Pengungsi Buru di Lembah Pengharapan (Suatu Pendekatan

advertisement
BAB V
PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari penyajian tesis ini yang berisikan
kesimpulan, impikasi penelitian dan model konseling pastoral bagi Pengungsi
Buru di lembah Agro.
5.1. Kesimpulan
Dari paparan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab-bab awal
penulisan maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan terkait dengan
kehidupan pengungsi Buru pasca konflik sosial di Buru Utara.
Masyarakat pengungsi Buru di Lembah Agro adalah korban dari konflik
sosial yang terjadi di Buru Utara. Mereka di usir dari tempat tinggal mereka
dengan keadaan yang apa adanya. Rumah mereka, pekerjaan mereka, hasil-hasil
usaha mereka yang sudah puluhan tahun diperjuangkan hilang disebabkan karena
konflik itu. Kenyataan hidup sebagai pengungsi memiliki dampak yang sangat
signifikan terhadap beberapa aspek kehidupan mereka. Aspek-aspek itu antara
lain, aspek fisiologis, aspek sosial, aspek psikis, dan aspek psikologi.
Aspek fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Pasca konflik
yang terjadi, pengungsi Buru mengalami permasalahan serius dengan aspek ini.
Rumah yang ditempati bila adalah rumah yang seadanya, berukuran kecil. Kondisi
seperti makanan dan air bersih juga tidak tersedia secara baik. Adapun hal penting
lainnya terkait dengan status kepemilikan tanah adalah masalah selanjutnya yang
sedang diperjuangkan oleh Pengungsi.
1
Fenomena konfik yang terjadi berdampak juga pada kehidupan sosial
pengungsi Buru. Sebelum konflik sosial terjadi di Buru Utara, pengungsi di
Lembah Agro memiliki tempat tinggal yang berbeda. Ketika mengungsi, mereka
tinggal bersama dalam konteks yang baru, dan disatukan oleh kata “Pengungsi”.
Kenyataan seperti ini memberikan dampak yang juga sangat signifikan terhadap
identitas mereka,dan juga pada struktur kehidupan mereka selanjutnya. Dengan
demikian dapat dijelaskan bahwa, fenomena konflik sosial yang tejadi
menciptakan kondisi sosial yang baru bagi masyarkat yang awalnya berbeda-beda
tersebut. Kenyataan peubahan sosial yang terjadi memberikan pilihan untuk
penyesuaian yang tidak gampang untuk disesuaikan. Artinya bahwa perubahan
kehidupan dari Buru Selatan, ke Kota Ambon akan berpengaruh pada dinamika
kehidupan yang lebih kompleks, seiring dengan perkembangan kota yang juga
diwarnai oleh kompleksitas masalah.
Pada dasarnya konflik sosial yang terjadi berkarakter kekerasan. Pembakaran
terhadap rumah, saling berperang satu sama lain merupakan kondisi yang tidak
bisa dilukanan dilupakan oleh setiap orang yang mengalaminya. Pengungsi buru
pun demikian hidup dalam pengalaman konflik harus dikatakan sebagai sesuatu
yang tidak bisa dilupakan. Pengalaman-pengalaman itu bila tidak ditangani dan
diorganisir secara baik maka akan berdampak pada psikologi dan tindakan
selanjutnya. Dan hal itu terbutkti bahwa, pengalaman semasa konflik berakibat
atau berdampak pada fungsi Emotif (aspek psikis) dan tindakan dari pengungsi
Buru.
Kenyatan seperti tidak adanya bantuan pemerintah terhadap pengungsi Buru,
dan fokus pelayanan Gereja yang lebih mengarah pada kebutuhan-kebutuhan
2
fisik, memberikan dampak yang lebih serius lagi terhadap psikologis masyarakat
ini. kompleksitas masalah-masalah ini kemudian berdampak pada persekutuan.
Pada aspek spiritual, ada beberapa dampak yang terjadi pasca konflik yang
terjadi. Yang pertama adalah kenyataan selamat ketika konflik sosial berpengaruh
pada keyakinan seluruh pengungsi terhadapat pemeliharaan Tuhan. Namun disisi
lain, ada hal yang dilupakan oleh mereka yakni persekutuan. Kenyataan
kehidupan di lembah Agro dalam kompleksitas masalah yang ada, terutama pada
kurangnya perhatian gereja terhadap persoalan psikis, berakibat pada minimnya
rasa saling bersekutu antara satu dengan yang lain. Dengan demikian dapat
dijelaskan juga bahwa, kurangnya peranan penting Gereja dalam hal ini pelayanan
Konseling Pastoral akan berdampak pada keseluruhan aspek kehidupam
pengungsi sebagai individu dan pengungsi secagai suatu komunitas orang percaya
(Gereja).
Dari kenyataan-kenyataa inilah maka upaya penyelesaian persoalan
pengungsi Buru pasca konflik sosial yang terjadi harus dilakukan secara
komperhensif atau menyeluruh (Holistik). Saling kait-mengkait antara satu aspek
dengan aspek yang lain menjadikan masalah yang dihadapi tidak sebatas masalah
teologis atau psikologis saja, melainkan masalah sosial, menejemen, ekonomi
turut didalamnya. Oleh sebab itu maka perspektif atau teori yang harus dibangun
dalam melihat kompleksitas masalah pengungsi Buru pasca konflik sosial adalah
perspektif Holistik. Pendekatan secara Holistik menjadi suatu teori yang dilihat
relevan dalam upaya penyelesaian setiap masalah yang sementara dihadapi oleh
pengungsi Buru di Lembah Agro (Lembah Pengharapan).
3
5.2. Implikasi Penilitian
Implikasi dari tujuan penilitian ini dijabarkan dalam dua kategori. Yakni
implikasi penjabaran teori dan impliaksi praktis.
a. Implikasi teori.
Studi konseling pastoral yang holistik pada dasarnya sudah dikembangkan
oleh para ahli sebelumnya. Studi konseling pastoral hanya menjadikan ilmuilmu lain sebagai pelengkap, dan menjadikan ilmu psikologi dan teologi yang
lebih dominan. Hal ini tidaklah salah, namun harus dipahami bahwa manusia
selamanya akan dipengaruhi oleh aspek-aspek lain. Dengan demikian ilmuilmu lain seperti ilmu sosial, budaya, ekonomi dan menejemen harus berdiri
sejajar dengan ilmu teologi dan psikologi. Analisis-analisis yang serirus
terhadap keseluruhan aspek manusia akan menghasilkan data yang lebih
autentik dan objektif dalam upaya melakukan konseling pastoral. Oleh sebab
itu maka, studi konseling pastoral dan upaya pertolongan terhadap orangorang yang bermasalah lebih komperhensif. Dalam kaitannya dengan
Pelayanan Pasoral dalam gereja, maka studi antar ilmu dilihat suatu upaya
soluktif dan fungsional dalam menganalisis persoalan-persoalan keumatan,
dan memberikan langka-langkah yang lebih tepat dan tepat pada keseluruhan
aspek manusia itu sendiri.
b. Implikasi praktis
Secara
umum,
masyarakat
harus
dihantar
untuk
mengerti
akan
konsukwensi-konsukwesi logis dari setiap perubahan kehidupan yang mereka
jalani. Artinya bahwa zaman terus bergerak, masyarakat terus juga bergerak,
dan individu harus tetap siap untuk menerima kenyataan-kenyataaan yang
4
akan datang dalam hidupanya, sekalipun datangnya secara tiba-tiba (seperti
konflik sosial). Mayarakat dan individu juga harus menyadari bahwa diantara
berbagai tantangan-tantangan zaman yang harus disesuaikan, individu atau
pun masyarakat memiliki potensi yang mendasar dalam diri. Potensi-potensi
itu yang mesti diberdayakan dalam upaya menjawab setiap persoalanpersoalan hidup.
5.3. Saran
3.1. Kepada pemerintah Provisi Maluku dan Kota Ambon
a. Memberikan hak-hak pengungsi yang sampai sekarang belum mereka
dapatkan. Serta menyikapi serius persoalan-status tanah antara pemerintah
dan keluarga Simataw dan memberikan sertifikat kepemilikan tanah
terhadap pengungsi Buru di Lembah Agro Passo.
b. Memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan air di Lembah Agro
Passo. Serta menyediakan lapangan-lapangan pekerjaan.
c. memberikan penyuluhan tentang upaya-upaya pemberdayaan supaya
melatih pengungsi untuk memberdayakan potensi-potensi yang mereka
miliki. Hal ini terkait dengan pengembangan ekonomi pengungsi.
d. Mengkhususkan bantuan-bantuan pemerintah lainnya, dan kerjasama
dengan lembaga-lembaga sosial lainnya untuk mengatasi persoalan
kebutuhan-kebutuahan yang diperlukan.
5.4. Kepada Gereja
a. Memberikan perhatian “serius” pada pada proses konseling pastoral.
menyeiakan model pendampingan terhadap pengungsi Buru yang sesuai
dengan konteks kehidupan mereka.
5
b. Bekerja sama dengan pemerntah dan lembaga-lembaga sosial lainnya
dalam upaya menyikapi dampak dari konflik sosial yang terjadi.
c. Meningkatkan kualitas para pelayan, khusunya dibidang konseling
pastoral.
d. Melatih para relawan Gereja untuk menjadi penolong yang komperhensif.
3.3. Kepada Pengungsi Buru.
a. Mengambil bagian dalam usaha pemberdayaan jemaat dan masyarakat
yang dilakukan pemerintah atau gereja.
b. Berupaya mengembangkan diri bidang pendidikan. Kualitas pendidikan
menjadi penentu perubahan kehidupan dalam masyarkaat dan jemaat.
c. Bekerja sama dengan lingkungan sekitar dalam meningkatkan kebersihan
lingkungan. Ini merupakan cara strategis menjalin hubungan emosional
antara pengungsi dengan masyarakat sekitar.
d. Berpikir bersama, berjalan bersama, bertindak bersama, dalam upaya
menghadapi perubahan sosial yang dialami.
3.4. Usulan Penilitian Lanjutan.
a. Perlu melakukan penilitian mendalam terhadap perubahan sosial terhadap
pengungsi Buru pasca konflik.
b. Perlu juga melakukan penilitian secara khusus terhadap perkembangan
pertumbuhan kehidupan psikologi anak-anak, atau pemuda pasca konflik
sosial.
6
Download