ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MEMBELI PRODUK MIE INSTAN (STUDI PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN KOTA) Hazmanan Khair [email protected] & [email protected] Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Abstract The growing of instant noodle products on the market make the company of instant noodles was competing to attract customers by providing various advantages. Instant noodle company certainly to overcome of intense competition. Instant noodle company continues to improve its performance by improving the quality, price, service, promotion. The purpose of this study was to determine whether the factors of quality, price, service and promotion decisions affecting the community in selecting the instant noodle product. Analysis of data is descriptive analysis, in analyzing data from respondents' answers are used Cochran test. Based on the results of a calculation, the mark of obtained Cochran <, or 2.92 <129.56, then this means the quality, price, service and promotion jointly influence people's decision in selecting the product of instant noodles on the analysis of research variables, it is known that factor-factors that influence people's decision in choosing the instant noodle product is high enough, it can be seen from the majority of respondents answered "Yes" to each of the questions for all the factors that affect consumers, that respondents above 50%. Keywords: consumer behavior, purchase decision PENDAHULUAN Pengaruh dari perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperoleh perhatian para konsumen untuk lebih mempercayai produk yang dihasilkan oleh para pelaku bisnis tersebut. Berbagai cara serta pendekatan bisa dilakukan untuk mendapatkan simpati konsumen dalam arti luas masyarakat, baik melalui peningkatan mutu produk yang dihasilkan, sarana dan prasarana yang mendukung bahkan hingga sampai menggunakan fasilitas teknologi tinggi sehingga mampu meyeimbangkan dengan perkembangan sumber daya manusia. Begitu pula di industri produk makanan cepat saji khususnya produk mie instan, persaingan di industri tersebut sangatlah tinggi. Hal ini karena masing-masing perusahaan berusaha menciptakan rasa dan jenis produk 522 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 yang sangat digemari masyarakat. Masyarakat merupakan konsumen yang paling sering mengkonsumsi mie instant karena lebih praktis dalam penyajiannya dan bahannya mudah diperoleh di sekitar lingkungan rumah. Hal ini membuat masyarakat yang sibuk dengan aktivitasnya menjadi lebih mudah dalam memenuhi rasa laparnya. Masing-masing produk mie instant tentu memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan sehingga menyebabkan sengitnya persaingan antar produk-produk mie instan yang ada dalam mempertahankan pelanggan dan juga menggaet pelanggan baru. Sengitnya persaingan ini tampaknya sangat menguntungkan bagi masyarakat dalam memilih produk mie instant yang enak, murah, branded, dan sesuai dengan keinginannya, hal ini dapat dilihat dari segi harga yang ditawarkan, merek yang sudah terkenal dan tentu saja promosi yang dapat menarik minat masyarakat untuk mengkonsumsinya. Dalam pemasaran dikenal bahwa setelah konsumen melakukan keputusan pembelian, ada proses yang dinamakan tingkah laku pasca pembelian yang didasarkan pada rasa puas dan tidak puas terhadap hasil produk yang dibeli. Rasa puas dan tidak puas konsumen biasanya terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk/jasa. Bila produk/jasa tidak memenuhi harapan konsumen, konsumen akan merasa tidak puas, sehingga di masa yang akan datang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang, bahkan sebaliknya jika konsumen merasa puas dengan hasil produk yang dibeli kemungkinan besar mereka akan melakukan pembelian ulang dengan jumlah yang lebih banyak. Perilaku konsumen terhadap suatu produk dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terrence (2000, hal 67) mengatakan keyakinan konsumen terhadap produk yang bersangkutan, keyakinan terhadap referensi serta pengalaman masa lalu konsumen turut mempengaruhi terbentuknya perilaku konsumen. Bahkan berkaitan dengan keinginan konsumen untuk membeli produk yang dihasilkan tersebut, dikenal dalam istilah minat beli. Minat beli merupakan bagian terpenting dari proses menuju ke arah tindakan pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen, yang merupakan bagian dari kajian perilaku konsumen. Beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih produk-produk mie instant adalah promosi, pelayanan dan harga. Lebih lanjut dapat dijelaskan secara umum mengenai ketiga faktor tersebut: Promosi adalah suatu tindakan yang berfungsi sebagai perangsang untuk membeli produk tertentu sementara secara tipikal menawarkan nilai pada para calon konsumen. Pelayanan adalah bahwa 523 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 perusahaan berada dalam posisi yang unik untuk memberikannya, dengan cara memberikan perhatian terhadap konsumen dan selalu berhubungan dengan konsumennya. Harga adalah pertukaran uang bagi barang atau jasa, para konsumen tertarik untuk mendapatkan harga yang pantas yang sesungguhnya berarti nilai yang dipersepsikan pantas pada saat transaksi dilakukan. Menurut Madura (2001, hal.5): “Untuk menarik pelanggan, perusahaan harus memberikan barang atau jasa yang diperlukan dengan harga yang pantas. Perusahaan juga harus meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan cukup berkualitas sehingga pelanggan puas, karena jika perusahaan tidak dapat memberikan barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang pantas maka pelanggan akan beralih ke perusahaan pesaing ”. Akhirnya, pilihan tetap berada di tangan masyarakat selaku pengkonsumsi mie instant. Masyarakat tetap mempunyai kebebasan dalam memilih dan berhak untuk meninggalkan produk mie instant yang lama yang tidak mereka sukai. Keputusan Konsumen Sebagai Bagian Dari Prilaku Konsumen Dalam mengenal konsumen kita perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Suatu metode didefinisikan sebagai suatu wakil realitias yang di sederhanakan. Model perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu skema atau kerangka kerja yang disederhanakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas konsumen. Model perilaku konsumen dapat pula diartikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang di yakinkan konsumen dalam mengambil keputusan membeli. Nitisemito (2000, hal. 38) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu: kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan (small referebce grups), dan keluarga. Sedangkan kekuatan pisikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan. Sedangkan tujuan dan fungsi modal perilaku konsumen sangat bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai perilaku konsumen. Menganalisis perilaku konsumen akan lebih mendalam dan berhasil apabila kita dapat memahami aspek-aspek psikologis manusia secara keseluruhan. Kemampuan dalam menganalisis perilaku konsumen berarti keberhasilan dalam menyalami jiwa konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian berarti pula keberhasilan pengusaha, ahli 524 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 pemasaran, pimpinan toko dan pramuniaga dalam memasarkan suatu produk yang membawa kepuasan kepada konsumen dan diri pribadinya. Kincaid (2003, hal. 298) mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang. Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diterapkan dalam beberapa hal. Menurut Lars (2010) untuk memahami perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam tiga aplikasi yaitu, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif. Olson dkk. (2008, hal. 54) menjelaskan bahwa terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen. Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan fokus group diskusi untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya. Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan perilaku konsumen. Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan 525 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut. Akhirnya perilaku konsumen terbentuk karena beberap faktor yang mempengaruhinya. Menurut James F. Engel dalam Swastha (2002, hal. 19) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu : 1. Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas. 2. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya. 3. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian. Pengambilan Keputusan Konsumen Pengambilan keputusan konsumen merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menentukan produk atau jasa mana yang akan digunakan ataupun dikonsumsi. Pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tindakan atau perilaku. Keputusan selalu mensyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda. Menurut Amirullah Haris Budiyono (2004, hal.137): “Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan“. Tata Sutabri (2005, hal.59): megatakan “pembuatan keputusan sebagai penentuan serangkaian kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan dan merupakan tindakan manajemen dalam pemilihan alternatif untuk mencapai sasaran“. 526 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 Dalam melakukan pengambilan keputusan konsumen sebagai suatu pemecahan masalah, diasumsikan bahwa konsumen memiliki sasaran (konsekuensi yang diinginkan atau nilai dalam rantai arti akhir) yang ingin dicapai atau dipuaskan. Seorang konsumen menganggap sesuatu adalah “masalah“ karena konsekuensi yang diinginkannya belum dapat tercapai. Konsumen membuat keputusan prilaku mana yang ingin dilakukan untuk dapat mencapai sasaran mereka dan dengan demikian “memecahkan masalahnya“. Dalam pengertian ini, pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran. Menurut Kotler dan Armstrong (2001, hal.224) proses pengambilan keputusan pembelian terjadi dari 5 tahap, yaitu: 1. Pengenalan Kebutuhan, yaitu suatu proses pembelian yang bermula dari pengenalan kebutuhan dan permasalahan yang terjadi ketika konsumen menghadapi ketidakseimbangan antara keadaan sebenarnya dengan keinginan. 2. Pencarian Informasi yaitu konsumen tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi secara aktif. 3. Pengevaluasian Alternatif, yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai merek alternatif dalam serangkaian pilihan. 4. Keputusan Pembelian, yaitu proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk. 5. Prilaku Setelah Pembelian, yaitu tahap ketika membeli suatu produk, konsumen mengharapkan bahwa adanya dampak tertentu dari pembelian tersebut. Konsekuensi dasar kebutuhan atau nilai yang ingin dicapai atau dipuaskan konsumen disebut sebagai tujuan akhir. Sebagian keputusan konsumen diorientasikan pada tujuan akhir yang positif dan diinginkan, sementara yang lainnya difokuskan pada tujuan akhir yang negatif. Konsekuensi tersebut sebaiknya yang berusaha dihindari oleh konsumen. Menurut Lamb, Hair, Mc Daniel (2001, hal.196): “ Semua keputusan pembelian umumnya dibagi atas: 1. Perilaku Respon Yang Rutin yaitu jenis pengambilan keputusan yang diperlihatkan oleh konsumen yang sering mengadakan pembelian, barang dan jasa, biaya murah dan membutuhkan sedikit pencarian dan waktu keputusan. 2. Pengambilan Keputusan Terbatas yaitu jenis pengambilan keputusan yang membutuhkan sejumlah waktu untuk mengumpulkan dan 527 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 merundingkan mengenai suatu merek yang tidak dikenal dalam suatu kategori produk yang sudah dikenal. 3. Pengambilan Keputusan Ekstensif yaitu pengambilan keputusan konsumen yang paling kompleks, digunakan pada saat membeli produk yang belum dikenal, mahal, atau barang yang jarang dibeli, membutuhkan penggunaan beberapa kriteria untuk mengevaluasi dan waktu yang sangat penting untuk memperoleh informasi “. Konsumen sebagai pengguna produk juga sangat berperan dalam menentukan produk atau jasa yang akan dibeli. Konsumen akan menentukan langsung produk yang akan dibeli namun mungkin akan melalui suatu pertimbangan ketika menghadapi banyak pilihan produk. Menurut Kotler (2001, hal. 78) faktor-faktor yang menentukan tingkat keterlibatan konsumen dalam pembelian adalah : 1. Pengalaman Sebelumnya, yaitu keadaan ketika para konsumen telah memiliki pengalaman sebelumnya dengan barang atau jasa, tingkat keterlibatan biasanya menurun. 2. Minat, merupakan keterlibatan yang berhubungan langsung kepada minat para konsumen. Pada umumnya wilayah minat ini berbedabeda dari satu individu ke individu lainnya. 3. Risiko, seperti risiko yang dirasakan dalam pembelian suatu produk meningkat, maka keterlibatan konsumen juga tinggi. Jenis risiko yang membuat konsumen memperhatikan, didalamnya termasuk risiko keuangan dan risiko psikologi. 4. Situasi, merupakan keadaan pembelian yang akan mengubah keputusan atas keterlibatan yang rendah menjadi keterlibatan yang tinggi. Keterlibatan yang tinggi muncul ketika para konsumen merasakan risiko pada situasi khusus. 5. Pandangan Sosial, merupakan keterlibatan yang juga meningkatkan pembelian sebagai pandangan sosial dari meningkatnya produk. Herbert A. Simon dalam buku Amirullah Haris Budiyono (2004, hal.142): mengajukan model sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan. Model tersebut memuat beberapa tahap produk, yaitu: 1. Riset Riset adalah mempelajari lingkungan atau kondisi yang memerlukan keputusan. Data mentah diperoleh, diolah dan diuji untuk dijadikan arah tindakan yang dapat mengidentifikasi masalah. 2. Perancangan Perancangan adalah mendaftar, mengembangkan dan menganalisis arah tindakan yang mungkin dilakukan. Kegiatan ini meliputi proses- 528 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 3. proses untuk memahami masalah, menghasilkan pemecahan dan menguji kelayakan pemecahan tersebut. Pemilihan Pemilihan adalah menetapkan arah tindakan tertentu dari totalitas yang ada, kemudian pilhan ditentukan dan dilaksanakan “. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Keputusan konsumen dalam pembelian dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut bersumber dari dalam diri konsumen dan dari luar dirinya. Duncan (2005, hal 55) menjelaskan terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian yaitu : 1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut. 3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal. 4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut. Selain faktor internal faktor eksternal juga sangat mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan pembelian. Faktor eksternal tersebut adalah : Kualitas Kualitas adalah sebagai derajat atau sampai dimana barang atau jasa dapat memuaskan persyaratan atau harapan pelanggan. Kualitas suatu barang atau jasa biasanya mengukur bagaimana barang atau jasa itu bekerja dengan baik pada masa hidupnya. Perusahaan harus mampu memutuskan jumlah sumber daya yang akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas suatu produk. Perusahaan dapat menentukan tingkat kualitas yang tinggi, yang akan berakibat pada biaya yang tinggi atau harga yang tinggi pula, atau mereka dapat menentukan tingkat kualitas yang rendah agar biayanya tetap rendah dan dapat memberi harga yang rendah pula. 529 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 Menurut Kotler & AB. Susanto (2001, hal.394): “ Mutu kesesuaian mengukur sejauh mana sifat rancangan dan operasi produk mendekati standar yang dituju. Hal ini akan menunjukkan apakah barang yang diproduksi semuanya sama dan memenuhi spesifikasi “. Harga Harga barang atau jasa harus ditetapkan harganya sebelum dijual, maka penetapan harga adalah hal yang penting dalam pemasaran bisnis. Harga dari sebuah barang atau jasa menentukan apa yang diminta oleh penjual dalam memindahkan kepemilikan atau kegunaan barang atau jasa tersebut. Dalam penetapan harga, penjual harus memutuskan harga produk yang paling tepat. Menetapkan harga akan mudah bila dikerjakan secara sistematis. Perubahan kecil dalam harga dapat secara drastis mempengaruhi penerimaan. Penetapan harga penting, karena secara tidak langsung mempengaruhi kualitas dan kuantitas penjualan. Menurut Kotler & Armstrong (2001, hal.79): “Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk. Harga sering merupakan elemen yang paling fleksibel, yaitu elemen yang paling cepat berubah. Harga merupakan senjata persaingan yang penting dan bahkan sangat penting bagi perusahaan karena harga dikalikan dengan jumlah unit produk yang terjual sama dengan total penerimaan perusahaan”. Pelayanan Menurut Justin G. Longenecker, Carlos W. Moore & J. William Petty (2001, hal.200): “Program pelayanan dan pemasaran sangat bergantung pada penelusuran prilaku pembelian para konsumennya. Salah satu caranya adalah dengan memberikan konsumen perlakuan khusus tertentu, perusahaan juga dapat menggunakan sarana seperti komputer untuk menelusuri frekuensi kunjungan para konsumen dan pelayanan yang digunakannya“. Williams (2001, hal.64): “Mengamati perubahan kebutuhan dan keinginan pelanggan adalah penting bagi keberhasilan usaha. Ada beberapa strategi pokok untuk mengamati pelanggan, yaitu: pengamatan reaktif adalah pengamatan yang mengenali serta memusatkan perhatian pada kecenderungan dan masalah pelanggan setelah kejadian. Kemudian pengamatan proaktif berusaha memperkirakan kejadian, kecenderungan masalah sebelum hal itu terjadi atau sebelum pelanggan mengeluh. Perusahaan dapat menggunakan berbagai mekanisme umpan balik untuk mengevaluasi kualitas pelayanan mereka pada konsumennya. 530 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 Dengan cara menyediakan kotak saran atau sarana lain yang dapat menyalurkan keluhan para konsumen. Sehingga perusahaan dapat memastikan bahwa pelayanan yang diberikan dapat memuaskan konsumen. Promosi Kotler (2001, hal.79) berkata “Promosi berarti aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya “. Menurut Terrence A. Shimp (2000, hal.111): “Promosi meliputi insentif (misalnya bonus dan imbalan) yang dirancang untuk mendorong konsumen pemakai akhir atau pelanggan perdagangan membeli merek tertentu dengan lebih cepat, lebih sering, dalam jumlah besar, atau terlibat dalam beberapa prilaku lain yang akan bermanfaat bagi pengecer atau produsen yang menawarkan promosi“. Perencanaan promosi akan menguraikan pendekatan perusahaan untuk menciptakan kesadaran konsumen akan barang atau jasa dan memotivasi konsumen untuk membeli. Sarana promosi penjualan berfungsi sebagai perangsang untuk membeli produk tertentu, sementara secara tipikal menawarkan nilai pada para calon konsumen. Merek Menurut Kotler & AB. Susanto (2001, hal.562): “Merek adalah nama yang dihubungkan dengan satu atau lebih produk dalam lini produk yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakter produk tersebut. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing“. Namun sering kali terjadi penurunan loyalitas merek, para konsumen mungkin kurang loyal terhadap merek daripada sebelumnya. Hal ini sebagian disebabkan karena merek-merek telah semakin serupa, sehingga membuat konsumen lebih sering berganti merek. Selain itu, para pemasar juga telah memberitahu para konsumen bahwa setidak-tidaknya ada satu merek didalam kategori produk yang akan selalu “on deal“ dengan kupon, penawaran cents off, atau refund. Jadi, banyak konsumen yang membeli merek selain merek yang “on deal “ (istilah deal mengacu pada segala bentuk promosi penjualan yang memberikan pengurangan harga kepada konsumen, kupon dan penawaran cents off merupakan bentuk yang paling sering digunakan). 531 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kegiatan pembelian merupakan suatu rangkain tindakan fisik maupun mental yang dialami oleh seorang konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut Kotler (2001, hal 102) mengemukakan empat tahapan dalam suatu proses pembelian, yaitu : 1. Pengenalan Kebutuhan (Problem/Need Recognition) Proses pembelian diawali dengan adanya masalah atau kebutuhan yang dirasakan konsumen. Konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi saat ini guna membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Kebutuhan itu mungkin saja sudah dikenal dan dirasakan konsumen jauh-jauh sebelumnya, mungkin juga belum. 2. Pencarian Informasi Setelah konsumen merasakan adanya kebutuhan sesuatu barang atau jasa, selanjutnya konsumen mencari informasi baik yang disimpan dalam ingatan (informasi internal) maupun informasi yang didapat dari lingkungan (eksternal). Konsumen menghadapi resiko dalam arti bahwa setidaknya seorang konsumen akan menyebabkan timbulnya dampak tertentu, yang tidak dapat diantisipasikan dengan kepastian penuh, beberapa dampak yang muncul kiranya tidak akan menyenangkan konsumen berupaya mengurangi ketidakpastian tersebut, melalui iklan, keluarga, atau membawa/bertanya pada teman-teman. 3. Evaluasi Informasi (Information Evaluation) Setelah informasi diperoleh, konsumen mengevaluasi berbagai alternatif pilihan. Untuk menilai alternatif pilihan konsumen, ada lima konsep dasar yang dapat dipergunakan untuk membantu pemahaman proses evaluasinya, yaitu : sifat-sifat produk (produce attributes), nilai kepentingan (importance weight), fungsi kegunaan (utility function), kepercayaan terhadap merk (brand belief), tingkat kesukaan (preperence attitudes) dan keputusan membeli Konsumen yang telah melakukan pilihan terhadap berbagai alternatif, biasanya membeli produk yang paling disukai, yang membentuk suatu keputusan untuk membeli. Ada tiga faktor yang menyebabkan timbulnya keputusan untuk membeli, yaitu : 1. Sikap orang lain. Keputusan membeli itu banyak dipengaruhi oleh teman-teman, tetangga atau siapa yang ia percaya. 532 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 2. 3. Faktor-faktor situasi yang tidak terduga, yaitu faktor harga, pendapatan keluarga, dan manfaat yang diharapkan dari produk tersebut. Faktor-faktor yang dapat diduga. Faktor situasional ini dapat diantisipasi oleh konsumen. Untuk lebih jelasnya dapat di gambarkan sebagai berikut : Gambar 1 Faktor Keputusan Pembeli (Kotler, 2001, hal 45) Metodologi Penelitian Metode penulisan dalam penelitian ini menggunakan field research, yaitu penulis mengumpulkan data-data dari lokasi penelitian yaitu masyarakat yang ada di Kecamatan Medan Kota. Data yang penulis kumpulkan dalam mendukung penelitian ini adalah data tentang keputusan konsumen dalam memilih produk mie instant, lebih tepatnya penulis menyebarkan angket kepada masyarakat yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini. Penulis mendisain angket setelah penulis mendapatkan indikator dari keputusan konsumen untuk membeli atau menggunakan suatu produk. Dalam hal ini penulis menggunakan skala Gutman sebagai alternatif jawaban responden Penulis juga mengumpulkan data-data teoritis dari beberapa literatur yang bertujuan untuk memperkuat argumentasi ilmiah penelitian ini terkait dengan kajian atau penelitian prilaku konsumen. Dalam penelitian ini ditetapkan jumlah populasi yaitu masyarakat kecamatan Medan Kota sebanyak 200 orang. Jumlah 200 orang ini penulis tetapkan berdasarkan keinginan consumen karena mengingat jumlah masyarakat di Kecamatan Medan Kota yang tidak dapat diketahui secara pasti (Sugiyono, 2003, hal.62). Sampel adalah bagian dari jumlah dan 533 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan jumlah sampel yang diambil sebagai responden dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin yang terdapat dalam buku Husein Umar (2004; hal:108), yaitu : N n 1 Ne 2 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau yang diinginkan (dalam penelitian ini digunakan 5% atau 0,05). Dari rumus diatas dapat diperoleh jumlah sampel, yaitu : 200 n 133 1 200(0,05) 2 Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dilihat pada paradigma penelitian berikut ini : 1. 2. 3. 4. 5. Kualitas Harga Pelayanan Promosi Merek Keputusan Pemilihan Produk Gambar 2 Paradigma Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “kualitas, harga, pelayanan, promosi dan merek memiliki kepentingan yang berbeda dalam pengambilan keputusan. Analisa data menggunakan suatu metode yang simpel (sederhana) dan disajikan dalam bentuk table yang kemudian dianalisis dan berdasarkan hasil dari analisis tersebut kemudian akan ditarik suatu kesimpulan. Metode penelitian ini menggunakan Uji Cochran Q Pembahasan Penelitian dan pengumpulan data dilakukan langsung ke Kecamatan Medan Kota yang kebetulan berada di lingkungan tempat tinggal penulis. Selama 3 hari penelitian dilakukan diperoleh berbagai data tentang responden yang dalam hal ini adalah masyarakat yang mengkonsumsi mie intan dengan berbagai jenis merek. Data diperoleh selama penelitian akan 534 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 disajikan dalam bentuk analisa data dengan sampel responden sebanyak 133 orang yang terdiri dari 62 orang laki-laki dan 71 orang perempuan Hasil skor jawaban responden dari angket yang penulis sebarkan yaitu : Tabel 1 Skor Angket Untuk Pertanyaan Angket Penelitian No. Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 YA F 82 85 83 82 84 82 73 82 % 61,65 63,91 62,41 61,65 63,16 61,65 54,89 61,65 JAWABAN RESPONDEN TIDAK F % 51 38,35 48 36,09 50 37,59 51 38,35 49 36,84 51 38,35 60 45,11 51 38,35 TOTAL F 133 133 133 133 133 133 133 133 % 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : Data Penelitian (Diolah) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 535 Jawaban responden tentang mengkonsumsi mie instant karena cita rasanya yang enak, mayoritas responden menjawab ya sebesar 61,65%. Jawaban responden tentang mengkonsumsi mie instant karena adanya variasi rasa yang beraneka, mayoritas responden menjawab ya sebesar 63,91%. Jawaban responden tentang mengkonsumsi mie instant karena harganya yang terjangkau, mayoritas responden menjawab ya sebesar 62,41%. Jawaban responden tentang mengkonsumsi mie instant karena harganya bersaing dengan mie instant lainnya, mayoritas responden menjawab ya sebesar 61,65%. Jawaban responden tentang mengkonsumsi mie instant karena media iklan yang ada, mayoritas responden menjawab ya sebesar 63,16%. Jawaban responden tentang mengkonsumsi mie instant karena banyak dikonsumsi orang, mayoritas responden menjawab ya sebesar 61,65%. Jawaban responden tentang mengkonsumsi mie instant karena mereknya yang terkenal, mayoritas responden menjawab ya sebesar 54,89%. PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 8. Jawaban responden tentang mengkonsumsi mie instant karena banyaknya toko, tempat penjualan mie instant tersebut, mayoritas responden mejawab ya sebesar 61,65%. Dalam pembahasan ini, penulis menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih produk-produk mie instan. Adapun alat uji statistik yang digunakan adalah Uji Cochran. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh tabel sebagai berikut : Tabel 2 Uji Cochran NO PERNYATAAN YA (1) YA (2)^2 1 Kualitas 1 82 6724 2 Kualitas 2 85 7225 3 Harga 1 82 6724 4 Harga 2 84 7056 5 Promosi 1 86 7396 6 Promosi 2 81 6561 7 Merek 1 82 6724 8 Merek 2 84 7056 9 Total 666 55466 10 Jumlah Atribut 11 Cochran Sumber : Data Hasil Penyebaran Angket (Diolah) 8 2,29 2 k k 2 k 1k G j G j j 1 j 1 Q N N k Li L2i i 1 Q i 1 8 1 8 x 55466 6662 8666 55466 666 7443728 443556 7 x172 = 2,29 5328 83,28 5244,72 536 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Cochran 2 , atau 2,92 < 129,56, hal ini berarti kualitas, harga, pelayanan, promosi dan merek secara bersama-sama mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih produk-produk mie instant. Bila membandingkan dengan hipotesis yang dibuat, dimana: Ho: kualitas, harga, promosi dan merek sama-sama penting dalam pengambilan keputusan produk. HI: kualitas, harga, promosi dan merek memiliki kepentingan yang berbeda dalam pengambilan keputusan produk, maka dari hasil penelitian dinyatakan bahwa: Ho diterima karena kualitas, harga, pelayanan, promosi dan merek mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih produk-produk mie instant. Dari analisis deksriptif variable penelitian, diketahui bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih produkproduk mie instant cukup tinggi, hal ini terlihat dari jawaban responden yang mayoritas menjawab “Ya” untuk setiap butir pertanyaan untuk semua faktor yang mempengaruhi konsumen, dimana jawaban responden di atas 50%. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai Cochran < 2 , atau 2,29 < 129,56, maka hal ini berarti kualitas, harga, pelayanan, promosi dan merek secara bersama-sama mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih produk-produk mie instant Dari analisis deksriptif variable penelitian, diketahui bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih produkproduk mie instant cukup tinggi, hal ini terlihat dari jawaban responden yang mayoritas menjawab “Ya” untuk setiap butir pertanyaan untuk semua faktor yang mempengaruhi konsumen, dimana jawaban responden di atas 50%. Dari kesimpulan di atas dapat disarankan bahwa hendaknya perusahaan yang memproduksi mie instan mengetahui apa kriteria yang diinginkan masyarakat dalam mengkonsumsi mie instan dengan melakukan survey angket atau melakukan suatu penelitian. Hal ini penting dilakukan agar perusahaan tersebut mendapatkan keunggulan bersaing dengan para pesaingnya. Masyarakat yang mengkonsumsi mie instan diharapkan lebih matang dalam memilih produk mie instan karena hasil survey umumnya membuktikan bahwa masyarakat lebih cenderung memilih produk mie instan yang terjamin kualitasnya dari segi kesehatan dan keamanan diri dan keluarga. 537 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 DAFTAR PUSTAKA Angipora, Marius P., 2002, Dasar-Dasar Pemasaran, Cetakan Pertama, Edisi satu, Jakarta: Raja Grafindo Persada Amirullah Haris Budiyono, 2004, Prilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada Media, Jakarta. Duncan, Tom., 2005, Principles of Advertising & IMC, Second Edition. McGrawHill, Inc. Bab 5 Husein Umar, 2004, Strategic Management In Action, Jakarta, Gramedia Justin, Longenecker; Moore, Carlos; Petty, William., 2001, Kewirausahaan, Buku 1 & 2. Salemba Empat, Jakarta. Kincaid, Judith. 2003. Customer Relationship Management: Getting it Right. Prentice-Hall, Inc. Kotler Philip, 2001, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 2, Edisi Kedelapan. Erlangga, Jakarta. ........................, AB. Susanto, 2001, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Buku 2. Salemba Empat, Jakarta. …………….., Armstrong. 2001, Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan, Jilid 1. PT. Indeks, Jakarta. Lars Parner, 1999-2010, Consumer Psychologist, USC Marshall, University of Southern California, USA Lamb, Hair, Mc Daniel, 2001, Pemasaran, Buku 1. Salemba Empat, Jakarta. ……….,2001, Pemasaran, Buku 2. Salemba Empat, Jakarta. Madura, Jeff, 2001, Pengantar Bisnis. Salemba Empat, Jakarta. Niaz ahmad, Muhammad Musa Awam, Abdul Raouf, Leigh Sparks, 2009 Development of a service quality scale for pharmaceutical supply chains, International Journal of Pharmaceutical and Healthcare Marketing Volume: 3 Number: 1 Year: 2009, UK Nitisemito, Alex S., 2000, Marketing, Jakarta: Ghalia Indonesia Olson, Jerry and Paul Peter. 2008. Consumer Behavior & Marketing Strategy, 7th edition. New York: McGraw Hill. 538 PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011 Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Administrasi, Dilengkapi dengan Metode R & D. Alfabeta, Bandung. Swastha, Basu, 2002, Asas-Asas Marketing, Edisi 3, Cetakan 5, Yogyakarta: Liberty. Terrence A, Shimp, 2000, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jilid 2, Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta Tata Sutabri, 2005, Sistem Informasi Manajemen. Andi, Yogyakarta. Williams, Chuck., 2001, Manajemen, Buku 1. Salemba Empat, Jakarta. 539