BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Skabies 2.1.1 Definisi

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Skabies
2.1.1 Definisi Penyakit Skabies
Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes sabies varian hominis dan produknya.
Penyakit ini sering juga disebut dengan nama lain kudis, The itch, Seven year itch,
Gudikan, Gatal Agogo, Budukan atau Penyakit Ampera (Handoko, 2008).
2.1.2 Etiologi Penyakit Skabies
Sarcoptes Scabei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var. hominis.
(Handoko, 2008).
Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron,
sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk
dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat
dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang
jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan
alat perekat (Handoko, 2008).
7
Universitas Sumatera Utara
8
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50.
Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Handoko, 2008).
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva
berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau scabies betina
membuat liang di epidermis dan meletakkan telur-telurnya didalam liang yang
ditinggalkannya, sedangkan tungau scabies jantan hanya mempunyai satu tugas
dalam kehidupannya, yaitu kawin dengan tungau betina setelah melaksanakan tugas
mereka masing-masing akan mati (Graham-Brown dan Burns, 2005).
2.1.3 Patogenesis Penyakit Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga
oleh penderita akibat garukan. Penularan juga dapat terjadi karena bersalaman atau
bergandengan tangan yang lama dengan penderita sehingga terjadi kontak kulit yang
Universitas Sumatera Utara
9
kuat, menyebabkan kuman skabies berpindah ke lain tangan. Kuman skabies dapat
menyebabkan bintil (papul, gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada
pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap tungau
yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat ini kelainan
kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtikaria dan lainlain. Dengan garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder. Kelainan kulit dan gatal-gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi
tungau (Handoko, 2008).
2.1.4 Gejala Klinis Penyakit Skabies
Gatal merupakan gejala utama sebelum gejala klinis lainnya muncul, rasa
gatal biasanya hanya pada lesi tetapi pada scabies kronis gatal dapat dirasakan pada
seluruh tubuh. Gejala yang timbul antara lain ada rasa gatal yang hebat pada malam
hari, ruam kulit yang terjadi terutama dibagian sela-sela jari tangan, bawah ketiak,
pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, aerola mammae (area sekeliling puting susu)
dan permukaan depan pergelangan (Sungkar, 2000)
Sampai besar, berwarna kemerahan yang disebabkan garukan keras. Bintikbintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi, dimana ada empat tanda kardinal
yaitu : (Handoko, 2008)
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, mereka yang tinggal di asrama, barakbarak tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang lebih besar terkena
Universitas Sumatera Utara
10
penyakit ini. Penyakit scabies amat mudah menular melalui pemakaian handuk,
baju maupun seprai secara bersama-sama. Penyakit Skabies mudah menyerang
daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).
Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum komeum yang
tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong,
genitalia ekstema (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik, dapat ditemukan satu
atau lebih stadium tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.
2.1.5 Penularan Skabies
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung, adapun cara penularannya adalah:
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan
hal tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau
temannya.
Universitas Sumatera Utara
11
2. Kontak tidak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur,
pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan.
Namun demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang
peranan penting dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber
penularan utama adalah selimut. Skabies norwegia, merupakan sumber utama
terjadinya wabah skabies pada rumah sakit, panti jompo, pemondokkan/asrama
dan rumah sakit jiwa, karena banyak mengandung tungau (Djuanda, 2006)
2.1.6 Bentuk-bentuk Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang sering menyerupai penyakit kulit lainnya
sehingga disebut sebagai The great imitator. Terdapat beberapa bentuk-bentuk
skabies yang mana bentuk-bentuk tersebut mempunyai ciri-ciri yang berbeda antara
lain : (Sungkar, 2000)
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan. Dalam penelitian dari 1000 orang
penderita skabies menemukan hanya 7 % terowongan.
2. Skabies in cognito
Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga
gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa
terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit gatal lain.
Universitas Sumatera Utara
12
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Pada nodus
biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal
dan aksila. Nodusini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau
skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan.
Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun
meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan
scabies manusia yaitu tidak dapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna.Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangan yaitu paha, perut, dada, dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara
(4-8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. Binatang tidak
dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies norwegia
Skabies norwegia atau scabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa
gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat
menular Karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).
Universitas Sumatera Utara
13
Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga system imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
Pada penderita kusta, skabies Norwegia mungkin terjadi akibat defisiensi
imunologi, terutama pada tipe kusta lepromatosa. Selain itu terjadi gangguan
neurologik yang menyebabkan gangguan persepsi gatal dan anestasi terutama
pada jari tangan dan kaki. Pada penderita kusta juga terjadi kontraktur pada jarijari tangan sehingga penderita tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik.
6. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala,
leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada bayi
lesi di muka sering terjadi.
7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
2.1.7 Pengobatan Penyakit Skabies
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk
pasangan hidupnya. Beberapa obat yang dapat dapat dipakai pada pengobatan skabies
yaitu (Harahap, 2000).
1. Permetrin
Merupakan obat pilihan dalam bentuk salep untuk saat ini, tingkat keamanannya
cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak megiritasi kulit. Dapat digunakan di
Universitas Sumatera Utara
14
kepala dan di leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara
dioleskan ditempat lesi kurang 8 jam kemudian dicuci bersih (Harahap, 2000).
2. Malation
Malation 0,5% dengan dasar air dalam bentuk salep digunakan selama 24 jam.
Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %)
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering
terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
4. Sulfur
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini
digunakan pada malam hari selama 3 hari.
5. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2-3
hari.
6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan)
Kadarnya 1% dari krim atau lotion, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan dan terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak
dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat.
Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian
(Handoko, 2001). Krotamiton 10 % dalam krim atau lotion, merupakan obat
pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal
Universitas Sumatera Utara
15
2.1.8 Pencegahan Penyakit Skabies
Menurut Agoes (2009) mengatakan bahwa penyakit skabies sangat erat
kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan yang kurang baik, oleh sebab itu untuk
mencegah penyebaran penyakit skabies dapat dilakukan dengan cara:
a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun
b. Mencuci pakaian, sprai, sarung bantal, selimut dan lainnnya secara teratur
minimal 2 kali dalam seminggu
c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali
d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai
terinfeksi skabies
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup
Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit.
Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan
penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya
merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini
sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari
infeksi ulang. Dariansyah, 2006 yang mengutip pendapat Azwar mengatakan
langkah-langkah yang dapat diambil dalam pencegahan penyakit skabies adalah
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
16
a. Suci hamakan sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di
cairan antiseptik
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprai dalam air sabun hangat dan gunakan setrika
panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering (dry-cleaned)
c. Keringkan topi dan jaket
d. Hindari pemakaian bersama sisir atau alat cukur dan lainnya
Departemen Kesehatan RI 2002, memberikan beberapa cara pencegahan
dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas kesehatan tentang
cara penularan penyakit skabies. Diagnosis dini dan cara pengobatan penderita
skabies dan orang-orang yang kontak meliputi:
a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya
b. Laporkan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang
dilakukan
c. Isolasi penderita yang terinfeksi penyakit skabies. Yang terinfeksi penyakit
skabies sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit di
isolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan yang efektif
Disinfeksi serentak yaitu pakaian dan sprai yang digunakan oleh penderita
dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan dicuci dengan menggunakan sistem
pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan, hal ini membunuh kutu dan telur.
Tindakan ini tidak dibutuhkan pada infestasi yang berat. Mencuci sprai, sarung bantal
dan pakaian pada penderita (Ruteng, 2007).
Universitas Sumatera Utara
17
Penanggulangan wabah yang terjadi dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya:
a. Berikan pengobatan dan penyuluhan kepada penderita dan orang yang berisiko
b. Pengobatan dilakukan secara massal
c. Penemuan kasus dilakukan secara serentak baik di dalam keluarga, di dalam unit
atau institusi militer, jika memungkinkan penderita dipindahkan
d. Sediakan sabun, sarana pemandian, dan pencuci umum, jika ada sangat membantu
dalam pencegahan infeksi.
2.2 Sanitasi Lingkungan
Sanitasi atau Kesehatan Lingkungan pada hakeketnya adalah suatu kondisi
atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Adapun yang dimaksud dengan
usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memeperbaiki atau
menoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk
terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya.
Menurut Riyadi (1984) sanitasi lingkungan adalah prinsip-prinsip untuk
meniadakan atau setidak-tidaknya mengurangi faktor-faktor pada lingkungan yang
dapat menimbulkan penyakit, melalui kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan untuk
mengendalikan: sanitasi air, pembuangan kotoran, air buangan dan sampah, sanitasi
udara, vektor dan binatang pengerat, tetapi dalam hal ini yang menjadi prioritas
adalah penyediaan air bersih (sanitasi air)
Universitas Sumatera Utara
18
2.2.1 Penyediaan Air Bersih
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan manusia,
karena tanpa air manusia tidak dapat hidup. Namun demikian air dapat menjadi
malapetaka, bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar baik kuantitas maupun
kualitasnya. Pertumbuhan penduduk dan kegiatan manusia menyebabkan pencemaran
sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi persyaratan tertentu sulit diperoleh
(Raini, 2004).
Selain sebagai komonen lingkungan, air juga merupakan zat yang paling
penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita
terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa
minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan
membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk
keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan
lain-lain.
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan
volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi
antara bagian-bagian tubuh seseorang. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu
per hari berkisar antara 100-200 liter atau 35-40 galon (Chandra, 2007).
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. Dimana kualitas
air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan syarat-syarat
tertentu dan metode tertentu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990. Syarat-syarat kualitas air bersih meliputi:
Universitas Sumatera Utara
19
1. Syarat fisik
a. Tidak berwarna
Air untuk rumah tangga harus jernih, air yang berwarna berarti mengandung
bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan (Slamet, 2007).
b. Tidak berbau
Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh bahanbahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air baik yang
hidup maupun yang sudah mati (Slamet, 2007).
c. Tidak berasa
Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, manis, pahit
atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan oleh garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa
asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (Slamet,
2007).
d. Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel
bahan padatan sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor.
Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan meliputi tanah liat, lumpur, dan
bahan-bahan anorganik (Slmaet, 2007).
2. Syarat kimia
Air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan tidak tercemar secara berlebihan
oleh zat-zat kimia maupun mineral karena selain menimbulkan gangguan
kesehatan juga merusak instalasi penyediaan air bersih (Slamet, 2007).
Universitas Sumatera Utara
20
3. Kesadahan
Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion
(kation) logam valensi dua. Ion-ion semacam itu mampu bereaksi dengan sabun
membentuk kerak air. Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari
kontaknya dengan tanah dan permukaan batuan. Pada umumnya air sadah berasal
dari daerah dimana lapis tanah atas (topsil) tebal, dan ada pembentukan batu
kapur (Sutrisno, 2006).
4. Syarat mikrobiologi
Air sebaiknya tidak mengandung bakteri pathogen dan tidak boleh mengandung
bakteri golongan coli yang mengganggu kesehatan. Standar yang dipakai adalah
total bakteri Coliform dengan batas tidak boleh lebih dari 1 coli/100 ml air
(Sutrisno, 2006).
5. Syarat radioaktif
Yaitu adanya batas tertinggi yang diperkenankan adanya aktivitas Alpha (Gross
Alpha Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L dan aktivitas Beta (Gross Beta
Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L (Slamet, 2007).
Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan
kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri. Penyakit yang menyerang
manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung
melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai waterbone disease
atau water-related disease. Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya.
Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu (Chandra, 2007):
Universitas Sumatera Utara
21
1. Water borne disease, yaitu jika kuman pathogen yang terdapat dalam diminum
oleh manusia sehinggga terjadi penjangkitan penyakit pada orang yang meminum
air dimaksud, misalnya penyakit cholera, thypus, abdominalis, hepatitis, dan
disentri baselir. Pengawasan terhadap penularan penyakit ini sangat diperlukan
terutama pengawasan terhadap penggunaan air bersih
2. Water based disease, yaitu penularan penyakit yang berkaitan erat dengan
penggunaan untuk membersihkan alat-alat misalnya alat dapur, alat makan dan
pembersihan alat lain. Penularan penyakit dengan cara water based ini antara kain
infeksi saluran pencernaan, infeksi kulit seperti skabies dan selaput lendir.
3. Water washed disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui
persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya schistosomiasis
4. Vektor-vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit yang
berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever dan
trypanosomiasis.
Penyakit
yang
disebabkan
oleh
air
hanya
dapat menular
apabila
mikroorganisme penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang
dapat menyebar lewat air sangat banyak macamnya, antara lain virus, bakteri,
protozoa, dan metozoa.
Perlindungan sumber air merupakan cara paling baik untuk mengamankan air
minum dan akan terjadi relatif lebih mudah daripada melakukan pengolahan terhadap
air yang telah terkontaminasi, guna menjamin kulitasnya agar sesuai untuk
dikonsumsi (Depkes RI, 1996). Oleh karena itu masyarakat perkotaan membutuhkan
Universitas Sumatera Utara
22
keberadaan PDAM untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang layak untuk
dikonsumsi (Raini, 2004). Air PDAM adalah air yang diambil dari mata air atau
sumber air dan dikelola oleh suatu Perusahaan Daerah Air Minum yang mana air
tersebut telah disterilkan dengan bahan kimia yang disebut khlor dan didistribusikan
kepada masyarakat dan digunakan untuk berbagai kehidupan sehari-hari termasuk
sebagai sumber bahan baku air minum. Akan tetapi dalam kenyataannya pemakaian
air PDAM tersebut tidak diiringi dengan usaha-usaha untuk menjaga kebersihan
lingkungan sehinggan mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap kualitas air
sesuai dengan syarat kulitas air yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
(Raini, 2004).
2.2.2 Kondisi Fisik Rumah
1. Ventilasi
Udara segar diperlukan dalam rumah untuk mengganti udara ruangan yang
sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan
kelembaban udara dalam ruangan.
Menurut Sarudji (2010), rumah harus memiliki sistem pertukaran udara yang
baik, karena penghuni memerlukan udara yang segar. Setiap ruang/kamar
memerlukan ventilasi yang cukup untuk menjamin kesegaran penghuninya.
Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan
dan menyehatkan manusia.
Ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta
mengurangi kelembaban. Keringat manusia juga dikenal mempengaruhi
kelembaban. Semakin banyak manusia dalam satu ruangan, kelembaban semakin
Universitas Sumatera Utara
23
tinggi khususnya karena uap air baik dari pernafasan maupun keringat.
Kelembaban dalam ruangan tertutup dimana banyak terdapat manusia di
dalamnya lebih tinggi dibanding di luar ruangan (Sarudji, 2010).
Ventilasi mempengaruhi proses dilusi udara, juga dengan kata lain
mengencerkan konsentrasi debu ataupun kotoran terbawa keluar dan mati terkena
sinar ultraviolet. Ventilasi juga merupakan tempat untuk memasukkan cahaya
ultraviolet ke dalam rumah, hal ini akan semakin baik apabila konstruksi rumah
menggunakan genteng kaca, maka hal ini merupakan kombinasi yang baik
(Achmadi, 2008). Menurut persyaratan ventilasi yang baik adalah ≥10% dari luas
lantai rumah (Kepmenkes, 1999).
Secara umum, penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara
luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan role meter. Menurut
indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan
adalah ≥10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat
kesehatan adalah <10% luas lantai rumah (Kepmenkes, 1999).
Menurut Sarudji (2010), ventilasi yang baik dalam suatu ruangan memerlukan
persyaratan tertentu, diantaranya yang penting adalah luas lubang ventilasi tetap,
minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas ventilasi insidental (yang
dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% dari luas lantai.
Menurut Notoatmodjo (2003), rumah dengan luas ventilasi yang tidak
memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Salah
satu fungsi ventilasi adalah menjaga aliran udara dalam rumah tersebut tetap
Universitas Sumatera Utara
24
segar. Luas ventilasi rumah yang ≤10% dari luas lantai (tidak memenuhi syarat
kesehatan)
akan
mengakibatkan
berkurangnya
konsentrasi
oksigen
dan
bertambahnya konsentrasi karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya.
Disamping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan meningkatnya
kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit. Fungsi
kedua ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri,
terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus
menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir.
Menurut Notoatmodjo (2007), fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar
ruangan selalu tetap di dalam kelembaban (humidity) yang optimum. Selain itu
luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan
terhalangnya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke
dalam rumah.
Kualitas udara di dalam rumah berkaitan dengan masalah ventilasi dan
kegiatan penghuni di dalamnya. Bertambahnya jumlah penduduk dalam
pemukiman di perkotaan maupun di pedesaan, menyebabkan kepadatan bangunan
dan sulit membuat ventilasi dan bahkan ada rumah yang tidak mempunyai
jendela, tidak ada lubang angin dan tidak pernah ada sinar matahari masuk,
menyebabkan keadaan udara dalam rumah terasa pengap (Depkes, 2002).
Pengaruh buruk berkurangnya ventilasi adalah berkurangnya kadar oksigen,
bertambahnya gas CO 2 , adanya bagu pengap, suhu udara ruangan naik, dan
kelembaban udara bertambah. Kecepatan aliran udara adalah penting untuk
Universitas Sumatera Utara
25
mempercepat pembersih udara ruangan. Kecepatan udara dikatakan sedang jika
gerak udara 5-20 cm per detik atau pertukaran udara bersih antara 25-30 cfm
(cubic feet per minute) untuk setiap yang berada di dalam ruangan (Depkes,
2002).
2. Kelembaban
Kelembaban udara adalah persentase jumlah kandungan air dalam udara.
Kelembaban terdiri dari dua jenis yaitu kelembaban absolut dan kelembaban
nisbi. Kelembaban absolut berat uap air per unit volume udara. Sedangkan
kelembaban nisbi adalah banyaknya uap air dalam udara pada suatu temperatur
terhadap banyaknya uap air pada saat udara jenuh pada uap air pada temperatur
tersebut (Suryanto, 2003).
Kelembaban udara berpengaruh terhadap konsentrasi pencemar di udara.
Kelembaban berhubungan negatif (terbalik) dengan suhu udara. Semakin tinggi
suhu udara, maka kelembaban udaranya akan semakin rendah. Kelembaban yang
standar apabila kelembaban udaranya akan semakin rendah. Kelembaban
merupakan sarana baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kelembaban rumah
yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh seseorang dan
meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.
Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri. Kelembaban
dianggap baik jika memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih
dari 70% (Suryanto, 2003).
Universitas Sumatera Utara
26
Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang tidak
lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah sehingga
kelembaban udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban udara
tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki
peran besar dalam patogenesis penyakit pernafasan (Krieger dan Higgins, 2002).
Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan
akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Rumah merupakan media yang baik
bagi pertumbuhan mikroorganisme, antara lain bakteri, spiroket, ricketsia dan
virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara.
Selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung
menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang mikroroganisme.
3. Pencahayaan
Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup, karena
suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan perasaan
kurang nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit (Prabu, 2009).
Menurut Sukini (1989), sinar matahari berperan secara langsung dalam
mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat di lingkungan rumah,
khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembangbiakan
bakteri pathogen. Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam
ruangan rumah terutama ruangan tidur.
Universitas Sumatera Utara
27
Pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan
(Kepmenkes, 1999).
Menurut Sarudji (2010), cahaya dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting, karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah. Oleh karena itu,
rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.
Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%
sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Perlu
diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat
langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi
jendela disini, disamping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan
agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka
sebaiknya jendela itu harus ditengah-tengah tinggi dinding (tembok). Jalan
masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan genteng kaca. Genteng kaca
dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa pada
waktu pembuatannya kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,
seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya. Kualitas dari cahaya
buatan tergantung dari terangnya sumber cahaya (brighness of the source).
Pencahayaan buatan bisa terjadi dengan tiga cara yaitu direct, indirect dan
semi direct atau general diffusing.
Universitas Sumatera Utara
28
4. Kepadatan penghuni
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab
penyakit menular. Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas
udara didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan
semakin cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO 2
dalam rumah akan cepat meningkatkan dan akan menurunkan kadar O 2 yang
diudara (Sukini, 1989). Manusia dalam kehidupan sehari-hari akan membutuhkan
udara 33 m2 per jam atau 40 liter/menit. Dari 40 liter itu jumlah oksigen yang
diambil adalah sebanyak 2 liter dan menghasilkan 1,7 liter gas asam arang.
Dengan demikian akan meningkatkan kadar CO 2 yang telah ada didalam rumah
dan akan menurunkan kadar oksigen di dalam udara. Konsep Departemen
Kesehatan RI yang menggunakan luas lantai kamar minimal sebesar 4,5 m2 dan
anak-anak usia 1-10 tahun memerlukan 1,5 m2, sedangkan ketentuan luas ruangan
untuk setiap orang di lembaga pemasyarakatan menurut Surat Edaran Dirjen
Pemasyarakatan tahun 2005 adalah 1,80 x 3,00 m/orang.
5. Lantai rumah
Lantai rumah jenis tanah memiliki peran terhadap proses kejadian penyakit,
melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai merupakan dinding penutup ruangan
bagian bawah, konstruksi lantai rumah harus rapat air dan selalu kering agar
mudah dibersihkan dari kotoran dan debu. Selain itu dapat menghindari naiknya
tanah yang dapat menyebabkan meningkatnya kelembaban dalam ruangan. untuk
mencegah masuknya air ke dalam rumah, maka lantai rumah sebaiknya dinaikkan
Universitas Sumatera Utara
29
20 cm dari permukaan tanah. Keadaan lantai rumah perlu dibuat dari bahan yang
kedap terhadap air sehingga lantai tidak menjadi lembab dan selalu basah seperti
tegel, semen dan keramik (Suyono, 2005).
Lantai yang tidak memenuhi syarat dapat dijadikan tempat hidup dan
perkembang-biakan bakteri terutama vektor penyakit lainnya. Menjadikan udara
dalam ruangan lembab, pada musim panas lantai menjadi kering sehingga dapat
menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuninya (Suyono, 2005).
2.3 Personal Hygiene (Kebersihan Perorangan)
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata Personal
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik
maupun psikisnya (Laily, 2012).
Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan
meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana
dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene
merupakan perawatan diri, dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti
mandi, toileting, kebersihan tubuh secara umum dan berhias. Personal hygiene atau
kebersihan diri ini diperlukan untuk kenyamanan, keamanan dan kesehatan
seseorang. Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri.
Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
30
terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan
diri yang buruk. Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh
terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut,
dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh
tertentu sepertinya halnya kulit (Soedarto dalam Saryono, 2011).
Personal hygiene (kebersihan perorangan) meliputi : (Laily, 2012)
1. Kebersihan Kulit
Kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam higiene
perorangan. Kulit merupakan pembungkus yang elastik, yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi
rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit. Begitu vitalnya kulit, maka setiap
ada gangguan dalam kulit, dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius
dalam kesehatan. Sebagai organ yang berfungsi sebagai proteksi, kulit memegang
peranan penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman yang akan
masuk melewati kulit.
Kulit sebagai organ terberat dalam tubuh memiliki peranan yang sangat
sentral dalam menjaga keutuhan badan. Kulit memiliki fungsi yang beragam yang
membantu dan menjalankan sistem kerja tubuh.
Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan
tubuh di bawahnya dan organ-organ yang lainnya terhadap luka, dan masuknya
berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh. Untuk itu diperlukan
perawatan terhadap kesehatan dan kebersihan kulit. Menjaga kebersihan kulit dan
Universitas Sumatera Utara
31
perawatan kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit tetap terawat dan terjaga
sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk
melewati
kulit.
Perawat
sebagai
tenaga
kesehatan
penting
untuk
menginformasikan kepada klien di pelayanan kesehatan untuk pentingnya
menjaga kebersihan dan perawatan kulit. Setiap kondisi yang mengenai pada kulit
(misalnya : kelembaban, kerusakan lapisan epidermis, penekanan yang terlalu
lama pada kulit, dan sebagainya) sudah cukup untuk mengganggu fungsional kulit
sebagai organ proteksi.
Peranan kulit dalam menjaga keutuhan tubuh tidak selamanya mudah. Sebagai
organ proteksi peranan kulit tidak luput dari berbagai masalah-masalah yang bisa
membahayakan kulit itu sendiri.
Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat
harus selalu memperhatikan seperti:
a. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri
b. Mandi minimal 2x sehari
c. Mandi memakai sabun
d. Menjaga kebersihan pakaian
e. Makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah
f. Menjaga kebersihan lingkungan
2. Kebersihan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya perawatan rambut
Universitas Sumatera Utara
32
pada manusia akan membuat penampilan rambut menjadi kusut, kusam, tidak rapi
dan tampak acak-acakan.
Rambut terdiri dari bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan
bagian yang berada diluar kulit (batang rambut). Ada dua macam tipe rambut,
yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mengandung pigmen dan
terdapat pada bayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan
banyak pigmen, mempunyai medulla dan terdapat pada orang dewasa.
Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu
diperhatikan sebagai berikut:
a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurangkurangnya 2x seminggu
b. Mencuci rambut memakai shampoo/bahan pencuci rambut lainnya
c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri
Kesehatan yang baik secara menyeluruh penting artinya bagi rambut yang
menarik, dan seperti halnya kulit, kebersihan membantu kita memelihara badan
supaya menarik. Penyakit berpengaruh buruk pada rambut, terutama jika terdapat
kelainan endokrin, suhu badan yang naik, kurang makan, rasa cemas atau
ketakutan.
Usaha-usaha yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan rambut adalah :
a. Menghindari sampo yang memiliki kandungan kimia yang tidak jelas
b. Menghindari penggunaan air yang terlalu panas saat keramas
Universitas Sumatera Utara
33
c. Berhenti atau setidaknya kurangi penggunaan pengering rambut. Usahakan
agar selalu mengeringkan rambut secara alami dengan menggunakan handuk
dan mengangin-anginkannya di udara terbuka. Saat mengeringkan, gosokkan
handuk dengan lembut.
d. Menyisir rambut dengan lembut saat rambut masih dalam keadaan agak
basah.
e. Mengurangi penggunaan gel rambut, krim, minyak rambut, pewarna rambut,
dan spray rambut.
f. Melindungi kulit kepala dari sinar matahari langsung, misalnya dengan
menggunakan topi atau scarf.
g. Menghindari ikatan yang kencang pada rambut. Hentikan kebiasaan menariknarik rambut tanpa alasan yang jelas.
h. Saat memotong rambut ke salon atau tukang cukur, pastikan mereka
menggunakan gunting yang tajam. Gunting yang kurang tajam hanya akan
berefek negatif pada akar rambut dan merusak struktur rambut anda.
i. Mengonsumsi makanan bergizi, terutama yang mengandung protein dan zat
besi. Bila sedang mengikuti program pengurangan berat badan, perhatikan
kandungan nutrisi diet. Kurangi konsumsi kafein dan hentikan kebiasaan
merokok. Keduanya memang terbukti tidak baik bagi kesehatan tubuh.
j. Menjauhi obat-obatan yang berpotensi mengganggu pertumbuhan rambut.
Rajin berolahraga karena olahraga yang teratur akan memperlancar peredaran
darah, termasuk peredaran darah ke kulit kepala yang dapat menutrisi akar
Universitas Sumatera Utara
34
rambut dan memperlancar pertumbuhan rambut. Beristirahat dengan cukup
sehingga pertumbuhan rambut lebih optimal.
k. Menghindari stres karena stres akan mengganggu metabolisme tubuh yang
berpotensi mempengaruhi pertumbuhan rambut.
Sebagaimana struktur tubuh yang lainnya, maka rambut juga tidak akan
lepas dari permasalahan/gangguan yang bisa ditimbulkan akibat dari
kurangnya menjaga kebersihan dan perawatan rambut.
3. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku
Kaki, tangan dan kuku membutuhkan perhatian khusus dalam praktik higiene
seseorang, karena semuanya rentan terhadap berabgai macam infeksi. Cidera di
kulit (misalnya kaki) dapat menimbulkan sensasi nyeri serta sangat mengganggu
kemampuan untuk bergerak, berjalan dan menyangga beban tubuh, sedangkan
tangan lebih bersifat manipulatif daripada suportif. Ketangkasan tangan sangat
banyak karena besarnya rentang gerak antara ibu jari dan jari yang lainnya,
sehingga setiap kondisi yang mengenai tangan secara otomatis akan mengganggu
kemampuan dalam hal perawatan diri klien.
Perawatan tangan, kaki dan kuku secara wajar penting artinya bagi manusia
dalam usia berapapun dan kapanpun, akan tetapi dengan semakin bertambahnya
usia dan terutama pada saat sakit, perawatan tangan, kaki dan kuku akan semakin
penting.
Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihan
termasuk didalamnya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun
Universitas Sumatera Utara
35
atau detergen, dan mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu
yang sempit, karena merupakan sebab utama gangguan kaki dan bisa
mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada
ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). Hindari juga penggunaan kaos kaki yang
sempit, sudah usang, dan kotor, karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi
dan infeksi pada kulit kaki. Sedangkan perawatan pada kuku dapat dilakukan
dengan memotong kuku jari tangan dan kaki dengan rapi dengan terlebih dahulu
merendamnya dalam sebaskom air hangat, hal ini sangat berguna untuk
melunakkan kuku sehingga mudah dipotong. Kuku jari tangan dipotong
sedemikian rupa mengikuti alur pada jari tangan sedangkan kuku jari kaki
dipotong lurus. Kuku merupakan salah satu dermal appendages yang
mengandung lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki.
Seperti halnya kulit, tangan kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak
terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari.
Selain indah dipandang mata, tangan, kaki dan kuku yang bersih juga
menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat
membahayakan kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.
Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut:
a. Membersihkan tangan sebelum makan
b. Memotong kuku secara teratur
c. Mencuci kaki sebelum tidur
Universitas Sumatera Utara
36
2.4. Rumah Tahanan Negara
Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara (Rumah Tahanan) berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04.0PR.07.03 Tahun 1985
diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klas, yaitu: (a) Rumah Tahan Negara Klas I, (b)
Rumah Tahanan Negara Klas IIA dan (c) Rumah Tahanan Negara Klas IIB serta
didukung oleh Cabang Rumah Tahanan, Klasifikasi tersebut didasarkan atas kapasitas
dan lokasi.
Rumah Tahanan sebagai salah satu tempat yang sulit untuk menjalankan
program pencegahan dan perawatan efektif bagi warga binaan. Namun sampai akhir
tahun 2010, dari 207 Lapas dan 190 Rumah Tahanan di Indonesia dan tersebar di 33
provinsi belum semuanya memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai,
namun sudah dapat melaksanakan pelayanan kesehatan kepada warga binaan.
2.5. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1995 WBP adalah insan tahanan,
narapidana dan anak didik pemasyarakatan sebagai anggota masyarakat yang
mempunyai hak yang sama dengan anggota masyarakat lainnya untuk mendapatkan
derajat kesehatan yang optimal. Salah satu aspek penting yang memerlukan perhatian
yaitu keadaan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial. Perlakuan dan pelayanan
kesehatan pada tahanan, narapidana atau anak didik pemasyarakatan dapat dipakai
sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang hukum baik secara
nasional maupun internasional.
Universitas Sumatera Utara
37
2.6. Pemeriksaan Kesehatan Warga Binaan Pemasyarakatan
Hak
untuk
mendapatkan
perawatan
kesehatan
merupakan
standar
internasional hak asasi manusia yang penting. Hak ini tidak hilang meskipun
seseorang menjadi narapidana. Tanggung jawab untuk menjamin penghormatan atas
hak ini pindah ke Rumah Tahanan atau Lapas karena narapidana tidak bisa
melakukan semua ini secara mandiri (Nemberini, 2007).
Rumah Tahanan atau Lapas memiliki kewajiban untuk melayani narapidana.
Ini adalah salah satu prinsip-prinsip kunci dalam Peraturan Minimum Standar
Perlakuan terhadap narapidana. Hal ini berarti apabila narapidana tidak dapat mencari
perawatan kesehatannya sendiri maka Lapas akan menyediakannya. Karena
narapidana tidak bisa berkunjung ke dokter yang ada di luar Rumah Tahanan atau
Lapas, maka dokter tersebut yang akan mengunjungi narapidana. Hal tersebut berlaku
juga untuk dokter gigi, dan untuk ahli kesehatan jiwa (Nemberini, 2007).
Standar perawatan kesehatan di Rumah Tahanan atau Lapas harus
sekurangnya sama dengan standar kesehatan yang ada di masyarakat. Tak seorang
pun harus menderita karena tidak adanya perawatan kesehatan hanya karena mereka
di penjara. Selain itu, karena banyak orang miskin dan yang berpenyakit masuk
penjara, otoritas lapas harus memperkirakan kebutuhan perawatan kesehatan yang
lebih besar bagi narapidana yang ada di masyarakat pada umumnya (Nemberini,
2007).
Paramedis harus memberikan perawatan kesehatan di lapas. Dokter dan
perawat yang berkualitas harus tersedia. Petugas lapas juga harus membantu
Universitas Sumatera Utara
38
mengidentifikasikan narapidana yang mungkin sakit, dan memberikan pertolongan
pertama kepada narapidana yang cedera. Petugas lapas tidak b oleh menghalangi
warga binaan pemasyarakatan yang membutuhkan perawatan kesehatan, justru
mereka harus membantu narapidana untuk menemui petugas medis. Ini juga berlaku
untuk semua warga binaan pemasyarakatan baik itu sangat jahat sekalipun. Semua
tergantung petugas medis untuk memutuskan apa yang perlu dilakukan terhadap
warga binaan pemasyarakatan, dan bukan petugas Rumah Tahanan atau Lapas
(Nemberini, 2007).
Semua narapidana harus menerima pemeriksaan medis ketika masuk ke lapas.
Penyakit kronis dan menular adalah yang terutama penting. Obat-obatan harus
tersedia bilamana diresepkan oleh dokter. Petugas lapas harus membantu agar semua
ini dapat berjalan dengan lancar. Petugas lapas perlu memahami apa yang dimaksud
dengan kontrol penyakit menular, dimana mereka harus dilatih dalam upaya
pencegahan penyakit menular. Ini adalah cara yang efektif untuk melindungi petugas,
rekan kerja mereka dan narapidana. Pencegahan ini diberlakukan agar semua cairan
tubuh seperti air liur, air seni, darah dan tinja yang mungkin dapat ditularkan akan
dapat dicegah. Mereka melakukan tindakan ini agar kekhawatiran khususnya akan
terjangkit atau tidaknya petugas dan nadapidana di lapas. Perlakuan setiap orang
seakan-akan mereka telah tertular, termasuk nadapidana dan petugas lainnya di lapas
akan memperlakukan setiap cairan tubuh yang tertumpah seakan-akan itu menular,
dan karenanya desinfeksi harus dilakukan secepatnya, menggunakan desinfektan
yang telah disetujui dan efektif (Nemberini, 2007).
Universitas Sumatera Utara
39
2.7 Kerangka Teori
Berdasarkan teori simpul, maka kerangka teori dalam penelitian ini dibuat
sebagai berikut :
Simpul 1
Sumber Penyakit
(Tungau kecil yang
mengandung
Sarcoptis scabei)
Simpul 2
Komponen Lingkungan
- Air
- Manusia melalui
kontak langsung
dan tidak langsung
- Rumah tahanan
-
Simpul 3
Simpul 4
Komunitas
 Personal Hgyiene
- Kebersihan kulit
- Kebersihan rambut
- Kebersihan tangan,
kaki dan kuku
 Karateristik
Individu
- Umur
- Pendidikan
- Lama
dalam
tahanan
Penderita
Skabies
Tidak menderita
penyakit scabies
Variabel lain yang berpengaruh
Lingkungan strategis/politik
Iklim
Topografi
Suhu
Dll
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Simpul 1: Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit. Agent
penyakit skabies dalam hal ini adalah tungau kecil yang dapat menimbulkan
gangguan penyakit skabies melalui kontak secara langsung atau melalui media
perantara (yang juga komponen lingkungan). Umumnya melalui sekret dan eskret
Universitas Sumatera Utara
40
yang dihasilkan oleh tungau yang dapat menyebabkan bintik (papul, gelembung yang
berisi air, vesikel dan kudis pada pergelangan tangan).
Simpul 2: Komponen lingkungan sebagai media transmisi penyakit adalah
komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit pada hakikatnya
hanya ada 5 komponen lingkungan sebagai media transmisi penyakit yaitu udara, air,
tanah, binatang/serangga, dan manusia. Dimana pada kejadian penyakit skabies dapat
dilihat pada manusia yang terinfeksi skabies akan menularkan penyakit skabies pada
orang lain, baik melalui kontak langsung dan kondisi rumah tahanan.
Simpul 3: Penduduk melakukan perilaku pemajanan adalah hubungan
interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduknya berikut perilakunya.
Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen
lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit. Dalam hal ini penyakit
skabies yaitu penderita skabies.
Simpul 4: Kondisi sakit atau sehat merupakan outcome hubungan interaktif
antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan
kesehatan atau kejadian penyakit.
Simpul 5: Variabel lain yang berpengaruh merupakan komponen suprasistem,
berupa variabel iklim, topografi, temporal dan suprasistem lainnya yaitu keputusan
politik berupa kebijakan mikro yang bisa mempengaruhi semua simpul
Landasan teori dalam penelitian mengacu pada konsep teori simpul bahwa
terjadinya penyakit skabies pada warga binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan
Universitas Sumatera Utara
41
Klas I Medan dipengaruhi oleh faktor karateristik dan higiene perorangan pada warga
binaan pemasyarakatan serta sanitasi lingkungan
2.8 Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Sanitasi Lingkungan
a. Penyediaan Air Bersih
b. Kondisi Fisik Rumah
Tahanan
- Ventilasi
- Kelembaban
- Pencahayaan
- Kepadatan Penghuni
- Lantai Rumah
Higiene Perorangan
a. Kebersihan Rambut
b. Kebershan Kulit
c. Kebersihan Tangan, Kaki
dan Kuku
Kejadian Penyakit Skabies
- Sakit
- Tidak Sakit
Karateristik Individu
a. Umur
b. Pendidikan
c. Lama dalam Tahanan
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara
Download