Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 254 PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH DAN NILAI-NILAI POSITIF DI DALAMNYA Nurlaili Abstraction; This article told about well family and how to apply it in our life. It is interested to discuss since there are many hardness in family right now which lead to broken home. Well family is a home where there is calm, love and affection feelings. If those feeling always appear in our home, we feel heaven in our home. To achive it, we must have planning organizing directing and controlling in our house. Those steps must be applied by moeslim people in order to get well family. Kata Kunci: Pembinaan, Keluarga, Sakinah A. PENDAHULUAN Allah telah menciptakan manusia yang menghuni bumi ini dalam bentuk dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Dari sana pulalah, Allah menanamkan benih cinta dan kasih sayang antara dua makhluk ini, sehingga dari hubungan kedua jenis manusia ini lahirlah anak cucu yang akan melanjutkan kehidupan untuk memelihara bumi sampai akhir zaman. Agar hubungan kedua anak manusia itu senantiasa sehat dan terjaga, Islam telah mengaturnya secara lugas dan lengkap dalam Al-qur'an al-karim dan hadits, dengan jalan memasuki satu babak baru dalam kehidupan yaitu pemikahan. Pemikahan adalah peristiwa sakral yang paling dikenang dalam perjalanan hidup seseorang. Pernikahan menurut pandangan Islam adalah penyatuan hati-hati yang suci, sebagai landasan bagi tumbuhnya rasa tentram, tenang dan aman serta merasa terlindungi. Menikah juga merupakan momen penuh berkah yang diharapkan oleh setiap insan, mengikat janji dengan nama Allah, menyatukan langkah menuju rumah tangga Islami, dengan pendamping hidup pilihan. Lalu timbul pertanyaan, apa sebenarnya yang dimaksud dengan rumah tangga islami itu? Apakah rumah tangga yang dihuni oleh anggota keluarga yang semuanya beragama Islam? Apakah lantaran rumahnya dihiasi dengan stiker dan gambar-gambar perjuangan Islam? Lalu 254 Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 255 bagaimana indikasinya? Rumah tangga Islami adalah rumah yang di dalamnya terdapat sakinah, mawaddah dan rahmah (perasaan tenang, cinta dan kasih sayang). Perasaan itu senantiasa melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota keluarga merasakan suasana surga di dalamnya. Baiti jannati, demikian slogan mereka sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Hal itu terjadi karena Islam telah mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berskala individu, kelompok, bahkan antar negara sekalipun. Demikian pula dalam keluarga, terdapat peraturan-peraturan baik rinci maupun global yang mengatur individu maupun keseluruhannya sebagai satu kesatuan. Inilah ciri khas rumah tangga islami. Antar anggota keluarga bersama-sama untuk berkhidmat pada aturan Allah SWT. Mereka bergaul dan bekerja sama di dalamnya untuk saling menguatkan dalam beribadah kepada-Nya. Membentuk rumah tangga islami, merupakan tugas berat setiap anggota keluarga. Menurut Cahyadi Takariawan, paling tidak ada sepuluh konsekuensi dasar yang menjadi landasan bagi tegaknya rumah tangga islami, yakni: didirikan atas landasan ibadah, terjadi internalisasi nilai-nilai islam secara kaffah, terdapat qudwah, yang nyata, penempatan posisi masing-masing anggota keluarga harus sesuai dengan syari'at, terbiasa tolong menolong dalam menegakkan adab-adab Islam, rtunah tangga harus kondusif bagi terlaksananya peraturan Islam, tercukupi kebutuhan materi secara wajar, menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan semangat Islam, berperan dalam pembinaan masyarakat dan terbentengi dari pengaruh lingkungan yang buruk. Untuk itu, menciptakan sakinah, mawaddah dan rahmah dalam sebuah keluarga bukanlah hal sepele, meski tak layak kiranya kita mempersulit diri untuk mewujudkannya. Memang banyak unsur harus dipersiapkan dan diperhatikan untuk mencapai itu semua. Islam menetapkan berbagai patokan dan pola yang harus dilalui, direncanakan dan dilaksanakan sejak memilih jodoh, menentukan siapa yang boleh dikawini dan yang tidak boleh, penilaian terhadap calon suami dan istri, penetapan wali dan akad, yaitu ijab qabul sampai kepada syarat dan rukun nikah, mahar, nafkah dan lain sebagainya. Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 256 Berbagai ayat dan haditspun menunjukkan bagaimana suami dan istri harus menjaga keutuhan rumah tangga serta selalu mengontrol jalannya kehidupan keluarga dengan penuh kasih sayang, sabar dan penuh tanggung jawab. Bahkan jika terjadi perselisihan, Islam memberikan petunjuk bagaimana mengatasi dan menyelesaikannya, sehingga rumah tangga tersebut akan tetap utuh dan berjalan pada rel yang dikehendaki oleh Allah. Dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas, nyatalah bahwa prinsip manajemen moderen juga diterapkan dalam ajaran perkawinan islam, yaitu adanya planning dalam pemikahan, organizing, directing, sampai kepada controlling rumah tangga. Itulah diantaranya langkah-langkah yang harus diterapkan oleh keluarga muslim untuk mewujudkan tujuan pernikahan, yakni terciptanya tata kehidupan sakinah, mawaddah dan rahmah dalam keluarga. B. PEMBAHASAN a) Makna Sakinah Kata sakinah terambil dari akar kata sakana, dan berdasarkan hasil telaah yang telah dilakukan, kata sakinah dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 69 kali dalam bentuk derivasi yang berbeda, terkadang disebutkan dalam bentuk fi'il madhi, mudhori', amr, isim mashdar, isim fa'il, sifat, isim makan dan isim maf ul Kata sakana yang berarti diam atau tenangnya sesuatu setelah bergejolak. Itulah sebabnya mengapa pisau dinamakan sikkin karena sikkin adalah alat yang menjadikan binatang yang disembelih tenang, tidak bergerak, setelah tadinya ia meronta. Sedangkan menurut kajian semantik Arab, sakana memiliki arti althuma'ninah yang berarti ketenangan dan al-rahmah (kasih sayang).15 M. Rasyid Ridho mengemukakan bahwa sakinah adalah sikap jiwa yang timbul dari suasana ketenangan dan lawan dari kegoncangan batin dan ketakutan. Sedangkan Raqib alIsfahan (ahli fiqh dan tafsir) mengartikan sakinah dengan tidak adanya rasa gentar dalam menghadapi sesuatu. Mengacu kepada pengertian sakinah yang disebutkan dalam al-Qur’an Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 257 sebanyak 69 ayat, mempunyai makna yang hampir sama dengan Q.S al-Rum (30):21 dan al-A'raf (7): 189 adalah : 1. Sakinah adalah ketenangan batin yang diturunkan (barasal) dari Allah SWT. 2. Ketenangan tersebut hanya diberikan kepada Rasul dan orang-orang beriman dan orang yang senantiasa bertaqwa kepada Allah. 3. Ketenangan tersebut merupakan kemantapan hati yang terjaga dari pengaruh negatif, sehingga seseorang merasakan suatu kebahagiaan tertentu (rasa sukses) Dari berbagai ungkapan di atas, dapat dipahami bahwa sakinah adalah ketentraman, ketenangan, kedamaian, rahmat dan thuma'ninah yang berasal dari Allah dan secara khusus diberikan kepada orang-orang beriman pada saat menghadapi kesulitan. Maka makna sakinah dalam suatu pernikahan adalah ketentraman jiwa dan ketenangan batin yang diperoleh sepasang suami isteri setelah keduanya memasuki gerbang pemikahan. Sebab, sesudah perkawinan berlangsung Allah akan memperlihatkan kekuasaan-Nya, yaitu melimpahkan perasaan cinta kasih dan saling menyayangi dan membutuhkan antara suami istri sehingga akan muncul ketentraman jiwa yang dalam bahasa qur'an disebut sakinah. B. DEFINISI KELUARGA SAKINAH Dari arti-arti etimologi tersebut di atas, kita memperoleh gambaran yang jelas bahwa keluarga sakinah yang dikehendaki oleh fitrah manusia dan agama adalah keluarga yamg dibina atas perkawinan yang syah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia. Merujuk kepada pemyataan di atas, untuk membentuk keluarga sakinah haruslah diawali dengan jalinan hubungan yang syah yakni melalui pemikahan. Rumah tangga yang terbina melalui pernikahan yang syah, akan Allah limpahkan rahmat-Nya berupa cinta kasih sejati antara anggota keluarga, dan Allah pun Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 258 inenjanjikan ketentraman antara dua insan suami istri tersebut, bahkan lebih dari itu dengan pernikahan akan terpelihara kehormatan dan pada hakekatnya merupakan manifestasi ketaatan seorang hamba terhadap aturan Allah dan sunah Nabi. Berikut akan diungkapkan ciri-ciri keluarga sakinah, diantaranya adalah : 1. Suasana kehidupan keluarga yang damai, tenang dan Baling percaya mempercayai, bebas dan kesukaran dan bencana sera sejahtera. 2. Suasana kehidupan yang tercipta dalam keluarga dimaksud tumbuh dari rasa kasih sayang antara sesama anggotanya yang bersumber dan keimanan kepada Allah SWT. 3. Karena keimanan tersebut maka Allah SWT menumbuhkan sakinah dalam kehidupan berkeluarga, yaitu berupa kemantapan dan ketenangan batin. Untuk memperoleh ketenangan batin yang hakiki, hendaknya setiap manusia selalu mengingat Allah di setiap waktu dan tempat dan di setiap sendi kehidupan. Hubungan antara hal itu makin diperkuat dengan hasil penelitian biokimia oleh Prof. Dr. Muhammad Mahmud Abdul Kadir dalam bukunya Biologi Iman. la menyirnpulkan bahwa di dalam diri manusia terdapat kelenjar-kelenjar tertentu yang secara mekanis dapat mempengaruhi sikap dan suasana hati seseorang. Dan suasana itu akan twnbuh jika seseorang itu merasa dirinya terlindungi, tentram, bahagia dan damai serta saling mencintai. Namun dalam kadar yang paling puncak, perasaan tersebut hanya mungkin terpenuhi bila hal itu diproyeksikan dalam bentuk iman kepada Allah. Untuk itu dapat dipahami bahwa terdapat hubungan yang berarti antara unsur-unsur kimiawi yang ada dalam tubuh manusia dengan keimanan pada Allah SWT. Oleh sebab itulah dapat dilihat adanya hubungan antara keluarga sakinah dengan tingkat keimanan seseorang. Tingkat keimanan seseorang dapat dilihat melaui tingkah laku dan sikapnya terhadap perintah Tuhan. Maka keluarga sakinah adalah suatu potret tentang keluarga yang selalu berada dalam koridor hukum-Nya dan setiap anggota keluarga senantiasa meniti kehidupan dengan aturan-aturan-Nya. Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 259 C. PEMBINAAN DAN NILAI POSITIF DALAM KELUARGA SAKINAH Al-Quran melukiskan jalinan rasa cinta dan ikatan antara suami istri dengan kata-kata yang indah dan gaga bahaga yang apik dalam Q.S. al-Rum (30):.21. Dimana hakekat yang terkandung dalam jalinan cinta tersebut adalah mawaddah dan rahmah sebagai suatu ketentraman (sakinah) yang dibutuhkan oleh masing-masing individu (pria dan wanita). Maka dan itu hanya dengan pasangannyalah is dapat menikmati manisnya cinta dan indahnya kasih sayang serta kerinduan tatkala jauh dan pasangannya. Itulah antara lain firman Allah yang memberikan identifikasi tentang prmsip pembinaan rumah tangga yang sakinah dalam Islam. Ayat tersebut secara tersirat dan tersurat menjelaskan bahwa rumah tangga yang lebih berhasil dalam arti yang mendatangkan perasaan tenang, tentram dan sakinah adalah setelah proses pemikahan itu berlangsung. Setiap manusia mengetahui bahwa mereka mempunyai perasaan tertentu terhadap lawan jenisnya. Dan perasaan-perasaan itu timbullah saling keterkaitan dan akhirnya terjadilah perkawinan antara laki-laki dan perempuan itu. Dalam sebuah perkawinan itulah laki-laki menganggap hanya istrinyalah wanita yang paling cantik dan baik, sedang bagi wanita itu, hanya suaminyalah laki-laki yang menarik hatinya. Lebih dan itu, wanita adalah sumber ketenangan, ketentraman dan stabilitas mental bagi laki-laki. la juga berperan sebagai pelindung bagi putraputrinya dari kondisi ketidakacuhan dan keterasingan. Bahkan wanita juga dainggap sebagai sumber kasih, cinta dan kasih sayang yang senantiasa memancar untuk suami dan putra-putnnya. Semuanya ini merupakan modal yang paling berharga dalam membina rumah tangga. Dengan adanya rumah tangga yang bahagia, jiwa dan pikiran akan menjadi tentram, tubuh dan hati menjadi tenang, kehidupan dan penghidupan menjadi mantap, tak terkecuali kegairahan hiduppun akan muncul dan pads akhirnya ketentraman secara menyelunrh akan tercapai. Dari ayat tersebut di atas (al-rum (30):21), Mahmud Syaltut dalam tafsirnya mengemukakan bahwa kebahagiaan hidup suami istri itu dilandaskan Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 260 atas tiga unsur, ketentraman, kecintaan dan kasih sayang. 2' Ungkapan ini mempunyai nilai tersendiri dan menuntut adanya ketulusan dan pemeliharaan hati antara suami istri sehingga keluarga sakinah yang menjadi cita-cita perkawinannya, akan terwujud. Sedangkan menurut Quraish Shihab, ada empat unsur yang mana antar keempat unsur ini saling berkaitan satu sama lain dan jaringan keterkaitan inilah yang harus dimiliki oleh sepasang suami istri untuk mengantarkannya kepada rumah tangga yang sakinah, atau diistilahkan oleh beliau sebagai tali temali, ruhani perekat pernikahan, yaitu cinta, mawaddah, rahmah dan amanah Allah. Kata cinta tentu sangat akrab dengan pasangan suami istri yang telah melangsungkan pemikahan. Sebab atas dasar inilah seorang suami dan istri berani memutuskan untuk hidup bersama. Diantara tanda cinta itu adalah: 1. Tunduk pada perintah orang yang dicintai, bahkan lebih dari itu adalah penyatuan kehendak orang yang mencintai dan dicintai. 2. Bersabar menghadapi kebiasaan, ucapan, dan tindak tanduk orang yang dicintai. 3. Mendengarkan perkataan orang yang dicintai. 4. Mau berkorban demi menyenangkan orang yang dicintai. Tanda-tanda tersebut di atas hendaklah kita perhatikan dan kita evaluasi apakah tetap berlangsung sampai beberapa tahun berumah tangga apakah hanya di tahun-tahun pertama saja? Dengan suasana penuh cinta tersebut, terciptalah perasaan sama-sama senang dan meredam emosi yang negatif sehingga kehidupan keluarga membawa kebaikan dan ketenangan bagi anggota keluarga dan lingkungannya. Mawaddah tersusun dari huruf-huruf m-w-d-d, yang maksudnya berkisar pada kelapangan dan kekosongan. Mawaddah adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak yang buruk. Mawaddah adalah cinta plus, demikian Quraish Shihab mengibaratkannya. Sebab seseorang yang diliputi hatinya dengan mawaddah, tidak akan memutuskan hubungan dengan pasangannya, Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 261 dikarenakan hatinya akan lapang dan kosong dari keburukan sehingga pintu hatinya akan senantiasa tertutup untuk menerima keburukan dari pasangannya. Dengan kata lain, mawaddah akan mampu membuat seseorang menerima dengan ikhlas segala kekurangan dan keburukan yang ada pada diri pasangannya. Tentu saja kondisi kejiwaan ini terbentuk sejak awal, apakah niatnya menikah. Sebab niat yang suci akan berpengaruh pada terhadap apa yang ada di dalam hatinya dan dari sanalah muncul mawaddah. Menurut Ibrahim al-Biqa'i, mawaddah adalah cinta yang pengaruhnya terlihat pada perlakuan, seperti tampaknya kepatuhan akibat rasa kagum dan hormat pada seseorang. Sebagaimana mawaddah, kata rahmah yang selalu dihubungkan dengan pemikahan, juga terambil dari ayat 21 dalam surat al-rum. Rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul di dalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan sehingga mendorong yang bersangkutan untuk memberdayakannya2' Oleh sebab itu dalam kehidupan berumah tangga masing-masing pasangan suami istri hendaknya sating melengkapi dan membantu satu sama lain, karena selayaknya mereka menyadari bahwa betapapun hebatnya seseorang is pasti mempunyai kekurangan begitu juga sebaliknya bagaimanapun lemahnya seseorang atau serba kekurangan sekalipun pastilah terdapat unsur kelebihannya. Satu tali pernikahan lagi yang tak kalah pentingnya adalah amanah. Amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain dan selanjutnya menjadi tanggung jawab orang yang diamanati itu. Demikian juga dengan sualni istri, istri adalah amanah di pelukan suami dan suami pun amanah di pangkuan istrinya. Karena adanya amanah dari berbagai pihak pulalah (suami, istri dan keluarga masing-masing), seorang laki-laki dan perempuan bersedia hidup bersama dengan segala perbedaannya. Menikah berarti slap menerima persmaan dan perbedaan, kesenangan dan penderitaan, kecocokan dan percekcokan, kaya dan miskin dan sebagainya. Penafsiran M. Said Tantowi dalam tafsimya al-Wash menjelaskan bahwa mawaddah berarti cinta (mahabbah) sedang rahmah berarti santun atau belas Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 262 kasihan (ra'fah). Tafsiran senada diungkapkan oleh Ibnu Katsir, untuk itu seorang laki-laki meminang wanita ada kalanya dengan berdasarkan cintanya dan ada kalanya dengan belas kasihannya, yang mana keduanya ini sangat dibutuhkan dalam berumah tangga. Zuhaili dalam tafsimya menjelaskan bahwa Allah menumbuhkan perasaan mawaddah kepada dua jenis laki-laki dan perempuan (suami istri) yang berarti mahabbah dan rahmah, yaitu adanya syafagah (belas kasib) dalam dua insan tersebut sehingga antara satu dengan lain saling tolong menolong dalam mengarungi bahtera nunah tangga hingga sakinah, thuma'ninah dan khudu' dalam sebuah keluarga akan terwujud sempurna. Sedangkan menurut Mujahid dan Ikrimah kata mawaddah adalah sebagai ganti dari kata nikah (bersetubuh, bersenggama) dan kata rahmah adalah sebagai kata ganti dari anak. Jadi menurut Mujahid dan Ikrimah, maksud perkataan Tuhan "Bahwa Dia menjadikan antara suami dan istri rasa kasih sayang ialah adanya perkawinan sebagai yang disyari'atkan Tuhan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita dari jenisnya sendiri, yaitu jenis manusia dan akan terjadilah persenggatnaan yang menyebabkan adanya anak-anak dan keturunan". Dari beberapa penafsiran tentang mawaddah dan ralunah di atas, penulis lebih cenderung kepada penafsiran mawaddah dan rahmah sebagai jiwa yang suci dan bersth yang siap menerima dan menyempumakan segala kekurangan yang ada pada pasangannya. Dengan adanya ini, semua masalah yang timbul mudahmudahan dapat dihadapi oleh setiap pasangan dan perkawinan akan menjadi sakinah, sebab suami mampu bersikap baik terhadap kekurangan dan keburukan istri demikian juga sebaliknya. Untuk itu jadikanlah perkawinan sebagai ladang amal. Niatkanlah menikah sebagai jembatan untuk mencapai ridho Allah. Suami yang sibuk menyayangi dan membahagiakan istrnya lahir dan batin, niscaya akan mendapatkan balasan setimpal dari Allah dan istrinya. Demikian juga istri yang ingin disayangi oleh suami hendaklah memuliakan suaminya dengan ikhlas, Allah pun akan melembutkan hati sang suami untuk menyayanginya dengan penuh keikhlasan pula. Dari sini kita dapat memahami bahwa perkawinan menurut pengertian Al- Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 263 Qur'an bukanlah suatu (yang terlihat mata) proses berkumpulnya pria kepada wanita saja, akan tetapi perkawinan adalah suatu proses pembuangan prediket individualitas secara psikologis dan organis dengan mempertemukan secara sempurna antara suami istri agar bercampur, saling mempngaruhi dan memberi pengaruh, berhubungan dan mengikat seluruh perasaan jiwa dan raganya untuk menyempurnakan keutuhan antara mereka berdua. Lewat proses yang demikian itu, dimaksudkan agar kedua suami istri menjadi dasar kelangsungan hidup dan pengembangbiakan anak manusia. Sebab berkembangnya manusia itu sebagai hasil atau satu kesatuan yang saling melengkapi antara suami istri. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-A'raf (7) :189. Dalam ayat ini tersirat makna bahwa sernua manusia yang tersebar di muka bumi ini berasal dan Adam dan makna liyaskuna pada ayat ini menurut Ibnu Katsir adalah, Allah menjadikan Hawa dari tubuh Adam supaya ia jinak, tenang dan senang kasih kepadanya. Adam tak lengkap tanpa istri dan istri tak lengkap tanpa suami. Penafsiran senada juga terdapat dalam tafsir Jalalain, dimana liyaskuna pada penciptaan istri untuk suami adalah bertujuan agar dia merasa senang hidup dengan kasih sayang.32 Untuk itu terdapat penafsiran senada dalam QS al-Rum (30):21 dan al-A'raaf (7):189, dimana ketenangan, ketentraman, suasana sejuk dalam sebuah keluarga akan terwujud dalam pernikahan yang dibangun diatas landasan syari'at. Dari sebuah keluarga sakinah ini, dapat diambil nilai-nilai positff bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah : 1. Rurnah tangga/keluarga sakinah memberikan kesempatan kepada setiap anggotanya untuk melaksanakan ibadah secara maksimal dan mengintemalisasikan nilai-nilai ajaran islam secara komprehensif. 2. Setiap anggota keluarga dapat mengetahui hak dan kewajiban masing-masing berdasarkan syari'at untuk kemudian melaksanakannya. 3. Akan terbangun sikap yang kondusif dalam hal sating tolong menolong dalam menjalankan peraturan Islam. Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 4. 264 Setiap anggota keluarga sakinah mempunyai benteng yang kokoh untuk melawan semangat-semangat yang bertentangan dengan semangat Islam. 5. Selalu merasakan suasana ketentraman dan kesejukan dihati masing-masing anggota keluarga yang berdampak pada psikologis individu yang baik. 6. Dan keluarga sakinah akan muncul generasi yang kuat baik dalam material maupun spiritual. Anak-anak shalih yang akan menyejukkan hati orang tua akan lahir melalui keluarga sakinah. 7. Selain memberi manfaat bagi anggotanya, keluarga sakinah dapat juga bennanfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya , setidaknya memberi contoh yang baik. III. SIMPULAN Pernikahan adalah peristiwa sakral dalam kehidupan setiap umat manusia, dimana pemikahan bukan hanya melegitimasi suatu hubungan kasih sayang antara pria dan wanita tapi jauh lebih mulia dari semua itu, pemikahan dalam Islam adalah bentuk ketaatan menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta melestarikan kekhalifahan manusia di muka bumi, diantaranya dengan menikah. Bentuk pernikahan yang dikehendaki oleh Allah adalah pemikahan yang dibangun atas dasar-dasar syan'at Islam, yang mana Islam telah menggambarkan dan membimbing bagaimana proses pemikahan sejak awal dilakukan. Memilih pasangan yang tepat adalah langkah awal yang hares benar-benar diperhatikan. "Pilihlah wanita karena agamanya", demikian kurang lebih Rasul mengisyaratkan jika langkah awal ini sudah tepat kemumgkinan untuk membina keluarga sakinah bersama pasangan akan terwujud. Terwujudnya keluarga sakinah adalah dambaan setiap insan. Dan dari keluarga sakinah inilah nilai-nilai luhur dapat kita petik baik oleh anggota keluarga maupun oleh masyarakat sekitamya. Hidup di tengah keluarga sakinah, ajaran, syari'at dan peraturan-peraturan Islam akan mudah diterapkan dalam kehidupan nyata, sebab bagaimanapun situasi dan kondisi sangat mendukung untuk terjadinya bimbingan, pengawasan dan arahan oleh setiap anggota keluarga. Termasuk, suasana kedamaian dalam keluarga sakinah yang berdampak Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 265 pada pembentukan psikologis yang baik semua individu, anak-anak shalih yang akan meramaikan rumah tangga serta menjadi keluarga ideal dimata Allah dan masyarakat sekitar juga merupakan nilai-nilai positif yang dapat kita ambil dari keluarga sakinah. Sehingga dalam keluarga sakinah akan kita dapati nilai-nilai ajaran Islam yang benar-benar dijadikan pondasi dan dasar dalam bertingkah laku dan beraktivitas. Suasana surga akan kita dapati didalam keluarga sakinah ini, untuk itu akan terungkap kata-kata indah dan setiap anggota keluarga, baiti jannati. Penulis; Nurlaili, M.Pd.I adalah Dosen Tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Bengkulu DAFTAR PUSTAKA Amin, Rusli, Rumahku Surgaku, Sukses Membangun Kehuarga Islami, alMawardi Prima, Jakarta, 2002. Bahreisy, Salim dan Bahreisy, Said, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Bina llmu, Surabaya, Jilid.III, 1993, al-Bagy, Mahmud Fuad, al Mu jam al-Mufahros li al fad:i al-Qur'an alKarim, Maktab al-dahlan, Indonesia, t.t. Depag RI, al-Our'an dan Tafsirnya, PT. Citra Effhar, Semarang, Jilid VII, t.t. Depag RI, al-Our'an dan Terjemahnya, Gema Risalah Press, Bandung, 1992. Depag RI, Modul Pembinaan Agama don Keluarga, Direktorat Jend. Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2001. Depag RI, Modul Pembinaan Keluarga Sakinah, Direktorat Jend. Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji Proyek Penmgkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2001. Djalaluddin, Konsep Keluarga Sakinah (Suatu altematif Membangun Keluarga Bahagia Sejahtera), Jurnal Studi dan Informasi Islam Al-Fatah-1, LAIN Raden Fatah, Palembang. Nurlaili, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Nilai-nilai Positif Di dalamnya 266 Lembaga Dar al-Tauhid, Kiprah Murlimah dalam Keluarga Muslim, Mizan, Bandung, 1992. al-Mahali, Jalaludin dan al-Suyuti, Jalaludin, Terjemah Tafsir Jalalain, Sinar Baru, Bandung, Jilid. II, 1990. Muhammad, Abi al-Fadh Jamal al-Din, Luan al-Arab, Dar al-Sadir, Beirut, Jilid XII1,t.t. Shihab, Quraish, Wawasan Al-Qur'an, Mizan, Bandung, 1999. Syaltut, Mahmud, Tafsir al-Our 'an al-Karim:l'endekatan Syallut dalam Menggali Lsensi Al-Our'an, Diponegoro, Banding, 1990. Tantawi, M. Said, at-Tafsir al-Wasit al-Our'an al-Karim, Jilid 21, al-Qohiro, 1998. al-Zuhaily, Wahbah, al-Tafsir al Munir fr al-Agidah wa al-Syariah wa al Manhaj, Dar al-Fikr al-Ma'asyir, 1991.