ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA Ny. EVA SUSANTI

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA Ny. EVA SUSANTI
UMUR 38 TAHUN DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI
CICILIA JARMINI LEYANGAN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Ujian Akhir Program Pendidikan DIII Kebidanan
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Oleh
YUNIKA AFRITA SARI
NIM. 0131714
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan
dihadapantim penguji Karya Tulis Ilmiah AkademikKebidanan Ngudi Waluyo,
pada :
Hari
:
Tanggal
:
Ungaran ,
2016
Pembimbing I
Pembimbing II
Widayati, S.SiT.M.Keb.
NIDN. 0616088101
Chichik Nirmasari, S.SiT.M.Kes.
NIDN. 0627098004
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dan direvisi sesuai masukan
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo, pada :
Hari
:
Tanggal
:
Ungaran,
2016
Tim Penguji,
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Ninik Christiani, S.SiT.M.Kes.
NIDN. 0607118001
Widayati,S.SiT.M.Keb.
NIDN. 0616088101
Chichik Nirmasari, S.SiT.M.Kes.
NIDN. 062709804
Mengetahui,
DirekturAKBIDNgudiWaluyo
RiniSusanti, S.SiT. M.Kes.
NIDN. 0621098002
iv
PERNYATAAN
1. Dengan ini saya menyatakan bahwa :
2. Karya Tulis saya, Penelitian ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya Kebidanan dan atau
sarjana), baik di Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo maupun sekolah
kesehatan lain.
3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
4. Karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah pengarang dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.
Ungaran, Agustus 2016
Yang membuat pernyataan
(Yunika Afrita Sari)
0131714
v
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA Ny. EVA SUSANTI UMUR
38 TAHUN DIBIDAN PRAKTEK MANDIRI CICILIA JARMINI LEYANGAN
Yunika Afrita Sari1), Widayati2), Chichik Nirmasari3)
1.
Mahasiswa AKBID Ngudi Waluyo
2.
Staf Dosen KBD Ngudi Waluyo
Email : UP2M@AKBIDNgudiWaluyo INTISARI
Afrita Sari, Yunika, 2016; Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny. Eva Susanti di
BPM Cicilia Jarmini Leyangan. Karya Tulis Ilmiah. DIII Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo.
Pembimbing I : Widayati, S.SiT, M.Keb, Pembimbing II : Chichik Nirmasari, S.SiT,
M.Kes.
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Semarang tahun 2014 mengalami
peningkatan yang cukup tinggi. Bila ditahun 2013 AKI sebesar 120,22 per 100.000 KH
(17 kasus), maka ditahun 2014 menjadi 144,31 per 100.000 KH (20 kasus). Cakupan
pelayanan kesehatan ibu hamil di Provinsi Jawa Tengah pada K1 99,6 % dan K4
93,11%. Cakupan penanganan komplikasi di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 105,4%,
neonatal resti sebesar 83,3%, Pasangan Usia Subur sebesar 78,6% adalah peserta KB
aktif, metode KB yang paling banyak digunakan peserta aktif adalah KB suntik (56,7%)
dan KB pil (14,4%). Memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara berkelanjutan
sesuai standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan berdasarkan manajemen varney yang
pendokumentasiannya secara Subjektif Objektif Analisa Penatalaksanaan (SOAP).
Metode yang digunakan untuk menyusun KTI yaitu studi kasus. Tempatnya di BPM
Cicilia Jarmini Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Subjek Karya
Tulis Ilmiah yaitu Ny. Eva Susanti, waktu Karya Tulis Ilmiah yaitu 31 Oktober 2015
sampai Juni 2016, teknik pengumpulan data menggunakan pemeriksaan fisik,
wawancara, observasi, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Asuhan kebidanan
berkelanjutan pada Ny. Eva Susanti pada ibu dan bayi tidak terjadi komplikasi selama
kehamilan sampai dengan KB. TD : 120/80 mmHg, RR : 21x/menit, nadi : 81 x/menit,
suhu : 36,2°C, PPV saat persalinan ± 400 cc, BB anak Ny. P 3300 gram, PB : 51 cm, LK :
33 cm, LD : 31 cm, Ny. Eva Susanti menggunakan KB suntik 3 bulan. Tenaga kesehatan
berperan aktif dalam memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas terhadap ibu
dari hamil sampai dengan KB secara fisiologis maupun patologis sesuai standar
pelayanan kebidanan sehingga dapat mengurangi terjadinya peningkatan AKI dan AKB.
Kata kunci :
Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas, BBL dan KB.
vi
ABSTRACT
Afrita Sari, Yunika, 2016; Continuity of Midwifery Care to Mrs. Eva Susanti
in Independent Midwifery PractitionCiciliaJarminiat Leyangan.Scientific
Paper.DIII-Midwifery Academy of NgudiWaluyo.
First Advisor: Widayati, SSiT, MKeb, Second Advisor: ChichikNirmasari,
S.SiT, M.Kes.
Mother Mortality Rate in Semarang Regency in 2014 increasedhighly.If in
2013 Mother Mortality Rate was 120.22 of 100000 life births(17 cases), thenin
2014 it became 144.31 of 100000 live births (20 cases). Health service coverage
for pregnant mother in Central Java Province for K1is 99.6% and K4 is 93.11%.
The coverage of Handling complication in Central Java in 2014 was 105.4%,
High Risk neonatal is83.3%, 78,6% of Fertile Age Couple are activein family
planning program, the most family planning methodsused by active
participantsare injectivecontraception (56,7%) and pill contraception (14.4%). It
gavecontinuity of midwifery service careaccording to midwifery service standard
forpregnancy, labour, postpartum, birth weight and family planning program by
using midwifery management approach based on Varney management with
SOAP (Management Analysis Subjective-Objective) documentation. The
methodused to arrange scientific paper was case study. Its place was in BPM
CiciliaJarminiat Leyangan,East UngaranDistrict, Semarang Regency. Subject of
scientific paper was Mrs. Eva Susanti, period of scientific paper was from 31st of
October 2015 to June 2016, collecting data technique used physical examination,
interview, observation, reference study and documentation study.From this
scientific paper, the writer gotthe description and real experience in giving care to
3rd trimester pregnant mother to family planning program, so that the writer can
give physiological pregnancy care, spontaneous labour, physiological
postpartum, physiological birth to usage of 3 monthlyinjective contraception
without disordersand complications.
Keywords : Pregnancy Midwifery Care, Labour, Postpartum, Newbornand Family
Planning program.
MOTTO
1. “Kemenangan
yang
seindah-indahnyadansesukar-sukarnya
yang
bolehdirebutolehmanusiaadalahmanundukandirisendiri.”(IbuKartini)
2. “Dia yang tahu, tidakbicara. Dia yang bicara, tidaktahu.”(Lao Tse)
3. “Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi
bangkit kembali setiap kali kita jatuh.”
4. “Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat; hidup ditepi jalan dan dilempari
orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.”(Abu Bakar Sibli)
5. “Banyakkegagalandalamhidupinidikarenakan
orang-orang
tidakmenyadaribetapadekatnyamerekadengankeberhasilansaatmerekameny
erah.”(William J. Siegel)
(Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.
Eva Susanti Umur 38 Tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan”
ini, penulis persembahkan kepada :
1. Lila Kusuma Rahayu, S.Si., M.Si, selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan
Ngudi Waluyo
2. Rini Susanti, S.SiT.,M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo.
3. Widayati, S.SiT.,M.Keb, selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis ini hingga selesai.
4. Chichik
Nirmasari,
S.SiT.,M.Kes,
selaku
pembimbing
II
yang
telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis ini hingga
selesai.
5. Ninik Christiani, S.SiT.,M.Kes, selaku penguji karya tulis yang telah
memberikan masukan Karya Tulis ini hingga selesai.
6. Erna Setiawati, S.SiT.,M.Kes, selaku pembimbing akademik yang senantiasa
memberikan support selama perkuliahan.
7. Seluruh dosen dan staff pengajar Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.
8. Orang tua dan keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan, memberikan
dukungan moral dan materiil sehingga Karya Tulis ini dapat terselesaikan.
9. Teman-temanku
yang
tercinta
Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran.
10. Almamatertercinta.
angkatan
XIII
ANTISEPTIK
Akademi
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
:
Yunika Afrita Sari
Tempat, tanggal lahir
:
Kab. Semarang, 17 April 1995
Alamat
:
Dusun krajan Gebugan RT 04 RW I, Desa
Gebugan, Kec. Bergas, Kab. Semarang.
Agama
:
Islam
Jenis kelamin
:
Perempuan
Riwayat Pendidikan
:
1. TK NEGERI PAMARDISIWI
Lulusan 2005
2. SD NEGERI GEBUGAN 01
Lulusan 2006
3. SMP NEGERI 1 BERGAS
Lulusan 2009
4. SMKTELKOM SALATIGA
Lulusan 2013
5. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester akhir Akademi Kebidanan
Ngudi Waluyo Ungaran.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir Program DIII Kebidanan dengan judul “Asuhan
Kebidanan Berkelanjutan pada Ny. Eva Susanti Umur 38 tahun di Bidan Praktek
Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan“.Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi
tugas akhir DIII Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa
ada bantuan dan bimbingan dari pihakPembimbingdanrekan-rekan. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kesehatan dan kesabaran dalam
menjalankan segala tugas dan kewajiban
2. Rini Susanti, S.SiT., M.Kes, selaku direktur Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo.
3. Widayati, S.SiT., M.Keb, selaku pembimbing dan penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi
kebidanan
Ngudi
Waluyo
yang
selalu
membimbing
dan
mendampingi dengan penuh kesabaran.
4. Chichik Nirmasari, S.SiT., M.Kes, selaku pembimbing dan penguji Karya Tulis
Ilmiah Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo yang selalu membimbing dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah .
5. Erna Setiawati, S.SiT, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan masukan dan motivasi selama proses pembelajaran.
6. Cicilia Jarmini, Amd.Keb, selaku bidan pembimbing di lahan praktik yang
berkenan memberikan dukungan dan bimbingan selama dilahan praktek.
7. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, motivasi
dan biaya yang tak henti-hentinya selama pendidikan.
8. Keluarga Ny. Eva Susanti selaku pasien yang bersedia memberi informasi
mulai dari ibu hamil sampai dengan pemakaian alat kontrasepsi pasca
persalinan.
9. Teman-teman Antiseptik yang telah memberikan dukungan dan semangat
dalam penyusunan laporan ini.
10. Mas Imam dan mas Ardi yang selalu menemani dan membantu dalam
menyusun Karya Tulis Ilmiah.
Penulisan KTI ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan yang harus diperbaiki, penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya pada
penulis dan pembaca pada umumnya.
Ungaran,
Penulis.
2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………… ...............
iii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................
vi
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………… ..
viii
DATAR TABEL………………………………………………………. ............
ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………........
x
DAFTAR ISTILAH…………………………………………………… ............
xi
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................
5
C. Ruang Lingkup ...............................................................
5
D. Tujuan Penulisan ...........................................................
6
E. Manfaat Penulisan .........................................................
7
F. Metode Penulisan ...........................................................
7
G. Sistematika Penulisan ...................................................
9
: TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Teori ........................................................
11
B. Manajemen Kebidanan .................................................
70
C. Landasan Hukum ............................................................
74
vii
BAB III
: TINJAUAN KASUS .............................................................
BAB IV
: PEMBAHASAN
BAB V
86
A. Kehamilan .......................................................................
143
B. Persalinan .......................................................................
151
C. Nifas ................................................................................
164
D. Bayi Baru Lahir (BBL) ......................................................
169
E. KB ...................................................................................
174
: PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................
177
B. Saran ...............................................................................
178
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
AKB
: Angka Kematian Bayi
AKI
: Angka Kematian Ibu
ANC
: Ante Natal Care
APN
: Asuhan Persalinan Normal
ASI
: Air Susu Ibu
BBL
: Bayi Baru Lahir
BPM
: Bidan Praktek Mandiri
CPD
: Cephalo pelvic Disproportion
DJJ
: Denyut Jantung Janin
HPHT
: Hari Pertama Haid Terakhir
IMD
: Inisiasi Menyusui Dini
KIA
: Kesehatan Ibu dan Anak
KPA
: Ketuban Pecah Awal
KPD
: Ketuban Pecah dini
MDG’s
: Millenium Development Goal’s
PER
: Pre Eklamsia Ringan
PONED
: Pelayanan Obstetri Neonatal emergency Dasar
PONEK
: Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif
P4K
: Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan komplikasi
SDKI
: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
: Penilaian ..........................................................................
33
Tabel 2.2
: Pemberian Imunisasi HB ..................................................
34
Tabel 2.3
: Jadwal imunisasi ..............................................................
36
Tabel 3.1
: Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu ..........
85
Tabel 3.2
: Riwayat KB.......................................................................
86
Tabel 3.3
: Pola Kebutuhan Sehari-hari..............................................
86
Tabel 3.4
: Asuhan Kebidanan Kehamilan I .......................................
91
Tabel 3.5
: Asuhan Kebidanan Kehamilan II ......................................
94
Tabel 3.6
: Asuhan Persalinan kala I ..................................................
96
Tabel 3.7
: Asuhan Persalinan kala II ................................................
102
Tabel 3.8
: Asuhan Persalinan kala III ................................................
105
Tabel 3.9
: Asuhan Persalinan kala IV ...............................................
108
Tabel 3.10
: Asuhan Kebidanan Masa Nifas I .....................................
113
Tabel 3.11
: Asuhan Kebidanan Masa Nifas II ....................................
117
Tabel 3.12
: Asuhan Kebidanan Masa Nifas III....................................
120
Tabel 3.13
: Asuhan Kebidanan Masa Nifas IV ...................................
122
Tabel 3.14
: Asuhan Kebidanan Masa Nifas IV ...................................
124
Tabel 3.15
: Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir I ...............................
126
Tabel 3.16
: Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir II ..............................
130
Tabel 3.17
: Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir III .............................
133
Tabel 3.18
: Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir IV .............................
135
Tabel 3.19
: Asuhan Kebidanan KB I ...................................................
137
Tabel 3.20
: Asuhan Kebidanan KB II ..................................................
139
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
KIA
Lampiran 2
Keterangan TT
Lampiran 3
Leaflet ASI ekslusif
Lampiran 4
Leaflet kehamilan resiko tinggi
Lampiran 5
Leaflet perawatan bayi baru lahir
Lampiran 6
Leaflet tanda bahaya bayi baru lahir
Lampiran 7
Leaflet tanda bahaya kehamilan TM III
Lampiran 8
Leaflet Teknik menyusui yang benar
Lampiran 9
Partograf
Lampiran 10 Pemeriksaan Puskesmas
Lampiran 11 Pengawasan 10 kala I
Lampiran 12 SAP Cara perawatan payudara
Lampiran 13 SAP Perawatan tali pusat
Lampiran 14 SAP Tanda bahaya bayi baru lahir
Lampiran 15 SAP Tanda bahaya kehamilan TM III
Lampiran 16 SAP Tanda bahaya masa nifas
Lampiran 17 SAP Teknik menyusui yang benar
Lampiran 18 Surat permohonan ijin penelitian & mencari data dari DINKES
Lampiran 19 Surat pernyataan informed consent
Lampiran 20 Surat permohonan penelitian dari AKBID Ngudi Waluyo
Lampiran 21 Surat rekomendasi dari KESBANGPOL
1
DAFTAR ISTILAH
Amenorea
: tidak mendapat haid
Babinskyrefleks
: reflek keaktifan anggota tubuh
Bondingattachment
: rawat gabung antara bayi dengan ibunya
Fertilitas
: pembuahan
Hypotermi
: kedinginan
Ikterus
: kekuningan
Inisiasimenyusuidini
: pemberian ASI pertama kali setelah melahirkan
Konsepsi
: pertemuan ovum dan sperma
Lochea
: darah nifas
Morning sickness
: mual muntah
Nidasi
: implantasi/perlekatan
Oogenesis
: urutan pertumbuhan ovum
Puerpuriumdini
: tahapan ibu nifas untuk berdiri dan berjalan
Puerpuriumintermedial
: masa kepulihan organ reproduksi
Regurgitasi
: gumoh
Remotepuerpurium
: waktu yang dibutuhkan untuk pulih total
Rootingrefleks
: reflek mencari puting
Serviks
: jalan lahir
Suckingrefleks
: reflek menghisap
Swallowingrefleks
: reflek menelan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bulan September 2000, pemerintah Indonesia, bersama-sama dengan
189 negara lain, berkumpul untuk menghadiri pertemuan Puncak Milenium di
New York dan menandatangani Deklarasi Milenium. Deklarasi berisi
komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk
mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium itu (MDG’s),
sebagai satu paket tujuan terukur untuk pembangunan dan pengentasan
kemiskinan. Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September
2000 menyetujui agar semua negara memberantas kemiskinan dan
kelaparan, mencapai pendidikan dasar secara universal, mendukung adanya
persaman gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi tingkat
kematian
anak,
meningkatkan
kesehatan
ibu,
perlawanan
terhadap
HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, menjamin daya dukung lingkungan
hidup, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Bulan Desember 2015 ini, masa berlaku MDG’s akan berakhir.
Berdasarkan 8 target yang ada, capaian Indonesia sungguh belum
membanggakan, contohnya adalah terkait target kelima yakni meningkatkan
kesehatan ibu yang salah satu indikatornya adalah menurunnya Angka
Kematian Ibu (AKI) dari 228 menjadi 104. Alih-alih turun, AKI malah naik dari
228 menjadi 359 per 100.000 kelahiran. Adapun salah satu alasan yang
dikemukakan adalah Indonesia terlambat 10 tahun dalam melaksanakan
komitmennya dalam MDG’s yang dianggap telah berhasil membawa banyak
perubahan untuk mengentaskan masalah kemiskinan, kelaparan dan
kesehatan tetapi dianggap belum sempurna. MDG’s sebelum berakhir, sejak
2 tahun lalu mulailah didiskusikan mengenai kerangka kerja pembangunan
global baru untuk menggantikan MDGs, yang disebut dengan SDG’s
(Sustainable Development Goals).
SDG’s yang masa berlakunya mulai Januari 2016 hingga Desember
2030 ini memiliki tujuan yang sangat ambisius. Menariknya SDG’s ini tidak
mempunyai kekuatan memaksa bagi negara peserta tetapi ada sekitar 193
negara anggota PBB yang berkomitmen untuk melakukannya. Konteks
tersebut merupakan beberapa jaringan masyarakat sipil di Indonesia seperti
GPPI (Gerakan Peduli Perempuan Indonesia), MAMPU dan INFID,
beberapa waktu lalu mengadakan berbagai pertemuan yang tujuannya
selain sosialisasi tentang SDG’s juga melihat kembali 303 daftar indikatornya
untuk menjadi masukan bagi pemerintah. Indikator SDG’s tersebut dibawa
oleh pemerintah pada sidang PBB pada Januari 2016. Kendala yang
dianggap masyarakat sipil sebagai hal-hal yang dapat menggagalkan
pelaksanaan SDG’s, antara lain SDG’s tidak dipahami oleh berbagai pihak
terutama pemerintah daerah yang menganggap tugas pemerintah pusat
saja, pendekatannya masih jadul, target sudah ditetapkan tetapi cara dan
metode pemecahan masalah tidak disediakan, regulasi telah ditetapkan
tetapi tidak ada sanksi ataupun reward, dan lain-lain (MENSOSRI, 2015).
Kendala dan kekawatiran tersebut dibantah oleh pemerintah dan Staf
Ahli Kepresidenan RI yang menyatakan bahwa SDG’s sudah sejalan dengan
Nawacita Presiden Joko Widodo dan sudah dituangkan dalam RPJMN.
SDG’s yang mempunyai value no one left behind dan memiliki tiga dimensi
(ekonomi, sosial dan Lingkungan) ini akan berjalan. AKI dan AKB yang
tercantum di atas menjadikan tantangan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan dalam menangani cakupan kunjungan dan persalinan
oleh nakes. Tahun 2014 Angka kematian Ibu di Kabupaten Semarang
mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Bila ditahun 2013 AKI sebesar
120,22 per 100.000 KH (17 kasus), maka ditahun 2014 menjadi 144,31 per
100.000 KH (20 kasus). Provinsi Jawa Tengah sendiri cakupan pelayanan
kesehatan ibu hamil K1 99,6 % dan K4 93,11%. Cakupan penanganan
komplikasi kebidanan jawa tengah tahun 2014 sebesar 105,4%. Cakupan
penanganan neonatal resti di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 83,3%.
Pasangan Usia Subur yang ada sebesar 78,6% adalah peserta KB aktif,
metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta aktif adalah
KB suntik (56,7%) dan terbanyak kedua adalah pil (14,5%) (Dinkes Provinsi
Jawa Tengah, 2014).
Kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung yaitu perdarahan,
infeksi, eklamsia, persalinan lama dan kehamilan abortus. Kematian ibu juga
dilatarbelakangi oleh
rendahnya
tingkat
sosial
ekonomi,
pendidikan,
kedudukan dan peran perempuan, faktor budaya serta faktor transportasi
yang semuanya berpengaruh pada dua keadaan yang munculnya tidak
menguntungkan yaitu: Tiga terlambat (terlambat mengenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat
mendapatkan pelayanan ditempat fasilitas kesehatan) dan Empat terlalu
(terlalu muda melahirkan, terlalu sering melahirkan, terlalu rapat jarak
melahirkan, dan terlalu tua untuk melahirkan). (Departemen Kesehatan RI,
2010).
Strategi yang telah dilakukan dalam upaya mempercepat penurunan
AKI, salah satunya adalah dengan dilaksanakannya program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) yang telah dicanangkan oleh
Menteri Kesehatan pada tahun 2007. Pemasangan stiker p4k dilakukan
secara merata pada tiap-tiap rumah warga yang terdapat ibu hamil. Program
tersebut selain merupakan “upaya terobosan” dalam percepatan penurunan
AKI dan AKB juga merupakan kegiatan yang membangun potensi
masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan
tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir (DEPKES RI, 2009).
Usaha lain untuk menurunkan AKI dan AKB pada persalinan sampai dengan
masa nifas yaitu penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dengan menggunakan Buku KIA serta penyediaan fasilitas
kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal emergency Dasar (PONED) di
Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit.
Bidan Praktek Mandiri (BPM) Ny. C.Jarmini Leyangan sendiri bulan
Januari sampai November 2015 didapat data ibu hamil K1 sebanyak 102
orang ibu hamil fisiologis, ibu hamil dengan resti umur <20 tahun sebesar 26
orang ibu hamil, resti umur >35 tahun: 4 orang ibu hamil, ibu hamil dengan
resti KEK :13 orang ibu hamil, resti oligohidramnion : 1 orang ibu hamil, Resti
gemeli: 1 orang ibu hamil, resti AB: 4 orang ibu hamil, resti grande multipara:
3 orang ibu hamil, , resti PER: 1 orang ibu hamil, resti ispa: 1 orang ibu hamil,
resti KPA: 1 orang ibu hamil, resti PEB: 1 orang ibu hamil. Persalinan Nakes
dengan : Dokter : 31, Bidan swasta : 19, Bidan Desa : 44, Jumlah : 94.
Persalinan dengan SC: dengan KPD : 12, dengan CPD : 3, riwayat SC : 3.
Kunjungan neonatal: KN1 : L : 27, P : 51, KN2 : L : 39, P : 55, KN3 : L :38, P :
55.
Presentase jumlah ibu hamil yang ANC rutin di BPM Ny. C. Jarmini
Leyangan 58,59% atau 92 warga dalam wilayah, 15,92 % atau 25 warga luar
wilayah, 12,73% atau 20 ibu hamil pindah ANC dari bidan lain, dan 12,73%
atau 20 ibu hamil ANC di luar BPM C. Jarmini Leyangan. Persalinan dan
nifas di BPM C. Jarmini 64,42% atau 98 orang, 24,20% atau 38 orang
bersalin di BPM lain dan 13,37% atau 21 orang bersalin di rumah sakit.
Jumlah pengguna KB baru pada bulan Oktober – November 2015 sebanyak
13 orang. Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk mengambil kasus
dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.Eva Susanti umur
38 tahun di BPM Cicilia Jarmini Leyangan” dengan pendekatan Varney dan
pendokumentasian dengan SOAP untuk mengetahui asuhan yang benar dan
tepat selama kehamilan agar tidak terjadi komplikasi selama kehamilan yang
mengarah pada kehamilan patologi dalam rangka penurunan AKI dan AKB
yang masih banyak ditemukan di daerah leyangan dan sekitarnya serta
melakukan asuhan berkelanjutan mulai dari ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
sampai
dengan
pemakaian
kontrasepsi
untuk
pengendalian
angka
kehamilan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan masalahnya yaitu
“Bagaimanakah asuhan kebidanan berkelanjutan yang sesuai pada Ny. Eva
Susanti umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan di
kabupaten Semarang ?”.
C. Ruang Lingkup
Laporan Berkelanjutan pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di BPM
Cicilia Jarmini Leyangan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan varney.
1. Lingkup Lokasi
Pengambilan data pada penyusunan laporan ini dilakukan di
Bidan Praktek Mandiri Ny. Cicilia Jarmini Leyangan.
2. Lingkup Keilmuan
Asuhan kebidanan terintegrasi fisiologi pada ibu hamil, meliputi ibu
hamil, bersalin, nifas, BBL serta kespro dan KB masuk dalam mata kuliah
kebidanan.
3. Lingkup Waktu
Laporan berkelanjutan pada Ny.Eva Susanti umur 38 tahun di
BPM Cicilia Jarmini Leyangan pada tanggal 31 Oktober 2015 sampai
dengan ibu memilih alat kontrasepsi pasca persalinan.
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny.Eva
Susanti
umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini
Leyangan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
varney metode SOAP.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan kebidanan ibu hamil
pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia
Jarmini Leyangan.
b. Mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan kebidanan ibu
bersalin pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di Bidan Praktek
Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan.
c. Mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan kebidanan bayi
baru lahir pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di Bidan Praktek
Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan.
d. Mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan kebidanan ibu nifas
pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia
Jarmini Leyangan.
e. Mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan kebidanan pada
penggunaan kontrasepsi pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di
Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan.
E. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
a. Menambah ilmu pengetahuan mengenai kehamilan.
b. Mengetahui lebih dalam tentang kehamilan terutama pada trimester 3.
c. Mengetahui cara penanganan komplikasi pada kehamilan.
d. Meningkatkan penulisan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang
akan datang.
2. Institusi pendidikan
Mampu
mengevaluasi
sejauh
mana
mahasiswa
dapat
menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif.
3. Tenaga kesehatan
Meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan terutama pada
asuhan kebidanan secara komprehensif.
F. Metode Penulisan dan Cara Pemerolehan Data
1. Wawancara
Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data
peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden) atau bercakap-cakap berhadapan dengan orang
tersebut (Notoatmodjo, 2010).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan yang berkaitan dengan fisik, misalnya
kehamilan, kelainan organ tubuh dan tanda-tanda penyakit (Notoatmodjo,
2010 ). Tehnik yang digunakan dalam pengkajian fisik ada 4, yaitu :
a. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Fokus
inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna,
bentuk, posisi, simetris dan dibandingkan bagian tubuh satu dengan
bagian tubuh lainnya. Contoh: mata kuning (ikterus), terdapat struma
di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
b. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba.
Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk
mengumpulkan
data,
misalnya:
temperatur,
turgor,
bentuk,
kelembaban, vibrasi, ukuran.
c. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk dengan
kedua tangannya pada bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan bagian tubuh lainnya dengan tujuan menghasilkan
suara dengan tujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk
dan konsistensi jaringan.
d. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara tubuh biasanya menggunakan alat stetoskop.
Contoh mendengarkan: bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
3. Observasi
Observasi yaitu suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
untuk menyadari adanya rangsangan dari luar mengenai indra terjadilah
pengindraan, namun bila rangsangan menarik perhatian akan dilanjutkan
dengan adanya pengamatan (Notoatmodjo, 2010).
4. Studi Kepustakaan
Studi
kepustakaan
adalah
mengambil
referensi-referensi
kepustakaan untuk memperoleh dukungan secara teoritik pada masalah
yang diambil mempunyai wawasan luas untuk mengembangkan atau
mengidentifikasi masalah yang diamati (Notoatmodjo, 2010).
G. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini berdasarkan sistematika penulisan sebagai
berkut :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pertama yang menguraikan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup, manfaat, metode
perolehan data dan sistematika penulisan Laporan pengelolaan Kasus.
BAB II TINJAUAN TEORI
Tinjauan teori yang terdiri dari tinjauan konsep dasar teori
dan
tinjauan teori mengenai management kebidanan menurut varney, penerapan
manajemen kebidanan, landasan hukum serta standar pelayanan kebidanan.
BAB III TINJAUAN KASUS
Berisi tentang pengelolaan kasus yang memberikan gambaran secara
lengkap tentang keadaan pasien berdasarkan tujuh langkah varney, yaitu
pengumpulan data,
interpretasi data,
identifikasi diagnose potensial,
antisipasi, merencanakan asuhan secara menyeluruh, implementasi dan
evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil perbandingan asuhan yang sudah diberikan
kepada pasien dilahan dengan perbandingan asuhan yang diberikan sesuai
dengan teori yang didapatkan pada BAB II, sehingga tidak didapatkan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
BAB V PENUTUP
Penutup berisi hasil atau kesimpulan dari semua asuhan yang sudah
diberikan menurut teori dan praktek dilahan sehingga didapatkan hasil bahwa
asuhan yang diberikan berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Teori
1. Kehamilan
a. Definisi
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis
yang dihitung sejak HPHT (hari pertama haid terakhir)
hingga
dimulainya persalinan yang menandai awal periode antepartum
(Varney, 2006). Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali
dari konsepsi atau pertemuan antara ovum dan sperma sehat dan
dilanjutkan
dengan
proses
fertilasi,
nidasi
dan
implantasi
(Sulistyawati, 2012). Kehamilan merupakan proses yang diawali
dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi
dalam rahim dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009).
Kehamilan dibedakan menjadi 3 trimester yaitu:
1) Kehamilan TM I : kehamilan yang dimulai dari usia kehamilan 0–
13 minggu.
2) Kehamilan TM II : kehamilan yang dimulai dari usia kehamilan 1427 minggu.
3) Kehamilan TM III : Kehamilan yang dimulai dari usia kehamilan
28-40 minggu.
b. Proses Kehamilan
Menurut Rustam Mochtar, 2010, menyatakan bahwa proses
kehamilan dimulai dari :
1) Ovum (Sel Telur)
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi
ovum
terjadi
digenital
ridge.
Oogenesis adalah
proses
pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Pembentukan sel
telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di
dalam ovari fetus perempuan. Bulan ketiga usia fetus, semua
oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap
memasuki tahap pembelahan. Oogonia membelah secara mitosis
menghasilkan oosit primer.
Perkembangan
fetus
selanjutnya,
semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai
fase profase.
Pembelahan
dilahirkan. Ovarium
miosis
tersebut
berhenti
hingga
bayi
mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit.
Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I.
Hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang
besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil
disebut badan kutub primer.Tahap selanjutnya, oosit sekunder
dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II.
Oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel yaitu satu sel
berukuran normal disebut oosit dan satu lagi berukuran lebih kecil
disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung
dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari
pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan
kutub sekunder. Oosit mengalami perkembangan lebih lanjut
menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami
degenerasi (hancur).
2) Spermatozoa (Sel Mani)
Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas 4 bagian
yaitu kepala yang berisi inti (nukleus), leher, bagian tengah dan
ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak
dengan cepat, urutan pertumbuhan sperma: spermatogonium
membelah dan spermatosit pertama membelah dua, spermatosit
kedua membelah dua, spermatid tumbuh menjadi spermatozoon
(Budisma, 2007).
3) Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)
Pembuahan adalah suatu peristiwa persatuan antara sel
mani dengan sel telur dituba fallopi. Sperma yang telah
mengalami proses kapasitasi dapat melintasi zona pellusida
masuk ke villetus ovum. Zona pellusida mengalami perubahan
sehingga tidak dapat dilalui sperma lain. Persatuan ini dalam
prosesnya diikuti oleh persatuan pronuklei, keduanya yang disebut
zygot yang terdiri dari atas acuan genetik dari wanita dan pria.
Proses pembelahan zygot terjadi dalam beberapa jam setelah
pembuahan, mulailah pembelahan zygot yang berjalan lancar dan
dalam 3 hari sampai dalam stadium morula. Hasil konsepsi ini
dengan urutan tetap bergerak ke arah rongga rahim. Hasil
konsepsi sampailah dalam kavum uteri dalam peringkat blastula
(Kusharthanti, 2014).
4) Nidasi (Implantasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi
dalam endometrium. Blastula diselubungi oleh simpai yang
disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan
jaringan. Blastula kemudian mencapai rongga rahim, jaringan
endometrium berada pada masa sekresi. Jaringan endometrium
ini banyak mengandung sel-sel desidua, yaitu sel-sel besar yang
banyak mengandung glikogen serta mudah dihancurkan oleh
trofoblas (Nolan, 2012). Blastula dengan bagian yang berisi massa
sel dalam (inner-cell-mass) akan mudah masuk kedalam desidua,
menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup
lagi.
Itulah sebabnya pada saat nidasi terjadi sedikit perdarahan
akibat luka desidua (Tanda Hartman). Umumnya nidasi terjadi
pada dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus
uteri. Nidasi telah berhasil, dimulailah diferensiasi sel-sel blastula.
Sel-sel lebih kecil yang terletak dekat ruang exocoeloma
membentuk entoderm dan yolk sac. Sel-sel yang lebih besar
menjadi endoderm dan
membentuk ruang amnion,
maka
terbentuklah lempeng embrional (embryonal plate) diantara
amnion dan yolk sac.
Sel-sel
trofoblas
mesodermal
yang
tumbuh
sekitar
mudigah (embrio) akan melapisi bagian dalam trofoblas, maka
terbentuklah sekat korionik (chorionic membrane) yang telah
menjadi korion. Sel-sel trofoblas tumbuh menjadi 2 lapisan yaitu
sitotrofoblas yang disebelah dalam dan sinsitiotrofoblas yang
disebelah luar. Villi korionik yang berhubungan dengan desidua
basalis tumbuh bercabang-cabang dan disebut korion profundus.
Sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang
mendapat makanan sehingga akhirnya menghilang disebut
chorion leave.
5) Plasentasi
Pertumbuhan dan perkembangan desidua sejak terjadi
konsepsi karena pengaruh hormon terus tumbuh sehingga makin
lama menjadi tebal (Hill, 2013). Desidua adalah mukosa rahim
pada kehamilan yang terbagi atas :
a) Desidua basalis
Terletak diantara hasil konsepsi dan dinding rahim, tempat
plasenta terbentuk.
b) Desidua kapsularis
Hasil konsepsi kearah rongga rahim yang lama kelamaan
bersatu dengan desidua vera kosena obliterasi.
c) Desidua vera
Meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya.
c. Tanda-tanda kehamilan
Menurut Sulistyawati (2009), mengatakan bahwa tanda Pasti
Kehamilan meliputi
a) Adanya gerakan janin sejak usia kehamilan 16 minggu.
b) Terdengar denyut jantung janin pada kehamilan 12 minggu
dengan fetal elektro cardiograph dan pada kehamilan 18-20
minggu dengan stethoscope leannec.
c) Terabanya bagian-bagian janin.
d) Terlihat kerangka janin bila dilakukan pemeriksaan Rongent.
e) Terlihat kantong janin pada pemeriksaan USG.
Menurut
Armi
(2006)
kemungkinan hamil meliputi :
menyatakan
bahwa
tanda-tanda
a) Tanda hegar
Tanda ini diketahui dengan meletakkan 2 jari pada
forniks posterior dan tangan lain di dinding perut diatas
simpisis pubis, maka terasa korpus uteri seakan-akan terpisah
dengan serviks ( istmus sangat lembek pada kehamilan).
Kehamilan 6 – 8 minggu dengan pemeriksaan bimanual sudah
dapat diketahui tanda hegar ini.
b) Tanda piskacek
Menurut (Armi, 2010), yang menyatakan bahwa tanda
piskacek adalah suatu pembesaran uterus yang tidak rata
hingga menonjol jelas kejurusan uterus yang membesar
(uterus dalam keadaan hamil tumbuh cepat pada tempat
implantasinya).
c) Tanda Braxton hicks
Menurut (Armi, 2010), yang menyatakan bahwa uterus
pada
saat
hamil
bila
dirangsang
mudah berkontraksi.
Kontraksi yang tidak teratur tanpa nyeri disebut kontraksi
Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks ini menunjukkan
bahwa kehamilan bukan kehamilan ektopik.
d) Tanda ballotement
Menurut (Armi, 2010), yang menyatakan bahwa
kehamilan muda (kira-kira 20 minggu) air ketuban jauh lebih
banyak sehingga dengan menggoyangkan uterus maka janin
akan melenting dalam uterus, keadaan inil yang disebut
dengan ballottement.
Tanda Chadwick adalah warna selaput lendir vulva dan vagina
menjadi ungu (Hanifa 2006).
d. Diagnosa Kehamilan
Menurut ppjKemenkes, 2013, menyatakan bahwa dalam
menentukan diagnosa kehamilan diperlukan data dari berbagai
keluhan yang dirasakan oleh pasien, diantaranya data yang berasal
dari keluhan yang dirasakan ibu (data subjektif) dan data yang berasal
dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (data
objektif).
e. Perubahan Fisik pada Ibu Hamil
Perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil diantaranya adalah:
1) Perubahan fisik pada ibu hamil trimester I meliputi :
a)
Morning Sickness
Morning sickness merupakan keluhan pusing kepala,
mual hingga muntah dan biasanya terjadi pada pagi hari.
Keadaan
ini disebabkan
karena
gangguan metabolisme
karbohidrat, bila morning sickness terjadi sebaiknya minum air
teh manis panas sebelum bangun dan berjalan.
b)
Perubahan Pencernaan
Perut akan terasa kembung dan nyeri pada perut bagian
bawah saat usia kehamilan 12 minggu, dikarenakan semua
pengikat rahim akan terasa seperti ketarik, sehingga terasa
nyeri dan pegal-pegal. Daerah mulut juga akan terjadi
perubahan,
terutama
jika
terjadi
mual
dan
muntah
berkepanjangan, maka bisa menjadi infeksi daerah gigi karena
kurangnya kalsium dalam makanan. Terjadi juga hipersalivasi
(pengeluaran air liur berlebihan), sehingga menyulitkan untuk
makan. Air liur ini dapat menyebabkan pembengkakan pada
gusi (epulis).
c)
Perubahan sirkulasi Darah
Hormon estrogen akan meningkat selama kehamilan.
Peningkatan ini menyebabkan penyesuaian peredaran darah.
Volume darah akan makin meningkat yang menyebabkan
pengenceran
darah
(hemoudulusi)
dan
menyebebkan
penurunan hemoglobin.
d)
Perubahan Pembuluh Darah
Tampak garis biru samar-samar dibawah kulit, pada
payudara dan perut, itu adalah kondisi normal selama hamil
karena
akan
menghilang
setelah
melahirkan.
Jaringan
pembuluh darah akan mengembang untuk membawa darah
lebih banyak bagi kehamilan.
e)
Sembelit
Anus yang tertekan oleh rahim yang semakin membesar
yang menyebabkan gangguan buang air besar (sembelit),
bahkan menekan kandung kencing yang menyebabkan sering
kencing. Gangguan ini biasa terjadi pada umur kehamilan 1214 minggu. Rahim akan keluar dari rongga panggul setelah
usia kehamilan 14 minggu dan keluhan ini akan menghilang
dan biasanya muncul kembali setelah mendekati persalinan
yang disebabkan penekanan saluran kencing dan anus oleh
kepala janin.
f) Tekanan Darah
Umumnya tekanan darah ibu hamil normal 140/90
mmhg, selama masih mendekati angka tersebut kenaikan atau
penurunan sebetulnya tidak berarti. Dikatakan bermasalah/tidak
normal bila melebihi atau kurang dari angka tersebut. Kondisi
hamil yang dipermasalahkan sebetulnya bukan naik turunnya
tekanan darah, melainkan peluang terjadinya lonjakan tekanan
darah abnormal diatas 140/90 mmhg. Ketidaknormalan tekanan
darah
biasanya
berlanjut
dengan
munculnya
keracunan
kehamilan/preeklamsia.
Tekanan darah yang tinggi saat hamil bisa jadi karena si
ibu mempunyairiwayat tekanan darah tinggi yang biasa disebut
dengan hipertensi dalam kehamilan. Tekanan darah tinggi yang
terjadi pada ibu hamil yang sudah memiliki hipertensi
sebelumnya akan dilakukan pengawasan tekanan darah secara
intens. Tindakan ini penting dilakukan agar tidak menyebabkan
komplikasi terhadap ibu dan janin.
Tekanan darah yang mengalami kenaikan pada saat
kehamilan dan ibu tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi
sebelumnya bisa disebabkan beberapa faktor seperti faktor
sosial ekonomi karena akan berimbas pada kekurangan gizi,
selain itu juga faktor genetik atau adanya kelainan sistem
peredaran darah.
2) Menurut Kurnia (2009, hal : 194-197) menyatakan bahwa
perubahan fisik pada trimester III, meliputi :
a) Perut Membesar
Makin membesarnya rahim akan membuat perut sang
ibu pun tampak makin membesar. Rahim yang mula-mula
seberat 30-40 gr, sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan
akan makin membesar sedemikian rupa hingga nanti mampu
menampung kehamilan dengan berat air ketuban seberat 1 kg,
plasenta 0,5 kg, dan janin seberat 3 kg. Besar uterus pada
akhir kehamilan menjadi 1000 gram (normal 20 gram) dengan
panjang 20 cm, dan dinding 2,5 cm, pada umur kehamilan 28
minggu TFU terletak 3 jari diatas pusat atau 1/3 pusat-px 25
cm), pada umur kehamilan 32 minggu TFU pertengahan pusatpx (27 cm), pada umur kehamilan 36 minggu TFU setinggi px
(30 cm).
b) Perubahan Kulit
Kulit
hormonal
pun
akan
menjadi
mengalami perubahan. Pengaruh
biang
keladi
garis
kehitaman
atau
hiperpigmentasi dari bagian pusar ke perut bawah. Daerah
lipatan tubuh seperti lipatan leher, ketiak dan paha juga
berwarna lebih gelap. Kondisi ini lebih terlihat jelas pada ibu
hamil yang berkulit sawo matang. Bahkan pada ibu hamil yang
berkulit sensitif, hiperpigmentasi bisa terlihat pada wajah,
terutama di daerah pipi bagian atas dekat hidung. Keadaan ini
disebut cloasma gravidarum. Pengaruh hormonal juga bisa
membuat wajah ibu hamil jerawatan.
c) Perubahan Payudara
Payudara akan makin membesar juga terasa nyeri
karena adanya timbunan air, protein dan garam untuk
persiapan memberikan ASI pada laktasi yang mendesak saraf
sensoris. Pembuluh darah juga makin tampak sehingga terlihat
semakin hitam di daerah aerola. Puting susu juga makin
menonjol. Payudara semakin lama semakin membesar, ibu
hamil tentu harus menggunakan bra yang lebih besar dan lebih
kuat menyangga.
d) Kaki Bengkak
Kaki akan membengkak dan cepat merasa lelah,
terutama setelah usia kehamilan 20 minggu, hal ini akibat
tertekannya pembuluh darah oleh pembesaran rahim. Tekanan
ini memperlambat peredaran darah pada kaki, sehingga berdiri
atau duduk lama-lama akan membuat masalah pada kaki jadi
cepat lelah, terjadi pula pembengkakan pergelangan kaki dan
telapak kaki, terutama sesudah berdiri berlama-lama. Pada
keadaan ringan, kaki bengkak dapat diatasi saat tidur posisi
kaki lebih tinggi.
e) Varises
Peningkatan
jumlah
berbagai
hormon
selain
itu,
kehamilan pun bisa mengakibatkan pelebaran pembuluh darah
di seluruh tubuh, jadilah varises. Cara pencegahan varises
bukan hal yang mudah, terutama bagi ibu yang memiliki bakat
turunan. Penggunaan stocking khusus dapat dicoba, tapi tak
menjanjikan
hasilnya
akan
maksimal.
Nasehat
untuk
mengontrol pertambahan bobot badan agar tidak lebih dari 12
kg juga perlu diperhatikan. Masalahnya, semakin besar bobot
yang harus disangga kaki, semakin banyak varisesnya. Setelah
masa kehamilan berlalu, varises dapat berkurang tapi tak dapat
hilang sepenuhnya, kecuali tentunya dengan penangangan ahli
bedah vaskuler. Meski begitu, ini cara untuk meminimalkan
varises.
f) Berat Badan Bertambah
kondisi mual dan muntah tidak terjadi lagi, maka
pertambahan berat badan pun akan mulai terjadi. Kenaikan
normal pada 5 bulan pertama kehamilan, naik 1 kg tiap
bulannya. Sesudah usia kehamilan mencapai 5 bulan, maka
kenaikannya harus 2 kg per bulan. Selain itu, kalau ibu punya
kelainan jantung, biasanya masalah juga mulai muncul di
trimester ini karena pada saat itu beban jantung maksimal.
Sirkulasi darah makin lama makin meningkat, bahkan konon
peningkatan volumenya hingga 60 persen. Meski bertambah,
ibu hamil sebaiknya memerhatikan berat badan ideal.
g) Sakit bagian tulang belakang
Sakit pada bagian tulang belakang (punggung –
pinggang) karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam
kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga
menyebabkan tekanan kearah pada tulang belakang.
h) Konstipasi
Trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan
rahim yang membesar kearah usus selain perubahan hormone
progesterone.
i) Perubahab pola pernapasan
Perubahan hormonal yang mempengaruhi aliran darah
keparu-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil
merasakan susah bernafas. Didukung oleh tekanan rahim yang
membesar yang dibawah diafragma (yang membatasi perut dan
dada). Setelah kepala bayi turun kerongga panggul ini biasanya
2-3 minggu sebelum persalinan pada ibu yang pertama kali
hamil akan merasakan bernafas lega dan bernafas lebih mudah
dan
rasa panas pada perut
juga
ikut hilang,
karena
berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi di bawah diafragma/
tulang iga ibu.
j) Sering kencing
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun kepintu atas
panggul akan makin menekan yang menyebabkan kandung
kemih terasa penuh. Akibat terjadinya hemodiaksi yang
menyebabkan
metabolisme
air
makin
lancar
sehingga
pembentukan urin bertambah.
k) Kontraksi perut
Braxton-hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit
di bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila
ibu hamil duduk atau istirahat.
l) Cairan vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah
normal, cairan biasanya jernih. Awal kehamilan, cairan ini agak
kental, sedangkan saat mendekati persalinan cairan tersebut
akan lebih cair.
f.
Perubahan Psikologis Ibu Hamil
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menuggu
kelahiran bayinya. Ibu mulai merasakan takut akan rasa sakit dan
bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak
nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan
banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Trimester inilah ibu
memerlukan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan
Tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik,
faktor psikologis, dan faktor sosial budaya dan ekonomi.
1) Faktor Fisik
Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan
status
gizi.
Status
kesehatan
dapat
diketahui
dengan
memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan
terdekat, puskesmas, rumah bersalin atau poliklinik kebidanan.
Status gizi ibu
hamil juga
merupakan hal yang
sangat
berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi berakibat
buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia,
sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan
pada janinnya terhambat, sehingga janin akan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Kelebihan gizi pun
dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin,
janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan
kesulitan saat proses persalinan.
2) Faktor Psikologis
a) Stess
Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin. Janin mengalami keterlambatan
perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika
stress pada ibu tidak tertangani dengan baik.
b) Dukungan keluarga
Keluarga andil dalam menentukan status kesehatan ibu.
Keluarga yang mengharapkan dan mendukung kehamilannya,
maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia
dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa
nifas.
3) Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup,
adat istiadat, fasilitas kesehatan dan ekonomi. Perilaku makan
juga harus di perhatikan, terutama yang berhubungan dengan
adat istiadat. Makanan yang di pantang adat padahal baik untuk
gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Personal
hygiene juga harus diperhatikan ibu hamil harus selalu menjaga
kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa
lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan
pakaian yang menyerap keringat. Ekonomi juga menjadi faktor
penentu dalam proses kehamilan yang sehat.
Keluarga dengan ekonomi cukup dapat memeriksakan
kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga
kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik.
Perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin,
maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan
baik.
h. Ketidaknyamanan Kehamilan
Ketidaknyamanan kehamilan pada trimester III meliputi :
1. Sering BAK
Peningkatan frekuensi berkemih disebabkan tekanan pada
uterus karena turunnya bagian bawah janin sehingga kandung
kencing
tertekan
dan
mengakibatkan
frekuensi
berkemih
meningkat. Selain itu karena nocturia karena terjadinya aliran balik
vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang berbaring
saat tidur malam hari. Akibatnya adalah pola diurnal kebalikannya
sehingga terjadi peningkatan pengeluaran urin saat hamil tua.
Cara mengurangi ketidaknyamanan ini dengan mengurangi
asupan cairan pada sore hari, jangan kurangi minum untuk
mencegah nocturia kecuali jika nocturia sangat mengganggu tidur
pada saat malam hari dan memperbanyak minum saat siang hari,
batasi minum soda, kopi ataupun teh.
2. Insomnia
Insomnia pada ibu hamil terjadi karena ibu hamil sering
kencing, selain itu rasa tidak nyaman pada ukuran uterus yang
bertambah
besar sehingga
mengganggu
gerak ibu.
Cara
mengurangi gangguan insomnia pada ibu hamil yaitu ibu hamil
dianjurkan untuk menghindari rokok atau minuman beralkohol,
tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein, sejukkan
kamar tidur, hentikan aktifitas 3-4 jam sebelum tidur, usahakan
tidur sebentar disiang hari, biasakan tidur dengan posisi miring
kiri, kurangi minum pada malam hari, minum segelas susu hangat
karena pada susu hangat terdapat kandunagn asam tryptophan
yang akan meningkatkan kadar serotin dalam otak dan membantu
ibu hamil tidur, selain itu susu juga meningkatkan hormon
melatonin dalam darah yang membuat seseorang menjadi mudah
mengantuk.
3. Edema pada kaki sampai tungkai
Edema pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena
dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.
Gangguan ini disebabkan karena tekanan uterus yang membesar
pada vena-vena panggul saat ibu hamil tersebut duduk atau
berdiri, pada vena kava inferior saat dalam posisi terlentang.
Pakaian ketat yang menghambat aliran balik vena dari ekstremitas
bagian bawah vena juga memperburuk masalah. Edema akibat
kaki yang menggantung secara umum terlihat pada area
pergelangan kaki.
Cara penanganan edema pada kaki adalah hindari
menggunakan
pakaian
ketat,
elevasi
kaki
secara
teratur
sepanjang hari posisi menghadap kesamping saat berbaring,
penggunaan penyongkong atau korset pada abdomen maternal
yang dapat melonggarkan vena-vena panggul.
4. Sakit punggung
Sakit pada bagian tulang belakang (punggung – pinggang)
karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan
yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan
tekanan kearah pada tulang belakang. Selain itu juga disebabkan
karena posisi yang salah saat melakukan aktivitas seperti
mengangkat beban, cara berdiri, posisi duduk dan bangun tidur
yang
salah,
pemakaian
alas
kaki.
Cara
mengatasi
ketidaknyamanan tersebut dengan melakukan teknik atau body
mekanik yang benar, menghindari pemakaian alas kaki yang
berhak tinggi, gunakan bantal di bawah kaki dan punggung
sebagai pengganjal.
5. Konstipasi atau sembelit
Konstipasi atau sembelit selama kehamilan disebabkan
karena peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan
relaksasi otot sehingga usus kurang efisien, konstipasi juga
dipengaruhi karena perubahan uterus yang semakin membesar,
sehingga uterus menekan daerah perut, selain itu penyebab lain
konstipasi yaitu karena mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan
oleh bidan/dokter pada ibu hamil, tablet Fe juga menyebabkan
tinja berwarna coklat kehitaman tetapi tidak perlu dikhawatirkan
oleh ibu hamil karena perubahan warna feses merupakan
pengaruh dari tablet zat besi dan itu normal.
Cara mengatasi konstipasi atau sembelit yaitu dengan
minum air putih yang cukup minimal 6-8 gelas/hari, makan
makanan yang berserat tinggi sperti sayuran dan buah-buahan,
melakukan olahraga ringan secara teratur seperti berjalan
(jogging), segera konsultasikan kebidan/dokter apabila konstipasi
atau sembelit tetap terjadi setelah menjalankan cara-cara
tersebut.
i.
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah asuhan yang
diberikan bidan pada ibu hamil untuk mengetahui kesehatan ibu dan
janin
serta
untuk
mencegah
dan
menangani
secara
dini
kegawatdaruratan yang terjadi pada saat kehamilan. Asuhan
kebidanan pada ibu hamil normal meliputi :
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum kebidanan dan pembedahan serta persiapan rujukan bila
diperlukan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan secara normal dan
pemberian ASI ekslusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi
agar dapat tumbuh kembang dengan normal.
Standar Asuhan Kehamilan kunjungan antenatal care (ANC)
minimal dilakukan :
1) Satu kali pada trimester 1 (usia kehamilan 0 – 13 minggu).
2) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14 – 27 minggu).
3) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 18 – 40 minggu).
Kehamilan memberikan perubahan baik secara fisiologis
maupun psikologis bagi ibu hamil. Perubahan-perubahan yang
bersifat fisiologis misalnya : pusing, mual, tidak nafsu makan, BB
bertambah dan sebagainya, sedangkan perubahan yang menyertai
ibu hamil diantaranya : ibu menjadi mudah tersinggung, bangga dan
bergairah dengan kehamilannya dan sebagainya. Bidan diharapkan
mampu melakukan komunikasi pada ibu hamil agar bidan :
1) Mampu
melaksanakan
asuhan dan
tindakan
pemeriksaan,
pendidikan kesehatan dan segala bentuk pelayanan kebidanan
ibu hamil;
2) Mampu melakukan komunikasi terapeutik yang dapat meredam
permasalahan
kehamilan;
psikososial
yang
berdampak
negatif
bagi
3) Membantu ibu sejak pra konsepsi untuk mengorganisasikan
perasaan dan pikirannya untuk menerima dan memelihara
kehamilannya.
Menurut buku Asuhan Kebidanan Pada Masa kehamilan (Ari
Sulistyawati, 2009), menyatakan bahwa pelayanan standar yaitu 14
”T” meliputi :
1) Timbang berat badan (12-15 kg selama kehamilan) dimana pada
trimseter pertama kenaikan sedikit atau bahkan belum ada
peningkatan, trimester kedua janin tumbuh hingga 10 gram per
hari, pada minggu ke 16 bayi tumbuh sekitar 90 gram, minggu ke
20 kenaikan berat 256 gram, minggu ke 24 sekitar 690 gram,
minggu ke 27 sebanyak 900 gram.
2) Ukur tekanan darah (Umumnya tekanan darah ibu hamil normal
140/90 mmhg, selama masih mendekati angka tersebut kenaikan
atau
penurunan
sebetulnya
tidak
berarti.
Dikatakan
bermasalah/tidak normal bila melebihi atau kurang dari angka
tersebut. Kondisi hamil yang dipermasalahkan sebetulnya bukan
naik turunnya tekanan darah, melainkan peluang terjadinya
lonjakan
tekanan
darah
abnormal
diatas
140/90
mmhg.
Ketidaknormalan tekanan darah biasanya berlanjut dengan
munculnya keracunan kehamilan/preeklamsia).
3) Ukur tinggi fundus uteri (UK 12 minggu TFU 1 jari diatas sympisis,
UK 16 minggu TFU pertengahan pusat-sympisis, UK 20 minggu
TFU 3 jari diatas sympisis, UK 24 minggu TFU setinggi pusat, UK
28 minggu TFU 2 jari diatas pusat, UK 32 minggu TFU
pertengahan pusat-px, UK 36 TFU setinggi px, UK 40 minggu 2
jari dibawah px).
4) Pemberian imunisasi TT.
5) Pemeriksaan Hb
6) Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet/hari dengan dosis perhari 1
tablet zat besi yang mengandung 60 mg zat besi.
7) Perawatan payudara.
8) Pemeriksaan protein urine.
9) Pemeriksaan urine reduksi.
10) Senam hamil.
11) Pemberian obat malaria.
12) Pemberian kapsul minyak yodium.
13) Lakukan tes penyakit menular seksual.
14) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
2. Persalinan
a. Definisi
Persalinan ialah pengeluaran bayi dengan usia kehamilan
cukup bulan letak sejajar sumbu badan ibu, persentasi belakang
kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu serta
dengan tenaga ibu sendiri (Sarwono. 2007 : 456).
b. Bentuk Persalinan
Bentuk-bentuk dari persalinan adalah sebagai berikut :
1) Persalinan spontan
Pesalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan Ibu
sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi
yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2) Persalinan buatan
Proses persalinan dengan buatan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi dengan forcep atau dilakukan operasi sectio caesaria.
3) Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari
luar dengan jalan rangsangan.
c. Pembagian Waktu Persalinan
Penjelasan dari tiap-tiap waktu persalinan adalah :
1) Kala I
Menurut Prawirohardjo, 2012 Kala I yaitu kala pembukaan
yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Kala I pada primigravida berlangsung selama 12 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung lebih cepat yaitu
selama 8 jam.
Kala dibagi 3 fase yaitu :
a) Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat
sampai pembukaan 3 cm
b) Fase Aktif
Fase dibagi menjadi 3 fase:
(1) Fase Akselerasi
Fase akselerasi terjadi dalam waktu 2 jam pembukaan 3
cm menjadi 4 cm.
(2) Fase dilatasi maksimal
Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase diselerasi
Pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm sampai lengkap.
d. Asuhan yang diberikan pada Ibu Bersalin
Asuhan yang di berikan Bidan pada Ibu Bersalin. Bidan
melakukan Observasi pada Ibu Bersalin, yani pada Kala I, Kala II,
kala III, Dan kala IV.
1) kala I: Pembukaan 0-10 ( pengawasan pembukaan servik ).
pembukaan :
a) Fase laten : 8jam : pembukaan 0-3 cm
b) Fase Aktif : 6jam :
i.
Akselerasi : ( 2jam ) pembukaan 3-4 cm,
ii.
Dilatasi max : ( 2jam ) pembukaan 4-9 cm,
iii.
Deselerasi : pembukaan ( 2jam ) 9-10 cm.
2) Asuhan yang diberikan pada kala I meliputi :
a)
Memonitoring tekanan darah, suhu badan, denyut nadi setiap
4 jam.
b)
Mendengarkan denyut jantung janin setiap jam pada fase
laten dan 30 menit pada fase aktif.
c)
Palpasi kontraksi uterus setiap jam setiap fase laten dan 30
menit pada fase aktif.
d)
Memonitoring pembukaan servik, penurunan bagian terendah
janin pada fase laten dan fase aktif setiap 4 jam.
e)
Memonitoring pengeluaran urine setiap 2jam.
f)
Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti
suami, keluarga atau teman dekat untuk mendampingi ibu.
g)
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan
selanjutnya
serta
kemajuan
persalinan
dan
meminta
persetujuan ibu untuk rencana asuhan selanjutnya.
h)
Mengatur aktifitas dan posisi dan membimbing relaksasi
sewaktu ada his.
i)
Menjaga privasi ibu.
j)
Menjaga kebersihan diri.
k)
Memberi rasa aman dan menghindari rasa panas, mengurangi
rasa nyeri ketika his misalnya dengan membuat rasa sejuk
dan masase atau menganjurkan ibu untuk jalan-jalan kecil
atau tidur miring kiri.
l)
Memberikan cukup minum dan makan.
m) Memastikan dan mempertahankan kandung kemih tetap
kosong.
n)
Menciptakan rasa kedekatan antara bidan dan ibu misalnya
dengan sentuhan.
3) Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya janin.
Asuhan yang diberikan pada kala II meliputi :
a)
Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu.
b)
Memastikan kecukupan makan dan minum.
c)
Mempertahankan kebersihan diri.
d)
Mempersiapkan kelahiran bayi.
e)
Membimbing meneran pada waktu his.
f)
Melakukan pemantauan keadaan ibu dan denyut jantung bayi
terus menerus.
g)
Melakukan amniotomi.
h)
Melakukan episiotomi jika diperlukan.
i)
Melahirkan kepala sesuai mekanisme persalinan dan jalan
lahir.
j)
Melonggarkan atau melepaskannya, bila ada lilitan tali pusat
pada kepala dan badan bayi.
k)
Melahirkan bahu dan diikuti badan bayi.
l)
Nilai
tanda-tanda
kehidupan
bayi
meliputi
pernafasan,
tangisan, warna kulit, suhu, IMD, gerakan, denyut jantung.
m) Klem / jepit tali pusat didua tempat dan potong dengan
gunting steril/DTT.
n)
Menjaga kehangatan bayi.
o)
Merangsang pernafasan bayi bila diperlukan.
4) Kala III dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta.
Asuhan yang diberikan :
a)
Melaksanakan menagemen aktif kala III.
1) Melakukan palpasi uterus untuk memastikan tidak ada
bayi lain dalam 2menit.
2) Memberikan suntikan oksitosin 10 im
a) Segera diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi,
jika bayi tunggal.
b) Pemberian oksitosin 10 unit im dapat diulangi setelah
15 jika plasenta masih belum lahir.
c) Jika
oksitosin
payudara
ibu
tidak
dan
tersedia,
susukan
rangsang
bayi
segera
putting
guna
menghasilkan oksitosin alamiah.
3) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).
4) Setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta, plasenta
dilahirkan dengan perasat brandt Andrew.
5) Setelah kelahiran plasenta, lakukan masase fundus uteri.
b)
Memotong dan mengikat tali pusat.
c)
Memperlihatkan / mendekatkan bayi dengan ibunya.
d)
Meletakkan bayi segera mungkin, kurang dari 30 menit
setelah lahir bila memungkinkan.
5) Kala IV dimulai dari plasenta lahir sampai pengawasan 2 jam
postpartum.
Asuhan yang diberikan :
a)
Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran darah,
tanda-tanda vital.
i.
2-3 kali selama 10 menit pertama .
ii.
Setiap 15 menit selam 1 jam.
iii.
Setiap 20-30 menit selama jam kedua.
iv.
Jika uters tidak berkontraksi dengan baik, lakukan masase
fundus dan berikan methyl-ergometrine 0,2 mg IM (jika ibu
tidak mengalami hipertensi).
b)
Melakukan pemeriksaan jalan lahir dan perineum.
c)
Melakukan
pemeriksaan
kelengkapan
plasenta
dan
selaputnya.
d)
Ajarkan ibu / keluarga tentang cara memeriksa / meraba
uterus dan memasasenya.
e)
Evaluasi darah yang hilang.
f)
Memantau pengeluaran lokhea (biasanya tidak lebih dari
darah haid ).
g)
Mempertahankan kandung kemih tetep kosong (tidak dengan
kateterisasi).
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan melakukan asuhan persalinan normal (APN)
dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut:
1) Mendengar
dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
(dorongan untuk mengejan, tekanan pada anus, perineum
menonjol, vulva membuka).
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali
pakai ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT, lakukan
vulva hygiene.
8) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai,
pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17) Membuka
tutup
partus
set
dan
memperhatikan
kembali
kelengkapan alat dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum
dngan satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada
salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan
tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang
kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara
bertahap melewati introitus dan perineum).
20) Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan
kasa steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada
leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan
dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung
kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas :
a) Bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan
b) Bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
Ganti
handuk
basah
dengan
handuk/kain
yang
kering.
Membiarkan bayi atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian
melingkarkan
kembali
benang
tersebut
dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi
di kepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari
vulva.
35) Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat , tangan kiri
menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
mengulangi prosedur.
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang
plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk
membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput
ketuban.
39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus
uteri
dengan
menggosok
fundus
uteri
secara
sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput
ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong
plastik yang tersedia.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
tetes
mata
antibiotik
profilaksis,
dan
vitamin
K1
1
mg
intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi.
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai
memakai pakaian bersih dan kering.
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan
sarung
tangan
dalam
keadaan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58) Melengkapi partograf.
terbalik
dan
f.
Partus Presipitatus ( Persalinan Cepat)
1) Pengertian
Partus presipitatus adalah persalinan yang berlangsung
sangat cepat. Kemajuan cepat dari persalinan, berakhir kurang
dari 3 jam dari awitan kelahiran, dan melahirkan di luar rumah
sakit adalah situasi kedaruratan yang membuat teerjadinya
peningkatan resiko komplikasi dan hasil yang tidak baik pada ibu
dan janin.
2) Etiologi
a. Abnormalitas tahanan yang rendah pada bagian jalan rendah.
b. Abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlalu kuat.
c. Pada keadaan yang sangat jarang dijumpai oleh tidak adanya
rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya
proses persalinan.
3) Tanda dan Gejala
Dapat mengalami ambang nyeri yang tidak biasanya atau
tidak menyadari kontraksi abdominal. Kemungkinan tidak ada
kontraksi yang dapat diraba, bila terjadi pada ibu yang obesitas.
Ketidaknyamanan punggung bagian bawah (tidak dikenali sebagai
tanda kemajuan persalinan). Kontraksi uterus yang lama/hebat,
ketidak-adekuatan relaksasi uterus diantara kontraksi. Dorongan
invalunter lintula mengejan (Doenges, 2010).
4) Akibat pada Ibu
Partus presipitatus jarang disertai dengan komplikasi
maternal yang serius jika servik mengadakan penipisan serta
dilatasi dengan mudah, vagina sebelumnya sudah teregang dan
perineum dalam keadaan lemas (relaksasi). Namun demikian,
kontraksi uterus yang kuat disertai servik yang panjang serta kaku,
vagina,
vulva
atau
perineum
yang
tidak teregang
dapat
menimbulkan rupture uteri atau laserasi yang luas pada servik
vagina, vulva atau perineum. Keadaan yang terakhir, emboli
cairan ketuban yang langka itu besar kemungkinannya untuk
terjadi. Uterus yang mengadakan kontraksi dengan kekuatan yang
tidak lazim sebelum proses persalinan bayi, kemungkinan akan
menjadi hipotonik setelah proses persalinan tersebut dan
konsekuensinya akan disertai perdarahan dari tempat implantasi
plasenta (Sarwono, 2007).
5) Akibat pada Fetus dan Neonatus
Mortalitas dan morbiditas akibat partus presipitatus dapat
meningkat cukup tajam karena beberapa hal. Pertama, kontraksi
uterus yang amat kuat dan sering dengan interval relaksasi yang
sangat singkat akan menghalangi aliran darah uterus dan
oksigenasi darah janin. Kedua, tahanan yang diberikan oleh jalan
lahir terhadap proses ekspulsi kepala janin dapat menimbulkan
trauma intrakranial meskipun keadaan ini jarang terjadi. Ketiga,
pada proses kelahiran yang tidak didampingi, bayi bisa jatuh ke
lantai dan mengalami cidera atau resusitasi yang tidak segera
tersedia (Sarwono, 2007).
6) Penanganan
Kontraksi uterus yang kuat dan tidak lazim, tidak dapat
diubah menjadi derajat kontraksi yang bermakna oleh pemberian
anestesi.
Tindakan
anestesi
bisa
dicoba
dengan
takaran
sedemikian rupa sehingga keadaan bayi yang akan dilahirkan
tidak bertambah buruk dengan pemberian anestesi kepada
ibunya.
Penggangguan
anestesi
umumnya
menggunakan
preparat yang bisa mengganggu kemampuan kontraksi rahim,
seperti isofluran dan haloton seringkali merupakan tindakan terlalu
berani. Tentu saja setiap preparat oksitosik yang sudah diberikan
harus dihentikan segera. Preparat tokolitik seperti ritodrin dan
magnesuim sulfat parental terbukti efektif. Tindakan mengunci
tungkai ibu atau menahan kepala bayi secara langsung dalam
upaya memperlambat persalinan tidak akan bisa dipertahankan.
Perasat seperti ini dapat merusak otak bayi tersebut (Sarwono,
2007).
3. Teori Dasar Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Periode neonatal adalah periode adaptasi kehidupan intra
interin ke kehidupan ekstra uterin (FKUI, 2012). Bayi baru lahir normal
adalah bayi berat lahir antara 2500-4000 gram cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat
bawaan) yang berat (Keluarga Sehat, 2010).
Ciri-ciri bayi baru lahir Menurut Ridwana aminudin, 2007 ciri-ciri
bayi baru lahir, antara lain :
1) Dagu dan panggul bayi yang baru lahir itu sempit.
2) Perut agak buncit.
3) Lengan dan kaki agak pendek.
4) Ketika lahir tengkorak masih belum sempurna menjadi tulang
melainkan masih tulang rawan (kartilago).
5) Masih terdapat lanugo Warna kulit kemerahan.
b. Bayi baru lahir pasti akan mengalami perubahan-perubahan fisiologis
sehingga dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar uterus,
perubahan tersebut meliputi :
1) Respirasi selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Pertukaran gas melalui paru
setelah bayi lahir, sebelum terjadi pernafasan, neonatus dapat
mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama
karena ada kelanjutan metabolisme anaerobic (FKUI, 2012).
2) Pola sirkulasi darah Pengalihan aliran darah setelah terhentinya
aliran
darah
yang
tinggi
melalui
arteri
umbilikalis
untuk
memberikan perfusi ke vili plasenta, dan vena kara. Paru
mengembang pada saat pernafasan pertama dan tekanan
vaskuler paru turun secara tiba-tiba. Ketika bayi bernafas,
tegangan oksigen didalam darah meningkat dan dinding muscular
duktus ini berkontraksi, sehingga aliran darah yang melaluinya
berhenti dan tekanan didalam atrium kanan menurun. Terjadi
peningkatan serentak aliran darah diseluruh paru. Darah masuk
kedalam atrium dan mengakibatkan peningkatan tekanan didalam
atrium kiri karena penutupan foramen ovale (Janes, 2010).
3) Traktus digestivus Traktus digestivus relative lebih berat dan lebih
panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Neonates traktus
digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang
terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari
biasanya tinja sudah berbentuk biasa. Aktifitas enam proteolik
pada neonates dengan berat lahir 4000 gram besar 6 kali aktifitas
enam tersebut pada neonates dengan berat lahir 1000 gram.
Aktifitas lipase telah ditemukan pada fetus 7-8 bulan. Bayi
prematur, aktifitas lipase masih kurang bila dibandingkan dengan
bayi cukup bulan (FKUI, 2012).
4) Pengaturan suhu tubuh pada waktu lahir. Suhu tubuh pada
banyak bayi baru lahir menurun 1,5% segera setelah lahir, karena
hilangnya panas secara cepat dari kulit yang basah, tetapi kembali
menjadi normal dalam beberapa jam. Bayi matur sudah
menyimpan lemak didalam jaringan adiposi coklat dan dapat
menggunakannya untuk menghasilkan panas tanpa menggigil .
Bayi preterm mempunyai jumlah lemak coklat yang lebih sedikit
sehingga dapat mengalami hipotermi, karena ketidak-stabilan
pengaturan suhu tubuh ini, neonatus harus dibungkus dengan
baik pada cuaca dingin, tetapi pada cuaca panas harus
dihindarkan popok yang tebal (Jones, 2010).
c. Menurut JNPK-KR 2008, menyataan bahwa perawatan pada bayi
baru lahir meliputi :
1) Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang
disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme
selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat
setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan
penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi
berikut :
a) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi.
b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama
klem, gunting, penghisap lendir delee dan benang tali pusat
didisinfeksikan tingkat tinggi atau steril.
d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian
pula hanya timbangan, pita pengukur, thermometer, dan bendabenda lain yang bersentuhan dengan bayi.
2) Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan
kering yang disiapkan pada perut ibu. Bila hal tersebut tidak
memungkinkan maka letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki
atau sebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area tersebut
bersih dan kering. Penilaian pada bayi baru lahir juga dapat
dilakukan dengan menghitung nilai apgar yaitu :
Tabel 2.1: Penilaian
NILAI
TANDA
Denyut
jantung
Usaha
nafas
Tonus otot
Kepekaan
refleks
Warna kulit
0
Tidak ada
Tidak ada
Lemah
Tidak ada
Tidak ada
1
Lambat, <100
Lambat, tidak
teratur
Fleksi pada
ekstremitas
Meringis
Merah muda,
ekstremitas biru
2
>100
Menangis dengan
keras
Bergerak dengan
aktif menangis
sangat keras
Seluruhnya
merah muda
3) Pemberian profilaksis pada bayi baru lahir
a) Pencegahan infeksi pada mata
Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan
setelah ibu atau keluarga memomong bayi dan diberi ASI.
Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep Tetrasiklin
1%. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan
lebih dan satu jam setelah kelahiran.
b) Profilaksis perdarahan bayi baru lahir
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin KI injeksi 1 mg
IM untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat
defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagai bayi baru
lahir.
c) Pemberian imunisasi hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalus penularan ibu - bayi
terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi hepatitis B jadwal
pertama imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali yaitu pada usia
0 (segera setelah lahir menggunakan Uniject), 1 dan 6 bulan.
Jadwal kedua, Imunisasi Hepatitis B sebanyak 4 kali yaitu
pada Usia 0 dan DPI + Hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan usia
bayi.
Tabel 2.2 : Pemberian imunisasi Hepatitis B
Imunisasi
Regmen Tunggal
I
Regmen
Kombinasi
Jumlah
Pemberian
3 kali
4 kali
Jadwal
1. Usia 0 bulan (segera
setelah lair)
2. Usia 1 bulan
3. Usia 6 bulan
Usia 0 bulan (segera setelah
lahir)
Usia 2 bulan
Usia 3 bulan DPT + Hepatitis
Usia 4 bulan
(INPK-KR, 2010)
d. Mekanisme Kehilangan Panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara
cara berikut:
1) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan
panas dapat terjadi karena pengisapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak
segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang
lahir terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat
tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh
bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi pada bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi dilahirkan atau ditempatkan
didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan
panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran
udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh
lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas
dengan cara langsung.
e. Reflek yang Terjadi Pada Bayi
Menurut JNPK-KR 2008 menyatakan bahwa reflek yang terjadi pada
bayi antara lain:
1) Reflek mencari puting susu (rooting refleks).
Bayi akan menoleh keaarah dimna terjadi sentuhan pada
pipinya bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh
dan berusaha untuk menghisap benda yang akan disentuhkan
tersebut.
2) Refleks menghisap(suckling refleks)
Rangsangan
putting
susu
pada
langit-langit
bayi
menimbulkan refleks menghisap. Isapan ini akan menyebabkan
areola dan putting susu ibu tertekan gusi,lidah.dan langit-langit
bayi, sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan ASI kepancar
keluar.
3) Relfeks menelan (swallowing refleks)
Kumpulan ASI di dalam mulutbayi mendesak otot otot di
daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan
mendorong ASI ke dalam lambung bayi.
4) Refleks kaget (morro refleks)
Suara yang keras atau tiba-tiba, akan membuat bayi
merentangkan tungkai, lengan dan jari-jari tubuh akan meregang
kebelakang dan kepala ditarik kebelakang, kemudian lengan
ditarik kebelakang tangan menggenggam kearah dada.
5) Refleks Babinski
Jika telapak kaki diusap perlahan dari arah pergelangan
kaki kejari kaki, maka jari-jari kaki akan terangkat keatas dan kaki
membelok kedalam.
f. Imunisasi yang harus diberikan kepada neonatus
Menurut Depkes RI 2013 menyatakan bahwa lima imunisasi
dasar yang wajib diberikan pada bayi adalah BCG, Polio, HB, DPT
dan Campak.
Adapun jadwal imunisai menurut standar nasional
adalah :
Tabel 2.3 : Jadwal imunisasi
Umur
0 bulan
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
Jenis Imunisasi
HB O
BCG, Polio 1
DPT / HB 1, Polio 2
DPT / HB 2, Polio 3
DPT / HB 3, Polio 4
Campak
g. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
Menurut prawiroharjo 2007 menyatakan bahwa tanda-tanda
bahaya yang erjadi pada bayi baru lahir, meliputi:
1) Pernafasan : sulit atau lebih dari 60 x/ menit
2) Suhu tubuh : terlalu panas lebih dari 37,5
◦
C atau terlalu dingin
kurang dari 36oC
3) Warna kulit : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau
pucat.
4) Pemberian makan : hisapan lemah mengantuk berlebihan , rewel,
sering muntah.
5) Tali pusat : merah, bengkak , keluar cairan bau busuk dan
berdarah.
6) Infeksi : suhu menoingkat, merah bengkak, keluar cairan nanah,
bau busuk, pernafasan terganggu.
h. Inisiasi Menyusui Dini Pada Bayi Baru Lahir
Segera setelah bayi lahir, tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkuran didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Bayi
harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat
mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan
jika diperlukan. Adapun keuntungan inisiasi menyusu dini bagi ibu dan
bayi-bayinya adalah :
1) Keuntungan bagi bayi
a) Menstabilkan pernafasan.
b) Mengendalikan temperatur tubuh bayi.
c) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi.
d) Menjaga kolonisasi kuman aman dari ibu didalam perut bayi
sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi.
e) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium
lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus pada bayi
baru lahir.
2) Keuntungan bagi ibu
a) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin, sehingga apabila
oksitosin
terproduksi
kontraksi
uterus
akan
meningkat
sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah.
b) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
c) Meningkatkan jalinan kasih saying antara ibu dan bayi
(JNPK-KR, 2008)
i.
Memandikan bayi 6 jam setelah bayi lahir untuk penyesuaian
terhadap suhu lingkungan dan mencegah terjadinya hipotermi.
j.
Kunjungan Neonatus
Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) adalah kontak bayi baru lahir
berusia 6-48 jam dan Ibunya dengan petugas kesehatan yang
melakukan pemeriksaan bayi. Petugas dapat datang ke rumah ibu
atau bayi dibawa ke fasilitas kesehatan (Kemenkes, 2010)
Waktu kunjungan neonatus menurut konsep pelayanan
kesehatan neonatus esensial adalah sebagai berikut (Kemenkes RI,
2010) :
(a) KN 1 dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam
(b) KN 2 dilakukan pada kurun waktu hari ke 3-7 setelah lahir
(c) KN 3 dilakukan pada kurun waktu hari ke 8-28 setelah lahir.
Tabel 2.7 : Asuhan Pada Setiap Kunjungan Neonatus
Waktu
Kunjungan
1 Jam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tanya dan LIhat
Penjelasan
Pernafasan
Warna kulit
Temperature
ASI
Tali pusat
BAK
BAB
a. Selama waktu ini bayi masih
menyesuaikan
dengan
kehidupan diluar uterus dan
membutuhkan ASI. Jangan
berikan cairan apapun.
b. Pastikan tali pusat dalam
keadaan kering dan tidak
perdarahan.
c. Bayi kuning yang terjadi pada
24 jam pertama atau setelah 2
minggu menunjukkan tanda
bahaya.
a. Vitamin K diberikan segera
setelah lahir agar efektif, hal ini
penting untuk bayi premature.
b. Pemberian imunisasi pada BBL
mengikuti pedoman imunisasi
di masing-masing Negara.
Vitamin
imunisasi
1 hari
K
dan
Tanda
infeksi
(kemerahan
dan
adanya pustule pada
kulit,
pengeluaran
dari pusar, mata,
suhu bayi sangat
panas atau dingin,
masalah menyusui
dan
masalah
pernafasan)
Berat badan
Bayi yang mengalami infeksi
selama masa intrapartum, akan
memiliki tanda infeksi setelah lahir.
Secara normal berat badan akan
berkurang 5-7% selama hari
pertama setelah kelahiran. Namun
kehilangan
BB
tidak
akan
berkurang dari 10% dari berat bayi.
6 hari
ASI
BB
Tanda infeksi
Warna kulit
Imunisasi
28 hari
a.
b.
c.
d.
ASI
BB
Tanda infeksi
Imunisasi
Ibu dan bayi masih menyesuaikan
diri untuk menyusu dan menyusui.
Mulai saat ini BB bayi akan
bertambah.
Bayi yang mengalami infeksi akan
menunjukkan tanda-tanda.
Bayi
yang
berwarna
kuning
menunjukkan bayi yang sakit.
Jika
bayi
belum
menerima
imunisasi, berikan sekarang atau
bawa bayi ke sarana kesehatan.
Dalam 28 hari setelah lahiran bayi
menyesuaikan
diri,
monitoring
harus tetap dilakukan, ingatkan ibu
untuk imunisasi minggu ke 6.
Pastikan BB bertambah (25-30
gram/hari)
4. Masa Nifas
a. Definisi Masa Nifas
Menurut teori (Sulistyawati, 2009) menyatakan bahwa masa
nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Bidan memiliki
peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum.
Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan
fisik dan psikologis selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
4) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
5) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga
gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
b. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1) Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi
selama kurang lebih enam minggu.
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam
keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi.
c. Perubahan pada masa nifas
Pada masa nifas terjadi berbagai perubahan diantaranya :
1) Rahim
Rahim setelah melahirkan akan berkontraksi (gerakan
meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi
perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada
perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum
hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim teraba keras
setinggi 2 jari dibawah pusar, 2 pekan setelah melahirkan rahim
sudah tak teraba, 6 pekan akan pulih seperti semula. Akan tetapi
biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan muncul garis-garis
putih atau coklat berkelok, hal ini dikarenakan peregangan kulit
perut yang berlebihan selama hamil, sehingga perlu waktu untuk
memulihkannya,
senam
nifas
mengencangkan kembali otot perut.
akan
sangat
membantu
Tinggi fundus uteri dan berat uterus setelah melahirkan
adalah :
Involusi
Bayi lahir
Plasenta lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
TFU
Setinggi pusat
2 jari dibawah pusat
Pertengahan sympisis
Tidak teraba
Semakin kecil
Berat Uterus
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
2) Jalan Lahir (servik)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat
besar
selama
proses
melahirkan
bayi,
sehingga
menyebabkan mengendurnya servik bahkan tak jarang terjadi
robekan yang memerlukan penjahitan, namun servik akan pulih
setelah 2-3 minggu (tergantung elastis tidak atau seberapa sering
melahirkan), walaupun tetap lebih kendur dibanding sebelum
melahirkan. Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak timbul
infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas,
merah dan terdapat nanah).
3) Lochea (darah nifas)
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar
bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir,
setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi
berwarna kuning kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan
bening di akhir masa nifas. Darah nifas yang berbau sangat amis
atau busuk dapat menjadi salah satu petunjuk adanya infeksi
dalam rahim. Jenis-jenis lochea :
a) Lochea rubra (hari ke 1-2) berisi darah segar dan sisa-sisa
selapit ketuban , vernix, sel-sel desidua, lanugo, meconium,
dan caseose.
b) Lochea sanguinolenta ( hari ke 3-7) berwarna kuning yang
terdiri dari darah dan lendir.
c) Lochea serosa ( hari ke 7-14) berwarna kuning tetapi sudah
tidak terdapat lagi kandungan darah didalamnya.
d) Lochea alba (lebih dari hari ke 14) berwarna putih.
4) Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar
puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera
menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar)
dapat mencegah perdarahan dan merangsang produksi ASI. Pada
hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong
yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body dan
protein. Namun sebagian ibu membuangnya karena dianggap
kotor, sebaliknya justru ASI ini sangat bagus untuk bayi.
5) Sistem Perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air
kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan
saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses
melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang
rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu
penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi
perdarahan.
6) Sistem Pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang
menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak
merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul
wasir atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan
karena kesalahan cara mengejan saat bersalin atau juga karena
sembelit berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan.
Dengan memperbanyak asupan serat (buah-sayur) dan senam
nifas dapat mengurangi bahkan menghilangkan keluhan ambein.
7) Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta
hemoglobin (keeping darah) akan berkurang, ini akan normal
kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung
akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 minggu.
8) Penurunan berat badan
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat
badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan
perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai
usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.
Rata-rata ibu kembali ke berat idealnya setelah 6 bulan, walaupun
sebagian besar tetap akan lebih berat daripada sebelumnya.
9) Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat
dan setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai
terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu
tanda infeksi atau tanda bahaya lain.
10) Perubahan emosi
Emosi yang berubah-ubah (mudah sedih, khawatir, tibatiba bahagia) disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya
perubahan hormon, keletihan ibu, kurangnya perhatian keluarga,
kurangnya pengetahuan akan cara merawat bayi serta konflik
dalam rumah tangga. Perubahan ini memiliki berbagai bentuk dan
variasi dan akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu
ke 12 setelah melahirkan.
d. Penatalaksanaan
Semua ibu memerlukan pengamatan yang cermat dan penilaian
dalam awal masa post partum atau nifas. Oleh sebab itu diperlukan
pengamatan selama masa nifas sebagai berikut :
1) Asuhan Nifas Awal
Selama 2-6 jam pertama dan dalam beberapa hari pertama,
dilakukan kegiatan pemeriksaan fisik dan penilaian,
yang
komponenen-komponenya meliputi :
a) Mencegah perdarahan masa nifas kerana atonia uteri dan
mengevaluasi TFU.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk
perdarahan bila berlanjut.
c) Memberi konseling pada ibu dan keluarga tentang bagaimana
cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f) Menjaga bayi tetap sehat dan cara mencegah hipotermi.
g) Memberi penyuluhan tentang : kebersihan diri meliputi :
menganjurkan ibu bagaimana cara membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu untuk
mengganti pembalut setidaknya 2xsehari, menyarankan ibu
apabila mempunyai luka episiotomi atau laserasi untuk
menghindari luka. Memberi penyuluhan ibu tentang istirahat
yang cukup setelah persalinan untuk mencegah kelelahan
yang berlebihankarena apabila ibu kurang istirahat akan
mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat
involusi uterus, menyebabkan depresi serta ketidakmampuan
untuk merawat bayi dan dirinya. Memberi penyuluhan
mengenai nutrisi pada ibu menyusui, dimana ibu menyusui
memerlukan
tambahan
500
kalori
setiap
hari,
minum
sedikitnya 3 liter setiap hari, dan menganjurkan ibu minum
setiap kali menyusui. Memberikan penyuluhan mengenai
perawatan
payudara
agar
tetap
bersih
dan
kering,
menggunakan BH yang menyongkong payudara, jika puting
susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar putting setiap kali selesai menyusui. Memberikan
penyuluhan mengenai hubungan suami istri sudah dapat
dilakukan dengan aman apabila darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa
nyeri. Memberikan penyuluhan KB yang idealnya pasangan
harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum hamil
kembali.
h) Menilai pengeluaran pervaginam / lokea
i)
Mengevaluasi keadaan kantung kemih
j)
Memberikan
informasi mengenai gerakan
awal setelah
persalinan atau ambulasi dini.
2) Asuhan nifas selama 2-6 hari dan 2-6 minggu setelah kelahiran.
Asuhan nifas yang dilakukan selama 2-6 hari setelah
melahirkan dan 2-6 minggu setelah melahirkan bertujuan untuk :
a) Memastika
berkontraksi,
involusi
ukuran
uterus
berjalan
normal,
uterus
TFU sesuai dengan hari setelah
persalinan, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau dan
tanda infeksi, ibu sedang dalam proses penyembuhan yang
aman.
b) Memastikan bahawa bayi sudah bisa menyusui tanpa ada
penyulit dan bertambah berat badanya.
c) Memastikan ibu mendapat cukup asupan nutrisi.
d) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
e) Memprakarsai penggunaan kontrasepsi.
f) Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk kontrol (ke rumah
sakit/ rumah bersalin atau posyandu).
Evaluasi dan asuhan pada ibu dalam masa nifas 2-6 hari
dan 2-6 minggu postpartum dapat dilakukan dengan pengambilan
riwayat dan pemeriksaan fisik pada ibu.Adapun komponenkomponen riwayat ibu yang perlu diketahui adalah menanyakan:
a) Bagaimana perasaan ibu, termasuk mood (suasana hati) dan
perasaan menjadi orang tua.
b) Keluhan atau masalah yang dirasakan saat ini
c) Apakah ada kesulitan dalam buang air kecil atau buang air
besar
d) Perasaan ibu tentang persalinan dan kelahiran bayinya
e) Atau memberikan penjelasan tentang kelahiran : adakah
komplikasi, laserasi, episiotomy
f) Suplement zat besi : adakah ibu makan tablet fe
g) Pemberian ASI : apakah berhasil, atau ada kesilitan.
5. Kontrasepsi
a. Definisi
Kontrasepsi
berasal
dari
kata
“kontra”
yang
berarti
mencegah/menghalangi dan “konsepsi” yang berarti pembuahan atau
pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat
diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
sebagai
akibat
pertemuan
antara
sel
telur
dengan
sperma.
Kontrasepsi adalah sebuah alat yang digunakan untuk mewakili
semua tindakan atau semua usaha untuk mencegah atau menunda
kehamilan. Selain berfungsi untuk menunda kehamilan, kontrasepsi
juga berfungsi untuk mencegah penularan penyakit menular seksual
(PMS). Namun perlu disadari bahwa kontrasepsi memiliki tingkat
kegagalan yang bervariasi, jika mengalami gejala kehamilan segera
lakukan tes kehamilan.
Prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan
antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara :
1) Menekan keluarnya sel telur (ovum)
2) Menghalangi masuknya sel sperma kedalam sel kelamin wanita
sampai mencapai ovum
3) Mencegah nidasi
b. Jenis-jenis kontasepsi
1) Kondom
Kondom merupakan jenis kontrasepsi mekanik. Kondom
mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara
menghentikan sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom
pria dapat terbuat dari bahan latex (karet), polyurethane (plastik),
sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane. Efektifitas
kondom pria antara 85-98 % sedangkan efektivitas kondom wanita
antara 79-95 %. Harap diperhatikan bahwa kondom pria dan
wanita sebaiknya jangan digunakan secara bersamaan.
Kelebihan penggunaan kondom adalah mudah digunakan
dan
tidak
membutuhkan
bantuan
medis
untuk
memakai.
Kekurangan penggunaan kondom adalah terjadinya kebocoran
cairan mani dan alergi pada pemakaian bahan-bahan kondom
tertentu (Army,2010). Indikasi dari penggunaan kontrasepsi
kondom yaitu :
a) Pria
(1) Penyakit genetalia.
(2) Sensitivitas penis terhadap sekret vagina.
(3) Ejakulasi prematur.
b) Wanita
(1) Vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan.
(2) Kontraindikasi
terhadap
kontrasepsi
oral
dan
IUD,
sedangkan pemasangan diafragma atau kap serviks
secara otomatis atau psikologis tidak memungkin.
(3) Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang
dilepaskan kedalam vagina.
(4) Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar dan tepat.
(5) Keengganan psikologis atau religius untuk menggunakan
suatu kontrasepsi.
Kontraindikasi penggunaan kondom yaitu :
(1) Pria dengan ereksi yang tidak baik.
(2) Riwayat syok septik.
(3) Tidak bertanggung jawab secara seksual.
(4) Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
(5) Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner seksual.
2) Suntik
Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali.
Suntikan kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang
menyerupai hormon progesterone yang diproduksi oleh wanita
selama 2 minggu pada setiap awal siklus menstruasi. Hormon
tersebut mencegah wanita untuk melepaskan sel telur sehingga
memberikan efek kontrasepsi. Kelebihan menggunakan KB Suntik
adalah efektif mencegah kehamilan tanpa perlu banyak tahap
yang sulit. KB Suntik juga termasuk metode kontrasepsi yang
terhitung murah untuk masyarakat Indonesia.
Keuntungan dari pemakaian kontrasepsi suntik adalah :
a) Dapat digunakan oleh ibu yang menyusui.
b) Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum
melakukan hubungan seksual.
c) Darah menstruasi menjadi lebih sedikit dan membantu
mengatasi kram saat menstruasi.
Kerugian dari penggunaan Kb Suntik adalah :
a) Dapat mempengaruhi siklus mentruasi.
b) Kekurangan suntik kontrasepsi/kb suntik dapat menyebabkan
kenaikan berat badan pada beberapa wanita.
c) Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual.
d) Harus mengunjungi dokter/klinik setiap 3 bulan sekali untuk
mendapatkan suntikan berikutnya.
Kontraindikasi penggunaan suntikan KB:
a) Tidak boleh dipakai apabila diduga adanya kehamilan atau
perdarahan abnormal dari uterus yang belum diketahui
diagnosisnya.
b) Tidak diberikan kalau ada riwayat keganasan.
c) Narices yang luas atau kelainan kardiovaskuler lainnya.
d) Penyakit hepar.
Indikasi dari penggunaan KB suntik :
a) Sulit memakai kontrasepsi yang harus dipakai setiap hari
b) Terdapat komplikasi terhadap pemakaian (misalnya sakit
kepala dan tekanan darah tinggi).
c) Jika terjadi amenorea tidak berkeberatan
d) Kontak dengan petugas KB secara teratur tidak mungkin
3) Implant
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi
yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di
dalamnya terdapat hormon progestogen, implan ini kemudian
dimasukkan ke dalam kulit di bagian lengan atas. Implan ini dapat
efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun. Metode
kontrasepsi ini terbilang efektif dan tidak memerlukan kedisiplinan
tinggi seperti penggunaan Pil KB. Kekurangan penggunaan
implant adalah bisa menyebabkan fase menstruasi tidak teratur.
Keuntungan dari penggunaan kontrasepsi implan adalah :
a) Dapat mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka waktu 3
tahun.
b) Sama seperti suntik, dapat digunakan oleh wanita yang
menyusui.
c) Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum
melakukan hubungan seksual.
Kerugian dari kontrasepsi implan adalah :
a) Dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa
wanita.
b) Pemasangan implan dapat mempengaruhi siklus menstruasi.
c) Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual.
Indikasii penggunaan kontrasepsi implan yaitu :
a) Wanita yang sudah punya anak dan tidak ingin hamil lagi
dalam waktu 3 tahun atau tidak ingin anak lagi tetapi tidak mau
mengalami proses sterilisasi.
b) Tidak cocok dengan estrogen dan AKDR.
Kontraindikasi implan :
a) Tidak boleh dipakai kalau dicurigai adanya kehamilan.
b) Tidak boleh dipakai kalau ada perdarahan abnormal dari
uterus yang belum diketahui diagnosisnya.
c) Tidak boleh dipakai kalau ada riwayat keganasan.
d) Adanya penyakit kardiovaskuler.
4) IUD
IUD (intra uterine device) merupakan alat kecil berbentuk
seperti huruf T yang lentur dan diletakkan di dalam rahim untuk
mencegah kehamilan, efek kontrasepsi didapatkan dari lilitan
tembaga yang ada di badan IUD. Efektivitas IUD sangat tinggi
sekitar 99,2-99,9 %, tetapi IUD tidak memberikan perlindungan
bagi penularan penyakit menular seksual (PMS). Baik IUD
mempunyai benang plastik yang menempel pada bagian bawah
alat, benang tersebut dapat teraba oleh jari didalam vagina tetapi
tidak terlihat dari luar vagina. Kelebihan penggunaan IUD adalah
sangat
efektif
kekurangan
untuk
mencegah
penggunaan
IUD
kehamilan.
adalah
dapat
Sedangkan
menyebabkan
pendarahan di luar siklus menstruasi yang dialami wanita
b) Kelebihan
(1) Tidak memerlukan perawatan rumit.
(2) Waktu pemakaian sekali untuk jangka panjang.
(3) Risiko infeksi dalam 20 hari setelah pemakaian IUD sangat
kecil.
(4) Kembali subur setelah IUD dilepas lebih cepat.
(5) Metode kontrasepsi yang sangat efektif bagi wanita yang
tidak tahan dengan hormon.
c) Kekurangan
(1) Berpotensi menyebabkan efek samping seperti kram.
(2) Memerlukan biaya untuk pemasangan awal.
(3) Letaknya dapat bergeser.
(4) ParaGard bisa mengakibatkan siklus menstruasi tidak
teratur dan volume haid yang lebih banyak.
(5) Ada resiko tubuh akan menolak IUD tersebut.
(6) Dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
(7) Alat IUD dapat keluar tanpa disadari.
(8) Tembaga pada IUD dapat meningkatkan darah menstruasi
dan kram menstruasi.
5) Pil Kontrasepsi
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon
estrogen & progestogen) ataupun hanya berisi progestogen saja.
Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi
dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim. Disarankan
penggunaan kontrasepsi lain (kondom) pada minggu pertama
pemakaian pil kontrasepsi.
Keuntungan penggunaan pil kontrasepsi yaitu :
a) Mengurangi
resiko
terkena
kanker
rahim
dan
kanker
endometrium.
b) Mengurangi darah menstruasi dan kram saat menstruasi.
c) Dapat mengontrol waktu untuk terjadinya menstruasi.
d) Untuk pil tertentu dapat mengurangi timbulnya jerawat ataupun
hirsutism (rambut tumbuh menyerupai pria).
Kerugian penggunaan kontrasepsi pil yaitu :
a) Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual.
b) Harus rutin diminum setiap hari.
c) Saat pertama pemakaian dapat timbul pusing dan spotting.
d) Efek samping yang mungkin dirasakan adalah sakit kepala,
depresi, letih, perubahan mood dan menurunnya nafsu
seksual.
e) Kekurangan untuk pil kb tertentu harganya bisa mahal dan
memerlukan resep dokter untuk pembeliannya.
Indikasi penggunaan kontrasepsi KB pil yaitu :
a) Kontraindikasi estrogen atau tidak cocok dengan estrogen.
b) Umur diatas 35 tahun.
c) Perokok.
d) Hipertensi.
e) Menyusui
Kontraindikasi dari pemakaian Pil KB mini :
a) Sebaiknya hanya diberikan pada ibu yang sedang menyusui
saja.
b) Tidak dibenarkan dipakai oleh wanita yang sedang mengalami
perdarahan abnormal dari uterus.
c) Tidak dibenarkan dipakai oleh wanita yang pernah mengalami
kehamilan ektopik.
Tanda bahaya dari penggunaan Pil KB mini :
a) Apabila haid terlambat 14 hari segera pergi ke dokter untuk
meyakinkan adanya kehamilan, atau kehamilan di luar
kandungan (ektopik).
B. Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
a.
Manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus
pada klien. Manajemen kebidanan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana
yang tersedia untuk dapat memberi asuhan kebidanan yang efektif
dan efisien (Simatumpang, 2008, hal.71).
b. Asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah fungsi dan kegiatan langsung
dengan tanggung jawab langsung terhadap pelayanan kesehatan
utama yang dilakukan oleh bidan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan atau masalah khususnya dalam bidang kesehatan ibu
masa hamil, persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana (Sofian, 2006, hal.33).
c. Langkah-langkah manajemen kebidanan menurut varney
Menurut Nanik Setiyawati (2009), menyatakan bahwa 7 Langkah
Varney meliputi :
1) Langkah I (pengumpulan data dasar)
Langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap, yaitu :
1) Anamnesa
DS : biodata pasien dan penanggung jawab, keluhan utama,
alasan datang, riwayat kesehatan, riwayat perkawinan,
riwayat obstetri, riwayat KB, pola pemenuhan seharihari, psikososio spiritual
DO : TTV meliputi TD, Nadi, Suhu, Respirasi, BB, TB, LILA, .
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.
3) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi).
4) Pemeriksaan penunjang (Laboratorium, USG, Radiologi).
Pada langkah pertama ini, dikumpulkan semua data yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2) Langkah II (interpretasi data dasar)
Langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.
3) Langkah III (mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial)
Langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien,
bidan diharapkan dapat bersiap diri bila diagnosis/ masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
4) Langkah IV (identifikasi perlunya penanganan segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja,
tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus,
misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
5) Langkah V (perencanaan asuhan komprehensif)
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti yang diperkirakan
terjadi berikutnya.
Asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap
hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Rencana
asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu oleh bidan
dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif. Bidan kemudian
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan pembahasan
rencana bersama klien dan membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya.
6) Langkah VI (pelaksanaan rencana)
Langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan
lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya,
memastikan agar langkah-langkah tersebut terlaksana).
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan
bidan
dalam
manajemen
bertanggungjawab
terhadap
asuhan
bagi
terlaksananya
klien
adalah
rencana
asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien
akan
menyingkat
waktu
dan
menghemat
biaya
serta
meningkatkan mutu asuhan klien.
7) Langkah VII (evaluasi)
Langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
sudah diberikan, dilakukan asuhan kembali jika asuhan yang
diberikan belum berhasil atau belum efektif dan merencanakan
kembali asuhan yang belum terencana.
C. Landasan Hukum yang Mendasari Praktik Kebidanan
1.
PERMENKES Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010
Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Ijin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan yang disebutkan pada :
a. Pasal 9
Bidan
dalam
menjalankan
praktik
berwenang
untuk
memberikan pelayanaan yang meliputi :
1)
Pelayanan kesehatan ibu
2)
Pelayanan kesehatan anak
3)
Pelayan kesehatan reproduksi dan KB.
b. Pasal 10
1) Pelayanan kesehatan ibu dimaksud pada pasal (9) nomor 1 diberi
pada masa prahamil, kehamilan, persalian, dan nifas, menyusui,
dan masa diantara 2 kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksut pada ayat (1)
meliputi :
a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil;
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal;
c) Pelayanan persalinan normal;
d) Pelayanan ibu nifas normal;
e) Pelayanan pada ibu menyusui, dan
f)
Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berwenang untuk :
a) Episiotomi;
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2;
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hami;
e) Pemberian Vit.A dosis tinggi pada ibu nifas;
f)
Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI
ekslusif;
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan
postpartum;
h) Penyuluhan dan konseling;
i)
Bimbingan pada kelompok ibu hamil;
j)
Pemberian surat kematian, dan
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
c. Pasal 11
1) Pelayana kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
nomor 2 diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak
sekolah.
2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
a)
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K
1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari),
dan perawatan tali pusat;
b)
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk;
c)
Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d)
Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
e)
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah;
f) Pemberian konseling dan penyuluhan;
g)
Pemberian surat keterangan kelahiran, dan
h)
Pemberian surat keterangan kematian.
d. Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 nomor 3, berwenang untuk :
1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana; dan
2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
e. Pasal 13
1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 pasal
11 dan pasal 12, bidan yang menjalankan program pemerintah
berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi ;
a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam
rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit;
b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
kronis tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter;
c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan;
d) Melakukan
pembinaan
peran
serta
masyarakat
dibidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan;
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra
sekolah dan anak sekolah;
f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
g) Melakukan deteksi dini merujuk dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian
kondom, dan penyakit lainnya;
h) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat
Aditif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi, dan
i)
Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program
pemerintah.
2) Pelayanan
alat
terintegrasi,
kontrasepsi
penanganan
bawah
bayi
dan
kulit,
asuhan
anak
balita
antenatal
sakit,
dan
pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Aditif
lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih
untuk itu.
2.
Standar Kompetensi Bidan
Standar Kompetensi Bidan yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan berkelanjutan meliputi :
a. Pra Konsepsi, KB Dan Ginekologi
Kompetensi ke 2: Bidan memberikan asuhan yang bermutu
tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan
pelayanan
menyeluruh
meningkatkan
dimasyarakat
kehidupan
keluarga
yang
kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
Pengetahuan Dasar meliputi :
dalam
sehat,
rangka
untuk
perencanaan
1) Pertumbuhan
dan
perkembangan
seksualitas dan
aktivitas
seksual.
2) Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan
konsepsi dan reproduksi.
3) Norma dan praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan
kemampuan bereproduksi.
4) Komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga dan riwayat
genetik yang relevan.
5) Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi kehamilan
yang sehat.
6) Berbagai metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan
metode lain yang bersifat tradisional yang lazim digunakan.
7) Jenis, indikasi, cara pemberian, cara pencabutan dan efek
samping berbagai kontrasepsi yang digunakan antara lain pil,
suntik AKDR, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), kondom, tablet
vagina dan tisu vagina.
8) Metode konseling bagi wanita dalam memilih suatu metode
kontrasepsi.
9) Penyuluhan
kesehatan
mengenai
IMS,
HIV/AIDS
dan
kelangsungan hidup anak.
10) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit seksual yang
lazim terjadi.
b. Asuhan dan Konseling dalam Kehamilan
Kompetensi ke-3 : bidan memberikan asuhan antenatal
bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan
meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
Pengetahuan dasar meliputi :
1) Anatomi dan fisiologis tubuh manusia.
2) Siklus menstruasi dan proses konsepsi.
3) Tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4) Tanda-tanda dan gejala kehamilan.
5) Mendiagnosa kehamilan.
6) Perkembangan normal kehamilan.
7) Komponen riwayat kesehatan.
8) Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama ANC.
9) Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran
dan/atau tinggi fundus uteri.
10) Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hyperemesis
gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus, imminen,
molahydatidosa
dan
komplikasinya,
kehamilan
ganda,
dan
kelainan letak serta preeklamsi.
11) Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti HB dalam
darah, test gula, protein, aceton dan bakteri dalam urin.
12) Perkembangan normal dari kehamilan : perubahan bentuk fisik,
ketidaknyamanan yang lazim, pertumbuhan fundus uteri yang
diharapkan.
13) Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak
kehamilan dalam keluarga.
14) Penyuluhan
dalam
kehamilan,
perubahan
fisik,
perawatan
payudara, ketidaknyamanan, seksualitas, kebersihan, nutrisi,
pekerjaan dan aktifitas.
15) Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin.
16) Penatalaksanaan imunisasi pada wanita hamil.
17) Pertumbuhan dan perkembangan janin.
18) Persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua.
19) Persiapan
keadaan dan
rumah/keluarga untuk menyambut
kelahiran bayi.
20) Tanda-tanda dimulainya persalinan.
21) Promosi dan dukungan pada ibu menyusui.
22) Teknik relaksasi dan teknik mengurangi nyeri pada persiapan
persalinan dan kelahiran.
23) Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan.
24) Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan.
25) Penggunaan obat-obat ramuan tradisional yang aman untuk
mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan.
26) Akibat yang ditimbulkan dari merokok penggunaan alkohol dan
obat terlarang bagi wanita hamil dan janin.
27) Akibat yang ditimbulkan dari binatang tertentu terhadap kehamilan,
misalnya toxoplasmasmosis.
28) Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam
jiwa seperti preeklamsia, perdarahan pervaginam, kelahiran
premature, anemia berat.
29) Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktivitas janin.
30) Resusitasi kardiopulmonary.
c. Asuhan Selama Persalinan dan Kelahiran
Kompetensi ke-4 : bidan memberikan asuhan yang bermutu
tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan
memimpin selama persalinan yang aman dan nyaman, menangani
situasi
yang
kegawatdaruratan
tertentu
kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
Pengetahuan dasar meliputi :
untuk
mengoptimalkan
1) Fisiologi persalinan.
2) Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk.
3) Aspek psikologis dan kultural pada persalinan dan kelahiran.
4) Indikator tanda-tanda mulai persalinan.
5) Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat
serupa.
6) Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan.
7) Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
8) Proses penurunan janin melalui pelvic selama persalinan dan
kelahiran.
9) Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan
normal dan ganda.
10) Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran
keluarga pendamping, pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril,
pengurangan nyeri tanpa obat.
11) Transisi bayi baru lahir dengan keadaan diluar uterus.
12) Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernafasan,
kehangatan dan memberikan ASI/PASI ekslusif 6 bulan.
13) Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika
memungkinkan antara lain kontak kulit langsung kontak mata
antara bayi dan ibunya jika memungkinkan.
14) Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI ekslusif.
15) Manajemen fisiologis kala III.
16) Memberikan suntikan IM meliputi : uterotonika, antibiotika,
sedative.
17) Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti : distosia bahu,
asfiksia neonatal, perdarahan karena atonia uteri, retensio
plasenta dan mengatasi renjatan.
18) Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin,
CPD.
19) Indikator komplikasi persalinan : perdarahan, partus macet,
kelainan presentasi, eklamsia, kelelahan ibu, gawat janin, infeksi,
ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri
primer, postterm dan preterm serta tali pusat menumbung.
20) Prinsip manajemen kala III secara fisiologis.
21) Prinsip manajemen aktif kala III.
d. Asuhan pada Ibu Nifas dan Menyusui
Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas
dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya
setempat.
Pengetahuan dasar meliputi :
1) Fisiologis nifas.
2) Proses involusi dan penyembuhan sesudah melahirkan/abortus.
3) Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta
penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan
payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk.
4) Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan
fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih.
5) Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
6) Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
7) “Bonding & Attacchment” orang tua dan bayi baru lahir untuk
menciptakan hubungan positif.
8) Indikator subinvolusi : misalnya perdarahan terus menerus, infeksi.
9) Indikator masalah-masalah laktasi.
10) Tanda
dan
gejala
yang
mengancam
kehidupan
misalnya
perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, syok dan preeklamsia post partum.
11) Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum,
misalnya anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine.
12) Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.
13) Tanda dan gejala komplikasi abortus.
e. Asuhan pada Bayi Baru Lahir
Kompetensi ke-6 : bidan memberikan asuhan yang bermutu
tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1
bulan.
Pengetahuan dasar meliputi :
1) Adaptasi bayi baru lahir terhadap keadaan diluar uterus.
2) Kebutuhan dasar bayi baru lahir, kebersihan jalan napas,
perawatan tali pusat, kehangatan dan nutrisi.
3) Indikator pengkajian bayi baru lahir, misalnya APGAR.
4) Penampilan dan perilaku bayi baru lahir.
5) Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir selama 1
bulan.
6) Memberikan imunisasi pada bayi baru lahir.
7) Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal, seperti :
caput, mongolian spot, haemongioma.
8) Komplikasi yang lazim terjadi, pada bayi baru lahir normal, seperti
: hypoglikemia, hypotermi, dehidrasi, diare dan infeksi ikterus.
9) Promosi kesehatan dan pencegahan penyakita pada bayi baru
lahir sampai 1 bulan.
10) Keuntungan dan resiko imunisasi pada bayi.
11) Pertumbuhan dan perkembangan bayi premature.
12) Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir, seperti trauma intra
kranial, fraktur klavikula, kematian mendadak, hematoma.
f.
Asuhan pada Bayi dan Balita
Kompetensi ke-7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu
tinggi komprehensif pada bayi dan balita sehat 1 bulan – 5 tahun.
Pengetahuan dasar meliputi :
1) Keadaan kesehatan bayi dan anak di Indonesia, meliputi : angka
kematian, penyebab kesakitan dan kematian.
2) Peran dan tanggung jawab orang tua dalam pemeliharaan bayi
dan anak.
3) Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak normal serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4) Kebutuhan fisik dan psikologis anak.
5) Prinsip dan standar nutrisi pada bayi dan anak. Prinsip-prinsip
komunikasi pada bayi dan anak.
6) Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak.
7) Upaya pencegahan penyakit pada bayi dan anak misalnya
pemberian imunisasi.
8) Masalah-masalah yang lazim terjadi pada bayi normal seperti :
gumoh/regurgitasi, diapes rash dll serta penatalaksanaannya.
9) Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak.
10) Penyimpangan
tumbuh
penatalaksanaannya.
kembang
bayi
dan
anak
serta
11) Bahaya yang sering terjadi pada bayi dan anak didalam dan diluar
rimah serta pencegahannya.
12) Kegawatdaruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Dinkes.
Dinas Kesehatan Indonesia.2014. Profil Kesehatan Indonesia.
Dinas Kesehatatan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Departemen Kesehatan RI Prov Jateng. 2011. Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah tahun 2010.Semarang
http://jateng.tribunnews.com/2015/10/06/gunadi-targetkan-tahun-depan-bisaterkoneksi-di-26-puskesmas
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Semarang
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-fujifatmaw-7485-1babi.pdf
https://inakartikaputri.wordpress.com/ketidaknyamanan-pada-ibu-hamil-tm-iii/
http://int.search.tb.ask.com/search/GGmain.jhtml?searchfor=proses+kehamilan+menur
ut+ahlihttp://www.lusa.web.id/konsep-dasar-masa-nifas/
http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-kontrasepsi-dan-jenis-jenis_3.html
https://buahilmu.wordpress.com/2013/09/13/asuhan-kebidanan-menolongJNPK_KR. 2008. Pelatihan asuhan Persalinan Normal Bahan Tambahan Inisiasi
Menyusui Dini. Jakarta : JNPK-KR.
Kemenkes RI. 2010 Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis
Perlindungan Anak. Jakarta : Kemenkes RI
Notoatmodjo.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta
persalinan-primigravida-dengan-ketuban-pecah-dini-kpd-pada-ny-sdengan-usia-kehamilan-38-40-minggu-di-bps-fitria-nur-faida-amdkeb/#more-2051
Permenkes Nomor 02. 02/ MENKES/
Penyelenggaraan Praktik Bidan.
149/
2010
tentang
Izin
dan
Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Presetyawati. 2012.Buku Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta:Nuha Medika
Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta :
Andi Offset
Survei Demografi Kesehatan Indonesia. 2007.Survei Demografi Kesehatan
Indonesia 2007.
Varney. 2004.Buku Saku Kebidanan Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: EGC
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Mahasiswa
: Yunika Afrita Sari
NIM
: 0131714
Tempat Pengkajian
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tanggal Pengkajian
: 31 Oktober 2015
A. Asuhan pada Kehamilan
1. Data Subjektif
a. Identitas
1) Nama Pasien
Nama
: Ny.Eva Susanti
Umur
: 38 tahun
Agama
: islam
Suku/bangsa
: jawa/indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: karyawan
Alamat
: leyangan
2) Nama Penanggung Jawab
Nama
: Tn. Masruh
Umur
: 68 tahun
Agama
: islam
Suku/bangsa
: jawa/indonesia
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: buruh
Alamat
: leyangan
b. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kondisi kehamilannnya.
c. Keluhan Utama
Ibu mengatakan punggung sering pegel pegel sejak 1 minggu yang
lalu.
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita
penyakit seperti jantung, hipertensi, asma, DM, TBC, ginjal,
HIV/AIDS dan kelainan gemelli.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saai ini tidak sedang menderita penyakit
seperti jantung, asma, hipertensi, ginjal, DM, TBC, HIV/AIDS dan
kelainan gemelli.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu
mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang
mempunyai penyakit menurun seperti jantung, asma, hipertensi,
ginjal, DM, TBC, HIV/AIDS, PMS dan kelainan gemelli.
e. Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan menikah 1x umur 26 tahun dengan suami umur 56
tahun, lama pernikahan 12 tahun, status pernikahan syah.
f.
Riwayat Obstetric
1) Riwayat Menstruasi
Menarche
: 14 tahun
Warna
: merah darah
Siklus
: 28 hari
Konsistensi
: cair
Lama
: 6 hari
Dismenorhe
: tidak
Banyak darah
: 3x ganti pembalut
Flour albus
Bau
: amis khas darah
HPHT
: iya
: 15-02-2015
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu
Anak
ke
Tahun
lahir
UK
Jenis
persalinan
Penolong
Tempat
Penyulit
nifas
JK/BB/PB
Keadaan
sekarang
1
2003
32
mg
Normal
Dokter
Rs
Ungaran
-
Laki-laki
Sehat
2
2006
38
mg
Normal
Bidan
BPM
Annisa
-
perempuan
Sehat
3
Hamil
ini
-
-
-
-
-
-
-
3)
Riwayat kehamilan sekarang
a)
Ibu mengatakan hamil yang ketiga, melahirkan dua kali,
belum pernah keguguran (G3P2A0).
b) Ibu mengatakan HPL 23-11-2015
c) Ibu mengatakan ANC 8 x
Tm I
: 3x
keluhan
: mual,pusing,lemes,pilek
Terapi
: SF XXX 1x1, paracetamol V 3x½ tab, B6 10mg XV
3x1 tab
TM II
: 2x
Keluhan
: tidak ada keluhan
Terapi
: etabion tab xv 1x1 tab, kalk x 3x1 tab
TM III
: 3x
TM 3
: pegal-pegal
Terapi
: novabion tab xv 1x1, kalk x 3x1
d) Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan imunisasi TT yang ke 5 tanggal 6 april 2015
e) Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat-obatan dari bidan
saja.
f) BB sebelum : 51 kg,
BB sekarang : 60 kg.
g) Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pertama kali umur
kehamilan 19 minggu, sampai saat ini gerakan janin masih
dirasakan.
h) Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu
perkembangan
janinnya,
seperti
merokok,
alkohol, dan narkoba.
i)
Ibu mengatakan berencana melahirkan dibidan
g. Riwayat KB
Tabel 3.2 Riwayat KB
Jenis KB
Lama
Keluhan
Alasan
berhenti
Terapi yang
didapat
Rencana
selanjutnya
KB Suntik 3
bulan
1 tahun
-
Ingin
punya
anak
-
Kb suntik 3
bulan
KB suntik 3
bulan
8 tahun
-
Hamil
-
Kb suntik 3
bulan
h. Pola kebutuhan sehari-hari
Tabel 3.3 Pola Kebutuhan Sehari-hari
Pola
Nutrisi
Eliminasi
Aktifitas
Istirahat
TM II
Ibu makan 3x/hari dengan
porsi sedang menu nasi, lauk,
sayur dan buah. Ibu minum
air putih 7-8/hari
Ibu BAB 1x/hari konsistensi
padat kuning, bau kahas, ibu
BAK 3-4x/hr bau khas
amoniak,kuning,jernih
Ibu
hanya
mengerjakan
aktifitas ibu rumah tangga
yang ringan saja seperti
memasak dan menyapu
Ibu tidur siang 1 jam, ibu tidur
malam 7-8 jam/hr,ibu tidur
nyenyak
TM III
Ibu makan 4x/hari porsi kecil,
menu nasi, sayur, lauk. ibu
minum 7-8 gelas/hr air putih.
Ibu BAB 1x/hari konsistensi
lembek, kuning kecoklatan bau
khas feces, ibu BAK 6-7x/hr
cair,kuning jernih, bau khas
amoniak.
Ibu
hanya
mengerjakan
aktifitas ibu rumah tangga
seperti memasak dll.
Ibu tidur siang 1 jam, ibu tidur
malam 5-6 jam/hr,ibu tidur
nyenyak
Personal
Hygine
Seksual
i.
Ibu mandi 2x/hr,ganti baju
2x/hr,gosok gigi 2x/hr,karmas
2x/minggu
Ibu melakukan hubungan
seksual 2x/minggu,tidak ada
keluhan
Ibu mandi 2x/hr,ganti baju
2x/hr,gosok gigi 2x/hr,karmas
2x/minggu
Ibu tidak melakukan hubungan
seksual
Data psikososial spiritual dan ekonomi
1)
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat senang dengan
kondisi kehamilannya.
2)
Ibu mengatakan pengambil keputusan dalam keluarga secara
musyawarah.
3)
Ibu mengatakan beragama islam dan taat menjalankan ibadah
sholat.
4)
Ibu mengatakan tinggal bersama suami, tidak mempunyai hewan
peliharaan dan menjalin hubungan baik dengan tetanga dan
lingkungan sekitar.
5)
Ibu mengatakan suami bekerja sebagai buruh dan Ny.E bekerja
sebagai karyawan. Dalam keluarga Ny.E tergolong keluarga
mampu.
j.
Data Pengetahuan
Ibu mengatakan belum mengerti mengenai body mekanik.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
: baik
2) Kesadaran
: composmentis
3) TTV
TD
: 110/70 mmhg
N
: 78x/menit
S
: 36,5 °C
RR
: 23x/menit
4) BB sekarang : 60 kg, TB
: 154 cm, Lila
: 28 cm
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
: simetris, mesochepale, tidak ada rambut rontok,
bersih tidak ada ketombe dan benjolan abnormal.
2) Muka
: simetris, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
pucat, tidak oedema.
3) Mata
: simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
reflek pupil kanan/kiri +/+.
4) Hidung
: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar polip,
tidak ada penumpukan sekret, tidak ada gerakan
cuping hidung.
5) Mulut
: simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada bibir
sumbing dan tidak ada caries gigi.
6) Telinga
: simetris,
tidak
ada
penumpukan
serumen,
pendengaran baik.
7) Leher
: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
dan vena jugularis.
8) Ketiak
: simetris, bersih, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
9) Dada
: I : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa
abnormal
P : terdengar bunyi sonor
A : tidak ada bunyi whezzing
10) Abdomen
: I : bersih, tidak ada luka bekas operasi
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa abnormal
P : terdengar bunyi timpani
A : peristaltik usus normal
11) Eks.atas
: simetris, gerak aktif, tidak oedema, tidak ada
polidaktili ataupun sidaktili, turgor kulit baik
12) Eks.bawah : simetris, tidak oedema, tidak ada varises, turgor
kulit baik, tidak ada polidaktili/sidaktili, reflek patella
baik.
13) Punggung : simetris, tidak ada spina bifida.
14) Genetalia : bersih, tidak ada tanda infeksi, tidak ada oedema
dan varises
15) Anus
: bersih, tidak ada hemoroid
c. Pemeriksaan Khusus
1) Inspeksi
Muka
: simetris, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
pucat, tidak oedema
Payudara
: simetris, puting menonjol, areola menghitam,
kolostrum belum keluar
Abdomen
: bersih, tidak ada luka bekas operasi
Genetalia
: bersih, tidak ada tanda infeksi, tidak ada oedema
dan varises
2) Palpasi
Payudara
: tidak ada masa abnormal, tidak ada nyeri tekan
Abdomen
:
LI
: TFU 3 jari diatas pusat
Teraba satu bagian bulat, lunak tidak melenting
(bokong)
LII ka
: teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas)
ki
: teraba satu bagian keras, memanjang
tahanan
seperti papan (punggung).
LIII
: teraba satu bagian bulat, keras, melenting (kepala)
LIV
: divergen
TFU
: 32 cm
TBJ ( 32-11)x155 = 3255 gram
3) Perkusi
Reflek patella kanan/kiri (+)/(+)
4) Auskultasi
Punctum maximum : puki
DJJ : 144x/menit
d. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 4 Oktober 2015
Hb
: 11 gr%
1. Pengkajian I
Tanggal 31 Oktober 2015 jam 15.00 WIB
Tabel 3.4 Asuhan Kebidanan Kehamilan
S
O
1. Ibu mengatakan
1. KU : baik
bernama Ny.Eva
Kesadaran : CM
Susanti umur 38 tahun
TTV :
G3P2A0
TD : 110/70 mmHg
2. Ibu mengatakan
S : 36,5°C
punggungnya pegelN : 76x/menit
pegel
Rr : 20x/menit
3. Ibu mengatakan tidak
BB : 64 kg
mempunyai riwayat
Tb : 154 cm
penyakit yang dapat
Lila : 28 cm
membahayakan
2. Pemeriksaan Fisik:
kehamilannya
Dalam batas normal
4. Ibu mengatakan
Abdomen:
HPHT: 15-02-2015
L1: Teraba satu bagian
5. Ibu mengatakan HPL:
bulat,
lunak,
tidak
23-11-2015
melenting (bokong).
L2 : ka: teraba bagian
kecil
kecil
janin
(ekstremitas).
Ki: teraba satu bagian
keras
memanjang
tahanan seperti papan:
punggung
L3: teraba satu bagian
bulat, keras, melenting
(kepala)
L4: divergen
TFU: 32 cm
A
1. Dx.Kebidanan
Ny.Eva susanti umur
38 Tahun G3P2A0
hamil 36 minggu 2
hari
janin tunggal
hidup intrauteri letak
memanjang
puki,
preskep,
divergen
dengan resti umur.
2. Masalah
3. Diagnosa Potensial
4. Antisipasi Masalah
-
Jam
15.15
15.20
15.30
P
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan kondisi
kehamilannya, bahwa kondisi ibu sehat, ibu
hamil 36 minggu, janin tunggal, hidup intra
uteri, letak memanjang, presentasi punggung
kiri, TFU: 3 jari dibawah px 32 cm, DJJ:
132x/menit, BB: 60 kg, TD: 110/70 mmhg
Evaluasi
2. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
kehamilannya dan ibu merasa senang
3. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai
penggunaan
body
mekanik
selama
kehamilan
a. Cara duduk yang benar, yaitu ibu duduk
pada kursi dengan posisi tegak, bagian
punggung ibu bersandar pada punggung
kursi, jika kaki bergelantung pada lantai,
gunakan ganjal kaki jika perlu
b. Cara berdiri yang benar, yaitu sikap
berdiri tegap dengan posisi kaki kiri
didepan atau sebaliknya sebagai
tumpuan, dan tangan berada di samping,
serta pandangan lurus kedepan, dagu
sejajar dengan kaki depan
c. Cara bangun dari tempat tidur, yaitu
posisi miring terlebih dahulu sebelum
turun dari tempat tidur, kemudian kaki
ditekuk bagian atas, mundur sedikit
kebelakang, kemudian kaki bawah turun
TBJ:
gr
(32-11)x155=3255
15.45
15.50
perlahan diikuti kaki yang ditekuk,
kemudian tangan kiri menompang tubuh
untuk bangun dari tempat tidur. Sebelum
berdiri usahakan duduk sebentar agar
aliran
darah
stabil
dan
tidak
menimbulkan pusing
d. Cara mengambil barang yaitu seperti
posisi berdiri, kemudian kaki depan
ditekuk
perlahan
sambil
tangan
berpegangan pada tembok atau kursi,
kemudian baru mengambil barang, cara
berdirinya dengan berpegangan pada
tembok atau kursi, kemudian bangun
secara perlahan
e. Cara jongkok yang benar yaitu salah
satu kaki dibuka kedepan, kemudian
dengan pegangan pada tembok atau
kursi perlahan jongkok, kemudian kaki di
tarik kearah samping dan posisi jongkok
dengan tumit bagian belakang sedikit di
angkat
f. Hal-hal yang tidak diperbolehkan selama
hamil yaitu: naik turun tangga, memakai
sepatu ber hak tinggi, mengangkat
beban terlalu berat, berdiri dalam waktu
lama.
4. Evaluasi : Ibu sudah paham mengenai
penjelasan tentang body mekanik dan
bersedia mempraktekannya dirumah.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup,
mengurangi pekerjaan yang berat dan
mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan
dan mengurangi aktifitas yang tidak perlu.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk banyak istirahat
dan mengerjakan pekerjaan yang ringan,
serta mengurangi aktifitas yang tidak perlu.
6. Menganjurkan
ibu
untuk
segera
menghubungi tenaga kesehatan terdekat
apabila terjadi sesuatu pada kehamilannnya
dan memberikan terapi obat vitamin pada
kehamilan.
Evaluasi : Ibu bersedia datang ke tenaga
kesehatan terdekat apabila terjadi sesuatu
pada kehamilannya. Ibu sudah mendapat
terapi obat novabion 1x1 malam hari untuk
penambah darah, kalk 3x1 tablet untuk
pertumbuhan tulang dan gigi bayi.
2. Pengkajian II
Tanggal 10 November 2015 jam 13.00 WIB
Tabel 3.5 Asuhan Kebidanan Kehamilan
S
O
1. Ibu mengatakan bernama Ny. Eva 1. Kesadaran : CM
Susanti berumur 38 tahun G3P2A0
TTV :
2. Ibu mengatakan ingin
TD : 100/70 mmHg
memeriksakan kondisi
S : 36,5°C
kehamilannya
N : 76x/menit
3. Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Rr : 20x/menit
BB : 64 kg
Tb : 154 cm
Lila : 28 cm
2. Pemeriksaan Fisik:
Dalam batas normal
Abdomen:
L1: Teraba satu
bagian bulat, lunak,
tidak
melenting
(bokong)
L2 : ka: teraba
bagian kecil kecil
janin (ekstremitas)
Ki:
teraba
satu
bagian
keras
memanjang tahanan
seperti
papan:
punggung
L3:
teraba
satu
bagian bulat, keras,
melenting (kepala)
L4: divergen
A
1. Diagnosa Kebidanan
Ny Eva Susanti umur 38 tahun
G3P2A0 hamil 37 minggu 5 hari
janin tunggal hidup intra uteri
letak memanjang, puki,
preskep, divergen dengan
resti umur.
2. Masalah
3. Diagnosa Potensial
4. Antisipasi Masalah
-
Jam
13.10
13.15
P
1. Memberitahu
ibu
hasil
pemeriksaan
kondisi
kehamilannya, bahwa kondisi nya
sehat, ibu hamil 38 minggu 1 hari,
janin tunggal, hidup intra uteri,
letak
memanjang,
presentasi
punggung kiri, TFU: 3 jari dibawah
px 32 cm, DJJ: 132x/menit, BB: 64
kg, TD: 100/70 mmhg
2. Mengevaluasi ibu mengenai tanda
bahaya pada kehamilan trimester
III, seperti :
a. Gejala
preeklamsi
yaitu
pandangan mata kabur, sakit
kepala yang berat
dan
menetap, nyeri ulu hati,
bengkak pada muka dan
tangan. Bahayanya bagi ibu
yaitu
kejang,
kematian.
Bahaya bagi janin yaitu gawat
janin dan kematian
b. Gerakan janin yang berkurang
yaitu kurang dari 10x/12 jam,
dan bahayanya bagi janin
yaitu : gawat janin dan
kematian dalam rahim
c. Perdarahan pervaginam yaitu
adanya
perdarahan,
baik
TFU: 32 cm, 3jari
dibawah px
TBJ:
(3211)x155=3255 gr
berupa
bercak
maupun
mengalir
yang
bisa
disebabkan karena solusio
plasenta (perdarahan disertai
nyeri perut), atau plasenta
previa
(perdarahan
tidak
disertai dengan nyeri perut).
Bahayanya bagi janin yaitu
gawat janin sampai kematian,
bahaya nya bagi ibu yaitu
syok sampai dengan kematian
ibu
13.25
d. Ketuban pecah dini yaitu
cairan yang keluar tanpa
disadari oleh pasien melalui
jalan lahir dan berbau khas,
bahayanya bagi janin gawat
janin dan infeksi, bahayanya
bagi ibu yaitu infeksi
Apabila pasien mengalami tandatanda seperti diatas, diharapkan
pasien segera menghubungi
tenaga kesehatan terdekat untuk
memeriksakan kehamilannya.
3. Menganjurkan ibu untuk kembali
melakukan kunjungan ulang 1
minggu lagi atau jika ada keluhan,
dan memberikan terapi obat
etabion xv 1x1 tab dan kalk x 3x1
tab.
B. Asuhan Persalinan
Tanggal
Jam
Tempat
: 15 November 2015
: 06.45 WIB
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tabel 3.6 : Asuhan Persalinan kala I
P
Jam
S
O
A
Jam
1. Ibu
mengatakan
bernama
Ny.Eva
Susanti umur
38 tahun,
hamil ketiga,
melahirkan 2
kali dan
belum pernah
keguguran.
2. Ibu
mengatakan
merasakan
sakit
pinggang
menjalar
keperut
bagian bawah
dan perut
1. Pemeriksaan
umum
KU : baik
Kes : CM
TTV :
TD : 130/80
mmHg
S : 37,5°C
N : 85x/menit
Rr : 21x/menit
BB sekarang :
59 kg
Tb : 154 cm
Lila : 28 cm
2. Pemeriksaan
Fisik:
Dalam
batas
norma
3. Pemeriksaan
obstetri
1. Dx.Kebidanan
Ny.Eva
susanti
umur 38 Tahun
G3P2A0 hamil 38
minggu 3 hari,
janin tunggal hidup
intra uteri, letak
memanjang , puki,
presentasi kepala,
, divergen, inpartu
kala 1 fase laten
dengan resti.
Dasar :
- Hamil ketiga
melahirkan 2
kali
belum
pernah
keguguran.
- HPHT : 15-022015
06.45
1. Memberitahu ibu dan
suami bahwa keadaan
ibu dan janin baik serta
manganjurkan suami
untuk mendampingi
istrinya selama proses
persalinan.
06.47
06.47
2. Menganjurkan ibu untuk
makan dan minum jika
tidak ada kontraksi.
06.48
Implementeasi
Evaluasi
1. Ibu
senang
hasil
pemeriksaan
kondisi
bayinya normal : letak
janin normal, VT Ø1 cm,
DJJ normal 148x/menit,
kontraksi semakin lama
semakin
sering
dan
disertai
keluar
lendir
bercampur
darah
merupakan
tanda ibu
sudah
masuk
proses
persalinan dan suami
bersedia
untuk
mendampingi
istrinya
selama proses persalinan.
2. Ibu
bersedia
makan
makanan yang sudah
disediakan menu nasi,
sayur sop, lauk, dan 1
gelas teh hangat.
terasa
kenceng –
kenceng
sejak pukul
05.40 WIB
dengan
frekuensi
dalam 10
menit
kencengkenceng kirakira 2 kali
lamanya 20
detik dan
mengeluarkan
lendir darah
sejak pukul
06.30 WIB.
3. Ibu
mengatakan
merasakan
gerakan janin
>10x dalam
24 jam
terakhir.
4. Ibu
mengatakan
pukul 07.30
WIB perutnya
L1 : teraba 3 jari
dibawah px,
teraba bokong.
L2 : Ka : teraba
ekstremitas.
Ki : teraba
punggung.
L3 : teraba
kepala, tidak
dapat
digoyangkan
L4 : divergen 3/5
bagian
TBJ : (32-11) X
155 = 3255 gram
DJJ : 148x/menit
HIS : 2x10’20’’
4. Pemeriksaan
dalam
dilakukan jam
06.45 WIB :
VU kosong,
vagina elatis,
porsio lunak,
pembukaan 1
cm, kulit ketuban
masih utuh,
presentasi
kepala, POD
HPL : 23-112015, UK : 38
minggu + 3
hari.
TFU : 32 cm,
punggung kiri,
presentasi
kepala, sudah
masuk
3/5
bagian, TBJ :
3255
gram,
DJJ : 148
x/menit.
Kontraksi : 2
kali dalam 10
menit lamanya
20 detik.
06.49
2. Masalah
3. Diagnosa
Potensial
4. Antisipasi Masalah
-
06.54
-
-
-
06.51
06.55
3. Mengajarkan ibu teknik
relaksasi yaitu dengan
menarik napas panjang
melalui hidung dan
mengeluarkan dari mulut
untuk mengurangi rasa
sakit saat kontraksi..
4. Menganjurkan ibu untuk
berjalan-jalan disekitar
klinik jika ibu masih kuat
untuk jalan-jalan, karena
dengan jalan-jalan dapat
membantu mempercepat
pembukaan serviks.
Apabila ibu sudah tidak
kuat berjalan, ibu
dianjurkan untuk tidur
miring kiri.
5. Menganjurkan ibu untuk
tidak menahan kencing,
apabila kandung kemih
penuh akan
mengganggu kontraksi.
6. Memberitahu ibu untuk
mengatur posisi yang
nyaman dan baik untuk
mempercepat penurunan
kepala janin dan dapat
mempercepat
06.51
3. Ibu sudah menerapkan
teknik relaksasi dan ibu
merasakan nyeri sedikit
berkurang.
06.53
4. Ibu masih bisa berjalanjalan disekitar klinik.
06.55
5. Ibu bersedia untuk tidak
menahan BAK.
07.00
6. Ibu mengerti mengenai
anjuran
yang
sudah
diberikan dan ibu bersedia
menerapkan posisi yang
sudah dianjurkan yaitu
posisi tidur miring kiri
terasa
semakin
mules, keluar
lendir
bercampur
darah ± 30 cc
mengarah
pada tandatanda
persalinan
dan tidak ada
tanda-tanda
abnormal
pada
perdarahan.
5. Ibu
mengatakan
makan dan
minum
terakhir pukul
06.00 WIB
dengan
komposisi
nasi setengah
piring, sayur
sop dan lauk
pauk dan 1
gelas teh
ubun-ubun kecil,
tidak ada bagian
yang
menumbung,
penurunan
hodge 2, tidak
ada molase.
pembukaan serviks yaitu
posisi jongkok, posisi
tidur terlentang, posisi
tidur miring kiri.
07.01
7. Melakukan masase pada
punggung untuk
membantu mengurangi
rasa nyeri pada saat ada
kontraksi.
07.06
07.07
8. Menyiapkan alat-alat
persiapan persalinan.
07.13
07.14
9. Melakukan pengawasan
kala 1.
07.15
untuk
mempercepat
penurunan
dan
pembukaan serviks serta
tidak
membahayakan
kondisi ibu dan janin
karena tidak menekan
vena cava inferior.
7. Ibu bersedia dilakukan
masase
dan
ibu
mengatakan nyeri sedikit
berkurang.
8. Alat partus set, heacting
set, oksitosin 10 IU,
lidokain 1%, spuit 3cc,
vit.K, salep mata, metil
ergometrin, perlengkapan
pencegahan
infeksi,
perlengkapan ibu dan bayi
sudah disiapkan.
9. pengawasan kala 1
1) KU : baik, TD : -, N :
84x/m, S : -, RR :
21x/m, VT : - , PPV
: lendir darah, KK :
utuh, DJJ : 148x/m,
HIS : 2x10’30’’,
bandle ring : tidak
hangat.
6. Ibu
mengatakan
BAB terakhir
pukul 05.30
WIB dan
terakhir BAK
terakhir pukul
05.50 WIB.
7. Ibu
mengatakan
tidak memiliki
riwayat
penyakit
seperti
hipertensi,
jantung, DM,
asma, TBC.
07.45
2)
08.15
3)
08.45
4)
09.10
10. Melakukan VT.
09.10
5)
ada.
KU : baik, TD : - , N
: 80x/m, S : - , RR :
22x/m, VT : - , PPV
: lendir darah, KK :
utuh, DJJ : 142x/m,
HIS : 2x10’40’’,
bandle ring : tidak
ada.
TD : -, N : 84x/m, S
:-, RR : 20x/m, VT :
-, PPV : lendir
darah, KK : utuh,
DJJ : 140x/m, HIS :
3x10’30’’,
bandlering : tidak
ada.
TD : -, N : 78x/m, S
: , RR : 20x/m, VT :
-, PPV : lendir
darah, KK : utuh,
DJJ : 148x/m, HIS :
3x10’40’’,
bandle
ring : tidak ada.
KU : kesakitan, TD :
- mmhg , N : 85x/m,
S : - , RR : 23x/m,
VT
Ø
7
cm,
effacement : 70%,
09.20
presentasi kepala,
POD
ubun-ubun
kecil, tidak ada
bagian
yang
menumbung,
penurunan kepala
hodge III+ tidak ada
molase , PPV :
lendir darah, KK :
utuh, DJJ : 144x/m,
HIS : 4x10’45’’,
bandle ring : tidak
ada.
6) KU : kesakitan, TD :
100/70 mmhg, N :
84x/m, S : 37,5°C ,
RR : 23x/m, VT Ø
10 cm , KK : (dilakukan tindakan
amniotomi),
effacement : 100%,
presentasi kepala,
POD
ubun-ubun
kecil, tidak ada
bagian
yang
menumbung,
penurunan kepala
hodge III+, tidak
ada molase , PPV :
lendir darah, DJJ :
146x/m,
HIS
:
5x10’45’’,
bandle
ring : tidak ada.
Terlihat
tanda
gejala
kala
II
meliputi : dorongan
ingin
meneran,
tekanan pada anus,
perineum menonjol.
Vulva
membuka,
kepala janin terlihat
didepan vulva, ibu
mengatakan perut
terasa mules ingin
mengejan
seperti
ingin BAB, kenceng
– kenceng semakin
sering dan semakin
lama semakin sakit.
Tanggal : 15 November 2015
Jam
: 09.20 WIB
Tabel 3.7 : Asuhan Persalinan kala II
P
S
1. Ibu
mengatakan
kencengkenceng
semakin
sering dan
semakin lama
semakin sakit.
2. Ibu
mengatakan
perut semakin
mules ingin
mengejan
seperti ingin
BAB.
3. Ibu
mengatakan
ingin
meneran.
O
A
1. Pemeriksaan umum
1. Dx.Kebidanan
KU : kesakitan
Ny.Eva
susanti
Kes : CM
umur 38 Tahun
VT
Ø10
cm,
G3P2A0 UK 38
effisement
100%,
minggu 3 hari
ketuban (-), teraba
inpartu kala II
kepala, UUK didepan,
dengan
resti
kepala ↓H-IV (+), tidak
partus
teraba bagian kecil
presipitatus.
janin/tali pusat. DJJ 2. Masalah
:
(+),
frekuensi
ketidaknyamanan
146x/menit.
HIS
Data dasar ibu
semakin kuat, 5 kali
mengatakan
dalam
10
menit
pinggang
dan
lamanya 45 detik.
perut
semakin
2. Terlihat tanda gejala
sakit dan terasa
kala II
seperti ingin BAB.
a. Dorongan ingin 3. Kebutuhan
:
meneran
penjelasan bahwa
b. Tekanan
pada
ibu akan segera
anus
melahirkan.
c. Perineum
Jam
Implementasi
09.20
1. Memberitahu kepada ibu dan
keluarga hasil pemeriksaan
bahwa pembukaan jalan lahir
sudah lengkap, tanda-tanda
persalinan sudah ada, yang
artinya ibu akan segera
melahirkan.
2. Menganjurkan
ibu
untuk
meneran jika ada kontraksi,
beristirahat
jika
kontraksi
hilang dan teknik meneran
yang benar seperti ingin BAB.
3. Menganjurkan suami untuk
memberikan minum kepada
ibu disela-sela tidak ada
kontraksi supaya ibu mepunyai
tenaga saat meneran dan
menemani ibu dalam proses
persalinan.
09.22
09.23
Jam
Evaluasi
09.22
1. Ibu
senang
mengetahui hasil
pemeriksaan.
09.23
2. Ibu
mengejan
seperti
yang
sudah dianjurkan
seperti orang ingin
BAB.
3. Ibu bersedia untuk
minum teh hangat
setengah
gelas
setelah tidak ada
kontraksi, suami
bersedia
meneman
ibu
dalam
proses
persalinan.
09.24
menonjol
d. Vulva membuka
e. Perdarahan
:±
50 cc.
09.24
4. Mempersiapkan pertolongan
persalinan
a. Memastikan kelengkapan
persalinan dan obat-obatan.
b. Memakai alat pelindung diri.
c. Mencuci tangan.
d. Memakai sarung tangan
DTT pada tangan yang
akan
digunakan
untuk
melakukan VT.
09.26
e. Melakukan episiotomy.
09.27
f.
Melahirkan kepala sesuai
mekanisme persalinan dan
jalan lahir.
g. Melonggarkan/ melepaskan
bila ada lilitan tali pusat
pada kepala dan badan
bayi.
h. Melahirkan bahu dan diikuti
badan bayi.
i. Nilai tanda-tanda kehidupan
bayi
meliputipernafasan,
tangisan, warna kulit, suhu,
IMD,
gerakan,
denyut
jantung.
09.25
09.26
09.30
4. Semua peralatan
persalinan sudah
lengkap dan APD
sudah
dipakai
hasil
VT
:
pembukaan
lengkap,
penurunan hodge
IV,
tidak
ada
bagian
yang
menumbung
ketuban
sudah
pecah,
teraba
UUK.
Evaluasi
:
Episiotomi
dilakukan
untuk
melebarkan jalan
lahir
dan
menghindari
robekan perineum
yang
tidak
beraturan.
Evaluasi : bayi
lahir
spontan
menangis
kuat,
gerak
aktif,
bernafas spontan
tanpa alat bantu
j.
k.
l.
Klem/jepit tali pusat didua
tempat
dan
potong
dengangunting steril/DTT.
Menjaga kehangatan bayi.
Merangsang
pernafasan
bayi bila diperlukan.
09.32
pernafasan, warna
kulit kemerahan,
jenis kelamin lakilaki, janin tunggal,
bayi
sudah
dikeringkan
dan
dilakukan IMD, tali
pusat
sudah
dipotong,
bayi
sudah
diberikan
penutup
kepala
dan selimut agar
tidak kedinginan.
5. Menunggu adanya
tanda persalinan
kala III yaitu :
uterus
globuler,
terlihat perlepasan
plasenta, tali pusat
bertambah
panjang, adanya
seburan
darah
karena plasenta
lepas dari uterus,
adanya kontraksi,
tali pusat berada
di
vulva,
ibu
mengatakan
perutnya mules.
Tanggal : 15 November 2015
Jam
: 09.32 WIB
Tabel 3.8 : Asuhan Persalinan kala III
P
S
1.
2.
Ibu mengatakan
perutnya mules
dan merasakan
nyeri pada jalan
lahir.
Ibu mengatakan
plasenta belum
lahir, tali pusat
masih berada di
vulva.
O
1.
Pemeriksaan umum
KU : baik
Kes : CM
TTV :
TD : 110/70 mmHg
S : 37,4°C
N : 80x/menit
Rr : 22x/menit
2. Pemeiksaan
a. Bayi lahir spontan,
menangis kuat,
gerakan aktif, kulit
kemerahan, jenis
kelamin laki-laki
dengan letak
belakang kepala,
apgar score : 8-910.
b. TFU setinggi pusat,
kontraksi
uterus
baik,
plasenta
belum lahir, tidak
ada
perdarahan
yang abnormal dari
A
Jam
Dx.Kebidanan
Ny. Eva susanti umur
38 Tahun G3P2A0 UK
38 minggu 3 hari
inpartu
kala
III
dengan resti partus
presipitatus.
2. Masalah :
ketidaknyamanan
Dasar
:
ibu
mengatakan
perutnya
masih
terasa mules dan
nyeri pada jalan
lahir. Tali pusat
berada divulva.
3. Kebutuhan
:
penjelasan tentang
ketidaknyamanan
yang dialami pada
ibu.
09.33
1.
09.34
2.
1.
Implementasi
Memberikan
penjelasan pada ibu
bahwa mules yang
dirasakan disebabkan
karena
perlepasan
plasenta dari tempat
perlekatannya,
plasenta akan segera
lahir dan ibu dalam
keadaan
baik-baik
saja.
Melakukan manajemen
aktif kala III
a. Melakukan palpasi
abdomen
untuk
memastikan janin
tunggal setelah 2
menit bayi lahir.
b. Memberikan
suntikan oksitosin
10 IU secara IM
pada 1/3 paha
anterolateral ibu.
c. Memindahkan
Jam
Evaluasi
09.33
1.
Ibu mengetahui
mules.
penyebab
09.45
2.
Plasenta lahir jam 09.45 WIB,
selaput plasenta lengkap,
kotiledon lengkap, diameter
20 cm, tebal 2 cm, panjang
tali pusat 45 cm, perdarahan
±150 cc, laserasi derajat 2.
Ibu mengatakan perutnya
masih terasa mules dan nyeri
pada jalan lahir.
c.
d.
jalan
lahir,
VU
kosong.
Terlihat perlepasan
plasenta, tali pusat
bertambah
panjang,
keluar
semburan darah,
uterus globuler.
Perdarahan : ±100
cc.
d.
e.
f.
g.
h.
klem 5-10 cm
didepan vulva.
Meletakkan
tangan
diatas
perut
ibu dan
tangan
kanan
menegangkan tali
pusat.
Setelah
uterus
berkontraksi
lakukan
PTT
kearah bawah dan
tangan
diata
melakukan dorso
kranial.
Setelah
PTT
dilakukan,
tali
pusat memanjang
dan
terdapat
semburan darah
dari jalan lahir
tanda
plasenta
sudah lepas.
Menganjurkan ibu
untuk
meneran,
mengeluarkan
plasenta
dan
menangkap
plasenta dengan
cara dipilin searah
jarum jam.
Memasase uterus
selama 15 detik.
i.
j.
k.
l.
Memeriksa
kelengkapan
plasenta.
Memeriksa
adanya
laserasi
perineum.
Memeriksa
perdarahan.
Memastikan
uterus
berkontraksi baik.
Tanggal : 15 November 2015
Jam
: 09.47 WIB
Tabel 3.9 : Asuhan Persalinan kala IV
S
1. Ibu mengatakan
perutnya masih
terasa mules.
2. Ibu mengatakan
nyeri pada
bagian jalan
lahir.
3. Ibu mengatakan
senang bayinya
sudah lahir,
plasenta lahir
dan keadaan
ibunya baik.
O
1. Pemeriksaan umum
KU : baik
Kes : CM
TTV :
TD : 110/70 mmHg
S : 37,4°C
N : 80x/menit
Rr : 22x/menit
2. Pemeiksaan fisik
a. Abdomen
TFU
2
jari
dibawah pusat,
kontraksi uterus
baik,
kandung
kemih kosong.
b. Genetalia
Terdapat
robekan
pada
perineum derajat
2.
Perdarahan
P
A
1. Dx.Kebidanan
Ny. Eva susanti
umur 38 Tahun
P3A0 inpartu kala IV
dengan resti partus
presipitatus.
2. Dx. Masalah
Tidak ada
Jam
Implementasi
09.47
1. Melakukan
heacting
perineum
derajat 2
dengan teknik jelujur
dan
menggunakan
anestesi.
2. Memberitahu
ibu
penyebab mules adalah
hal yang alami karena
adanya kontraksi pada
uterus
yang
menyebabkan perutnya
terasa mules dan itu
normal akibat adanya
gerakan
membuka
menjepit rahim untuk
mencegah perdarahan
dan akan kembali ke
ukuran sebelum hamil,
apabila
perut
tidak
mules berarti uterus
10.13
Jam
Evaluasi
10.10 1. Ibu sudah dilakukan
heacting
perineum
dengan teknik jelujur.
10.14 2. Ibu
sudah
mengetahui
penyebab mules.
c.
±250 cc.
Ibu tampak letih.
10.18
10.21
tidak
berkontraksi
dengan baik dan harus
dilakukan
tindakan
supaya uterus tetap
berkontraksi.
3. Mengajarkan pada ibu
dan keluarga untuk
merasakan
kontraksi
uterus yang baik yaitu
uterus teraba bulat dan
keras
serta
cara
mempertahankannya
supaya uterus tetap
keras yaitu dengan
memasase
uterus
dengan
meletakkan
telapak tangan diatas
perut
ibu
dan
memasase
uterus
searah
jarum
jam
selama
15
menit
pertama sebanyak 2-3
kali. Setiap 15 menit
pada 1 jam pertama
postpartum. Setiap 2030 menit pada jam
kedua postpartum.
4. Membersihkan pasien,
mengganti baju kotor
10.21 3. Ibu dan keluarga
sudah
mengetahui
teknik masase yang
benar.
10.30 4. Ibu sudah bersih dan
rapi.
pasien,
merapikan
tempat tidur pasien.
a. Merendam
semua
alat dalam larutan
klorin.
b. Merapikan pasien.
c. Mencuci alat.
d. Melepaskan
handscoon.
e. Mencuci tangan
10.30
5. Melanjutkan
pemantauan
kontraksiuterus,
pengeluaran
darah,
tanda-tanda vital.
a. 2-3 kali selama 10
menit pertama.
b. Setiap 15 menit
selam 1 jam.
c. Setiap 20-30 menit
selama jam kedua.
10.32 5. Kontraksi uterus baik,
uterus keras, TD :
100/60 mmhg, N : 82
x/menit, S : 36, TFU :
2 jari dibawah pusat,
kandung kemih :
kosong, perdarahan :
40 cc.
10.33
6. Melakukan
pemeriksaan jalan lahir
dan perineum.
10.34 6. Robekan jalan lahir
derajat
2
sudah
dilakukan
heacting
dengan
penjahitan
teknik jelujur dengan
anestesi.
10.35
7. Memantau pengeluaran
lokhea.
10.37
8. Menganjurkan ibu untuk
mempertahankan
kandung kemih tetep
kosong
agar
tidak
mempengaruhi
kontraksi uterus.
10.39
9. Menganjurkan keluarga
untuk
memberi
ibu
makan
dan
minum
untuk mengembalikan
kondisi ibu.
10. Memberi penjelasan ibu
tentang mobilisasi dini
seperti miring kanan
kiri,
menggerakkan
tangan dan kaki agar
tidak kaku namun harus
dilakukan setelah 2 jam
10.42
10.37 7. Pengeluaran lochea
rubra darah merah
segar
bercampur
sisa-sisa
jaringan
selaput
ketuban,,
luka jahitan masih
basah, tidak ada
perdarahan
yang
abnormal dan tidak
ada tanda infeksi
perdarahan 40 cc.
10.38 8. Ibu bersedia untuk
tidak menahan BAK
agar kontraksi uterus
berjalan
dengan
lancar.
10.42 9. Ibu bersedia makan
dan
minum
teh
hangat 2 gelas.
10.46 10. Ibu sudah mengerti
dan mau melakukan
mobilisasi
sesuai
dengan tahapannya.
10.46
10.47
setelah persalinan.
11. Memastikan ibu merasa
nyaman dan membantu
ibu memberikan ASI
serta
menganjurkan
keluarga
untuk
memberikan
ibu
makanan dan minuman
yang diinginkan.
12. Melakukan pemantauan
kala IV.
10.47 11. Sudah dilakukan.
10.50 12. Partograf
dan
pengawasan kala IV
terlampir.
C. Asuhan Kebidanan Masa Nifas
1. Pengkajian I
Tanggal
: 15 November 2015
Jam
: 15.30 WIB
Tabel 3.10 : Asuhan Kebidanan Masa Nifas I
S
1. Ibu mengatakan
O
A
1. Pemeriksaan umum
1. Dx.Kebidanan
Jam
15.33
P
1. Memberitahu pada ibu dan suami bahwa
bernama Ny.Eva
KU : baik
Ny.Eva susanti umur
keadaan ibu dan bayi baik .
Susanti umur 38 tahun
Kes : CM
38 Tahun P3A0 6 jam
Evaluasi : Ibu dan bayi dalam keadaan baik-
P3A0.
TTV :
post partum.
baik saja tidak ada tanda-tanda bahaya.
2. Ibu mengatakan
TD : 120/70 mmHg
melahirkan secara
S : 36,5°C
normal pada tanggal
N : 80x/menit
15 November 2015
Rr : 20x/menit
pukul 09.30 WIB.
3. Ibu merasakan nyeri
pada luka laserasi.
4. Ibu mengatakan
kondisi tubuhnya
sudah mulai membaik
2. Masalah
Tidak ada
terdapat
15.36
3. Diagnosa Potensial
:
4. Antisipasi Masalah
tidak
15.40
Tidak ada
setelah melahirkan,
oedema
perut masih terasa
pucat.
dan
adanya
3. Mengajarkan
ibu
dan
keluarga
cara
perdarahan.
Evaluasi : ibu dan keluarga sudah mengerti.
15.43
:
mencegah
melakukan masase uterus untuk mencegah
rambut hitam, tidak
b. Wajah
dan
Evaluasi : sudah dilakukan.
ketombe
rontok.
2. Mendeteksi
perdarahan karena atonia uteri.
Tidak ada
2. Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala
memeriksa perdarahan.
4. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
tidak
(rooming in).
tidak
Evaluasi : ibu bersedia dilakukan rawat
gabung dengan bayinya agar ibu bisa
mules, terdapat
c.
Mata
:
konjungtiva
mengawasi keadaan bayinya dan bisa
pengeluaran darah
tidak anemis, sklera
memberikan
yang tidak terlalu
putih.
menginginkan serta meningkatkan jalinan
banyak.
d. Hidung
5. Ibu mengatakan sudah
simetris,
BAK ke kamar mandi
dengan didampingi
:
bersih,
tidak
ada
suami dan belum BAB.
simetris,
6. Ibu belum mengetahui
:
15.48
kali
bayi
5. Mengajarkan ibu tentang mobilisasi dini
dengan belajar miring kiri, kanan dan duduk
bersih,
tidak
setiap
kasih sayang antara ibu dan bayi.
pembesaran polip.
e. Telinga
ASI
bersandar
ada
setelah
2
jam
postpartum,
tahapan selanjutnya jika ibu sudah mampu
penumpukan
untuk duduk kemudian dilanjutkan dengan
tahapan-tahapan
serumen, tidak ada
berdiri kemudian berjalan perlahan atau
mobilisasi setelah
kelainan tulang.
dengan bantuan dari keluarga.
Mulut : simetris yidak
Evaluasi : Ibu sudah diperbolehkan untuk
terdapat
stomatitis
mobilisasi pada tahapan miring kanan, kiri
pecah-
dan duduk perlahan tanpa bantuan dari
persalinan.
7. Ibu mengatakan asi
belum keluar.
f.
dan
bibir
pecah.
keluarga.
g. Leher : simetris, tidak
15.53
6. Memberitahu dan mengevaluasi ibu cara
terdapat pembesaran
membersihkan
kelenjar
dan
BAB dan BAK dan saat mandi dicuci
tidak terdapat nyeri
dengan sabun dan air dingin agar benang
telan.
jahitan tidak rapuh dengan cara cebok dari
h. Payudara
puting
tiroid
:
bersih,
menonjol,
tidak lecet, tidak ada
kemaluannya
pada
saat
bagian yang bersih ke kotor dan mengganti
pembalut minimal 3 kali sehari.
Evaluasi : Ibu sudah paham bagaimana
nyeri
tekan
pada
payudara,
supaya terhindar dari infeksi pada alat
pengeluaran
genetalianya setelah persalinan.
collostrum (-).
i.
j.
15.58
bergizi
dibawah
karena ibu membutuhkan banyak nutrisi
pusat,
untuk
uterus keras,kandung
pengeluaran
kemih kosong.
kebutuhan nutrisi bayinya.
Genetalia : terdapat
Evaluasi : Ibu bersedia makan makanan
luka
masih
bergizi yang sudah diberikan dan dianjurkan
basah, lochea rubra,
agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi dan
jumlah
tidak ada pantang makanan.
perdarahan
(
±80 cc),
16.00
biasanya
ASI
8. Mengingatkan
untuk
kondisinya
lebih
jahitan
dari
memulihakan
kontraksi uterus baik,
menambah
untuk
ibu
kembali
memenuhi
tentang
tidak ada tanda-tanda
pentingnya ASI ekslusif selama 6 bulan
infeksi.
tanpa makanan tambahan.
Ekstremitas
ada
:
tidak
oedema
dan
varises.
l.
7. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
Abdomen : TFU 2 jari
normal
k.
melakukan personal hygiene yang benar
Anus : tidak terdapat
hemoroid.
Evaluasi
:
Ibu
memberikan ASI
16.07
paham
dan
bersedia
secara ekslusif
pada
bayinya.
9. Mengevaluasi dan menambahkan macammacam tanda bahaya masa
nifas yaitu
sakit kapala yang hebat dan menetap, nyeri
ulu hati, penglihatan kabur, kehilangan
nafsu makan dalam waktu yang lama,
oedema
pada
muka
dan
ekstremitas,
payudara berubah menjadi merah, panas
dan nyeri atau terasa sakit.
Evaluasi : Ibu sudah paham dan jelas apa
16.10
saja
tanda
bahaya
nifas
yang
harus
diketahui.
10. Mengevaluasi ibu mengenai perawatan tali
pusat dan perawatan bayi sehari-hari serta
pencegahan hipotermi.
Evaluasi : Ibu paham mengenai perawatan
tali pusat dan bisa mempraktekannya serta
paham dan mengerti mengenai perawatan
bayi baru sehari-hari dan pencegahan
hipotermi.
11. Membuat kesepakatan jadwal kunjungan
ulang6 hari pasca persalinan yaitu pada
tanggal 20-11-2015.
Evaluasi : Ibu bersedia datang berkunjung
kembali.
2. Pengkajian ke II
Tanggal
: 20 November 2015
Jam
: 08.00 WIB
Tabel 3.11 : Asuhan Kebidanan Masa Nifas II
S
1. Ibu mengatakan
O
A
1. Pemeriksaan umum
1. Dx.Kebidanan
Jam
08.05
P
1. Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa
melahirkan pada
KU : baik
Ny.Eva susanti umur
keadaan ibu dan bayi baik.
tanggal 15 November
Kes : CM
38 Tahun P3A0 6 hari
Evaluasi : Ibu dalam keadaan baik-baik tidak
2015 pukul 09.30 WIB.
TTV :
post partum.
terdapat tanda bahaya masa nifas, hasil
2. Ibu mengatakan darah
TD : 120/80 mmHg
yang keluar sudah
S : 36,7°C
sedikit dan berwarna
N : 84x/menit
kuning berisi darah
Rr : 20x/menit
dan lendir (lochea
pemeriksaan didapat TD : 120/80 mmHg, S :
Tidak ada
2. Pemeriksaan Fisik:
sanguinolenta) dan
Dalam batas normal
kondisi ibu sudah
TFU
sehat.
pusat dan syimpisis.
3. Ibu mengatakan tidak
2. Masalah
3. Diagnosa Potensial
36,7°C, N : 84x/menit, Rr : 20x/menit
08.10
Tidak ada
ibu
mendapatkan
cukup
makanan, cairan dan istirahat.
4. Antisipasi Masalah
Evaluasi : Ibu makan 4 kali sehari porsi
Tidak ada
sedang,
pertengahan
Lochea
2. Memastikan
dengan sayur dan lauk, minum air
putih 12 gelas/hari, dan istirahat cukup agar
ibu tidak kelelahan.
08.13
3. Memastikan involusi uterus normal, uterus
mengalami kesulitan
sanguinolenta
berkontraksi, tidak ada perdarahan abnormal,
saat BAB dan BAK
Perdarahan ± 50 cc.
tidak ada bau.
serta tidak merasakan
3. Pemeriksaan
Evaluasi : Uterus berkontraksi normal, TFU
adanya tanda bahaya.
4. Ibu mengatakan tetap
penunjang
pertengahan pusat dan sympisis, perdarahan
Tidak dilakukan
lochea sanguinolenta, tidak ada tanda-tanda
mengkonsumsi
makanan dan
infeksi.
08.17
4. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
minuman sesuai
dan perdarahan abnormal.
dengan yang
Evaluasi : Tidak adanya tanda-tanda demam,
dianjurkan dan tidak
infeksi
ada pantangan
mengarah pada infeksi.
makanan.
08.22
5. Ibu mengatakan masih
dan
perdarahan
abnormal
yang
5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
merasakan nyeri pada
Evaluasi : Ibu menyusui dengan baik dan
luka bekas jahitan.
tidak mengalami penyulit selama menyusui,
6. Ibu mengatakan tetap
ASI keluar lancar pada tiap payudara, tidak
memberikan ASI
secara ekslusif tanpa
ada bendungan ASI dan puting tidak lecet.
08.27
6. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan
makanan tambahan
ASI secara on demand atau setiap 2 jam
apapun
sekali atau setiap bayi menginginkan untuk
menyusu.
Evaluasi
:
ibu sudah mengerti tentang
penjelasan.
08.30
7. Membuat
kesepakatan
jadwal
kunjungan
ulang 2 minggu lagi pasca persalinan yaitu
pada tanggal 29 November 2015.
Evaluasi : ibu bersedia untuk melakukan
kunjungan ulang.
3. Pengkajian ke III
Tanggal
: 29 November 2015
Jam
: 10.00 WIB
Tabel 3.12 : Asuhan Kebidanan Masa Nifas III
S
1. Ibu mengatakan
O
A
1. KU : baik
1. Dx.Kebidanan
Jam
10.05
P
1. Memberitahu
ibu
dan
keluarga
bahwa
bernama Ny.Eva
Kesadaran : CM
Ny.Eva susanti umur
keadaan ibu dan bayi sehat.
Susanti umur 38 tahun
TTV :
38 TahunP3A0 14 hari
Evaluasi
P3A0.
TD : 110/70 mmHg
post partum.
mendengar keadaan ibu sehat, pemeriksaan
2. Ibu mengatakan darah
S
: 36,5°C
yang keluar sudah
N
: 78x/menit
berupa flek.
Rr : 20x/menit
3. Ibu mengatakan puting
2. Masalah
Cemas
susu lecet sejak 2 hari
Dalam batas normal
yang lalu
Abdomen : TFU tidak
4. Ibu mengatakan
teraba,
uterus
keras,
Ibu
dan
keluarga
senang
tanda-tanda vital normal..
10.10
3. Diagnosa Potensial
2. Pemeriksaan Fisik:
:
2. Memastikan
ibu
mendapatkan
cukup
makanan, cairan dan istirahat.
-
Evaluasi : Ibu makan 4 kali sehari, minum
4. Antisipasi Masalah
lebih dari 12 gelas, dan ibu ngemil makanan
-
ringan, serta istirahat cukup.
10.16
3. Memastikan involusi uterus normal, uterus
selama 2 hari ibu tetap
kandung kemih kosong.
berkontraksi, tidak ada perdarahan abnormal,
memberikan ASI
Genetalia : kotor
tidak ada bau.
dengan diperah dan
PPV
diberikan dengan
(kekuningan) ±10 cc.
sendok.
:
lochea
serosa
Evaluasi : Uterus berkontraksi normal, TFU
tidak teraba, perdarahan lochea serosa, tidak
ada tanda-tanda infeksi dan bau busuk.
5. Ibu mengatakan belum
10.22
4. Memberitahu pada ibu cara mengatasi puting
mengetahui cara
lecet dengan cara mengolesi ASI sebelum
menyusui yang benar.
dan sesudah menyusui.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang
penjelasan.
10.30
5. Memberikan konseling pada ibu tentang cara
menyusi yang benar.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang
penjelasan ( terlampir).
10.32
6. Menganjurkan ibu untuk kembali kunjungan
ulang pada tanggal 26 Desember 2015.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan kunjungan
ulang.
4. Pengkajian ke IV
Tanggal
: 26 Desember 2015
Jam
: 15.40 WIB
Tabel 3.13 : Asuhan Kebidanan Masa Nifas IV
S
1. Ibu mengatakan
O
A
1. KU : baik
1. Dx.Kebidanan
Jam
15.43
P
1. Memberitahu
ibu
hasil
pemeriksaan
bernama Ny.Eva
Kesadaran : CM
Ny.Eva susanti umur
kondisinya dalam keadaan baik.
Susanti umur 38 tahun
TTV :
38 TahunP3A0 42 hari
Evaluasi : ibu mengatakan senang hasil
P3A0.
TD : 110/70 mmHg
post partum.
pemeriksaan
2. Ibu mengatakan ingin
S
: 36,5°C
kontrol ulang post
N
: 80x/menit
partum.
Rr : 22x/menit
3. Ibu mengatakan ingin
memakai alat
Dalam batas normal
kontrasepsi setelah
Abdomen:
melahirkan.
TFU
4. Ibu mengatakan darah
kontraksi
-
x/menit, S : 36,5°C, N : 80x/menit, RR :
uterus
22x/menit serta tidak ada kelainan ataupun
4. Antisipasi Masalah
teraba,
baik,
hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 110/70
-
tidak
didapatkan
2. Masalah
3. Diagnosa Potensial
2. Pemeriksaan Fisik:
baik,
tanda bahaya.
15.48
2. Memberitahu
ibu
dan
suami
mengenai
persiapan pemilihan kontrasepsi yang akan
dipakai dan dianjurkan untuk memakai alat
kontrasepesi
yang menjarangkan
tingkat
yang keluar sudah
kandung kemih kosong.
kehamilan dalam jangka waktu yang lama
berhenti.
Genetalia : kotor, PPV :
seperti implant, IUD, KB suntik ataupun
5. Ibu mengatakan
lochea alba (putih) bau
metode MOP.
payudara terasa
tidak amis, luka jahitan
penuh dan ASI keluar
sudah kering.
Evaluasi : ibu sudah mengerti tentang
lancar.
6. Ibu mengatakan tidak
penjelasan.
15.55
3. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan
ada penyulit masa
ASI secara ekslusif dan on demand pada
nifas.
bayinya.
7. Ibu mengatakan
Evaluasi : ibu bersedia menyusui bayinya
eliminasi BAB sudah
normal 2x/hari,
secara ekslusif.
15.58
4. Menganjurkan
kepada
ibu
untuk
konsistensi lembek,
mengkonsumsi makanan bergizi karena ibu
BAK 5x/hari,
menyusui
konsistensi cair, warna
nutrisi yang mencukupi.
kuning jernih.
Evaluasi
8. Ibu mengatakan sudah
:
Ibu
banyak
bersedia
asupan
mengkonsumsi
makanan yang bergizi untuk memperbanyak
mengerjakan aktivitas
sehari-hari sperti biasa
membutuhkan
ASI dan bayi terpenuhi nutrisinya.
16.05
5. Mengajarkan ibu teknik perawatan payudara
nya tanpa ada
untuk mengurangi rasa sakit pada payudara
keluhan.
dan memperlancar produksi ASI.
Evaluasi
:
ibu
paham
dan
bisa
mempraktekkan teknik perawatan payudara .
D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir I
1. Pengkajian yang ke 1
Tanggal
: 15 November 2015
Jam
: 10.30 WIB
Tabel 3.15 : Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir I
S
1. Ibu mengatakan
bayinya anak ketiga.
O
1. Pemeriksaan Umum
A
1. Dx.Kebidanan
Jam
10.33
P
1. Memberitahu ibu dan keluarga
KU : baik
Bayi Ny.Eva susanti
bahwa
Kesadaran : CM
umur
bayinya saat ini dalam keadaan
bayinya lahir pada
TTV :
fisiologis.
tanggal 15 November
S
: 37,2°C
2015 pada pukul 09.30
N
: 138x/menit
WIB.
Rr : 46x/menit
2. Ibu mengatakan
3. Ibu mengatakan
BB Lahir : 3300 gram
bayinya berjenis
Panjang : 51 cm
kelamin laki-laki.
LD
: 31 cm
LK
: 33 cm
LILA
: 10,5 cm
4. Ibu mengatakan sudah
BAK dan belum BAB.
5. Ibu mengatakan
bayinya belum mau
menyusu.
6. Ibu mengatakan
1
jam
hasil
pemeriksaan
baik dan tidak ditemukan adanya
2. Masalah
kelainan
abnormal,
hasil
-
penimbangan BB : 3300 gram,
3. Diagnosa Potensial
PB : 51 cm, LD : 31 cm, LK : 33
-
cm, LILA : 10,5 cm.
4. Antisipasi Masalah
Evaluasi : ibu mengerti dan
-
merasa senang kondisi bayinya
sehat.
10.38
2. Memberikan bayi injeksi vit.K 0,1
Jenis kelamin : laki-laki
ml pada paha kiri bayi untuk
Tidak ada tanda ikterus
mencegah
perdarahan
pada
2. APGAR SCORE : 8,9 ,10
selaput otak bayi.
3. Gerakan bayi aktif, reflek menghisap
Evaluasi : injeksi vit.K sudah
bayinya menangis
kuat, bayi tidak mengalami gangguan
kuat, geraknya aktif.
pernafasan dan tidak ikterus.
diberikan.
10.42
4. Pemeriksaan Fisik:
salep
mata
tetrasiklin 1% pada mata kanan
a. Kepala
dan kiri bayi untuk pencegahan
Simetris, tidak ada molase, tidak
infeksi.
ada penonjolan atau daerah yang
Evaluasi : salep mata sudah
mencekung.
diberikan.
b. Muka
c.
3. Memberikan
10.45
4. Mempertahankan suhu bayi agar
Kulit kemerahan, tidak pucat, tidak
tetap
terjaga
kehangatannya
terdapat bintik-bintik atau tanda-
dengan cara :
tanda kekuningan.
a. Menutup bagian kepala bayi.
Mata
b. Menganjurkan
ibu
utnuk
Simetris, kelopak mata membuka
tetap memeluk bayinya dan
dan menutup bersamaan, tidak
menyusui
ada tanda infeksi, mata terbentuk
teratur.
sempurna, tidak ada strabismus.
d. Telinga
secara
Menunda memandikan bayi
setidaknya 6 jam pertama
Telinga terdapat 2, simetris, tulang
rawan
terbentuk
terdapat
lubang
telinga
terdapat
sekret,
daun
normal.
c.
bayinya
sempurna,
setelah bayi lahir.
d. Memakaikan bayi pakaian
tidak
hangat dan usahakan bayi
telinga
tidak terpapar udara secara
langsung.
e. Hidung
f.
Evaluasi
:ibu
Simetris, tidak ada kelainan, bayi
pencegahan
bernafas teratur.
bayi.
Mulut
10.50
mengerti
hipotermi
cara
pada
5. Memberikan ASI secara ekslusif
Bibir dan palatum normal, tidak
dan sesuai keinginan bayi.
ada sumbing, reflek menghisap
Evaluasi : ibu bersedia menyusui
(+), tidak ada nafas cuping hidung.
secara on demand.
g. Leher
11.00
6. Melakukan dan mengajari ibu
Tidak ada pembengkakan dan
cara perawatan tali pusat.
gumpalan.
Evaluasi
h. Dada
ibu
paham
cara
melakukan perawatan tali pusat.
Bentuk
simetris,
pembengkakan,
tidak
terdapat
ada
puting
susu, tidak ada kelainan bunyi
nafas dan jantung.
i.
Bahu lengan dan tangan normal.
j.
Sistem saraf : reflek morro (+).
k.
Perut
Bentuk
simetris,
tidak
ada
penonjolan pada tali pusat pada
saat
:
menangis,
tidak
terdapat
infeksi pada tali pusat, tidak ada
benjolan pada perut.
l.
Genetalia
Bayi laki-laki penis dan skrotum
terbentuk
sempurna,
terdapat
lubang pada ujung penis.
m. Tungkai dan kaki
Tampak normal, gerakan normal,
jumlah jari-jari lengkap.
n. Kulit
Bersih, terdapat vernik caseosa,
kulit
dan
bibir
kemerahan,
tidak
berwarna
ada
pembengkakan atau bercak hitam,
tidak ada tanda lahir.
5. Pemeriksaan Reflek
a. Reflek morro : (+)
b. Reflek rooting : (+)
c.
Reflek grapsing : (+)
d. Reflek sucking : (+)
e. Reflek tonick neck : (+)
2. Pengkajian II
Tanggal
: 15 November 2015
Jam
: 15.30 WIB
Tabel 3.16 : Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir II
S
1. Ibu mengatakan
O
A
1. Pemeriksaan Umum
Jam
1. Dx.Kebidanan
15.33
P
1. Menginformasikan pada ibu dan keluarga bahwa
bayinya berumur 6
KU : baik
Bayi Ny.Eva susanti
keadaan umum bayinya saat ini dalam keadaan
jam postpartum.
Kesadaran : CM
umur
baik, tidak ada tanda-tanda infeksi ataupun
TTV :
fisiologis.
2. Ibu mengatakan
6
jam
bayinya bergerak
S
: 37 °C
aktif, reflek
N
: 140x/menit
menghisap baik,
Rr : 47x/menit
3. Diagnosa Potensial
tidak ada gangguan
BB : 3300 gram
-
pernafasan, bayi
PB : 51 cm
4. Antisipasi Masalah
tidak ikterus.
LD : 31 cm
-
3. Ibu mengatakan
LK : 33 cm
kelainan.
2. Diagnosis Masalah
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengetahui
-
keadaan bayinya.
15.35
2. Menganjurkan
ibu
untuk
tetap
menjaga
kehangatan tubuh bayi.
Evaluasi : Ibu dan keluarga bersedia untuk
menjaga kehangatan tubuh bayi.
15.37
3. Menganjurkan
ibu
untuk
memberikan
ASI
bayinya sudah BAB
Lila : 10,5 cm
secara ekslusif.
1x dan sudah BAK.
Tidak ada tanda ikterus.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk memberikan ASI
Tali pusat kering dan tidak
secara ekslusif.
4. Ibu mengatakan ASI
keluar belum lancar.
ada
tanda-tanda
infeksi
atau perdarahan tali pusat.
15.40
4. Menginformasikan
ibu
dan
keluarga
untuk
melakukan pencegahan infeksi dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak
2. Pemeriksaan Fisik:
langsung dengan bayinya dan tetap menjaga
Dalam batas normal.
kehangatan bayinya.
3. Reflek neurologis
f.
Evaluasi : Ibu dan keluarga bersedia untuk
Reflek morro : (+)
melakukan pencegahan infeksi sebelum kontak
g. Reflek rooting : (+)
h. Reflek grapsing : (+)
i.
dengan bayi.
15.46
Reflek sucking : (+)
5. Memberitahu ibu cara perawatan tali pusat yang
benar yaitu dengan cara :
a. Reflek tonick neck :
a. Mencuci tangan sebelum membersihkan tali
(+)
pusat.
b. Mengganti tali pusat dengan kassa kering
dan sterill tanpa betadine, alkohol dan
memberi rempah-rempah seperti ramuan
jawa.
c.
Mencuci tali pusat dengan sabun.
Evaluasi
:
Ibu
sudah
mengetahui
cara
perawatan tali pusat.
15.48
6. Menginformasikan
pada
ibu
dan
keluarga
tentang tanda bahaya bayi baru lahir yaitu
demam, tali pusat berbau, kejang, warna kulit
kekuningan.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tanda bahaya
bayi baru lahir.
15.50
7. Memandikan bayi dan mengajarkan ibu cara
memandikan bayi yang benar.
Evaluasi
:
ibu
paham
penjelasan
cara
memandikan bayi yang benar.
16.05
8. Memberikan Imunisasi HB0 0,5 mg pada paha
bagian kanan secara IM
Evaluasi : sudah diberikan.
16.10
9. Membuat
kesepakatan
kunjungan
ulang
1
minggu lagi atau tanggal 20 November 2015.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan kunjungan
ulang 1 minggu lagi.
3. Pengkajian yang ke III
Tanggal
: 20 November 2015
Jam
: 09.00 WIB
Tabel 3.17 : Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir III
S
1. Ibu mengatakan bayi
O
1. KU : baik
A
1. Dx.Kebidanan
Jam
09.05
P
1. Memberitahu ibu dan keluarga kondisi bayi
Ny.Eva susanti
Kesadaran : CM
Bayi Ny.Eva susanti
dalam keadaan sehat, keadaan umum baik,
berumur 6 hari.
TTV :
umur 6 hari fisiologis.
BB 3100 gram, tidak ada tanda-tanda
2. Ibu mengatakan
S
: 36,8°C
bayinya menyusu kuat,
N
: 104x/menit
reflek menghisap baik,
Rr : 40x/menit
gerak aktif, tidak
BB sekarang : 3100
mengalami gangguan
gram
pernafasan, bayi tidak
ikterus.
3. Ibu mengatakan bayi
2. Pemeriksaan Fisik:
2. Masalah
kelainan, kondisi bayi sehat.
-
Evaluasi : ibu senang hasil pemeriksaan
3. Diagnosa Potensial
-
kondisi bayinya sehat.
09.10
4. Antisipasi Masalah
2. Menginformasikan
kembali
untuk
tetap
menyusui secara on demand dan pentingnya
-
memberikan ASI ekslusif pada bayi.
Dalam batas normal.
Evaluasi : ibu bersedia untuk memberikan asi
3. Tali pusat sudah
secara ekslusif.
BAB 3-4 kali dalam
terlepas, tidak ada
sehari.
tanda infeksi/
perawatan bayi sehari-hari dan tanda bahay
perdarahan tali pusat.
pada bayi baru lahir.
4. Ibu mengatakan
bayinya BAK >8 kali
sehari.
5. Ibu mengatakan
4. Bayi menyusu kuat,
09.30
3. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai
Evaluasi : ibu memahami dan mampu
reflek menghisap baik,
mengulang kembali jawaban yang sudah
gerakan aktif, tidak ada
ditanyakan tentang perawatan bayi sehari-
gerakan bayi aktif, tali
gangguan pernafasan
pusat sudah lepas dan
dan ikterus.
hari dan tanda bahaya pada bayi baru lahir.
09.35
4. Menyarankan untuk tetap membawa bayinya
tidak ada tanda
keposyandu untuk penimbangan rutin dan
bahaya atau kelainan
pemberian imunisasi.
yang terjadi pada
Evaluasi : ibu bersedia membawa bayinya ke
bayinya.
posyandu rutin.
09.40
5. Membuat kesepakatan dengan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang 4 minggu lagi
atau pada tanggal 13 Desember 2015.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan kunjungan
ulang pada tanggal yang sudah ditentukan.
4. Pengkajian yang ke IV
Tanggal/Jam : 13 Desember 2015/09.00 WIB
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tabel 3.18 : Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir IV
S
1. Ibu
O
mengatakan
bayinya
berusia
28
hari
2. Ibu
mengatakan
bayinya
menyusu
pada ibunya dengan
kuat
(minum
banyak),
ASI
1. Keadaan
umum
bayi
Jam
P
1. Diagnosa kebidanan
09.05
1. Mengingatkan kembali pada ibu pentingnya ASI
baik, BB: 3600 gram,
Bayi Ny. Eva Susanti
ekslusif serta perawatan bayi sehari-hari dan tanda
respirasi 52x/menit, suhu
Bayi baru lahir umur
bahaya pada bayi ( satpel terlampir). Evaluasi : Ibu
28 hari fisiologis.
memahami dan mampu mengulang kembali untuk
0
37 C, denyut nadi 142
x/meni
2. Masalah
2. Tidak ada tanda-tanda
infeksi
dan tidak
ada
reflek
kelainan abnormal.
menghisap
baik,
3. Bayi menyusui dengan
gerakan
tidak
kuat, reflek menghisap
aktif,
A
mengulangi tentang perawatan bayi serhari-hari
-
3. Diagnosa potensial
dirumah.
09.10
-
2. Memberikan imunisasi BCG 0,05 mg diberikan
pada lengan bagian kanan secara IC dan
4. Antisipasi segera
memberikan imunisasi polio 1 sebanyak 2 tetes
-
Evaluasi : Sudah diberikan imunisasi BCG dan
mengalami gangguan
baik, gerakan aktif, tidak
pernapasan, bayi tidak
mengalami gangguan
ikterus
pernapasan dan tidak
tempat imunisasi BCG dengan menggunakan kain
ikterus.
ataupun kassa, bagian lengan yang disuntik akan
3. Ibu
mengatakan
polio 1.
09.12
3. Memberitahu ibu untuk tidak mengusap bagian
bayinya BAB 3-4 x
sedikit
bengkak
dan
mengeluarkan
dalam sehari.
menandakan imunisasi berhasil.
cairan
S
4. Ibu
O
A
Jam
mengatakan
bayinya
sering
Evaluasi : Ibu sudah mengerti
09.15
kencing > 8 kali sehari
5. Ibu
mengatakan
pusatnya
sudah
terlepas
serta
tidak
ada
tanda-tanda
4. Memberitahu ibu bayi akan sedikit rewel efek
samping dari imunisasi dan biarkan bayi menyusu
secara on demand.
gerakan bayinya aktif
tali
P
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dengan penjelasan.
09.20
5. Menyarankan ibu untuk tetap membawa bayinya
ke posyandu untuk imunisasi dan mendapatkan
informasi
tentang
pertumbuhan
dan
bahaya/kelainan yang
perkembangan bayinya.
terjadi pada bayinya.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
E. Asuhan Kebidanan KB
1. Pengkajian I
Tanggal/jam
: 26 Desember 2015 / 16.10 WIB
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tabel 3.19 : Asuhan Kebidanan KB I
S
1. Ibu mengatakan
bernama Ny. Eva
Susanti umur 38
tahun.
2. Ibu mengatakan
melahirkan anak
ketiga, belum pernah
keguguran.
3. Ibu mengatakan
melahirkan secara
normal, tanpa
menggunakan alat
ataupun obat untuk
proses persalinan.
4. Ibu mengatakan
melahirkan tiga kali
belum pernah
keguguan pada
tanggal 15 November
2015 pukul 06.30
WIB.
5. Ibu mengatakan
belum pernah
melakukan
O
1. Pemeriksaan umum :
a) KU : baik
b) Kesadaran : composmetis
c) Keadaan Emosional : stabil
2. Pemeriksaan TTV :
a) TD
: 110/70 mmHg
b) Nadi
: 80x / menit
c) Respirasi : 22 x /menit
d) Suhu
: 36,5C
3. Pemeriksaan fisik :
a) Mata
:Konjungtiva
tidak
pucat, sclera tidak ikterus
b) Payudara : Bersih, puting
susu menonjol Tidak ada
bendungan
ASI
dan
pengeluaran ASI (+/+)
c) Abdomen : TFU tidak teraba
d) Genetalia : Tidak ada tanda
infeksi, luka jahitan sudah
kering, tidak teraba benang
IUD.
e) Ekstremitas atas : tidak
teraba batang implan pada
lengan.
A
1. Dx. Kebidanan
Jam
16.15
P
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
kondisinya bahwa hasil pemeriksaan tandatanda vitalnya sebagai berikut :
TD : 110/70 mmHg, Nadi: 80x / menit,
Respirasi : 22 x /menit, Suhu : 36,5C.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan
yang di berikan.
16.23
2. Menginformasikan kepada ibu dan suami
tentang metode atau jenis-jenis KB,
manfaat dan efek samping dengan
menggunakan
lembar
balik
(satpel
terlampir) ibu memahami informasi dan
akan mendiskusikan alat kontrasepsi yang
akan digunakan.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang
penjelasan.
16.30
3. Membuat kesepakatan dengan ibu untuk
berkunjung
kembali
pada
tanggal
29Desember 2015.
Evaluasi : ibu bersedia datang sesuai
tanggal yang sudah disepakati.
Ny. Eva Susanti
umur 38 tahun
P3A0
Calon
akseptor
KB
baru.
2. Masalah
3. Antisipasi segera
-
S
hubunganseksual
sejak melahirkan.
6. Ibu mengatakan
sebelumnya
menggunakan alat
kontrasepsi implan.
7. Ibu ingin
mendapatkan
informasi tentang alat
kontrasepsi setelah
melahirkan.
8. Ibu belum
mendapatkan
menstruasi setelah
melahirkan.
O
A
Jam
P
2. Pengkajian yang ke II
Tanggal/Jam : 29 Desember 2015 / 08.00 WIB
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tabel 3.20 : Asuhan Kebidanan KB II
S
O
A
1) Ibumengatakan sampai saat
ini belum menstruasi dan
belum pernah berhubungan
seksual dengan suami.
2) Ibu mengatkan ingin
menggunakan kb suntik 3
bulan dengan persetujuan
suami.
1) Pemeriksaan umum :
a) Keadaan umum : baik
b) Kesadaran
:
composmentis
c) Keadaan Emosional:
stabil
2) TTV :
a) Tekanan darah : 120/80
mmHg
b) Nadi
: 81 x / menit
c) Respirasi : 21 x /menit
d) Suhu
: 36,2C
3. Pemeriksaajn fisik :
1. Dx. Kebidanan
Ny. Eva Susanti
umur 38 tahun
P3A0 akseptor KB
suntik 3 bulan.
2. Masalah
3. Antisipasi segera
-
a) Mata : Konjungtiva tidak
pucat,
sclera
tidak
icterus.
b) Payudara : Bersih,puting
susu menonjol Tidak
ada bendungan ASI dan
pengeluaran ASI (+/+).
c) Abdomen: TFU tidak
teraba.
d) Genetalia
: Tidak
ada tanda infeksi,luka
Jam
08.00
08.10
08.12
08.15
P
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan
bahwa keadaan ibu baik. Ibu
diperbolehkan untuk memakai kb suntik
3 bulan.
Evaluasi : Ibu senang dengan hasil
pemeriksaan
2) Menginformasikan kembali secara
khusus mengenai KB yang dinginkan
( satpel terlampir ).
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dengan
penjelasan.
3) Memberitahukan pada ibu bahwa ibu
akan segera di suntik depo provera/kb
suntik 3 bulan.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti
4) Persiapan :
a. Persiapan alat-alat
- Obat yang akan disuntikkan (depo
provera, cylofem)
- Spuit suntik dan jarumnya
- Alcohol 60-90 % dan kapas
b. Persiapan petugas
- Cuci tangan dengan sabun dan bilas
dengan air mengalir. Keringkan
dengan handuk atau didinginkan.
S
O
jahitan sudah kering,
tidak teraba benang
IUD.
e) Ekstremitas atas : tidak
teraba batang implant
pada lengan.
A
Jam
P
- Buka dan buang tutup kaleng pada
vial yang menutupi karet. Hapus
karet yang ada dibagian atas vial
dengan kapas yang telah dibasahi
dengan alcohol. Biarkan kering (pada
depo provera/cycloferm)
- Bila menggunakan jarum dan spuit
suntik sekali pakai, segera buka
plastiknya.
- Pasang jarum pada spuit suntik
dengan memasukkan jarum pada
mulut spuit penghubung.
- Balikkan vial dengan mulut vial ke
bawah. Masukkan cairan suntik
dalam spuit. Gunakan jarum yang
sama untuk menghisap kontrasepsi
suntik dan menyuntikkan pada klien.
c. Persiapan daerah suntikan
- Bersihkan kulit yang akan disuntik
dengan kapas alcohol yang dibasahi
alcohol
- Biarkan kulit tersebut kering sebelum
dapat disuntik.
d. Tehnik penyuntikan
- Kocok botol dengan baik, hindarkan
terjadinya gelembung udara pada
obat. Keluarkan isinya.
- Jam 10.05 ibu sudah disuntikkan
depo provera secara intramuscular
dalam didaerah pantat (daerah
gluteal) dan dianjurkan ibu tidak
memijat daerah suntikan.
S
O
A
Jam
08.20
P
- Jangan masukkan kembali, dan
jangan membengkokkan atau
mematahkannya. Buang jarum dan
spuit dalam kotak /tempat tahan
robekan/tusukan/tembus.
- Membuang spuit pada tempat yang
telah disediakan
Evaluasi :Sudah dilakukan
penyuntikan Kb suntik 3 bulan
5) Menjadwalkan suntikan ulang 3 bulan
lagi atau tanggal 22 Maret 2016
Evaluasi : Ibu bersedia untuk melakukan
penyuntikan ulang 3 bulan kemudian.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan langkah terakhir dari suatu pengamatan yang
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kesenjangan antara teori yang ada
pada BAB II dengan gambaran kasus nyata lapangan yang tertuang pada BAB III
serta alasan-alasan mengapa kesenjangan tersebut terjadi. Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan dituangkan dalam bentuk SOAP, yang berpedoman pada
pola pikir Manajemen Kebidanan Varney.
A. Kehamilan
1. Data Subjektif
Pengkajian pertama diperoleh data tentang pernyataan mengenaiNy.
Eva Susanti berumur 38 tahun, hamil ketiga melahirkan dua kali belum
pernah keguguran, HPHT 15-02-2015, HPL 23-11-2015, kunjungan ANC
selama hamil sebanyak 8x, 3 kali TMI, 2 kali TMII, 3 kali TMIII. Ny. Eva
Susanti tidak mempunyai riwayat penyakit apapun seperti jantung, ginjal,
TBC, malaria, DM, asma, HIV/AIDS. Ny. Eva Susanti mengkonsumsi obat
dari bidan yaitu tablet Fe setiap hari dengan dosis 60mg atau 1 tablet
setiap hari dan ibu sudah mendapatkan imunisasi TT yang ke 5 pada
tanggal 6 April 2015, dengan BB sebelum hamil 51 kg, BB sekarang 60
kg, kenaikan BB pada TM 1 sebanyak 4 kg, TMII sebanyak 5 kg, TMIII
tidak mengalami kenaikan, total kenaikan BB ibu 9 kg.Ny. Eva Susanti
merasakan nyeri pada punggung sejak 1 minggu yang lalu dan belum
mengetahui bagaimana cara menghilangkan keluhan sakit punggung
yang dialaminya. Pengkajian kedua didapatkan hasil pernyataan keluhan
sakit punggung sudah hilang dan tidak ada keluhan lagi, tetapi pada TMIII
Ny. Eva Susanti mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari
berat badan sebelumnya, sehingga berat badan sekarang 59 kg.
Pemberian imunisasi TT yang ke 5 dilakukan pada tanggal 6 April
2015, dimana jarak pemberian imunisasi TT ke 4 dengan TT ke 5 berjarak
7 tahun. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009), yang
menyatakan bahwa imunisasi TT ke 4 dengan TT ke 5 berjarak 1 tahun
dengan masa perlindungan 10 tahun, tetapi dilahan imunisasi diberikan
dengan jarak 7 tahun dari TT ke 4, namun masih tetap pada masa
perlindungan yaitu 10 tahun, sehingga tetap diberikan imunisasi TT ke 5.
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dilahan diberikan sebanyak 90
tablet selama kehamilan, dimana dosis perhari 1 tablet, ibu meminum
dengan menggunakan air putih dan diminum pada malam hari, tetapi ibu
mengatakan mual setelah minum tablet Fe. Hal tersebut sesuai dengan
teori (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa pemberian tablet Fe
diberikan minimal 90 tablet selama kehamilan, dosis tablet Fe 60 mg dan
diminum 1 tablet per hari, waktu meminum tablet Fe sebaiknya pada
malam hari menjelang tidur, untuk mengurangi efek mual dari tablet Fe.
Cara meminum tablet Fe dengan menggunakan air putih atau air jeruk
untuk menghilangkan bau amis, tidak boleh menggunakan air kopi, air
susu, ataupun air teh karena dapat menghambat penyerapan zat besi.
Efek samping dari mengkonsumsi tablet Fe yaitu konstipasi/susah BAB,
mual, tinja berwarna coklat kehitaman sehingga efek yang dialami ibu
masih normal karena mual merupakan efek samping dari mengkonsumsi
tablet Fe, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
Kenaikan berat badan selama kehamilan sebanyak 9 kg, dimana
kenaikan pada TM I sebanyak 4 kg, TM II sebanyak 5 kg, TM III tidak
mengalami kenaikan berat badan. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori
menurut (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa kenaikan berat
badan ibu hamil normalnya 12-15 kg selama kehamilan dimana pada Ny.
Eva Susanti kenaikan berat badan hanya 9 kg selama hamil, hal tersebut
dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari Ny. Eva Susanti yang bekerja
sebagai karyawan dan tidak diimbangi dengan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan ibu hamil. Pola makan Ny. Eva Susanti pada trimester III
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan trimester II, tetapi
aktivitas yang dilakukan lebih banyak jika dibandingkan dengan
sebelumnya, sehingga ibu mengalami penurunan berat badan.
Ibu mengalami keluhan pegel-pegel pada bagian punggung sejak 1
minggu yang lalu dan diberikan asuhan mengenai posisi yang benar pada
ibu hamil dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama hamil atau teknik
body mekanik. Hal tersebut sesuai dengan teori (Kurnia, 2009), yang
menyatakan ketidaknyamanan pada bagian tulang belakang (punggung –
pinggang) karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan
yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan
kearah pada tulang belakang, selain itu juga posisi yang salah yang
dilakukan ibu selama hamil, untuk mengatasi keluhan tersebut dilakukan
body mekanik.
Pemeriksaan yang dilakukan dilahan mengenai standar pelayanan
kebidanan meliputi timbang berat badan, ukur TFU, pemeriksaan tekanan
darah, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemeriksaan
Hb,temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009), menyatakan bahwa standar
peayanan kebidanan yaitu 14 ”T” meliputi : timbang berat badan, ukur
tinggi fundus uteri, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT,
pemeriksaan Hb, pemberian tablet Fe, perawatan payudara, pemeriksaan
protein urine, pemeriksaan urine reduksi (pemeriksaan kadar glukosa),
senam hamil, pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak yodium,
lakukan tes penyakit menular seksual, temu wicara dalam rangka
persiapan rujukan. Hasil evaluasi didapatkan kesenjangan antara teori
dan praktek, dimana dilahan tidak dilakukan pemeriksaan urine reduksi
dan protein urin dikarenakan tidak ada indikasi riwayat pre-eklampsi
ataupun adanya tanda-tanda per-eklampsi sebelumnya. Senam hamil
tidak dilakukan dilahan karena sebagian ibu hamil tidak mau mengikuti
senam hamil dengan alasan harus bekerja meskipun pada hari libur.
Pemeriksaan tes penyakit menular seksualtidak dilakukan karena
keterbatasan fasilitas dan biaya. Pemberian obat malaria dan kapsul
minyak yodium juga tidak diberikan dilahan karena daerah tempat tinggal
pasien tidak berada pada daerah endemik.
Asuhan yang dilakukan dilahan ditemukan masalah bahwa ibu hamil
berumur 38 tahun dan tergolong pada usia resiko terhadap umur yaitu
umur ≤ 16 tahun dan ≥ 35 tahun dimana keadaan tersebut dapat
membahayakan keselamatan ibu dan bayi. Hal tersebut sesuai dengan
teori menurut (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa ibu hamil
dengan usia ≥ 35 tahun mudah terjadi penyakit dan organ kandungan
yang menua, jalan lahir bertambah kaku, ada kemungkinan ibu
mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.
Bahaya yang terjadi antara lain hipertensi, pre-eklamsia, ketuban pecah
dini, persalinan tidak lancar atau macet, perdarahan setelah bayi lahir,
bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) <2500 gram, selain itu
usia ibu hamil ≥ 35 tahun dapat menyebabkan kelainan-kelainan seperti
mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik. Sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Data objektif
Pengkajian pertama diperoleh hasil pemeriksaan KU baik, kesadaran
composmentis, TD : 110/70 mmhg, N : 78 x/menit, S: 36,5°C, RR :
23x/menit, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan obstetri
UK 36 minggu2 hari diperoleh hasil TFU 3 jari diatas pusat, punggung kiri,
divergen. Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan Hb dengan
hasil 11 gr%.Pengkajian kedua diperoleh hasil pemeriksaan KU baik,
kesadaran composmentis, TD : 100/70 mmhg, N : 76 x/menit, S: 36,5°C,
RR : 20x/menit, pemeriksaan obstetri UK 37 minggu 5 hari diperoleh hasil
TFU 3 jari dibawah px, punggung kiri, divergen.
Hal tersebut tidak sesuai dengan praktek lahan dengan teori (Ari
Sulistyawati, 2009), menyatakan bahwa ukuran TFU sesuai dengan umur
kehamilan yaitu UK kurang dari 12 minggu TFU ballotment, UK 12
minggu TFU 1-2 jari diatas pusat, UK 16 minggu TFU pertengahan pusatsympisis, UK 24 minggu TFU setinggi pusat, UK 28 minggu TFU 3 jari
diatas pusat, UK 32 minggu TFU pertengahan pusat-px, UK 36 TFU
setinggi px, UK 40 minggu pertengahan pusat-px, sesuai dengan teori,
bagian terbawah janin divergen (sudah masuk panggul) sehingga terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek pada pemeriksaan pertama UK 36
minggu 2 hari TFU 3 jari diatas pusat dan pemeriksaan kedua UK 37
minggu 5 hari TFU 3 jari dibawah px. Tekanan darah ibu normal (kurang
dari 140/90 mmhg, sehingga tidak terjadi lonjakan pada tekanan darah),
sehingga pada pemeriksaan TFU ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dan praktek.
3. Assesment
Berdasarkan data yang sudah didapatkan dari hasil pengkajian
pertama padaNy. Eva Susanti bahwa diagnosa kebidanan pada ibu hamil
adalah Ny. Eva Susanti umur 38 tahun G3P2A0 hamil 36 minggu 2 hari
janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang, puki, preskep, divergen
dengan resti. Asuhan kedua didapatkan hasil diagnosa kebidanan Ny.
Eva Susanti umur 38 tahun G3P2A0 hamil 37 minggu 5 hari janin tunggal
hidup intra uteri, letak memanjang, puki, preskep, divergen dengan resti.
Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Ari Sulistyawati, 2009), yang
menyatakan bahwa diagnosa kebidanan pada ibu hamil adalah
Multigravida, umur . . .tahun, G. . . P . . . A . . . UK (≥ 28 minggu), janin
tunggal/ganda, hidup/mati dalam intra uterin, letak memanjang/melintang,
punggung kanan/kiri, presentasi kepala/bokong, divergen/konvergen
dengan resti, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan pada
diagnosa kebidanan.
Hasil pengkajian dilahan tidak ditemukan adanya masalah, baik pada
pengkajian yang pertama ataupun pengkajian yang kedua karena Ny. Eva
Susanti tidak ada keluhan. Hal tersebut sesuai dengan teori (Ari
Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa masalah didapatkan dari
hasil pengkajian, keluhan yang dirasakan oleh pasien dan pemeriksaan
kondisi kehamilan dan kesehatan pasien, sehingga tidak ditemukan
anaya kesenjangan antara teori dan praktek.
Pengkajian pada kehamilan yang dilakukan dilahan sebanyak dua kali
pengkajian dan tidak didapatkan diagnosa potensial karena dilahan tidak
ditemukan adanya suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial.
Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Ari Sulistyawati, 2009), yang
menyatakan bahwa diagnosa potensial muncul karena adanya suatu
tanda yang mengarah pada diagnosa potensial.
Antisipasi/tindakan segera dilahan tidak dilakukan karena tidak
ditemukan adanya masalah dan tidak muncul diagnosa potensial. Hal
tersebut sesuai dengan teori (Ari Sulistyawati, 2009), yang menyatakan
bahwa
antisipasi/tindakan
segera
harus
dipersiapkan
untuk
mengantisipasi adanya masalah dan diagnosa potensial yang muncul
berdasarkan keluhan dan pemeriksaan kondisi pasien.
4. Planning
Asuhan pada kunjungan pertama yang diberikan pada Ny. Eva Susanti
meliputi pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan kondisi kehamilan,
penjelasan mengenai ketidaknyamanan pada kehamilan trimester III
(keluhan pegel-pegel), pemberian penkes body mekanik. Asuhan kedua
meliputi pemeriksaan kondisi kehamilan, pemberian penkesmengenai
tanda bahaya pada kehamilan trimester III, konseling mengenai ibu hamil
dengan resti, pemberian terapi obat.
Asuhan yang diberikan pada Ny. Eva Susanti dengan keluhan sakit
punggung (pegel-pegel) diberikan konseling mengenai body mekanik dan
apa saja yang tidak boleh dilakukan pada ibu hamil trimester III. Hal
tersebut sesuai dengan teori menurut (Kurnia, 2009), yang menyatakan
bahwa asuhan untuk mengurangi keluhan pegel-pegel adalah body
mekanik yang berfungsi untuk mengurangi keluhan sakit punggung pada
ibu hamil yang disebabkan oleh meningkatnya beban berat dari bayi yang
ada dalam kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga
menyebabkan tekanan kearah tulang belakang. Macam-macam body
mekanik yaitu cara duduk yang benar, cara berdiri yang benar, cara
bangun dari tempat tidur yang benar, cara mengambil barang yang benar,
cara jongkok yang benar, dan hal-hal yang tidak diperbolehkan untuk ibu
hamil yaitu berdiri terlalu lama, memakai sepatu ber hak tinggi, naik turun
tangga,
mengangkat beban
terlalu berat, sehingga
tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek.
Asuhan yang diberikan untuk mengantisipasi adanya resiko pada Ny.
Eva Susanti yaitu dengan menganjurkan Ny. Eva Susanti melakukan
pemeriksaan rutin, menganjurkan mengkonsumsi vitamin yang sudah
diberikan, makan makanan bergizi, menganjurkan untuk tidak bekerja
keras, istirahat cukup, olahraga kecil, periksa segera ke tenaga
kesehatan jika ada keluahan. Hal tersebut sesuai dengan teori
(Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa ibu hamil dengan usia ≥ 35
tahun mampu melahirkan bayi sehat dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan ibu dan bayi secara rutin terutama pada awal kehamilan,
konsumsi vitamin untuk ibu hamil seperti asam folat pada 3 bulan
pertama, menjaga berat badan agar tetap normal ( 11-15 kg untuk ibu
hamil dengan berat badan normal, 6-11 kg untuk ibu hamil dengan berat
badan lebih), menerapkan pola makan sehat berimbang, berolahraga
secara
teratur
(jalan-jalan
atau
jogging,
hindari
olahraga
yang
mengharuskan tidur terlentang karena dapat menekan aliran darah),
menghentikan kebiasaan yang dapat membahayakan janin (merokok,
minum alkohol, minuman berkafein), deteksi kelainan kromosom pada
bayi (melakukan tes-tes untuk mendeteksi kelainan kromosom pada bayi
dalam kandungan). Sehingga antara teori dan praktek dilahan tidak
ditemukan kesenjangan.
B. Persalinan
1. Kala I
a. Data subjektif
Ibu mengatakan bernama Ny. Eva Susanti umur 38 tahun,
HPHT ibu 15-02-2015, HPL 23-11-2015, ANC dibidan 8 kali, tidak
mempunyai riwayat penyakit apapun, imunisasi TT lengkap. Ny. Eva
Susantimerasakan sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah,
perut terasa kenceng-kenceng sejak pukul 05.40 WIB, keluar lendir
dari jalan lahir, kontraksi uterus sering dan teratur (1x10’20’’). Hal
tersebut sesuai dengan teori (Sarwono, 2007), yang menyatakan
bahwa tanda-tanda persalinan meliputi turunnya kepala masuk pada
PAP dan sering ingin kencing karena kandung kencing tertekan
kepala janin, perut lebih melebar karena fundus uteri turun, terjadi
perasaan sakit didaerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim
dan tertekannya fleksus frankenhuser yang terletak disekitar serviks,
terjadi pengeluaran lendir, terjadi perlunakan serviks karena terdapat
kontraksi otot rahim, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktek.
b. Data objektif
Hasil pemeriksaan KU baik, kesadaran composmentis. TTV
pada jam 06.45 WIB normal, yaitu TD : 130/80 mmhg, S : 37,5°C, N :
85 x/menit, RR : 21 x/menit, pemeriksaan fisik dalam batas normal,
pemerikaan obstetri didapatkan hasil TFU 3 jari dibawah px, teraba
bokong, punggung kiri, bagian terbawah kepala, letak memanjang,
keadaan janin normal, DJJ 148x/menit, HIS 2x10’20’’. Pemeriksaan
dalam dilakukan dengan hasil pembukaan serviks 1 cm, kulit ketuban
masih utuh, kandung kemih kosong, portio lunak, vagina elastis.Hal
tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2007), yang
menyatakan bahwa ukuran TFU ibu hamil pada umur kehamilan 38
minggu 3 hari adalah 3 jari dibawah px, DJJ normal pada bayi yaitu
120-160x/menit, presentasi kepala, letak janin memanjang, kontraksi
uterus semakin lama semakin sering, kepala janin sudah masuk
panggul, sudah ada pembukaan serviks, keluar lendir/cairan dari
jalan lahir, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktek.
c. Assesment
Asuhan pada pengkajian yang didapat dapat dirumuskan
menjadi diagnosa kebidanan yaitu Ny. Eva Susanti umur 38 tahun
G3P2A0 hamil 38 minggu 3 hari janin tunggal hidup intra uterin, letak
memanjang, puki, presentasi kepala, divergen, inpartu kala 1 fase
laten dengan resti. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut
(Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa diagnosa kebidanan
pada Ny. Eva Susanti adalah multigravida, G. . . P. . . A . . .UK (≥37
minggu), janin tunggal/ganda, hidup/mati dalam intra uterin, letak
memanjang/melintang,
punggung
kanan/kiri,
presentasi
kepala/bokong, divergen/konvergen, inpartu kala 1 fase laten/aktif
dengan
resti,
sehingga
didapatkan
hasil
bahwa
tidak
ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
Hasil pengkajian dan pemeriksaan dilahan didapatkan bahwa
pada pemeriksaan dalam didapatkan waktu untuk pembukaan
serviks 10 cm lebih cepat dari lama waktu yang seharusnya pada
kala 1 yaitu 2 jam 45 menit, sehingga didapatkan masalah yang
mengarah pada partus presipitatus. Hal tersebut sesuai dengan teori
menurut (Prawirohardjo, 2012), yang menyatakan bahwa lama
persalinan kala I primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan
pada multigravida berlangsung lebih cepat yaitu selama 8 jam,
sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
Pengkajian dilahan didapatkan masalah yaitu lama persalinan
kala I berlangsung lebih cepat yaitu 2 jam 45 menit, hal tersebut
sesuai
dengan
teori
menurut
(Prawirohardjo,
2012),
yang
menyatakan bahwa partus presipitatus berlangsung dalam waktu
kurang dari 8 jam, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek.
Hasil pengkajian dilahan dimana didapatkan masalah yaitu
partus presipitatus, sehingga didapatkan diagnosa potensial laserasi
perineum, ruptur uteri dan perdarahan. Hal tersebut sesuai dengan
teori menurut (Prawirohardjo, 2012) yang menyatakan bahwa
diagnosa potensial yang muncul dari partus presipitatus adalah ruptur
perineum, perdarahan dan laserasi perineum, sehingga tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
Antisipasi
masalah
yang
dilakukan
dilahan
yaitu
mempersiapkan perlengkapan heacting set, melakukan pemantauan
kontraksi uterus ibu, menilai adanya tanda-tanda perdarahan. Hal
tersebut sesuai dengan teori menurut (Wildan dan Hidayat, 2008),
yang menyatakan bahwa antisipasi tindakan yang harus dilakukan
untuk partus presipitatus adalah persiapan penanganan perdarahan,
pencegahan laserasi perineum seminimal mungkin, persiapan
heacting untuk mengantisipasi adanya robekan perineum dan
lakukan kolaborasi dengan dokter jika terjadi komplikasi dalam
proses persalinan seperti ruptur uteri, sehingga didapatkan hasil
bahwa asuhan yang diberikan sesuai dengan teori yang ada.
d. Planning
Asuhan yang diberikan dilahan yaitu melakukan pemeriksaan
dalam, mengukur tekanan darah, suhu dan denyut nadi, memberikan
asupan nutrisi pada ibu, mengajarkan tekhnik relaksasi untuk
mengurangi rasa nyeri saat his, menganjurkan ibu untuk jalan-jalan
dan memilih posisi yang nyaman supaya penurunan bagian terbawah
janin lebih cepat turun, menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB
dan BAK agar tidak mengganggu kontraksi, melakukan masase pada
punggung untuk membantu mengurangi rasa nyeri saat kontraksi,
menyiapkan
alat-alat
persiapan
persalinan
dan
melakukan
pengawasan kala I.Hal tersebut tidak sesuai dengan teori menurut
(Sulistyawati, 2010), asuhan yang diberikan untuk ibu bersalin pada
kala I dimana pada pemeriksaan VT dilakukan dalam setiap 4 jam
sekali, namun pada praktek lahan dilakukan VT pukul 09.10 dimana
belum ada 4 jam setelah VT pertama pukul 06.45 dikarenakan ibu
sudah tidak kuat untuk menahan sakit, dan his semakin lama
semakin bertambah yaitu 4x10’45’’, sehingga dilakukan VT dengan
hasil pembukaan serviks 7 cm, efficement 70%, presentasi kepala,
POD ubun-ubun kecil, tidak ada bagian yang menumbung,
penurunan kepala hodge III+, tidak ada molase, PPV lendir darah,
KK utuh, pada pukul 09.20 dilakukan pemeriksaan VT dikarenakan
kepala janin sudah terlihat didepan vulva, hasil VT pembukaan 10
cm, KK (-) dilakukan tindakan amniotomi, effacement 100%,
presentasi kepala, POD ubun-ubun kecil, tidak ada bagian yang
menumbung, penurunan kepala hodge III+, tidak ada molase, PPV
darah, his 5x10’45’’, DJJ 146x/menit, dan terlihat tanda gejala kala 2.
Pengkajian hasil pemantauan kala 1 yang dilakukan dilahan
praktek didapatkan hasil bahwa lama persalinan pada kala 1 adalah
2 jam 35 menit. Hal itu tidak sesuai dengan teori menurut
(Prawirohardjo,
2012),
Kala
I
yaitu
kala
pembukaan
yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Kala I pada primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan
pada multigravida berlangsung lebih cepat yaitu selama 8 jam,
sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Kala II
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan perutnya terasa semakin sakit, ingin
meneran seperti orang ingin BAB, terdapat tekanan pada anus,
kontraksi semakin kuat, vulva sudah membuka, perineum menonjol,
keluarnyanya lendir darah dari jalan lahir. Hal tersebut sesuai dengan
teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa proses
persalinan kala II dimulai dari pembukaan serviks 10 cm (lengkap)
sampai lahirnya bayi. Pada primigravida kala 2 berlangsung rata-rata
1,5 jam, pada multigravida rata-rata 0,5 jam yang ditandai dengan
adanya kontraksi yang frekuensi kontraksi semakin lama semakin
bertambah lama, adanya dorongan ingin meneran, vulva membuka,
tekanan pada anus, perineum menonjol, keluar darah dari jalan lahir.
b. Data objektif
Pemeriksaan umum didapatkan hasil pemeriksaan VT 10 cm,
effecement 100%, ketuban (-), teraba kepala, UUK didepan, kepala
turun hodge IV+, tidak teraba bagian kecil-kecil janin, DJJ (+),
frekuensi 146x/menit, his 5x10’45’’. Pemeriksaan fisik dalam batas
normal. Terlihat tanda-tanda persalinan seperti dorongan untuk
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka,
perdarahan ±50cc.Hal tersebut sesuai dengan teori menurut
(Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa data objektif yang
didapatkan pada kala II adalah pembukaan serviks lengkap (10cm),
kontraksi semakin sering dan kuat, adanya dorongan untuk meneran,
vulva membuka, tekanan pada anus, perineum menonjol, pada
pemeriksaan dalam didapatkan penipisan dinding rahim 100%,
penurunan hodge IV+, teraba UUK didepan, tidak ada bagian janin
yang menumbung, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek dilahan.
c. Assesment
Asuhan pada pengkajian pada Ny. Eva Susanti didapatkan
diagnosa kebidanan yaitu Ny. Eva Susanti umur 38 tahun G3P2A0
umur kehamilan 38 minggu 3 hari inpartu kala II dengan resti.Hal
tersebut sesuai dengan teori menurut (Ari Sulistyawati, 2009), yang
menyatakan bahwa diagnosa kebidanan pada Ny. Eva Susanti
adalahmultigravida, umur . . . tahun, G. . . P. . . A. . .UK(≥34 minggu),
inpartu kala II, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dengan praktek dilahan.
Asuhan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada data
objektif dilahan tidak ditemukan adanya masalah pada kala II. Hal
tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang
menyatakan bahwa proses persalinan kala II dimulai dari pembukaan
serviks 10 cm (lengkap) sampai lahirnya bayi. Pada primigravida kala
2 berlangsung rata-rata 1,5 jam, pada multigravida rata-rata 0,5 jam
yang ditandai dengan adanya kontraksi yang frekuensi kontraksi
semakin lama semakin sakit, adanya dorongan ingin meneran, vulva
membuka, tekanan pada anus, perineum menonjol, keluar darah dari
jalan lahir, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara
teroi dan praktek.
Asuhan yang diberikan dilahan tidak ditemukan adanya suatu
tanda yang mengarah pada diagnosa potensial. Hal tersebut sesuai
dengan teori menurut (Sarwono, 2012) yang menyatakan bahwa
diagnosa potensial muncul karena adanya suatu tanda yang
mengarah pada diagnosa potensial.
Antisipasi tindakan dilahan tidak dilakukan karena proses
persalinan pada kala II berlangsung spontan dan tidak ditemukan
adanya komplikasi. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Wildan
dan Hidayat, 2008), yang menyatakan bahwaantisipasi tindakan yang
harus dilakukan berdasarkan masalah dan komplikasi yang serta
pemeriksaan fisik dan obstetri pasien yang dianggap membahayakan
keselamatan ibu dan janin sehingga membutuhkan antisipasi
penanganan yang tepat agar komplikasi tersebut dapat teratasi,
sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teroi dan
praktek dilahan.
d. Planning
Asuhan yang diberikan pada Ny. Eva Susantipada persalinan
kala II adalah pemberitahuan kepada suami dan keluarga bahwa
pembukaan jalan lahir sudah lengkap, lihat adanya tanda-tanda
persalinan, ibu dianjurkan untuk mengejan jika ada kontraksi saja dan
bisa minum disela-sela tidak ada kontraksi, pada persiapan
persalinan (ibu, penolong, alat), melakukan episiotomi dengan alasan
menghindari
robekan
perineum
yang
tidak
teratur
sehingga
menyulitkan dalam proses heacting, melahirkan bayi, melakukan
penilaian bayi meliputi warna kulit, gerakan, tangisan, pernafasan,
suhu, denyut jantung, dan IMD, memotong tali pusat dengan gunting
steril, menjaga kehangatan bayi, menilai pernafasan bayi.Hal
tersebut sesuai menurut Sulistyawati (2010), asuhan yang diberikan
pada kala II meliputi : Memberikan dukungan terus menerus pada
ibu, memastikan kecukupan nutrisi ibu, mempertahankan kebersihan
diri, mempersiapkan kelahiran bayi, membimbing meneran pada saat
his, melakukan pemantauan keadaan ibu dan DJJ bayi secara terus
menerus,
melakukan
amniotomi,
melakukan
episiotomi
jika
diperlukan, melahirkan bayi, nilai tanda-tanda kehidupan bayi meliputi
tangisan, warna kulit, suhu, IMD, gerakan, denyut jantung bayi,
potong tali pusat dengan gunting steril, menjaga kehangatan bayi,
merangsang pernafasan bayi jika diperlukan.Asuhan yang diberikan
sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan praktek dilahan.
Pada kala II ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek
dimana pada waktu persalinan hanya berlangsung 10 menit dan dari
kala 1 sampai kala 2 berlangsung selama 2 jam 45 menit sehingga
didapatkan diagnosa partus presipitatus. Hal tersebut seusuai
dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa
partus presipitatus terjadi jika persalinan berlangsung kurang dari 3
jam dari kala 1 sampai kelahiran bayi, dimana banyak sekali faktor
dan resiko yang terjadi pada partus presipitatus. Faktor yang
mempengaruhi partus presipitatus adalah multigravida, kontraksi
uterus/rahim yanng terlalu kuat, penggunaan oksitosin, tahanan yang
rendah pada bagian jalan lahir. Akibat dari partus presipitatus adalah
adanya laserasi perineum yang tidak berarturan, terjadi perdarahan
karena kontraksi uterus sangat kuat sehingga tidak ada relaksasi
uterus, terjadi emboli air ketuban, pada bayi dapat terjadi trauma
lahir.
3. Kala III
a. Data Subjektif
Ny. Eva Susanti mengatakan plasenta belum lahir, bayi lahir
pukul 09.30, WIB, uterus terasa keras, perut mules, adanya darah
yang keluar. Hal ini sesuai dengan teori (Sarwono, 2012), yang
menyatakan bahwa tanda-tanda perlepasan plasenta adalah uterus
bertambah keras dan perut terasa mules, talipusat bertambah
panjang, adanya semburan darah dari jalan lahir. Hal itu sesuai
dengan teori yang ada sehingga tidak didapatkan kesenjangan
antara teori dan praktek.
b. Data Objektif
Pada pemeriksaan Ny. Eva Susanti didapatkan TD : 110/70
mmhg, N : 80x/menit, S : 37,4°C, RR : 22x/menit, pemeriksaan
obstetri pada abdomen didapat hasil TFU setinggi pusat, kontraksi
uterus baik, plasenta belum lahir, tidak ada perdarahan yang
abnormal, VU kosong. Pada genetalia terlihat tanda perlepasan
plasenta seperti tali pusat memanjang, uterus keras, keluar
semburan darah dari jalan lahir, perdarahan ±100cc.Hal tersebut
sesuai dengan teori (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa TFU
setinggi pusat, kontraksi uterus keras, perut terasa mules, adanya
semburan darah, tali pusat memanjang, VU kosong. Asuhan tersebut
sesuai dengan teori yang ada sehingga tidak terjadi kesenjangan
dengan teori yang ada.
c. Assesment
Ny. Eva Susanti umur 38 tahun G3P2A0 hamil 38 minggu 3
hari inpartu kala III dengan laserasi perineum. Hal tersebut sesuai
dengan teori menurut (Sarwono,2012), yang menyatakan bahwa
diagnosa kebidanan pada ibu bersalin adalah multigravida, G. . . P. .
.A. . . UK umur kehamilan (≥34 minggu), inpartu kala III dengan
laserasi perineum, sehingga didapatkan hasil bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek dilahan.
Pengkajian dilahan berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan obstetri pasien tidak ditemukan adanya masalah
pada kala III. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono,
2012), yang menyatakan bahwa tanda-tanda perlepasan plasenta
adalah uterus bertambah keras dan perut terasa mules, talipusat
bertambah panjang, adanya semburan darah dari jalan lahir, TFU
setinggi pusat, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dan praktek.
Pengkajian dilahan tidak ditemukan diagnosa potensial,
karena dilahan tidak ditemukan adanya suatu tanda yang mengarah
pada diagnosa potensial. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut
(Sarwono, 2007), yang menyatakan bahwa diagnosa potensial
muncul jika ada suatu masalah yang mengarah pada diagnosa
potensial, dalam hal ini sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dengan praktek dilahan.
Antisipasi tindakan segera tidak dilakukan dilahan karena
tidak ditemukan adanya masalah dan diagnosa potensial. Hal
tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang
menyatakan bahwa antisipasi tindakan dilakukan untuk mencegah
adanya komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi, dalam hal
ini sesuai dengan teori, sehingga tidak tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek.
d. Planning
Asuhan yang diberikan pada Ny. Eva Susanti adalah
menjelaskan penyebab mules yang dialami oleh ibu, melakukan
asuhan manajemen asuhan kala III meliputi palpasi abdomen untuk
memastikan janin tunggal, suntik oksitosin, melakukan PTT, lahirkan
plasenta, masase uterus selama 15 detik, periksa kelengkapan
plasenta,
periksa
adanya
perdarahan,
pastikan
uterus
tetap
berkontraksi. Hal tersebut sesuai dengan teori Sulistyawati (2010),
yang menyatakan bahwa asuhan yang diberikan pada kala III
meliputi managemen aktif kala III meliputi melakukan palpasi uterus
untuk
memastikan
tidak
adanya
bayi
lain
dalam
2
menit,
menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM, melakukan penegangan tali
pusat terkendali (PTT), setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta,
plasenta dilahirkan, setelah plasenta lahir lakukan masase uterus
selama 15 detik, kemudian potong tali pusat, dekatkan bayi dengan
ibunya, lakukan IMD segera mungkin kurang dari 30 menit.
4. Kala IV
a. Data Subjektif
Ny. Eva Susanti mengatakan perutnya masih terasa mules
dan nyeri pada bagian jalan lahir, bayi sudah lahir, plasenta lahir dan
keadaanya
sehat.Hal
tersebut
sesuai
dengan
teori
menurut
(Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa kala IV dimulai dari
plasenta lahir sampai dengan 2 jam post partum.
b. Data objektif
Pemeriksaan umum pada Ny. Eva Susanti dalam keadaan
normal, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan
obstetri didapatkan pemeriksaan abdomen TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik,kandung kemih kosong. Pemeriksaan genetalia
terdapat robekan perineum derajat 2, perdarahan ±250cc, ibu tampak
letih. Hal tersebut sesuai dengan teori (Sarwono, 2012), yang
menyatakan bahwa pemeriksaan objektif yang perlu dilakukan pada
kala IV adalah pemeriksaan TFU, pemeriksaan laserasi dan
perdarahan, pengawasan TTV, pemeriksaan kontraksi uterus,
kebutuhan
mobilisasi,
sehingga
asuhan
tersebut
tidak
ada
kesenjangan dengan teori yang ada.
c. Assesment
Ny. Eva Susanti umur 38 tahun P3A0 inpartu kala IV. Hal
tersebut
sesuai dengan
teori menurut
teori (Sarwono,2012),
mengenai diagnosa kebidanan yang menyatakan multipara umur. . .
tahun, P. . . A. . . inpartu kala IV, hal tersebut sesuai dengan teori
bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek dilahan.
Pengkajian dilahan tidak ditemukan adanya masalah pada
kala IVyang dilakukan pada saat pemeriksaan. Hal tersebut sesuai
dengan
teori
menurut
(Sarwono,
2012)
yang
menyatakan
bahwapemeriksaan yang dilakukan pada kala IV dimulai dari
pemeriksaan
TFU,
pengawasan
TTV,
pemeriksaan
pemeriksaan
laserasi
kontraksi
dan
uterus,
perdarahan,
kebutuhan
mobilisasi, dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga asuhan
tersebut tidak ada kesenjangan dengan teori yang ada.
Diagnosa potensial tidak ditemukan dilahan praktek karena
tidak ditemukan adanya suatu masalah yang mengarah pada
diagnose potensial. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut
(Sarwono, 2012) yang menyatakan bahwa diagnosa potensial
muncul jika ada satu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial,
dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek.
Antisipasi tindakan segera dilahan tidak dilakukan karena
tidak ada masalah dan diagnosa potensial yang harus membutuhkan
penanganan segera. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut
(Sarwono, 2007), yang menyatakan bahwa antisipasi penanganan
segera harus dilakukan apabila ada indikasi masalah yang mengarah
pada komplikasi yang membahayakan keselamatan ibu dan bayi,
dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek.
d. Planning
Asuhan yang dilakukan pada Ny. Eva Susanti meliputi
melakukan
heacting,
pemantauan
kontraksi,
pemantauan
pengeluaran darah (PPV), pemantauan TTV, pemeriksaan laserasi,
pemantauan kandung kemih, anjuran mobilisasi dini, menjelaskan
penyebab mules. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut
Sulistyawati (2010), asuhan yang diberikan pada kala IV meliputi
heacting perineum, pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran darah
dan TTV, melakukan pemeriksaan jalan lahir dan perineum,
memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya, mengajarkan ibu
cara memasase uterus agar uterus tetap berkontraksi, evaluasi darah
yang hilang, memantau pengeluaran lokhea, mempertahankan
kandung kemih tetap kosong, sehingga asuhan yang diberikan tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek.
C. Nifas
1. Data subjektif
Asuhanpada pengkajian pertama didapatkan ibu bernama Ny. Eva
Susanti berumur 38 tahun P3A0, melahirkan secara normal tanggal 15
November 2015 pukul 09.30 WIB jenis kelamin laki-laki, bersalin dibidan.
Lama persalinan ibu kala 1 adalah 2 jam 35 menit, kala 2 adalah 10
menit, kala 3 adalah 15 menit, kala 4 adalah 2 jam, total lama persalinan
adalah 5 jam, plasenta lahir lengkap, kotiledon lengkap, tidak ada bagian
yang tertinggal, selaput plasenta utuh. Bayi lahir spontan BB 3300 gram,
panjang 51 cm, LD 31 cm, LK 33 CM, LILA 10,5 cm, APGAR score
normal,Ny. Eva Susanti merasakan nyeri pada luka laserasi, perut masih
terasa mules, terdapat pengeluaran darah yang tidak terlalu banyak,
sudah BAK ke kamar mandi dengan didampingi suami dan belum BAB.
Ny. Eva Susanti belum mengetahui tahapan-tahapan mobilisasi dan
macam-macam tanda bahaya pada ibu nifas. Ny. Eva Susanti menyusui
bayinya setiap kali bayi menginginkan dan menyusui pada tiap payudara
secara bergantian tetapi ASI belum keluar. Ny. Eva Susanti ingin
mengetahui bagaimana cara membersihkan genetalia terutama pada luka
bekas jahitan.Pengkajian kedua Ny. Eva Susanti pengeluaran darah PPV
sudah sedikit lendir bercampur darah ±50 cc. Ny. Eva Susanti
mengatakan tidak mengalami kesulitan saat BAB dan BAK dan masih
merasakan nyeri pada luka laserasi. Ny. Eva Susanti mengatakan tidak
ada penyulit selama masa nifas.Pengkajian ketiga Ny. Eva Susanti
mengatakan putting susu lecet dan belum mengetahui cara menyusui
yang benar, darah yang keluar sudah sedikit, berupa flek ±10 cc.
Pengkajian keempat Ny. Eva Susanti mengatakan darah yang keluar
sudah berhenti, payudara terasa penuh, asi keluar lancar, tidak ada
penyulit masa nifas dan sudah mengerjakan aktivitas sehari-hari sperti
biasa nya tanpa ada keluhan. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut
(Sulistyawati, 2010), yang menyatakan bahwamasa nifas adalah masa
dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
setelah melahirkan dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Asuhan yang diberikan pada ibu nifas 6
jam post partum adalah nilai keadaan umum ibu, pengawasan tandatanda vital ibu post partum, pemeriksaan TFU, evaluasi lochea, pastikan
kandung kemih kosong, ajarkan ibu gerakan ambulasi, evaluasi eliminasi
dan personal hygine. Asuhan nifas yang dilakukan selama 2-6 hari
setelah melahirkan dan 2-6 minggu setelah melahirkan bertujuan untuk :
Memastika involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, ukuran
TFU sesuai dengan hari setelah persalinan, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau dan tanda infeksi, ibu sedang dalam proses
penyembuhan yang aman, Memastikan bahawa bayi sudah bisa
menyusui tanpa ada penyulit dan bertambah berat badanya, Memastikan
ibu mendapat cukup asupan nutrisi, Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi
atau
perdarahan
abnormal,
Memprakarsai
penggunaan
kontrasepsi, Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk kontrol (ke
rumah sakit/ rumah bersalin atau posyandu).
2. Data objektif
Pengkajian pertama pada Ny. Eva Susanti pemeriksaan TTV
didapatkan hasil TD 120/70 mmhg, S 36,5°C, N 80 x/menit, RR 20
x/menit. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan obstetri
didapatkan hasil pemeriksaan payudara bersih, puting menonjol, tidak
ada pengeluaran kolostrum pada payudara, tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, uterus keras, kandung kemih kosong. Pemeriksaan
genetalia terdapat laserasi, luka jahitan masih basah, lochea rubra,
jumlah
perdarahan
normal
±
80
cc,
tidak
ada
tanda-tanda
infeksi.Pengkajian kedua pemeriksaan TTV TD120/70 mmHg , S 36,7°C,
N 84x/menit, Rr 20x/menit, pemeriksaan fisik dalam batas normal,
pemeriksaan obstetri pada abdomen adalah TFU pertengahan pusat dan
syimpisis, lochea sanguinolenta, perdarahan ± 50 cc.Pengkajian ketiga
pemeriksaan TTV TD 110/70 mmHg, S 36,5°C, N 78x/menit, Rr
20x/menit, pemeriksaan Fisik dalam batas normal. Pemeriksaan obstetri
abdomen adalah TFU tidak teraba, uterus keras, kandung kemih kosong
Genetalia kotor, PPVlochea serosa (kekuningan) ±10 cc.Pengkajian
keempat pemeriksaan TTV TD 110/70 mmHg, S 36,5°C, N 80x/menit, Rr
22x/menit. Pemeriksaan Fisik dalam batas normal pemeriksaan obstetri
pada abdomen TFU tidak teraba, kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong. Genetalia kotor, PPV lochea alba (putih) bau tidak amis, luka
jahitan sudah kering.Hal tersebut sesuai dengan teori (Sulistyawati,
2010), pemeriksaan pada data objektif meliputi pemeriksaan TTV,
pemeriksaan TFU masa nifas (bayi lahir TFU setinggi pusat berat 100
gram, plasenta lahir TFU 2 jari dibawah pusat berat 750 gram, 1 minggu
TFU pertengahan sympisis berat 500 gram, 2 minggu TFU tidak teraba
berat 350 gram, 6 minggu semakin kecil TFU 50 gram), evaluasi
perdarahan dan luka laserasi, pemeriksaan kontraksi uterus, evaluasi
lokhea (lokhea rubra hari ke 1-2 berisi darah segar dan sisa-sisa selapit
ketuban, vernix, sel-sel desidua, lanugo, meconium, dan caseose. Lokhea
sanguinolenta hari ke 3-7 berwarna kuning yang terdiri dari darah dan
lendir. Lokhea serosa hari ke 7-14 berwarna kuning tetapi sudah tidak
terdapat lagi kandungan darah didalamnya. Lokhea alba lebih dari hari
ke14 berwarna putih), pemeriksaan adanya tanda-tanda infeksi. Sehingga
asuhan yang diberikan dilahan sesuai dengan asuhan yang ada pada
teori.
3. Assesment
Asuhan pertama didapatkan diagnosa kebidanan pada ibu nifas yaitu
Ny. Eva Susanti umur 38 tahun P3A0 6 jam postpartum fisiologis.Asuhan
kedua didapatkan diagnosa kebidanan pada ibu nifas Ny. Eva Susanti
umur 38 tahun P3A0 6 hari postpartum fisiologis. Asuhan ketiga
didapatkan hasil diagnosa kebidanan Ny. Eva Susanti umur 38 tahun
P3A0 14 hari postpartum fisiologis. Asuhan keempat masa nifas
didapatkan hasil diagnosa kebidanan Ny. Eva Susanti umur 38 tahun 42
hari postpartum fisiologis. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Ari
Sulistyawati, 2009),yang menyatakan bahwa diagnosa kebidanan pada
ibu nifas adalah multipara, umur . . tahun, P . . A. . . umur berapa jam post
partum fisiologis/patologis.Sehingga diagnosa yang didapatkan sesuai
dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Asuhan masa nifas pada pengkajian ketiga didapatkan masalahdari
hasil pengkajian yaitu keluhan yang dialami ibu adalah puting susu lecet
dimana kondisi psikis ibu tidak mengalami kecemasan karena pada masa
nifas sebelumnya ibu sudah pernah mengalami kondisi tersebut dan
keluhan dapat diatasi. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut
(Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwaibu menyusui yang tidak mau
memberikan ASI kepada bayinya dapat dipengaruhi oleh beberapa
masalah, diantaranya kondisi payudara yang terlalu kecil, putting susu
yang tenggelam, putting susu lecet, ASI keluar sedikit, bayi rewel, dimana
hal tersebut jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi
pada ibu, dalam hal ini sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
Diagnosa potensial yang ditemukan dilahan berdasarkan adanya
suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial yaitu keluhan
putting susu lecet dimana didapatkan diagnosa potensial bendungan ASI.
Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sulistyawati, 2009), yang
menyatakan bahwa diagnosa potensial yang muncul dari keluhan putting
susu lecet adalah bendungan ASI, dalam hal ini sesuai dengan teori,
sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
Antisipasi tindakan yang diberikan dilahan mengenai keluhan putting
susu lecet adalah penkes mengenai cara menyusui yang benar. Hal
tersebut sesuai dengan teori menurut (Sulistyawati, 2009), yang
menyatakan bahwa penatalaksanaan dari puting susu lecet adalah cara
menyusui yang benar, anjuran pada ibu untuk tetap menyusukan asinya
pada setiap payudara secara teratur sehingga payudara kosong dan tidak
terjadi bendungan ASI. Sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek.
4. Planning
Asuhan pertama yang diberikan meliputi beritahu ibu dan keluarga
hasil pemeriksaan, mendeteksi adanya perdarahan karena atonia uteri,
ajarkan pada suami dan keluarga untuk melakukan masase uterus,
lakukan rawat gabung antara ibu dan bayi untuk meningkatkan jalinan
kasih sayang antara ibu dan bayi, ajarkan ibu tentang gerakan macammacam mobilisasi, beritahu ibu cara membersihkan genetalia yang
terdapat luka jahitan, anjurkan ibu untuk makan makanan bergizi,
memberikan penkes tentang asi ekslusif, beritahu ibu macam-macam
tanda bahaya masa nifas, ajarkan ibu cara perawatan tali pusat yang
benar dan pencegahan hipotermi.
Asuhan masa nifas kedua meliputi evaluasi involusi uteri, pencegahan
infeksi dan perdarahan, pemberian asi ekslusif, nutrisi ibu nifas,
pemeriksaan kondisi ibu. asuhan ketia dan keempat sama dengan
asuhan kedua.Hal tersebut menurut (Sulistyawati, 2010), yaitu asuhan
yang diberikan pada ibu nifas 6jam post partum adalah nilai keadaan
umum ibu, pengawasan tanda-tanda vital ibu post partum, pemeriksaan
TFU, evaluasi lochea, pastikan kandung kemih kosong, ajarkan ibu
gerakan ambulasi, evaluasi eliminasi dan personal hygine. Sehingga tidak
ditemukan adanya kesenjangan asuhan pada masa nifas antara teori dan
praktek. Asuhan kedua evaluasi kontraksi, pemeriksaan involusi uteri,
pencegahan infeksi dan perdarahan yang abnormal, pemberian penkes
asi ekslusif, memastikan TFU normal, konseling nutrisi, memastikan bayi
sudah bisa menyusu, memprakarsai penggunaan KB. Asuhan ketiga dan
keempat sama dengan asuhan sebelumnya.
D. Bayi Baru Lahir (BBL)
1. Data subjektif
Asuhan pertama didapatkan hasil pengkajian bahwa bayi Ny. Eva
Susanti merupakan anak ketiga, lahir pada tanggal 15 November 2015
pukul 09.30 WIB, berjenis kelamin laki-laki, keadaan bayi sehat, bayinya
menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, bernafas spontan,
sudah dilakukan IMD, bayi Ny. Eva Susanti sudah BAK tetapi bellum BAB
dan belum mau menyusu karena ASI belum keluar. Asuhan kedua
didapatkan hasil pengkajian bayi Ny. Eva Susanti sudah BAB dan BAK,
bayi tidak mengalami tanda-tanda ikterus, bayi sudah mau menyusu
tetapi asi belum keluar lancar. Asuhan ketiga didapatkan hasil pengkajian
bayi Ny. Eva Susanti bayi menyusu dengan kuat, tidak ada tanda-tanda
penyulit, bayi BAB 3-4 kali dalam sehari, BAK >8kali sehari, tali pusat
sudah mengering dan lepas. Asuhan keempat didapatkan hasil
pengkajian bahwa bayi Ny. Eva Susanti menyusu dengan kuat (minum
ASI banyak), reflek menghisap baik, gerakan aktif, tidak mengalami
gangguan pernapasan, bayi tidak ikterus, bayi Ny. Eva Susanti BAB 3-4 x
dalam sehari, kencing > 8 kali sehari, gerakan bayi aktif tali pusat sudah
terlepas serta tidak ada tanda-tanda bahaya/kelainan yang terjadi pada
bayinya.
Hal tersebut sesuai dengan teori (Sarwono, 2012), yang menyatakan
bahwa bayi lahir normal pada umur kehamilan aterm 37-42 minggu,
dengan berat normal 2500-4000 gram, bayi lahir spontan, menangis kuat,
gerak aktif, bernafas spontan normal, kulit bayi baru lahir terlihat
kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup, rambut lanugo tidak
terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna, kuku panjang dan
lemas, genetalia perempuan labia mayora menutupi labia minora dan
untuk laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada, reflek hisap dan
menelan sudah terbentuk dengan baik, reflek morrow/memeluk bila
dikagetkan sudah baik, reflef grap sudah baik, eliminasi baik untuk
pengeluaran mekonium bayi baru lahir dalam 24 jam. Sehingga tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Data objektif
Asuhan pertama pada pemeriksaan bayi Ny. Eva Susanti adalah
Pemeriksaan umum bayi dalam batas normal, suhu 37,2 °C, nadi
138x/menit, pernafasan 46 x/menit, berat lahir 3300 gram, panjang 51 cm,
lingkar dada 31 cm, lingar kepala 33 cm, lila 10,5 cm, jenis kelamin lakilaki, bayi lahir spontan, menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit
kemerahan bernafas spontan, telah dilakukan IMD. Pemeriksaan fisik
dalam batas normal. Pemeriksaan reflek meliputi reflek morro, rooting,
sucking, grapsing, tonick neck dalam batas normal. Asuhan kedua bayi
Ny. Eva Susanti adalah pemeriksaan umum normal, suhu 37 °C, nadi 140
x/menit, RR 47x/menit, BB 3300 gram, panjang 51 cm, lingkar dada 31
cm, lingkar kepala 33 cm, lila 10,5 cm, jenis kelamin laki-laki,
pemeriksaan fisik normal, pemeriksaan reflek normal. Asuhan ketiga bayi
Ny. Eva Susanti adalah pemeriksaan umum normal, suhu 36,8 °C, nadi
104x/menit, RR 40x/menit, BB sekarang 3100 gram, tali pusat sudah
terlepas, bayi menyusu kuat, tidak ada tanda-tanda penyulit saat
menyusu. Asuhan keempat bayi Ny. Eva Susanti didapatkan hasil
pemeriksaan umum dalam keadaan normal, nadi 142x/menit, sushu
37°C, RR 52x/menit, BB sekarang 3600 gram, bayi Ny. Eva Susanti
menyusu dengan kuat, asi keluar lancar, tidak ada penyulit ataupun
tanda-tanda infeksi pada bayi Ny. Eva Susanti.
Hal tersebut sesuai dengan teori (Sarwono, 2012), yang menyatakan
bahwa bayi lahir normal pada umur kehamilan 37-42 minggu, dengan
berat normal 2500-4000 gram, panjang badan 45-54 cm, lingkar dada 3038 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120-160x/menit, kulit
bayi baru lahir terlihat kemerahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya sudah
sempurna, kuku panjang dan lemas, genetalia perempuan labia mayora
menutupi labia minora dan untuk laki-laki testis sudah turun, skrotum
sudah ada, reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik, reflek
morrow/memeluk bila dikagetkan sudah baik, reflef grap sudah baik,
eliminasi baik untuk pengeluaran mekonium bayi baru lahir dalam 24 jam
pertama dan berwarna hitam kecoklatan. Sehingga disimpulkan bahwa
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
3. Assesment
Asuhan kebidanan pertama pada bayi baru lahir didapatkan diagnosa
kebidananBayi Ny. Eva Susanti umur 1 jam fisiologis. Asuhan kebidanan
kedua pada bayi baru lahir didapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. Eva
Susanti umur 6 jam fisiologis. Asuhan kebidanan ketiga pada bayi baru
lahir didapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. Eva Susanti umur 6 hari
fisiologis. Asuhan kebidanan keempat pada bayi baru lahir didapatkan
diagnosa kebidanan Bayi Ny. Eva Susanti umur 28 hari fisiologis. Hal
tersebut sesuai dengan teori menurut (Ari Sulistyawati, 2009), diagnosa
kebidanan pada bayi baru lahir Ny.Eva Susanti, berumur . . .
jam,fisiologis/patologis. Diagnosa yang didapatkan sesuai dengan teori
sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Pengkajian bayi baru lahir dilahan tidak ditemukan adanya masalah
yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi. Hal tersebut sesuai
dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa
masalah muncul pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
obstetri dan keluhan pasien yang mengarah pada komplikasi, dalam hal
ini sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjanngan
antara teori dan praktek.
Diagnosa potensial dilahan tidak muncul karena dilahan tidak
ditemukan adanya suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial.
Hal ini sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan
bahwa diagnosa potensial diperoleh jika ditemukan adanya suatu tanda
yang mengarah pada diagnose potensial, dalam hal ini sesuai dengan
teori, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
Antisipasi dilahan tidak dilakukan karena tidak diperoleh hasil
pemeriksaan yang mengarah pada komplikasi. Hal tersebut sesuai
dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa
antisipasi direncanakan berdasarkan adanya masalah yang mengarah
pada komplikasi yang bertujuan untuk mengatasi adanya komplikasi
tersebut, dalam hal ini sesuai denngan teori, sehingga tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
4. Planning
Asuhanpertama yang diberikan dilahan pada bayi umur 1 jam meliputi
observasi TTV bayi, pemberian Vit.K, pencegahan infeksi, pencegahan
hipotermi, pemberian ASI , dan observasi tali pusat. Asuhan kedua pada
bayi umur 6 jam meliputi pencegahan hipotermi, pemberian asi secara
ekslusif, pencegahan infeksi, cara perawatan tali pusat, tanda bahaya
bayi baru lahir, memandikan bayi, pemberian imunisasi. Asuhan ketiga
bayi baru lahir umur 6 hari meliputi perawatan bayi sehari-hari dan tanda
bahaya bayi baru lahir, pemberian asi secara ekslusif, informasi
penurunan berat badan bayi. Asuhan keempat bayi baru lahir umur 28
hari sama seperti kunjungan sebelumnya.
Hal tersebut
sesuai dengan
teori Sulistyawati,
(2010),
yang
menyatakan bahwa asuhan yang diberikanpada 1 jam pertama meliputi
observasi pernafasan, warna kulit, temperature, asupan ASI, observasi
tali pusat, observasi eliminasi BAK dan BAB, pemverian vit. K dan
imunisasi hb.0. Asuhan pada bayi umur 1 hari meliputi Tanda infeksi
(kemerahan dan adanya pustule pada kulit, pengeluaran dari pusar, mata,
suhu bayi sangat panas atau dingin, masalah menyusui dan masalah
pernafasan), penurunan berat badan. Asuhan pada bayi umur 6 hari
meliputi ASI, Bb, tanda-tanda infeksi, warna kulit, imunisasi. Asuhan pada
bayi umur 28 hari sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan
sebelumnya. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
E. KB
1. Data subjektif
Asuhan KB kunjungan pertama didapatkan data bahwa Ny. Eva
Susanti mengatakan belum pernah melakukan hubungan seksual dengan
suami, belum mendapatkan haid dan sebelumnya menggunakan alat
kontrasepsi kb implan. Ny. Eva Susanti ingin mendapatkan informasi
mengenai alat kontrasepsi pasca persalinan. Asuhan KB kunjungan
kedua didapatkan data bahwa ibu mengatakn sampai saat ini belum
mendapatkan haid setelah bersalin. Ibu mengatakan ingin menggunakan
kb suntik 3 bulan dengan persetujuan suami, ibu tidak mau menggunakan
kontrasepsi MOP karena ibu belum siap untuk dana. Ibu mengatakan
sudah mantap menggunakan kontrasepsi kb suntik 3 bulan. Hal tersebut
sesuai dengan teori Sulistyawati, 2009, yang menyatakan bahwa ibu
setelah melahirkan dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi yang tidak
mengganggu produksi asi, seperti alat kontrasepsi alamiah, kb implant, kb
iud, kb suntik 3 bulan. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dan praktek.
2. Data objektif
Asuhan kb yang diberikan pada asuhan pertama didapatkan hasil TD
110/70 mmhg, nadi 80x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,5°C, pemeriksaan
fisik dalam batas normal, pada pemeriksaan ekstremitas atas didapatkan
hasil tidak teraba batang implan, pada pemeriksaan genetalia didapatkan
tidak terlihat adannya benang IUD. Asuhan kb kedua didapatkan hasil TD
120/80 mmhg, Nadi 81x/menit, suhu 36,2°C, pernafasan 21x/menit.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus didapatkan hasil dalam batas
normal. Hal tersebut sesuai dengan teori Sulistyawati, 2009, yang
menyatakan bahwa syarat pelaksanaan kb suntik 3 bulan yaitu tekanan
darah normal yaitu kurang dari 130/90 mmhg, selama dalam siklus haid,
belum melakukan senggama setelah melahirkan, belum habis masa nifas,
tidak mempunyai alergi terhadap hormon estrogen. Sehingga tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
3. Assesment
Asuhan kebidanan yang pertama pada akseptor KB yaitu Ny. Eva
Susanti umur 38 tahun P3A0 akseptor kb suntik 3 bulan. Hal tersebut
sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa
diagnosa kebidanan pada pengguna alat kontrasepsi berdasarkan nama
dan umur pasien, P. . .A. . . akseptor suntik, jika belum pernah
menggunakan alat kontrasepsi apapun sebelumnya berarti calon akseptor
kb suntik. Hal tersebut sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.
Pengkajian dilahan tidak ditemukan adanya masalah pada saat
pemeriksaan. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012),
yang menyatakan bahwa masalah ditemukan berdasarkan pada keluhan,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan obstetri pada pasien, dalam hal ini
sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek.
Diagnosa potensial tidak ditemukan dilahan karena tidak ditemukan
adanya suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial. Hal
tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono 2012), yang menyatakan
bahwa diagnosa potensial muncul jika ada satu tanda yang mengarah
pada diagnosa potensial, dalam hal ini sesuai dengan teori sehingga tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
Antisipasi penanganan segera dilahan tidak dilakukan karena tidak
adanya masalah dan diagnosa potensial. Hal tersebut sesuai dengan
teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa antisipasi
penanganan segera dibutuhkan jika ada masalah atau komplikasi untuk
mencegah komplikasi berlanjut dan menyelamatkan kondisi pasien,
dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek.
4. Planning
Menurut praktek dilahan asuhan yang diberikan pada kunjungan
pertama pemberian konseling mengenai penggunaan alat kontrasepsi,
kunjungan kedua pemantapan dan pemasangan alat kontrasepsi. Hal
tersebut sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan
bahwa pada kunjungan pertama diberikan konseling mengenai macammacam alat kontrasepsi serta keuntungan dan kerugian pemakaian.
Kunjungan
kontrasepsi.
kedua
pemantapan
dan
tindakan
pemasangan
alat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.Eva Susanti
secara komprehensifmeliputi asuhan pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru
lahir
dan
KB
pendokumentasian
dengan
pendekatan
menggunakan
managemen
metode
SOAP,
varney
sehingga
dan
dapat
disimpulkan bahwa:
1. AsuhankebidananpadaNy.Eva
Susantipadakehamilansudahdilakukanasuhan
kehamilan
sehingga
keluhan pegel-pegel yang dialami pasien berkurang dan teratasi dengan
pemberian body mekanik.
2. AsuhankebidananpadaNy.Eva
Susanti
selamapersalinanberlangsungspontan dengan waktu yang lebih cepat
dari teori (partus presipitatus), tetapitidakada komplikasi selama proses
persalinan dan tidak dilakukanpenanganansecarakhusus, bayi lahir
secara normal.
3. AsuhankebidananpadaNy.Eva
Susantipada
nifasdilakukanpemberian
konseling pada kunjungan nmasa nifas ke 3 mengenai cara menyusui
yang benar dikarenakan puting susu ibu lecet, hasil evaluasi pada
kunjungan ke 4 ibu sudah berhasil menyusui sesuai dengan yang
diajarkan dan puting susu ibu sudah tidak lecet, sehingga asuhan yang
diberikan berhasil.
4. AsuhankebidananpadabayibarulahirNy.Eva
Susantitidakmenimbulkankomplikasi,
danpenatalaksanaanbayibarulahirpadaNy.Eva
Susantisesuaidenganasuhan normal, sehingga tidak ada kesenjangan
dengan teori, dan asuhan yang diberikan berhasil.
5. AsuhankebidanankeluargaberencanapadaNy.Eva
Susantitidakada
keluhan dan masalah yang abnormal, KB yang digunakan KB suntik 3
bulan. Asuhan yang diberikan berhasil dan tidak ada kesenjangan
denngan teori.
B. Saran
Berdasarkankesimpulandiatas,makapenulisakanmenyampaikan saran
yang mungkinbermanfaatyaitu :
1. Kehamilan
Asuhan padamasakehamilan trimester III dimana keluhan yang dialami
Ny.
Eva
Susanti
adalah
pegel-pegel
berikanbidanuntukmengatasikeluhantersebut
,
asuhan
yang
di
adalahmemberikantehnik
body mekanik dan asuhan yang diberikan berhasil karena pegel-pegel
yang dialami ibu berkurang,tetapiuntuk menghindari keluhan pegel-pegel
tersebut dapat dilakukan senam hamil. Bidan juga diharapkan untuk
memberikan konseling pada setiap ibu hamil yang periksa serta
menjelaskan isi yang terdapat pada buku KIA.
2. Persalinan
Asuhan persalinanpada Ny. Eva Susanti berjalan dengan normal, tidak
ada komplikasi ataupun tindakan khusus yang dilakukan saat persalinan,
namunsebaiknyapada kasus seperti Ny. Eva Susanti dengan kehamilan
resti, bidanmelakukan tindakan sesuai dengan kewenangan bidan,
melakukan rujukan pada setiap ibu hamil dengan resti untuk menghindari
terjadinya komplikasi pada saat persalinan.
3. Nifas
Asuhanmasanifaspada Ny. Eva Susanti tidak ditemukan adanya masalah
yang abnormal sehingga tidak diperlukan perawatan khusus, namun pada
asuhan yang diberikan lebih disesuaikan lagi dengan prosedurdanteori
yang ada.
4. BayiBarulahir
Asuhanbayi barulahirpada bayi Ny. Eva Susanti sudahsesuaidenganteori,
sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan, tetapi pada pengawasan
bayi baru lahir lebih ditingkatkan lagi untuk mencegah adanya komplikasi
pada bayi baru lahir.
5. Keluargaberencana
Asuhan
pada
keluarga
berencana
yang
diberikansudahsesuaidenganteoridanprosedur yang berlaku, sehingga
tidak ditemukan adanya kesenjangan, namun dalam pelaksanaan
tindakan diharapkan petugas kesehatan lebih memperhatikan prinsip
perlindungan diri dan pencegahan infeksi.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan
: Kehamilan
Sub Pokok Bahasan : Body Mekanik
Waktu
: ± 20 menit
Hari/Tanggal
: Senin, 31 Oktober 2015
Tempat
: Rumah Ny. Eva Susanti
Sasaran
: Ny. Eva Susanti
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama ± 20 menit, ibu paham tentang
Body Mekanik.
2. Tujuan Khusus
a.
Ibu paham tentang pengertian body mekanik
b.
Ibu paham tentang keuntungan body mekanik
c.
Ibu paham tentang gerakan gerakan dalam body mekanik
d.
Ibu paham tentang posisi yang tidak di anjurkan dalam body mekanik
B. Materi
1. Pengertian body mekanik
2. Keuntungan body mekanik
3. Gerakan gerakan dalam body mekanik
4. Posisi yang tidak di anjurkan dalam body mekanik
C. Metode
Ceramah, praktik dan Tanya jawab
D. Kegiatan Penyuluhan
No
1.
Tahap
Waktu
Pembukaan 5 menit
Kegiatan penyuluhan
Peserta
Mengucapkan
-Menjawab salam
-
Alat/
media
Ceramah
salam dengan baik
-
Memperkenalkan
-Mendengarkan
diri
-
Menjelaskan
-Mendengarkan
manfaat dari
penyuluhan ini
-
Menjelaskan
maksud dan
tujuan
kedatangan
2.
Penyajian
10
-
menit
Menjelaskan ibu
-Mendengarkan
pengertian body
dan praktik
mekanik
-
Menjelaskan ibu
-Memperhatikan
keuntungan body
mekanik
-
Menjelaskan ibu
-
Menjawab
gerakan gerakan
-
Mendengarkan
dalam body
-
Menjawab
mekanik.
-
Menjelaskan ibu
hal hal yang tidak
di anjurkan dalam
body mekanik
3.
Penutup
5 menit
1. Evaluasi
2. Kesimpulan
3. Menutup salam
Ceramah
salam
E. Evaluasi
1. Jenis
: Lisan
2. Bentuk
:Tanya jawab
3. Soal
:
a. Apa saja posisi yang di anjurkan.
b. Apa saja posisi yang tidak di anjurkan
4. Jawab :
a. Posisi yang dianjurkan adalah berdiri, bangun dari posisi tidur dengan
miring dulu, kalo jongkok cari pegangan, berdiri kaki sejajar dengan
bahu sama duduk tidak menekan perut.
b. Posisi yang tidak dianjurkan berdiri lama, duduk lama, naik turun
tangga dan mengangkat beban terlalu berat.
MATERI PENYULUHAN
BODY MEKANIK
A. Pengertian
Body Mekanik adalah suatu sikap tubuh yang baik untuk menyesuaikan
perubahan tubuh pada ibu hamil terutama tulang punggung yang lordosis.
B. Keuntungan Body Mekanik
Adalah untuk membentuk aktifitas sehari hari yang aman dan nyaman
selama kehamilan dan untuk menghindari keluhan sakit punggung.
C. Macam macam gerakan body mekanik
1. Cara berdiri yang benar
2. Posisi saat duduk
3. Bangun dari posisi tidur
4. Posisi mengangkat beban
5. Posisi jongkok
D. Hal hal yang tidak dianjurkan dalam body mekanik
1. Mengangkat beban terlalu berat
2. Melakukan posisi yang salah
3. Naik turun tangga
4. Melakukan posisi tertentu dalam posisi yang lama ( misalnya berdiri,
duduk bersila, dan bersilang kaki )
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS
Pokok Bahasan
: Post Natal Care (PNC)
Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
Target dan Sasaran : NY. Eva Susanti
Tanggal/jam
: 15 November 2015/15.30 WIB
Waktu
: 30 menit
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, peserta mampu
mengetahui tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas.
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, peserta dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian masa nifas
2. Tanda bahaya pada masa nifas
3. Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas
4. Hal yang perlu dilakukan bila terdapat tanda bahaya pada masa
nifas
Dan ibu nifas agar lebih meningkatkan kesadaran terhadap perlunya
pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas sehingga mereka
dapat mengetahui dan mengenali apa yang termasuk dalam tanda-tanda
bahaya nifas dengan demikian diharapkan gangguan/komplikasi dalam masa
nifas dapat dideteksi secara dini.
C. Materi
1. Pengertian masa nifas
2. Tanda bahaya pada masa nifas
3. Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas
4. Penanganan yang harus dilakukan jika mengalami tanda bahaya
pada masa nifas
D. Metode
Ceramah dan Tanya jawab
E. Media
Leaflet dan Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
F. Kegiatan Penyuluhan
Waktu
Pembukaan
(4 menit)
Isi
(20 menit)
Kegiatan
1. Salam Pembuka
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan
pokok
bahasan
dan
tujuan
penyuluhan
4. Menjelaskan
jalannya
penyuluhan
5. Membagi leaflet
1. Menjelaskan
pengertian
masa nifas
2. Menjelaskan tanda bahaya
pada masa nifas
3. Menjelaskan
macammacam tanda bahaya pada
Kegiatan Ibu
-
Menjawab salam
Mendengarkan
-
Melihat
Mendengarkan
Memperhatikan
masa nifas
4. Menjelaskan penanganan
yang harus dilakukan jika
mengalami tanda bahaya
pada masa nifas
Penutup
(6 menit)
-
Tanya jawab
Mengakhiri penyuluhan
Salam penutup.
-
Mengajukan
pertanyaan
Menjawab
Menjawab salam
G. Evaluasi
Prosedur
: Post Test
Bentuk
: Lisan
Jenis
: Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan :
1. Apa pengertian dari masa nifas?
2. Sebutkan
tanda
bahaya
pada
masa
penanganannya?
Hasil
Ibu dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.
nifas
dan
cara
Materi Penyuluhan
TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS
A. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu (Prawirohardjo,
2010)
Puerperium berlangsung 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu
yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal,
dijumpai dua kejadian penting pada puerperium, yaitu involusi uterus dan
proses laktasi (Manuaba, 2007).
B. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya
bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak
dilaporkan
atau
tidak
terdeteksi
bisa
menyebabkan
kematian
ibu
(Pusdiknakes, 2011).
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut:
1. Pendarahan Post Partum
a. Tanda dan gejala
Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2010).
Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian:
1) Pendarahan Post Partum Primer (Early Post Partum
Hemorragie) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam
pertama.
2) Pendarahan Post Partum Sekunder (Late Post Partum
Hemorragie) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi
antara hari ke 5-15 post partum. Penyebab utama adalah
robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Prawirohardjo, 2010)
Menurut
Manuaba
(2008),
pendarahan
post
partum
merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya di
Negara berkembang.
Factor-faktor penyebab pendarahan post partum adalah:
1) Grandemultipara
2) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
3) Persalinan yang dilakukan dengan tindakan
4) Penanganan
Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tibatiba merupakan suatu kegawatdaruratan, segeralah bawa ibu ke
fasilitas kesehatan.
2. Lochea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina
dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari
pengeluaran lender waktu menstruasi dan berbau anyir (Cairan ini
berasal dari bekas melekatnya plasenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Muchtar, 2008):
a. Lochea rubra (cruenta): Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo,
dan
mekonium, selama dua hari pasca persalinan.
b. Lochea Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lochea Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta: Terjadi infeksi, cairan seperti nanah berbau
busuk.
f. Lochiostasis: Lochea tidak lancar keluarnya.
1) Tanda dan gejala
a) Keluarnya cairan dari vagina
b) Adanya bau yang menyengat dari vagina
c) Disertai dengan demam > 38oC
2) Penanganan
Jagalah selalu kebersihan vagina anda, jika terjadi hal – hal yang
tidak diinginkan segeralah periksakan diri anda ke fasilitas
kesehatan.
3. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus yang mengecil oleh kontraksi
rahim dimana berat rahim dari 1000 gr saat setelah bersalin, menjadi 4060 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu disebut sub-involusi (Rustam Muchtar, 2008).
Factor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam
uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2010).
a. Tanda dan gejala
1) Uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya
2) Fundus masih tinggi
3) Lochea banyak dan berbau
4) Pendarahan
b. Penanganan
Segera periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan.
4. Nyeri pada Perut dan Panggul
a. Tanda dan gejala
Peritonitis: Peradangan pada peritoneum
1) Demam
2) Nyeri perut bagian bawah
3) Suhu meningkat
4) Nadi cepat dan kecil
5) Nyeri tekan
6) Pucat muka cekung, kulit dingin
7) Anoreksia terkadang muntah
b. Penanganan
Lakukan istirahat baring, bila nyeri tidak hilang segera periksakan ke
fasilitas kesehatan.
5. Pusingdan Lemas yang Berlebihan
Menurut Manuaba (2008), pusing dan lemas pada masa nifas
dapat disebabkan karena tekanan darah rendah, anemia, kurang
istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat.
a. Tanda dan gejala
1) Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh
bagian kepala
2) Kepala terasa berdenyut dan disertai ras mual dan muntah
3) Lemas
b. Penanganan
1) Lakukan istirahat baring
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4) Meminum tablet fe selama 40 hari
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)
6. Suhu Tubuh Ibu >38oC
Peningkatan suhu tubuh pada ibu selama 2 hari kemungkinan terjadi
infeksi nifas.
a. Tanda dan gejala
Biasanya terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan dengan suhu > 38
o
C
b. Penanganan
1) Istirahat baring
2) Kompres dengan air hangat
3) Perbanyak minum
4) Jika ada syok, segera bawa ibu ke fasilitas kesehatan.
7. Penyulit dalam Menyusui
Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan persiapan sejak awal
kehamilan dengan melakukan masase, menghilangkan kerak pada
putting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat.
Untuk menghindari putting susu terbenam sebaiknya sejak hamil,
ibu dapat menarik-narik putting susu dan ibu harus tetap menyusui agar
putting selalu sering tertarik.
Sedangkan untuk menghindari putting lecet yaitu dengan
melakukan teknik menyusui yang benar, putting harus kering saat
menyusui. Putting lecet dapat disebabkan karena cara menyusui dan
perawatan payudara yang tidak benar, bila lecetnya luat menyusui 24-48
jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa (Manuaba, 2008)
Beberapa keadaan abnormal pada masa menyusui yang mungkin terjadi:
a. Bendungan ASI
1) Penyebab: penyempitan duktus laktiferus, kelenjar yang
tidak dikosongkan dengan sempurna, kelainan pada putting
susu.
2) Gejala: timbul pada hari ke 3-5, payudara bengkak, keras,
tegang, panas dan nyeri, suhu tubuh meningkat.
3) Penanganan
a) Susukan payudara sesering mungkin
b) Kedua payudara disusukan
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan
menyusui, sanggah payudara.
e) Kompret dingin pada payudara diantara menyusui
f) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg peroral
setiap 4 jam.
b. Mastitis
Adalah suatu peradangan pada payudara biasaya terjadi pada
3 minggu setelah melahirkan. Penyebabnya salah satunya kuman
yang menyebar melalui luka pada putting susu/peredaran darah
(Manuaba, 2008)
c. Tanda dan gejala
1) Payudara membesar dan keras
2) Payudara nyeri, memerah dan membisul
3) Suhu tubuh meningkat dan menggigil
d. Penanganan
1) Sanggah payudara
2) Kompres dingin
3) Susukan bayi sesering mungkin
4) Banyak minum dan istirahat yang cukup
8. Abses payudara
Adalah terdapat masa padat mengeras dibawah kulit yang
kemerahan terjadi karena mastitis yang tidak segera diobati. Gejala sama
dengan mastitis terdapat bisul yang pecah dan mengeluarkan pus
(nanah) (Manuaba, 2008).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanda bahaya masa nifas merupakan suatu tanda yang abnormal
yang mungkin terjadi pada ibu nifas dan mengindikasikan adanya bahaya/
komplikasi yang mungkin dapat terjadi selama masa nifas, apabila hal ini
tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.
Diantara tanda bahaya nifas yang mungkin muncul pada ibu nifas
diantaranya:
1. Pendarahan Post Partum
2. Lochea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina)
3. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
4. Nyeri pada Perut dan Panggul
5. Pusing dan Lemas yang Berlebihan
6. Suhu Tubuh Ibu >38oC
7. Penyulit dalam Menyusui
Oleh karena itu diharapkan penyuluhan mengenai tanda bahaya
masa nifas ini dapat membantu mendeteksi gejala yang mungkin muncul
pada ibu nifas.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan
: Teknik Menyusui
Sub Pokok Bahasan
: Cara Menyusui yang Benar
Sasaran
: Ny. Eva Susanti
Tanggal Pelaksanaan
Tempat
I.
: 29 November 2015/10.00 WIB
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
TUJUAN
1. Tujuan Intraksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu mengerti dan
memahami cara menyusui yang benar
2. Tujuan Intraksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan peserta diharapkan mampu:
a. Menjelaskan tentang pengertian cara menyusui yang benar
b. Menjelaskan tentang persiapan sebelum menyusui
c. Menjelaskan tentang posisi menyusui yang benar
d. Menjelaskan tentang tanda-tanda bayi menyusu dengan benar
e. Menjelaskan tentang cara menyendawakan bayi
f.
II.
Mempraktekkan langkah-langkah menyusui dengan benar
MANFAAT
1. Agar putting susu ibu tidak lecet dan nyeri
2. Agar ibu dapat menyusui dengan benar
3. Agar produksi ASI bisa lancar dan optimal
4.
III.
bayi merasa nyaman dan tenang saat menyusu
METODE
Ceramah dan Demonstrasi
IV.
MEDIA
Laeflet
V.
PELAKSANAAN KEGIATAN
LANGKAH
Pembukaan
KEGIATAN
1. Mengucapakan
WAKTU
salam
dan 5 Menit
perkenalan
2. Mengadakan kesepakatan atau
kontrak dalam penyuluhan
3. Melaksanakan tujuan umum dan
khusus
Inti
Menyampaikan materi penyuluhan
30 Menit
diantaranya :
1. Pengertian ASI
2. Pengertian Cara Menyusui Yang
Benar
3.
Tujuan Menyusui
4.
Macam-Macam Posisi Menyusui
5. Langkah-Langkah
Menyusui
Yang Benar
6. Mengetahui
Tanda-Tanda
Bahwa Posisi Ibu Dan Bayi
Sudah Benar Pada
Waktu
Menyusui
Penutup
1. Menyimpulkan hasil penyuluhan
2. Menanyakan kembali kepada ibu
tentang penyuluhan yang telah
diberikan
3. Menutup penyuluhan dan
member salam
10 Menit
MATERI PENYULUHAN CARA MENYUSUI YANG BENAR
A. Tinjauan Teori
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. didalamnya terdapat 3 aspek
kelebihan, yaitu aspek gizi, aspek kekebalan, dan aspek kejiwaan, berupa
jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan
kecerdasan anak. Seorang ibu dan bayi pertamanya mungkin mengalami
masalah ketika menyusui, yang sebetulnya tidak tahu cara menyusui yang
benar.
Cara menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar dengan tujuan :
1. Agar putting susu ibu tidak lecet dan nyeri
2. Agar ASI bisa keluar secara optimal
3. Agar produksi ASI bisa lancar dan optimal
4. Agar bayi merasa nyaman dan tenang saat menyusu
Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
putting dan sekitar aerola yang berfungsi untuk antibiotik dan mencegah
terjadinya lecet pada putting.
Macam-macam posisi menyusui:
1. Duduk
2. Berbaring
3. Berdiri
Caranya :
1. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/ payudara
2. Ibu duduk atau berbaring dengan santai gunakan kursi yang rendah dan
punggung ibu barsandar pada sandaran kursi. Bayi dipegang pada
belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu yang
satu di depanPerut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan yang lain menompang
dibawah, jangan menekan putting susu atau aerolanya saja.
4. Bayi diberi rangsangan agar bayi membuka mulut dengan cara
menyentuh sisi mulut bayi, menyentuh pipi dengan putting susu
5. Setelah bayi membuka mulut kepala bayi diarahkan ke payudara ibu dan
putting serta aerola dimasukkan ke mulut bayi.
6. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya
ganti menyusui pada payudara yang lain.
7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada putting susu dan aerola sekitarnya, biarkan kering dengan
sendirinya.
8. Menyendawakan bayi dengan cara gendong bayi pada posisi tegak
dengan kepalanya bersandar di bahu ibu, kemudian tepuk punggung bayi
dengan lembut, dudukkan bayi di pangkuan ibu, sokong dada dan
kepalanya dengan satu tangan dan tangan lain menepuk punggung
bayi,tengkurapkan bayi di pangkuan ibu, sokong kepala bayi hingga lebih
tinggi daripada dadanya.
Tanda-tanda bahwa posisi ibu menyusui pada bayi sudah benar pada
waktu menyusui adalah :
1. Bayi tenang
2. Bayi menempel betul dan menghadap ibunya
3. Mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara ibu
4. Mulut bayi terbuka lebar
5. Sebagian besar aerola tertutup mulut bayi
6. Bayi nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat
7. Putting susu ibu tidak merasa sakit
8. Putting dan lengan bayi berada pada satu garis lurus
Bagi ibu yang mempunyai bayi kembar, aktifitas menyusui bukan
merupakan suatu halangan. Ada 3 cara menyusui bayi kembar, yaitu :
1. Double Footbal
Bayi dipegang seperti memegang bola disisi kanan dan kiri tubuh ibu.
Tangan ibu menopang kepala bayi dengan badan bayi berbaring di
bawah tangan ibu. Banyak ibu menggunakan cara ini sampai mereka
benar-benar berpengalaman.
2. Double Cradle
Bayi dipegang seperti menyusui bayi tunggal, dimana ke-2 badan bayi
menyilang di atas perut ibu. Posisi ini biasa digunakan pada ibu yang
sudah berpengalaman dan bayi dapat mengontrol kepalanya dengan
baik.
3. Combine Football Cradle
Bayi pertama dipegang dengan cara football, sedangkan bayi yang lain
dipegang dengan posisi cradle. Posisi ini biasa digunakan oleh ibu
dengan bayi triplet atau lebih, sehingga bayi terbiasa dan mendapat
asupan ASI yang cukup.
B. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan ASI?
Jawab : ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi
2. Sebutkan macam-macam posisi menyususi yang benar?
Jawab : Duduk, berbaring, berdiri
3. Bagaimana tanda-tanda bahwa posisi ibu terhadap bayi sudah benar?
Jawab : Bayi tenang, bayi menempel betul dan menghadap ibunya, mulut
dan dagu bayi menempel betul pada payudara ibu, mulut bayi terbuka
lebar, sebagian besar aerola tertutup mulut bayi, bayi nampak pelanpelan menghisap dengan kuat, putting susu ibu tidak merasa sakit,
putting dan lengan bayi berada pada satu garis lurus
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan
: Perawatan Bayi Baru Lahir ( BBL )
Sub Pokok bahasan : Perawatan Tali Pusat
Sasaran
: By. Ny. Eva Susanti
Tanggal/jam
: 15 November 2015/15.30 WIB
Waktu
: 10 Menit
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan pada ibu dan keluarga bayi, diharapkan
dapat melakukan perawatan tali pusat dengan benar secara mandiri di
rumah.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien mampu :
1. Mengetahui tentang pentingnya Perawatan Tali Pusat.
2. Memperagakan cara merawat tali pusat dengan benar.
3. Menyebutkan hal apa saja yang harus diperhatikan dalam perawatan
tali pusat.
3. Materi Penyuluhan
1. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya Perawatan Tali Pusat.
2. Memperagakan dan melatih teknik Perawatan tali pusat yang benar.
3. Mendorong pasien untuk melakukan teknik secara mandiri.
4. Metode
Ceramah dan Memperagakan Teknik.
5. Kegiatan Penyuluhan
No
Tahap / Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Klien
1
Pembukaan
Mengucapkan salam pembuka
Menjawab salam
2 Menit
Memperkenalkan diri
Mendengarkan
Menjelaskan maksud dan tujuan
2
Isi
Memberikan pengetahuan tentang Mendengarkan
5 menit
pentingnya perawatan tali pusat.
Memperagakan dan melatih teknik
perawatan tali pusat yang benar.
Mendorong pasien untuk
Memperhatikan
Mempraktekkan
melakukan teknik secara mandiri.
3
Penutup
3 menit
Menggali pengalaman peserta
Menceritakan
setelah dilakukan tindakan.
pengalaman
Memberikan masukan
Memperhatikan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
Memberi tanggapan
Salam Penutup
Menjawab salam
penutup
6. Evaluasi
Pertanyaan dan jawaban
1. Setelah yang kita diskusikan tadi, apa yang bapak/ibu ketahui tentang
pentingnya perawatan tali pusat ?
2. Coba peragakan kembali apa yang sudah kita peragakan tadi ?
3. Selain apa yang kita diskusikan tadi, apa bapak/ibu dapat melakukan
perawatan di rumah secara mandiri ?
Materi Penyuluhan
PERAWATAN TALI PUSAT
1. Pengertian Tali Pusat Bayi
Tali pusat ( Funiculus umbilicalis ) adalah saluran kehidupan bagi
janin selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena
saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan
oksigen janin.Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan
lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
2. Cara Membersihkan Tali Pusat
a. Cuci tangan bersih
b. Gunakan handscoon
c. Ambil kapas bulat atau kapas bertangkai yang telah dibubuhi alkohol
70%, lalu bersihkan sisa tali pusar, terutama bagian pangkalnya (yang
menempel pada perut).
d. Lakukan dengan hati-hati, apalagi bila pusar bayi masih berwarna
merah.
e. Gunakan jepitan khusus dari plastik untuk memegang ujung tali
pusarnya, agar lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan
perbannya.
f.
Ambil kasa kering lalu bungkus sisa tali pusat. Usahakan agar seluruh
permukaan hingga ke pangkalnya tertutup perban.
g. Lilitkan perban/kasa sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas.
Pastikan tidak terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan.
h. Gunakan kain kasa untuk mengikat perban agar tetap pada
tempatnya.
3. Arah Pembersihan Tali Pusat Bayi
Pembersihan tali pusat bayi yang telah dipotong yaitu dari bagian
tali pusat yang dipotong ke arah pusar dengan gerakan satu arah.
Indikasinya agar bagian yang dipotong tidak terkena kotoran dari pusar.
4. Hal – Hal yang Dilarang
Membubuhkan atau mengoleskan ramuan dan abu dapur karena
akan menyebabkan infeksi.
5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
a.
Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau
menoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
b.
Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
c.
Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih.
d.
Teknik Perawatan Tali Pusat Bayi. Dalam perawatan maupun
pemotongan tali pusat bayi itu menggunakan teknik steril. Artinya,
dalam setiap pelaksanaan perawatan dan pemotongan tali pusat bayi
itu menggunakan alat- alat yang steril. Dan dalam setiap proses
perawatan itu diangjurkan untuk sealalu memakai hanscoon.
e.
Penggunaan Popok pada bayi. Saat tali pusat dipotong, maka harus
diperhatikan penggunaan popok bayi tersebut. Sebaiknya popok
dipakaikan dibawah pusar. Alasannya adalah agar pusarnya tidak
lembab, karena apabila lembab akan beresiko timbulnya infeksi.
6. Infeksi Tali Pusat Bayi
a. Pengertian Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatrum )
Tetanus Neonatrum adalah penyakit yang diderita oleh bayi
baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang
sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau
asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara
lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic
(Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Penyebab adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta,
2000) bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia
dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel
darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu
toksin
yang
bersifat
neurotropik
yang
dapat
menyebabkan
ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985).
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani
yang merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan
ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan
manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang
tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin
dan tetanolysin.
b. Tanda-Tanda Tali Pusat Bayi yang Terinfeksi
1) Bernanah
Kondisi
ini
bisa
muncul
jika
kurang
benar
dalam
merawatnya,seperti kurang bersih dan kurang kering. Hal ini juga
bisa terjadi bila saat pemotongan tali pusat bayi menggunakan
benda yang tidak steril sehingga kuman mudah tumbuh dan
berkembang biak.
2) Bau Tidak Sedap
Bau Tidak sedap muncul pada tali pusat menandakan
bahwa tali pusat terinfeksi. Lalu tali pusat akan bernanah dan
berlendir.Selain itu juga ditandai dengan kemerahan di sekitar
pusar.
3) Tidak Banyak Menangis
Bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menangis
sebaliknya banyak tidur.Gejala ini ditandai dengan bayi malas
minum,demam dan yang paling parah sampai terjadi kejang.
4) Kulit sekitarnya berwarna kemerahan.
c. Upaya yang Dapat Dilakukakan untuk Mencegah Terjadinya Infeksi :
1) Merawat tali pusat berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih,
tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah.
2) Bila kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dan
segera keringkan dengan kassa kering dan di bungkus dengan
kassa tipis yang steril dan kering.
3) Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur,
dan sebagainya pada luka tali pusat sebab akan menyebabkan
infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian
neonatal.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR
Pokok bahasan
: Perawatan Bayi Baru Lahir
Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya pada Bayi baru lahir
Sasaran
: Ny. Eva Susanti
Waktu
: 35 menit
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tanggal/Jam
: 15 November 2015/15.30 WIB
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pertemuan ini, peserta diharapkan dapat
mengetahui tanda - tanda bahaya pada bayi baru lahir
B. Tujuan Khusus
Pada akhir pertemuan, peserta dapat :
1. Memahami tentang tanda - tanda bahaya bayi baru lahir
2. Membawa bayi segera ketenaga kesehatan bila terjadi dari tanda tanda bahaya bayi baru lahir
C. Media
Leaflet / Poster
D. Materi
Terlampir
E. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
F. Sumber
Marmi .2014. Asuhan Neonatus Bayi ,Balita dan anak Prasekolah.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar
G. Kegiatan Penyuluhan
Waktu
Pembukaan
(2 menit)
Inti
(30 menit)
Penutup
(3 menit)
Kegiatan Penyuluhan
- Mengucapkan salam
- Menyampaikan tujuan
Kegiatan Ibu
- Menjawab salam
- Mendengarkan
Isi materi penyuluhan
- Menjelaskan tentang
pengertian bayi baru
lahir
- Menjelaskan
pengertian tanda tanda bahaya bayi
baru lahir
- Menjelaskan tanda tanda bahaya pada
bayi baru lahir
- Tanya jawab
- Mengakhiri
penyuluhan
- Salam
H. Evaluasi
Prosedur : Post Test
Bentuk
: Lisan
Jenis
: Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian bayi baru lahir ?
2. Sebutkan 3 tanda bahaya pada bayi?
- Mendengarkan
- Mendengarkan
- Memperhatikan
- Mengajukan pertanyaan
- Menjawab
- Menjawab salam
TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR
A. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500-4000 gram
(Dep.Kes.RI,(2005)
B. Pengertian Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda bahaya bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah pada bayi
baru lahir yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi.
C. Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Berikut berapa tanda yang perlu anda perhatikan dalam mengenali
kegawatan pada bayi baru (neonatus):
1. Bayi tidak mau menyusu
Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu.
Seperti yang kita ketahui bersama, ASI adalah makanan pokok bagi bayi,
jika bayi tidak mau menyusu maka asupan nutrisinya akan berkurang dan
ini akan berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau
menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah, dan mungkin justru dalam
kondisi dehidrasi berat.
2. Kejang
Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu anda
perhatikan adalah bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang
terjadi saat bayi demam. Jika ya kemungkinan kejang dipicu dari
demamnya, selalu sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis
anjuran dokter. Jika bayi anda kejang namun tidak dalam kondisi demam,
maka curigai ada masalah lain. Perhatikan freksuensi dan lamanya
kejang, konsultasikan pada dokter.
3. Lemah
Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah.
Jangan biarkan kondisi ini berlanjut. Kondisi lemah bisa dipicu dari diare,
muntah yang berlebihan ataupun infeksi berat.
4. Sesak Nafas
Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia
dewasa yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari
30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit maka anda wajib
waspada. Lihat dinding dadanya, ada tarikan atau tidak.
5. Merintih
Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika
bayi kita merintih terus menerus walau sudah diberi ASI atau sudah
dihapuk-hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada
ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.
6. Pusar Kemerahan
Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda
infeksi. Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah jaga
tali pusat bayi tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air hangat dan
biarkan kering. Betadin dan alcohol boleh diberikan tapi tidak untuk
dikompreskan. Artinya hanya dioleskan saja saat sudah kering baru anda
tutup dengan kassa steril yang bisa anda beli di apotik.
7. Demam atau Tubuh Merasa Dingin
Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C. Jika kurang
atau lebih perhatikan kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di sekitar
membuat bayi anda kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang dingin
atau pakaian yang basah.
8. Mata Bernanah Banyak
Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya
infeksi yang berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan
kapas dan air hangat lalu konsultasikan pada dokter atau bidan.
9. Kulit Terlihat Kuning
Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun
jika kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14
hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan
tinja bayi berwarna kuning maka anda harus mengkonsultasikan hal
tersebut pada dokter.
Tindakan yang harus dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya :
Merujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas.Masalah atau kondisi
akut perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran (oleh tenaga di
kamar bersalin) :
a. Tidak bernafas
b. Sesak nafas
c. Sianosis sentral ( kulit biru)
d. Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram
e. Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5°c)
f. Kejang
Kondisi perlu tindakan awal
a. Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah din atau pecah
lama)
b. Potensial sifilis (ibu dengan gejala atauserologis positif)
Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan
segera (oleh tenaga di kamarbersalin):
a. Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama
setelah kelahiran bayi
b. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ASI EKSKLUSIF
Pokok Bahasan
: ASI Eksklusif
Sub Pokok Bahasan : ASI Eksklusif
Tanggal/ Jam
: 15 November 2015/15.30 WIB
Waktu
: 35 menit
Sasaran
: Ny Eva Susanti
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Asi Eksklusif selama 35
menit diharapkan sasaran mampu memahami tentang Asi Eksklusif
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Asi Eksklusif selama 35
menit di .... , diharapkan sasaran mampu :
a. Menyebutkan pengertian Asi Eksklusif tanpa melihat leaflet
b. Menyebutkan manfaat ASI Eksklusif
c. Menyebutkan cara memperbanyak ASI
d. Menyebutkan cara memberikan ASI pada ibu yang Bekerja
e. Menyebutkan tanda bayi cukup ASI dan tanda bayi kurang ASI
B. Materi
Terlampir
C. Kegiatan Penyuluhan
No.
1.
Tahap
Pendahuluan
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
Media dan
Meotde
Alat
Penyulu
Penyuluhan
han
a. Memberikan salam dan a. Menjawab salam
(5 menit)
Ceramah
perkenalan
b. Menjelaskan
kontrak b. Memperhatikan
waktu yang dibutuhkan c. Memberikan
c.
Apersepsi kepada ibu
tanggapan
Ceramah
dan
pendapat
Ceramah
2.
Penyajian
Menjelaskan materi
Memperhatikan,
Leaflet
Ceramah
(20 menit)
penyuluhan secara
memberi
dan
berurutan dan teratur
tanggapan dan
Diskusi
pendapat
Materi I :
a. Pengertian
Asi
Eksklusif tanpa melihat
leaflet
b. Manfaat Asi Eksklusif
c.
Cara
memperbanyak
Asi
d. Cara memberikan Asi
pada ibu yang Bekerja
e. Tanda bayi cukup Asi
dan tanda bayi kurang
Asi
3.
Penutup
(10 menit)
a. Memberikan
a. Memberikan
pertanyaan kepada ibu
tanggapan
tentang
pertanyaan
materi
yang
Diskusi
dan
telah disampaikan
b. Menyimpulkan
materi
yang telah disampaikan b. Memperhatikan
dan memberikan
dan
Ceramah
c.
Menutup materi dengan
ucapan
salam
terimakasih
D. Media Dan Alat Penyuluhan
Leaflet
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Evaluasi
respon
dan c. Menjawab salam
Lampiran Materi
ASI EKSLUSIF
A. Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan makanan ( pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, nasi tim,
dll ) maupun cairan ( susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dll
) kecuali vitamin, mineral dan obat. Berdasarkan waktu produksinya,
ASI dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan redual material, yang
terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae sebelum
dan sesudah melahirkan anak.Kolostrum diproduksi pada beberapa
hari
pertama
setelah
bayi
dilahirkan.Kolostrum
banyak
mengandung protein dan antibody.Wujudnya sangat kental dan
jumlahnya sangat sedikit.Kolostrum mampu melapisi usus bayi dan
melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi nutrisi bayi
pada
hari
pertama
kelahirannya.
Secara
berangsur-angsur,
produksi kolostrum berkurang saat air susu keluar pada hari ketiga
sampai hari kelima.
2. Foremilk
Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal ( foremilk ). Air
susu ini hanya mengandung sekitar 1-2 % lemak dan terlihat encer,
serta tersimpan dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut
sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa haus pada bayi.
3. Hindmilk
Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hamper
selesai. Hindmilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin.
Air susu ini memberikan sebagian besar energy yang dibutuhkan
oleh bayi.
B. Manfaat ASI Eksklusif
1. Manfaat ASI bagi ibu
a. Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan (
dapat digunakan sebagai KB alami ).
b. Mempercepat proses pemulihan rahim.
c. Mempercepat proses pembentukan tubuh ke ukuran semula.
d. Murah, lebih mudah, lebih ramah lingkungan.
e. Lebih praktis, Ibu dapat melakukannya dimana saja.
f. Mengurangi resiko kanker payudara, kanker ovarium, infeksi
saluran kencing, dan osteoporosis.
g. Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi ibu.
h. Mencegah perdarahan setelah persalinan.
i. Mengurangi anemia.
2. Manfaat ASI bagi Bayi
a. Merangsang panca indra manusia.
b. Memberikan kehangatan dan kenyamanan bayi.
c. Menjaga terhadap penyakit, alergi, SIDS, infeksi lambung dan
usus, dan sembelit.
d. Membantu mengembangkan rahang dan otot wajah dengan
benar.
e. Mudah dicerna.
f. Perkembangan otak dan meningkatkan IQ.
g. ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
h. ASI untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
i. Menurunkan resiko kanker pada anak, penyakit kardiovaskuler,
penyakit kuning, diabetes mellitus dan gigi berlubang.
C. Cara Memperbanyak ASI
1. Tingkatkan frekuensi menyusui atau memompa/memeras ASI.
Jika anak belum mau menyusu karena masih kenyang, perahlah
atau pompalah ASI. Produksi ASI prinsipnya based on demand
jika makin sering diminta/disusui/diperas maka makin banyak ASI
yang diproduksi.
2. Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui. Makin
sering dikosongkan, maka produksi ASI juga makin lancar.
3. Ibu harus dalam keadaan rileks, kondisi psikologis ibu menyusui
sangat
menentukan
keberhasilan
ASI
eksklusif.
Bila
ibu
mengalami gangguan psikologis maka, pada saat bersamaan
ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormone oksitosin
untuk bekerja lambat. Oleh karena itu, ciptakan suasana rileks.
Disini sebetulnya peran besar sang ayah.
4. Hindari pemberian susu formula. Terkadang karena banyak
orangtua merasa bahwa ASI nya masih sedikit dan takut anak
tidak kenyang, banyak yang segera memberikan susu formula.
Padahal pemberian susu formula itu justru akan menyebabkan
ASI semakin tidak lancar. Bayi relative malas menyusu atau malah
bingung putting terutama pemberian susu formula dengan dot.
Semakin sering susu formula diberikan maka ASI yang diproduksi
makin berkurang.
5. Hindari penggunaan dot, empeng dan sejenisnya. Jika ibu ingin
memberikan
ASI
peras/pompa
berikan
ke
bayi
dengan
menggunakan sendok, bukan dot. Saat ibu memberikan dengan
dot, maka bayi dapat mengalami bingung putting. Khususnya
pada bayi yang baru dilahirkan atau dalam proses belajar
menyusu. Kondisi dimana bayi hanya menyusu di ujung putting
seperti ketika menyusu dot. Padahal cara menyusu yang benar
adalah seluruh areola ibu masuk ke dalam mulut bayi. Akhirnya
bayi menjadi malas menyusu langsung dari payudara ibu lantaran
merasa sulit mengeluarkan ASI.
6. Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi.
7. Lakukan perawatan payudara, pemijatan payudara dan kompres
air hangat dan air dingin bergantian.[7]
8. Tanamkan niat yang kuat sejak hamil, bahwa setelah si bayi lahir
akan disusui sendiri. Niat yang kuat sangat berpengaruh bagi
kelancaran ASI. Sedini mungkin mengumpulkan informasi tentang
ASI dan menyusui, baik melalui media elektronik, buku, tabloid,
internet dan diskusi dengan ahli kebidanan atau mendatangi klinikklinik laktasi.
9. Posisi ibu dan bayi pastikan dalam kondisi yang benar setiap kali
menyusui. Kesalahan posisi bias membuat ASI tidak disusui
secara sempurna,putting lecet, bayi hanya menghisap udara
karena cairan ASI tidak keluar.
D. ASI pada Ibu Bekerja
1. Niat yang ikhlas dan tulus akan menumbuhkan motivasi untuk
memberikan makan yang terbaik agi buah hati anda yaitu ASI
2. Percaya diri bahwa ASI akan cukup memenuhi kebutuhan bayi
kita.
3. Susuilah bayi sebelum berangkat.
4. Pada saat di rumah, usahakan sesering mungkin menyusui bayi
anda.
5. Selama cuti dan hari libur usahakan langsung susui bayi jika dia
tampak lapar. Jangan menambah stok ASI.
6. Pompa ASI pada malam hari bila bayi sudah tidur dan pada siang
hari bila berada di kantor setiap 3-4 jam sekali, berapapun
hasilnya.
7. Bila di rumah langsung simpan dalam botol ASI yang terbuat dari
kaca karena bila di simpan dalam botol plastic lemaknya sering
tertinggal di dalam botol tersebut.
8. Usahakan ASI yang disimpan di dalam lemari pendingin hanya
diberikan pada saat ibu tidak di rumah.
9. Bawalah cool box atau termos es kalau di kantor tidak terdapat
lemari pendingin/freezer.
10. Kualitas ASI masih baik di dalam suhu lemari pendingin dalam
waktu 72 jam (3 hari). Bila tidak dikonsumsi selama kurun waktu 3
hari itu, ASI dapat bertahan sampai 6 bulan bila dibekukan dlaam
suhu di bawah -20 derajat celcius.
11. Sedangkan dalam suhu ruangan dengan wadah tertutup ASI
masih baik diberikan dengan tenggat waktu selama 6-8 jam.
12. ASI tidak boleh dimasak karena akan merusak kandungan
nutrisinya. Terlebih lagi jangan dipanaskan di microwave karena
selain nutrisinya akan rusak, ada bahaya pemnasan yang
berlebihan.
13. Sebelum diberikan kepada bayi, ASI yang telah didinginkan,
cukup dihangatkan dengan merendamnya dalam air hangat atau
dibiarkan dalam suhu ruangan 25° C
14. Bila ASI yang telah dihangatkan masih bersisa, sisanya tidak
boleh disimpan kembali kedalam lemari pendingin, sehingga
sebaiknya hanya menghangatkan ASI sejumlah yang dapat
dihabiskan oleh bayi dlam sekali minum.
E. Tanda Bayi Cukup ASI
1. Adanya pertambahan berat badan yang cukup signifikan.
2. Minimal ditemukan 6 buah popok yang basah-minimal satu kali
sehari buang air besar di minggu 4-6 pertama, setelah minggu ke
enam mungkin saja pupnya tidak selalu tiap hari.
3. Berat badan bayi meningkat satu ons sehari pada usia 3 bulan
pertama, dan setengah ons sehari saat usia 3-6 bulan. Bayi baru
lahir biasanya akan kehilangan 5-10 persen dari berat badan saat
dilahirkan. Dan abayi sudah kembali sampai berat kelahirannya
menjelang 10-14 hari sesudah kelahiran. Berat yang diperoleh
adalah cara tebaik untuk meyakinkan bayi anda mendapat cukup
susu.
4. Pada awal bulan kehidupannya bayi setidaknya mengeluarkan 3
kali pup setiap harinya. Dengan warna kekuning-kuningan. Stelah
berusia satu bulan, frekuensi pupnya berkurang. Beberapa bayi
bahkan hanya pup sekali dalam satu atau dua hari.
5. Bayi sering menyusu, setiap 2-3 jam, minimal 8-12 kali menyusu
dalam sehari.
6. Ibu mendengar bayi menelan susu dan terkadang melihat susu di
ujung mulutnya.
7. Bayi terlihat sehat dan aktif.
8. Bayi pipis 7-8 kali setiap hari.
F. Tanda Bayi kurang ASI
1.
Berat badan bayi stabil atau kurang dibanding sebulan sebelumnya.
2.
Pertumbuhan motoriknya lebih lamban dibanding bayi yang sehat.
3.
Bayi sering murung menangis, rewel, yang biasanya terjadi karena bayi
kelaparan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan
: Perawatan Payudara
Sub Pokok Bahasan
: Cara Perawatan Payudara
Sasaran
: Ny. Eva Susanti
Tanggal Pelaksanaan
: 26 Desember 2015/15.40 WIB
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
I.
TUJUAN
A. Tujuan Intraksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu mengerti dan memahami
cara merawat payudara
B. Tujuan Intraksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan peserta diharapkan mampu menjelaskan
tentang pengertian perawatan payudara, menjelaskan tentang tujuan
perawatan payudara, menjelaskan tentang waktu perawatan payudara,
menjelaskan tentang cara perawatan payudara, mempraktekkan langkahlangkah perawatan payudara.
II.
MANFAAT
1. Agar payudara ibu senantiasa bersih dan terawat
2. Agar puting susu kenyal, tidak mudah lecet dan putting susu menonjol
3. Agar bentuk payudara tetap bagus
4. Agar produksi ASI lancar
III. METODE
Ceramah dan Demonstrasi
IV. MEDIA
Laeflet dan Pantum payudara
V. PELAKSANAAN KEGIATAN
LANGKAH
Pendahuluan
KEGIATAN
1. Mengucapakan salam dan
WAKTU
5 Menit
perkenalan
2. Mengadakan kesepakatan atau
kontrak dalam penyuluha
3. Melaksanakan tujuan umum dan
khusus
Isi
Menyampaikan materi penyuluhan
30 Menit
diantaranya : pengertian perawatan
payudara, tujuan perawatan
payudara, waktu perawatan
payudara, langkah-langkah
perawatan payudara
Penutup
1. Menyimpulkan hasil penyuluhan
2. Menanyakan kembali kepada ibu
tentang penyuluhan yang telah
diberikan
3. Menutup penyuluhan dan
member salam
10 Menit
Materi Perawatan Payudara Masa Nifas
1. Pengertian
Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada payudara
selama kehamilan (terutama pada trimester 3) dan setelah persalinan
dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Dilakukan 2 x
sehari.
2. Manfaat Perawatan Payudara
a. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
b. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
c. Persiapan menyusui setelah persalinan
d. Untuk menonjolkan puting susu
e. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
f.
Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
g. Untuk membanyak produksi ASI
h. Deteksi dini jika ada kelainan (tumor / kanker payudara)
3. Persiapan Perawatan Payudara
Persiapan alat meliputi :
a. Baby oil/minyak kelapa
b. Kapas/kassa secukupnya
c. Handuk 1 buah
d. Waslap bersih 2 buah
e. Bengkok/ember
f. Baskom berisi cair (air hangat dan dingin)
g. BH yang bersih, menyangga payudara dan dapat menyerap keringat
Persiapan pada ibu
a. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan dengan
handuk
b. Buka baju bagian atas
c. Pasang handuk dibawah payudara
4. Pelaksanaan Perawatan Payudara
a. Mengompres puting susu dan areola mammae dengan menggunakan
kapas yang dibasahi baby oil/minyak kelapa selama 2-5 menit
b. Membersihkan puting susu dan areola mammae dengan ujung jari diputar
mengelilingi area payudara secara jarum jam
c. Licinkan kedua tangan dengan baby oil, jika puting susu tenggelam,
topang payudara dengan satu tangan letakkan puting diantara ibu jari dan
jari telunjuk, tekan dengan lembut sambil memuntir puting bolak-balik
tanpa memindahkan jari dari puting, lakukan selama 30 detik
d. Letakkan payudara dengan satu tangan diantara dua payudara dan lepas
keduanya perlahan
e. Sokong payudara dengan satu tangan kemudian tangan satunya
membuat gerakan memutar dengan dua/tiga jari tangan dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting susu lakukan pada sisi payudara yang
lain dan lakukan sekitar 30x
f. Sokong payudara dengan satu tangan yang lain mengurut payudara
dengan sisi punggung jari-jari kearah puting susu, lakukan sekitar 30x.
Lakukan juga pada sisi payudara yang lain.
g. Kedua payudara dikompres dengan waslap hangat selama 2 menit,
kemudian dengan waslap dingin 1 menit, pengompresan dilakukan secara
bergantian selama 3 x berturut-turut.
h. Setelah selesai keringkan payudara dengan handuk
i. Pakai BH yang dapat menyokong payudara dan menyerap keringkan
Jika Terjadi Bendungan ASI lakukan :
a. Sokong payudara kanan dengan tangan kanan kemudian dua/tiga jari
yang tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai
dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan pada sisi
payudara yang lain.
b. Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain
mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah puting susu, lakukan
gerakan sebanyak 30x
c. Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya
mengurut payudara dengan sisi punggung jari-jari dari arah tepi arah
puting susu. Lakukan sebanyak 30x.
5. Evaluasi
a. Apa yang dimaksud perawatan payudara?
Jawab : Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada
payudara selama kehamilan (terutama pada trimester 3) dan setelah
persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan.
Dilakukan 2 x sehari.
b. Sebutkan manfaat perawatan payudara?
Jawab : Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari
infeksi, untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet,
persiapan menyusui setelah persalinan, untuk menonjolkan puting susu,
menjaga bentuk buah dada tetap bagus, untuk mencegah terjadinya
penyumbatan, untuk membanyak produksi ASI, deteksi dini jika ada
kelainan (tumor / kanker payudara)
c. Sebutkan hal- hal yang harus disiapkan dalam perawatan payudara
Jawab : Alat meliputi baby oil/minyak kelapa, kapas/kassa secukupnya,
handuk 1 buah, waslap bersih 2 buah, bengkok/ember, baskom berisi cair
(air hangat dan dingin), BH yang bersih, menyangga payudara dan dapat
menyerap keringat. Persiapan ibu meliputi Cuci tangan dengan sabun
dibawah air mengalir dan keringkan dengan handuk uka baju bagian
atas, pasang handuk dibawah payudara.
Download
Study collections