BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam komunitas bisnis lokal dan global kontemporer telah terjadi
peningkatan minat serta kesadaran mengenai konsep, aplikasi dan relevansi corporate
social responsibility (CSR). CSR merupakan tanggung jawab yang melekat pada
setiap perusahaan, yang muncul dari kesadaran bahwa perusahaan memiliki
keterikatan terhadap publik, masyarakat dan lingkungan. Secara umum, konsep CSR
merupakan bagian dari etika bisnis yang diharapkan dari setiap perusahaan di seluruh
dunia. CSR telah muncul sebagai tema penting dalam komunitas bisnis global, secara
bertahap menjadi aktivitas di seluruh dunia utama di berbagai industri, tidak
terkecuali pada industri media.
Media massa merupakan sebuah bentuk entitas bisnis yang sebagaimana
perusahaan pada umumnya memiliki kepentingan-kepentingan tertentu baik
kepentingan bisnis maupun kepentingan sosial. Dalam menjalankan kepentingan
bisnisnya media memperhatikan beberapa aspek yang bisa memperkuat eksistensinya
yaitu meningkatkan awareness, membentuk identitas dan membangun ketertarikan
publik. Lebih lanjut, untuk mencapai kepentingan bisnisnya media juga perlu
menjalankan sejumlah program tayangan berkualitas yang dapat diterima oleh pasar
dalam masyarakat. Sedangkan untuk mencapai kepentingan sosialnya media dituntut
untuk menjalankan bisnis yang bertanggungjawab, salah satu cara yang dapat
ditempuh oleh media sebagai entitas bisnis untuk mencapai kepentingan-kepentingan
tesebut adalah dengan bertindak sesuai etika bisnis yaitu dengan melaksanakan CSR.
Dibanding CSR pada bidang industri ekstraktif (tambang, minyak dan gas,
kehutanan, dan perkebunan), CSR di media merupakan praktik yang belum lama
berkembang. Perkembangan CSR pada sektor media merupakan fenomena positif
karena menunjukkan bahwa media sebagaimana perusahaan dari bidang industri lain
merupakan entitas bisnis, yang harus menyadari bahwa kelangsungan bisnisnya
1
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat dan lingkungan. Untuk itu
perusahaan media berkepentingan untuk menjalankan program tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap publik-publik terkait. Seperti bidang bisnis lain, bisnis media
perlu mengidentifikasi dampak lingkungan, dampak sosial serta dampak tata kelola
perusahaan yang dianggap paling signifikan kemudian menerapkan kebijakan bisnis
yang paling strategis.
Praktik CSR di Indonesia didorong oleh perundang-undangan yakni UU
Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 dan UU Penanaman Modal No. 25 Tahun
2007, yang mewajibkan setiap perseroan untuk melaksanakan aktivitas CSR.
Meskipun diwarnai dengan tekanan perundang-undangan dan kecurigaan aktivitas
CSR sebagai strategi komunikasi efektif terkait dengan upaya pencapaian
kepentingan perusahaan dan upaya perusahaan untuk mempromosikan keunggulan
kompetitif dan nilai-nilai perusahaan, namun di sisi makna sosial dan kemanfaatan
CSR bagi dunia sosial juga tidak dapat diabaikan.
Pembahasan mengenai kewajiban perusahaan media sebagai aktor atau pelaku
program tanggungjawab sosial seringkali terabaikan karena dibayang-bayangi dengan
fungsi media sebagai penyedia informasi yang melaporkan kegiatan CSR entitas
bisnis lain maupun menjadi implementator entitas bisnis lain dan penyalur filantropi
publik. Faktanya media bukan hanya menjadi agen pasif dalam implementasi CSR
namun juga secara aktif berinisiatif dan melaksanakan CSR dengan dukungan dana
internal perusahaan.
Praktik CSR menjadi wujud komitmen keseimbangan triple bottom line
(planet, people, profit) dalam industri media. Praktik baik ini telah melingkupi
banyak negara di dunia. Sejumlah media terkemuka di negara-negara maju seperti
BBC di Inggris, CBS di Amerika, dan Fuji TV di Jepang telah jamak mempraktikkan
program CSR dalam aktifitas bisnisnya. Komitmen tersebut juga telah menghinggapi
media-media di kawasan Asia Tenggara. Sebagai contoh, Media Prima di Malaysia,
yang juga telah dihinggapi kesadaran akan perlunya pelaksanaan CSR dalam industri
media.
2
Di Indonesia sendiri pelaksanaan CSR oleh industri media mulai menjadi tren
pada tahun 2000-an. Saat ini media di Indonesia telah jamak mengimplementasikan
CSR pada aktifitas bisnisnya. Dengan mengusung program CSR-nya masing-masing,
media-media tersebut menyatakan komitmennya untuk mengembangkan program
CSR. CSR yang dilakukan oleh media, khususnya televisi bisa ditemui dalam kontenkonten siaran sebagai komoditas dari industri televisi, maupun dalam aktivitas
tertentu yang secara eksplisit diberi nomenklatur sebagai program CSR.
Trans TV dipilih sebagai objek penelitian karena keberadaannya sebagai salah
satu perusahaan televisi yang berdasarkan survey AC Nielsen hampir selalu berada
pada posisi teratas dalam hal share-rating (Info Rating AC Nielsen 1125-1130).
Dibandingkan dengan televisi swasta lain yang berada pada level atas perolehan
share-rating, Trans TV adalah yang paling muda ditilik dari segi usia operasional
perusahaan. Terkait pelaksanaan CSR, Trans TV termasuk salah satu televisi swasta
yang memiliki program CSR yang beragam. Dalam jangka waktu 10 tahun sejak
beroperasinya perusahaan ini, Trans TV telah secara berkelanjutan melaksanakan
program CSR yang ditujukan bagi publik internal maupun publik eksternal
perusahaan. Beberapa bidang CSR yang digarap oleh Trans TV antara lain
community development, pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur, bantuan
bencana alam dan bentuk CSR yang spesifik untuk media.
Keunikan posisi media sebagai perusahaan penyiaran (broadcaster) sekaligus
sebagai entitas bisnis memunculkan keunikan dalam tanggung jawab sosial media
yang terbuka untuk dikaji lebih lanjut. Mengingat bahwa organisasi media tumbuh
sebagai bagian dari masyarakat maka mereka tidak hanya menanggung sosial jawab
dalam domain yang spesifik untuk media (editorial) tetapi juga sebagai corporate
citizen dan sebagai employers, sebagaimana disarankan dalam konsep umum CSR.
Keunikan CSR media dan fakta bahwa praktik CSR pada sektor media merupakan
tren baru di dunia bisnis menjadikan area study ini menarik. Namun sampai saat ini
penelitian yang mengangkat topik tersebut masih sangat terbatas jumlahnya. Sebagian
besar pembahasan tanggung jawab sosial dari perusahaan media mengacu pada
regulasi mekanisme untuk media conduct dan akuntabilitas. Kegiatan CSR, yang
3
meliputi misi sosial perusahaan media, seperti tanggung jawab untuk karyawan,
untuk lingkungan, atau untuk masyarakat luas, hampir tidak pernah dibahas dalam
penelitian selama ini. Sementara Trans TV dipilih menjadi objek kajian penelitian ini
karena peneliti menganggap perusahaan ini telah mengindikasikan komitmennya
dalam pelaksanaan CSR secara konsisten dalam praktik bisnisnya baik dalam bentuk
program-program CSR umum maupun media-spesifik dan on air maupun off air.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti mengenai “Program Corporate Social Responsibility Perusahaan
Media di Indonesia (Studi Kasus: PT. Televisi Transformasi Indonesia - Trans
TV)”.
B. Rumusan Masalah
Melihat fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang masalah
sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah pelaksanaan program CSR di Trans TV?
2.
Pendorong (drivers) dan hambatan (barriers) apa saja yang dihadapi oleh
Trans TV dalam pelaksanaan CSR?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang dinyatakan sebelumnya, yaitu untuk mengetahui,
menelaah, dan menganalisa aplikasi program corporate social responsibility di PT.
Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV). Selain itu juga bertujuan untuk
mengetahui manajemen pelaksanaan CSR di Trans TV, serta mengetahui kendala dan
hambatan yang dihadapi oleh perusahaan dalam pelaksanaan CSR pada industri
media di Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan praktik ideal
CSR yang umum dilakukan serta kemudian memberi catatan tentang pelaksanaan
CSR di media di Indonesia.
4
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun manfaat praktis bagi kajian ilmu komunikasi dan penelitian mengenai
aktifitas CSR perusahaan media yang terus mengalami perubahan di Indonesia.
1.
Memperkaya kajian ilmu komunikasi khususnya studi mengenai tanggung
jawab sosial perusahaan media di Indonesia yang terus mengalami
perkembangan.
2.
Memberikan gambaran dan informasi terkait program corporate social
responsibility perusahaan media, khususnya dalam kasus PT. Televisi
Transformasi Indonesia (Trans TV)
3.
Lebih lanjut lagi laporan penelitian diharapkan dapat memberikan masukan
kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia, baik Trans TV sendiri sebagai
objek penelitian, maupun perusahaan-perusahaan lain mengenai pelaksanaan
program corporate social responsibility oleh sebuah perusahaan.
E. Kerangka Pemikiran
Sesuai dengan permasalahan yang akan ditelaah dalam penelitian ini, yaitu
mengenai program corporate social responsibility di media, maka peneliti akan
menggunakan konsep-konsep mengenai corporate social responsibility terutama
yang terkait dengan implementasi CSR oleh sektor media di Indonesia.
E.1. Konsep Dasar Corporate Social Responsibility
Pembahasan mengenai CSR memerlukan pemahaman dasar mengenai konsep
yang terkait CSR baik yang bersifat konseptual-teoritis maupun praktis. Beberapa
poin penting yang perlu dijelaskan dalam diskusi CSR meliputi definisi CSR,
klasifikasi, tahapan pelaksanaan CSR serta pendukung dan penghambat CSR.
5
E. 1. 1. Definisi Corporate Social Responsibility
John Elkington dalam bukunya berjudul “Cannibal with Forks, the Triple
Bottom Line of Twentieth Century Business (1997) mengajukan sebuah konsep terkait
etika bisnis perusahan yang disebut dengan ―3P‖ atau dikenal juga dengan konsep
Triple Bottom Line yaitu profit, people, dan planet yang bermaksud memberi
gambaran bahwa bukan hanya keuntungan (profit) saja yang diburu oleh pelaku
usaha tapi juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan
ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Filosofi inilah yang
mendasari konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social
responsibility (CSR).
Paul A. Argenti (2007) mengungkapkan mengenai pentingnya reputasi
perusahaan, dan bahwa salah satu faktor yang dapat secara signifikan meningkatkan
reputasi
perusahaan
adalah
pelaksanaan
corporate
responsibility,
yang
didefinisikannya sebagai kewajiban sosial dan lingkungan perusahaan terhadap
konstituen perusahaan serta masyarakat luas.
Definisi CSR yang dikenal luas dirumuskan oleh The World Council for
Sustainable Development (1999:6) menggambarkan CSR sebagai: ―The commitment
of business to contribute to sustainable economic development, working with
employees, their families, the local community and society at large to improve their
quality of life‖.
Sementara itu, organisasi internasional yang lain the Commission of the
European Communities merumuskan definisi yang menyatakan CSR sebagai sebuah
konsep dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam
operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku
kepentingan mereka secara sukarela (Dahlsrud, 2008).
Karenanya CSR bisa diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk
mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik di bidang sosial, ekonomi serta
lingkungan,
bagi
para
pemangku
kepentingannya
sebagai
bentuk
pertanggungjawaban atas dampak operasinya, yang diwujudkan dalam kebijakan
bisnis yang beretika.
6
E.1.2. Klasifikasi Corporate Social Responsibility
Untuk menggambarkan kegiatan CSR perusahaan akan digunakan klasifikasi
program inisiatif sosial atau CSR sebagaimana diungkapkan oleh Kotler dan Lee.
Kotler dan Lee (2005) mengatakan paling tidak terdapat enam program inisiatif CSR
pilihan yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan yang mengaitkan dengan brand
value, misi dan sesuai karakter product brand, hingga berupaya menjadi good citizen
brands yang dipromosikan atau melalui pemasaran sosial, dan sekaligus mampu
meningkatkan citra perusahaan melalui konsep enam prakarsa yang dirancang sebagai
pesan utama CSR, yaitu (2005) :
1.
Corporate Cause Promotions
Perusahaan menyediakan dana, kontribusi perbuatan baik, ataupun sumber
daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan awareness dan
kepedulian mengenai permasalahan sosial ataupun memberikan dukungan
dalam pengumpulan dana, partisipasi, ataupun proses perekrutan secara
sukarela untuk tujuan tertentu. Perusahaan bisa mengelola kegiatan CSR-nya
sendiri, bisa juga menjalin kerjasama ataupun menjadi sponsor dari kegiatan
sosial.
2.
Cause-Related Marketing
Perusahaan berkomitmen menyisihkan beberapa persen keuntungan yang
diperolehnya untuk didistribusikan atau didonasikan kepada kegiatan tertentu
yang spesifik, berdasarkan penjualan produknya.
3.
Corporate Social Marketing
Perusahaan mendukung pengembangan ataupun implementasi dari program
perubahan perilaku yang ditujukan untuk memperbaiki kesehatan publik,
keamanan, lingkungan dan kesejahteraan hidup komunitas (masyarakat lokal).
4.
Corporate Philanthropy
Perusahaan memberikan kontribusi secara langsung kepada sebuah kegiatan
amal atau sosial, lebih sering dalam bentuk pemberian uang, donasi, dan atau
pelayanan khusus.
7
5.
Community Volunteering
Perusahaan mendukung dan mendorong karyawan perusahaan, partner bisnis,
dan atau anggota waralaba, untuk secara sukarela menyisihkan waktu mereka
untuk membantu masyarakat lokal sekitar perusahaan dan kegiatan sosial
lainnya.
6.
Social Responsible Business Practices
Perusahaan mengadopsi dan melaksanakan kebijakan dalam menjalankan
bisnisnya dan kegiatan investasinya yang mendukung kegiatan sosial untuk
memerbaiki
kesejahteraan
hidup
komunitas
(masyarakat
lokal)
dan
mendukung lingkungan hidup.
E.1.3. Tahapan Corporate Social Responsibility
Ada sejumlah elemen atau tahapan yang harus dilalui dalam pelaksanaan
program CSR yang dapat membuat berjalannya program CSR secara maksimal dan
efektif. Wibisono (2007: 127) memilah tahapan-tahapan pelaksanaan CSR sebagai
berikut:
1.
Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini terdapat tiga langkah utama, yaitu awareness building, CSR
assessment, dan CSR manual building. Awareness building adalah langkah
awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen
manajemen. CSR assessment adalah upaya untuk memetakan kondisi
perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan
prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangung
struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif.
Kemudian dilakukan pembangunan CSR
manual.
Hasil
assessment
merupakan dasar untuk penyusunan manual atau pedoman implementasi CSR.
Manual ini merupakan inti dari perencanaan yang akan digunakan sebagai
panduan pelaksanaan CSR.
8
2.
Tahap Implementasi
Perencanaan tidak akan berarti jika sebuah strategi program atau kegiatan
tidak diimplementasikan dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam tahapan ini adalah pengorganisasian sumber daya yang diperlukan
(organizing), penyusunan penempatan sumber daya manusia berdasarkan
tugas yang harus dilakukan (staffing), pengarahan terkait dengan cara-cara
untuk
melakukan
suatu
tindakan
(directing),
pengawasan
terhadap
pelaksanaan (controlling), pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana dan
penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan (evaluating). Ada tiga
langkah utama dalam implementasi yaitu sosialisasi, pelaksanaan, dan
internalisasi. Sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan kepada komponen
perusahaan mengeneai berbagai aspek terkait dengan implementasi CSR
sehingga program CSR yang akan dilaksanakan mendapat dukungan penuh
dari seluruh komponen perusahaan. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada dan berdasar
manual
yang
telah
disusun.
Internalisasi
mencakup
upaya
untuk
memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan.
3.
Tahap Evaluasi
Merupakan tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu
untuk dapat mengukur dan mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan
CSR.
4.
Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun system informasi yang baik
untuk
keperluan
proses
pengambilan
keputusan
maupun
keperluan
keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Pelaporan
dilakukan baik kepada stakeholder maupun shareholder yang berkepentingan.
9
E.1.4. Drivers dan Barriers Corporate Social Responsibility
Terdapat berbagai faktor-faktor penggerak atau drivers yang menyebabkan
perusahaan-perusahaan untuk mengambil pendekatan yang lebih bertanggung jawab
dalam strategi bisnisnya. Bersamaan dengan itu, ada juga sejumlah hambatan atau
barriers yang menjadi tantangan bagi perusahaan untuk mengintegrasikan CSR
dalam kebijakan bisnisnya. Berikut adalah faktor-faktor yang menjadi penggerak
serta penghambat implementasi CSR oleh perusahaan.
E.1.4.1. Drivers dalam Corporate Social Responsibility
Beberapa faktor utama yang menjadi penggerak CSR adalah (Zadek, Pruzan
& Evans, 1997 and George, 2009) :
1.
Nilai (value), pergeseran nilai telah terjadi dalam bisnis di mana mereka tidak
hanya
merasa
bertanggung
jawab
untuk
mencapai
keuntungan
dan
mengumpulkan kekayaan, tetapi juga untuk berkontibusi baik pada komunitas
sosial dan lingkungan.
2.
Strategi, menjadi lebih bertanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan atau
dengan kata lain mempraktikkan CSR sangat penting
bagi strategi
pengembangan (strategic development) perusahaan.
3.
Tekanan publik, berasal dari kelompok-kelompok, konsumen, media, negara
dan badan-badan publik lainnya yang menekan perusahaan untuk menjadi lebih
bertanggung jawab secara sosial.
Lebih lanjut George (2009) juga menyarankan bahwa CSR memegang
perananan yang semakin penting karena membantu organisasi untuk meningkatkan
hubungan mereka dengan masyarakat lokal, meningkatkan nilai merek, dan
membangun citra perusahaan yang baik untuk diri mereka sendiri. CSR kini telah
melanggar kontur filantropi sosial dan melintasi ke arena strategi bisnis untuk
pertumbuhan yang berkelanjutan.
Senada dengan pernyataan diatas, Mirvis dan Googins (2006) merumuskan
faktor-faktor penggerak utama atau key-drivers yang mempengaruhi implementasi
CSR oleh perusahaan; namun mereka lebih spesifik dalam membedakan drivers
10
tersebut menjadi drivers maupun eksternal drivers.
Faktor-faktor yang termasuk
dalam internal drivers biasanya berupa motivasi dari dalam perusahaan, sementara
faktor eksternal pada umumnya merupakan tekanan (pressures) dari pihak diluar
perusahaan.
Faktor eksternal meliputi kondisi socio-economic dan socio-political yang
mempengaruhi perusahaan. Salah satu tekanan dari luar yang membawa mendorong
implementasi CSR adalah ekspektasi dari komunitas terhadap perusahaan. Kekuatan
politik, dalam hal ini berupa hukum dan regulasi juga merupakan faktor eksternal
yang menggerakkan perusahaan untuk menerapkan CSR dalam kebijakan bisnisnya
(Mirvis & Googins, 2006). Sikap konsumen juga membawa pengaruh terhadap
implementasi CSR karena mereka bisa memberi tekanan terhadap perusahaan yang
produk atau jasanya mereka konsumsi (ibid.). Dengan kata lain, CSR bisa
meningkatkan nilai perusahaan dimata konsumen, dan meningkatkan preferensi
maupun loyalitas konsumen terhadap perusahaan.
Internal drivers atau motivasi dalam implementasi CSR meliputi tradisi dan
nilai-nilai
perusahaan.
Jika
perusahaan
sudah
memiliki
komitmen
untuk
mengembangkan tradisi bisnis yang beretika dalam kebijakan perusahaan, maka
hampir dapat dipastikan perusahaan tersebut menerapkan nilai-nilai tanggungjawab
dalam praktik bisnisnya. Motivasi CSR dalam perusahaan bisa datang dari bottom to
the top maupun top to the bottom. Dalam beberapa kasus, driver juga bisa datang dari
tengah dan kemudian mengalir ke top management (ibid.). Kepentingan lain akan
reputasi dan image juga merupakan internal key-drivers bagi perusahaan untuk
mengaplikasikan CSR. Strategi perusahaan dan kebijakan untuk meningkatkan
kompetensi perusahaan dalam menghadapi kompetisi juga merupakan hal lain yang
mendorong aplikasi CSR oleh perusahaan (ibid.).
Berikut ini adalah rumusan Mirvis dan Googins (2006) akan faktor-faktor
yang mendorong perusahaan untuk mengembangkan CSR dalam kebijakan bisnisnya.
11
Gambar 1. 1. Drivers (Penggerak) Potensial Corporate Social Responsibility
Internal Drivers (Motivator):
External Drivers (Pressure):
 Traditions and Values
 Customers and Consumers
 Reputation/ Image
 Expected in Community
 Strategy and Competitivenes
 Laws and Political Pressures
Sumber: Mirvis & Googins, 2006: 123
E.1.4.2. Barriers dalam Corporate Social Responsibility
Laudal (2011) mengungkapkan barriers atau hambatan internal bagi
perkembangan CSR di perusahaan termasuk cost/ benefit ratio yang terjadi saat
perusahaan
tidak
memiliki
sumber
finansial
untuk
mengembangkan
atau
mengimplementasikan program CSR atau saat ada pertentangan antara keuntungan
(profit) dengan kebijakan dan aktifitas bisnis yang beretika (Laudal, 2011). Menurut
Doane (2005), ketika pertentangan itu terjadi maka perusahaan pada umumnya akan
memilih untuk memaksimalkan keuntungan, karena tujuan perusahaan adalah untuk
mencapai keuntungan financial bagi shareholder-nya. Hambatan seringkali datang
manakala shareholders atau manajemen perusahaan menolak untuk berinvestasi
dalam sesuatu yang hanya dapat menghasilkan pengembalian jangka panjang atau
tidak ada pengembalian sama sekali. Internal barrier yang lain adalah tidak adanya
kepemimpinan dan manajemen yang kuat serta berkomitmen untuk mengaplikasikan
CSR dalam perusahaan (Laudal, 2011). Hambatan juga datang saat perusahaan tidak
12
memiliki kemampuan untuk memantau pasar atau tidak memiliki pengetahuan yang
cukup untuk mengintegrasikan CSR.
Lebih lanjut, Loosemore dan Phua (2010) juga merumuskan beberapa faktor
internal yang dianggap menjadi penghalang bagi implementasi strategi CSR oleh
perusahaan. Salah satunya adalah nilai, tradisi dan cara kerja dalam perusahaan yang
sudah lama terbangun hingga menjadi budaya perusahaan. Penghalang lain adalah
skeptisisme tak terelakkan tentang manfaat dari CSR untuk bisnis dan serta
kompleksitas pengelolaan CSR.
Hambatan eksternal yang dapat ditemui dalam pelaksanaan CSR menurut
Laudal (2011) umumnya berasal dari dinamisme lingkungan luar perusahaan yang
terus berubah sehingga sulit untuk dipantau dan diprediksi. Hal ini membawa
tantangan dalam pelaksanaan CSR sebuah perusahaan, yang membutuhkan
kecakapan dan ketanggapan perusahaan untuk mengatasinya.
E.2. Praktik Corporate Social Responsibility oleh Media
Komitmen sektor media untuk mengintegrasikan program tanggung jawab
sosial dalam strategi perusahaan semakin meningkat. Perusahaan media, sebagai
sebuah entitas bisnis, selayaknya menunjukkan perilaku bisnis yang beretika dan
bertanggungjawab baik melalui konten-kontennya (tanggungjawab media-spesifik)
maupun bentuk tanggungjawab sosial yang lebih luas terhadap publik-publiknya.
E.2.1. Tinjauan Corporate Social Responsibility pada Sektor Media
Memahami CSR sebagai kebertanggungjawaban entitas laba atas dampak
operasionalnya maka seharusnya praktik CSR di negeri ini juga melingkupi sektor
industri lain. Banyak industri yang menyadari bahwa operasional dirinya juga
memiliki dampak, sehingga mulai mengembangkan program CSR. Saat ini komitmen
keseimbangan triple bottom line telah melingkupi berbagai industri perbankan,
properti, telekomunikasi, teknologi, dan termasuk media.
Sebagaimana diungkapkan oleh Argenti (2007) kegiatan CSR sangat penting
untuk membangun reputasi perusahaan. Perusahaan media menjadi semakin sadar
13
akan pentingnya reputasi demi keberlangsungan bisnis mereka. Namun media massa
memiliki kelemahan dalam memanfaatkan fungsi public relations untuk diri mereka
sendiri dalam membangun citra perusahaan mereka, yaitu bahwa mereka tidak bisa
bercerita tentang kehebatan diri sendiri di media mereka sendiri (Wasesa, 2006).
Salah satu cara dapat ditempuh oleh media sebagai entitas bisnis untuk meningkatkan
citra perusahaan serta melegitimasi dirinya adalah dengan bertindak sesuai etika
bisnis yaitu dengan melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan.
Perusahaan media memiliki tanggung jawab sosial yang unik. Mereka
memiliki komitmen baik sebagai perusahaan penyiaran (broadcaster) dan sebagai
perusahaan. Sebagai broadcaster, media memiliki peran penting untuk masyarakat
terkait peran mereka sebagai penyedia dan penyebar informasi. Media memiliki
kekuatan untuk menentukan informasi yang akan disampaikan kepada publik dan
bagaimana cara mereka akan mempresentasikannya. Di sisi lain, perusahaan media
adalah entitas bisnis (sebagaimana perusahaan dari sektor lain) yang merupakan
bagian dari sistem masyarakat, harus memiliki tanggung jawab dalam kebijakan
operasionalnya. Sebagaimana perusahaan dari sektor industri lain, media perlu
memahami materi perusahaan yang paling signifikan, lingkungan, masalah dan
dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan terkait dengan aspek lingkungan, sosial,
dan pemerintahan, serta berusaha untuk meminimalkan dampak lingkungan dan
sosial yang negatif, dan memaksimalkan dampak positif (Grayson, 2009).
Walaupun dalam implementasi bisnis media, sebagaimana perusahaan lain,
senantiasa didominasi oleh kepentingan untuk meraih profit, namun media harus
menyadari bahwa pencarian keuntungan harus selalu diiringi dengan keseimbangan
peran media dalam masyarakat.
Kepercayaan publik adalah aspek yang sangat
berharga bagi kelangsungan bisnis media. Sehingga dalam menjalankan bisnisnya,
media
harus
memperhatikan,
mempertimbangkan
bertanggungjawab pada publik-publiknya.
Menurut
dan
lebih
lanjut
Sherman (1987)
lagi
jika
dibandingkan dengan industri yang lain, media memiliki derajat hubungan timbal
balik dan ketergantungan yang cukup tinggi dengan sistem ekonomi, sosial, politik
dan budaya.
14
E.2.2 Bentuk Corporate Social Responsibility pada Sektor Media
Etika dan tanggung jawab sosial industri media dapat dilihat baik melalui
kebijakan terkait dampak operasional bisnis serta produk atau komoditas yang
dihasilkan oleh media. CSR di media televisi bisa dilakukan dalam berbagai bentuk,
baik melalui program media-spesifik atau editoral yang berbentuk tayangan on-air
maupun kegiatan off-air. CSR on-air bisa dilakukan dengan menyediakan komoditas
konten yang baik serta memberikan ruang untuk penayangan iklan layanan
masyarakat (public service announcement) yang menginformasikan program-program
seperti promosi kesehatan, promosi budaya dan seni nasional, pendidikan, program
sosial, program lingkungan serta editorial yang mendukung program-program sosial
(Ingenhoff & Koelling, 2012; Maignan & Ralston 2002). Sementara untuk CSR
dalam bentuk off-air bisa dilakukan dengan beberapa bentuk antara lain community
development, community service, dan corporate philanthropy.
Lebih lanjut Gulyás (2009: 661) mengelompokkan beberapa aktifitas CSR
yang jamak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam sektor media. Dari situ
dapat dilihat bahwa perusahaan media memiliki aktifitas CSR yang sama dengan
perusahaan di sektor industri lainnya, tetapi mereka juga memiliki ekstra beberapa isu
media-spesifik CSR.
Gambar 1.2. Aktifitas CSR pada Industri Media
 Community Activities
 Employee Engagement Activities
 Environmental Sustainability
 Media-specific CSR Activities
Sumber: Gulyás, 2009: 661
15
Aktifitas CSR sektor media, yang pertama merupakan aktifitas yang terkait
dengan komunitas yang terwujud antara lain dengan pemberian donasi dan charity.
Aktifitas selanjutnya adalah upaya untuk melibatkan karyawan dalam aktifitas
perusahaan, diantaranya dengan memeberikan kesempatan karyawan untuk
menyampaikan suara dan aspirasinya melalui meeting maupun forum komunikasi
elektronik, maupun menyediakan komite konsultasi seperti dewan pekerja.
Berikutnya adalah aktifitas environmental sustainability (termasuk didalamnya
pengawasan dalam pembuangan limbah dan recycling), dan yang terakhir adalah
aktifitas-aktifitas CSR yang spesifik atau unik milik media.
Gulyás menjelaskan lebih dalam lagi mengenai kegiatan CSR yang
merupakan aktifitas CSR media-specific sebagaimana nampak pada gambar dibawah
ini.
Gambar 1.3. Aktifitas CSR Media-Spesifik







Producing/ Providing Responsible Media Content
Ensuring Access to Media Content for Disabled and/ or Disadvantaged Consumers
Commited to Diversity in Content
Providing Feedback Channels for Consumers to Comment on Media Content
Ensuring Responsible Advertising
Providing Platform for Public Debates
Supporting Media Literacy and Education
Sumber: Gulyás, 2009: 662
F.
Kerangka Konsep dan Definisi Operasional
Dengan mengacu pada berbagai pendapat yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka pada penelitian ini dapat disusun sebuah model kerangka
konseptual sebagai berikut:
16
Gambar 1. 4. Kerangka Pemikiran Penelitian
Supporting System
CSR Trans TV
Drivers to CSR
Praktik CSR
PT. Televisi Transformasi Indonesia
(Trans TV)
Barriers to CSR
Best/ Bad
Practice CSR
Kerangka konseptual ini akan memberikan gambaran tentang kajian yang
akan diteliti. Unit kajian dalam penelitian ini adalah definisi operasional yang
merupakan fokus kajian peneliti dalam memotret objek penelitian. Berikut adalah
kerangka konseptual penelitian ini:

CSR: dalam penelitian ini konsep CSR dirumuskan sebagai komitmen
perusahaan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, melalui kebijakan
pelaksanaan bisnis yang beretika serta kontribusi sumberdaya yang diberikan
perusahaan, yang implementasinya memiliki tujuan tertentu terkait dengan
kepentingan perusahaan.

Perusahaan media: perusahaan media disini adalah entitas bisnis yang
bergerak dalam bidang media, yang berfungsi untuk memberikan informasi,
menghibur, serta memberikan edukasi bagi audiensnya melalui konten
editorialnya.

Klasifikasi program CSR: pada kenyataannya ada banyak aktifitas perusahaan
yang memiliki dampak sosial, namun tidak semuanya dapat dikategorikan
sebagai CSR. CSR dalam penelitian ini akan ditinjau sesuai klasifikasi sebagai
berikut: corporate cause promotions, cause-related marketing, corporate
17
social-marketing, corporate philanthropy, community volunteering, dan social
responsible business practice.

Trans TV: atau PT. Televisi Transformasi Indonesia adalah sebuah
perusahaan media televisi nasional swasta di Indonesia yang berkantor pusat
di Jl.Kapten Tendean Kav. 12-14A Jakarta 12790.

Perusahaan media pelaku CSR: perusahaan media yang memiliki komitmen
untuk menjalankan bisnis yang bertanggungjawab dan beretika. Perusahaan
media televisi dalam penelitian ini adalah Trans TV sebagai pelaku kegiatan
CSR.

Pelaksanaan program CSR: sebagaimana ternyatakan dalam rumusan masalah
yang pertama, meliputi pembahasan mengenai dasar pelaksanaan CSR bagi
Trans TV, manajemen CSR Trans TV, tahapan CSR Trans TV, dan bentukbentuk program CSR di Trans TV.

Program CSR di media televisi: terkait dengan pelaksanaan CSR di media
televisi, maka dalam hal ini CSR akan ditinjau dari berbagai kegiatannya,
target sasarannya serta bentuk-bentuk programnya. Program CSR media dapat
berupa program on-air maupun program off-air. Program CSR on-air adalah
program CSR yang dilakukan oleh media yang dikemas dalam bentuk konten
siaran, sebagai komoditas utama perusahaan media. Program CSR off-air
adalah program CSR yang dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan nonsiaran.

Tahapan CSR: adalah setiap langkah dalam proses pelaksanaan CSR sebuah
perusahaan, dimulai dari perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan.

Manajemen CSR perusahaan: bagian atau unit-unit dalam perusahaan yang
menjadi aktor dan berperan sebagai supporting system dalam program CSR
pada perusahaan media televisi Trans TV. Membahas mengenai peran, maka
akan ada pihak-pihak yang memiliki tugas dan fungsi tertentu, dan ada yang
akan berperan sebagai penanggungjawab.
18

Drivers dalam CSR: faktor-faktor yang menjadi pendorong atau penggerak
Trans TV sebagai sebuah industri media dalam mengaplikasikan program
CSR-nya, baik yang berasal dari lingkup internal maupun eksternal.

Barriers dalam CSR: faktor-faktor yang menjadi hambatan Trans TV sebagai
sebuah industri media dalam mengaplikasikan program CSR-nya, baik yang
berasal dari lingkup internal maupun eksternal.

Best Practice CSR: praktik-praktik CSR yang dianggap berhasil (efektif dan
efisien) serta layak untuk dilanjutkan.

Bad Practice CSR: praktik-praktik CSR yang dianggap kurang atau tidak
berhasil sehingga tidak layak dilanjutkan.
G. Metodologi Penelitian
Bagian mengenai metodologi penelitian akan membahas mengenai detaildetail teknis yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk didalamnya metode,
objek penelitian dan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, kriteria
kualitas penelitian serta sistematika penelitian.
G.1. Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian kualitatif dipilih karena sesuai dengan fenomena yang akan
diteliti, dan dianggap dapat digunakan untuk memahami program corporate social
responsibility oleh perusahaan media. Serta dapat mengungkapkan situasi
permasalahan secara lebih mendalam, luas dan menyeluruh. Hal ini sesuai dengan
tujuan diadakannya penelitian ini yaitu untuk menganalisis program CSR yang
dilakukan oleh Trans TV.
Penelitian ini menggunakan pendekatan case study. Pendekatan studi kasus
diharapkan dapat lebih menjelaskan temuan-temuan di lapangan dengan lebih rinci,
lebih menyeluruh, lebih jelas, dan lebih mendalam.
Dalam studi kasus peneliti
berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Dalam
penelitian ini, guna memperoleh data terkait fokus penelitian, peneliti akan
19
melakukan wawancara, pengamatan, penelaahan dokumen, serta data-data lain yang
dapat menguraikan mengenai pelaksanaan corporate social responsibility di media,
khususnya dalam kasus Trans TV.
Dalam penelitian deskriptif peneliti langsung turun ke lokasi penelitian dan
berusaha mengumpulkan data selengkap mungkin sesuai dengan permasalah yang
akan diteliti. Dalam hal ini, peneliti akan turun langsung dan mengadakan penelitian
di lokasi penelitian yaitu Trans TV, khususnya ke departemen-departemen yang
menjadi penanggungjawab maupun departemen atau unit lain yang memiliki peran
dalam pelaksanaan CSR perusahaan, sehingga diperoleh informasi yang menyeluruh
dan jelas mengenai situasi permasalahan yang diteliti.
Berikut adalah design terperinci kegiatan penelitian:
1.
Mengakses data profil perusahaan : (a) Identitas perusahaan yang mencakup
logo perusahaan, misi, dan visi; (b) Sejarah dan perkembangan perusahaan;
(c) Manajemen dan struktur perusahaan; (d) Programming dan positioing
perusahaan; (e) Fasilitas perusahaan; (f) sumber daya manusia perusahaan; (g)
data lain yang relevan.
2.
Mengakses dokumen mengenai kegiatan CSR yang dilakukan oleh
PT.Televisi Transformasi Indonesia, yang meliputi: (a) Latar Belakang
pelaksanaan program CSR PT.Televisi Transformasi Indonesia; (b) Ruang
lingkup CSR PT.Televisi Transformasi Indonesia; (c) Bentuk program CSR
PT.Televisi Transformasi Indonesia; (d) Sasaran program CSR PT.Televisi
Transformasi Indonesia; (e) Tahapan dan manajemen pelaksanaan program
CSR PT.Televisi Transformasi Indonesia.
3.
Mengakses rekaman arsip dan studi pustaka : Data survei, riset sosial, riset
CSR, riset media, riset audiens yang terkait dengan pelaksanaan program CSR
di media. Serta mengakses sumber-sumber kepustakaan antara lain buku,
internet, jurnal, majalah, surat kabar yang terkait dengn topik penelitian.
4.
Melakukan wawancara dengan informan-informan kunci (keyperson) dalam
penelitian.
20
5.
Melakukan penulisan, analisa hasil wawancara, dan melakukan wawancara
dan penelitian tambahan jika diperlukan.
G.2. Objek Penelitian dan Informan
Objek dalam penelitian ini adalah program corporate social responsibility
dengan lokasi penelitian di PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV). Trans
TV merupakan salah satu perusahaan televisi swasta di Indonesia yang terletak di Jl.
Kapten Tendean Kav. 12-14A Jakarta Selatan 12790. Sedangkan informannya adalah
pihak-pihak terkait yang dapat memberi jawaban terkait dengan tujuan penelitian.
G.3.Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini akan dilaksanakan di PT.Televisi Transformasi Indonesia
dengan fokus pada program corporate social responsibility. Untuk memperoleh data
yang dibutuhkan akan digunakan teknik observasi, wawancara serta studi
kepustakaan dan sumber-sumber lainnya. Diharapkan data-data yang diperoleh bisa
dianalisis berdasarkan konsep yang digunakan, atau dengan mengembangkannya
melalui deskripsi kasus yang diteliti.
1.
Observasi
Pengamatan dan pencatatan peristiwa dilakukan dilokasi penelitian, yaitu
Trans TV, serta lokasi-lokasi pelaksanaan CSR Trans TV dimana peneliti
akan mengamati dan mencatat fenomena yang terkait dengan fokus
penelitian. Objek yang akan diobservasi adalah program CSR, berikut
tahapan-tahapan pelaksanaannya, serta pihak-pihak yang terlibat dan
bertanggungjawab dalam pelaksanaan setiap tahapan CSR.
2.
Wawancara
Dalam penelitian ini, interview akan dilakukan dengan sejumlah narasumber
di Trans TV yang merupakan pihak-pihak yang terkait dengan fokus
penelitian, memiliki kompetensi dalam menjawab pertanyaan wawancara,
dan diharapkan mampu memberikan jawaban yang sesuai dengan fokus
penelitian. Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mencari tahu pemikiran
21
narasumber yang terkait dengan program CSR Trans TV (detail pertayaan
dapat dilihat di lampiran).
3.
Studi Kepustakaan
Teknik ini berupa pencarian dan pengumpulan berbagai data-data tertulis
yang terkait dengan CSR, serta konsep-konsep yang terkait dengan CSR
sebagai bahan dasar penelitian. Data dapat diperoleh dari:

Kajian kepustakaan, yaitu dengan menelaah buku-buku ilmiah, jurnal,
majalah, surat kabar, dan sebagainya yang berhubungan dengan
program CSR khususnya yang dilakukan ole industri media.

Kajian dokumen atau rekaman arsip, yang berupa laporan kegiatan,
laporan tahunan, jurnal, dan data lain yang terkait dengan
pengimplementasian corporate social responsibility di Trans TV.

Internet, yaitu mengambil data berupa artikel, karya tulis maupun
berbagai data dari website resmi yang memiliki keterkaitan dengan isu
yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu mengenai pelaksanaan CSR
khususnya pada industri media dan lebih fokus lagi adalah CSR yang
dilakukan oleh Trans TV.
22
G.4. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara, dan kajian kepustakaan perlu dianalisis agar nantinya dapat
memberikan gambaran yang lebih lengkap dalam pembahasan. Analisis data telah
dimulai sejak proses pengumpulan data dimulai, hingga berakhirnya pengumpulan
data. Analisis data yang dilakukan pada
saat pengumpulan data berguna untuk
pengorganisasian data sehingga terlihat kelengkapan datanya. Dan jika data yang
terkumpul belum lengkap, maka teknik pengumpulan data bisa dilakukan kembali
hingga data yang diperoleh lengkap. Peneliti akan memberikan validitas data melalui
teknik triangulasi data. Data yang diperoleh di lapangan (data hasil observasi
langsung dan data hasil wawancara mendalam) akan dianalisis dengan menggunakan
referensi lain serta interpretasi dari peneliti.
Analisis data yang dilakukan meliputi 3 tahapan. Yang pertama, reduksi data
dimana data yang ada dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok serta memfokuskan
pada hal-hal penting untuk mencari tema. Data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti melakukan
pengumpulan data selanjutnya, serta mencarinya jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Kedua, penyajian data dimana setelah data direduksi akan dilakukan penyajian
singkat dalam bentuk uraian singkat, bagan, dll. Tahapan ini memudahkan peneliti
untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan apa yang harus dilakukan.
Tahap ketiga adalah penarikan kesimpulan dimana, dimana kesimpulan didukung
oleh data yang valid dan konsisten sehingga menghasilkan kesimpulan yang kredibel
(Sugiyono, 2005).
G.5. Kriteria Kualitas Penelitian
Untuk memastikan hasil penelitian yang dilakukan berkualitas atau tidak
maka
akan digunakan metode triangulasi. Triangulasi menurut Moleong (2004)
yakni teknik pemeriksaan data yang ada untuk keperluan pengecekan atau sebagai
23
pembanding terhadap data tersebut. Pada penelitian ini teknik triangulasi yang akan
digunakan adalah teknik triangulasi sumber dan metode.
Pada teknik triangulasi sumber, peneliti membandingkan dan melakukan
pengecekan kembali terhadap derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
dengan menggunakan alat dan dalam waktu yang berbeda dalam metode kualitatif.
Teknik ini bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut (Patton dalam Moleong, 2004):
1.
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2.
Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
3.
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4.
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan bebagai pendapat
dan pandangan orang seperti rakya biasa, orang yang berpendidikan
menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
5.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Kedua, triangulasi metode, menurut Patton (dalam Moleong, 2004) terbagi
menjadi dua strategi, yaitu:
1.
Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian berupa teknik
pengumpulan data.
2.
Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama.
Pada penelitian ini data-data yang diperoleh melalui suatu teknik kemudian
dilengkapi dengan hasil data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang
lain sehingga dapat dipastikan bahwa data-data yang diperoleh memang berkualitas
dan faktual.
G.6. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan dilaporkan dalam skema atau format sebagai berikut:
24
Bab I Pendahuluan
Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian,
manfaat
penelitian,
kerangka pemikiran,
metodologi penelitian, serta limitasi penelitian.
Bab II Corporate Social Responsibility dan Media
Merupakan pengembangan dari kerangka teori yang telah diuraikan pada Bab
Pendahuluan. Bab ini akan menampung hal-hal yang belum tercantum dalam
kerangka teori serta mengaplikasikannya dalam konsep penelitian sesuai
dengan permasalahan dan objek penelitian. Adapun kerangka pemikiran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah konsep-konsep yang berkaitan dengan
CSR dan implementasinya oleh media.
Bab III PROFIL PT. TELEVISI TRANSFORMASI INDONESIA
Bab ini berisi penjelasan dan gambaran mengenai PT. Televisi Transformasi
Indonesia sebagai objek penelitian. Termasuk didalamnya yaitu sejarah dan
perkembangan perusahaan, visi dan misi perusahaan, manajemen dan struktur
organisasi khususnya yang terkait dengan pelaksanaan CSR di Trans TV.
Bab IV Temuan dan Analisis Program Corporate Social Responsibility
PT. Televisi Transformasi Indonesia
Bab ini berisikan pembahasan permasalahan penelitian dimana hasil data-data
yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data, baik itu observasi,
wawancara serta studi kepustakaan kemudian dianalisis berdasarkan konsep
yang dikemukakan pada konsep pemikiran sebagaimana telah tertuang pada
Bab II dan merupakan jawaban dari identifikasi masalah yang dikemukakan
pada Bab I. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data model
Miles dan Huberman.
Bab V Penutup
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta berbagai rekomendasi dari
peneliti terhadap permasalahan yang diteliti berdasarkan kesimpulan peneliti
baik secara akademis maupun praktis, disesuaikan dengan tujuan dan manfaat
penelitian sebagaimana tertera pada pendahuluan.
25
H.
Limitasi Penelitian
Untuk memudahkan penelitian perlu adanya penentuan dan pembatasan ruang
lingkup penelitian. Karena Trans TV adalah perusahaan yang berusia relatif muda,
sehingga program CSR yang dilaksanakannya diasumsikan belum terlalu lama, maka
penulis membatasi kajian penelitian pada program-program corporate social
responsibility yang dilakukan PT.Televisi Transformasi Indonesia mulai awal
pelaksanaan program CSR hingga tahun 2012.
26
Download