(BPJS Kesehatan 2015) Sumber

advertisement
Riset Produk Farmasi JKN
Fachmi Idris
Direktur Utama
Seminar Pentahelix Kemandirian Bahan Baku Farmasi
Universitas Padjadjaran, 15 September 2016
Agenda hari ini
• Pendahuluan
• Pelayanan produk farmasi JKN:
Tantangan dan pencapaian
• Kesimpulan
Pendahuluan
VISI PRESIDEN JOKOWI
Nawa cita ke-5 Presiden Joko Widodo:
meningkatkan kualitas hidup manusia. Salah satu intervensi:
upaya peningkatan layanan kesehatan masyarakat dengan
menginisiasi Kartu "Indonesia Sehat" (KIS)…tujuannya adalah
memperkuat kemandirian bangsa dalam bidang ekonomi…
“…bahwa harapan untuk memperkuat sendi-sendi ekonomi
bangsa menjadi semakin jauh, manakala negara “tidak
kuasa”, antara lain, untuk memberi jaminan kesehatan yang
layak bagi warganya…”
PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN
2014 (Laporan
Audited Des)
2015 (Laporan
Audited Des)
Pemanfaatan di FKTP
(Puskesmas/ Dokter Praktik
Perorangan/Klinik Pratama).
66,8 Juta
100,6 Juta
Pemanfaatan di Poliklinik
Rawat Jalan Rumah Sakit
21,3 Juta
39,8 Juta
Pemanfaatan Rawat Inap
Rumah Sakit
4,2 Juta
6,3 Juta
TOTAL PEMANFAATAN
NOTE:
Total Pemanfaatan adalah
dalam kunjungan
92,3 JUTA
Total Peserta thn
2014: 133,4 Juta
146,7 JUTA
KONTRIBUSI LANGSUNG
KESEHATAN:
Membantu pemulihan
kesehatan dan
pencegahan kecacatan
(+ upaya promotif dan
preventif):
Menjaga masyarakat
agar tetap produktif
secara sosial dan
ekonomis
Total Peserta thn
2015: 156,79 Juta
Memperkuat
Kemandirian Bangsa
dalam Bidang Ekonomi
JKN-KIS dan Kontribusi
Pertumbuhan Ekonomi
•
•
•
•
http://health.kompas.com/read/2015/08/26/151800623/
Benahi.Sistem.JKN
http://www.beritasatu.com/kesehatan/301664-jknberkontribusi-rp-186-t-bagi-ekonomi-indonesia.html
Penelitian Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI)
selama tahun 2014, kontribusi JKN-KIS bagi
ekonomi Indonesia terdiri dari :
Industri Kesehatan 4,4 Triliun,
Obat-obatan 1,7 Triliun,
Lapangan kerja bidang kesehatan 4.2 Triliun
Konstruksi Rumah Sakit 8.36 Triliun
Pemerintah Telah Mencanangkan Peta Jalan
Menuju Jaminan Kesehatan Nasional Hingga Tahun
2019
2014
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mulai Beroperasi
121,6 juta peserta (49%
populasi)
Manfaat medis standar dan
manfaat non-medis sesuai
kelas rawat
Kontrak fasilitas kesehatan
Menyusun aturan teknis
Indeks kepuasan peserta
75%
Indeks kepuasan fasilitas
kesehatan 65%
BPJS Dikelola secara
terbuka, efisien, dan
akuntabel
2019
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kesinambungan Operasional
257,5 juta peserta (100%
populasi)
Manfaat medis dan nonmedis standar
Jumlah fasilitas kesehatan
cukup
Peraturan direvisi secara rutin
Indeks kepuasan peserta
85%
Indeks kepuasan fasilitas
kesehatan 80%
BPJS dikelola secara terbuka,
efisien, dan akuntabel
CAPAIAN
Indeks Kepuasan Peserta
79-81%
77
%
75
%
2014
2015
79
%
2016
81
%
2017
83
%
2018
85
%
2019
Indeks Kepuasan Faskes
73-78%
65
%
2014
68
%
2015
71
%
2016
74
%
2017
77
%
2018
80
%
2019
Perkembangan Cakupan Kepesertaan
Program JKN
(Dalam Juta Jiwa)
180,0
166,9
156,8
160,0
133,4
140,0
120,0
100,0
80,0
54,0
60,0
40,0
20,0
91,2
87,8
86,4
58,3
38,0
9,1
15,0
17,4
2014
PBI
2015
Non PBI tanpa PBPU
30-Jun-16
PBPU
Total
Perkembangan Fasilitas Kesehatan
Bekerjasama
FKTP
25.000
20.269
20.200
20.077
19.969
19.436
20.000
18.437
16.831
15.000
12.993
10.000
5.748
8.869
8.326
7.317
9.161
9.096
8.972
3.606
5.000
-
Des-13
Jun-14
Des-14
Jun-15
Des-15
Total FKTP
Mar-16
Mei-16
Jun-16
FKTP (DPP+DRG+KP)
FKRTL
2.000
1.821
1.805
1.754
1.727
1.868
1.853
1.839
1.839
1.910
1.889
1.600
1.200
800
686
834
855
867
873
872
880
892
908
923
400
Jan-15
Apr-15
Jul-15
Okt-15
Jan-16
Total RS Bekerjasama
Feb-16
Mar-16
RS Swasta
Apr-16
Mei-16
Jun-16
Dari total beban rujukan Rp.45,47 Triliun,
sebanyak Rp.15,29 Triliun atau 33,62%
terserap untuk membiayai penyakit
Katastropik, yang terdiri dari :
1. Penyakit Jantung (48%)
Katastropik
2. Gagal Ginjal (20%)
33,62%
3. Kanker (17%)
4. Stroke (8%)
5. Thalasemia (3%)
Non Katastropik
6. Chirrosis Hepatitis (2%)
66,38%
7. Leukemia (1%)
8. Haemofilia (1%)
Sumber : Transaksional pelkes (aplikasi BOA) 31 Desember 2015
Pelayanan produk farmasi JKN:
Tantangan dan pencapaian
Pembiayaan obat oleh BPJS Kesehatan
Aspek
2014
Jumlah
Divisi Regional
Jumlah
Biaya obat
1. VI (Jateng-DIY)
2. I (Aceh-Sumut)
3. II (Sumbar-Riau)
Rp 235 mil
Rp 190 mil
Rp 178 mil
1. VI (Jateng-DIY)
2. IV (DKI-sekitarnya)
3. VII (Jatim)
Rp 642 mil
Rp 597 mil
Rp 313 mil
Rata-rata biaya
obat per
lembar resep
1. II (Sumbar-Riau)
2. IV(DKI-sekitarnya)
3. XIII (BantenLampung-Kalbar)
Rp 517 ribu
Rp 500 ribu
Rp 371 ribu
1. I (Aceh-Sumut)
2. IV (DKI-sekitarnya)
3. XI (Bali-NTB-NTT)
Rp 450 ribu
Rp 379 ribu
Rp 375 ribu
1. II (Sumbar-Riau)
2. IV(DKI-sekitarnya)
3. VII (Jatim)
3.8
3.8
3.5
1. II (Sumbar-Riau)
2. IV (DKI-sekitarnya)
3. VII (Jatim)
3.5
3.5
3.4
Rata-rata
jumlah nama
obat per
lembar resep
Divisi Regional
2015
Sumber: Kajian Perubahan Perilaku Dokter/Spesialis di RS Terhadap Peresepan Obat (BPJS Kesehatan, 2015)
Sistem pembayaran obat JKN-KIS
Mempengaruhi perilaku peresepan obat
Obat termasuk ke dalam
tarif kapitasi
Obat di luar tarif kapitasi
(non-kapitasi)
Obat termasuk ke dalam
tarif INA-CBGs
Obat di luar tarif INA-CBGs
(non-INA-CBGs)
Cenderung under-prescribed
(Helling et al., 1981; Ungar &
Ariely, 2005)
Cenderung over-prescribed
(Yip et al., 2010; ChaixCouturier et al., 2000)
Bagaimana pelayanan obat di era JKN?
Hampir seluruh stakeholder menghadapi tantangan
Tempo.co, 21 April 2016
Beritasatu.com, 7 Feb 2014
Lapor.go.id, 2 Maret 2015
Kontan.co.id, 10 Februari 2016
Kekosongan obat masih menjadi keluhan peserta
Contoh: Pembatasan obat rujuk balik/Prolanis, iur biaya obat
Sumber: Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial Kesehatan 2015 (Audited)
FKTP sebenarnya sudah mengalokasikan dana kapitasi
untuk dukungan biaya operasional, khususnya obat
Sumber: Kajian Pemanfaatan dan Pengelolaan Dana Kapitasi (BPJS Kesehatan 2015)
Namun kekosongan obat masih terjadi
Sumber: Kajian Indeks Kualitas Pelayanan Kesehatan (BPJS Kesehatan 2015)
Salah satu akibat kekosongan obat di FKTP
adalah tidak efektifnya Program Rujuk Balik
• Persepsi dokter spesialis:
– Di FKTP, peserta akan menerima obat yang berbeda
dengan yang diterima di RS sehingga risiko komplikasi
peserta menjadi tinggi
– Sudah merujuk balik pasien penyakit kronis yang stabil ke
FKTP namun ketersediaan sarana laboratorium dan obat di
FKTP belum memadai
• Persepsi pasien:
– Tidak ada obat di FKTP, khususnya obat jantung & asma
Sumber: Kajian Evaluasi Program Rujuk Balik (BPJS Kesehatan 2015)
Begitu juga di FKRTL dimana 46.3% responden
dikenai biaya tambahan dengan membeli obat
Mengapa peserta dikenai biaya tambahan untuk obat?
78.0%
79.6%
78.5%
Dari responden yang dikenai
biaya tambahan akibat obat,
mayoritas (hampir 80%)
karena ditawarkan oleh
dokter
22.0%
20.4%
21.5%
Meminta sendiri obat yang bagus
RJTL
RITL
Ditawarkan oleh Dokter
TOTAL
Sumber: Kajian Biaya Tambahan yang Dibebankan ke Peserta BPJS Kesehatan di FKRTL (BPJS Kesehatan 2015)
Beban ganda kekosongan obat
Inefisiensi biaya pelayanan kesehatan & berkurangnya proteksi finansial
Di FKTP, kekosongan obat berhubungan dengan
meningkatnya rasio rujukan non-spesialistik (diagnosis yang
seharusnya bisa ditangani di FKTP namun dirujuk ke RS)
Akibat: Inefisiensi biaya pelayanan kesehatan (biaya INACBGs untuk diagnosis yang seharusnya dibiayai kapitasi)
Sumber: Kajian Pemetaan Kompetensi Dokter di FKTP (BPJS Kesehatan 2015)
Di FKRTL, kekosongan obat menyebabkan peserta harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk obat yang biayanya
seharusnya sudah tercakup dalam tarif INA-CBGs
Akibat: Berkurangnya proteksi finansial peserta JKN-KIS
Sumber: Kajian Biaya Tambahan yang Dibebankan ke Peserta BPJS Kesehatan di FKRTL (BPJS Kesehatan 2015)
Bagaimana peran BPJS Kesehatan dalam pelayanan
obat di era JKN?
Taiwan
Thailand
Austria
National Health Insurance
(NHI) Drug List
National List of Essential
Medicines (NLEM)
Austria Social Security Drug List
Penyusun:
NHI
Penyusun:
Independent Drug Commission
Pharmaceutical Evaluation Board
Korea Selatan
FDA (Badan POM)
HITAP (Tim HTA)
China
Positive List System
Penyusun:
National Basic Medical
Insurance Drug Formulary List
•National Health Insurance
Cooperation (NHIC)
•Health Insurance Review Agency:
Drug Benefit Coverage
Assessment Committee
Penyusun:
Otoritas provinsi
Sumber: Berbagai sumber
Penyusun:
Indonesia
Pra-JKN-KIS
Daftar & Plafon
Harga Obat/
DPHO
Penyusun:
PT Askes
Pasca JKN-KIS
Formularium
Nasional
Penyusun:
Kementerian
Kesehatan
ALUR PENGADAAN OBAT
Permenkes No. 63 Tahun 2014
Komite Fornas
Usulan Obat dari
RS, Profesi, YLKI
Faskes
Pemesanan Obat
oleh Faskes (Rumah
Sakit, FKTP, Dinkes)
Distributor
Distribusi Obat ke
Faskes
Kemenkes
Kemenkes
Usulan Harga Perkiraan Sendiri dan
Jumlah Kebutuhan Obat (Rencana
Kebutuhan Obat) satu tahun
Penetapan Obat
dalam Fornas
LKPP
Pabrikan
Ketersediaan
obat oleh
Pabrikan
melalui
Distributor
LKPP
Kontrak dengan Pabrik
Obat dan Distributor,
komitmen penyediaan
(dituangkan dalam ekatalog)
Lelang Penetapan
Penunjukkan
Pabrikan sebagai
pemenang
Faskes
BPJS Kesehatan
Penagihan klaim
Pelayanan oleh
Faskes kepada BPJS
Kesehatan
Pembayaran
Klaim INA
CBGs oleh BPJS
Kesehatan
(Termasuk
Obat di
Dalamnya)*
Faskes
Pelayanan obat
kepada peserta
oleh Faskes
Ket : *Kecuali untuk obat kronis, obat rujuk balik dan obat non paket INA CBGs
ALUR PENGADAAN OBAT
Permenkes No. 63 Tahun 2014
Komite Fornas
Usulan Obat dari
RS, Profesi, YLKI
Faskes
2
Pemesanan Obat
oleh Faskes (Rumah
Sakit, FKTP, Dinkes)
Distributor
Distribusi Obat ke
Faskes
Kemenkes
Kemenkes
Usulan Harga Perkiraan Sendiri dan
Jumlah Kebutuhan Obat (Rencana
Kebutuhan Obat) satu tahun
Penetapan Obat
dalam Fornas
LKPP
Pabrikan
Ketersediaan
obat oleh
Pabrikan
melalui
Distributor
Faskes
1
LKPP
Kontrak dengan Pabrik
Obat dan Distributor,
komitmen penyediaan
(dituangkan dalam ekatalog)
Lelang Penetapan
Penunjukkan
Pabrikan sebagai
pemenang
Faskes
BPJS Kesehatan
Penagihan klaim
Pelayanan oleh
Faskes kepada BPJS
Kesehatan
Pembayaran
Klaim INA
CBGs oleh BPJS
Kesehatan
(Termasuk
Obat di
Dalamnya)*
3
Pelayanan obat
kepada peserta
oleh Faskes
Ket : *Kecuali untuk obat kronis, obat rujuk balik dan obat non paket INA CBGs
UPAYA DARI BPJS KESEHATAN UNTUK IKUT MEMASTIKAN
KETERSEDIAAN OBAT DI PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN
(PROVIDER):
1 1. Membantu Kementerian Kesehatan Dalam Pengumpulan Data RKO
(Rencana Kebutuhan Obat) Obat PRB (untuk FKTP, Non INA CBGs)
Tahun 2015-2016
22. Melakukan Legalisasi Surat Pemesanan Obat PRB (untuk FKTP, Non INA
CBGs)
33. Melakukan Pertemuan Koordinasi Dengan Kementerian Kesehatan dan
LKPP untuk menyelesaikan keluhan kekosongan obat.
Catatan:
- Sosialisasi Pelayanan Rujukan, Sistem Pembayaran, Serta Fornas Kepada Faskes
- Meneruskan laporan keluhan ketersediaan obat dari Faskes kepada Kemenkes
RI
BPJS Kesehatan juga terlibat dalam Penilaian
Teknologi Kesehatan (HTA)
• HTA: proses multi-disiplin untuk mengevaluasi penggunaan
teknologi kesehatan dari aspek keamanan, efektifitas,
keampuhan, sosial, ekonomi, organisasi dan etika
• HTA dilakukan oleh Menteri Kesehatan untuk menjamin
kendali mutu, biaya & kesinambungan program JKN-KIS
• Ketentuan tata cara penggunaan hasil HTA diatur dengan
Peraturan BPJS Kesehatan
• BPJS Kesehatan juga dapat mengusulkan topik HTA
Sumber: Berbagai sumber
Proses pengusulan topik HTA oleh BPJS Kesehatan
Saat ini:
Usulan Topik dari
BPJS Kesehatan
Pertimbangan
dari Komite HTA
Kemenkes
Keputusan topik
diterima/ditolak
dari Komite HTA
Pelaksanaan
penelitian oleh
Komite HTA
Rekomendasi
akhir
Selanjutnya:
Usulan Topik
dari BPJS
Kesehatan
Pertimbangan
dari Komite
HTA
Sumber: Berbagai sumber
Kerjasama
dengan
universitas
berkompeten
Konsultasi dgn
Tim HTA untuk
persetujuan
protokol
penelitian
Pelaksanaan
Kajian HTA
oleh
Universitas
Sidang hasil
oleh Tim HTA
Rekomendasi
akhir
Usulan topik HTA oleh BPJS Kesehatan
• Everolimus (Afinitor): sebagai terapi karsinoma
neuroendokrin pankreas stadium 3
• Digital Subtraction Angiography (DSA): untuk kasus
stroke iskemik, stroke perdarahan & penunjang
preoperatif pada kasus meningioma
• Akunpunktur medis: Permenkes No. 28/2014
• PET Scan
• Gamma Knife Surgery (GKS)
• Stem cell/terapi sel punca
Keterangan: Huruf hijau disetujui Komite HTA untuk diteliti
Sumber: Komisi Penilaian Teknologi Kesehatan
Kesimpulan
Kesimpulan
• BPJS Kesehatan aktif berkoordinasi dengan Kemkes
untuk mencari solusi permasalahan obat Program
JKN-KIS sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya
• Aspek yang menjadi perhatian BPJS Kesehatan:
– Efisiensi dan efektifitas pembiayaan obat
– Perlindungan finansial peserta
• BPJS Kesehatan juga aktif melakukan riset farmasi
untuk menunjang kesinambungan program JKN-KIS
melalui Penilaian Teknologi Kesehatan
Terima Kasih
• Kartu Indonesia Sehat
• Dengan Gotong Royong, Semua
Tertolong
www.bpjs-kesehatan.go.id
@BPJSKesehatanRI
BPJS Kesehatan
BPJS
Kesehatan
(Akun Resmi)
BPJS Kesehatan
bpjskesehatan
31
Download