Puasa, Mujahadah dan Pahala

advertisement
Puasa, Mujahadah dan Pahala
Written by
Jumat, 13 Agustus 2010
Ramadhan selalu saja memberikan suasana yang berbeda apabila dibandingkan dengan
bulan-bulan lainnya. Waktu dan saat-saatnya memang unik dan demikian spesial di dalam
dada-dada kaum muslimin yang menunaikannya, berupa shaum dan ibadah-ibadah lainnya.
Di awal-awal Ramadhan ini, Allah kembali memberikan kesempatan emas bagi hidup kita
sesuai dengan usia yang telah kita lewati sepanjang sejarah kita. Peluang itu memang mahal
dan begitu utama di mata Allah swt. Banyak sekali keutamaan yang tiada batas dari Allah swt.
Sehingga wajar jika Allah mengkhususkan pahala shaum ini dengan ungkapan bahasa "Wa
anaa ajzii bihi
" (dan Aku yang akan membalas puasa itu). Berapa kadarnya? Wallahu a'lam. Karena memang
ibadah ini mencakup semua keadaan pada diri seorang mukmin. Diamnya dinilai zikir dan
bicaranya dinilai ibadah. Bagi mereka yang benar-benar ingin mendapatkan nilai pahala yang
besar, hendaknya benar-benar memanfaatkan momentum yang hanya sebentar ini. Tapi, kaya
akan pahala di sisi Allah swt.
Puasa, memang bukan hal yang asing bagi kita selaku umat muslim. Namun yang perlu
diperhatikan adalah cara menggapai semua janji-janji agung dari Allah swt yang terdapat di
dalamnya. Jangan sampai kita kehilangan kesempatan ini, hanya karena disibukkan dan
dilalaikan dengan pekerjaan dunia kita sehari-hari. Merugilah orang yang sibuk dengan dunia
yang mengakibatkan terlalaikannya ibadah-ibadah di bulan Ramadhan itu.
Kita tahu bahwa kategori umat Islam dalam melaksanakan ibadah puasa ini terbagi menjadi
beberapa kelompok:
Kelompok puasa awam. Yakni puasanya orang-orang awam secara keseluruhan, di mana
bagi mereka
shaum Ramadhan itu hanya sekedar menahan lapar
dan dahaga saja. Tidak lebih dari itu. Sehingga bisa kita saksikan tidak banyak ibadah-ibadah
lainnya yang ia kerjakan selain yang fardhu-fardhu saja.
Kelompok puasa khusus. Yakni, puasanya orang-orang yang beriman yang selain
mengendalikan aktifitas makan, minum dan berhubungan suami-istri, juga mengendalikan
anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa. Selain itu mereka juga menambah ibadah-ibadah
itu mereka dengan tilawah al-Qur'an sebanyak mungkin. Bahkan khatam berkali-kali untuk
mengikuti sunnah Rasulullah saw. Selain itu, mereka mengamalkan sunnah-sunnah Ramadhan
seperti
ifthor shoim (memberi buka orang berpuasa saat menjelang
maghrib tiba),
shodaqoh jariyah, infak, zakat
dan lain-lain.
Kelompok puasa khusus bil khusus. Kelompok ini berada di atas dua tingkatan
sebelumnya. Inilah puasanya orang-orang shaleh terdahulu, para nabi dan rasul. Puasanya
mereka sama sekali tidak memikirkan makanan dan minuman. Malah hatinya pun tidak terdetik
untuk memikirkan ifthor nanti pakai lauk apa dan lain sebagainya. Dengan ketakwaannya yang
tinggi, hati mereka juga ikut puasa dari hal-hal kecil yang bisa melalaikan mereka dari zikrullah
dan meraih fadhilah puasa.
1/2
Puasa, Mujahadah dan Pahala
Written by
Jumat, 13 Agustus 2010
Saudaraku..Mari kita tunaikan 'hadiah' ibadah dari Allah ini dengan melakukan berbagai
ketaatan secara maksimal. Dengan kata lain, tidak ada puasa dan meraih pahala, kecuali
dengan melakukan mujahadah (bersungguh-sungguh) di tengah-tengah kesibukan kita mencari
nafkah dan bermasyarakat.
Mujahadah mengejar
fadhilah-fadhilah
yang Allah sediakan.
Seperti misalnya memburu lailatul qodr. Rasulullah saw: ‫"ﺗﺤروﺎ ﻟﻴﻠﺔ اﻠﻘدﺮ ﻓﻰ اﻠﻌﺸﺮ‬
"‫اﻠأواﺨﺮ‬
"Burulah malam kemuliaan di sepuluh terakhir Ramadhan."(HR. Muslim)
Redaksi hadits ini menggunakan bahasa 'carilah' atau 'burulah' malam lailatul qodri. Ia
mengisyaratkan kepada kita untuk sigap dan bermujahadah secara all out. Sebagaimana yang
dilakukan oleh istri-istri nabi ketika mereka i'tikaf di masjid dengan mengikat bagian tubuh
mereka agar tetap kuat berdiri dalam shalatnya.
Demikian pula dengan hadits: ‫ﻣﻦ ﻗاﻢ رﻤﻀاﻦ إﻴﻤاﻨﺎ واﺤﺘﺴاﺒﺎ ﻏﻔﺮ ﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻘدﻢ ﻣﻦ ذﻨﺒﻪ‬
"Ba
rangsiapa yang menegakkan shalat di malam Ramadhan dengan landasan iman dan
mengharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu
."(al-hadits)
Begitu pula dengan suri teladan dari Rasulullah saw yang setiap malam mengaji dan mengkaji
al-Qur'an bersama malaikat Jibril alaihissalam. Itu semua memberikan isyarat bahwa ibadah di
bulan Ramadhan ini harus dilakukan dengan penuh mujahadah, walaupun mungkin fisik kita
kurang memungkinkan. Kalau ganjaran yang Allah berikan tidaklah tanggung-tanggung, yakni
surga, maka sudah sepantasnya lah kita mengoptimalkan semua potensi yang kita miliki untuk
meraihnya.
Dengan mengerti bahwa pahala, ampunan dosa dan rahmat tidak bisa diperoleh melainkan
dengan kerja keras dan sungguh-sungguh dalam melakukannya, maka Insya Allah janji yang
telah Allah sediakan untuk kita, tidak akan lama lagi kita peroleh di penghujung Ramadhan
nanti. Dan Allah tidak akan mengingkari janji-Nya.
Wallahu a'lam bish-showab.
(Hidayatullah)
2/2
Download