BAB II - Ceklis

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era global mengakibatkan bermacam-macam kebutuhan semakin
meningkat yang harus segera dipenuhi. Berawal dari kebutuhan yang terus
menuntut, muncul berbagai masalah. Layanan bimbingan dan konseling
menjadi salah satu kebutuhan membantu orang (helping people) mengatasi
segala masalah. Siswa yang kesulitan belajar, individu yang tidak bisa
menyesuaikan diri dengan tempat tinggalnya merupakan garapan dari
bimbingan dan konseling dalam berbagai seting kehidupan. Untuk itu,
diperlukan model konseling yang diperlukan untuk membantu individu
Model-model konseling mulai berkembang diantaranya model
konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis. Model konseling
rancangan klasifikasi diagnostik ekologis memusatkan perhatian pada
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Model konseling rancangan
klasifikasi diagnostik ekologis sangat diperlukan untuk meberikan intervensi
yang sesuai dengan masalah yang dihadapi individu.
Model
konseling
rancangan
klasifikasi
diagnostik
ekologis
memerlukan pemahaman yang mendalam sebagai upaya dari layanan
bimbingan dan konseling yang diberikan supaya mampu membantu individu
mengatasi segala permasalahan hidupannya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam model konseling klasifikasi
diagnostik ekologis adalah:
1. apa konsep dasar model konseling klasifikasi diagnostik ekologis?
2. bagaimana konsep utama model konseling klasifikasi diagnostik ekologis?
3. bagaimana pandangan manusia menurut model konseling klasifikasi
diagnostik ekologis?
1
4. bagaimana tujuan konseling menurut model konseling klasifikasi
diagnostik ekologis?
5. siapa yang menjadi konseli dalam model konseling klasifikasi diagnostik
ekologis dan bagaimana peran konselor?
6. teori apa yang mendukung model konseling klasifikasi diagnostik
ekologis?
7. bagaimana teknik yang digunakan dalam model konseling klasifikasi
diagnostik ekologis?
8. bagaimana keterbatasan model konseling klasifikasi diagnostik ekologis
9. bagaimana implementasi praktis model konseling klasifikasi diagnostik
ekologis?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
secara mendalam model konseling klasfikasi diagnostik ekologis, secara
lebih spesifik tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. mengetahui konsep dasar model konseling klasifikasi diagnostik ekologis
2. mengetahui konsep utama model konseling klasifikasi diagnostik
ekologis
3. mengetahui pandangan manusia menurut model konseling klasifikasi
diagnostik ekologis
4. mengtahui tujuan konseling menurut model konseling klasifikasi
diagnostik ekologis
5. mengetahui konseli dalam model konseling klasifikasi diagnostik
ekologis dan peran konselor dalam menghadapi konseli
6. mengetahui teori yang mendukung model konseling klasifikasi diagnostik
ekologis
7. mengetahui teknik yang digunakan dalam model konseling klasifikasi
diagnostik ekologis
8. mengetahui keterbatasan model konseling klasifikasi diagnostik ekologis
2
9. mengimplementasikan model konseling klasifikasi diagnostik ekologis
dalam bimbingan dan konseling
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah diharapkan memberikan pemahaman mengenai
model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis sebagai sebuah
layanan konseling individual serta dapat mengaplikasikan model konseling
klasifikasi diagnostik ekologis dalam bimbingan dan konseling.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah dijabarkan menjadi tiga bab sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN memuat konsep dasar, konsep utama, pandangan
tentang manusia, tujuan konseling, konseli dan peran konselor, teori
yang mendukung, teknik yang digunakan, keterbatasan, serta
implementasi praktis.
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI memuat kesimpulan dan
rekomendasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Individu berinteraksi dengan lingkungan yang saling mempengaruhi
antar individu dan lingkungan. Yusuf (1998 : 18) menambahkan bahwa
ekologi merupakan studi tentang interaksi atau transaksi antara organisme
(manusia yang sedang berkembang) dengan lingkungan baik fisik, psikologis
maupun sosial. Hubungan antara individu dengan lingkungan merupakan hal
yang mutlak dan saling mempengaruhi (Reciprocal Influences). Corey (2005 :
340) menjelaskan diagnosis psikologis adalah suatu analisis atas masalahmasalah klien, faktor-faktor penyebab, serta sifat dan perkembangan polapola
maladjustment.
Diagnosis
dalam
konseling
yaitu
memperoleh
pengetahuan yang cukup mengenai tingkah laku klien sekarang sehingga
rencana treatment bisa dibuat. Diagnosis dilakukan dengan menganalisis
masalah yang ada. Pandangan model konseling diagnostik ekologis adalah
menganalisis lingkungan dan individu yang mempunyai hubungan timbal
balik.
Konsep dasar klasifikasi diagnostik ekologis berkaitan erat dengan
perkembangan individu terhadap lingkungan agar individu menjadi dewasa
dan mandiri. Sistem diagnostik ekologis sangat berguna bagi para petugas
professional dalam komunikasi, dalam pendekatan yang sistematis untuk
menentukan sumber dan sebab gejala patologis, serta mengembangkan
rencana perlakuan (treatment). Model konseling diagnostik ekologis
merupakan dasar pola berpikir konselor dalam mengidentifikasi sasaran,
metode, maksud, intervensi dan menilai kemajuan terapi.
B. Pandangan Manusia
Dilihat
dari
pengertian
ekologi,
model
Diagnostik
Ekologi
memandang manusia sebagai individu yang sedang berkembang dilingkungan
sosial-budaya dan dikendalikan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Individu
4
yang berada dalam lingkungan saling berinteraksi satu sama lain sehingga
terbentuk rasa saling mempengaruhi yang berdampak dalam perubahan
tingkah laku. Sarwono (1995 : 64) menyatakan bahwa manusia memiliki
hubungan yang timbal balik antara lingkungan dan tingkah laku. Model
konseling diagnostik ekologis diperkuat dengan teori psikologi ekologi,
Barker (Sarwono, 1995) menambahkan hubungan antara individu dan
lingkungan ada pada set tingkah laku (behavioral setting) yang dipandang
sebagai pola tingkah laku kelompok (bukan tingkah laku individu) yang
terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan tertentu (physical milleu). Individu
memerlukan tindakan yang mendukung dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi perkembangan individu dan lingkungannya.
C. Konsep Utama
Model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologis (RKDE)
memiliki perhatian akan pengaruh lingkungan terhadap individu, individu
dan lingkungan saling mempengaruhi. Surya (2003 : 161) menjelaskan
Model konseling rancangan klasifikasi diagnostik ekologi merupakan suatu
sistem pendekatan diagnostik dengan memasukkan lingkungan sebagai
penyebab patologis dan sebagai sasaran intervensi.
Tabel Klasifikasi Diagnostik Ekologis
Penyebab/Sasaran
Masalah Tujuan
Orang sebagai sasaran
Lingkungan pasangan
Lingkungan sebagai
intervensi
orang dan lingkungan
sasaran intervensi
KID
KDD
1-1
1-2
Perkembangan karir
2-1
Pendidikan
3-1
Perkembangan Pribadi
KP
KOL
KIL
KDL
KL
1-3
1-4
1-5
1-6
1-7
2-2
2-3
2-4
2-5
2-6
2-7
3-2
3-3
3-4
3-5
3-6
3-7
sosial
Keterangan :
5
KID (Kurang Informasi Diri)
KP (Kekurangan Pribadi)
KDD (Kurang dalam Diri)
KOL (Kesenjangan Orang dan Lingkungan
KIL (Kekurangan Informasi Lingkungan)
KDL (Konflik Dalam Lingkungan)
KL (Kekurangan Lingkungan)
Surya (2003 ; 166) menegaskan model konseling rancangan klasifikasi
diagnostik ekologis dikembangkan sebagai suatu alat yang memasukan
lingkungan sebagai sasaran intervensi dalam konseling. Dua dimensi dalam
model RKDE yaitu,
1. Dimensi Masalah / Tujuan yang terdiri dari tiga kategori yaitu
a. Perkembangan pribadi sosial merupakan manifestasi masalah-masalah
identifiksi tujuan yang mencakup emosi, kognisi dan system nilai,
sikap, fisik dan interaski antar pribadi. Misalnya kekurangan
mengenal dan menerima diri
b. Perkembangan karir merupakan artikulasi arah dan prosedur untuk
mencapai dan prosedur karir yang sesuai untuk mencapai interaksi
yang produktif dengan dunia kerja dan dunia kehidupan lainnya.
Contohnya identifikasi jurusan.
c. Perkembangan pendidikan mencakup keterampilan dasar, sikap-sikap
dan kecakapan-kecakapan yang merupakan prasyarat untuk mencapai
perkembangan pendidikan. Contoh maslah kebiasaan belajar yang
kurang baik, kurang membaca.
2. Dimensi sebab terdiri dari lingkungan, kesalahan pasangan orang dan
lingkungan yang dijadikan target intervensi. Mengacu pada faktor-faktor
utama yang mungkin diduga menunjang dimensi masalah-tujuan
diantaranya:
a. Kurang Informasi Diri (KID) menekankan pada kurangnya informasi
diri sendiri klien.
6
b. Konflik Dalam Diri sendiri (KDD) kategori yang mencakup adanya
motivasi pertentangan dan persaingan dalam diri sendiri dan sikap
yang saling bertentangan dan bersaing dalam diri sendiri dan sikap
yang saling bertentangan dengan diri sendiri. Gejala muncul dalam
berbagai bentuk diantaranya menghukum diri sendiri, kecemasan,
depresi. Konflik akibat kesenjangan antara persepsi diri yang nyata
(actual) dengan persepsi yang ideal.
c. Kekurangan Pribadi (KP) yaitu hal-hal yang berhubungan dengan
keterampilan-keterampilan untuk menghadapi tantangan dalam situasi
tertentu yang pribadi, sosial, karir atau pendidikan. Penekanan
kekurangan pribadi pada kurang keterampilan behavioral sedangkan
masalah-maslah
kekurangan
motivasional
pribadi
dalam
tidak
dikategorikan.
membaca,
menulis,
Contohnya
keterampilan
wawancara.
d. Kurang Informasi Lingkungan (KIL) yaitu sulitnya mengamati dan
mengidentifikasi serta berinteraksi dengan lingkungan baik dalam
lingkungan fisik, harapan-harapan sosial, dan antar pribadi, tuntunan
atau persyaratan kebijaksanaan dan administratif dan nilai-nilai
masyarakat.
e. Kesalahan Pasangan Orang dan Lingkungan (KOL) yaitu terjadinya
kesenjangan antara orang yang sehat dengan lingkungan yang sehat
karena pasangan yang salah. Misalnya seorang yang berpendidikan
guru sebagai tujuannya, tidak mendapat kesempatan yang memadai
dalam lembaga pendidikan industri yang dituntut untuk professional
dan praktis. Penekanan bukan pada masalah lingkungan akan tetapi
pada masalah pasangan yang salah.
f. Kurang Informasi Lingkungan (KIL) yaitu lingkungan yang sulit
untuk dimasuki dan berinteraksi. Misalnya tidak bisa mengidentifikasi
lokasi dalam lingkungan fisik, harapan-harapan sosial dan antar
pribadi tuntutnan serta nilai-nilai yang berada dimasyarakat.
Penekanan intervensi kurang informasi lingkungan adalah upaya
7
untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan menjelaskan
atau
menjabarkan kesempatan dan dukungan-dukungan lingkungan.
g. Konflik
Dalam
Lingkungan
(KDL)
yaitu
kategori
yang
menggambarkan suatu keadaan karakteristik, tantangan dan harapanharapan dalam lingkungan terumuskan dan terkomunikasikan secara
memadai akan tetapi terdapat pertentangan antara yang satu dengan
yang lain.
h. Kekurangan Lingkungan (KL) yaitu mengacu pada tiga sub sistem
lingkungan yang merupakan suatu prasyarat bagi suatu dukungan
belajar yang konstruktif yaitu sub system kesempatan, sub sistem
penunjang, dan sub sistem ganjaran. Suatu lingkungan yang memiliki
kekurangan dari ketiga sub sistem dianggap memiliki kekurangan.
Contoh lembaga pendidikan yang tidak memberikan informasi yang
memadai bagi siswa yang berasa dari latar belakang sosial yang
berbeda.
RKDE menyatakan lingkungan dan kesalahan pasangan orang dan
lingkungan diterapkan dalam sasaran intervensi sejajar dengan status orang.
Tujuh kategori dalam dimensi RKDE diklasifikasikan dalam tiga kelompok.
Kategori kurang informasi diri, konflik dalam diri dan kekurangan pribadi
diidentifikasi sebagai aspek penyebab yang mengacu pada orang sebagai
sasaran intervensi. Kesalahan pasangan orang dan lingkungan mengacu pada
hakekat interaksi sebagai sasaran intervensi. Kategori kurang informasi
lingkungan, konflik dalam lingkungan dan kekurangan lingkungan adalah
sebab-sebab yang mengacu pada lingkungan sebagai sasaran intervensi.
D. Tujuan Konseling
Model
konseling
rancangan
klasifikasi
diagnostik
ekologis
merupakan model yang menekankan pada penganalisisan konselor terhadap
masalah-masalah yang diklasifikasikan dan melakukan intervensi yang tepat.
Individu yang melakukan konseling memiliki kesadaran, pemahaman yang
8
jelas dan mengerti terhadap permasalahan yang dihadapi. Adapun tujuan dari
model konseling klasfikasi diagnostik ekologis adalah
1. membantu konseli agar mencapai keberhasilan dalam hidupnya
2. menganalisis
masalah
yang
dihadapai
konseli
kemudian
mengklasifikasikan masalah tersebut agar lebih mudah dipahami.
3. membantu konseli agar berperilaku sesuai (adjustment) dengan
lingkungan tempat tinggalnya
Model
konseling rancangan klasfikasi diagnostik ekologis
merupakan alat yang digunakan konselor untuk memperluas konseptualisasi
masalah yang dihadapi klien baik individual maupun antar pribadi dengan
memasukan unsur lingkungan dan interaksi individu dengan lingkungan ke
dalam proses diagnostik. Model konseling RKDE bertujuan membantu
individu dalam menciptakan iklim lingkungan yang kondusif dan memiliki
mental yang sehat. Banning (1989) menegaskan mental yang sehat adalah
adanya hubungan yang yang kongruen (sesuai) antara individu dan
lingkungannya. Intervensi
model RKDE berupaya menciptakan iklim
psikologis lingkungan yang mendukung bagi individu.
E. Konseli dan Peran Konselor
Seperti yang telah diketahui hubungan timbal balik antara individu
dan lingkungan menyebabkan adanya tuntutan dari lingkungan yang harus
dipenuhi oleh individu. Selain itu, individu harus memiliki hubungan yag
sehat dengan lingkungan. Model konseling diagnostik ekologis memandang
konseli sebagai individu yang mengalami keterhambatan dalam bidang
pribadi, sosial, akademik, dan karir dalam hubungannya dengan lingkungan.
Dimensi penyebab, RKDE bersumber dari materi MDCP yang
menyatakan lingkungan dan kesalahan pasangan orang lain dan lingkungan
diterapkan sebagai sasaran intevensi sejajar dengan status orang.
Contoh-contoh Penerapan RKDE
1. pribadi-pribadi, kurang informasi diri sendiri,
2. pribadi-sosial, konflik dalam diri
9
3. pribadi-sosial, kekurangan pribadi
4. pribadi-sosial, kesalahan pasangan orang dengan lingkungan
5. pribadi-sosial, kurang informasi lingkungan
6. pribadi-sosial, konflik dalam lingkungan
7. pribadi-sosial, kekurangan lingkungan
8. perkembangan karir, kekurangan informasi diri misalnya,
9. perkembangan karir, konflik dalam diri
10. perkembangan karir, kekurangan pribadi
11. perkembangan karir, salah pasang pribadi dan lingkungannya
12. perkembangan karir, kurang informasi lingkungan
13. perkembangan karir, konflik dalam lingkungan
14. perkembangan karir, kekurangan lingkungan
15. perkembangan pendidikan, kurang informasi diri
16. perkembangan pendidikan, konflik dalam diri
17. perkembangan pendidikan kekurangan pribadi
18. perkembangan pendidikan, salah pasang pribadi dan lingkungan
19. perkembangan pendidikan, kurang informasi lingkungan
20. perkembangan pendidikan, konflik dalam lingkungan
21. perkembangan pendidikan, kekurangan lingkungan
Konselor
dapat membantu individu dalam mengatasi segala
permasalahan yang menjadi hambatannya terutama penyesuaian dengan
lingkungan. Banning (1989) menjelaskan dalam melakuikan perannya sebagai
terapis, konselor memfokuskan intervensi pada perubahan pada konseli.
Dengan kata lain, individu dibuat aktif dalam memecahkan masalahnya
pribadi sehingga konseli memiliki perasaan untuk merubah dirinya agar sesuai
(adjustment) dengan lingkungannya.
Surya (2003 : 175) menambahkan
konselor berperan sebagai konsultan yang berpengaruh dan kritis dalam
menciptakan lingkungan yang kondusif. Peran konselor dalam membantu
konseli
1. Memperluas konsep tentang masalah yang dihadapi klien
2. Menganalisis masalah yang dihadapi konseli
10
3. Mengklasfikasikan masalah yang dihadapi konseli
4. Mendiagnosis masalah yang dihadapi konseli
Diharapkan dengan adanya peran dan intervensi dari konselor individu dapat
berkembang secara optimal baik dalam kehidupan pribadi-sosial, akademik
dan karir.
F. Teori yang Mendukung
Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis ini digangun
berdasarkan beberapa teori dan pendekatan antara lain :
1. Teori psikologi ekologi
Teori ekologi dikemukakan Barker (Sarwono, 1995 : 127)
memiliki pandangan, individu mempunyai hubungan dengan lingkungan.
Interaksi
antara
mempengaruhi
individu
(reciprocal
dengan
lingkungan
influences).
Teori
bersipat
ekologi
saling
memiliki
sumbangsih yang besar dalam model konseling klasifikasi diagnostik
ekologis,
karena
hubungan
antara
individu
dengan
lingkungan
mempengaruhi perilaku individu.
2. Teori Behavioristik
Teori behavioristik memiliki pandangan individu merupakan
pembelajar dan terkondisikan dalam suatu lingkungan. Yusuf (2002 : 59)
menegaskan aliran behavioristik memandang
kepribadian individu
adalah koleksi kecenderungan respon yang terkait dengan berbagai
situasi rangsangan yang beragam. Teori behavioristik memberikan suatu
yang berharga bagi model konseling klasifikasi diagnostik ekologis,
karena dengan teori ini memberikan pengetahuan mengenai perilaku
individu yang berinteraksi dengan lingkungan serta rangsangan yang
menjadikan individu terkondisikan.
11
G. Strategi Penggunaan
Model
konseling rancangan
klasifikasi
diagnostik
ekologis
merupakan model memasukan lingkungan sabagai salah satu sasaran
intervensi. Strategi yang digunakan konselor dalam RKDE
1. konselor memperluas konseptualisasi masalah yang dihadapi konseli
2. mengumpulkan data dalam lingkup yang lebih luas berorientasi pada
perkembangan pribadi sosial, karir dan pendidikan
3. konselor menganalisis masalah yang dihadapi konseli dari dimensi
masalah / tujuan serta dimensi penyebab model rkde
4. mengklasikikasikan masalah dalam berbagai kategori
5. konselor menentukan sasaran intervensi dan ekologi konseli
6. konselor melakukan langkah intervensi pada sasaran intervensi yang telah
ditetapkan lebih terarah.
H. Keterbatasan
Pada dasarnya model konseling klasifikasi diagnostik ekologis
digunakan dalam menetapkan fokus sasaran intervensi yang tepat dan akurat,
baik yang orang, lingkungan atau kesalahan pasangan antara orang dan
lingkungan. Model konseling RKDE memiliki kelebihan tersendiri karena
mampu menganalisis masalah dan kemudian mendiagnosis masalah agar
dapat melaksanakan intervensi yang tepat.
Model
konseling
klasifikasi
diagnostik
ekologis
memiliki
keterbatasan. Surya (2003 : 163) menjelaskan bahwa pada dasarnya model
konseling RKDE sangat berguna akan tetapi memiliki kelemahan yaitu
ketidakmampuan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal terhadap seseorang
sebagai kemungkinan penyebab atau masalah diagnosis.
Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis memiliki keterbatasan
dalam mendiagnosis suatu masalah karena ada beberapa faktor yang
berhubungan tidak dapat diidentifikasikan langsung. Selain itu, ada beberapa
keterbatasan lain antara lain
12
1. tidak semua dimensi masalah tujuan berada pada tiga lingkup utama yaitu
karir, pribadi-sosial dan pendidikan akan tetapi ada banyak aspek yang
harus diidentifikasi yang berhubungan dengan perilaku individu
2. model ini memusatkan pada ruang lingkup tersebut sehingga menutup
kemungkinan untuk datangnya masalah dari aspek yang lain
3. konselor yang berperan sebagai analisis mempunyai keterbatasan dalam
menganalisis dimensi masalah / tujuan serta dimensi penyebab yang
tercermin dalam gejala-gejala yang ditunjukan konseli
I. Implementasi Praktis
Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis merupakan ragam
model konseling yang memasukan unsur lingkungan sebagai alasan dari
gejala patologis individu dilihat dari interaksi dengan lingkungan. Model
RKDE menekankan penggunaan lingkungan sebagai tempat individu
berinteraksi. Hakikat dari model konseling RKDE adalah pemilihan
intervensi konseling yang tepat setelah dilakukan diagnosis terhadap masalah
yang dihadapi.
Model klasifikasi diagnostik ekologis RKDE dikembangkan sebagai
alat yang sepenuhnya mengakui dan memasukan lingkungan sebagai sasaran
intervensi dalam konseling. Model konseling RKDE mengklasifikasikan
dimensi masalah dan dimensi penyebab dari masalah. Konselor dapat
memilih intervensi konseling yang tepat dan akurat.
Implementasi praktis model konseling RKDE seperti Budi merasa
dirinya tidak mampu untuk memulai percakapan sosial, Budi merasa ragu
memulai percakapan dengan orang lain, apalagi dengan orang yang tidak
dikenal. Contoh kasus tersebut mengindikasikan seseorang yang kurang
pribadi. Dimensi penyebab tersebut dapat diketahui dari gejala yang
ditimbulkan oleh konseli. Konselor dapat membatu konseli tersebut dengan
menganalisis masalah yang dihadapi konseli dari dimensi masalah/ tujuan dan
dimensi penyebab. Konselor dapat menentukan sasaran interensi yang akan
dilakukan kepada konseli dari analisis dimensi penyebab yang ditimbulkan.
13
Dimensi penyebab yang ditimbulkan adalah kekurangan pribadi, maka
sasaran intervensi mengacu pada orang. Konselor dapat melakukan intervensi
kepada orang tersebut dengan berbagai pendekatan, sehingga orang tersebut
mampu memulai percakapan dengan orang lain, meskipun dengan orang yang
tidak dikenal.
Model konseling diagnostik ekologis, memiliki tujuh dimensi
penyebab, salah satunya kekurangan lingkungan. Implementasi praktis dari
kekurangan lingkungan
seperti
seorang siswa teladan
yang selalu
mendapatkan prestasi yang sangat tinggi, tiap tahun Indra selalu mendapatkan
juara umum di sekolah. Kondisi keluarga Indra sangat harmonis, ayahnya
seorang pengusaha yang berkecukupan dan ibunya seorang ibu rumah tangga
tetapi mempunyai gelar Sarjana. Takdir menuliskan ayah Indra meninggal
dunia dan tidak meninggalkan harta warisan yang banyak. Ibu Indra
berinisiatif untuk bekerja, untuk melanjutkan kelangsungan hidup.
Kesibukan bekerja membuat Ibu Indra tidak memperhatikan Indra
sebagaimana mestinya, dan berakibat pada prestasi Indra yang semakin
menurun dan Indra menjadi pendiam. Wali kelas dan guru mata pelajaran
curiga dan melaporkan kasus Indra pada konselor. Konselor mulai
menganalisis masalah yang dihadapi Indra, mulai dari wali keas dan teman
terdekat Indra. Konselor mengetahui salah satu penyebab Indra menurun
prestasinya adalah kurangnya perhatian dari keluarga. Menurut RKDE
masalah yang dihadapi Indra dapat diklasifikasikan dalam kurangnya
lingkungan, karena ada salah satu subsistem yang tidak menunjang yakni
subsistem penunjang. Sasaran intervensi masalah Indra adalah lingkungan.
Konselor melakukan langkah intervensi kepada lingkungan dengan
berkonsultasi kepada Ibu Indra, sehingga Indra mendapatkan perhatian dari
keluarganya, dan Indra dapat meningkatkan lagi prestasinya.
Dari pengklasifikasian RKDE dapat diketahui model konseling
klasfifikasi diagnostik ekologis merupakan cara pemilihan intervensi
konseling yang tepat dan akurat baik intervensi perbaikan, pencegahan,
remedial dan perkembangan.
14
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis merupakan model
konseling yang dibangundari sebuah sistem pendekatan diganostik terhadap
lingkungan sebagai kemungkinan terjadi gelaja patologis dan lingkungan sebagai
sasaran intervensi. Model RKDE dibuat untuk menghasilkan suatu intervensi yang
tepat dan akurat dengan mengklasifikasikan masalah.
Layanan bimbingan dan konseling berupaya untuk membantu individu
memhami diri dan lingkungan. Model klasifikasi diganostik ekologis merupakan
layanan bimbingan dan konseling sehingga individu memahami permasalahan
yang dihadapi dengan lingkungan.
Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis dibagi menjadi dua
dimensi yang menetukan yaitu dimensi masalah-tujuan yang terdiri dari
perkembangan karir, sosial-pribadi dan pendidikan serta dimensi penyebab yang
memusatkan perhatian pada identifikasi penyebab masalah diantaranya kurang
informasi diri, konflik dalam diri, kekurangan pribadi, kesalahan pasangan orang
dan lingkungan, kurang informasi lingkungan, konflik dalam lingkungan dan
kekurangan lingkungan.
Model konseling klasifikasi diagnostik ekologis ini memiliki peranan
dalam membantu individu untuk mencapai perkembangan yang optimal dan
mencapai keseimbangan hubungan dengan lingkungan yaitu adanya interaksi
yang sehat antara dirinya dan lingkungannya.
B. Rekomendasi
Dari beberapa pokok bahasan di atas, ada beberapa hal yang garus
diperhatikan sebagai rekomendasi untuk model konseling klasifikasi diagnostik
ekologis antara lain :
15
1. Model konseling diagnostik ekologis tidak mencakup hanya pada tiga
aspek yang utama. Karena hal ini tidak menyeluruh atau mencakup seluruh
aspek kehidupan individu.
2. Pendekatan diagnostik ekologis ini memerlukan penganalisaisan yang
dalam, sehingga aspek dan faktor eksternal harus dipertimbangkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Banning, James H. (1989). Ehotheraphy : A Life Space Application of the
ecological Perspective. tersedia di www.campusecologist.com
De
beer, Karel. (2006). Learner
www.kareldebeer.blogspot.com
Centred
Development.
tersedia
di
Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Alih bahasa
oleh E. Koswara. Bandung : Rafika Aditama
Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Mutiara.
Sarwono, Sarlito Wirawan. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta : Grasindo
Surya, Mohammad. (2003). Psikologi Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy
Yusuf, Syamsu. (1998). Bimbingan dan Konseling dengan pendekatan Ekologis.
Bandung : Disertasi pada PPs IKIP Bandung
17
Download