanda penunjuk dan menyentuh, serta tan merupakan sesuatu yang dapat di- -da karena perjanjian dan meyakin- gunakan untuk memaknai sesuatu kan merupakan peralatan semiotik yang lain. Pierce membedakan tiga yang fundamental, dengan kata lain macam tanda menurut sifat peng- bahwa sebuah himpunan tanda hubungan tanda dan denotatum mengandung banyak atau sedikit Vol. 8, No. 2, Desember 2016 75 ISSN : 2087-0795 ikon, indeks dan simbol tergantung yang khusus dengan yang umum. dari maksud yang mendasari peng- Sesungguhnya simbol mempunyai gunaan tanda itu. Oleh karena da- perana yang sangat penting dalam lam tulisan ini yang menjadi obyek urusan manusia, dapat menjadi pembahasan keris, di mana secara sarana untuk menegakkan tatanan keseluruhan dalam tampilannya sa- social atau untuk menggugah kepa rat dengan makna simbolik, maka tuhan-kepatuhan sosial (ibid, hal, dalam tulisan ilmiah ini kami lebih 103). menekankan kepada kehadiran ke- Dalam tradisi tindakan orang ris sebagai hasil karya budaya Jawa selalu berpegang kepada dua bangsa Indonesia yang merupakan hal yakni kepada pandangan hidup- sebuah tanda simbolis. nya atau filafat hidupnya yang religious dan mistis, dan pada sikap Eksistensi Keris Sebagai Lambang (Simbol) Seperti yang telah sedikit di- hidupnya yang etis dan menjunjung tunggi moral atau derajat hidupnya. Pandangan hidupnya yang selalu bahas didepan bahwa lambang menghubungkan segala sesuatu (simbol) merupakan alat yang kuat dengan Tuhan untuk memperluas penglihatan kita niah atau mistis dan magis dengan merangsang daya imajinasi kita menghormati arwah nenek moyang dan memperdalam pemahaman ki- atau leluhurnya serta kekautan- ta. Bagi Whitehead simbol menga- kekuatan yang tidak Nampak oleh cu kepada makna (F.W. Dillistone , indera manusia maka dipakailah 2002: 20). Simbol memiliki makna- symbol-simbol kesatuan, kekuatan nya sendiri atau nilainya sendiri dan dan keluhuran, salah satu benda bersam dengan ini daya kekuatan- atau alat yang menjadi perantara nya sendiri untuk menggerakkan tersebut adalah keris, yang biasa- kita. Hakekat simbolisme menurut nya dipakai sebagai simbol yang Firt terletak dalam pengakuan bah- terkait dengan kekuatan (Budiono wa hal yang satu mengacu kepada Herusatoto, 3008 : 139). yang serba roha- (mewakili) hal yang lain dan hu- Dalam kehidupan masyarakat bungan antara keduannya pada ha- terutama Jawa keris sangat meme- kikatnya adalah hubungan hal yang gang peran yang penting, sebuah kongkret dengan yang abstrak, hal pepatah kita berkata: “ba’bujang jo- 76 Vol. 8, No. 2, Desember 2016 ISSN : 2087-0795 long berkeris”, adakalanya seorang kaji dengan pendekatan analisis mempelai putri dipertemukan deng- simbolis dapat dibagi menjadi em- an sebilah keris, karena si mem- pat kekuatan simboliknya antara pelai lelaki berhalangan melang- lain sebagai berikut: sungkan upacara, disebabkan tugas (perang, misalnya). Menurut Kekuatan Simbolik Keris Ditinjau Dari Aspek Bahan pandangan hidup eyang-eyang kita, Turonggo wismo wanita kukilo belum sempurna, jika tidak dilengkapi dengan Curigo, keris. Di Keraton ada hari-hari tertentu yang digunakan untuk membersihkan keris Semua itu menunjukkan betapa pentingnya kedudukan keris dalam kebudayaan kita, sehingga bukan suatu keanehan jika orang sampai memberi honorific Kang jeng Kyai dengan segala prece- ance protocolnya. Diletakkan keris terhor- mat, dipakai jika ada upacara-upacara tertentu saja. Keris sebagai hasil bangsa karya seni anak besinya sebagai bahan dasarnya keris memiliki berbagai jenis dan pesan makna simbolisnya yakni: 1. Besi Karang simbolisnya (Soewito Santoso, op,cit, 59). itu pada tempatnya yang Apabila dilihat dari bahan dasar merupakan karya manusia yang akrab dengan masyarakatnya. Bahkan keris mampu memberikan nilai dan citra simbolik yang diyakini oleh masyarakat sebagai satu bentuk kebudayaan yang adiluhung (klasik) (Dharsono, 2009 : 6) Apabila diperhatikan secara keseluruhan kehadiran keris dalam kehidupan masyarakat Jawa, dapat kijang adalah makna memiliki energi dingin dan sabar. 2. Besi pulosani manfaatnya ada lah untuk kewibawaan dapat kaya dan kariernya baik. 3. Besi Mangangkang (wadon/ betina) manfaatnya kalau dibawa pergi mudah dapat rejeki. 4. Besi Walulin manfaatnya yang punya selalu sehat kuat dalam bidang pertanian subur tana mannya dihormati orang banyak dan dapat berbuat tegas dalam menyelesaikan perkara. 5. Besi Winduaji manfaatnya un tuk keselamatan. Jelas bahwa pembagian jenis-jenis besi tersebut tidak ada kaitannya dengan ilmu metalurgi. Bahkan bisa jadi yang diistilahkan besi oleh nenek moyang kita dulu tidak harus besi yang kita kenal sekarang. Mungkin beberapa jenis Vol. 8, No. 2, Desember 2016 77 ISSN : 2087-0795 logam yang lain juga disebut besi lambangkan kestabilan dalam yang berasal dari jenis tertentu (R berbagai bidang bagi pemilik- Prasena, op,cit, hal 9). nya. 5. Nagasasra melambangkan ke- Kekuatan Simbolik Keris Ditinjau Dari Aspek Bentuk (Dapur) 6. agar pemiliknya dapat mencon- Berbagai unsur yang melekat toh para pendawa lima tentang wibawaan yang tinggi. dan bahan-bahan yang digunakan perilakunya. untuk pembuatan keris, dicandra Demikian dan ditafsirkan melalui kandungan pesannya yang bernuansa moral dan etik yang kuat, terutama di dalam kaitan dengan kesinambung- berbagai contoh ulasan tentang dapur keris dan berbagai pesan simboliknya, dan tentu ini berdasarkan tafsir yang bersifat eksoteri yang didasarkan atas makna simboliknya. an wilayah kehidupan mikrokosmos (jagad keci) dan makrokosmos (jagad besar). Di bawah ini beberapa contoh dapur dengan berbagai nilai simboliknya : Salah satu aspek penting 1. Dapur brojol pesan yang di sampaikan agar manusia dapat dilahirkan kembali secara spiritual, disucikan atau kembali fitrah atau Born Again. Pijetan menunjukkan kelapangan hati, gandik polos menunjukkan ketabahan dalam menjalani hi- dalam eksoteri keris selain dapur, tangguh, perabot adalah Pamor keris. Sebagian orang menganggap pamor paling penting dari semua aspek keris yang ada. Pamor merupakan hiasan atau motif atau ornament yang terdapat pada bilah keris. Hiasan ini dibentuk bukan dup. tikar karena diukir atau diserasah (inlay) yang diartikan untuk menunjuk- atau dilapis tetapi karena teknik kan ketentraman keluarga atau tempaan yang menyatukan bebera rumah tangga. -pa unsur logam yang berlainan. 2. Tilam 3. Sabuk Upih Inten bermakna melambangkan kemakmuran dan kemewahan. 4. Sengkelat besinya terbuat dari cis milik Rosululloh SAW, me- 78 Kekuatan Simbolik Keris ditinjau dari Aspek Pamor Kata pamor mengandung dua pengertian yakni menunjukkan gam -baran tertentu berupa garis, lengkungan, noda, titik atau belang- Vol. 8, No. 2, Desember 2016 ISSN : 2087-0795 belang yang tampak pada permu- mor lainnya, dianggap memiliki kaan bilah keris. Dan sebagai jenis angsar untuk pegawai negeri, bahan pembuat pamor itu, motif cepat naik pangkat, pamor ini dan pola gambaran pamor ter- dari Madura.. bentuk pada permukaan bilah keris - Pamor wengkon, Gambar garis karena adanya perbedaan warna bingkai sepanjang tepi bilah dan nuansa dari bahan logam yang keris, dianggap memiliki ang- digunakan baku sar membantu pemiliknya lebih pembuatan keris. sebagai contoh hemat, tahan godaan, pamor pamor beserta maknanya adalah tidak memilih dan pamor rekan. sbagai bahan sebagai berikut: - Pamor udan emas, berupa bu- Demikianlah berdasarkan dari berbagai sumber tertulis dan lisan latan kecil yang terdiri dari yang dapat penulis uraikan sebagai lingkaran bersusun, dan ter- contoh dari berbagai ragam pamor sebar pada permukaan bilah, yang telah terekam, mengenai ra- dianggap memiliki angsar pe- gam pamor dan makna simboliknya miliknya didekati rejeki dan ka- dalam kehidupan budaya masya- ya, merupakan pamor rekan rakat Jawa ( MT Arifin, op, cit, 200- dan tergolong pamor mlumah. 209 ). Perlu di ketahui bahwa penjelasan mengenai ragam pamor di - Pamor ronduru, bentuk menyerupai daun mirip blarak atas hanya sebagian belum semua kendhuru yakni disajikan hanya sebagai contoh sineret tetapi untuk mewakili keberadaan ragam gambar batangnya berkelom- pamor dan makna simbolik-nya. pok secara teratur, sebagian masyarakat percaya memiliki angsar membuat terpandang, pemiliknya berwibawa Kekuatan Simbolik Keris Ditinjau Dari Aspek Bahan Warangka dan Selain bahan besi, dapur, pa- pandai memimpin orang, tergolong pamor memilih dan mor juga dibahas mengenai wa- rangka dan ukiran handle keris, dari pamor rekan. berbagai bahan kayu untuk pem- Pamor junjung drajat, merupa- buatan warangka dan ukiran handle kan perpaduan dua pamor, adalah tidak serta merta asal bahan sor-soran pamor ujung gunung kayu, tetapi juga memilih kayu yang 1 puncak, di atasnya ada pa- dianggap oleh kalangan mranggi Vol. 8, No. 2, Desember 2016 79 ISSN : 2087-0795 cukup baik dan berkualitas. Berba- sebut yang saya rumuskan seba- gai kayu tersebut antara lain: gai berikut: - Kayu Timoho diyakini memiliki Pertama, keris sebagai pro- kekuatan dan tuah yang bagus, duk seni oleh masyarakat (Jawa), antara lain; berkhasiat memba- merupakan karya seni yang adi- wa kebahagiaan, keudahan, kekayaan dan melindungi diri dari bahaya, menjadi tegar dan disegani. - Asam Jawa bertuah untuk keselamatan menolak Jin jahat - luhung, dimana di dalam tersirat dan tersurat selain memiliki nilai unsur nilai-nilai falsafah yang tinggi dalam kehidupan masyarakat Jawa. dan anti tenung. Jika dipukul- Kedua, walaupun telah terja- kan pada seseorang yang me- di perubahan fungsi dalam kehi- mpunyai daya linuwih biasanya dupan masyarakat, eksistensi keris akan punah kesaktiannya. sebagai produk budaya yang me- Dewadaru bertuah untuk me- miliki nilai adiluhung masih tetap nolak hewan buas dan ular, eksis hingga kini, ini menunjukkan menyembuhkan kualitas baik secara eksoteri mau- gigitan ular berbisa dan menjaga keselamatan. Dan lain sebagainya. pun isoteri. Ketiga , keris sebagai produk budaya ternyata memiliki nilai-nilai Demikianlah berbagai uraian mengenai kekuatan makna simbolik yang ada pada keris, dimana dalam kesempatan ini kami mencoba mengangkat keris yang merupakan simbolik yang tinggi, dengan berbagai unsur yang dikandungnya, ternyata mampu memberi pengaruh terhadap kehidupan masyarakat karya budaya bangsa Indonesia khususnya Jawa yang dianggap se- yang memiliki nilai seni tinggi, se- bagai lambang yang memiliki daya bagai bahan kajian dengan pende- kekuatan terhadap pemiliknya. Keempat, katan semiotika. berdasarkan ke- kuatan makna simboliknya keris PENUTUP dapat dianalisis dengan berbagai Dengan berbagai uraian di sudut pandang antara lain melalui atas, sampai pada penutup yang bahan logam, bentuk dapur, pamor berisi kesimpulan dari bahasan ter- dan bahan kayu pada warangkanya 80 Vol. 8, No. 2, Desember 2016 ISSN : 2087-0795 yang kesemuanya itu memiliki makna simbolis masing-masing. Demikianlah pandangan penulis yang dapat kami sajikan, dari uraian di atas semoga bermanfaat sebagai bahan informasi untuk dija- (Yogyakarta, Kanisius, 2002 Harsrinuksmo, Bambang, Ensiklo pedi Budaya Indonesia, tentang Keris dan Senjata Tradisional Lainnya, Jakar ta: Gramedia Pustaka Uta ma, 2004 dikan bahan kajian lebih lanjut, terutama mengenai khasanah senibudaya tradisional, khususnya di bidang karya seni adiluhung, warisan nenek moyang kita yakni KE RIS. *Penulis adalah dosen Prodi Keris dan Senjata Tradisonal ISI Surakarta Aart, V, Zoest, Semiotika , Tentang Tanda, Cara Kerjanya Dan Apa Yang Kita Lakukan Dengannya, terjh, Ani Soe kawati, Jakarta: Yayasan Sumber A gung, 1993 Arifin, MT, Keris Jawa, Bilah,Latar Belakang hingga Pasar, Jakarta: Haejied Pusta ka, 2006 Arthur A, Berger, Tanda-Tanda Da lam Kebudayaan Kontem porer, Suatu Pengantar Semiotika, Yogya karta, Tiara Wacana, 2000 F.W. Dillistone, daya kekuatan symbol, the power of symbols, terjmh, A. Widyamartaya, Haryoguritno, Haryono, KERIS JAWA antara Mistik dan Nalar, Jakarta: P T Indonesia Kebanggaanku, 2005 Ida Bagus Gede Yudha Triguna , “ Mobilitas Kelas, Konflik, dan Penafsiran kembali Simbolisme Masyarakat Bali”, Desertasi Doktor, Bandung: PPs,1997. DAFTAR PUSTAKA Dharsono, Estetika, Bandung: Rekayasa Sains, 2007 Herusatoto, Budiono, Simbolisme Jawa, Yogyakarta: Ombak, 2008 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, Aksara Baru, 1988. Nooryan Bahari, “Daya Tahan Karakteristik Estetis Dan Simbolisme Jawa Pada Kriya Perak Di Sentra Industri Kotagede Dalam Konteks Perubahan Lingkungan Social Budaya” Bandung, Desertasi, ITB, 2004. Panuti Sudjiman dan Art van Zoest, Serba-Serbi Semiotika, Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 1992. Raden Prasena, Kekuatan Simbolik Keris, Malang, paguyuban Pecinta dan Pelestari Tosan Aji Nusantara, AJI SAKA, 2009. Vol. 8, No. 2, Desember 2016 81 ISSN : 2087-0795 Santoso, Soewito, Urip-Urip, memperingati 25 tahun KRT HardjoNagoro sebagai Ketua Presidium Museum Radya Pustaka,Surakarta: Museum Radya Pustaka, 1990. Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ronggowarsita, suatu Studi terhadap Wirit Hidayat Jati, Jakarta, Universitas, Indonesia Press, 1988 Tjetjep Rohendi, Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan, Bandung, STSI Pres, 2000 82 Vol. 8, No. 2, Desember 2016